Penulisan ini merupakan kajian biblika terhadap teks kejadian 12:1-3, sebagai landasan Alkitabiah bagi rancang bangun pemberitaan Injil dalam konteks masyarakat majemuk. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode naratif eksegesis, terhadap teks tersebut, sehingga ditemukan pokok-pokok teologi bagi rancang bangun pemberitaan Injil dalam masyarakat majemuk. Peneliti juga menggunakan beberapa data yang bersumber dari statistic, sehubungan dengan pokok penelitian. Temuan penelitian menunjukkan:1) pemberitaan Injil adalah inisiasi Allah; 2) Allah memilih dan memanggil keluar orang/bangsa tertentu untuk menerima berkat; 3) umat yang dipilih dan diberkati tersebut dipanggil untuk menjadi berkat bagi seluruh bangsa; 4) seluruh bangsa dimaksudkan sebagai objek pemberitaan Injil, namun sekaligus sebagai subjek pemberitaan Injil. Dengan demikian seluruh bangsa harus menjadi sasaran pemberitaan Injil dan sekaligus menjadi pelaku pemberitaan Injil 5) pemberitaan Injil berjalan dalam janji penyertaan Tuhan Temuan ini mengarah pada rekomendasi menjangkau seluruh bangsa dengan berita Injil dan sekaligus melibatkan seluruh bangsa dalam pemberitaan Injil. Gereja terpanggil keluar untuk menjadi pemberita kabar baik dari Allah, yang antara lain dilakukan dengan mengkontekstualisasikan berita Injil dalam budaya masyarakat setempat. Sehingga masyarakat yang bersifat majemuk dapat menerima dan menyampaikan berita Injild dalam budaya mereka sendiri, tanpa mereduksi berita Injil itu sendiri.
{"title":"KAJIAN BIBLIKA KEJADIAN 12:1-3 SEBAGAI LANDASAN RANCANG BANGUN PEKABARAN INJIL DALAM KONTEKS MASYARAKAT MAJEMUK","authors":"Leonardus Rudolf Siby, Aji Suseno, S. Hadi","doi":"10.55097/sabda.v3i1.38","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v3i1.38","url":null,"abstract":"Penulisan ini merupakan kajian biblika terhadap teks kejadian 12:1-3, sebagai landasan Alkitabiah bagi rancang bangun pemberitaan Injil dalam konteks masyarakat majemuk. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode naratif eksegesis, terhadap teks tersebut, sehingga ditemukan pokok-pokok teologi bagi rancang bangun pemberitaan Injil dalam masyarakat majemuk. Peneliti juga menggunakan beberapa data yang bersumber dari statistic, sehubungan dengan pokok penelitian. Temuan penelitian menunjukkan:1) pemberitaan Injil adalah inisiasi Allah; 2) Allah memilih dan memanggil keluar orang/bangsa tertentu untuk menerima berkat; 3) umat yang dipilih dan diberkati tersebut dipanggil untuk menjadi berkat bagi seluruh bangsa; 4) seluruh bangsa dimaksudkan sebagai objek pemberitaan Injil, namun sekaligus sebagai subjek pemberitaan Injil. Dengan demikian seluruh bangsa harus menjadi sasaran pemberitaan Injil dan sekaligus menjadi pelaku pemberitaan Injil 5) pemberitaan Injil berjalan dalam janji penyertaan Tuhan Temuan ini mengarah pada rekomendasi menjangkau seluruh bangsa dengan berita Injil dan sekaligus melibatkan seluruh bangsa dalam pemberitaan Injil. Gereja terpanggil keluar untuk menjadi pemberita kabar baik dari Allah, yang antara lain dilakukan dengan mengkontekstualisasikan berita Injil dalam budaya masyarakat setempat. Sehingga masyarakat yang bersifat majemuk dapat menerima dan menyampaikan berita Injild dalam budaya mereka sendiri, tanpa mereduksi berita Injil itu sendiri.","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"116 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131023806","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian adalah mendiskripsikan tentang figuratif dari seorang birokrat di era modern agar memiliki karakteristik diri sebagai seorang pemimpin yang ideal dengan meneladani gaya hidup dari Nehemia seorang tokoh politik yang ada di kitab perjanjian Lama. Nehemia adalah seorang birokrat, sekaligus pemimpin politik yang sangat ideal dan dapat dipakai sebagai model birokrat, dimana dia dapat memenuhi lebih dari yang diusahakan oleh seorang birokrat pada umumnya.Permasalahan yang perlu di jawab adalah pentingya bagi seorang birokrat itu tidak hanya bertugas memberikan jaminan kesejahteran dan pembangunan infrastuktur saja melainkan banyak hal yang perlu dilakukan sehingga dapat membangun masyarakat secara utuh secara moril dan materiil. Metode penelitihan kualitatif dengan mendiskripsikan tentang karakteristik Nehemia dengan areal penelitihan kitab Nehemia dan didukung dari sumber- sumber kepustakaan baik natural maupun e-literasi menjadi cara yang dipakai oleh penulis dalam menemukan data yang bermanfaat dalam menyusun artikel.Hasil penelitihan menyatakan bahwa seorang birokrat memilki karakteristik religius,bekerja dengan tuntas dalam etos kerja, berintegritas, menjadi teladan dalam hidupnya,membangun strategi kerja yang baik dan seorang pemimpin politik itu tidak hanya memberikan jaminan kesejahteraan dan pembangunan infrastruktur saja melainkan harus meniti karier dan rela berkorban waktu dan tenaga bahkan materi demi tugas yang diemban, selain itu juga membangun spritual bagi umat sehingga pembangunan itu utuh baik secara moril maupun material.dan Nehemia sebagai modelnya.
{"title":"KARAKTERISTIK NEHEMIA SEBAGAI MODEL BIROKRAT MASA KINI","authors":"Puji Swismanto","doi":"10.55097/sabda.v3i1.36","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v3i1.36","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian adalah mendiskripsikan tentang figuratif dari seorang birokrat di era modern agar memiliki karakteristik diri sebagai seorang pemimpin yang ideal dengan meneladani gaya hidup dari Nehemia seorang tokoh politik yang ada di kitab perjanjian Lama. Nehemia adalah seorang birokrat, sekaligus pemimpin politik yang sangat ideal dan dapat dipakai sebagai model birokrat, dimana dia dapat memenuhi lebih dari yang diusahakan oleh seorang birokrat pada umumnya.Permasalahan yang perlu di jawab adalah pentingya bagi seorang birokrat itu tidak hanya bertugas memberikan jaminan kesejahteran dan pembangunan infrastuktur saja melainkan banyak hal yang perlu dilakukan sehingga dapat membangun masyarakat secara utuh secara moril dan materiil. Metode penelitihan kualitatif dengan mendiskripsikan tentang karakteristik Nehemia dengan areal penelitihan kitab Nehemia dan didukung dari sumber- sumber kepustakaan baik natural maupun e-literasi menjadi cara yang dipakai oleh penulis dalam menemukan data yang bermanfaat dalam menyusun artikel.Hasil penelitihan menyatakan bahwa seorang birokrat memilki karakteristik religius,bekerja dengan tuntas dalam etos kerja, berintegritas, menjadi teladan dalam hidupnya,membangun strategi kerja yang baik dan seorang pemimpin politik itu tidak hanya memberikan jaminan kesejahteraan dan pembangunan infrastruktur saja melainkan harus meniti karier dan rela berkorban waktu dan tenaga bahkan materi demi tugas yang diemban, selain itu juga membangun spritual bagi umat sehingga pembangunan itu utuh baik secara moril maupun material.dan Nehemia sebagai modelnya.","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"221 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122605274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini merupakan upaya mengetahui syarat demi sahnya absolusi Sakramen Tobat menurut Kitab Hukum Kanonik Kanon 966-973. Dengan memahami syaratnya sahnya Sakramen Tobat secara baik akan membangkitkan antusiasme umat untuk menggunakan sarana ini demi mencapai keselamatan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya minat umat beriman dalam menggunakan Sakramen Tobat dalam mengejar kesucian hidup. Hal ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya pemahaman umat beriman mengenai syarat yang harus dipenuhi demi sahnya absolusi dalam Sakramen Tobat. Oleh karena itu, umat jarang mengaku dosanya di hadapan imam. Penelitian ini merupakan studi literatur mengenai ajaran Gereja Katolik tentang Sakramen Tobat dalam Kitab Hukum Kanonik Kanon 966-973. Penelitian ini menemukan bahwa pemahaman yang benar mengenai Sakramen Tobat akan membangkitkan antusiasme umat beriman untuk menggunakan Sakramen Tobat dalam mencapai keselamatan.
{"title":"Syarat Sahnya Absolusi Sakramen Pengakuan Dosa Menurut Kitab Hukum Kanonik Kanon 966-973","authors":"M. Adon, Alphonsus Tjatur Raharso","doi":"10.55097/sabda.v3i1.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v3i1.44","url":null,"abstract":"Penelitian ini merupakan upaya mengetahui syarat demi sahnya absolusi Sakramen Tobat menurut Kitab Hukum Kanonik Kanon 966-973. Dengan memahami syaratnya sahnya Sakramen Tobat secara baik akan membangkitkan antusiasme umat untuk menggunakan sarana ini demi mencapai keselamatan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya minat umat beriman dalam menggunakan Sakramen Tobat dalam mengejar kesucian hidup. Hal ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya pemahaman umat beriman mengenai syarat yang harus dipenuhi demi sahnya absolusi dalam Sakramen Tobat. Oleh karena itu, umat jarang mengaku dosanya di hadapan imam. Penelitian ini merupakan studi literatur mengenai ajaran Gereja Katolik tentang Sakramen Tobat dalam Kitab Hukum Kanonik Kanon 966-973. Penelitian ini menemukan bahwa pemahaman yang benar mengenai Sakramen Tobat akan membangkitkan antusiasme umat beriman untuk menggunakan Sakramen Tobat dalam mencapai keselamatan.","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"95 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114062419","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study specifically details what problems priests experience in ministry during the Covid-19 Pandemic. The current ongoing outbreak certainly causes the complexity of probematics caused by the corona virus. Using qualitative methods with literary and phenoological approaches in presenting this topic. The review of this article outlines that the corona virus causes problems with the drastic decrease in the mobility rate of mankind. Concrete from the decline in the mobility of the global community including aspects of work, aspects of education, aspects of the character, aspects in carrying out religious rituals. This outbreak also causes problems in the psychological side that is characterized by the ease of stressed people and the lack of empathy towards others. This difficult condition is also experienced by pastors, as a result of which makes it more difficult for them to carry out ecclesiastical ministry activities. As for the probematics that were surpassed by the priest during this pandemic, limited access and problems making pastoral care visits to sick congregations, especially in hospitals. Although pastors are faced with this reality, church ministry and ministry to the congregation must be pursued. Keywords: Covid-19 Pandemic, Pastors, Church Services ABSTRAK Kajian ini menyororoti secara spesifik problematika apa yang dialami oleh para pendeta dalam pelayanan di masa Pandemi Covid-19. Wabah yang sedang berlangsung saat ini tentu menyebabkan kompleksitasnya probematika yang diakibatkan oleh virus corona. Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan literatur dan fenomologis dalam memaparkan topik ini. Ulasan pada artikel ini menguraikan bahwa virus corona mengakibatkan problematika dengan menurunnya tingkat mobilitas umat manusia secara drastis. Kongkrit dari penurunan mobilitas masyarakat global diantaranya aspek dalam bekerja, aspek pendidikan, aspek berelasi, aspek dalam menjalankan ritual keagaman. Wabah ini juga menyebabkan problematika dalam sisi psikologi yang ditandai mudahnya orang stress serta makin minimnya sikap empati terhadap sesama. Kondisi yang serba sulit ini turut dialami oleh para pendeta, akibatnya makin menyulitkan mereka melakukan aktivitas pelayanan gerejawi. Adapun probematika yang dilami oleh pendeta dimasa pandemi ini, akses yang terbatas serta problem melakukan kunjungan pelayanan pastoral pada jemaat yang sakit khususnya di rumah sakit. Walau para pendeta diperhadapkan pada realita ini, pelayanan gereja dan pelayanan kepada jemaat harus diupayakan tetap berjalan. Kata Kunci: Pandemi Covid-19, Pendeta, Pelayanan Gereja
这项研究特别详细介绍了牧师在Covid-19大流行期间在事工中遇到的问题。目前正在进行的疫情无疑导致了冠状病毒引起的问题的复杂性。使用文学和物候学方法的定性方法来呈现这个主题。本文的综述概述了冠状病毒导致人类流动性急剧下降的问题。具体从全球社会流动性的下降包括工作方面、教育方面、性格方面、宗教仪式方面等方面。这次疫情还造成了心理方面的问题,其特点是压力大的人容易放松,对他人缺乏同情心。牧师们也经历了这种困难的情况,因此使他们更难以开展教会事工活动。至于神父在这次大流行期间克服的问题,对生病的会众,特别是在医院进行牧灵关怀探访的机会有限和问题。虽然牧师面临着这样的现实,但教会事工和对会众的事工必须追求。【关键词】新冠肺炎大流行;牧师;教会服务【关键词】新冠肺炎大流行;杨氏冠状病毒冠状病毒是一种新型冠状病毒。登安梦古纳坎方法,登安梦古纳坎文学与性学,登安梦古纳坎主题。乌兰山巴尼哈病毒冠状病毒,孟山都病毒问题,登革热,孟山都病毒,流行性感冒,流行性感冒,流行性感冒。Kongkrit dari penurunan mobilitas masyarakat global diantaranya aspek dalam bekerja, aspek pendidikan, aspek berelasi, aspek dalam menjalankan ritual keagaman。Wabah ini juga menyebabkan problematika dalam sisi psychology yang ditandai mudahnya orang stress sera使最小的sikap移情于最小的sesama。Kondisi yang serba sulit ini turut dialami oleh para pendeta, akibatnya makin menyulitkan mereka melakukan aktivitas pelayanan gerejawi。我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。Walau para pendeta diperhadapkan pada realita ini, pelayanan gerejan, pelayanan kepada jemaat harus diupayakan tetap berjalan。Kata Kunci: 2019冠状病毒大流行,Pendeta, Pelayanan Gereja
{"title":"Problematika Yang Dihadapi Pendeta Dalam Pelayanan di Masa Pandemi Covid-19","authors":"Sarah Priska Toding, Simon Simon","doi":"10.55097/sabda.v2i2.32","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v2i2.32","url":null,"abstract":"This study specifically details what problems priests experience in ministry during the Covid-19 Pandemic. The current ongoing outbreak certainly causes the complexity of probematics caused by the corona virus. Using qualitative methods with literary and phenoological approaches in presenting this topic. The review of this article outlines that the corona virus causes problems with the drastic decrease in the mobility rate of mankind. Concrete from the decline in the mobility of the global community including aspects of work, aspects of education, aspects of the character, aspects in carrying out religious rituals. This outbreak also causes problems in the psychological side that is characterized by the ease of stressed people and the lack of empathy towards others. This difficult condition is also experienced by pastors, as a result of which makes it more difficult for them to carry out ecclesiastical ministry activities. As for the probematics that were surpassed by the priest during this pandemic, limited access and problems making pastoral care visits to sick congregations, especially in hospitals. Although pastors are faced with this reality, church ministry and ministry to the congregation must be pursued. Keywords: Covid-19 Pandemic, Pastors, Church Services ABSTRAK Kajian ini menyororoti secara spesifik problematika apa yang dialami oleh para pendeta dalam pelayanan di masa Pandemi Covid-19. Wabah yang sedang berlangsung saat ini tentu menyebabkan kompleksitasnya probematika yang diakibatkan oleh virus corona. Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan literatur dan fenomologis dalam memaparkan topik ini. Ulasan pada artikel ini menguraikan bahwa virus corona mengakibatkan problematika dengan menurunnya tingkat mobilitas umat manusia secara drastis. Kongkrit dari penurunan mobilitas masyarakat global diantaranya aspek dalam bekerja, aspek pendidikan, aspek berelasi, aspek dalam menjalankan ritual keagaman. Wabah ini juga menyebabkan problematika dalam sisi psikologi yang ditandai mudahnya orang stress serta makin minimnya sikap empati terhadap sesama. Kondisi yang serba sulit ini turut dialami oleh para pendeta, akibatnya makin menyulitkan mereka melakukan aktivitas pelayanan gerejawi. Adapun probematika yang dilami oleh pendeta dimasa pandemi ini, akses yang terbatas serta problem melakukan kunjungan pelayanan pastoral pada jemaat yang sakit khususnya di rumah sakit. Walau para pendeta diperhadapkan pada realita ini, pelayanan gereja dan pelayanan kepada jemaat harus diupayakan tetap berjalan. Kata Kunci: Pandemi Covid-19, Pendeta, Pelayanan Gereja","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115335303","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract:A quality improvement strategy based on TQM (Total Quality Management) is a quality improvement strategy that has emphasis on aspects including: customer satisfaction, continuous improvement, high obsession with quality, scientific approach to decision making, problem solving, and teamwork. and leadership. STT Kristus Alfa Omega Semarang is the locus of research where the respondents both leaders and students as respondents in this study. The purpose of the study was to find out how big the strategy for improving the quality of education based on TQM (total quality management) in the pandemic era at STT Kritsus Alfa Omega Semarang academic year 2020/2021. In this study, researchers used quantitative methods with descriptive research. This study is a one-variable study, with a total of 180 respondents and a sample of 119 students was taken. Data collection will be done using a questionnaire or questionnaire. The hypothesis test reads, it is suspected that the Strategy to Improve the Quality of Education Based on TQM (Total Quality Management) in the 2020/2021 Pandemic Era At STT Kristus Alfa Omega Semarang in the medium category or equal to 60% of the maximum value is not accepted. Based on the results of testing the quantitative data that have been described, it can be concluded that the value of the TQM-Based Education Quality Improvement Strategy is very high or 89% of the maximum value.
摘要:基于全面质量管理(TQM)的质量改进策略是一种强调顾客满意、持续改进、对质量的高度痴迷、科学决策、解决问题和团队合作等方面的质量改进策略。和领导能力。STT Kristus Alfa Omega三宝垄是本研究的调查对象,调查对象包括领导和学生。该研究的目的是找出STT Kritsus Alfa Omega三宝朗2020/2021学年在大流行时代基于TQM(全面质量管理)提高教育质量的战略有多大。在本研究中,研究者采用定量方法与描述性研究相结合。本研究为单变量研究,共调查180人,选取119名学生作为样本。数据收集将使用一份或多份问卷进行。假设检验显示,在STT Kristus Alfa Omega三宝朗的中等类别或等于最大值的60%,怀疑2020/2021年大流行时代基于TQM(全面质量管理)的教育质量改善战略不被接受。根据对上述定量数据的测试结果,可以得出结论:基于tqm的教育质量改进策略的价值非常高,达到最大值的89%。
{"title":"Studi Deskriptif Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis TQM (Total Quality Management) Era Pandemi TA 2020/2021 Di STT Kristus Alfa Omega","authors":"Tantri; Yoel Yulia; Franspebri","doi":"10.55097/sabda.v2i2.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v2i2.29","url":null,"abstract":"Abstract:A quality improvement strategy based on TQM (Total Quality Management) is a quality improvement strategy that has emphasis on aspects including: customer satisfaction, continuous improvement, high obsession with quality, scientific approach to decision making, problem solving, and teamwork. and leadership. STT Kristus Alfa Omega Semarang is the locus of research where the respondents both leaders and students as respondents in this study. The purpose of the study was to find out how big the strategy for improving the quality of education based on TQM (total quality management) in the pandemic era at STT Kritsus Alfa Omega Semarang academic year 2020/2021. In this study, researchers used quantitative methods with descriptive research. This study is a one-variable study, with a total of 180 respondents and a sample of 119 students was taken. Data collection will be done using a questionnaire or questionnaire. The hypothesis test reads, it is suspected that the Strategy to Improve the Quality of Education Based on TQM (Total Quality Management) in the 2020/2021 Pandemic Era At STT Kristus Alfa Omega Semarang in the medium category or equal to 60% of the maximum value is not accepted. Based on the results of testing the quantitative data that have been described, it can be concluded that the value of the TQM-Based Education Quality Improvement Strategy is very high or 89% of the maximum value.","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132802130","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sesuai dengan karakteristik era disrupsi yang telah merombak tata kelola hidup manusia, penginjilan pun disyaratkan untuk ikut teradaptasi karenanya. Disrupsi penginjilan diawali dengan perubahan paradigma fundamental mengenai maknanya. Penginjilan era digital buka melulu perubahan pada metode penyelenggaraan yang melibatkan teknologi digital, namun lebih kepada totalitas penyelenggaraan yang didasarkan pada makna sesuai kebenaran Alkitab. Penelitian diselenggarakan melalui metode kualitatif dikarenakan dilakukan eksplorasi mendalam tentang makna penginjilan. Teknik studi kepustakaan menjadi pilihan dan penelusuran teks-teks Alkitab sebagai landasan pijak menyusun argumen dan simpulan penelitian. Tujuan riset mendalami makna hakiki penginjilan dan memberikan pemahaman baru mengenainya. Riset juga memberikan gambaran praktis bagaimana menyelenggarakan penginjilan yang benar sesuai zaman digital ini. Simpulan riset menyatakan bahwa penginjilan digital memerlukan transformasi penyelenggaraan yang melibatkan ikatan sinergitas yaitu: Pertama, sinergi instrumental. Sinergi ini merupakan paduan dari dunia digital dan dunia nyata sebagai instrumen terselenggaranya penginjilan. Kedua, sinergi personal. Sinergitas yang dimaksudkan adalah paduan kekuatan atau sinergi aspek intelektual, emosional dan aksional dalam diri orang percaya sebagai penginjil. Dengan memanfaatkan paduan kekuatan tersebut seorang individu dapat mengoptimalkan penginjilan. Sinergi personal mendeskripsikan tentang keutuhan dan totalitas individu dalam melakukan penginjilan. Ketiga, sinergi relasional. Relasional berbicara mengenai hubungan yang terjalin kuat dan sehat antara semua umat percaya: gereja, keluarga, lembaga pendidikan, dan individu. Media digital memungkinkan sinergi tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Kerjasama gereja, lembaga pendidikan, keluarga dan seluruh umat Tuhan dalam penginjilan digital sangat dibutuhkan agar khalayak sungguh-sungguh mendapatkan kebenaran firman Tuhan yang benar, tidak ada perdebatan, konflik dan tindakan saling menyalahkan yang pada ujungnya menjadi batu sandungan dalam penginjilan. Keempat, sinergi sosial. Penginjilan perlu memperhatikan kehidupan sosial masyarakat. Penginjilan memuat tanggungjawab secara sosial sehingga tidak akan berhasil tanpa tindakan nyata kepada sesama. Tindakan kasih dapat dimanifestasikan dalam bentuk dukungan langsung: pertolongan, semangat, pendampingan, penyediaan diri, pengorbanan dan pelbagai tindakan kasih lainnya.
{"title":"Orang Kristen dalam Sinergi Penginjilan Digital di Era Disrupsi","authors":"Anatje Ivone Sherly Lumantow, Wulan Agung","doi":"10.55097/sabda.v2i2.33","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v2i2.33","url":null,"abstract":"Sesuai dengan karakteristik era disrupsi yang telah merombak tata kelola hidup manusia, penginjilan pun disyaratkan untuk ikut teradaptasi karenanya. Disrupsi penginjilan diawali dengan perubahan paradigma fundamental mengenai maknanya. Penginjilan era digital buka melulu perubahan pada metode penyelenggaraan yang melibatkan teknologi digital, namun lebih kepada totalitas penyelenggaraan yang didasarkan pada makna sesuai kebenaran Alkitab. Penelitian diselenggarakan melalui metode kualitatif dikarenakan dilakukan eksplorasi mendalam tentang makna penginjilan. Teknik studi kepustakaan menjadi pilihan dan penelusuran teks-teks Alkitab sebagai landasan pijak menyusun argumen dan simpulan penelitian. Tujuan riset mendalami makna hakiki penginjilan dan memberikan pemahaman baru mengenainya. Riset juga memberikan gambaran praktis bagaimana menyelenggarakan penginjilan yang benar sesuai zaman digital ini. Simpulan riset menyatakan bahwa penginjilan digital memerlukan transformasi penyelenggaraan yang melibatkan ikatan sinergitas yaitu: Pertama, sinergi instrumental. Sinergi ini merupakan paduan dari dunia digital dan dunia nyata sebagai instrumen terselenggaranya penginjilan. Kedua, sinergi personal. Sinergitas yang dimaksudkan adalah paduan kekuatan atau sinergi aspek intelektual, emosional dan aksional dalam diri orang percaya sebagai penginjil. Dengan memanfaatkan paduan kekuatan tersebut seorang individu dapat mengoptimalkan penginjilan. Sinergi personal mendeskripsikan tentang keutuhan dan totalitas individu dalam melakukan penginjilan. Ketiga, sinergi relasional. Relasional berbicara mengenai hubungan yang terjalin kuat dan sehat antara semua umat percaya: gereja, keluarga, lembaga pendidikan, dan individu. Media digital memungkinkan sinergi tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Kerjasama gereja, lembaga pendidikan, keluarga dan seluruh umat Tuhan dalam penginjilan digital sangat dibutuhkan agar khalayak sungguh-sungguh mendapatkan kebenaran firman Tuhan yang benar, tidak ada perdebatan, konflik dan tindakan saling menyalahkan yang pada ujungnya menjadi batu sandungan dalam penginjilan. Keempat, sinergi sosial. Penginjilan perlu memperhatikan kehidupan sosial masyarakat. Penginjilan memuat tanggungjawab secara sosial sehingga tidak akan berhasil tanpa tindakan nyata kepada sesama. Tindakan kasih dapat dimanifestasikan dalam bentuk dukungan langsung: pertolongan, semangat, pendampingan, penyediaan diri, pengorbanan dan pelbagai tindakan kasih lainnya.","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134310652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Elisa Christiana Sulardja, E. Lusiana, Asep Saeful Rohman
This study aims to determine knowledge sharing of child servants in Pelkat PA GPIB Gloria Bekasi. The research method used is qualitative with case study approach. Data collection techniques were used through observation, interviews, documentation, and literature study. This research was conducted on 4 informants who were members of Pelkat PA GPIB Gloria. Data analysis techniques include data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The study was conducted around 10 months. The results are: 1) knowledge sharing’s process: socialization, externalization, combination, and internalization, 2) behavior knowledge sharing: subject norms, attitude, perceived behavioral control, and social network ties, and 3) constraints knowledge sharing: lack of time, benefits to oneself and other, fear and uncertainty, and technological context. This research is to understand knowledge sharing contribution by child servants at Pelkat PA GPIB Gloria.
本研究旨在确定Pelkat PA GPIB Gloria Bekasi儿童仆人的知识共享。本研究采用个案定性研究方法。通过观察、访谈、文献和文献研究等方法收集数据。本研究对Pelkat PA GPIB Gloria的4名成员进行了调查。数据分析技术包括数据简化、数据表示和得出结论。这项研究进行了大约10个月。结果表明:1)知识共享的过程:社会化、外化、组合和内化;2)行为知识共享:主体规范、态度、感知行为控制和社会网络联系;3)约束知识共享:缺乏时间、对自己和他人的利益、恐惧和不确定性、技术背景。本研究旨在了解Pelkat PA GPIB Gloria儿童服务对知识共享的贡献。
{"title":"Knowledge Sharing Pelayan Anak di Pelkat Pelayanan Anak GPIB Gloria","authors":"Elisa Christiana Sulardja, E. Lusiana, Asep Saeful Rohman","doi":"10.55097/sabda.v2i2.31","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v2i2.31","url":null,"abstract":"This study aims to determine knowledge sharing of child servants in Pelkat PA GPIB Gloria Bekasi. The research method used is qualitative with case study approach. Data collection techniques were used through observation, interviews, documentation, and literature study. This research was conducted on 4 informants who were members of Pelkat PA GPIB Gloria. Data analysis techniques include data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The study was conducted around 10 months. The results are: 1) knowledge sharing’s process: socialization, externalization, combination, and internalization, 2) behavior knowledge sharing: subject norms, attitude, perceived behavioral control, and social network ties, and 3) constraints knowledge sharing: lack of time, benefits to oneself and other, fear and uncertainty, and technological context. This research is to understand knowledge sharing contribution by child servants at Pelkat PA GPIB Gloria. ","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122864937","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Christian education in the context of the family is very important to do because the family is a place formed by God for a child to be brought up to be educated in the knowledge of God and grow in character. Honest character is very important to be instilled and formed in children. Because honesty will be the main capital for someone to be trusted by others. Trust that will be the basis for social relations, whether family, friendship or in work or business relationships. This study uses a qualitative type of research through interviews with parents of TK A children, namely eight family informants who are Christian. Methods of data collection using interviews. The results of the study found that family context Christian education in Petra Terpadu Christian Kindergarten had not been implemented by all families. Of the eight families who were respondents, there were only two families that were categorized as very good in implementing Christian education in the family. Meanwhile, the other six families were considered to be lacking in implementing Christian education in the family. The results of the study on eight children of Petra Integrated Christian Kindergarten A showed that a small number of children showed honest character in the good category and most (six children) did not show honest character. The results also show that families who apply Christian education in the family show a very good honest character, while families who are not good at implementing Christian education in the family show honest character in their children. This shows that Christian education in the family has an impact on the formation of honest characters in children. Where is the exemplary factor of parents in quotes and factors of action that really determine the honest character of the child.
{"title":"Penerapan Pendidikan Kristen Konteks Keluarga Dalam Menanamkan Karakter Jujur Pada Anak Di TK Kristen Petra Terpadu","authors":"N. Natalia, Ahmad Tabrani","doi":"10.55097/sabda.v2i2.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v2i2.30","url":null,"abstract":"Christian education in the context of the family is very important to do because the family is a place formed by God for a child to be brought up to be educated in the knowledge of God and grow in character. Honest character is very important to be instilled and formed in children. Because honesty will be the main capital for someone to be trusted by others. Trust that will be the basis for social relations, whether family, friendship or in work or business relationships. This study uses a qualitative type of research through interviews with parents of TK A children, namely eight family informants who are Christian. Methods of data collection using interviews. The results of the study found that family context Christian education in Petra Terpadu Christian Kindergarten had not been implemented by all families. Of the eight families who were respondents, there were only two families that were categorized as very good in implementing Christian education in the family. Meanwhile, the other six families were considered to be lacking in implementing Christian education in the family. The results of the study on eight children of Petra Integrated Christian Kindergarten A showed that a small number of children showed honest character in the good category and most (six children) did not show honest character. The results also show that families who apply Christian education in the family show a very good honest character, while families who are not good at implementing Christian education in the family show honest character in their children. This shows that Christian education in the family has an impact on the formation of honest characters in children. Where is the exemplary factor of parents in quotes and factors of action that really determine the honest character of the child.","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114673945","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A guidance teacher or counselor is a person who is professionally trained, namely a mentor / counselor who has an academic education and has experience in professional skills training. The task of the counseling guidance teacher is a teacher who has full duties and responsibilities, authority and rights in guidance activities for a number of students. Supervising teachers must be able to carry out their duties and be entrusted with implementing the guidance service program, the implementation of activities carried out in accordance with the prepared plans in the fields of personal, social, learning, career, religious life and family life. The problems experienced by counseling guidance teachers today are difficult. to shape the character of students during adolescence, this is due to the influence of the times. Using descriptive qualitative methods, it can be concluded that the role of counseling guidance teachers in shaping the character of Christian students can be studied as counseling teachers can understand and interpret the definition of Counseling Guidance, and can provide the Counseling Guidance program as an effort to build character. Because it is the function of the counseling teacher. So that the counseling guidance teacher can achieve the objectives of counseling guidance and the nature of Christian religious education in providing the basis that there is Character Building for children of students which is carried out through character building through Christian values. Abstrak:Guru bimbingan atau konselor merupakan seorang yang terlatih secara profesional, yaitu guru pembimbing/konselor yang memiliki pendidikan secara akademik serta memiliki pengalaman latihan-latihan ketrampilan secara profesional. Tugas guru bimbingan konseling merupakan guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan terhadap sejumlah peserta didik. Guru pembimbing harus mampu menjalankan tugasnya dan amanah dalam melaksanakan program pelayanan bimbingan, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan pada bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier, kehidupan keberagamaan dan kehidupan berkeluarga. Masalahnya yang dialami guru bimbingan konseling saat ini adalah sulit untuk membentuk karakter siswa pada masa remaja, hal ini dikarenakan pengaruh dari perkembangan zaman. Penelitian ini menggunakan metode Pustaka dengan pendekatan kualitatif deskritif dapat disimpulkan bahwa peran Guru bimbingan konseling dalam membentuk karakter siswa Kristen dapat dikaji sebagaimana guru bimbingan konseling dapat mengerti dan memaknai tentang definisi bimbingan konseling, serta dapat memberikan program bimbingan konseling sebagai upaya untuk pembentukan karakter. Sebab hal itu harus diupayakan dalam menjalankan fungsi sebagai guru bimbingan konseling di sekolah. Sehingga guru bimbingan konseling dapat mencapai tujuan pelayanan bimbingan konseling dalam menanamkan nilai-nilai kekris
指导教师或咨询师是受过专业培训的人,即受过学术教育并具有专业技能培训经验的导师/咨询师。辅导辅导教师的任务是在对一定数量的学生进行辅导活动中具有完全的职责、权限和权利的教师。督导教师必须能够履行其职责,并被委托执行指导服务方案,按照拟定的计划在个人、社会、学习、事业、宗教生活和家庭生活等领域开展活动。今天的辅导教师所遇到的问题是困难的。要在青少年时期塑造学生的性格,这是由于时代的影响。采用描述性定性方法,可以得出结论,咨询指导教师在塑造基督教学生性格方面的作用可以研究,因为咨询教师可以理解和解释咨询指导的定义,并提供咨询指导方案作为塑造性格的努力。因为这是辅导老师的职责。从而使辅导教师能够达到辅导指导的目的和基督教宗教教育的本质,为学生的子女提供通过基督教价值观的品格塑造来进行品格塑造的依据。摘要:Guru bimbingan atau konselor merupakan seorang yang terlatih secara professional, yitu Guru pembinging /konselor yang memiliki pendidikan secara akademik serta memiliki pengalaman latihan-latihan ketrampilan secara professional。梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师,梵语大师。上师:潘顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿顿马萨拉尼亚杨的方言大师,宾宾和康塞林,在那里,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们。Penelitian ini menggunakan方法Pustaka dengan pendekatan质量管理部门ritif dapat disimpimpan bakakan方法,Pustaka dengan pendekatan质量管理部门,Pustaka dengan质量管理部门,Pustaka dengan质量管理部门,Pustaka dengan质量管理部门。Sebab hal itu harus diupayakan dalam menjalankan fungsi sebagai guru bimbingan konseling di sekolah。sehinga guru binbingan konseling dapat menapai tujuan pelayanan binbingan konseling dalam menanamkan nilai-nilai kekristan。
{"title":"Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dalam Membentuk Karakter Siswa Kristen","authors":"Erna Alinda Hendrika Ottu, Reni Triposa","doi":"10.55097/sabda.v2i1.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v2i1.21","url":null,"abstract":"A guidance teacher or counselor is a person who is professionally trained, namely a mentor / counselor who has an academic education and has experience in professional skills training. The task of the counseling guidance teacher is a teacher who has full duties and responsibilities, authority and rights in guidance activities for a number of students. Supervising teachers must be able to carry out their duties and be entrusted with implementing the guidance service program, the implementation of activities carried out in accordance with the prepared plans in the fields of personal, social, learning, career, religious life and family life. The problems experienced by counseling guidance teachers today are difficult. to shape the character of students during adolescence, this is due to the influence of the times. Using descriptive qualitative methods, it can be concluded that the role of counseling guidance teachers in shaping the character of Christian students can be studied as counseling teachers can understand and interpret the definition of Counseling Guidance, and can provide the Counseling Guidance program as an effort to build character. Because it is the function of the counseling teacher. So that the counseling guidance teacher can achieve the objectives of counseling guidance and the nature of Christian religious education in providing the basis that there is Character Building for children of students which is carried out through character building through Christian values. Abstrak:Guru bimbingan atau konselor merupakan seorang yang terlatih secara profesional, yaitu guru pembimbing/konselor yang memiliki pendidikan secara akademik serta memiliki pengalaman latihan-latihan ketrampilan secara profesional. Tugas guru bimbingan konseling merupakan guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan terhadap sejumlah peserta didik. Guru pembimbing harus mampu menjalankan tugasnya dan amanah dalam melaksanakan program pelayanan bimbingan, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan pada bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier, kehidupan keberagamaan dan kehidupan berkeluarga. Masalahnya yang dialami guru bimbingan konseling saat ini adalah sulit untuk membentuk karakter siswa pada masa remaja, hal ini dikarenakan pengaruh dari perkembangan zaman. Penelitian ini menggunakan metode Pustaka dengan pendekatan kualitatif deskritif dapat disimpulkan bahwa peran Guru bimbingan konseling dalam membentuk karakter siswa Kristen dapat dikaji sebagaimana guru bimbingan konseling dapat mengerti dan memaknai tentang definisi bimbingan konseling, serta dapat memberikan program bimbingan konseling sebagai upaya untuk pembentukan karakter. Sebab hal itu harus diupayakan dalam menjalankan fungsi sebagai guru bimbingan konseling di sekolah. Sehingga guru bimbingan konseling dapat mencapai tujuan pelayanan bimbingan konseling dalam menanamkan nilai-nilai kekris","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"2007 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131326916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The new man is a life change from a life that was once dominated by sin, now has left that life and begins to have a new life. Basically a new human being is a intelligent creature who has given his life for Jesus Christ, is willing to be led, and understands God's will in human life, so that it is realized through practical life every day, including compassion, generosity, humility, gentleness, patience, forgiveness. , love, peace, speak Christ, and give thanks.Manusia baru merupakan perubahan hidup dari kehidupan yang dulunya dikuasai oleh dosa, sekarang telah meninggalkan kehidupan tersebut dan mulai untuk memiliki kehidupan baru. Pada dasarnya manusia baru adalah makhluk berakal budi yang telah menyerahkan hidupnya untuk Yesus Kristus, bersedia untuk dipimpin, dan mengerti kehendak Allah dalam hidup manusia, sehingga diwujudkan melalui kehidupan praktis setiap hari, diantaranya yaitu belaskasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, mengampuni, kasih, damai sejahtera, memperkatakan Kristus, dan bersyukur.
{"title":"Manusia Baru Menurut Kolose 3:10-17 Dan Penerapan Bagi Orang Kristen","authors":"Yohanis Erastus Babys","doi":"10.55097/sabda.v2i1.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.55097/sabda.v2i1.23","url":null,"abstract":"The new man is a life change from a life that was once dominated by sin, now has left that life and begins to have a new life. Basically a new human being is a intelligent creature who has given his life for Jesus Christ, is willing to be led, and understands God's will in human life, so that it is realized through practical life every day, including compassion, generosity, humility, gentleness, patience, forgiveness. , love, peace, speak Christ, and give thanks.Manusia baru merupakan perubahan hidup dari kehidupan yang dulunya dikuasai oleh dosa, sekarang telah meninggalkan kehidupan tersebut dan mulai untuk memiliki kehidupan baru. Pada dasarnya manusia baru adalah makhluk berakal budi yang telah menyerahkan hidupnya untuk Yesus Kristus, bersedia untuk dipimpin, dan mengerti kehendak Allah dalam hidup manusia, sehingga diwujudkan melalui kehidupan praktis setiap hari, diantaranya yaitu belaskasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, mengampuni, kasih, damai sejahtera, memperkatakan Kristus, dan bersyukur.","PeriodicalId":149726,"journal":{"name":"Sabda: Jurnal Teologi Kristen","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132480814","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}