Pub Date : 2023-06-12DOI: 10.46870/jstain.v5i1.562
Muliadi
Peranan Dinas Transmigrasi dan Ketenagakerjaan Kabupaten Mamuju dalam pembinaaan mental spritual warga transmigrasi cukup besar, dengan cara menetapkan dai ataupun mubalig sebanyak dua orang pada setiap unit permukiman transmigrasi di Kecamatan Kalukku, termasuk kelurahan Sinyonyoi. Model dakwah yang diterapkan adalah dakwah multikulturalisme dengan strategi dakwah inklusif karena obyek atau sasaran dakwahnya heterogen, baik agama maupun etnisnya. Tema atau pesan dakwah yang disampaikan para dai dan mubalig adalah nilai-nilai universal dalam setiap agama sehingga tidak menimbulkan ketersinggungan bagi penganut agama lain. Peranan tokoh agama dalam pembinaan kehidupan beragama masyarakat transmigrasi sangat besar, dengan pendekatan dakwah yang sama yakni dakwah inklusif. Tokoh agama berupaya memahamkan masyarakat bahwa keragaman atau pluralitas adalah sebuah keniscayaan, dan meyakinkan bahwa bersama keragaman terdapat persamaan. Mengedepankan persamaan dan memperkecil perbedaan akan melahirkan sikap toleransi. Peluang maupun tantangan yang ditemukan antara lain masyarakat transmigran sangat terbuka dalam menerima perubahan. Sangat mudah diarahkan, mudah menjalin kerja sama, sumber daya muballig semakin banyak yang lahir lembaga pendidikan tinggi di Sulawesi Barat maupun yang lahir dari pondok pesantren dan Organisasi Kemasyarakatan Islam. Tantangan yang perlu diantisipasi adalah maraknya aliran-aliran keagamaan khususnya yang berhaluan paham radikalisme, serta ketersediaan logistik dakwah sebagai penunjang aktivitas dakwah pemberdayaan umat.
{"title":"Dakwah pada Masyarakat Transmigrasi di Kabupaten Mamuju (Studi Dakwah Struktural dan Dakwah Kultural)","authors":"Muliadi","doi":"10.46870/jstain.v5i1.562","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v5i1.562","url":null,"abstract":"Peranan Dinas Transmigrasi dan Ketenagakerjaan Kabupaten Mamuju dalam pembinaaan mental spritual warga transmigrasi cukup besar, dengan cara menetapkan dai ataupun mubalig sebanyak dua orang pada setiap unit permukiman transmigrasi di Kecamatan Kalukku, termasuk kelurahan Sinyonyoi. Model dakwah yang diterapkan adalah dakwah multikulturalisme dengan strategi dakwah inklusif karena obyek atau sasaran dakwahnya heterogen, baik agama maupun etnisnya. Tema atau pesan dakwah yang disampaikan para dai dan mubalig adalah nilai-nilai universal dalam setiap agama sehingga tidak menimbulkan ketersinggungan bagi penganut agama lain. Peranan tokoh agama dalam pembinaan kehidupan beragama masyarakat transmigrasi sangat besar, dengan pendekatan dakwah yang sama yakni dakwah inklusif. Tokoh agama berupaya memahamkan masyarakat bahwa keragaman atau pluralitas adalah sebuah keniscayaan, dan meyakinkan bahwa bersama keragaman terdapat persamaan. Mengedepankan persamaan dan memperkecil perbedaan akan melahirkan sikap toleransi. Peluang maupun tantangan yang ditemukan antara lain masyarakat transmigran sangat terbuka dalam menerima perubahan. Sangat mudah diarahkan, mudah menjalin kerja sama, sumber daya muballig semakin banyak yang lahir lembaga pendidikan tinggi di Sulawesi Barat maupun yang lahir dari pondok pesantren dan Organisasi Kemasyarakatan Islam. Tantangan yang perlu diantisipasi adalah maraknya aliran-aliran keagamaan khususnya yang berhaluan paham radikalisme, serta ketersediaan logistik dakwah sebagai penunjang aktivitas dakwah pemberdayaan umat.","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127703495","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-12DOI: 10.46870/jstain.v5i1.392
Amanda Rohmah Widyanita
Kebudayaan diartikan sebagai peninggalan para leluhur yang diwariskan secara turun menurun sehingga menjadi suatu hal yang patut dilestarikan keberadaannya. Salah satu peninggalan budaya tersebut ialah wayang kulit. Wayang kulit merupakan kesenian daerah yang tumbuh serta berkembang di wilayah Jawa Timur maupun Jawa Tengah, khususnya pada masyarakat Desa Setro Kabupaten Gresik. Masyarakat setempat mempercayai bahwa wayang kulit merupakan sebuah bentuk perjalanan menuju sang Maha Tinggi (roh, tuhan, dewa) yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1500 sebelum Masehi. Semula kesenian tersebut digunakan masyarakat Setro sebagai sebuah pertunjukan untuk mengisi kegiatan-kegiatan masyarakat seperti perkawaninan, sedekah bumi, sunatan, dan lain sebagainya dengan harapan ingin melestarikan dan memperkenalkan warisan leluhur. Namun, di era modernisasi seperti saat ini pagelaran wayang kulit dianggap sebagai sesuatu yang yang menyimpang dari ajaran agama islam, sebab tidak sedikit khalayak ramai memberikan komentar pada sosial media bahwa kesenian tersebut termasuk haram dikarenakan patung yang digunakan menyerupai wujud manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stigma halal atau haram terkait kesenian wayang dalam konteks budaya dan keislaman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori menurut Peter L. Berger yang menjelaskan konsepsi kontruksi sosial dengan tiga komponen. Sehingga hasil yang didapatkan adalah perspektif kebudayaan dan keislaman wayang kulit pada masyarakat Desa Setro.
文化被定义为祖先遗传下来的遗产,因此值得保存。这种文化的遗产之一是皮影戏。在东爪哇和爪哇中部地区,特别是在格雷斯克省塞罗农村社区,皮松是一种生长和繁荣的地区艺术。当地居民认为,皮制木偶是一种通往至高之神(精神,神,神)的旅行形式,人们认为这种旅行可以追溯到公元前1500年。这种艺术最初被塞罗人用作表演,以填补村庄、地球慈善、苏南等社会活动的一部分,以保护和介绍祖先的遗产。然而,在这样一个现代化的时代,皮影表演被认为是一种背离伊斯兰教教义的行为,很少有人对社交媒体发表评论,即艺术之所以是不合法的,是因为它是一种以人类形式使用的形象。本研究的目的是了解在文化和文化背景下关于绘画的侮辱或禁忌。这项研究采用了彼得·L·伯格(Peter L. Berger)的理论方法来描述具有三个组成部分的社会结构概念。因此,它的结果是皮影村的文化和文化观点。
{"title":"Stigma Wayang Kulit “Halal atau Haram” Berdasarkan Perspektif Budaya dan Keislaman Masyarakat Desa Setro","authors":"Amanda Rohmah Widyanita","doi":"10.46870/jstain.v5i1.392","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v5i1.392","url":null,"abstract":"Kebudayaan diartikan sebagai peninggalan para leluhur yang diwariskan secara turun menurun sehingga menjadi suatu hal yang patut dilestarikan keberadaannya. Salah satu peninggalan budaya tersebut ialah wayang kulit. Wayang kulit merupakan kesenian daerah yang tumbuh serta berkembang di wilayah Jawa Timur maupun Jawa Tengah, khususnya pada masyarakat Desa Setro Kabupaten Gresik. Masyarakat setempat mempercayai bahwa wayang kulit merupakan sebuah bentuk perjalanan menuju sang Maha Tinggi (roh, tuhan, dewa) yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1500 sebelum Masehi. Semula kesenian tersebut digunakan masyarakat Setro sebagai sebuah pertunjukan untuk mengisi kegiatan-kegiatan masyarakat seperti perkawaninan, sedekah bumi, sunatan, dan lain sebagainya dengan harapan ingin melestarikan dan memperkenalkan warisan leluhur. Namun, di era modernisasi seperti saat ini pagelaran wayang kulit dianggap sebagai sesuatu yang yang menyimpang dari ajaran agama islam, sebab tidak sedikit khalayak ramai memberikan komentar pada sosial media bahwa kesenian tersebut termasuk haram dikarenakan patung yang digunakan menyerupai wujud manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stigma halal atau haram terkait kesenian wayang dalam konteks budaya dan keislaman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori menurut Peter L. Berger yang menjelaskan konsepsi kontruksi sosial dengan tiga komponen. Sehingga hasil yang didapatkan adalah perspektif kebudayaan dan keislaman wayang kulit pada masyarakat Desa Setro.","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134307822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-12DOI: 10.46870/jstain.v5i1.560
Atiqoh
Dakwah berasal dari bahasa Arab yakni da’ȃ-yad’ȗ, yang artinya menyeru atau memohon, sedangkan dakwah adalah masdar dari da’ȃ-yad’ȗ- da’watan yang berarti seruan atau permohonan. Dalam ayat ini, dakwah berarti permohonan. Maka, dakwah bisa saja diartikan sebuah ajakan yang bisa saja baik dan juga bisa ajakan yang buruk. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis dengan metode kualitatif. Metode yang mengedepankan sumber-sumber bacaan dan literatur yang mendukung kesempurnaan suatu penulisan. Hasil yang diperoleh dijadikan suatu kajian pembahasan secara berkelanjutan, seperti Konsep Kepemimpinan, dari mulai masa awal Islam hingga pada era digital saat ini. Kemudian pembahasan selanjutnya bagaimana melakukan pengembangan SDM secara masif agar dapat bersaing secara professional di dalam maupun di luar lembaga dakwah..
大花源自阿拉伯语即达”ȃ-yad‘ȗ就是说呼吁或请求,而大花是da’的masdarȃ-yad意味着号召的“ȗ- da 'watan或抗辩。在这节经文中,“祷告”的意思是恳求。所以布道可以是好的,也可以是坏的。本研究采用分析性描述性方法与定性方法。一种以文学资料为基础的方法,以支持写作的完美。从伊斯兰教的早期到现在的数字时代,人们一直在讨论领导力的概念。然后讨论如何大规模地发展人力资源,以便在达华机构内外进行专业竞争。
{"title":"Kepemimpinan dan Budaya Lembaga Dakwah","authors":"Atiqoh","doi":"10.46870/jstain.v5i1.560","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v5i1.560","url":null,"abstract":"Dakwah berasal dari bahasa Arab yakni da’ȃ-yad’ȗ, yang artinya menyeru atau memohon, sedangkan dakwah adalah masdar dari da’ȃ-yad’ȗ- da’watan yang berarti seruan atau permohonan. Dalam ayat ini, dakwah berarti permohonan. Maka, dakwah bisa saja diartikan sebuah ajakan yang bisa saja baik dan juga bisa ajakan yang buruk. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis dengan metode kualitatif. Metode yang mengedepankan sumber-sumber bacaan dan literatur yang mendukung kesempurnaan suatu penulisan. Hasil yang diperoleh dijadikan suatu kajian pembahasan secara berkelanjutan, seperti Konsep Kepemimpinan, dari mulai masa awal Islam hingga pada era digital saat ini. Kemudian pembahasan selanjutnya bagaimana melakukan pengembangan SDM secara masif agar dapat bersaing secara professional di dalam maupun di luar lembaga dakwah..","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"205 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114215564","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-23DOI: 10.46870/jstain.v4i2.281
Muhammad Dalip
Salah satu corak tafsir yang cukup banyak mendapat perhatian bagi pemerhati tafsir al-Qur’an adalah corak tafsir ilmi atau yang kemudian dikenal dengan corak tafsir saintifik. Corak ini berupaya menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara menghubungkannya dengan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang dimaksud berupa ilmu-ilmu umum semisal ilmu biologi, ilmu fisika, ilmu astronomi, ilmu psikologi dan lain-lain. Artikel ini mengupas tentang penafsiran Mahmud Yunus terhadap QS al-Nisa’/4: 32 yang terdapat dalam karya tafsirnya Quran Karim. Dalam menafsirkan ayat tersebut, Mahmud Yunus berusaha keras menghubungkannya dengan salah satu bahasan dalam ilmu psikologi yakni kecerdasan. Salah satu karunia Allah dalam ayat tersebut yang diberikan kepada sebagian orang yang tidak boleh dihasuti adalah karunia yang berupa kecerdasan otak. Menurut Mahmud Yunus, dalam penelitian para ilmuwan kejiwaan, manusia yang memiliki tingkat kecerdasan otaknya rendah dari seluruh populasinya sebanyak 60 %, sementara orang yang memiliki tingkat kecerdasan otak sedang 19 %, dan orang yang memiliki tingkat kecerdasan otak tinggi atau diatas rata-rata hanya 1% saja. Pandangan Mahmud Yunus dalam menjelaskan QS al-Nisa’/4: 32 ini, yang menghubungkannya dengan perkembangan ilmu psikologi (ilmu jiwa), -dalam hal ini perkembangan kecerdasan otak manusia - semakin membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an tidak akan pernah sepi dari pembicaraan hiruk pikuk perkembangan saintifik.
{"title":"TAFSIR SAINTIFIK TENTANG KECERDASAN","authors":"Muhammad Dalip","doi":"10.46870/jstain.v4i2.281","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v4i2.281","url":null,"abstract":"Salah satu corak tafsir yang cukup banyak mendapat perhatian bagi pemerhati tafsir al-Qur’an adalah corak tafsir ilmi atau yang kemudian dikenal dengan corak tafsir saintifik. Corak ini berupaya menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara menghubungkannya dengan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang dimaksud berupa ilmu-ilmu umum semisal ilmu biologi, ilmu fisika, ilmu astronomi, ilmu psikologi dan lain-lain. \u0000Artikel ini mengupas tentang penafsiran Mahmud Yunus terhadap QS al-Nisa’/4: 32 yang terdapat dalam karya tafsirnya Quran Karim. Dalam menafsirkan ayat tersebut, Mahmud Yunus berusaha keras menghubungkannya dengan salah satu bahasan dalam ilmu psikologi yakni kecerdasan. Salah satu karunia Allah dalam ayat tersebut yang diberikan kepada sebagian orang yang tidak boleh dihasuti adalah karunia yang berupa kecerdasan otak. Menurut Mahmud Yunus, dalam penelitian para ilmuwan kejiwaan, manusia yang memiliki tingkat kecerdasan otaknya rendah dari seluruh populasinya sebanyak 60 %, sementara orang yang memiliki tingkat kecerdasan otak sedang 19 %, dan orang yang memiliki tingkat kecerdasan otak tinggi atau diatas rata-rata hanya 1% saja. \u0000Pandangan Mahmud Yunus dalam menjelaskan QS al-Nisa’/4: 32 ini, yang menghubungkannya dengan perkembangan ilmu psikologi (ilmu jiwa), -dalam hal ini perkembangan kecerdasan otak manusia - semakin membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an tidak akan pernah sepi dari pembicaraan hiruk pikuk perkembangan saintifik.","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129863013","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-23DOI: 10.46870/jstain.v4i2.295
Muhammad Nasir
Penelitian ini berujuan Untuk mengetahui sumber pemahaman hadis Nabi yang diimplementasikan oleh umat Islam dalam kehidupannya, serta menganalisa akar pemahaman dari ormas Islam yang ada di Majene dalam memahami hadis-hadis Nabi saw. sehingga jelas afiliasinya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode analisis konten. pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan historis, dan pendekatan Sosial yang difokuskan pada tiga ormas Islam yaitu Muhammadiyah, Nahdatul Ulama dan Darud Dakwah wal Irsyad yang bertempat di Majene. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ormas Muhammadiyah sangat selektif menggunakan hadis sebagai hujjah dengan penekanan pada hadis yang shaẖih sekalipuh dalam masalah fadlâilul ‘amal. Pernyataan ini tertuang dalam Putusan Majelis Tarjih bahwa Hadis mauqûf tidak dapat dijadikan hujjah kecuali status hukumnya marfû’. Pengikut Muhammadiyah di Majene dalam praktek keagamaannya ada dua model yaitu Muhammadiyah puritan dan Muhammadiyah adaptif. Adapun ormas NU mendefinisikan hadis sejalan dengan empat imam madzhab dan jumhur ulama ahli hadis. Adapun ke-hujjah-an hadis dhâ’if dalam penetapan hukum tasyri’, maka para ulama tidak memperbolehkan. Hadis dhâ’if bisa digunakan dalam hal fadhailul ‘âmal (keutamaan beramal), bukan sebagai argumen hukum dan aqidah, itupun dengan beberapa syarat yang harus terpenuhi, sedangkan Ormas DDI dalam pemikiran keagamaan dan pengamalan ajaran agama Islam, hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh NU, baik dari aspek pemahaman teologi, fikih, tasawuf dan pengkajian hadis. Khusus dalam kajian hadis, ormas DDI mengikut pada jumhur ulama hadis dalam aspek pemaknaan hadis. Apabila hadis itu kualitasnya shahih ataupun hasan, maka hadis tersebut dapat di amalkan. Demikian pula hadis dhaif bisa diamalkan jika terkait dengan fadhail al-amal
{"title":"MELACAK AKAR PEMAHAMAN HADIS NABI","authors":"Muhammad Nasir","doi":"10.46870/jstain.v4i2.295","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v4i2.295","url":null,"abstract":"Penelitian ini berujuan Untuk mengetahui sumber pemahaman hadis Nabi yang diimplementasikan oleh umat Islam dalam kehidupannya, serta menganalisa akar pemahaman dari ormas Islam yang ada di Majene dalam memahami hadis-hadis Nabi saw. sehingga jelas afiliasinya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode analisis konten. pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan historis, dan pendekatan Sosial yang difokuskan pada tiga ormas Islam yaitu Muhammadiyah, Nahdatul Ulama dan Darud Dakwah wal Irsyad yang bertempat di Majene. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ormas Muhammadiyah sangat selektif menggunakan hadis sebagai hujjah dengan penekanan pada hadis yang shaẖih sekalipuh dalam masalah fadlâilul ‘amal. Pernyataan ini tertuang dalam Putusan Majelis Tarjih bahwa Hadis mauqûf tidak dapat dijadikan hujjah kecuali status hukumnya marfû’. Pengikut Muhammadiyah di Majene dalam praktek keagamaannya ada dua model yaitu Muhammadiyah puritan dan Muhammadiyah adaptif. Adapun ormas NU mendefinisikan hadis sejalan dengan empat imam madzhab dan jumhur ulama ahli hadis. Adapun ke-hujjah-an hadis dhâ’if dalam penetapan hukum tasyri’, maka para ulama tidak memperbolehkan. Hadis dhâ’if bisa digunakan dalam hal fadhailul ‘âmal (keutamaan beramal), bukan sebagai argumen hukum dan aqidah, itupun dengan beberapa syarat yang harus terpenuhi, sedangkan Ormas DDI dalam pemikiran keagamaan dan pengamalan ajaran agama Islam, hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh NU, baik dari aspek pemahaman teologi, fikih, tasawuf dan pengkajian hadis. Khusus dalam kajian hadis, ormas DDI mengikut pada jumhur ulama hadis dalam aspek pemaknaan hadis. Apabila hadis itu kualitasnya shahih ataupun hasan, maka hadis tersebut dapat di amalkan. Demikian pula hadis dhaif bisa diamalkan jika terkait dengan fadhail al-amal","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127989013","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-23DOI: 10.46870/jstain.v4i2.289
Musa Habib Musa, Muhammad Muhktar
Many black Africans migrate to Europe in search of a better life. However, they face different challenges in the process such as racism, rape, and lack of accommodation in Europe. Thus, this study aims at examining how the quest for a better life and racial discrimination is portrayed in Buchi Emecheter’s Second Class Citizen. The study adopts psychoanalysis theory to analyze the data. The findings of the study show that many Africans consider Europe as heaven, as a source of happiness as a place of freedom and enjoyment while Nigeria and Africa at large as hell. As a result, they want to go and have a better life in the West. Also, the findings show the extent to which Black Africans are racially discriminated against there. They are considered inferior, and unimportant by the whites, and nobody wants to even associate with them. The study identifies some implications of the findings and makes some recommendations for further studies.
{"title":"A QUEST FOR A BETTER LIFE AND RACIAL DISCRIMINATION IN BAUCHI EMECHETER’S \"SECOND CLASS CITIZEN\"","authors":"Musa Habib Musa, Muhammad Muhktar","doi":"10.46870/jstain.v4i2.289","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v4i2.289","url":null,"abstract":"Many black Africans migrate to Europe in search of a better life. However, they face different challenges in the process such as racism, rape, and lack of accommodation in Europe. Thus, this study aims at examining how the quest for a better life and racial discrimination is portrayed in Buchi Emecheter’s Second Class Citizen. The study adopts psychoanalysis theory to analyze the data. The findings of the study show that many Africans consider Europe as heaven, as a source of happiness as a place of freedom and enjoyment while Nigeria and Africa at large as hell. As a result, they want to go and have a better life in the West. Also, the findings show the extent to which Black Africans are racially discriminated against there. They are considered inferior, and unimportant by the whites, and nobody wants to even associate with them. The study identifies some implications of the findings and makes some recommendations for further studies.","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"126 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134491612","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-23DOI: 10.46870/jstain.v4i2.287
Nasruddin
The mattampung ritual is a practice of beliefs and traditions carried out by the Bugis in order to remember the spirits of the deceased by reciting prayers or verses of the Qur'an in order to gain salvation and get the right place by the side of Allah. The purpose of this study is to reveal an understanding of the ritual of mattampung among the people. This type of research is qualitative usingnormative theological proximity which is then supported by an interview with a local scholar. The results of this study revealed that the rituals of mattampung can be studied based on legal sources. The first source of law based on naqly's postulates is the Qur'an and hadith. While the second source of law is the aqly postulate which is the source of law based on reason. later, developed by the scholars of ushul fiqhi on the basis of ijtihad. The difference in people's understanding of the death ritual in Soppeng Riaja District, Barru Regency, is because on the one hand that the ritual is an Islamic culture by relying on two postulates, namely the naqli postulate (al-Qur'an and Hadith) and also the aqli (reason consideration) postulate which is used by ushul fiqhi scholars as one of the sources of Islamic law, namely al- Urf' (the establishment of laws based on customs and traditions carried out by the local people).
{"title":"RITUAL MATTAMPUNG: MENALAR GAP DI KALANGAN MASYARAKAT SOPPENG RIAJA DI BARRU SULAWESI SELATAN","authors":"Nasruddin","doi":"10.46870/jstain.v4i2.287","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v4i2.287","url":null,"abstract":"The mattampung ritual is a practice of beliefs and traditions carried out by the Bugis in order to remember the spirits of the deceased by reciting prayers or verses of the Qur'an in order to gain salvation and get the right place by the side of Allah. The purpose of this study is to reveal an understanding of the ritual of mattampung among the people. This type of research is qualitative usingnormative theological proximity which is then supported by an interview with a local scholar. The results of this study revealed that the rituals of mattampung can be studied based on legal sources. The first source of law based on naqly's postulates is the Qur'an and hadith. While the second source of law is the aqly postulate which is the source of law based on reason. later, developed by the scholars of ushul fiqhi on the basis of ijtihad. The difference in people's understanding of the death ritual in Soppeng Riaja District, Barru Regency, is because on the one hand that the ritual is an Islamic culture by relying on two postulates, namely the naqli postulate (al-Qur'an and Hadith) and also the aqli (reason consideration) postulate which is used by ushul fiqhi scholars as one of the sources of Islamic law, namely al- Urf' (the establishment of laws based on customs and traditions carried out by the local people).","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128496918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-23DOI: 10.46870/jstain.v4i2.261
Muhammad Kusnady Tabsir
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana anak usia sekolah di Madrasah Tsanawiah Negeri 7 Bulukumba muncul dalam pasar kerja mencari nafkah dan bagaimana peran mereka dalam ekonomi keluarga dilihat dari persfektif Islam. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan wawancara bebas terpimpin terhadap beberapa informan kunci seperti anak usia sekolah yang bekerja, guru, orangtua dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan anak usia sekolah di Madrasah Tsanawiah Negeri 7 Bulukumba muncul di pasar kerja karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu sehingga menimbulkan keinginan untuk membantu orang tua. Selanjutnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan sendiri seperti jajan dan data internet merupakan motivasi bagi anak usia sekolah yang bekerja. Faktor yang datang dari lingkungan juga menjadi motivasi tersendiri berupa cerita keberhasilan sebagian warga yang bekerja sebagai tenaga kerja di negara tetangga Malaysia. Kontribusi pendapatan yang dihasilkan oleh anak usia sekolah yang bekerja terhadap ekonomi keluarga sangat membantu kehidupan keluarga walaupun pendapatan yang diperoleh relatif kecil.
{"title":"Peran Anak Usia Sekolah Dalam Ekonomi Keluarga di Madrasah Tsanawiah Negeri 7 Bulukumba","authors":"Muhammad Kusnady Tabsir","doi":"10.46870/jstain.v4i2.261","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v4i2.261","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana anak usia sekolah di Madrasah Tsanawiah Negeri 7 Bulukumba muncul dalam pasar kerja mencari nafkah dan bagaimana peran mereka dalam ekonomi keluarga dilihat dari persfektif Islam. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan wawancara bebas terpimpin terhadap beberapa informan kunci seperti anak usia sekolah yang bekerja, guru, orangtua dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan anak usia sekolah di Madrasah Tsanawiah Negeri 7 Bulukumba muncul di pasar kerja karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu sehingga menimbulkan keinginan untuk membantu orang tua. Selanjutnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan sendiri seperti jajan dan data internet merupakan motivasi bagi anak usia sekolah yang bekerja. Faktor yang datang dari lingkungan juga menjadi motivasi tersendiri berupa cerita keberhasilan sebagian warga yang bekerja sebagai tenaga kerja di negara tetangga Malaysia. Kontribusi pendapatan yang dihasilkan oleh anak usia sekolah yang bekerja terhadap ekonomi keluarga sangat membantu kehidupan keluarga walaupun pendapatan yang diperoleh relatif kecil.","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"114 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116543991","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-23DOI: 10.46870/jstain.v4i2.222
Sulkifli
Artikel ini betujuan membahas dinamika tafsir kontemporer dalam keserjanaan muslim. Penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan historis yakni melihat aspek-aspek sejarah yang turut mempengaruhi lahir dan berkembangnya tafsir kontemporer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tafsir kontemporer sebenarnya diterima dikalangan umat muslim sebagai sebuah tawaran baru dalam memahami al-Qur’an, hanya saja penggunaan metode dan pendekatan yang tidak lazim digunakan dalam kajian kitab suci al-Qur’an membuatnya mengalami penolakan dari sebagaian kalangan. Tetapi pada prinsipnya mereka sama baik yang menerima maupun yang menolak yakni semangat untuk menjadikan al-Qur’an sebagai kitab suci yang memuat petunjuk-petunjuk untuk umat manusia. Keberadaan pendekatan-pendekatan baru dalam memahami al-Qur’an dalam kajian kontemporer setidaknya memberikan angin segar untuk menggali makna baru di dalam kitab suci. Dengan kesadaran bahwa akses informasi yang cepat yang turut mempengaruhi kehidupan dan tatanan masyarakat yang begitu komples menuntut hadirnya metode dan pendekatan baru dikalangan umat Islam itu sendiri. Metode dan pendekatan baru diharapkan mampu menjawab persoalan-persoalan umat Islam di era modern-kontemporer Kata kunci: Dinamika, Tafsir, Kontemporer
{"title":"DINAMIKA TAFSIR KONTEMPORER DALAM KESARJANAN MUSLIM","authors":"Sulkifli","doi":"10.46870/jstain.v4i2.222","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v4i2.222","url":null,"abstract":"Artikel ini betujuan membahas dinamika tafsir kontemporer dalam keserjanaan muslim. Penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan historis yakni melihat aspek-aspek sejarah yang turut mempengaruhi lahir dan berkembangnya tafsir kontemporer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tafsir kontemporer sebenarnya diterima dikalangan umat muslim sebagai sebuah tawaran baru dalam memahami al-Qur’an, hanya saja penggunaan metode dan pendekatan yang tidak lazim digunakan dalam kajian kitab suci al-Qur’an membuatnya mengalami penolakan dari sebagaian kalangan. Tetapi pada prinsipnya mereka sama baik yang menerima maupun yang menolak yakni semangat untuk menjadikan al-Qur’an sebagai kitab suci yang memuat petunjuk-petunjuk untuk umat manusia. Keberadaan pendekatan-pendekatan baru dalam memahami al-Qur’an dalam kajian kontemporer setidaknya memberikan angin segar untuk menggali makna baru di dalam kitab suci. Dengan kesadaran bahwa akses informasi yang cepat yang turut mempengaruhi kehidupan dan tatanan masyarakat yang begitu komples menuntut hadirnya metode dan pendekatan baru dikalangan umat Islam itu sendiri. Metode dan pendekatan baru diharapkan mampu menjawab persoalan-persoalan umat Islam di era modern-kontemporer \u0000Kata kunci: Dinamika, Tafsir, Kontemporer ","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125168589","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-23DOI: 10.46870/jstain.v4i2.279
Rukman Pala, Rachmawaty Djaffar
Penggunaan media sosial menjadi tren yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Hadirnya media sosial mamfasilitasi proses transmisi informasi dari suatu pihak ke pihak lain secara virtual dalam waktu yang cepat. Kondisi pandemi Corona Virus 2019 (COVID-19) di seluruh dunia yang mendorong penerapan pembatasan sosial di banyak negara kini menjadi faktor meningkatnya penggunaan media social yang mewadahi interaksi manusia secara virtual. Penelitian ini ingin mengeksplorasi tren peningkatan penggunaan media sosial di tengah pandemi COVID-19 beserta dampaknya bagi pola komunikasi masyarakat dalam menyongsong era new normal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif menggunakan tabel frekusnei. Hasil analisis terhadap permasalahan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dalam mengakses informasi covid 19 di masyarakat Tamamaung Makassar dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang memahami informasi tentang covid-19 misalnya informasi tentang 3 M serta bahaya dari virus covid-19. Masyarakat dalam mengakses informasi covid-19 lebih banyak menggunakan media social seeperti whatsshap, Instagram dan youtube sebagai sumber informasi di masa pandemi ini. Masyarakat Tamamaung dalam mengakses informasi melalui media social sehingga masyarakat memperoleh pemahaman protokol kesehatan dimasa pandemi Covid-19 pada masyarakat Tamamaung Makassar.
{"title":"PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM MENGAKSES INFORMASI COVID-19","authors":"Rukman Pala, Rachmawaty Djaffar","doi":"10.46870/jstain.v4i2.279","DOIUrl":"https://doi.org/10.46870/jstain.v4i2.279","url":null,"abstract":"Penggunaan media sosial menjadi tren yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Hadirnya media sosial mamfasilitasi proses transmisi informasi dari suatu pihak ke pihak lain secara virtual dalam waktu yang cepat. Kondisi pandemi Corona Virus 2019 (COVID-19) di seluruh dunia yang mendorong penerapan pembatasan sosial di banyak negara kini menjadi faktor meningkatnya penggunaan media social yang mewadahi interaksi manusia secara virtual. Penelitian ini ingin mengeksplorasi tren peningkatan penggunaan media sosial di tengah pandemi COVID-19 beserta dampaknya bagi pola komunikasi masyarakat dalam menyongsong era new normal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif menggunakan tabel frekusnei. Hasil analisis terhadap permasalahan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dalam mengakses informasi covid 19 di masyarakat Tamamaung Makassar dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang memahami informasi tentang covid-19 misalnya informasi tentang 3 M serta bahaya dari virus covid-19. Masyarakat dalam mengakses informasi covid-19 lebih banyak menggunakan media social seeperti whatsshap, Instagram dan youtube sebagai sumber informasi di masa pandemi ini. Masyarakat Tamamaung dalam mengakses informasi melalui media social sehingga masyarakat memperoleh pemahaman protokol kesehatan dimasa pandemi Covid-19 pada masyarakat Tamamaung Makassar.","PeriodicalId":164900,"journal":{"name":"AL-MUTSLA","volume":"62 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130483279","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}