Pub Date : 2019-08-29DOI: 10.25077/JSFK.6.2.113-120.2019
Susila Handayani, Helmi Arifin, Menkher Manjas
Mengatasi nyeri Pasca bedah fraktur merupakan tindakan penting dalam mencegah nyeri kronik, mengurangi lama perawatan demi meningkatkan kulitas hidup pasien. Karena itu perlu kajian penggunaan analgetik pasien Pasca bedah fraktur agar tepat guna, menguntungkan serta menghindari efek samping. Penelitian bertujuan mengkaji penggunaan analgetik yang meliputi jenis, dosis, penurunan derajad nyeri, serta efek samping yang ditimbulkan. Penelitian dilakukan pada pasien Pasca bedah fraktur di Trauma Centre RSUP M Djamil Padang Agustus hingga Oktober 2018 sebanyak 45 orang. dan yang menggunakan analgesik ketorolak injeksi 30mg/8jam 31 pasien (68,9%), tramadol injeksi 100mg/8jam 13 pasien (28,9%) dan paracetamol tablet 3x500mg 1 pasien (2,2%). Dari analisa statistik menggunakan Wilcoxon signed rank test, terdapat hubungan bermakna penurunan derajad nyeri, dimana p<0,05. Dari penelitian ini dapat disimpulkan analgetik terbanyak ketorolak injeksi 30mg/8 jam, dapat menurunkan nyeri dari sedang menjadi ringan 45,2%, 51,6% tidak berubah nyeri sedang. dan 3,2% masih dengan nyeri berat. Tramadol injeksi 100mg/8jam, menurunkan nyeri dari berat ke sedang 35,5%, berat ke ringan 61,5%. dan parasetamol tablet 3x500mg pada nyeri ringan 100%. Dengan penurunan derajad nyeri keseluruhan adalah 71,1%. Serta efek samping yang dirasakan berupa kontipasi (tramadol) sebanyak 13,33% dan mual muntah (ketorolak) sebanyak 8,89%.
治疗骨折后疼痛是预防慢性疼痛、降低治疗时间以提高病人的死亡率的重要措施。因此,必须对骨折后患者的镇痛研究,以获得适当的、有利的和避免副作用。研究的目的是研究涉及类型、剂量、疼痛程度下降和副作用的镇痛措施。该研究于2018年8月至10月在贾米尔沙漠创伤中心对骨折患者进行了45次研究。使用镇痛ketorolak注射30mg/ 88.9%的病人,tramadol注射100mg/ 89%的病人(28.9%)和3x500mg药片1患者(2.2%)。通过使用Wilcoxon signed rank测试的统计分析,有一种关系表明疼痛程度在p< 0.05处下降。从这项研究可以推断,最多的镇痛是30毫克/8小时注射的镇痛,可以使中度疼痛从中度降低到45.2%,51.6%不会改变中度疼痛。3.2%的人仍然疼痛难忍。注射100mg/8小时,将疼痛从体重降低到35.5%,重量减轻到61.5%。还有3x500mg的非处方止痛药。整体疼痛程度降低为71.1%。以及13 . 33%的便秘(曲马多)和吐痰的副作用,共8.89%。
{"title":"Kajian Penggunaan Analgetik pada Pasien Pasca Bedah Fraktur di Trauma Centre RSUP M. Djamil Padang","authors":"Susila Handayani, Helmi Arifin, Menkher Manjas","doi":"10.25077/JSFK.6.2.113-120.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.113-120.2019","url":null,"abstract":"Mengatasi nyeri Pasca bedah fraktur merupakan tindakan penting dalam mencegah nyeri kronik, mengurangi lama perawatan demi meningkatkan kulitas hidup pasien. Karena itu perlu kajian penggunaan analgetik pasien Pasca bedah fraktur agar tepat guna, menguntungkan serta menghindari efek samping. Penelitian bertujuan mengkaji penggunaan analgetik yang meliputi jenis, dosis, penurunan derajad nyeri, serta efek samping yang ditimbulkan. Penelitian dilakukan pada pasien Pasca bedah fraktur di Trauma Centre RSUP M Djamil Padang Agustus hingga Oktober 2018 sebanyak 45 orang. dan yang menggunakan analgesik ketorolak injeksi 30mg/8jam 31 pasien (68,9%), tramadol injeksi 100mg/8jam 13 pasien (28,9%) dan paracetamol tablet 3x500mg 1 pasien (2,2%). Dari analisa statistik menggunakan Wilcoxon signed rank test, terdapat hubungan bermakna penurunan derajad nyeri, dimana p<0,05. Dari penelitian ini dapat disimpulkan analgetik terbanyak ketorolak injeksi 30mg/8 jam, dapat menurunkan nyeri dari sedang menjadi ringan 45,2%, 51,6% tidak berubah nyeri sedang. dan 3,2% masih dengan nyeri berat. Tramadol injeksi 100mg/8jam, menurunkan nyeri dari berat ke sedang 35,5%, berat ke ringan 61,5%. dan parasetamol tablet 3x500mg pada nyeri ringan 100%. Dengan penurunan derajad nyeri keseluruhan adalah 71,1%. Serta efek samping yang dirasakan berupa kontipasi (tramadol) sebanyak 13,33% dan mual muntah (ketorolak) sebanyak 8,89%.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"69 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83269646","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-29DOI: 10.25077/JSFK.6.2.85-94.2019
Nuryanti Nuryanti, R. Wijayanti, Masdikoh Masdikoh
Isopulegol penting sebagai senyawa intermediate dalam pembuatan menthol (C10H20O) yang mempunyai karakteristik bau peppermint dan digunakan secara luas dalam industri farmasi, industri sabun dan pasta gigi. Isopulegol sangat mahal karena banyak digunakan di dunia green medicine. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Isopulegol dengan reaksi cyclisasi citronellal menggunakan katalis heterogen ZnBr2/SiO2. Awalnya dilakukan pembuatan katalis heterogen ZnBr2/SiO2 selanjutnya dilakukan pemisahan fraksi citronellal dari citronella oil dengan destilasi fraksinasi vacuum. Fraksi citronellal yang digunakan diperoleh dari hasil isolasi citronella oil pada tekanan 33 mBarr. Dilakukan reaksi cyclisasi citronellal untuk menghasilkan isopulegol. Beberapa teknik seperti Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive X-Ray Analysis (SEM-EDX) digunakan untuk karakterisasi katalis. Gas Chromatoghraphy Mass Spectroscopy (GC-MS) digunakan untuk analisis produksi isopulegol. Reaksi yang dilakukan menunjukkan bahwa katalis sangat selektif terhadap produk yang dihasilkan yaitu isopulegol dengan aktifitas katalis sebesar 95.63 % dan selektifitas terhadap isopulegol sebesar 94.35 %. Regenerasi katalis juga menunjukkan hasil yang baik terhadap produk yang dihasilkan dengan aktifitas sebesar 94.38 %.
重要的分离蛋白是薄荷醇(C10H20O)的一种内部化合物,具有薄荷的特性,在制药、肥皂和牙膏行业广泛使用。异丙醇非常昂贵,因为它在绿色医学中被广泛使用。本研究旨在利用ZnBr2/SiO2质谱仪产生citronellal循环反应的异构体。最初是合成ZnBr2/SiO2异构催化剂,然后将citronellal油中的香醇成分与衍生物油的解构。香橼所用的微量元素来自香橼油在33米巴尔的压力下分离出来。对citronellal周期化反应产生异丙醇。一些技术,如Fourier Transform红外线(FTIR)和扫描电子显微分析x射线分析(semn - edx),用于催化剂的特性描述。气体Chromatoghraphy Mass Spectroscopy (GC-MS)用于异丙醇生产分析。反应表明催化剂对催化剂的活性为95%的产物是选择性的。催化再生也对94.38的活性产物产生了很好的结果。
{"title":"Produksi Isopulegol dengan Cyclisasi Citronellal Menggunakan Katalis Heterogen ZnBr2/SiO2 untuk Aplikasi Green Medicine","authors":"Nuryanti Nuryanti, R. Wijayanti, Masdikoh Masdikoh","doi":"10.25077/JSFK.6.2.85-94.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.85-94.2019","url":null,"abstract":"Isopulegol penting sebagai senyawa intermediate dalam pembuatan menthol (C10H20O) yang mempunyai karakteristik bau peppermint dan digunakan secara luas dalam industri farmasi, industri sabun dan pasta gigi. Isopulegol sangat mahal karena banyak digunakan di dunia green medicine. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Isopulegol dengan reaksi cyclisasi citronellal menggunakan katalis heterogen ZnBr2/SiO2. Awalnya dilakukan pembuatan katalis heterogen ZnBr2/SiO2 selanjutnya dilakukan pemisahan fraksi citronellal dari citronella oil dengan destilasi fraksinasi vacuum. Fraksi citronellal yang digunakan diperoleh dari hasil isolasi citronella oil pada tekanan 33 mBarr. Dilakukan reaksi cyclisasi citronellal untuk menghasilkan isopulegol. Beberapa teknik seperti Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive X-Ray Analysis (SEM-EDX) digunakan untuk karakterisasi katalis. Gas Chromatoghraphy Mass Spectroscopy (GC-MS) digunakan untuk analisis produksi isopulegol. Reaksi yang dilakukan menunjukkan bahwa katalis sangat selektif terhadap produk yang dihasilkan yaitu isopulegol dengan aktifitas katalis sebesar 95.63 % dan selektifitas terhadap isopulegol sebesar 94.35 %. Regenerasi katalis juga menunjukkan hasil yang baik terhadap produk yang dihasilkan dengan aktifitas sebesar 94.38 %.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"2014 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86802386","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-29DOI: 10.25077/JSFK.6.2.164-170.2019
Indra Indra, Ahmad Fauzi, Ratih Aryani
Aspirin merupakan obat analgetik dan antipiretik yang termasuk dalam kelompok Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II dengan kelarutan rendah dan absorpsi tinggi. Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi kristal aspirin untuk meningkatkan laju disolusi dengan menggunakan metode rekristaliasi penguapan 3 jenis pelarut yaitu methanol (AMP), tetrahidrofuran (ATP) dan kloroform (AKP). Karakteristik sifat fisikokimia hasil rekristalisasi aspirin dilakukan menggunakan mikroskop polarisasi, X-Ray difraktometer serbuk, Spektrofotometer IR, differential scanning calorimeter (DSC) dan thermogravimetric analysis (TGA) dan evaluasi terakhir dilakukan pengujian kelarutan dan disolusi. Kristal aspirin yang dihasilkan dari metode penguapan pelarut methanol (AMP), tetrahidrofuran (ATP), dan kloroform (AKP) menghasilkan bentuk kristal jarum dengan ujung yang runcing. Kristal aspirin murni (AS) memiliki bentuk yang sama yaitu prismatik. Hasil pengamatan pada spectrum IR dan termogram DSC menunjukkan tidak terjadinya perubahan yang signifikan dibandingkan dengan kristal murni (AS). Hasil analisis pola difraktogram PXRD untuk Kristal AMP memperlihatkan adanya perbedaan pola puncak pada posisi 2θ yang berbeda. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa rekristaliasi aspirin dengan methanol (AMP) merupakan senyawa kimia yang sama dengan internal struktur kristal yang berbeda (polimorf). Hasil uji disolusi menggunakan tipe dayung dengan medium disolusi HCl 0,1 N diketahui bahwa kristal AMP, ATP, dan AKP memiliki laju disolusi yang lebih baik dibandingkan kristal AS.
{"title":"Karakterisasi dan Uji Disolusi Aspirin Hasil Rekristalisasi Penguap Pelarut","authors":"Indra Indra, Ahmad Fauzi, Ratih Aryani","doi":"10.25077/JSFK.6.2.164-170.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.164-170.2019","url":null,"abstract":"Aspirin merupakan obat analgetik dan antipiretik yang termasuk dalam kelompok Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II dengan kelarutan rendah dan absorpsi tinggi. Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi kristal aspirin untuk meningkatkan laju disolusi dengan menggunakan metode rekristaliasi penguapan 3 jenis pelarut yaitu methanol (AMP), tetrahidrofuran (ATP) dan kloroform (AKP). Karakteristik sifat fisikokimia hasil rekristalisasi aspirin dilakukan menggunakan mikroskop polarisasi, X-Ray difraktometer serbuk, Spektrofotometer IR, differential scanning calorimeter (DSC) dan thermogravimetric analysis (TGA) dan evaluasi terakhir dilakukan pengujian kelarutan dan disolusi. Kristal aspirin yang dihasilkan dari metode penguapan pelarut methanol (AMP), tetrahidrofuran (ATP), dan kloroform (AKP) menghasilkan bentuk kristal jarum dengan ujung yang runcing. Kristal aspirin murni (AS) memiliki bentuk yang sama yaitu prismatik. Hasil pengamatan pada spectrum IR dan termogram DSC menunjukkan tidak terjadinya perubahan yang signifikan dibandingkan dengan kristal murni (AS). Hasil analisis pola difraktogram PXRD untuk Kristal AMP memperlihatkan adanya perbedaan pola puncak pada posisi 2θ yang berbeda. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa rekristaliasi aspirin dengan methanol (AMP) merupakan senyawa kimia yang sama dengan internal struktur kristal yang berbeda (polimorf). Hasil uji disolusi menggunakan tipe dayung dengan medium disolusi HCl 0,1 N diketahui bahwa kristal AMP, ATP, dan AKP memiliki laju disolusi yang lebih baik dibandingkan kristal AS.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81006353","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Adverse Drug Reaction (ADR) atau Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) merupakan suatu persoalan kompleks bagi tenaga kesehatan. Anak-anak menjadi salah satu populasi yang beresiko mengalami reaksi ini. Belum sempurnanya perkembangan farmakologi dan sistem imun pada anak, kekurangan formulasi sediaan yang sesuai, penggunaan obat off-label, tingginya tingkat polifarmasi, paparan akibat penggunaan obat oleh ibu hamil atau melalui ASI dan kesulitan dalam berkomunikasi menjadi faktor resiko terjadinya ROTD pada anak. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang berinteraksi paling banyak dengan pasien dituntut untuk dapat mengenali dan berkontribusi dalam memantau dan melaporkan segala reaksi yang terjadi pada pasien akibat penggunaan obat, sehingga dilakukanlah penelitian untuk mengetahui pengetahuan perawat di bangsal rawat inap SMF Anak RSUP.DR.M. Djamil Padang terhadap kejadian, penanganan dan pelaporan ROTD di bangsal tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metoda kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur terhadap 14 orang responden yang dipilih berdasarkan purposive sampling dan bersifat konservatif. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan perawat yang bertugas di bangsal rawat inap SMF anak RSUP Dr.M.Djamil Padang tentang kejadian, penanganan dan pelaporan ROTD masih kurang. Keterbatasan pengetahuan perawat menyebabkan sangat sedikit sekali pelaporan kasus ROTD yang pernah dilaporkan sesuai dengan prosedur.
{"title":"Studi Kualitatif Pengetahuan Perawat terhadap Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) di Bangsal Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang","authors":"Santilla Lovia, Yelly Oktavia Sari, Dedy Almasdy, Fitrisia Amelin","doi":"10.25077/JSFK.6.2.95-103.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.95-103.2019","url":null,"abstract":"Adverse Drug Reaction (ADR) atau Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) merupakan suatu persoalan kompleks bagi tenaga kesehatan. Anak-anak menjadi salah satu populasi yang beresiko mengalami reaksi ini. Belum sempurnanya perkembangan farmakologi dan sistem imun pada anak, kekurangan formulasi sediaan yang sesuai, penggunaan obat off-label, tingginya tingkat polifarmasi, paparan akibat penggunaan obat oleh ibu hamil atau melalui ASI dan kesulitan dalam berkomunikasi menjadi faktor resiko terjadinya ROTD pada anak. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang berinteraksi paling banyak dengan pasien dituntut untuk dapat mengenali dan berkontribusi dalam memantau dan melaporkan segala reaksi yang terjadi pada pasien akibat penggunaan obat, sehingga dilakukanlah penelitian untuk mengetahui pengetahuan perawat di bangsal rawat inap SMF Anak RSUP.DR.M. Djamil Padang terhadap kejadian, penanganan dan pelaporan ROTD di bangsal tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metoda kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur terhadap 14 orang responden yang dipilih berdasarkan purposive sampling dan bersifat konservatif. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan perawat yang bertugas di bangsal rawat inap SMF anak RSUP Dr.M.Djamil Padang tentang kejadian, penanganan dan pelaporan ROTD masih kurang. Keterbatasan pengetahuan perawat menyebabkan sangat sedikit sekali pelaporan kasus ROTD yang pernah dilaporkan sesuai dengan prosedur.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89786232","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-29DOI: 10.25077/JSFK.6.2.158-163.2019
R Zulkarni, N. Nessa, Yumna Athifah
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit kronis paru-paru dengan karakteristik resistensi aliran udara yang benar-benar tidak dapat dipulihkan atau pulih sebagian dan progresif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan bahwa jumlah kasus COPD akan meningkat dari peringkat 6 pada tahun 1990 menjadi peringkat 3 pada tahun 2020 sebagai penyebab kematian paling umum di dunia, termasuk di Indonesia. Pentingnya menginformasikan keakuratan pemilihan obat dan penentuan regimen adalah untuk meningkatkan rasionalitas obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran ketepatan pemilihan obat dan penentuan regimen PPOK pada pasien dengan rawat inap COPD Mayor Jenderal H.A Thalib Kab.Kerinci. Jenis penelitian adalah deskriptif, pengambilan data dilakukan secara prospektif melalui rekam medis pasien untuk periode Maret-Mei 2018 dan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk total sampling. Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian diperoleh 30 sampel. Pada hasil penyajian data deskriptif, penilaian akurat berdasarkan pemberian obat COPD pada pasien ada pemilihan obat yang tepat yaitu 74,83%, penentuan regimen obat 100% dan evaluasi pemantauan pasien yang diobati COPD sembuh 100%
{"title":"Analisis Ketepatan Pemilihan dan Penentuan Regimen Obat pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)","authors":"R Zulkarni, N. Nessa, Yumna Athifah","doi":"10.25077/JSFK.6.2.158-163.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.158-163.2019","url":null,"abstract":"Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit kronis paru-paru dengan karakteristik resistensi aliran udara yang benar-benar tidak dapat dipulihkan atau pulih sebagian dan progresif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan bahwa jumlah kasus COPD akan meningkat dari peringkat 6 pada tahun 1990 menjadi peringkat 3 pada tahun 2020 sebagai penyebab kematian paling umum di dunia, termasuk di Indonesia. Pentingnya menginformasikan keakuratan pemilihan obat dan penentuan regimen adalah untuk meningkatkan rasionalitas obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran ketepatan pemilihan obat dan penentuan regimen PPOK pada pasien dengan rawat inap COPD Mayor Jenderal H.A Thalib Kab.Kerinci. Jenis penelitian adalah deskriptif, pengambilan data dilakukan secara prospektif melalui rekam medis pasien untuk periode Maret-Mei 2018 dan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk total sampling. Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian diperoleh 30 sampel. Pada hasil penyajian data deskriptif, penilaian akurat berdasarkan pemberian obat COPD pada pasien ada pemilihan obat yang tepat yaitu 74,83%, penentuan regimen obat 100% dan evaluasi pemantauan pasien yang diobati COPD sembuh 100%","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85179564","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-29DOI: 10.25077/JSFK.6.2.104-112.2019
Asrawal Asrawal, Ros Summary, Delina Hasan, D. Daniel
Background: Surgery is one of the basic components of very important health care system. Therefore, the risk of any infectionin the surgical process must be known because microbes maycome in or accidentally come into the limbs that are in surgery. Microbes can cause nosocomial infections or Health Care Associated Infections (HAIs).WHO survey shows 5% -34% of HAIs are SSI while the highest prevalence of HAIs occurs intensively in care units, acute surgery and orthopedic rooms. Thisresearch aims to determine SSI and risk factors for SSI in orthopedic surgery patients at Fatmawati Hospital in July-October 2018. Method: This research was observational using cross sectional design,in whichthe data collection wasperformed prospectively. Data analysis was performed by univariate, bivariate, and multivariate analytic using total sampling from patients who performed orthopedic surgery at Fatmawati Hospital in both elective and cito surgery on July-October 2018 and SSI data collection was performed after surgery, namely in orthopedic poly outpatient care and inpatient care. Result: Data obtained in this research showed SSI level is 3.9 % of Orthopedic Surgery (3.9% cases of a total 770) in the research period. The results of the chi-square analysis showed that the diabetes mellitus, ASA score and type of surgery had a significant relationship with the incidence of SSI with significance value diabetes mellitus that is 0.024; ASA score that is 0.035 and type of surgery that is 0.001 where p <0.05, while the use of prophylactic antibiotics and other risk factors did not have a significant relationship,in which because p>0.05. Analysis with logistic regression showed that the type of operation had a significant influence with the incidence of SSI which was 0.004 (p <0.05). Conclusion: From this research, it can be inferred that this type of surgery can increase the occurrence of SSI. Therefore, it is necessary to evaluate to reduce the rate of surgical site infections.
背景:外科是医疗保健系统的重要组成部分之一。因此,必须了解手术过程中任何感染的风险,因为微生物可能会进入或意外进入正在手术的肢体。微生物可引起医院感染或卫生保健相关感染(HAIs)。世卫组织调查显示,5% -34%的人工智能感染是SSI,而人工智能感染的最高发生率集中发生在护理病房、急性外科和骨科病房。本研究旨在确定2018年7月至10月在Fatmawati医院骨科手术患者的SSI及其危险因素。方法:本研究采用横断面设计,采用前瞻性资料收集。数据分析采用单因素、双因素和多因素分析,对2018年7月至10月在Fatmawati医院进行择期和择期骨科手术的患者进行总抽样,并在手术后(即骨科门诊和住院)进行SSI数据收集。结果:本研究获得的数据显示,SSI水平占研究期间骨科手术(770例中3.9%)的3.9%。卡方分析结果显示,糖尿病、ASA评分、手术方式与SSI发生率有显著相关,其中糖尿病的显著值为0.024;ASA评分为0.035手术类型为0.001 p < 0.05。logistic回归分析显示,手术类型对SSI发生率有显著影响,为0.004 (p <0.05)。结论:从本研究可以推断,该术式可增加SSI的发生。因此,有必要进行评估,以降低手术部位的感染率。
{"title":"Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Daerah Operasi pada Pasien Bedah Orthopedi di RSUP Fatmawati Periode Juli-Oktober 2018","authors":"Asrawal Asrawal, Ros Summary, Delina Hasan, D. Daniel","doi":"10.25077/JSFK.6.2.104-112.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.104-112.2019","url":null,"abstract":"Background: Surgery is one of the basic components of very important health care system. Therefore, the risk of any infectionin the surgical process must be known because microbes maycome in or accidentally come into the limbs that are in surgery. Microbes can cause nosocomial infections or Health Care Associated Infections (HAIs).WHO survey shows 5% -34% of HAIs are SSI while the highest prevalence of HAIs occurs intensively in care units, acute surgery and orthopedic rooms. Thisresearch aims to determine SSI and risk factors for SSI in orthopedic surgery patients at Fatmawati Hospital in July-October 2018. Method: This research was observational using cross sectional design,in whichthe data collection wasperformed prospectively. Data analysis was performed by univariate, bivariate, and multivariate analytic using total sampling from patients who performed orthopedic surgery at Fatmawati Hospital in both elective and cito surgery on July-October 2018 and SSI data collection was performed after surgery, namely in orthopedic poly outpatient care and inpatient care. Result: Data obtained in this research showed SSI level is 3.9 % of Orthopedic Surgery (3.9% cases of a total 770) in the research period. The results of the chi-square analysis showed that the diabetes mellitus, ASA score and type of surgery had a significant relationship with the incidence of SSI with significance value diabetes mellitus that is 0.024; ASA score that is 0.035 and type of surgery that is 0.001 where p <0.05, while the use of prophylactic antibiotics and other risk factors did not have a significant relationship,in which because p>0.05. Analysis with logistic regression showed that the type of operation had a significant influence with the incidence of SSI which was 0.004 (p <0.05). Conclusion: From this research, it can be inferred that this type of surgery can increase the occurrence of SSI. Therefore, it is necessary to evaluate to reduce the rate of surgical site infections.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87845556","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tumbuhan mangrove adalah sumber yang kaya akan jamur endofit. Jamur endofit merupakan penghasil senyawa metabolit sekunder yang memiliki bioaktivitas seperti sitotoksik dan antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengetahui aktivitas antimikroba senyawa metabolit sekunder dari jamur Trichoderma koningiopsis SaKB1 pada tanaman mangrove Sonneratia alba Sm. Isolat jamur di kultivasi pada media beras selama 4 minggu dan diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Isolasi senyawa antimikroba dilakukan dengan metode kromatografi kolom dilanjutkan dengan rekristalisasi. Berdasarkan hasil kromatografi diperoleh 3 senyawa murni (M1, M2, M3). Senyawa M1 (8,2 mg) berupa amorf berwarna putih yang bereaksi positif terhadap perekasi Lieberman-Bouchard. Senyawa M2 (7,8 mg) berupa amorf berwarna putih. Senyawa M3 (59,6 mg) berupa minyak berwarna kuning kemerahan yang bereaksi positif terhadap pereaksi Lieberman-Bouchard. Semua senyawa dianalisis menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan eluen n-heksan : etil asetat (2:3). Nilai Rf senyawa M1, M2 dan M3 masing-masing adalah 0,85; 0,26 dan 0,8. Analisis aktivitas antimikroba senyawa murni dilakukan dengan metode difusi agar terhadap bakteri pathogen Escherechia coli, Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Pengujian aktivitas antimikroba pada konsentrasi 5 % menunjukkan senyawa M1 dan M3 memiliki aktivitas antagonis terhadap bakteri E. coli dengan diameter hambat 9,58±1,16 mm dan 12,38±1,17 mm sedangkan senyawa M2 tidak memiliki aktivitas antimikroba. Berdasarkan uji reaksi kimia, senyawa M1 dan M3 diduga termasuk kedalam golongan terpenoid.
{"title":"Isolasi Senyawa Antimikroba dari Jamur Endofit Trichoderma koningiopsis SaKB1","authors":"Dian Handayani, Elza Masriza Indah Pratiwi, Anzharni Fajrina","doi":"10.25077/JSFK.6.2.78-84.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.78-84.2019","url":null,"abstract":"Tumbuhan mangrove adalah sumber yang kaya akan jamur endofit. Jamur endofit merupakan penghasil senyawa metabolit sekunder yang memiliki bioaktivitas seperti sitotoksik dan antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengetahui aktivitas antimikroba senyawa metabolit sekunder dari jamur Trichoderma koningiopsis SaKB1 pada tanaman mangrove Sonneratia alba Sm. Isolat jamur di kultivasi pada media beras selama 4 minggu dan diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Isolasi senyawa antimikroba dilakukan dengan metode kromatografi kolom dilanjutkan dengan rekristalisasi. Berdasarkan hasil kromatografi diperoleh 3 senyawa murni (M1, M2, M3). Senyawa M1 (8,2 mg) berupa amorf berwarna putih yang bereaksi positif terhadap perekasi Lieberman-Bouchard. Senyawa M2 (7,8 mg) berupa amorf berwarna putih. Senyawa M3 (59,6 mg) berupa minyak berwarna kuning kemerahan yang bereaksi positif terhadap pereaksi Lieberman-Bouchard. Semua senyawa dianalisis menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan eluen n-heksan : etil asetat (2:3). Nilai Rf senyawa M1, M2 dan M3 masing-masing adalah 0,85; 0,26 dan 0,8. Analisis aktivitas antimikroba senyawa murni dilakukan dengan metode difusi agar terhadap bakteri pathogen Escherechia coli, Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Pengujian aktivitas antimikroba pada konsentrasi 5 % menunjukkan senyawa M1 dan M3 memiliki aktivitas antagonis terhadap bakteri E. coli dengan diameter hambat 9,58±1,16 mm dan 12,38±1,17 mm sedangkan senyawa M2 tidak memiliki aktivitas antimikroba. Berdasarkan uji reaksi kimia, senyawa M1 dan M3 diduga termasuk kedalam golongan terpenoid. ","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"108 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88125837","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-28DOI: 10.25077/JSFK.6.2.180-185.2019
Y. Sari, Erizal Zaini, Friardi Ismed
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan laju disolusi piperin dengan pembentukan multikomponen kristal piperin dan asam nikotinat (1:1) dengan metode pelarutan menggunakan pelarut etanol. Multikomponen kristal dikarakterisasi sifat padatannya dengan Difraksi sinar-X, analisa termal Differential Scaning Calorimetry (DSC), spektroskopi FT-IR, analisa mikroskopik Scanning Electron Microscopy (SEM), uji kelarutan dan profil laju disolusi menggunakan Aparatus USP 2. Dari penelitian serbuk multikomponen kristal piperin-asam nikotinat diperoleh hasil pola difraksi sinar-X menunjukkan puncak difraksi yang baru, analisa termal termogram DSC menunjukkan puncak endotermik pada 126,117 ºC, spektrum FTIR terdapat bilangan gelombang 3349,94 cm-1, analisa mikroskopik SEM menunjukkan sudah terbentuk agregat, uji kelarutan menunjukkan peningkatan 1,5 kali lipat dibandingkan piperin murni, profil laju disolusi piperin menunjukkan peningkatan secara signifikan dibandingkan piperin murni yaitu sekitar 2,5 kali lipat. Secara umum preparasi multikomponen kristal piperin-asam nikotinat dapat meningkatkan laju disolusi piperin
{"title":"Peningkatan Laju Disolusi Piperine dengan Pembentukan Multikomponen Kristal Menggunakan Asam Nikotinat","authors":"Y. Sari, Erizal Zaini, Friardi Ismed","doi":"10.25077/JSFK.6.2.180-185.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.180-185.2019","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan laju disolusi piperin dengan pembentukan multikomponen kristal piperin dan asam nikotinat (1:1) dengan metode pelarutan menggunakan pelarut etanol. Multikomponen kristal dikarakterisasi sifat padatannya dengan Difraksi sinar-X, analisa termal Differential Scaning Calorimetry (DSC), spektroskopi FT-IR, analisa mikroskopik Scanning Electron Microscopy (SEM), uji kelarutan dan profil laju disolusi menggunakan Aparatus USP 2. Dari penelitian serbuk multikomponen kristal piperin-asam nikotinat diperoleh hasil pola difraksi sinar-X menunjukkan puncak difraksi yang baru, analisa termal termogram DSC menunjukkan puncak endotermik pada 126,117 ºC, spektrum FTIR terdapat bilangan gelombang 3349,94 cm-1, analisa mikroskopik SEM menunjukkan sudah terbentuk agregat, uji kelarutan menunjukkan peningkatan 1,5 kali lipat dibandingkan piperin murni, profil laju disolusi piperin menunjukkan peningkatan secara signifikan dibandingkan piperin murni yaitu sekitar 2,5 kali lipat. Secara umum preparasi multikomponen kristal piperin-asam nikotinat dapat meningkatkan laju disolusi piperin","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73156540","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-28DOI: 10.25077/JSFK.6.2.171-179.2019
M. Mardiyanto, H. Herlina, Najma Anuria Fithri, Yutry Rahmi
Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi dan evaluasi sediaan submikro partikel gelasi inonik pembawa ekstrak Beluntas (Pluchea indica L) sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas anti bakteri submikro partikel terhadap Staphylococcus aureus dengan melihat penurunan jumlah dan diameter abses pada kulit tikus putih jantan galur wistar. Preparasi ekstrak daun beluntas menjadi sediaan submikro partikel menggunakan polimer kitosan dan natrium alginat serta kalsium klorida (CaCl2) sebanyak 40 mL dengan konsentrasi 18 mM sebagai crosslinker dengan metode gelasi ionik. Tiga formula (F1-F3) dibedakan atas jumlah ekstrak 450, 900, dan 1350 mg untuk masing-masing formula. Formula optimum submikro partikel yang didapatkan memiliki persen efisiensi enkapsulasi terbesar yaitu 86,742% (formula 1). Hasil karakterisasi submikro partikel seperti diameter, distribusi ukuran partikel (PDI), dan zeta potensial dengan menggunakan alat particle size analyzer pada formula optimum (F1) yaitu 529,5 nm; 0,567; dan-27,6 mV. Pengujian in vivo menggunakan 6 kelompok diantarannya: kontrol normal (tanpa perlakuan), kontrol positif (salep tetrasiklin HCl 3%), kontrol negatif (tanpa bahan uji), kelompok uji I (submikro partikel), kelompok uji II (ekstrak), dan kelompok uji III (plasebo). Kulit tikus dioleskanStaphylococcus aureus selama 3 hari untuk mengindikasikan terbentuknya abses, kemudian pemberian bahan uji terhadap masing masing kelompok diberikan selama 7 hari berikutnya..Hasil penelitian in vivo menunjukkan bahwa submikro partikel kitosan dan natrium alginat pembawa ekstrak daun beluntas pada dosis 450 mg menghasilkan penurunan diameter abses sebesar85%, sedangkan pada ekstrak murni sebesar 60%, dan salep tetrasiklin-HCl sebesar 100%.
{"title":"Formulasi dan Evaluasi Sediaan Submikro Partikel Gelasi-Ionik Pembawa Ekstrak Daun Pluchea indica Sebagai Antibakteri pada Kulit Tikus Putih Jantan Galur Wistar","authors":"M. Mardiyanto, H. Herlina, Najma Anuria Fithri, Yutry Rahmi","doi":"10.25077/JSFK.6.2.171-179.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.171-179.2019","url":null,"abstract":"Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi dan evaluasi sediaan submikro partikel gelasi inonik pembawa ekstrak Beluntas (Pluchea indica L) sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas anti bakteri submikro partikel terhadap Staphylococcus aureus dengan melihat penurunan jumlah dan diameter abses pada kulit tikus putih jantan galur wistar. Preparasi ekstrak daun beluntas menjadi sediaan submikro partikel menggunakan polimer kitosan dan natrium alginat serta kalsium klorida (CaCl2) sebanyak 40 mL dengan konsentrasi 18 mM sebagai crosslinker dengan metode gelasi ionik. Tiga formula (F1-F3) dibedakan atas jumlah ekstrak 450, 900, dan 1350 mg untuk masing-masing formula. Formula optimum submikro partikel yang didapatkan memiliki persen efisiensi enkapsulasi terbesar yaitu 86,742% (formula 1). Hasil karakterisasi submikro partikel seperti diameter, distribusi ukuran partikel (PDI), dan zeta potensial dengan menggunakan alat particle size analyzer pada formula optimum (F1) yaitu 529,5 nm; 0,567; dan-27,6 mV. Pengujian in vivo menggunakan 6 kelompok diantarannya: kontrol normal (tanpa perlakuan), kontrol positif (salep tetrasiklin HCl 3%), kontrol negatif (tanpa bahan uji), kelompok uji I (submikro partikel), kelompok uji II (ekstrak), dan kelompok uji III (plasebo). Kulit tikus dioleskanStaphylococcus aureus selama 3 hari untuk mengindikasikan terbentuknya abses, kemudian pemberian bahan uji terhadap masing masing kelompok diberikan selama 7 hari berikutnya..Hasil penelitian in vivo menunjukkan bahwa submikro partikel kitosan dan natrium alginat pembawa ekstrak daun beluntas pada dosis 450 mg menghasilkan penurunan diameter abses sebesar85%, sedangkan pada ekstrak murni sebesar 60%, dan salep tetrasiklin-HCl sebesar 100%.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85143235","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.25077/JSFK.6.1.7-15.2019
Widyasari Putranti, A. Maulana, S. Fatimah
Garlic have an activity as antifungal. Garlic extract need to be non spesific standarized to get consistent quality. Emulgel have hydrophobic or hidrophilic active substances because emulgel is a combination of emulsion and gel. This study aims to obtain the garlic extract emulgel formula which has good quality and good physical properties.The garlic extraction method maceration method with ethanol 96% as a solvent (1:7.5). Non spesific parameter of extract standardization were powder lost on drying, water content, ash content, acid-insoluble ash content, mass of extract spesification. Extract were standardized and then formulated in emulgel dosage form with 25% concentration of extract, then emulgel evaluated for physical properties include organoleptic test, homogeneity, pH, temperature stability, spreadability, stickiness, type of emulsion, and viscosity. The results showed rendemen of extract (8.90 ± 0.12)%, lost on drying (6.85 ± 0.11)%, water content of extract (4.16 ± 1.4)%, ash content of powder (3.24 ± 0.02)% and extract (1.14 ± 0.03)%, acid-insoluble ash content powder (0.96 ± 0.02)% and extract (0.61 ± 0.07)%, the mass of extract spesification 1.028, and for the physical properties test of emulgel preparations obtained homogeneous emulgel, semisolid form, light brown color, smell of extract garlic, stable at 5ºC and 25ºC for 24 hours, pH 7, spreadability (2.49±0.12) g.cm.s-1, stickiness (61.99±5.81)seconds, type of emulsion o/w, viscosity(2.63±0.22) Pa.s. Based on the study was obtained garlic extract that fulfill the requirements of non spesific parameter standardization from Farmakope Herbal Indonesia and emulgel formulation of garlic extract has good physical properties.
{"title":"Formulasi Emulgel Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.)","authors":"Widyasari Putranti, A. Maulana, S. Fatimah","doi":"10.25077/JSFK.6.1.7-15.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.7-15.2019","url":null,"abstract":"Garlic have an activity as antifungal. Garlic extract need to be non spesific standarized to get consistent quality. Emulgel have hydrophobic or hidrophilic active substances because emulgel is a combination of emulsion and gel. This study aims to obtain the garlic extract emulgel formula which has good quality and good physical properties.The garlic extraction method maceration method with ethanol 96% as a solvent (1:7.5). Non spesific parameter of extract standardization were powder lost on drying, water content, ash content, acid-insoluble ash content, mass of extract spesification. Extract were standardized and then formulated in emulgel dosage form with 25% concentration of extract, then emulgel evaluated for physical properties include organoleptic test, homogeneity, pH, temperature stability, spreadability, stickiness, type of emulsion, and viscosity. The results showed rendemen of extract (8.90 ± 0.12)%, lost on drying (6.85 ± 0.11)%, water content of extract (4.16 ± 1.4)%, ash content of powder (3.24 ± 0.02)% and extract (1.14 ± 0.03)%, acid-insoluble ash content powder (0.96 ± 0.02)% and extract (0.61 ± 0.07)%, the mass of extract spesification 1.028, and for the physical properties test of emulgel preparations obtained homogeneous emulgel, semisolid form, light brown color, smell of extract garlic, stable at 5ºC and 25ºC for 24 hours, pH 7, spreadability (2.49±0.12) g.cm.s-1, stickiness (61.99±5.81)seconds, type of emulsion o/w, viscosity(2.63±0.22) Pa.s. Based on the study was obtained garlic extract that fulfill the requirements of non spesific parameter standardization from Farmakope Herbal Indonesia and emulgel formulation of garlic extract has good physical properties.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"59 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84707393","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}