Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peresepan obat off label pada anak di pelayanan rawat jalan klinik pratama swasta di Kabupaten Sleman. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan pengambilan data berdasarkan rekam medis anak tahun 2015. Subjek penelitian merupakan rekam medis anak dengan batasan usia di bawah 11 tahun. Jumlah populasi selama periode penelitian adalah 119 rekam medis. Total jumlah penggunaan obat sebanyak 343 obat. Hasil kajian penggunaan obat off-label ditemukan 107 kasus (31,19%). Kategori obat off-label berturut – turut dari prevalensi tertinggi adalah off-label dosis 53 kasus (15,45%); off-label usia 40 kasus (11,66%); off-label indikasi 13 kasus (3,79%); dan off-label cara pemberian 1 (0,29%). Rentang usia anak 1 – 23 bulan ditemukan off-label sebanyak 14 anak (11,76%); usia 2 - <5 tahun dan 5 – 11 tahun masing – masing 38 anak (31,92%). Jenis obat off-label paling dominan adalah klorfeniramin maleat kategori subdosis dan off-label usia. Hasil penelitian ini mendorong perhatian lebih tenaga kesehatan terhadap efikasi dan risiko penggunaan obat off-label pada anak
{"title":"Obat Off-Label Pada Anak di Pelayanan Rawat Jalan Klinik Pratama Swasta Kabupaten Sleman Yogyakarta","authors":"Ndaru Setyaningrum, Haudatul Khamsani, Rosita Mulyawati","doi":"10.25077/JSFK.6.1.37-45.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.37-45.2019","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peresepan obat off label pada anak di pelayanan rawat jalan klinik pratama swasta di Kabupaten Sleman. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan pengambilan data berdasarkan rekam medis anak tahun 2015. Subjek penelitian merupakan rekam medis anak dengan batasan usia di bawah 11 tahun. Jumlah populasi selama periode penelitian adalah 119 rekam medis. Total jumlah penggunaan obat sebanyak 343 obat. Hasil kajian penggunaan obat off-label ditemukan 107 kasus (31,19%). Kategori obat off-label berturut – turut dari prevalensi tertinggi adalah off-label dosis 53 kasus (15,45%); off-label usia 40 kasus (11,66%); off-label indikasi 13 kasus (3,79%); dan off-label cara pemberian 1 (0,29%). Rentang usia anak 1 – 23 bulan ditemukan off-label sebanyak 14 anak (11,76%); usia 2 - <5 tahun dan 5 – 11 tahun masing – masing 38 anak (31,92%). Jenis obat off-label paling dominan adalah klorfeniramin maleat kategori subdosis dan off-label usia. Hasil penelitian ini mendorong perhatian lebih tenaga kesehatan terhadap efikasi dan risiko penggunaan obat off-label pada anak","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78428450","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.25077/JSFK.6.1.16-24.2019
Nina Jusnita, Wan Syurya Tridharma
Kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi) (Broin, 2010). Di Afrika dan Asia daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan. Semua bagian dari tanaman kelor memiliki nilai gizi, berkhasiat untuk kesehatan dan manfaat dibidang industri. Kelor (Moringa oliefera Lamk) merupakan tanaman perdu yang mengandung flavonoid, saponin sitokinin, asam-caffeolylquinat dan mengandung asam lemak tak jenuh seperti linoleat (omega 6) dan alfalinolenat (omega 3). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakterisasi nanoemulsi ekstrakdaun kelor dan menguji efektivitas sediaan nanoemulsi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera LAMK.) yang mengandung konsentrasi ekstrak daun kelor. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu pembuatan ekstrak, pembuatan nanoemulsi dengan menggunakan metode homogenisasi dengan kecepatan 24.000 rpm selama 20 menit dan karakterisasi nanoemulsi yang dihasilkan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun kelor dengan dua taraf yaitu 20 dan 30%. Hasil dari penelitian adalah nanoemulsi dengan rata-rata ukuran butiran 44 dan 28.5 nm dengan viskositas 2 cP dan 2,5 cP. Nanoemulsi ekstrak daun kelor memiliki kelarutan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak daun kelor. Nanoemulsi memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi (61.33 %) dibandingkan dengan emulsi ekstrak daun kelor (15.83 %).
{"title":"Karakterisasi Nanoemulsi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)","authors":"Nina Jusnita, Wan Syurya Tridharma","doi":"10.25077/JSFK.6.1.16-24.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.16-24.2019","url":null,"abstract":"Kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi) (Broin, 2010). Di Afrika dan Asia daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan. Semua bagian dari tanaman kelor memiliki nilai gizi, berkhasiat untuk kesehatan dan manfaat dibidang industri. Kelor (Moringa oliefera Lamk) merupakan tanaman perdu yang mengandung flavonoid, saponin sitokinin, asam-caffeolylquinat dan mengandung asam lemak tak jenuh seperti linoleat (omega 6) dan alfalinolenat (omega 3). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakterisasi nanoemulsi ekstrakdaun kelor dan menguji efektivitas sediaan nanoemulsi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera LAMK.) yang mengandung konsentrasi ekstrak daun kelor. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu pembuatan ekstrak, pembuatan nanoemulsi dengan menggunakan metode homogenisasi dengan kecepatan 24.000 rpm selama 20 menit dan karakterisasi nanoemulsi yang dihasilkan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun kelor dengan dua taraf yaitu 20 dan 30%. Hasil dari penelitian adalah nanoemulsi dengan rata-rata ukuran butiran 44 dan 28.5 nm dengan viskositas 2 cP dan 2,5 cP. Nanoemulsi ekstrak daun kelor memiliki kelarutan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak daun kelor. Nanoemulsi memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi (61.33 %) dibandingkan dengan emulsi ekstrak daun kelor (15.83 %).","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84491081","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.25077/JSFK.6.1.63-68.2019
R Zulkarni, R. Afrianti, Putri Maqfira
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang antibiotik dan bagaimana mereka digunakan dapat menjadi faktor yang dapat memicu resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran keluarga dalam mendapatkan dan menggunakan obat antibiotik di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini menggunakan 100 responden dengan teknik proporsional random sampling. Data diambil melalui kuesioner menggunakan skala Likert dan dilakukan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga Apoteker adalah kriteria yang baik dengan rata-rata 21,36 (skor total 19-25), pengetahuan keluarga tentang Antibiotik dikategorikan baik dengan rata-rata 41,76 (skor total 37-50), pengetahuan keluarga dalam memperoleh obat antibiotik diklasifikasikan sebagai kriteria yang baik dengan skor rata-rata 30,22 (skor total 30-40), dan pengetahuan keluarga dalam menggunakan obat antibiotik responden cukup dengan skor rata-rata 29,87 (skor total 19-29) . Kemudian hasil uji korelasi diperoleh nilai r = 0,548, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga apoteker dan antibiotik dengan pengetahuan keluarga dalam memperoleh dan menggunakan obat antibiotik di kecamatan kabupaten Kaum Lima Kabupaten Tanah Datar terbukti dengan nilai signifikan sebesar 0,000 ( p <0,05).
{"title":"Gambaran Pengetahuan Keluarga Dalam Mendapatkan dan Menggunakan Obat Antibiotik di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar","authors":"R Zulkarni, R. Afrianti, Putri Maqfira","doi":"10.25077/JSFK.6.1.63-68.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.63-68.2019","url":null,"abstract":"Kurangnya pengetahuan keluarga tentang antibiotik dan bagaimana mereka digunakan dapat menjadi faktor yang dapat memicu resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran keluarga dalam mendapatkan dan menggunakan obat antibiotik di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini menggunakan 100 responden dengan teknik proporsional random sampling. Data diambil melalui kuesioner menggunakan skala Likert dan dilakukan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga Apoteker adalah kriteria yang baik dengan rata-rata 21,36 (skor total 19-25), pengetahuan keluarga tentang Antibiotik dikategorikan baik dengan rata-rata 41,76 (skor total 37-50), pengetahuan keluarga dalam memperoleh obat antibiotik diklasifikasikan sebagai kriteria yang baik dengan skor rata-rata 30,22 (skor total 30-40), dan pengetahuan keluarga dalam menggunakan obat antibiotik responden cukup dengan skor rata-rata 29,87 (skor total 19-29) . Kemudian hasil uji korelasi diperoleh nilai r = 0,548, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga apoteker dan antibiotik dengan pengetahuan keluarga dalam memperoleh dan menggunakan obat antibiotik di kecamatan kabupaten Kaum Lima Kabupaten Tanah Datar terbukti dengan nilai signifikan sebesar 0,000 ( p <0,05).","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"186 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85095605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Chewable lozenges atau gummy merupakan sediaan berbentuk kenyal yang dapat melepaskan zat aktifnya langsung di dalam mulut atau tenggorokan. Bahan yang berpengaruh dalam konsistensi gummy tersebut berasal dari basis. Dalam sediaan gummy, gelatin digunakan sebagai basis yang sebagian besar bersumber dari babi dan sapi. Identifikasi sumber bahan dapat dilakukan dengan teknik PCR dan sekuensing DNA. Penelitian ini bertujuan mengetahui sumber gelatin sediaan gummy impor tanpa logo halal. Isolasi DNA genom daging babi dan sediaan gummy dilakukan dengan GeneJet Kit. Isolat DNA kemudian diamplifikasi menggunakan primer spesifik DNA mitokondria sitokrom b. Selanjutnya, amplikon dianalisis dengan elektroforesis dan dilakukan sekuensing DNA. Hasil elektroforesis amplikon daging babi dan sediaan gummy A menghasilkan pita DNA dengan ukuran 553 bp. Analisis sekuensing DNA menunjukkan homologi dengan Sus scrofa breed long lin. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan gelatin yang digunakan pada sediaan gummy A mengandung gelatin yang berasal dari babi Sus scrofa breed long lin.
Chewable lozenges或gummy是一种有嚼头意味的吞咽物,可以在口腔或喉咙中直接释放活性物质。在牙龈稠度上有影响的成分来自底部。在mee gummy中,明胶被用作一个主要由猪和牛组成的基地。通过PCR技术和DNA测序来确定材料的来源。本研究的目的是找出没有合法标志的进口凝胶的来源。将猪肉的基因组DNA和软件包与基因喷气机进行隔离。然后用细胞色素b.线粒体DNA b.对放大器进行电前缘分析并进行DNA测序。电预流放大器和剂盒生成一个553个bp大小的DNA链。DNA测序分析表明,scrofa breed long lin与Sus scrofa breed是同义的。根据结果,结果可以推断,在orange gummy中使用的凝胶中含有来自于scrofa breed long lin的猪的凝胶。
{"title":"Penggunaan DNA Mitokondria Sebagai Penanda Sumber Gelatin Sediaan Gummy dengan Teknik Polymerase Chain Reaction dan Sekuensing DNA","authors":"Andzar Fikranus Shofa, Hariyanti Hariyanti, Priyo Wahyudi","doi":"10.25077/JSFK.6.1.25-31.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.25-31.2019","url":null,"abstract":"Chewable lozenges atau gummy merupakan sediaan berbentuk kenyal yang dapat melepaskan zat aktifnya langsung di dalam mulut atau tenggorokan. Bahan yang berpengaruh dalam konsistensi gummy tersebut berasal dari basis. Dalam sediaan gummy, gelatin digunakan sebagai basis yang sebagian besar bersumber dari babi dan sapi. Identifikasi sumber bahan dapat dilakukan dengan teknik PCR dan sekuensing DNA. Penelitian ini bertujuan mengetahui sumber gelatin sediaan gummy impor tanpa logo halal. Isolasi DNA genom daging babi dan sediaan gummy dilakukan dengan GeneJet Kit. Isolat DNA kemudian diamplifikasi menggunakan primer spesifik DNA mitokondria sitokrom b. Selanjutnya, amplikon dianalisis dengan elektroforesis dan dilakukan sekuensing DNA. Hasil elektroforesis amplikon daging babi dan sediaan gummy A menghasilkan pita DNA dengan ukuran 553 bp. Analisis sekuensing DNA menunjukkan homologi dengan Sus scrofa breed long lin. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan gelatin yang digunakan pada sediaan gummy A mengandung gelatin yang berasal dari babi Sus scrofa breed long lin.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90662598","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.25077/JSFK.6.1.69-77.2019
Suhatri Suhatri, A. Bachtiar, Ani Puji Astuti
Lapisan endotelium terdiri dari satu lapisan sel endotel yang melapisi dinding vaskular yang menghadap ke lumen. Sel endotel menghasilkan mediator vasoaktif Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF) yaitu nitrogen monoksida (NO). Disfungsi sel endotel ditunjukkan dengan rendahnya kadar NO dan dapat menyebabkan hipertensi. Pada penelitian ini diteliti disfungsi sel endotel pada mencit putih jantan. Disfungsi sel endotel diinduksi dengan pemberian NaCl 3 %. Pada penelitian ini digunakan dosis ekstrak terpurifikasi daun Toona sureni (5, 10, 20) mg/kg BB yang diberikan secara oral selama 21 hari bersamaan dengan NaCl. Para meter yang diamati adalah kadar NO dalam serum. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak terpurifikasi daun T sureni terbukti dapat memproteksi disfungsi sel endotel diinduksi NaCl 3 %, ditandai dengan meningkatkan kadar nitrogen monoksida mencit putih jantan dibandingkan kadar NO mencit kontrol positif (hanya diberi NaCl 3 %) dan berbeda nyata p < 0,05.
{"title":"Efek Proteksi Disfungsi Sel Endotel Ekstrak Terpurifikasi Daun Surian (Toona sureni BL. Merr) yang Diinduksi dengan Larutan NaCl 3 % Pada Mencit Jantan","authors":"Suhatri Suhatri, A. Bachtiar, Ani Puji Astuti","doi":"10.25077/JSFK.6.1.69-77.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.69-77.2019","url":null,"abstract":"Lapisan endotelium terdiri dari satu lapisan sel endotel yang melapisi dinding vaskular yang menghadap ke lumen. Sel endotel menghasilkan mediator vasoaktif Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF) yaitu nitrogen monoksida (NO). Disfungsi sel endotel ditunjukkan dengan rendahnya kadar NO dan dapat menyebabkan hipertensi. Pada penelitian ini diteliti disfungsi sel endotel pada mencit putih jantan. Disfungsi sel endotel diinduksi dengan pemberian NaCl 3 %. Pada penelitian ini digunakan dosis ekstrak terpurifikasi daun Toona sureni (5, 10, 20) mg/kg BB yang diberikan secara oral selama 21 hari bersamaan dengan NaCl. Para meter yang diamati adalah kadar NO dalam serum. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak terpurifikasi daun T sureni terbukti dapat memproteksi disfungsi sel endotel diinduksi NaCl 3 %, ditandai dengan meningkatkan kadar nitrogen monoksida mencit putih jantan dibandingkan kadar NO mencit kontrol positif (hanya diberi NaCl 3 %) dan berbeda nyata p < 0,05.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"78 11-12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91471311","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.25077/JSFK.6.1.1-6.2019
Irene Puspa Dewi, Verawaty Tan, Jimmi Gani
Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose) merupakan salah satu buah yang mengandung antosianin yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan. Untuk mempermudah penggunaan ekstrak buah naga super merah sebagai antioksidan wajah, ekstrak dibuat dalam bentuk sediaan masker peel-off. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah naga super merah dan masker peel-off ekstrak etanol buah naga super merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose). Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dan diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan secara kuantitatif dengan metode DPPH (1,1-difenil-2 pikrilhidrazil) dan didapatkan nilai IC50 dari masing-masing sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum 516nm. Hasil dari pengukuran didapatkan nilai IC50 masker peel-off ekstrak etanol buah naga sebesar 841,78 ppm. Ini menunjukkan tingkat berpotensi sebagai antioksidan. Dalam penelitian ini, digunakan vitamin C sebagai pembanding. Nilai IC50 vitamin C adalah 1,898 ppm termasuk tingkat antioksidan sangat kuat.
{"title":"Daya Antioksidan Masker Peel-Off Ekstrak Etanol Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose)","authors":"Irene Puspa Dewi, Verawaty Tan, Jimmi Gani","doi":"10.25077/JSFK.6.1.1-6.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.1-6.2019","url":null,"abstract":"Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose) merupakan salah satu buah yang mengandung antosianin yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan. Untuk mempermudah penggunaan ekstrak buah naga super merah sebagai antioksidan wajah, ekstrak dibuat dalam bentuk sediaan masker peel-off. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah naga super merah dan masker peel-off ekstrak etanol buah naga super merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose). Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dan diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan secara kuantitatif dengan metode DPPH (1,1-difenil-2 pikrilhidrazil) dan didapatkan nilai IC50 dari masing-masing sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum 516nm. Hasil dari pengukuran didapatkan nilai IC50 masker peel-off ekstrak etanol buah naga sebesar 841,78 ppm. Ini menunjukkan tingkat berpotensi sebagai antioksidan. Dalam penelitian ini, digunakan vitamin C sebagai pembanding. Nilai IC50 vitamin C adalah 1,898 ppm termasuk tingkat antioksidan sangat kuat. ","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75008409","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.25077/JSFK.6.1.32-36.2019
Y. Putri, Haruman Kartamihardja, Intan Lisna
Daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M) selain digunakan sebagai bahan dasar gula juga memiliki senyawa alami yang dapat digunakan sebagai tabir surya seperti flavonoid dan fenolat. Flavonoid dalam tanaman memiliki potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor, gugus kromofor tersebut merupakan sistem aromatik terkonjugasi yang menyebabkan kemampuan untuk menyerap kuat sinar pada kisaran panjang gelombang sinar UV, sehingga senyawa flavonoid dapat digunakan sebagai senyawa berkhasiat dalam sediaan tabir surya. Losion merupakan salah satu bentuk sediaan tabir surya yang banyak tersebar dipasaran dan sering digunakan oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan konsentrasi dari ekstrak daun stevia yang memiliki aktivitas sebagai tabir surya dan membuat sediaan losion tabir surya dari daun stevia. Hasil nilai SPF dari ekstrak etanol daun stevia dengan konsentrasi 0,05% sebesar 15,247, sedangkan hasil nilai SPF losion tabir surya yang mengandung ekstrak etanol daun stevia 0,05% untuk F1 11,052; F2 10,363; F3 10,175; dan F4 8,315. Hasil evaluasi losion tabir surya ini losion memiliki warna hijau, pH losion 7,21-8,11, viskositas losion 2000-8000cps, dan uji sentrifugasi losion tidak terjadi pemisahan. Nilai SPF keempat formulasi losion tersebut termasuk kedalam rentang nilai tabir surya proteksi maksimal.
{"title":"Formulasi dan Evaluasi Losion Tabir Surya Ekstrak Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M)","authors":"Y. Putri, Haruman Kartamihardja, Intan Lisna","doi":"10.25077/JSFK.6.1.32-36.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.32-36.2019","url":null,"abstract":"Daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M) selain digunakan sebagai bahan dasar gula juga memiliki senyawa alami yang dapat digunakan sebagai tabir surya seperti flavonoid dan fenolat. Flavonoid dalam tanaman memiliki potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor, gugus kromofor tersebut merupakan sistem aromatik terkonjugasi yang menyebabkan kemampuan untuk menyerap kuat sinar pada kisaran panjang gelombang sinar UV, sehingga senyawa flavonoid dapat digunakan sebagai senyawa berkhasiat dalam sediaan tabir surya. Losion merupakan salah satu bentuk sediaan tabir surya yang banyak tersebar dipasaran dan sering digunakan oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan konsentrasi dari ekstrak daun stevia yang memiliki aktivitas sebagai tabir surya dan membuat sediaan losion tabir surya dari daun stevia. Hasil nilai SPF dari ekstrak etanol daun stevia dengan konsentrasi 0,05% sebesar 15,247, sedangkan hasil nilai SPF losion tabir surya yang mengandung ekstrak etanol daun stevia 0,05% untuk F1 11,052; F2 10,363; F3 10,175; dan F4 8,315. Hasil evaluasi losion tabir surya ini losion memiliki warna hijau, pH losion 7,21-8,11, viskositas losion 2000-8000cps, dan uji sentrifugasi losion tidak terjadi pemisahan. Nilai SPF keempat formulasi losion tersebut termasuk kedalam rentang nilai tabir surya proteksi maksimal.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"45 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73143180","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.25077/JSFK.6.1.46-53.2019
Fetri Kristiani, Maksum Radji, Alfina Rianti
Peresepan antibiotika yang tidak tepat akan meningkatkan kejadian resistensi. Resistensi antimikroba telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dengan dampak meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien pediatri dan pengaruh rekomedasi apoteker dalam meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik, menurunkan lama rawat, serta biaya pengobatan. Penelitian ini menggunakan studi pra eksperimen dengan pendekatan prospektif. Data penelitian dikumpulkan dari rekam medik pasien dan dianalis dengan uji chi square serta uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekomendasi apoteker dapat menurunkan masalah ketidaktepatan dosis (29,73%) menjadi 0%), ketidaktepatan lama pemberian (51,35% menjadi 5,41%), dan ketidaktepatan pemilihan obat (18,92% menjadi 5,41%). Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) terhadap lama rawat kelompok rekomendasi (R) adalah Rp 2.481.456 lebih rendah dibandingkan kelompok non rekomendasi (NR) adalah Rp 2.640.703, sedangkan ACER terhadap hasil terapi (sembuh) kelompok rekomendasi (R) Rp 9.369.404 lebih rendah dibandingkan kelompok non rekomendasi (NR) Rp 17.985.054. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati tepat dan bijak, rekomendasi apoteker dapat meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik, menurunkan lama rawat dan biaya pengobatan.
{"title":"Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara Kualitatif dan Analisis Efektivitas Biaya pada Pasien Pediatri di RSUP Fatmawati Jakarta","authors":"Fetri Kristiani, Maksum Radji, Alfina Rianti","doi":"10.25077/JSFK.6.1.46-53.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.46-53.2019","url":null,"abstract":"Peresepan antibiotika yang tidak tepat akan meningkatkan kejadian resistensi. Resistensi antimikroba telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dengan dampak meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien pediatri dan pengaruh rekomedasi apoteker dalam meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik, menurunkan lama rawat, serta biaya pengobatan. Penelitian ini menggunakan studi pra eksperimen dengan pendekatan prospektif. Data penelitian dikumpulkan dari rekam medik pasien dan dianalis dengan uji chi square serta uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekomendasi apoteker dapat menurunkan masalah ketidaktepatan dosis (29,73%) menjadi 0%), ketidaktepatan lama pemberian (51,35% menjadi 5,41%), dan ketidaktepatan pemilihan obat (18,92% menjadi 5,41%). Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) terhadap lama rawat kelompok rekomendasi (R) adalah Rp 2.481.456 lebih rendah dibandingkan kelompok non rekomendasi (NR) adalah Rp 2.640.703, sedangkan ACER terhadap hasil terapi (sembuh) kelompok rekomendasi (R) Rp 9.369.404 lebih rendah dibandingkan kelompok non rekomendasi (NR) Rp 17.985.054. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati tepat dan bijak, rekomendasi apoteker dapat meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik, menurunkan lama rawat dan biaya pengobatan.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"189 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75784747","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.25077/JSFK.6.1.54-62.2019
Akrom Akrom, Okta Muthia Sari, Siti Urbayatun, Z. Saputri
Kepatuhan minum obat merupakan prioritas awal yang perlu dinilai untuk mencapai target terapi pada pasien diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepatuhan berdasarkan kuesioner MARS dan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat pasien diabetes di pelayanan kesehatan primer. Desian penelitian adalah cross sectional, dilaksanakan pada April sampai Juni 2018. Responden penelitian adalah 122 pasien diabetes tipe 2 di pelayanan kesehatan primer Bantul Yogyakarta Indonesia. Pengukuran kepatuhan menggunakan kuesioner MARS. Hasil penelitian ini menunjukkan pasien kepatuhan rendah sebesar 33.6%. Berdasarkan kuesioner MARS, ragam kepatuhan rendah dalam penelitian ini adalah sering lupa minum obat (14.3%) dan sering minum obat kurang dari petunjuk sebenarnya (12.7%). Faktor yang secara signifikan berhubungan terhadap kepatuhan minum obat dalam penelitian ini adalah pekerjaan (p=0.02, OR 0.37, CI 0.17-0.81), frekuensi minum obat (p = 0.04, OR 2.53, CI 1.16 - 5.53) dan jumlah obat yang diminum dalam sehari (p=0.03, OR 5.18, CI 1.13-23.64). Analisis multivariat menunjukkan faktor yang stimulan berhubungan terhadap kepatuhan adalah pekerjaan dan jumlah obat yang diminum. Kepatuhan minum obat dalam penelitian ini termasuk suboptimal. Status bekerja, frekuensi obat lebih dari sekali dan jumlah obat yang diminum lebih dari dua dalam sehari berhubungan dengan kepatuhan rendah dalam penelitian ini.
{"title":"Analisis Determinan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Tipe 2 di Pelayanan Kesehatan Primer","authors":"Akrom Akrom, Okta Muthia Sari, Siti Urbayatun, Z. Saputri","doi":"10.25077/JSFK.6.1.54-62.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.6.1.54-62.2019","url":null,"abstract":"Kepatuhan minum obat merupakan prioritas awal yang perlu dinilai untuk mencapai target terapi pada pasien diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepatuhan berdasarkan kuesioner MARS dan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat pasien diabetes di pelayanan kesehatan primer. Desian penelitian adalah cross sectional, dilaksanakan pada April sampai Juni 2018. Responden penelitian adalah 122 pasien diabetes tipe 2 di pelayanan kesehatan primer Bantul Yogyakarta Indonesia. Pengukuran kepatuhan menggunakan kuesioner MARS. Hasil penelitian ini menunjukkan pasien kepatuhan rendah sebesar 33.6%. Berdasarkan kuesioner MARS, ragam kepatuhan rendah dalam penelitian ini adalah sering lupa minum obat (14.3%) dan sering minum obat kurang dari petunjuk sebenarnya (12.7%). Faktor yang secara signifikan berhubungan terhadap kepatuhan minum obat dalam penelitian ini adalah pekerjaan (p=0.02, OR 0.37, CI 0.17-0.81), frekuensi minum obat (p = 0.04, OR 2.53, CI 1.16 - 5.53) dan jumlah obat yang diminum dalam sehari (p=0.03, OR 5.18, CI 1.13-23.64). Analisis multivariat menunjukkan faktor yang stimulan berhubungan terhadap kepatuhan adalah pekerjaan dan jumlah obat yang diminum. Kepatuhan minum obat dalam penelitian ini termasuk suboptimal. Status bekerja, frekuensi obat lebih dari sekali dan jumlah obat yang diminum lebih dari dua dalam sehari berhubungan dengan kepatuhan rendah dalam penelitian ini.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81152681","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-03-06DOI: 10.25077/JSFK.5.3.243-246.2018
Suhatri Suhatri, Eka Fitra Elfi, Elsa Marsellinda
Gangguan elektrolit merupakan komplikasi yang berbahaya pada pasien gagal jantung. Gangguan ini dapat disebabkan oleh patofisiologis perkembangan penyakit gagal jantung pada masing – masing pasien ataupun oleh efek samping terapi obat gagal jantung yang diterima seperti diuretik, glikosida jantung, dan inhibitor sistem renin-angiotensin-aldosteron. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar elektrolit (natrirum dan kalium); tekanan darah sistolik dan diastolic; dan denyut nadi saat admisi; setelah satu minggu; dan setelah satu bulan mendapat terapi obat gagal jantung di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap rekam medis pasien pada tahun 2017. Analisis data gambaran dianalisis menggunakan uji T berpasangan (paired T-test). Dari pengumpulan data diperoleh 27 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan secara bermakna (P > 0,05) antara kadar elektrolit (kalium dan natrium) pada saat admisi; setelah satu minggu; dan setelah satu bulan terapi obat gagal jantung). Namun, juga diketahui bahwa terdapat hubungan secara bermakna (P < 0,05) antara tekanan darah sistolik dan diastolic; dan denyut nadi saat admisi; setelah satu minggu; dan setelah satu bulan mendapat terapi obat gagal jantung.
{"title":"Gambaran Kadar Elektrolit (Natrium dan Kalium) Darah, Tekanan Darah dan Denyut Nadi Pasien Terapi Gagal Jantung di RSUP Dr. M. Djamil Padang","authors":"Suhatri Suhatri, Eka Fitra Elfi, Elsa Marsellinda","doi":"10.25077/JSFK.5.3.243-246.2018","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JSFK.5.3.243-246.2018","url":null,"abstract":"Gangguan elektrolit merupakan komplikasi yang berbahaya pada pasien gagal jantung. Gangguan ini dapat disebabkan oleh patofisiologis perkembangan penyakit gagal jantung pada masing – masing pasien ataupun oleh efek samping terapi obat gagal jantung yang diterima seperti diuretik, glikosida jantung, dan inhibitor sistem renin-angiotensin-aldosteron. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar elektrolit (natrirum dan kalium); tekanan darah sistolik dan diastolic; dan denyut nadi saat admisi; setelah satu minggu; dan setelah satu bulan mendapat terapi obat gagal jantung di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap rekam medis pasien pada tahun 2017. Analisis data gambaran dianalisis menggunakan uji T berpasangan (paired T-test). Dari pengumpulan data diperoleh 27 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan secara bermakna (P > 0,05) antara kadar elektrolit (kalium dan natrium) pada saat admisi; setelah satu minggu; dan setelah satu bulan terapi obat gagal jantung). Namun, juga diketahui bahwa terdapat hubungan secara bermakna (P < 0,05) antara tekanan darah sistolik dan diastolic; dan denyut nadi saat admisi; setelah satu minggu; dan setelah satu bulan mendapat terapi obat gagal jantung.","PeriodicalId":17687,"journal":{"name":"Jurnal Sains Farmasi & Klinis","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75844736","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}