Pub Date : 2022-12-02DOI: 10.47783/jurpendigu.v4i1.435
Yosita Yosita, Deri Wanto
Madrasah are schools that emphasize the value of Islamic religious teachings compared to other public schools. Madrasah also play a role in creating civilized and Islamic generations. So Madrasah are required to be able to provide effective and efficient learning of Islamic religious education to students and be able to answer the wishes of the surrounding community. So that Madrasah should be able to develop an actual and ideal Islamic religious education curriculum. Including Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Rejang Lebong also has the same challenges. The condition of the community around the Rejang Lebong 4 Public Elementary School which is lagging behind in moral values is a big task for the madrasa in providing Islamic religious education to its students. So the Rejang Lebong 4 Public Elementary School tries to apply the actual and ideal curriculum. This is a real form of effort made by the madrasa in shaping and changing student behavior and fortifying students against negative things from the environment around students. In the process the teacher arranges learning administration in the form of a syllabus, lesson plan, annual program and semester program. Teachers use technology in learning. Teachers carry out exemplary-based programs. The commemoration of Islamic holidays is used as a moment to convey noble moral teachings to students
{"title":"Kurikulum PAI Aktual dan Ideal di MIN 4 Rejang Lebong","authors":"Yosita Yosita, Deri Wanto","doi":"10.47783/jurpendigu.v4i1.435","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v4i1.435","url":null,"abstract":"Madrasah are schools that emphasize the value of Islamic religious teachings compared to other public schools. Madrasah also play a role in creating civilized and Islamic generations. So Madrasah are required to be able to provide effective and efficient learning of Islamic religious education to students and be able to answer the wishes of the surrounding community. So that Madrasah should be able to develop an actual and ideal Islamic religious education curriculum. Including Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Rejang Lebong also has the same challenges. The condition of the community around the Rejang Lebong 4 Public Elementary School which is lagging behind in moral values is a big task for the madrasa in providing Islamic religious education to its students. So the Rejang Lebong 4 Public Elementary School tries to apply the actual and ideal curriculum. This is a real form of effort made by the madrasa in shaping and changing student behavior and fortifying students against negative things from the environment around students. In the process the teacher arranges learning administration in the form of a syllabus, lesson plan, annual program and semester program. Teachers use technology in learning. Teachers carry out exemplary-based programs. The commemoration of Islamic holidays is used as a moment to convey noble moral teachings to students","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"64 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91258463","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-02DOI: 10.47783/jurpendigu.v4i1.431
Cendra Rianita
Permasalahan yang terjadi di MTsN 1 Kerinci dimana kegiatan pembelajaran ditemukan keragaman masalah, salah satunya tentang rendahnya keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dari sediktnya: 1) Siswa yang mengajukan pertanyaan, 2) Siswa yang menjawab pertanyaan, 3) Siswa yang mengerjakan soal latihan, 4) Siswa yang mengerjakan soal di depan kelas. Salah satu strategi pembelajaran aktif yang dapat membuat siswa aktif adalah Peer Lessons (Penelitian untuk Penilaian). Berdasarkan jumlah nilai ulangan harian IPA terdapat 12 orang siswa bernilai kurang, 3 orang siswa bernilai cukup, 2 orang siswa bernilai baik dan 1 orang siswa bernilai baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa hasil ulangan harian IPA pada pra tindakan belum mencapai target dari penelitian ini, sehingga perlu adanya tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif Peer Lessons pada proses pembelajaran IPA siswa kelas IX C MTsN 1 Kerinci materi listrik statis dalam kehidupan sehari-hari. Hasil siklus 1 terdapat 8 orang siswa bernilai kurang, 4 orang siswa bernilai cukup, 4 orang siswa bernilai baik dan 2 orang siswa bernilai baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada siklus 1 belum mencapai 50% siswa yang hasil belajar IPA nya di atas nilai/ angka 73, sehingga perlu adanya tindakan selanjutnya. Hasil siklus 2 terdapat 4 orang siswa bernilai cukup, 10 orang siswa bernilai baik dan 4 orang siswa bernilai baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada penelitian ini telah mencapai 50% siswa yang hasil belajar IPA nya di atas nilai/ angka 73, sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif Peer Lessons dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi listrik statis dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas IX C MTsN 1 Kerinci.
{"title":"Meningkatkan Keaktifan Belajar IPA Menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif Peer Lessons Pada Siswa Kelas IX C MTs. Negeri 1 Kerinci Tahun Ajaran 2019/ 2020","authors":"Cendra Rianita","doi":"10.47783/jurpendigu.v4i1.431","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v4i1.431","url":null,"abstract":"Permasalahan yang terjadi di MTsN 1 Kerinci dimana kegiatan pembelajaran ditemukan keragaman masalah, salah satunya tentang rendahnya keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dari sediktnya: 1) Siswa yang mengajukan pertanyaan, 2) Siswa yang menjawab pertanyaan, 3) Siswa yang mengerjakan soal latihan, 4) Siswa yang mengerjakan soal di depan kelas. Salah satu strategi pembelajaran aktif yang dapat membuat siswa aktif adalah Peer Lessons (Penelitian untuk Penilaian). Berdasarkan jumlah nilai ulangan harian IPA terdapat 12 orang siswa bernilai kurang, 3 orang siswa bernilai cukup, 2 orang siswa bernilai baik dan 1 orang siswa bernilai baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa hasil ulangan harian IPA pada pra tindakan belum mencapai target dari penelitian ini, sehingga perlu adanya tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif Peer Lessons pada proses pembelajaran IPA siswa kelas IX C MTsN 1 Kerinci materi listrik statis dalam kehidupan sehari-hari. Hasil siklus 1 terdapat 8 orang siswa bernilai kurang, 4 orang siswa bernilai cukup, 4 orang siswa bernilai baik dan 2 orang siswa bernilai baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada siklus 1 belum mencapai 50% siswa yang hasil belajar IPA nya di atas nilai/ angka 73, sehingga perlu adanya tindakan selanjutnya. Hasil siklus 2 terdapat 4 orang siswa bernilai cukup, 10 orang siswa bernilai baik dan 4 orang siswa bernilai baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada penelitian ini telah mencapai 50% siswa yang hasil belajar IPA nya di atas nilai/ angka 73, sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif Peer Lessons dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi listrik statis dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas IX C MTsN 1 Kerinci.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"43 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84965289","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-02DOI: 10.47783/jurpendigu.v4i1.434
Beta Hana Hhoiriah, Maria Botifar, Deriwanto Deriwanto
Strategy is interpreted as a guideline for action in which it can be interpreted as a learning plan between teachers and students in realizing two-way communication in achieving predetermined goals. by enrolling their children in Islamic educational institutions such as RA Tunas Literasi Qur'ani. Raudhatul Athfal is a formal institution that carries out basic teaching of general knowledge and religion, especially the teaching of the main Qur'an and provides basic religious education to children of basic education age between 5-6 years old. The Qur'anic Generation is a generation that is always in touch with the Al-Qur'an and prioritizes it as a way of life every day. The Qur'anic Generation is the best Generation among the other Generations because it is always guided by the Al-Qur'an in thinking, speaking, behaving and acting
{"title":"Pengembangan Kurikulum PAI di RA Tunas Literasi Qur’ani Desa Tasik Malaya Kecamatan Curup Utara Untuk Membentuk Generasi Qurani","authors":"Beta Hana Hhoiriah, Maria Botifar, Deriwanto Deriwanto","doi":"10.47783/jurpendigu.v4i1.434","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v4i1.434","url":null,"abstract":"Strategy is interpreted as a guideline for action in which it can be interpreted as a learning plan between teachers and students in realizing two-way communication in achieving predetermined goals. by enrolling their children in Islamic educational institutions such as RA Tunas Literasi Qur'ani. Raudhatul Athfal is a formal institution that carries out basic teaching of general knowledge and religion, especially the teaching of the main Qur'an and provides basic religious education to children of basic education age between 5-6 years old. The Qur'anic Generation is a generation that is always in touch with the Al-Qur'an and prioritizes it as a way of life every day. The Qur'anic Generation is the best Generation among the other Generations because it is always guided by the Al-Qur'an in thinking, speaking, behaving and acting","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74940205","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-02DOI: 10.47783/jurpendigu.v4i1.432
Khustian Khustian
Pada saat ini, dunia sedang menghadapi masalah besar. Berawal dari munculnya suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh virus Covid 19. Munculnya suatu wabah ini menyebabkan pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan, salah satunya meliburkan aktivitas (tatap muka) diseluruh lembaga pendidikan, siswa dituntut untuk belajar mandiri, belajar secara daring (dalam jaringan) sebagai pencegahan penularan virus ini dan guru dituntut untuk bisa mengelolah, mendesain media pembelajaran (media online) untuk mencapai tujuan pembelajaran dan untuk mencegah atau mengantisipasi kebosanan siswa dalam pembelajaran model daring. Berdasarkan Jumlah nilai ulangan Bahasa Inggris terdapat 12 orang siswa bernilai kurang dan 6 orang siswa bernilai cukup. Hal ini menunjukkan bahwa ulangan Bahasa Inggris pra tindakan belum mencapai target penelitian ini, sehingga perlu tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaran IMPROVE berbasis WhatsApp pada proses pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas IX B MTsN 1 Kerinci. Berdasarkan siklus 1 terdapat 12 orang siswa bernilai cukup dan 6 orang siswa bernilai baik. Pada siklus ini belum mencapai 50% siswa yang hasil belajar Bahasa Inggrisnya di atas nilai/ angka 73, sehingga perlu adanya tindakan selanjutnya. Berdasarkan pada siklus 2 terdapat 12 orang siswa bernilai baik dan 6 orang siswa bernilai baik sekali. Siklus 2 ini telah mencapai 50% siswa yang hasil belajar Bahasa Inggrisnya di atas nilai/ angka 73, Jadi kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penerapan model pembelajaran IMPROVE berbasis WhatsApp dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris khususnya materi Grammer: Present perfect tense siswa kelas IX B MTsN 1 Kerinci
{"title":"Menumbuhkan Motivasi Dan Keaktifan Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Improve Berbasis Whatsapp","authors":"Khustian Khustian","doi":"10.47783/jurpendigu.v4i1.432","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v4i1.432","url":null,"abstract":"Pada saat ini, dunia sedang menghadapi masalah besar. Berawal dari munculnya suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh virus Covid 19. Munculnya suatu wabah ini menyebabkan pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan, salah satunya meliburkan aktivitas (tatap muka) diseluruh lembaga pendidikan, siswa dituntut untuk belajar mandiri, belajar secara daring (dalam jaringan) sebagai pencegahan penularan virus ini dan guru dituntut untuk bisa mengelolah, mendesain media pembelajaran (media online) untuk mencapai tujuan pembelajaran dan untuk mencegah atau mengantisipasi kebosanan siswa dalam pembelajaran model daring. Berdasarkan Jumlah nilai ulangan Bahasa Inggris terdapat 12 orang siswa bernilai kurang dan 6 orang siswa bernilai cukup. Hal ini menunjukkan bahwa ulangan Bahasa Inggris pra tindakan belum mencapai target penelitian ini, sehingga perlu tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaran IMPROVE berbasis WhatsApp pada proses pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas IX B MTsN 1 Kerinci. Berdasarkan siklus 1 terdapat 12 orang siswa bernilai cukup dan 6 orang siswa bernilai baik. Pada siklus ini belum mencapai 50% siswa yang hasil belajar Bahasa Inggrisnya di atas nilai/ angka 73, sehingga perlu adanya tindakan selanjutnya. Berdasarkan pada siklus 2 terdapat 12 orang siswa bernilai baik dan 6 orang siswa bernilai baik sekali. Siklus 2 ini telah mencapai 50% siswa yang hasil belajar Bahasa Inggrisnya di atas nilai/ angka 73, Jadi kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penerapan model pembelajaran IMPROVE berbasis WhatsApp dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris khususnya materi Grammer: Present perfect tense siswa kelas IX B MTsN 1 Kerinci","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75023932","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-02DOI: 10.47783/jurpendigu.v4i1.433
Haidir Haidir
Peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan dengan meningkatkan kurikulum, meningkatkan kualitas pendidik, menyediakan fasilitas dan infrastruktur, meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan organisasi sekolah, meningkatkan manajemen, pengawasan dan regulasi. Ini penting bagi pemerintah untuk dilakukan, mengingat bahwa pendidikan terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Komitmen Pemerintah dan Parlemen Indonesia dalam upaya memajukan sektor pendidikan semakin menguat setelah diadopsinya beberapa produk hukum baru di bidang pendidikan 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu dengan mendelegasikan otoritas pendidikan ke daerah dan mendorong otomatisasi di tingkat sekolah, dan melibatkan masyarakat dalam mengembangkan program pendidikan. dan mengembangkan sekolah lain. Pada umumnya manajemen dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di jurusan keagamaan di Madrasah Aliyah itu tidak sebanding dengan manajemen dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di jurusan lain termasuk jurusan IPA, jurusan IPS sehingga mau tidak mau keadaan ini menjadikan tujuan diajarkannya PAI di sekolah-sekolah kurang mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, peneliti ingin membahas tentang manajemen dalam meningkatkan mutu pendidikan di jurusan program keagamaan MAN 3 Bungo, dimana nantinya terkhusus jurusan program Keagamaan MAN 3 Bungo diharapkan dapat memiliki mutu pendidikan yang tinggi yang setaraf bahkan dapat lebih tinggi dengan jurusan IPA maupun IPS yang ada di MAN 3 Bungo tersebut.
{"title":"Strategi Manajemen Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Jurusan Program Keagamaan MAN 3 Bungo","authors":"Haidir Haidir","doi":"10.47783/jurpendigu.v4i1.433","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v4i1.433","url":null,"abstract":"Peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan dengan meningkatkan kurikulum, meningkatkan kualitas pendidik, menyediakan fasilitas dan infrastruktur, meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan organisasi sekolah, meningkatkan manajemen, pengawasan dan regulasi. Ini penting bagi pemerintah untuk dilakukan, mengingat bahwa pendidikan terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Komitmen Pemerintah dan Parlemen Indonesia dalam upaya memajukan sektor pendidikan semakin menguat setelah diadopsinya beberapa produk hukum baru di bidang pendidikan 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu dengan mendelegasikan otoritas pendidikan ke daerah dan mendorong otomatisasi di tingkat sekolah, dan melibatkan masyarakat dalam mengembangkan program pendidikan. dan mengembangkan sekolah lain. Pada umumnya manajemen dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di jurusan keagamaan di Madrasah Aliyah itu tidak sebanding dengan manajemen dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di jurusan lain termasuk jurusan IPA, jurusan IPS sehingga mau tidak mau keadaan ini menjadikan tujuan diajarkannya PAI di sekolah-sekolah kurang mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, peneliti ingin membahas tentang manajemen dalam meningkatkan mutu pendidikan di jurusan program keagamaan MAN 3 Bungo, dimana nantinya terkhusus jurusan program Keagamaan MAN 3 Bungo diharapkan dapat memiliki mutu pendidikan yang tinggi yang setaraf bahkan dapat lebih tinggi dengan jurusan IPA maupun IPS yang ada di MAN 3 Bungo tersebut.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79955666","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-02DOI: 10.47783/jurpendigu.v4i1.438
Hezi Jeniati Ezi, Deriwanto Deriwanto
This study aims to determine how the implementation of perennialism philosophy in the world of Islamic education. Where the relationship between perennialism and education is based on ontological beliefs, where perennialism emphasizes how an educator behaves and recognizes strategies in schooling. Because the essence of this perennialism stream is trying to restore cultural values that have been embraced in the previous era. This type of research is bibliographic, the data collected in this study are two types of data, namely primary data and secondary data. Data obtained from library research (library research). The data collection technique used by this researcher is library research. The data analysis technique in this study uses qualitative analysis techniques by deductive means. The results obtained are that the concept of perennialism has existed since the times of historical and medieval philosophers. Likewise in education subjects, the concept of perennialism in an educational environment is completely based on Plato's philosophy as the father of classical idealism, Aristotle's philosophy is the father of classical realism. Perennialism is a school that originates from the highest truth value, namely the truth from the Most True, namely God, therefore in discussing schools whose main goal is reality, facts, values that are consistent, and timeless.
{"title":"Implementasi Aliran Filsafat Perenialisme Dalam Pendidikan Islam","authors":"Hezi Jeniati Ezi, Deriwanto Deriwanto","doi":"10.47783/jurpendigu.v4i1.438","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v4i1.438","url":null,"abstract":"This study aims to determine how the implementation of perennialism philosophy in the world of Islamic education. Where the relationship between perennialism and education is based on ontological beliefs, where perennialism emphasizes how an educator behaves and recognizes strategies in schooling. Because the essence of this perennialism stream is trying to restore cultural values that have been embraced in the previous era. This type of research is bibliographic, the data collected in this study are two types of data, namely primary data and secondary data. Data obtained from library research (library research). The data collection technique used by this researcher is library research. The data analysis technique in this study uses qualitative analysis techniques by deductive means. The results obtained are that the concept of perennialism has existed since the times of historical and medieval philosophers. Likewise in education subjects, the concept of perennialism in an educational environment is completely based on Plato's philosophy as the father of classical idealism, Aristotle's philosophy is the father of classical realism. Perennialism is a school that originates from the highest truth value, namely the truth from the Most True, namely God, therefore in discussing schools whose main goal is reality, facts, values that are consistent, and timeless.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"51 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88354928","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-02DOI: 10.47783/jurpendigu.v4i1.441
Nazpi Nazpi
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah di samping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan: ciptakan keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan iklim kerja yang menyenangkan berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil yang berprestasi tunjukan keteladanan terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti: perencanaan pengorganisasian penentuan staf atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan berikan bimbingan dan pembinaan ke arah yang menuju kepada pencapaian tujuan adalah kontrol terhadap semua kegiatan penyimpangan sekecil apa pun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi adakan penilaian terhadap semua program untuk mengukur keberhasilan serta menemukan cara untuk mengatasi kegagalan.
{"title":"Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Sekolah di SMP Islam Terpadu Amanah","authors":"Nazpi Nazpi","doi":"10.47783/jurpendigu.v4i1.441","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v4i1.441","url":null,"abstract":"Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah di samping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan: ciptakan keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan iklim kerja yang menyenangkan berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil yang berprestasi tunjukan keteladanan terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti: perencanaan pengorganisasian penentuan staf atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan berikan bimbingan dan pembinaan ke arah yang menuju kepada pencapaian tujuan adalah kontrol terhadap semua kegiatan penyimpangan sekecil apa pun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi adakan penilaian terhadap semua program untuk mengukur keberhasilan serta menemukan cara untuk mengatasi kegagalan.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76349233","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-02DOI: 10.47783/jurpendigu.v4i1.442
Syafri Juana
Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti “melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan mengarahkan administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan dikioordinasi secara efektif, dan semateri yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efesien. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Fungsi-fungsi manajemen antara lain; 1). Planning, 2). Organizing, 3) Actuating, 4) Motovating, 5) Staffing, 6) Directing, 7). Controling, 8). Inovating, 9) Representing dan 10). Coordinating. Dalam pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Sering terjadi dalam suatu peristiwa mengajar dan belajar, antara guru dan siswa tidak berhubungan. Guru asyik menjelaskan materi pelajaran di depan kelas dalam suatu proses pembelajaran selama memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk keberhasilan belajar. Sementara di bangku siswa juga asyik dengan kegiatanya sendiri, melamun, ngobrol bahkan juga mengantuk. Dalam peristiwa semacam ini tidak terjadi proses pembelajaran, karena dua komponen penting dalam system pembelajaran tidak terjadi kerja sama. Dalam suatu peristiwa belajar dan mengajar dikatakan terjadi suatu pembelajaran, manakala guru dan siswa secara sadar bersama-sama mengarah pada tujuan yang sama.
{"title":"Administrasi Manajemen Dalam Pengelolaan Pembelajaran di MAN 2 Kota Sungai Penuh","authors":"Syafri Juana","doi":"10.47783/jurpendigu.v4i1.442","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v4i1.442","url":null,"abstract":"Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti “melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan mengarahkan administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan dikioordinasi secara efektif, dan semateri yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efesien. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Fungsi-fungsi manajemen antara lain; 1). Planning, 2). Organizing, 3) Actuating, 4) Motovating, 5) Staffing, 6) Directing, 7). Controling, 8). Inovating, 9) Representing dan 10). Coordinating. Dalam pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Sering terjadi dalam suatu peristiwa mengajar dan belajar, antara guru dan siswa tidak berhubungan. Guru asyik menjelaskan materi pelajaran di depan kelas dalam suatu proses pembelajaran selama memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk keberhasilan belajar. Sementara di bangku siswa juga asyik dengan kegiatanya sendiri, melamun, ngobrol bahkan juga mengantuk. Dalam peristiwa semacam ini tidak terjadi proses pembelajaran, karena dua komponen penting dalam system pembelajaran tidak terjadi kerja sama. Dalam suatu peristiwa belajar dan mengajar dikatakan terjadi suatu pembelajaran, manakala guru dan siswa secara sadar bersama-sama mengarah pada tujuan yang sama.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85275801","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.378
Suhairiah Suhairiah
Model pendidikan Islam selama ini, menyiratkan akan klaim kebenaran. Hal ini, mengandung dua makna; Pertama, mengandung nilai sebagai penguat dan penguat komitmen keagamaan dikalangan penganut agama. Dengan adanya klaim atau benih fanatisme tersebut dalam sebuah agama, maka diyakini akan memberikan kemantapan iman bagi peserta didik. Pada posisi ini, klaim kebenaran menjadi sebuah “energi batin” yang memungkinkan suatu agama akan tetap eksis dalam diri pemeluknya. Tanpa klaim kebenaran dan fanatisme ini, sebuah agama akan kehilangan peran terbesarnya bagi umat, yaitu sebagai pemberi kepastian. Klaim kebenaran dan fanatisme adalah hal yang mutlak dalam agama, dan pada aras ini ia berfungsi positif dalam konteks keagamaan secara internal dan personal. Kedua, dalam konteks interaksi antar agama, klaim kebenaran dan fanatisme menyimpan potensi konflik yang sangat kental, terutama jika klaim kebenaran dan fanatisme dihadapkan pada klaim kebenaran dan fanatisme yang lain, yang pada dasarnya tersimpan dalam setiap agama yang lain.
{"title":"ORIENTASI PEMAHAMAN FIQIH DALAM PENDIDIKAN ISLAM","authors":"Suhairiah Suhairiah","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.378","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.378","url":null,"abstract":"Model pendidikan Islam selama ini, menyiratkan akan klaim kebenaran. Hal ini, mengandung dua makna; Pertama, mengandung nilai sebagai penguat dan penguat komitmen keagamaan dikalangan penganut agama. Dengan adanya klaim atau benih fanatisme tersebut dalam sebuah agama, maka diyakini akan memberikan kemantapan iman bagi peserta didik. Pada posisi ini, klaim kebenaran menjadi sebuah “energi batin” yang memungkinkan suatu agama akan tetap eksis dalam diri pemeluknya. Tanpa klaim kebenaran dan fanatisme ini, sebuah agama akan kehilangan peran terbesarnya bagi umat, yaitu sebagai pemberi kepastian. Klaim kebenaran dan fanatisme adalah hal yang mutlak dalam agama, dan pada aras ini ia berfungsi positif dalam konteks keagamaan secara internal dan personal. Kedua, dalam konteks interaksi antar agama, klaim kebenaran dan fanatisme menyimpan potensi konflik yang sangat kental, terutama jika klaim kebenaran dan fanatisme dihadapkan pada klaim kebenaran dan fanatisme yang lain, yang pada dasarnya tersimpan dalam setiap agama yang lain.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73981952","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.377
Abd. Aziz Muslim Al Fathoni
Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi individual dan kelompok. Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada kepala Sekolah atau personil lainnya yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Kepala-kepala sekolah yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back.
{"title":"METODE DAN TEKNIK SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN","authors":"Abd. Aziz Muslim Al Fathoni","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.377","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.377","url":null,"abstract":"Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi individual dan kelompok. Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada kepala Sekolah atau personil lainnya yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Kepala-kepala sekolah yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81247010","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}