Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.384
Karidawati Karidawati
Islam merupakan agama samawi yang memiliki ajaran yang sangat sempurna. Semua masalah diatur dalam Islam, sehingga tidak ada satu pun masalah yang tidak ada ketentuannya dalam Islam. Kesempurnaan Islam ini ditunjang oleh ketiga sumber ajarannya, yakni al-Quran dan Sunnah sebagai sumber ajaran pokoknya serta ijtihad sebagai sumber penegkapnya. Untuk memahami ajaran Islam secara keseluruhan memang dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tidak banyak umat Islam yang mengetahui ajaran Islam secara menyeluruh, bahkan masih banyak umat Islam yang hanya menganut Islam secara formal saja dan sama sekali tidak mengetahui ajaran Islam. Untuk mendasari pemahaman Islam yang lebih luas, perlu dipahami dulu dasar-dasar Islam atau yang sering disebut kerangka dasar ajaran Islam. Dengan memahami kerangka dasar ini, seseorang dapat memahami gambaran ajaran Islam secara keseluruhan. Masalah inilah yang akan diuraikan di bawah ini secara singkat. Dengan uraian singkat ini diharapkan para pembaca, khususnya mahasiswa, memiliki pemahaman dasar tentang ajaran Islam.
{"title":"AQIDAH AKHLAK SEBAGAI KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM","authors":"Karidawati Karidawati","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.384","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.384","url":null,"abstract":"Islam merupakan agama samawi yang memiliki ajaran yang sangat sempurna. Semua masalah diatur dalam Islam, sehingga tidak ada satu pun masalah yang tidak ada ketentuannya dalam Islam. Kesempurnaan Islam ini ditunjang oleh ketiga sumber ajarannya, yakni al-Quran dan Sunnah sebagai sumber ajaran pokoknya serta ijtihad sebagai sumber penegkapnya. Untuk memahami ajaran Islam secara keseluruhan memang dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tidak banyak umat Islam yang mengetahui ajaran Islam secara menyeluruh, bahkan masih banyak umat Islam yang hanya menganut Islam secara formal saja dan sama sekali tidak mengetahui ajaran Islam. Untuk mendasari pemahaman Islam yang lebih luas, perlu dipahami dulu dasar-dasar Islam atau yang sering disebut kerangka dasar ajaran Islam. Dengan memahami kerangka dasar ini, seseorang dapat memahami gambaran ajaran Islam secara keseluruhan. Masalah inilah yang akan diuraikan di bawah ini secara singkat. Dengan uraian singkat ini diharapkan para pembaca, khususnya mahasiswa, memiliki pemahaman dasar tentang ajaran Islam.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"45 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91236889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.382
S. Sumarni
Banyak muncul pertanyaan apa perbedaan manajemen pendidikan Islam dengan manajemen pendidikan lainnya. Misalnya adanya manajemen pendidikan umum memang secara general sama. Artinya ada banyak atau bahkan mayoritas kaidah-kaidah menejerial yang dapat digunakan oleh seluruh mamajemen, namun secara spesifik terdapat kekhususan-kekhususan yang membutuhkan penanganan yang spesial pula. Inti manajemen dalam bidang apapun sama, hanya saja variabel yang dihadapinya berbeda tergantung pada bidang apa manajemen tersebut digunakan dan dikembangkan. Perbedaan variabel ini membawa perbedaan kultur yang kemudian memunculkan perbedaan.
{"title":"PENTINGNYA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM","authors":"S. Sumarni","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.382","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.382","url":null,"abstract":"Banyak muncul pertanyaan apa perbedaan manajemen pendidikan Islam dengan manajemen pendidikan lainnya. Misalnya adanya manajemen pendidikan umum memang secara general sama. Artinya ada banyak atau bahkan mayoritas kaidah-kaidah menejerial yang dapat digunakan oleh seluruh mamajemen, namun secara spesifik terdapat kekhususan-kekhususan yang membutuhkan penanganan yang spesial pula. Inti manajemen dalam bidang apapun sama, hanya saja variabel yang dihadapinya berbeda tergantung pada bidang apa manajemen tersebut digunakan dan dikembangkan. Perbedaan variabel ini membawa perbedaan kultur yang kemudian memunculkan perbedaan.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81960457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.380
Malikal Bulkis Hadi
Peradilan suatu lembaga pemerintah atau negara yang ditugaskan untuk menyelesaikan atau menetapkan keputusan perkara dengan adil berdasarkan hukum yang berlaku.Tempat untuk mengadili perkara disebut pengadilan.Orang yang bertugas mengadili perkara disebut qadhi atau hakim.Dengan demikian, hukum yang dijadikan dasar peradilan Islam adalah hukum Islam.Rendahnya tingkat pemahaman terhadap peradilan ditinjau dari hokum Islam peserta didik kelas XI jurusan Agama MAN 1 Sarolangun merupakan salah kendala menjadi tidak kondusifnya pembelajaran Fikih di kelas terutama pada materi Peradilan. Nilai KKM 78. Berdasarkan hasil diskusi setiap kelompok yang ditulis di lembar kerja diskusi dan selama pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa termasuk dalam kategori rendah dengan persentase 55,01%, sedangkan KKM 78 berarti ketuntasan belajar minimal 78%.Berdasarkan hasil diskusi setiap kelompok yang ditulis di lembar kerja diskusi dan selama pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase 94,44%. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II diperoleh analisis data-data yang nyata bahwa setelah adanya pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terlihat adanya suatu peningkatan berpikir kritis peserta didik dan hasil belajar peserta didik yang dicapai pada mata pelajaran Fikih materi Peradilan ditinjau dari hukum Islam.
{"title":"IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTU MENINGKATKAN KOMPETENSI PEESERTA DIDIK KELAS XI MAN 1 SAROLANGUN (KAJIAN ILMU FIKIH)","authors":"Malikal Bulkis Hadi","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.380","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.380","url":null,"abstract":"Peradilan suatu lembaga pemerintah atau negara yang ditugaskan untuk menyelesaikan atau menetapkan keputusan perkara dengan adil berdasarkan hukum yang berlaku.Tempat untuk mengadili perkara disebut pengadilan.Orang yang bertugas mengadili perkara disebut qadhi atau hakim.Dengan demikian, hukum yang dijadikan dasar peradilan Islam adalah hukum Islam.Rendahnya tingkat pemahaman terhadap peradilan ditinjau dari hokum Islam peserta didik kelas XI jurusan Agama MAN 1 Sarolangun merupakan salah kendala menjadi tidak kondusifnya pembelajaran Fikih di kelas terutama pada materi Peradilan. Nilai KKM 78. Berdasarkan hasil diskusi setiap kelompok yang ditulis di lembar kerja diskusi dan selama pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa termasuk dalam kategori rendah dengan persentase 55,01%, sedangkan KKM 78 berarti ketuntasan belajar minimal 78%.Berdasarkan hasil diskusi setiap kelompok yang ditulis di lembar kerja diskusi dan selama pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase 94,44%. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II diperoleh analisis data-data yang nyata bahwa setelah adanya pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terlihat adanya suatu peningkatan berpikir kritis peserta didik dan hasil belajar peserta didik yang dicapai pada mata pelajaran Fikih materi Peradilan ditinjau dari hukum Islam.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75253206","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.385
Nurjana Nurjana
Pembahasan dalam Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang cermat dan tepat dalam pembelajaran bahasa Arab pada tingkat Sekolah dasar dengan menghasilkan Model Pembelajaran Bahasa Arab di MTsN 1 Tanjung Jabung Timur yang dapat digunakan sebagai sistem yang Standard, baik di Madrasah Tsanawiyah Negeri maupun Madrasah Ibtidaiyah. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran bahasa Arab saat ini telah diaplikasikan di pendidikan tingkat sekolah dasar, namun performanya masih tidak mencakup karakteristik yang diharapkan. Oleh karena itu, pengembangan model pembelajaran bahasa Arab dalam pendidikan dasar untuk meningkatkan kemampuan bahasa Arab siswa, kinerja pengajarannya harus memiliki sinergi yang baik antara perwujudan dari semua karakteristik pembelajaran bahasa.
{"title":"PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA ARAB TINGKAT MADRASAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB SISWA","authors":"Nurjana Nurjana","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.385","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.385","url":null,"abstract":"Pembahasan dalam Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang cermat dan tepat dalam pembelajaran bahasa Arab pada tingkat Sekolah dasar dengan menghasilkan Model Pembelajaran Bahasa Arab di MTsN 1 Tanjung Jabung Timur yang dapat digunakan sebagai sistem yang Standard, baik di Madrasah Tsanawiyah Negeri maupun Madrasah Ibtidaiyah. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran bahasa Arab saat ini telah diaplikasikan di pendidikan tingkat sekolah dasar, namun performanya masih tidak mencakup karakteristik yang diharapkan. Oleh karena itu, pengembangan model pembelajaran bahasa Arab dalam pendidikan dasar untuk meningkatkan kemampuan bahasa Arab siswa, kinerja pengajarannya harus memiliki sinergi yang baik antara perwujudan dari semua karakteristik pembelajaran bahasa.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"42 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87174280","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.376
Ambo Fera Afrizal
Pada dasarnya manajemen berasal dari to manage yang berarti mengatur, mengelola atau mengurusi. Ungkapan yang menarik mengenai manajemen adalah ungkapan yang dilontarkan Luther Gulick, yang dikutip Sulistiyorini, “manajemen sering diartikulasikan sebagai ilmu, kiat dan profesi.” Sebagai ilmu, manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat system kerjasama yang lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Sementara itu, manajemen dipandang sebagai seni yaitu untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain, dalam hal ini seorang manajer perlu mengetahui dan menguasai seni memimpin. Sedangkan sebagai profesi, dikarenakan manajemen dilandasi keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer yang diikat oleh kode etik dan dituntut untuk bekerja secara professional. Oleh karena itu seorang manajer harus membekali diri dengan kemampuan konseptual (POAC) serta kemampuan sosial dan kemampuan teknis yang dapat mendukung dalam pelaksanaan program yang dijalankan.
{"title":"MEMAHAMI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLIKASINYA","authors":"Ambo Fera Afrizal","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.376","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.376","url":null,"abstract":"Pada dasarnya manajemen berasal dari to manage yang berarti mengatur, mengelola atau mengurusi. Ungkapan yang menarik mengenai manajemen adalah ungkapan yang dilontarkan Luther Gulick, yang dikutip Sulistiyorini, “manajemen sering diartikulasikan sebagai ilmu, kiat dan profesi.” Sebagai ilmu, manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat system kerjasama yang lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Sementara itu, manajemen dipandang sebagai seni yaitu untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain, dalam hal ini seorang manajer perlu mengetahui dan menguasai seni memimpin. Sedangkan sebagai profesi, dikarenakan manajemen dilandasi keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer yang diikat oleh kode etik dan dituntut untuk bekerja secara professional. Oleh karena itu seorang manajer harus membekali diri dengan kemampuan konseptual (POAC) serta kemampuan sosial dan kemampuan teknis yang dapat mendukung dalam pelaksanaan program yang dijalankan.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86003964","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.383
Arnis Arnis
Pembelajaran IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan perkembangan. Pendidikan IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkam, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Pemberian pendidikan IPA bertujuan agar siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam. Selain itu dalam pembelajaran IPA guru menerapkan nilai-nilai karakter yang bertujuan agar siswa mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Di SMPN 5 Tanjab Timur guru telah menanamkan nilai karakter melalui mata pelajaran IPA di kelas VII. Guru masih kesulitan dan kebingunan dalam menanamkan salah satu nilai-nilai karakter yaitu karakter semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Sehingga guru perlu menggunakan beberapa metode dan model dalam menanamkan nilai-nilai karakter. Karenanya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana proses penanaman nilai karakter melalui metode dan model pembelajaran yang dilakukan guru pada mata pelajaran IPA.
{"title":"PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TERPADU","authors":"Arnis Arnis","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.383","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.383","url":null,"abstract":"Pembelajaran IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan perkembangan. Pendidikan IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkam, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Pemberian pendidikan IPA bertujuan agar siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam. Selain itu dalam pembelajaran IPA guru menerapkan nilai-nilai karakter yang bertujuan agar siswa mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Di SMPN 5 Tanjab Timur guru telah menanamkan nilai karakter melalui mata pelajaran IPA di kelas VII. Guru masih kesulitan dan kebingunan dalam menanamkan salah satu nilai-nilai karakter yaitu karakter semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Sehingga guru perlu menggunakan beberapa metode dan model dalam menanamkan nilai-nilai karakter. Karenanya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana proses penanaman nilai karakter melalui metode dan model pembelajaran yang dilakukan guru pada mata pelajaran IPA.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77500781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.379
Ngatini Ngatini
Upaya peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh faktor majemuk, yaitu faktor yang satu saling berpengaruh terhadap faktor yang lainnya. Namun demikian, faktor yang paling penting adalah guru, karena hitam-putihnya proses belajar mengajar di dalam kelas banyak dipengaruhi oleh mutu gurunya. Guru dikenal sebagai „hidden curriculum? atau kurikulum tersembunyi, karena sikap dan tingkah laku, penampilan profesional, kemampuan individual, dan apa saja yang melekat pada pribadi seorang guru, akan diterima oleh peserta didiknya sebagai rambu-rambu untuk diteladani atau dijadikan bahan pembelajaran. Bagi sebagian besar orangtua siswa, sosok pendidik atau guru masih dipandang sebagai wakil orangtua ketika anak-anaknya tidak berada di dalam keluar. Paradigma pembelajaran bahasa telah mengalami pergeseran sejak terjadinya perubahan Kurikulum 1984 ke Kurikulum 1994 yang lalu. Pergeseran itu ditandai dengan berubahnya orientasi pembelajaran pada saat diberlakukannya Kurikulum 1984. Ketika Kurikulum 1984 diberlakukan, pembelajaran berfokus pada penguasaan hal-hal yang bersifat gramatikal. Sementara itu, Kurikulum 1994 yang diganti menjadi Kurikulum 2004 dan kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum 2006 menghendaki pembelajaran berorientasi pada pengembangan 4 keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan listening), membaca (reading), berbicara (speaking), dan menulis (writing). Orientasi pembelajaran pada keempat keterampilan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Akan tetapi, keadaan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah tidak membawa siswa ke arah pencapaian kemahiran berbahasa Indonesia yang benar.
{"title":"UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA MELALUI MULTI STRATEGI","authors":"Ngatini Ngatini","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.379","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.379","url":null,"abstract":"Upaya peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh faktor majemuk, yaitu faktor yang satu saling berpengaruh terhadap faktor yang lainnya. Namun demikian, faktor yang paling penting adalah guru, karena hitam-putihnya proses belajar mengajar di dalam kelas banyak dipengaruhi oleh mutu gurunya. Guru dikenal sebagai „hidden curriculum? atau kurikulum tersembunyi, karena sikap dan tingkah laku, penampilan profesional, kemampuan individual, dan apa saja yang melekat pada pribadi seorang guru, akan diterima oleh peserta didiknya sebagai rambu-rambu untuk diteladani atau dijadikan bahan pembelajaran. Bagi sebagian besar orangtua siswa, sosok pendidik atau guru masih dipandang sebagai wakil orangtua ketika anak-anaknya tidak berada di dalam keluar. Paradigma pembelajaran bahasa telah mengalami pergeseran sejak terjadinya perubahan Kurikulum 1984 ke Kurikulum 1994 yang lalu. Pergeseran itu ditandai dengan berubahnya orientasi pembelajaran pada saat diberlakukannya Kurikulum 1984. Ketika Kurikulum 1984 diberlakukan, pembelajaran berfokus pada penguasaan hal-hal yang bersifat gramatikal. Sementara itu, Kurikulum 1994 yang diganti menjadi Kurikulum 2004 dan kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum 2006 menghendaki pembelajaran berorientasi pada pengembangan 4 keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan listening), membaca (reading), berbicara (speaking), dan menulis (writing). Orientasi pembelajaran pada keempat keterampilan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Akan tetapi, keadaan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah tidak membawa siswa ke arah pencapaian kemahiran berbahasa Indonesia yang benar.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89802010","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.381
A. Asnidar
Pendidikan berlangsung seumur hidup dari buayan hingga liang lahat,keteranganini menguatkan asumsi bahwa pendidikan Nabi Muhammad saw berlangsung mulai ketika beliaulahir hingga wafat. Pendidikan Islam yang biasa dikenal hanya ketika Nabi Muhammad saw mendeklarasikan dirinya utusan Allah swt. Padahal pendidikan Islam sudah mulai semenjak Nabi Muhammad saw dilahirkan sampai ketika beliau mendeklarasikan dirinya rasul hingga wafatnya. Dari ini dapat difahami bahwa pendidikan Islam berlangsung sepanjang hayatnya. Hanya saja, pendidikan yang dilewati oleh Nabi Muhammad saw sebelum turun wahyu pertama bertitik tolak dalam ranah pendidikan “rasa”. Yang mana rasa ini adalah jalinan aqal pada manusia, karena konsentrasi pendidikan Islam mengacu sepenuhnya pada pendidikan aqal. Sebab hanya orang yang beraqallah yang mampu beragama Islam dengan baik.
{"title":"SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN ISLAM (SEJARAH PENDDIKAN ISLAM DARI MASA KE MASA)","authors":"A. Asnidar","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.381","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.381","url":null,"abstract":"Pendidikan berlangsung seumur hidup dari buayan hingga liang lahat,keteranganini menguatkan asumsi bahwa pendidikan Nabi Muhammad saw berlangsung mulai ketika beliaulahir hingga wafat. Pendidikan Islam yang biasa dikenal hanya ketika Nabi Muhammad saw mendeklarasikan dirinya utusan Allah swt. Padahal pendidikan Islam sudah mulai semenjak Nabi Muhammad saw dilahirkan sampai ketika beliau mendeklarasikan dirinya rasul hingga wafatnya. Dari ini dapat difahami bahwa pendidikan Islam berlangsung sepanjang hayatnya. Hanya saja, pendidikan yang dilewati oleh Nabi Muhammad saw sebelum turun wahyu pertama bertitik tolak dalam ranah pendidikan “rasa”. Yang mana rasa ini adalah jalinan aqal pada manusia, karena konsentrasi pendidikan Islam mengacu sepenuhnya pada pendidikan aqal. Sebab hanya orang yang beraqallah yang mampu beragama Islam dengan baik.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"60 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74403369","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-25DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i3.386
Sri Lestari
Kesempatan yang baik untuk mengembangkan keterampilan berbicara ialah pada tahap publikasi dalam proses menulis. Banyak anak yang senang mengubah karangannya dalam bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan bepikir anak-anak ialah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada mereka. Segera setelah anak-anak mulai dapat berpikir tentang proses mereka sendiri dalam berpikir, mereka siap untuk menggunakan strategi berpikir yang khas, misalnya membedakan fakta dan pendapat, mengenal hubungan sebab akibat, dan melakukan kegiatan berpikir yang lebih sulit yaitu menilai hasil, mengevaluasi argument, dan menyelidiki hal-hal yang melandasi tanggapan emosional Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal.
{"title":"UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN (BERBICARA)","authors":"Sri Lestari","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i3.386","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i3.386","url":null,"abstract":"Kesempatan yang baik untuk mengembangkan keterampilan berbicara ialah pada tahap publikasi dalam proses menulis. Banyak anak yang senang mengubah karangannya dalam bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan bepikir anak-anak ialah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada mereka. Segera setelah anak-anak mulai dapat berpikir tentang proses mereka sendiri dalam berpikir, mereka siap untuk menggunakan strategi berpikir yang khas, misalnya membedakan fakta dan pendapat, mengenal hubungan sebab akibat, dan melakukan kegiatan berpikir yang lebih sulit yaitu menilai hasil, mengevaluasi argument, dan menyelidiki hal-hal yang melandasi tanggapan emosional Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81659209","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-06DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i2.334
B. Burhanuddin
Pandemi Covid 19 merubah pembelajaran yang signifikan, tatap muka di hentikan sementara di tengah wabah yang melanda. Guru tetap menjalankan tugasnya agar kurikulum tetap berjalan. Guru dan Orangtua harus membangun komunikasi agar siswa dapat memahami setiap tugas-tugas yang di berikan oleh guru pada pembelajaran luring ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan yang di hadapi guru dalam pembelajaran Luring masa Pandemi Covid 19 di SD Kecil Paramasan Atas. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, melalui instrumen obervasi , wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di SD Kecil Paramasan Atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi guru selama pembelajaran Luring masa Covid 19 yaitu siswa merasa jenuh dengan proses yang monoton, mengingatkan orang tua untuk memantau anak saat belajar, mendorong siswa untuk tetap semangat belajar di tengah Pandemi Covid 19, siswa ada yang tidak mematuhi protokol kesehatan ketika datang ke sekolah.
{"title":"TANTANGAN PEMBELAJARAN DARING, LURING DAN TATAP MUKA TERBATAS DIMASA PANDEMI COVID19","authors":"B. Burhanuddin","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i2.334","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i2.334","url":null,"abstract":"Pandemi Covid 19 merubah pembelajaran yang signifikan, tatap muka di hentikan sementara di tengah wabah yang melanda. Guru tetap menjalankan tugasnya agar kurikulum tetap berjalan. Guru dan Orangtua harus membangun komunikasi agar siswa dapat memahami setiap tugas-tugas yang di berikan oleh guru pada pembelajaran luring ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan yang di hadapi guru dalam pembelajaran Luring masa Pandemi Covid 19 di SD Kecil Paramasan Atas. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, melalui instrumen obervasi , wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di SD Kecil Paramasan Atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi guru selama pembelajaran Luring masa Covid 19 yaitu siswa merasa jenuh dengan proses yang monoton, mengingatkan orang tua untuk memantau anak saat belajar, mendorong siswa untuk tetap semangat belajar di tengah Pandemi Covid 19, siswa ada yang tidak mematuhi protokol kesehatan ketika datang ke sekolah.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81751662","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}