Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.209
Amri Muhammad, S. Murtini, E. S. Pribadi
Equine Influenza (EI) adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang sangat menular pada hewan dalam keluarga equidae seperti kuda, keledai dan zebra yang disebabkan oleh dua subtipe Virus Influenza A (H7N7 dan H3N8) dari famili Orthomyxoviridae. Belum terdapat data ilmiah mengenai keberadaan virus EI di Indonesia hingga saat ini. Kuda yang dimasukkan (diimpor) dari Belanda ke Indonesia diperuntukkan sebagai kuda pacu dalam olahraga berkuda, hewan kesayangan dan pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan besarnya peluang risiko masuknya virus EI ke Indonesia melalui pemasukan kuda dari Belanda menggunakan kerangka analisis risiko kualitatif. Metode pengumpulan data primer diperoleh dari pendapat pakar, pengamatan langsung, wawancara, sertifikat kesehatan dari negara asal, dan hasil pemeriksaan laboratorik. Data sekunder diambil melalui pustaka, penerbitan ilmiah, dan data dari instansi berwenang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkiraan risiko pada penilaian pelepasan virus EI ke Indonesia secara keseluruhan dinilai sangat tinggi dan perkiraan risiko pada penilaian pendedahan virus EI oleh kuda terinfeksi ke hewan rentan dan lingkungan di Indonesia secara keseluruhan dinilai tinggi.Dampak secara langsung dan tidak langsung masuknya virus EI ke Indonesia secara keseluruhan diduga sangat tinggi. Perkiraan tingginya risiko yang didapatkan dalam penelitian ini dapat diturunkan melalui pengelolaan risiko yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap kepastian status EI di Belanda, pemeriksaan laboratorik, pedoman tindakan karantina, pengetahuan masyarakat dan peninjauan status EI di Indonesia.
马流感(EI)是马科动物(如马、驴和斑马)的一种传染性极强的急性呼吸道传染病,由正粘病毒科的两种甲型流感病毒亚型(H7N7 和 H3N8)引起。 目前尚无科学数据表明印尼存在 EI 病毒。从荷兰进口到印度尼西亚的马匹主要用作马术运动中的赛马、宠物和种马。本研究旨在利用定性风险分析框架,估计通过从荷兰进口马匹将 EI 病毒传入印度尼西亚的风险。主要数据收集方法包括专家意见、直接观察、访谈、原产国健康证明和实验室检查结果。二级数据则从文献、科学出版物和授权机构的数据中收集。结果表明,在评估 EI 病毒向印尼全国释放的估计风险时,印尼被评为极高;在评估受感染马匹将 EI 病毒暴露于印尼全国易受感染动物和环境的估计风险时,印尼被评为高。本研究得出的高估计风险可通过政府对荷兰EI状况的确定性、实验室检查、检疫行动指南、公众知识和对印度尼西亚EI状况的审查进行风险管理来降低。
{"title":"Analisis Risiko Kualitatif terhadap MasuknyaVirus Equine Influenza ke Indonesia MelaluiPemasukan Kuda Asal Belanda","authors":"Amri Muhammad, S. Murtini, E. S. Pribadi","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.209","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.209","url":null,"abstract":"Equine Influenza (EI) adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang sangat menular pada hewan dalam keluarga equidae seperti kuda, keledai dan zebra yang disebabkan oleh dua subtipe Virus Influenza A (H7N7 dan H3N8) dari famili Orthomyxoviridae. Belum terdapat data ilmiah mengenai keberadaan virus EI di Indonesia hingga saat ini. Kuda yang dimasukkan (diimpor) dari Belanda ke Indonesia diperuntukkan sebagai kuda pacu dalam olahraga berkuda, hewan kesayangan dan pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan besarnya peluang risiko masuknya virus EI ke Indonesia melalui pemasukan kuda dari Belanda menggunakan kerangka analisis risiko kualitatif. Metode pengumpulan data primer diperoleh dari pendapat pakar, pengamatan langsung, wawancara, sertifikat kesehatan dari negara asal, dan hasil pemeriksaan laboratorik. Data sekunder diambil melalui pustaka, penerbitan ilmiah, dan data dari instansi berwenang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkiraan risiko pada penilaian pelepasan virus EI ke Indonesia secara keseluruhan dinilai sangat tinggi dan perkiraan risiko pada penilaian pendedahan virus EI oleh kuda terinfeksi ke hewan rentan dan lingkungan di Indonesia secara keseluruhan dinilai tinggi.Dampak secara langsung dan tidak langsung masuknya virus EI ke Indonesia secara keseluruhan diduga sangat tinggi. Perkiraan tingginya risiko yang didapatkan dalam penelitian ini dapat diturunkan melalui pengelolaan risiko yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap kepastian status EI di Belanda, pemeriksaan laboratorik, pedoman tindakan karantina, pengetahuan masyarakat dan peninjauan status EI di Indonesia.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"206 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367537","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.221
I. G. A. G. P. Pemayun, Adrian Hasan Rahmatullah, I. W. Batan
Adenokarsinoma kelenjar mammae adalah pertumbuhan sel-sel kelenjar yang tidak terkontrol dan tidak terkoordinasi umumnya dijumpai pada anjing dan jarang pada kucing. Adenokarsinoma mammae pada kucing bersifat malignant dan merusak jaringan kelenjar mammae secara progresif, sehingga berakibat fatal pada kucing. Seekor kucing Himalaya berusia 4 tahun, berjenis kelamin betina yang belum disteril, bobot badan 3 kg, warna bulu coklat tua, mengalami pembengkakan pada satu kelenjar mammae bagian belakang sebelah kanan dan tidak mau mengecil. Pemeriksaan dengan palpasi adanya massa yang menonjol cukup besar, terasa keras dan padat pada kelenjar mammae. Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan tumor, kucing didiagnosa menderita adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kelenjar mengalami proliferasi tidak terkontrol, bersifat infiltratif, adanya proses angiogenesis, adanya sel-sel tumor pada pembuluh darah kelenjar, ductus, bentuk dan ukuran ductus yang bervariasi (pleomorfik). Penanganan dilakukan dengan pembedahan mastektomi yaitu pengangkatan kelenjar mammae yang terdapat jaringan tumor. Pascaoperasi kucing diberikan cefotaxime 20 mg/kg BB IV (q12h), dan tolfedine 4 mg/kg BB IM (q24h) selama tiga hari dan dilanjutkan dengan pemberian cefixime trihydrate 10 mg/kg BB (q12h), dan deksametason 0,08 mg/ kg BB (q12h) secara oral selama 5 hari. Kucing dinyatakan sembuh pada hari ke 14 pascaoperasi dengan luka operasi telah mengering, nafsu makan, minum baik, defikasi dan urinasi normal serta pemeriksaan radiografi, dan hematologi kucing dalam keadaan normal.
{"title":"Adenokarsinoma pada Kelenjar Ambing Kucing Ras Himalaya: Tampilan Klinik, Penanganan dengan Mastektomi dan Hasilnya","authors":"I. G. A. G. P. Pemayun, Adrian Hasan Rahmatullah, I. W. Batan","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.221","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.221","url":null,"abstract":"Adenokarsinoma kelenjar mammae adalah pertumbuhan sel-sel kelenjar yang tidak terkontrol dan tidak terkoordinasi umumnya dijumpai pada anjing dan jarang pada kucing. Adenokarsinoma mammae pada kucing bersifat malignant dan merusak jaringan kelenjar mammae secara progresif, sehingga berakibat fatal pada kucing. Seekor kucing Himalaya berusia 4 tahun, berjenis kelamin betina yang belum disteril, bobot badan 3 kg, warna bulu coklat tua, mengalami pembengkakan pada satu kelenjar mammae bagian belakang sebelah kanan dan tidak mau mengecil. Pemeriksaan dengan palpasi adanya massa yang menonjol cukup besar, terasa keras dan padat pada kelenjar mammae. Hasil pemeriksaan histopatologi jaringan tumor, kucing didiagnosa menderita adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kelenjar mengalami proliferasi tidak terkontrol, bersifat infiltratif, adanya proses angiogenesis, adanya sel-sel tumor pada pembuluh darah kelenjar, ductus, bentuk dan ukuran ductus yang bervariasi (pleomorfik). Penanganan dilakukan dengan pembedahan mastektomi yaitu pengangkatan kelenjar mammae yang terdapat jaringan tumor. Pascaoperasi kucing diberikan cefotaxime 20 mg/kg BB IV (q12h), dan tolfedine 4 mg/kg BB IM (q24h) selama tiga hari dan dilanjutkan dengan pemberian cefixime trihydrate 10 mg/kg BB (q12h), dan deksametason 0,08 mg/ kg BB (q12h) secara oral selama 5 hari. Kucing dinyatakan sembuh pada hari ke 14 pascaoperasi dengan luka operasi telah mengering, nafsu makan, minum baik, defikasi dan urinasi normal serta pemeriksaan radiografi, dan hematologi kucing dalam keadaan normal.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366602","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.230
G. Prasetyo, T. E. Susilorini, W. A. Septian, Y. A. Tribudi, Ahmad Zarkasi Efendi, Nur Hidayah, Heri Damayanti, S. Suyadi
Keragaman plasma nutfah merupakan sumber bahan genetik yang mempunyai nilai guna yang eksistensinya perlu dilindungi dan dilestarikan. Plasma nutfah kambing asli Indonesia salah satunya adalah kambing senduro, yang sudah ditetapkan oleh Keputusan Kementerian Pertanian No.1055/Kpts/SR.120/10/2014 yang berasal dari Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah menganalisis sifat fenotipe kambing senduro berdasarkan sifat kuantitatifnya. Pengamantan fenotipe meliputi panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, panjang telinga, panjang rambut rewos dan korelasi setiap sifat fenotip tersebut. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah kambing Senduro jantan dan betina dewasa masing-masing sebanyak 14 dan 25 ekor. Kambing senduro yang diamati pada kambing dengan kondisi gigi seri ke-3 (I3) telah diganti oleh gigi permanen yaitu kambing senduro berumur 2-4 tahun. Data morfometrik yang diperoleh dihitung rata-rata, simpangan baku serta korelasi antar ukuran morfometrik menggunakan program Genstat 14.2 kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kambing senduro memiliki bobot badan 24,56 ± 5,48 kg (jantan) dan 26,84 ± 6,50 kg (betina), panjang badan 63,89 ± 4,76 cm (jantan) dan 63,32 ± 6,29 cm (betina), lingkar dada 61,67 ± 4,36 cm (jantan) dan 66,48 ± 6,56 cm (betina), tinggi pundak 66,33±4,53 cm (jantan) dan 64,71 ± 5,76 cm (betina), panjang telinga 31,22 ± 2,17 cm (jantan) dan 28,13 ± 2,74 cm (betina), panjang rambut rewos/surai 17,56 ± 1,67 cm (jantan) dan 14,58 ± 2,39 cm (betina). Ukuran morfometrik pada kambing senduro berkorelasi positif satu sama lain. Terdapat korelasi yang sangat signifikan antara lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan dengan bobot badan pada kambing senduro.
{"title":"KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KAMBING SENDURO ASAL SENDURO LUMAJANG JAWA TIMUR","authors":"G. Prasetyo, T. E. Susilorini, W. A. Septian, Y. A. Tribudi, Ahmad Zarkasi Efendi, Nur Hidayah, Heri Damayanti, S. Suyadi","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.230","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.230","url":null,"abstract":"Keragaman plasma nutfah merupakan sumber bahan genetik yang mempunyai nilai guna yang eksistensinya perlu dilindungi dan dilestarikan. Plasma nutfah kambing asli Indonesia salah satunya adalah kambing senduro, yang sudah ditetapkan oleh Keputusan Kementerian Pertanian No.1055/Kpts/SR.120/10/2014 yang berasal dari Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah menganalisis sifat fenotipe kambing senduro berdasarkan sifat kuantitatifnya. Pengamantan fenotipe meliputi panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, panjang telinga, panjang rambut rewos dan korelasi setiap sifat fenotip tersebut. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah kambing Senduro jantan dan betina dewasa masing-masing sebanyak 14 dan 25 ekor. Kambing senduro yang diamati pada kambing dengan kondisi gigi seri ke-3 (I3) telah diganti oleh gigi permanen yaitu kambing senduro berumur 2-4 tahun. Data morfometrik yang diperoleh dihitung rata-rata, simpangan baku serta korelasi antar ukuran morfometrik menggunakan program Genstat 14.2 kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kambing senduro memiliki bobot badan 24,56 ± 5,48 kg (jantan) dan 26,84 ± 6,50 kg (betina), panjang badan 63,89 ± 4,76 cm (jantan) dan 63,32 ± 6,29 cm (betina), lingkar dada 61,67 ± 4,36 cm (jantan) dan 66,48 ± 6,56 cm (betina), tinggi pundak 66,33±4,53 cm (jantan) dan 64,71 ± 5,76 cm (betina), panjang telinga 31,22 ± 2,17 cm (jantan) dan 28,13 ± 2,74 cm (betina), panjang rambut rewos/surai 17,56 ± 1,67 cm (jantan) dan 14,58 ± 2,39 cm (betina). Ukuran morfometrik pada kambing senduro berkorelasi positif satu sama lain. Terdapat korelasi yang sangat signifikan antara lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan dengan bobot badan pada kambing senduro.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"66 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367316","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.179
Olga Purnama Bakti, E. Handharyani, S. Purwaningsih
Indonesia menempati urutan kelima dengan penderita diabetes melitus terbanyak di dunia. Manajemen makan harus dilakukan terutama pada penderita diabetes melitus yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Rumput laut sango-sango atau Gracilaria sp., memiliki potensi sebagai agen antidiabetes. Pengujian aktivitas antihiperglikemik pada model hewan diperlukan sebelum implementasi pada manusia. Penelitian dilakukan dengan pemberian pakan dengan penambahan Gracilaria sp. pada tikus dengan periode yang berbeda. Tikus diberi streptozotocin (50 mg/kg bb) untuk menginduksi diabetes. Hewan dibagi dalam enam kelompok perlakuan: kontrol, kontrol diabetes, tikus diabetes diberi pakan standar dan obat metformin, tikus diabetes diberi Gracilaria sp., selama tiga minggu dan dua minggu, dan tikus normal diberi Gracilaria sp., selama empat minggu. Parameter yang digunakan adalah glukosa darah dan luas area positif ekspresi insulin. Hasil yang didapatkan adalah pemberian streptozotocin mengakibatkan keadaan diabetes pada tikus. Pakan dengan penambahan Gracilaria sp., menunjukkan potensi untuk membantu manajemen hiperglikemik. Hasil yang signifikan ditemukan pada area positif ekspresi insulin. Pemberian pakan dengan penambahan Gracilaria sp., dengan hasil terbaik diperoleh pada pakan dengan pemberian selama tiga minggu.
{"title":"Rumput Laut Sango-sango (Gracilaria sp.) Berpotensi Memperbaiki Kondisi Hiperglikemik dan Ekspresi Insulin Pankreas Tikus Diabetik","authors":"Olga Purnama Bakti, E. Handharyani, S. Purwaningsih","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.179","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.179","url":null,"abstract":"Indonesia menempati urutan kelima dengan penderita diabetes melitus terbanyak di dunia. Manajemen makan harus dilakukan terutama pada penderita diabetes melitus yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Rumput laut sango-sango atau Gracilaria sp., memiliki potensi sebagai agen antidiabetes. Pengujian aktivitas antihiperglikemik pada model hewan diperlukan sebelum implementasi pada manusia. Penelitian dilakukan dengan pemberian pakan dengan penambahan Gracilaria sp. pada tikus dengan periode yang berbeda. Tikus diberi streptozotocin (50 mg/kg bb) untuk menginduksi diabetes. Hewan dibagi dalam enam kelompok perlakuan: kontrol, kontrol diabetes, tikus diabetes diberi pakan standar dan obat metformin, tikus diabetes diberi Gracilaria sp., selama tiga minggu dan dua minggu, dan tikus normal diberi Gracilaria sp., selama empat minggu. Parameter yang digunakan adalah glukosa darah dan luas area positif ekspresi insulin. Hasil yang didapatkan adalah pemberian streptozotocin mengakibatkan keadaan diabetes pada tikus. Pakan dengan penambahan Gracilaria sp., menunjukkan potensi untuk membantu manajemen hiperglikemik. Hasil yang signifikan ditemukan pada area positif ekspresi insulin. Pemberian pakan dengan penambahan Gracilaria sp., dengan hasil terbaik diperoleh pada pakan dengan pemberian selama tiga minggu.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367797","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.201
Gusti Ngurah Bayu Krisna Mahardika, Made Pharmawati, Yan Ramona
Vaccine technology and gene therapy have been well developed, in which DNA and mRNA is used as a base. This technology has a drawback as high quantities of DNA/RNA are needed, and therefore it is not feasible economically, especially for animals. Self-replicating/amplifying RNA (saRNA) is a promising technology to cope with the drawback of DNA and mRNA vaccines. A pCDNA3.1-SRM plasmid with a gene of picornavirus encoding polymerase enzyme and 5’-and 3’-untranslated region (UTR) might produce saRNA to be used as a vaccine. In this research, the pCDNA3.1-SRM plasmid was inserted with DNA “ASF-276R-224L” encoding antigens for the African swine fever (ASF) virus. The main aim of this research was to compare the amount of mRNA and antibody of the pCDNA3.1-SRM vaccine with the pCDNA3.1 without polymerase gene as a control vaccine in mice. A total of 46 mice were divided into four groups according to the amount of plasmid per vaccine and type of plasmid. The mRNA quantity was obtained from CT-Values in the qRT-PCR analysis of mice thigh muscles that were sampled at day 3, 6, and 9 post-injections. African swine fever antibodies were measured using ELISA applying synthetic peptides and the optical density (OD) were statistically analysed using T-test method. The results of both mRNA quantity and antibody level of pCDNA3.1-SRM were found to be higher when compared to the control vaccine, but they are not significantly different statistically (p>0.05). For future research, it is recommended to improve the construction of pCDNA3.1-SRM plasmid.
以 DNA 和 mRNA 为基础的疫苗技术和基因疗法已经得到了很好的发展。这种技术的缺点是需要大量的 DNA/RNA,因此在经济上并不可行,尤其是对动物而言。自我复制/扩增 RNA(saRNA)是解决 DNA 和 mRNA 疫苗缺点的一种有前途的技术。pCDNA3.1-SRM质粒含有皮卡病毒编码聚合酶的基因和5'和3'非翻译区(UTR),可产生用作疫苗的saRNA。在这项研究中,pCDNA3.1-SRM 质粒插入了编码非洲猪瘟(ASF)病毒抗原的 DNA "ASF-276R-224L"。本研究的主要目的是比较 pCDNA3.1-SRM 疫苗与不含聚合酶基因的 pCDNA3.1 作为对照疫苗在小鼠体内的 mRNA 和抗体量。根据疫苗中质粒的数量和质粒的类型将 46 只小鼠分为四组。在注射后第 3、6 和 9 天对小鼠大腿肌肉进行 qRT-PCR 分析,通过 CT 值获得 mRNA 数量。非洲猪瘟抗体是用合成肽酶联免疫吸附法测定的,光密度(OD)用 T 检验法进行统计分析。与对照疫苗相比,pCDNA3.1-SRM 的 mRNA 量和抗体水平都较高,但在统计学上没有显著差异(p>0.05)。在今后的研究中,建议改进 pCDNA3.1-SRM 质粒的构建。
{"title":"Detection of mRNA and Anibody in Mice Injected withPlasmid pCDNA3.1-SRM Carrying African SwineFever Virus Gen Able to Produce Self-Replicating RNA","authors":"Gusti Ngurah Bayu Krisna Mahardika, Made Pharmawati, Yan Ramona","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.201","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.201","url":null,"abstract":"Vaccine technology and gene therapy have been well developed, in which DNA and mRNA is used as a base. This technology has a drawback as high quantities of DNA/RNA are needed, and therefore it is not feasible economically, especially for animals. Self-replicating/amplifying RNA (saRNA) is a promising technology to cope with the drawback of DNA and mRNA vaccines. A pCDNA3.1-SRM plasmid with a gene of picornavirus encoding polymerase enzyme and 5’-and 3’-untranslated region (UTR) might produce saRNA to be used as a vaccine. In this research, the pCDNA3.1-SRM plasmid was inserted with DNA “ASF-276R-224L” encoding antigens for the African swine fever (ASF) virus. The main aim of this research was to compare the amount of mRNA and antibody of the pCDNA3.1-SRM vaccine with the pCDNA3.1 without polymerase gene as a control vaccine in mice. A total of 46 mice were divided into four groups according to the amount of plasmid per vaccine and type of plasmid. The mRNA quantity was obtained from CT-Values in the qRT-PCR analysis of mice thigh muscles that were sampled at day 3, 6, and 9 post-injections. African swine fever antibodies were measured using ELISA applying synthetic peptides and the optical density (OD) were statistically analysed using T-test method. The results of both mRNA quantity and antibody level of pCDNA3.1-SRM were found to be higher when compared to the control vaccine, but they are not significantly different statistically (p>0.05). For future research, it is recommended to improve the construction of pCDNA3.1-SRM plasmid.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366403","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.238
Desak Made Malini, Firda Mohammad Firdous, Madihah Madihah, Wawan Hermawan
Diabetes mellitus merupakan penyakit kelainan metabolisme glukosa akibat defisiensi atau penurunan efektivitas insulin. Kondisi ini memicu terjadinya hiperlipidemia yang ditandai dengan kadar low density lipoprotein (LDL) yang tinggi dan high density lipoprotein (HDL_ rendah serta meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas nanopartikel poly(lactic-co-glycolic acid) atau PLGA-ekstrak etanol kulit buah jengkol (EEKBJ) dalam memperbaiki profil kolesterol dan kerusakan struktur histologis jantung tikus (Rattus Norvegicus) Wistar model diabetes. Tikus yang digunakan sebanyak 30 ekor yang dibagi menjadi enam kelompok yaitu satu kelompok normal dan lima kelompok diabetes. Induksi model tikus diabetes dilakukan dengan injeksi intravena streptozotocin (STZ) dosis 65 mg/kg BB. Perlakuan yang diberikan adalah KN (Carboxy Methyl Cellulose (CMC) 0,5%), kontrol positif (KP) (STZ+CMC 0,5%), pembanding (Pb) (STZ+Glibenklamid dosis 10 mg/kg BB), P1 (STZ+EEKBJ 770 mg/kg BB), P2 (STZ+EEKBJ 110 mg/kg BB), dan P3 (STZ+nanopartikel PLGA-EEKBJ 110 mg/kg BB) selama 14 hari berturut-turut. Parameter yang diamati adalah kadar kolesterol HDL dan LDL, jumlah sel nekrosis, dan derajat kerusakan pada sel miokardium (degenerasi hidropik, degenerasi lemak, dan infiltrasi sel radang). Uji analisis statistika menggunakan sidik ragam, dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian nanopartikel PLGA-EEKBJ menurunkan kadar LDL, jumlah sel nekrosis, derajat kerusakan histologis dan meningkatkan kadar kolesterol HDL secara signifikan (p>0,05), Simpulan dari penelitian ini adalah nanopartikel PLGA-EEKBJ dosis 110 mg/kg BB efektif memperbaiki profil kolesterol danstruktur histologis jantung tikus model diabetes.
{"title":"Perbaikan Profil Kolesterol dan HistologisJantung Tikus Model Diabetes dengan Nanopartikel Poly(Lactic-Co-Glycolic Acid) -Ekstrak Etanol Kulit Buah Jengkol","authors":"Desak Made Malini, Firda Mohammad Firdous, Madihah Madihah, Wawan Hermawan","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.238","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.238","url":null,"abstract":"Diabetes mellitus merupakan penyakit kelainan metabolisme glukosa akibat defisiensi atau penurunan efektivitas insulin. Kondisi ini memicu terjadinya hiperlipidemia yang ditandai dengan kadar low density lipoprotein (LDL) yang tinggi dan high density lipoprotein (HDL_ rendah serta meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas nanopartikel poly(lactic-co-glycolic acid) atau PLGA-ekstrak etanol kulit buah jengkol (EEKBJ) dalam memperbaiki profil kolesterol dan kerusakan struktur histologis jantung tikus (Rattus Norvegicus) Wistar model diabetes. Tikus yang digunakan sebanyak 30 ekor yang dibagi menjadi enam kelompok yaitu satu kelompok normal dan lima kelompok diabetes. Induksi model tikus diabetes dilakukan dengan injeksi intravena streptozotocin (STZ) dosis 65 mg/kg BB. Perlakuan yang diberikan adalah KN (Carboxy Methyl Cellulose (CMC) 0,5%), kontrol positif (KP) (STZ+CMC 0,5%), pembanding (Pb) (STZ+Glibenklamid dosis 10 mg/kg BB), P1 (STZ+EEKBJ 770 mg/kg BB), P2 (STZ+EEKBJ 110 mg/kg BB), dan P3 (STZ+nanopartikel PLGA-EEKBJ 110 mg/kg BB) selama 14 hari berturut-turut. Parameter yang diamati adalah kadar kolesterol HDL dan LDL, jumlah sel nekrosis, dan derajat kerusakan pada sel miokardium (degenerasi hidropik, degenerasi lemak, dan infiltrasi sel radang). Uji analisis statistika menggunakan sidik ragam, dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian nanopartikel PLGA-EEKBJ menurunkan kadar LDL, jumlah sel nekrosis, derajat kerusakan histologis dan meningkatkan kadar kolesterol HDL secara signifikan (p>0,05), Simpulan dari penelitian ini adalah nanopartikel PLGA-EEKBJ dosis 110 mg/kg BB efektif memperbaiki profil kolesterol danstruktur histologis jantung tikus model diabetes.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"854 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366480","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.248
A. Kurnia, Susi Soviana, Akhmad Arif Amin
Lalat sebagai vektor penyakit yang bersifat mewabah, indikator sanitasi maupun kondisi lingkungan permukiman yang tidak sehat dan pengganggu kenyamanan, memerlukan penanganan serius apabila suatu daerah ditemukan infestasi lalat dengan kepadatan yang tinggi. Cara singkat untuk mengendalikan lalat di lingkungan adalah dengan menggunakan insektisida. Satu diantara tugas dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang adalah melakukan pengukuran kepadatan dan pengendalian lalat di Pelabuhan Teluk Bayur. Pengukuran kepadatan lalat dilakukan di perimeter, buffer dan pasar yang berada di wilayah buffer pelabuhan menggunakan fly grill. Sementara itu uji resistansi dilaukan pada enam koloni lalat pengganggu (masing-masing koloni Musca domestica dan Chrysomya megacephala dari area perimeter, buffer dan pasar) terhadap insektisida sipermetrin dengan menggunakan metode bioassay. Pengukuran kepadatan lalat didapatkan rendah (<2 lalat) di area perimeter, dan kategori tinggi (6-20 lalat) di area buffer dan Pasar Gaung. Hasil uji status resistansi lalat pengganggu, menunjukkan status rentan pada koloni lalat M. domestica dan C. megacephala yang berasal dari area perimeter juga koloni M. domesticaasal pasar, sedangkan koloni lalat M. domestica dan C. megacephala asal area buffer serta koloni C. menacephala asal pasar diduga telah resistan.
{"title":"Tingkat Kepadatan dan Status Resistansi Lalat Pengganggu di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang","authors":"A. Kurnia, Susi Soviana, Akhmad Arif Amin","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.248","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.248","url":null,"abstract":"Lalat sebagai vektor penyakit yang bersifat mewabah, indikator sanitasi maupun kondisi lingkungan permukiman yang tidak sehat dan pengganggu kenyamanan, memerlukan penanganan serius apabila suatu daerah ditemukan infestasi lalat dengan kepadatan yang tinggi. Cara singkat untuk mengendalikan lalat di lingkungan adalah dengan menggunakan insektisida. Satu diantara tugas dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang adalah melakukan pengukuran kepadatan dan pengendalian lalat di Pelabuhan Teluk Bayur. Pengukuran kepadatan lalat dilakukan di perimeter, buffer dan pasar yang berada di wilayah buffer pelabuhan menggunakan fly grill. Sementara itu uji resistansi dilaukan pada enam koloni lalat pengganggu (masing-masing koloni Musca domestica dan Chrysomya megacephala dari area perimeter, buffer dan pasar) terhadap insektisida sipermetrin dengan menggunakan metode bioassay. Pengukuran kepadatan lalat didapatkan rendah (<2 lalat) di area perimeter, dan kategori tinggi (6-20 lalat) di area buffer dan Pasar Gaung. Hasil uji status resistansi lalat pengganggu, menunjukkan status rentan pada koloni lalat M. domestica dan C. megacephala yang berasal dari area perimeter juga koloni M. domesticaasal pasar, sedangkan koloni lalat M. domestica dan C. megacephala asal area buffer serta koloni C. menacephala asal pasar diduga telah resistan.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367490","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.147
Janchiv Temuujin, Chultemsuren Yeruult, Zagd Amarbayasgalan, Tangad Mungunzaya, Tileubai Akhiit, Baldandorj Bolorchimeg, Badrakh Burmaa, Uudus Bayarsaikhan, T. Wandra, C. Budke, J. Khulan, B. Ochirkhuyag, M. Narankhajid
Cysticercosis caused by the larval form of the Taenia hydatigena tapeworm poses a global challenge to the livestock industry. A total of 56 goats slaughtered in Khishig-Undur, Mongolia were evaluated for the presence of cystic lesions. Collected cysts were assessed using the mitochondrial 12S rRNA gene. In total, 46.4% (26/56) of evaluated goats were positive for T. hydatigena infection, with most cysts attached to the omentum, mesentery, liver, or spleen. Partial 12S rRNA gene sequences were obtained from all evaluated cysts and aligned with known sequences for T. hydatigena. Infection prevalence was higher in goats three years of age and older (50.0%; 17/34) compared to goats less than three years of age (40.0%; 9/22) (p=0.035). Infection with T. hydatigena appears to be highly prevalent in goats in Khishig-Undur. Additional studies are needed to evaluate local parasite transmission dynamics and the impact of this parasite on local livestock production.
由水蚤绦虫幼虫引起的囊尾蚴病是畜牧业面临的全球性挑战。我们对蒙古Khishig-Undur屠宰的56只山羊进行了囊肿病变评估。利用线粒体 12S rRNA 基因对收集的囊虫进行了评估。在接受评估的山羊中,46.4%(26/56)对 T. hydatigena 感染呈阳性,大多数囊肿附着在网膜、肠系膜、肝脏或脾脏上。从所有评估的囊肿中获得了部分 12S rRNA 基因序列,并与已知的 T. hydatigena 序列进行了比对。三岁及三岁以上山羊的感染率(50.0%;17/34)高于三岁以下山羊(40.0%;9/22)(p=0.035)。在 Khishig-Undur 的山羊中,T. hydatigena 感染似乎非常普遍。需要进行更多的研究,以评估当地寄生虫的传播动态以及这种寄生虫对当地畜牧业生产的影响。
{"title":"Molecular Identification of Taenia hydatigena from Goats in Khishig-Undur, Mongolia","authors":"Janchiv Temuujin, Chultemsuren Yeruult, Zagd Amarbayasgalan, Tangad Mungunzaya, Tileubai Akhiit, Baldandorj Bolorchimeg, Badrakh Burmaa, Uudus Bayarsaikhan, T. Wandra, C. Budke, J. Khulan, B. Ochirkhuyag, M. Narankhajid","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.147","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.147","url":null,"abstract":"Cysticercosis caused by the larval form of the Taenia hydatigena tapeworm poses a global challenge to the livestock industry. A total of 56 goats slaughtered in Khishig-Undur, Mongolia were evaluated for the presence of cystic lesions. Collected cysts were assessed using the mitochondrial 12S rRNA gene. In total, 46.4% (26/56) of evaluated goats were positive for T. hydatigena infection, with most cysts attached to the omentum, mesentery, liver, or spleen. Partial 12S rRNA gene sequences were obtained from all evaluated cysts and aligned with known sequences for T. hydatigena. Infection prevalence was higher in goats three years of age and older (50.0%; 17/34) compared to goats less than three years of age (40.0%; 9/22) (p=0.035). Infection with T. hydatigena appears to be highly prevalent in goats in Khishig-Undur. Additional studies are needed to evaluate local parasite transmission dynamics and the impact of this parasite on local livestock production.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"99 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367701","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.187
Dyah Ayu Hewajuli, Pratama Y, Winarsongko A, Purwani A, Ajeng Fabeane, Suyatno T, H. Nuradji, Nur Sabiq, A. Ratnawati, M. Saepulloh, N. Dharmayanti
Rotavirus adalah jenis virus yang sering menyebabkan diare. Rotavirus grup A merupakan penyebab utama diare pada sapi. Rotavirus dibedakan menjadi delapan kelompok (A-H) berdasarkan perbedaan antigenik dan keragaman genetik protein VP6. Uji Gradient Reverse Trancriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) bersifat sensitif, spesifik, dan cepat untuk mendeteksi rotavirus grup A dalam sampel feses. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan kontrol positif sintetik dan mengoptimasi RT-PCR satu langkah dengan target gen VP6 untuk deteksi rotavirus grup A dari sampel feses. Kontrol positif sintetik bovine rotavirus grup A gen VP6 disintesis dengan gBlocks Gene Fragments. Optimasi menggunakan metode Gradient Reverse Trancriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol positif sintetik dan primer - menghasilkan pita jelas pada 1356 basepairs (bp) pada suhu annealing (56,4; 59,4; 61,6)oC, sedangkan kontrol positif sintetik dan primer - menghasilkan pita jelas pada 450 bp terutama pada suhu annealing (45; 45,4; 46,4; 48,1; 50,3; 53,1;56,4; 59,4; 61,6)oC. Selanjutnya, suhu annealingyang menghasilkan pitaoptimal digunakan dalam metode RT-PCR pada sampel penelitian. Hasil RT-PCR dari sampel penelitian menunjukkan 157 sampel negatif terhadap Rotavirus dengan primer Chinsangaram et al., 1993 tetapi satu sampel positif terhadap Rotavirus dengan primer Wang et al.,2019 yang ditandai dengan pita di 450 bp. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan kontrol positif sintetis dan optimasi RT-PCR untuk deteksi Bovine Rotavirusgrup A dengan gen target VP6 dapat digunakan sebagai metode skrining untuk mendeteksi Rotavirus pada sampel lapang.
轮状病毒是一种经常引起腹泻的病毒。A 组轮状病毒是导致牛腹泻的主要原因。根据抗原差异和 VP6 蛋白的遗传多样性,轮状病毒可分为八组(A-H)。梯度逆转录酶聚合酶链反应(RT-PCR)检测法可灵敏、特异、快速地检测粪便样本中的 A 组轮状病毒。本研究旨在开发一种合成阳性对照,并优化针对 VP6 基因的一步式 RT-PCR,以检测粪便样本中的 A 组轮状病毒。用 gBlocks 基因片段合成牛轮状病毒 A 组 VP6 基因的合成阳性对照。使用梯度反转录酶聚合酶链反应(RT-PCR)方法进行优化。结果显示,合成阳性对照和引物-在退火温度(56.4; 59.4; 61.6)oC 时产生 1356 碱基对(bp)的清晰条带,而合成阳性对照和引物-主要在退火温度(45; 45.4; 46.4; 48.1; 50.3; 53.1; 56.4; 59.4; 61.6)oC 时产生 450 bp 的清晰条带。此外,在研究样本的 RT-PCR 方法中使用了产生最佳条带的退火温度。研究样本的 RT-PCR 结果显示,157 个样本用 Chinsangaram 等人 1993 年的引物检测轮状病毒呈阴性,但有一个样本用 Wang 等人 2019 年的引物检测轮状病毒呈阳性,其特征是有一条 450 bp 的条带。根据上述结果,可以得出结论:开发合成阳性对照和优化 RT-PCR 检测带有 VP6 目标基因的 A 组牛轮状病毒可用作检测田间样本中轮状病毒的筛选方法。
{"title":"Pengembangan Kontrol Positif Sintetik dan Metode Gradient Reverse Trancriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Gen VP6 Bovine Rotavirus Group A","authors":"Dyah Ayu Hewajuli, Pratama Y, Winarsongko A, Purwani A, Ajeng Fabeane, Suyatno T, H. Nuradji, Nur Sabiq, A. Ratnawati, M. Saepulloh, N. Dharmayanti","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.187","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.187","url":null,"abstract":"Rotavirus adalah jenis virus yang sering menyebabkan diare. Rotavirus grup A merupakan penyebab utama diare pada sapi. Rotavirus dibedakan menjadi delapan kelompok (A-H) berdasarkan perbedaan antigenik dan keragaman genetik protein VP6. Uji Gradient Reverse Trancriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) bersifat sensitif, spesifik, dan cepat untuk mendeteksi rotavirus grup A dalam sampel feses. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan kontrol positif sintetik dan mengoptimasi RT-PCR satu langkah dengan target gen VP6 untuk deteksi rotavirus grup A dari sampel feses. Kontrol positif sintetik bovine rotavirus grup A gen VP6 disintesis dengan gBlocks Gene Fragments. Optimasi menggunakan metode Gradient Reverse Trancriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol positif sintetik dan primer - menghasilkan pita jelas pada 1356 basepairs (bp) pada suhu annealing (56,4; 59,4; 61,6)oC, sedangkan kontrol positif sintetik dan primer - menghasilkan pita jelas pada 450 bp terutama pada suhu annealing (45; 45,4; 46,4; 48,1; 50,3; 53,1;56,4; 59,4; 61,6)oC. Selanjutnya, suhu annealingyang menghasilkan pitaoptimal digunakan dalam metode RT-PCR pada sampel penelitian. Hasil RT-PCR dari sampel penelitian menunjukkan 157 sampel negatif terhadap Rotavirus dengan primer Chinsangaram et al., 1993 tetapi satu sampel positif terhadap Rotavirus dengan primer Wang et al.,2019 yang ditandai dengan pita di 450 bp. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan kontrol positif sintetis dan optimasi RT-PCR untuk deteksi Bovine Rotavirusgrup A dengan gen target VP6 dapat digunakan sebagai metode skrining untuk mendeteksi Rotavirus pada sampel lapang.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367277","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.2.194
G. Kencana, I. Suartha, Anak Agung Gde Fandhiananta Widyanjaya, Ni Kadek Chris Nariasih, FX Sudirman
Virus flu burung dengan keganasan rendah atau Low pathogenic avian influenza (LPAI) subtipe H9N2 tersebar luas di seluruh dunia, dan menjadi endemik pada populasi unggas di Asia dan Timur Tengah. Galur H9N2 merupakan salah satu subtipe AI yang sangat merugikan peternak karena dapat menurunkan produksi telur, serta penurunan bobot badan pada ayam pedaging. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan vaksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer antibodi ayam petelur pascavaksinasi AI subtype H9N2. Sebanyak 45 ekor ayam petelur digunakan untuk sampel penelitian, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kontrol (K) yang diberi plasebo, kelompok perlakuan vaksinasi P1 (vaksinasi pertama) dan P2 (vaksinasi booster) minggu. Pengambilan darah dilakukan sekali pravaksinasi dan tiga kali pascavaksinasi yakni pada saat satu, dua, dan tiga minggu pascavaksinasi. Titer antibodi diperiksa dengan uji serologi penghambatan hemaglutinasi (HA/HI). Hasil uji titer antibodi dianalisis dengan sidik ragam, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan serta analisis regresi menggunakan SPSS. Penelitian dilakukan selama tiga bulan pada peternakan ayam petelur komersial di Desa Perean, Kabupaten Tabanan, Bali, sedangkan uji serologi dilaksanakan di Laboratorium Virologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Hasil analisis titer antibodi ayam petelur menunjukkan bahwa vaksin AI subtipe H9N2 berpengaruh terhadap respons imun ayam petelur pascavaksinasi. Titer antibodi ayam petelur kelompok P2 pascavaksinasi ulang lebih tinggi dibandingkan dengan titer antibodi kelompok kontrol dan kelompok P1. Periode pengambilan serum setiap minggu berpengaruh nyata (P ≤ 0.05 ) terhadap peningkatan titer antibodi AI-H9N2 pascavaksinasi. Disimpulkan bahwa vaksin AI-H9N2 meningkatkan respons imun AI-H9N2 ayam petelur pascavaksinasi dan titer antibodi yang ditimbulkan di atas titer protektif.
{"title":"Imunitas Ayam Petelur Pascavaksinasi dengan Vaksin Flu Burung Subtipe H9N2","authors":"G. Kencana, I. Suartha, Anak Agung Gde Fandhiananta Widyanjaya, Ni Kadek Chris Nariasih, FX Sudirman","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.2.194","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.2.194","url":null,"abstract":"Virus flu burung dengan keganasan rendah atau Low pathogenic avian influenza (LPAI) subtipe H9N2 tersebar luas di seluruh dunia, dan menjadi endemik pada populasi unggas di Asia dan Timur Tengah. Galur H9N2 merupakan salah satu subtipe AI yang sangat merugikan peternak karena dapat menurunkan produksi telur, serta penurunan bobot badan pada ayam pedaging. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan vaksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer antibodi ayam petelur pascavaksinasi AI subtype H9N2. Sebanyak 45 ekor ayam petelur digunakan untuk sampel penelitian, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kontrol (K) yang diberi plasebo, kelompok perlakuan vaksinasi P1 (vaksinasi pertama) dan P2 (vaksinasi booster) minggu. Pengambilan darah dilakukan sekali pravaksinasi dan tiga kali pascavaksinasi yakni pada saat satu, dua, dan tiga minggu pascavaksinasi. Titer antibodi diperiksa dengan uji serologi penghambatan hemaglutinasi (HA/HI). Hasil uji titer antibodi dianalisis dengan sidik ragam, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan serta analisis regresi menggunakan SPSS. Penelitian dilakukan selama tiga bulan pada peternakan ayam petelur komersial di Desa Perean, Kabupaten Tabanan, Bali, sedangkan uji serologi dilaksanakan di Laboratorium Virologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Hasil analisis titer antibodi ayam petelur menunjukkan bahwa vaksin AI subtipe H9N2 berpengaruh terhadap respons imun ayam petelur pascavaksinasi. Titer antibodi ayam petelur kelompok P2 pascavaksinasi ulang lebih tinggi dibandingkan dengan titer antibodi kelompok kontrol dan kelompok P1. Periode pengambilan serum setiap minggu berpengaruh nyata (P ≤ 0.05 ) terhadap peningkatan titer antibodi AI-H9N2 pascavaksinasi. Disimpulkan bahwa vaksin AI-H9N2 meningkatkan respons imun AI-H9N2 ayam petelur pascavaksinasi dan titer antibodi yang ditimbulkan di atas titer protektif.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367281","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}