Pub Date : 2024-06-10DOI: 10.19087/jveteriner.2024.25.1.62
A. Budiani, I. N. Suartha, S. Widyastuti
Penyakit yang paling umum dijumpai pada hewan kesayangan salah satunya ialah penyakit kulit (dermatitis). Gabungan klinis dari lesi primer dan lesi sekunder dapat teramati sebagai tanda klinis pada anjing penderita dermatitis. Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan kesembuhan lesi yang dilihat dari perubahan lesi makroskopis pada kulit anjing penderita dermatitis pascapemberian eco enzyme. Anjing yang dijadikan sebagai objek penelitian merupakan anjing kampung dengan rentang umur 5-6 bulan, dan berjenis kelamin betina. Objek penelitian adalah anjing dermatitis yang memiliki keparahan lesi spesifik yaitu lesi yang kompleks gabungan antara lesi primer dan lesi sekunder dengan penyebaran lesi berupa multifokal-ektensif. Sampel penelitian sebayak lima ekor anjing penderita dermatitis dibagi menjadi dua kelompok. Pada Kelompok A, terdiri atas tiga sampel anjing dermatitis dimandikan dengan eco enzyme 10% tiga hari sekali. Pada Kelompok B yaitu terdiri atas dua sampel anjing dermatitis dimandikan dengan eco enzyme10% tiga hari sekali, sebanyak tiga kali mandi kemudian dilanjutkan dimandikan dengan eco enzyme 2% satu minggu sekali. Kedua kelompok diamati setiap tiga hari sekali dimulai dari hari ke-0 hingga hari ke-33. Data dianalisis dengan Uji Friedman dan Uji Wilcoxon, kemudian dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian eco enzyme dapat membantu dalam perbaikan kondisi lesi hingga lesi mengering, papula, eritema dan krusta berkurang, merangsang pertumbuhan rambut hingga tidak dijumpai lagi adanya lesi primer maupun lesi sekunder. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan pemberian eco enzyme berpengaruh nyata terhadap proses kesembuhan lesi anjing penderita dermatitis dan didapatkan bahwa eco enzyme dengan konsentrasi 2% efektif digunakan untuk pengobatan dermatitis.
宠物动物最常见的疾病之一是皮肤病(皮炎)。临床上可观察到皮炎犬的原发性皮损和继发性皮损相结合的临床症状。本研究的目的是通过对患有皮炎的狗施用环保酵素后,从其皮肤大面积病变的变化来确定病变愈合的发展情况。作为研究对象的狗是一只5-6个月大的杂种狗,雌性。研究对象是皮炎犬,它们有特定的皮损严重程度,即原发性皮损和继发性皮损相结合的复杂皮损,皮损分布呈多灶性-广泛性。研究样本为五只皮炎犬,分为两组。在 A 组中,三只皮炎犬样本每三天用 10%的酵素洗澡一次。B组由两只皮炎犬组成,每三天用10%的环保酵素洗澡一次,洗完三次后继续每周用2%的环保酵素洗澡一次。从第 0 天到第 33 天,每三天对两组进行一次观察。通过弗里德曼检验和威尔科克森检验对数据进行分析,然后进行描述性说明。结果表明,服用酵素有助于改善皮损状况,直至皮损干燥、丘疹、红斑和结痂减少,刺激毛发生长,直至不再出现原发性皮损或继发性皮损。根据这项研究的结果,可以得出结论:服用环保酵素对狗皮炎病灶的愈合过程有明显的效果,并且发现浓度为2%的环保酵素可有效地用于治疗皮炎。
{"title":"Perubahan Lesi Makroskopis pada Anjing Kampung Penderita Dermatitis Setelah Dimandikan dengan Eco Enzyme","authors":"A. Budiani, I. N. Suartha, S. Widyastuti","doi":"10.19087/jveteriner.2024.25.1.62","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2024.25.1.62","url":null,"abstract":"Penyakit yang paling umum dijumpai pada hewan kesayangan salah satunya ialah penyakit kulit (dermatitis). Gabungan klinis dari lesi primer dan lesi sekunder dapat teramati sebagai tanda klinis pada anjing penderita dermatitis. Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan kesembuhan lesi yang dilihat dari perubahan lesi makroskopis pada kulit anjing penderita dermatitis pascapemberian eco enzyme. Anjing yang dijadikan sebagai objek penelitian merupakan anjing kampung dengan rentang umur 5-6 bulan, dan berjenis kelamin betina. Objek penelitian adalah anjing dermatitis yang memiliki keparahan lesi spesifik yaitu lesi yang kompleks gabungan antara lesi primer dan lesi sekunder dengan penyebaran lesi berupa multifokal-ektensif. Sampel penelitian sebayak lima ekor anjing penderita dermatitis dibagi menjadi dua kelompok. Pada Kelompok A, terdiri atas tiga sampel anjing dermatitis dimandikan dengan eco enzyme 10% tiga hari sekali. Pada Kelompok B yaitu terdiri atas dua sampel anjing dermatitis dimandikan dengan eco enzyme10% tiga hari sekali, sebanyak tiga kali mandi kemudian dilanjutkan dimandikan dengan eco enzyme 2% satu minggu sekali. Kedua kelompok diamati setiap tiga hari sekali dimulai dari hari ke-0 hingga hari ke-33. Data dianalisis dengan Uji Friedman dan Uji Wilcoxon, kemudian dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian eco enzyme dapat membantu dalam perbaikan kondisi lesi hingga lesi mengering, papula, eritema dan krusta berkurang, merangsang pertumbuhan rambut hingga tidak dijumpai lagi adanya lesi primer maupun lesi sekunder. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan pemberian eco enzyme berpengaruh nyata terhadap proses kesembuhan lesi anjing penderita dermatitis dan didapatkan bahwa eco enzyme dengan konsentrasi 2% efektif digunakan untuk pengobatan dermatitis.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" 96","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141365548","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.525
I. Besung, Kadek Karang Agustina, I. K. Suarjana, N. K. Suwiti, I. Mahardika
Streptokokosis yang disebabkan oleh Streptococcus suis merupakan penyakit bakteri yang memiliki arti penting karena berpotensi zoonotik dan mampu menimbulkan wabah serius baik pada babi maupun manusia. Gejala utamanya adalah meningitis, ketulian, keradangan pada mata hingga kebutaan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya infeksi S. suis pada babi-babi yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan khusus babi di Denpasar. Sebanyak 200 sampel tonsil babi diambil dengan 20 kali pengambilan. Setiap pengambilan sampel diambil sebanyak 10 sampel. Sampel ditumbuhkan pada sheep blood agar 5%, pewarnaan Gram, uji katalase, oksidase, dan koagulase. Hasil yang dicurigai pada masing-masing pengambilan dilanjutkan dengan uji Polymerase Chain Reaction primer SSRecN-F dan SSRecN-R. Hasil pengujian terhadap 200 sampel tonsil babi didapatkan sebanyak 2,5% sampel positif terinfeksi S. suis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sampel tonsil babi yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan khusus babi di Denpasar terinfeksi S. suis.
{"title":"Kejadian Streptococcus suis pada Babi yang Dipotong di Rumah Pemotongan Hewan untuk Babi di Denpasar","authors":"I. Besung, Kadek Karang Agustina, I. K. Suarjana, N. K. Suwiti, I. Mahardika","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.525","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.525","url":null,"abstract":"Streptokokosis yang disebabkan oleh Streptococcus suis merupakan penyakit bakteri yang memiliki arti penting karena berpotensi zoonotik dan mampu menimbulkan wabah serius baik pada babi maupun manusia. Gejala utamanya adalah meningitis, ketulian, keradangan pada mata hingga kebutaan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya infeksi S. suis pada babi-babi yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan khusus babi di Denpasar. Sebanyak 200 sampel tonsil babi diambil dengan 20 kali pengambilan. Setiap pengambilan sampel diambil sebanyak 10 sampel. Sampel ditumbuhkan pada sheep blood agar 5%, pewarnaan Gram, uji katalase, oksidase, dan koagulase. Hasil yang dicurigai pada masing-masing pengambilan dilanjutkan dengan uji Polymerase Chain Reaction primer SSRecN-F dan SSRecN-R. Hasil pengujian terhadap 200 sampel tonsil babi didapatkan sebanyak 2,5% sampel positif terinfeksi S. suis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sampel tonsil babi yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan khusus babi di Denpasar terinfeksi S. suis.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"19 26","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139130144","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.480
Ageng Ilham Ramadhani, Y. Oktanella, W. Purwatiningsih, A. Hardian, T. Hernawati
Tirosin kinase (TEK) merupakan salah satu protein pada membran plasma spermatozoa berfungsi sebagai mediator pertemuan antara spermatozoa dengan sel telur pada zona pelusida 3 (ZP3). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya variasi gen tirosin kinase spermatozoa pada semen segar sapi limousin jantan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) berdasarkan hasil fragmen DNA yang menggunakan enzim restriksi HindIII. Penelitian ini menggunakan 20 sampel darah dan semen segar yang didapat dari Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang. Amplifikasi DNA dilakukan dengan metode PCR menggunakan primer forward (TEK_F) 5’-TAGATTGTCGCTTGCCTGGG-3’ dan reverse (TEK_R) 5’-CCTGTGCCGACAGGTTTACT-3’. Analisis data dilakukan dengan menghitung jumlah fragmen DNA yang terbentuk dan korelasinya terkait kualitas semen segar dianalisis dengan uji Spearman. Variasi gen tirosin kinase ditunjukkan dengan terbentuknya fragmen DNA. Fragmen DNA polimorfik berada pada kisaran 136 bp, 88 bp, 72 bp, dan 12 bp, sedangkan fragmen DNA monomorfik berada pada kisaran 39 bp. Koefisien korelasi (r) antara jumlah fragmen DNA pada RFLP dengan pH semen bernilai -0,158 (tidak searah) dengan nilai signifikansi 0,912; volume semen bernilai -0.105 (tidak searah) dengan nilai signifikansi 0,659; motilitas spermatozoa bernilai -0,050 (tidak searah) dengan nilai signifikansi 0,831; dan konsentrasi spermatozoa 0,044 (searah) dengan nilai signifikansi 0,852. Jumlah fragmen DNA pada RFLP dengan beberapa parameter uji kualitas semen segar tersebut memiliki korelasi sangat rendah dan tidak signifikan (signifikansi >0,05).
酪氨酸激酶(TEK)是精子质膜上的蛋白质之一,它是精子与卵细胞在透明带3(ZP3)相遇的介质。本研究旨在利用聚合酶链式反应限制性片段长度多态性(PCR-RFLP)方法,根据HindIII限制性酶的DNA片段结果,分析利木赞公牛新鲜精液中精子酪氨酸激酶基因的变异。本研究使用了从马朗 Singosari 人工授精中心获得的 20 份新鲜血液和精液样本。使用正向(TEK_F)引物 5'-TAGATTGTCGCTTGCCTGGG-3' 和反向(TEK_R)引物 5'-CCTGTGCCGACAGGTTTACT-3' 通过 PCR 方法进行 DNA 扩增。数据分析通过计算形成的 DNA 片段数量进行,并通过斯皮尔曼检验分析其与新鲜精液质量的相关性。酪氨酸激酶基因变异通过 DNA 片段的形成来表示。多态 DNA 片段的范围为 136 bp、88 bp、72 bp 和 12 bp,而单态 DNA 片段的范围为 39 bp。RFLP中的DNA片段数与精液pH值的相关系数(r)为-0.158(单向),显著性值为0.912;精液量的相关系数(r)为-0.105(单向),显著性值为0.659;精子活力的相关系数(r)为-0.050(单向),显著性值为0.831;精子浓度的相关系数(r)为0.044(单向),显著性值为0.852。RFLP中的DNA片段数与新鲜精液质量检测的几个参数相关性很低且不显著(显著性>0.05)。
{"title":"Tyrosine Kinase Gene Polymorphisms in Limousin (Bos taurus) Bull Correlation with Fresh Semen Qualities","authors":"Ageng Ilham Ramadhani, Y. Oktanella, W. Purwatiningsih, A. Hardian, T. Hernawati","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.480","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.480","url":null,"abstract":"Tirosin kinase (TEK) merupakan salah satu protein pada membran plasma spermatozoa berfungsi sebagai mediator pertemuan antara spermatozoa dengan sel telur pada zona pelusida 3 (ZP3). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya variasi gen tirosin kinase spermatozoa pada semen segar sapi limousin jantan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) berdasarkan hasil fragmen DNA yang menggunakan enzim restriksi HindIII. Penelitian ini menggunakan 20 sampel darah dan semen segar yang didapat dari Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang. Amplifikasi DNA dilakukan dengan metode PCR menggunakan primer forward (TEK_F) 5’-TAGATTGTCGCTTGCCTGGG-3’ dan reverse (TEK_R) 5’-CCTGTGCCGACAGGTTTACT-3’. Analisis data dilakukan dengan menghitung jumlah fragmen DNA yang terbentuk dan korelasinya terkait kualitas semen segar dianalisis dengan uji Spearman. Variasi gen tirosin kinase ditunjukkan dengan terbentuknya fragmen DNA. Fragmen DNA polimorfik berada pada kisaran 136 bp, 88 bp, 72 bp, dan 12 bp, sedangkan fragmen DNA monomorfik berada pada kisaran 39 bp. Koefisien korelasi (r) antara jumlah fragmen DNA pada RFLP dengan pH semen bernilai -0,158 (tidak searah) dengan nilai signifikansi 0,912; volume semen bernilai -0.105 (tidak searah) dengan nilai signifikansi 0,659; motilitas spermatozoa bernilai -0,050 (tidak searah) dengan nilai signifikansi 0,831; dan konsentrasi spermatozoa 0,044 (searah) dengan nilai signifikansi 0,852. Jumlah fragmen DNA pada RFLP dengan beberapa parameter uji kualitas semen segar tersebut memiliki korelasi sangat rendah dan tidak signifikan (signifikansi >0,05).","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"84 21","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139131972","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Staphylococcus aureus diketahui sering menyebabkan radang ambing pada ternak perah dan memproduksi berbagai jenis enterotoksin yang berpotensi sebagai agen penyebab keracunan makanan melalui susu maupun produk olahan susu yang dikonsumsi. Staphylococcal enterotoxin Y (SEY) asal penyakit kulit pada manusia dilaporkan tahan terhadap uji pemanasan dan menyebabkan muntah pada hewan coba primata yang menunjukkan potensinya sebagai salah satu penyebab keracunan makanan. Pada penelitian ini, deteksi gen sey pada 18 isolat S. aureus asal kambing peranakan etawah (PE) dengan teknik polymerase chain reaction (PCR), kemudian dilakukan sekuensing gen sey dari isolat S. aureus MR6. Sekuens basa nukleotida ditranslasi menjadi protein menggunakan EMBOSS Transeq. Sekuens SEY MR6 selanjutnya dibandingkan dengan database genebank Bakteri SEY dan enterotoksin lain yang berasal dari isolat S. aureus asal manusia dan sapi menggunakan MultAlin. Pohon filogenetik dari protein SEY yang dibandingkan, dibuat menggunakan MEGA Software 5.0. Hasil PCR diketahui 28% isolat, positif gen sey. Analisis SEY dari isolat S. aureus kambing PE diketahui mempunyai persentase protein sekuens homologi sebesar 97,3% terhadap SEY asal isolat sapi perah dan manusia. Diketahui terdapat enam posisi residu asam amino yang berbeda antar SEY yang diperbandingkan. Analisis filogenetik menunjukkan kedekatan kekerabatan dengan SEY asal manusia, namun masih satu kluster dengan SEY asal sapi.
{"title":"Deteksi dan Analisis Filogenetik Staphylococcal Enterotoxin-Y Isolat Bakteri Staphylococcus aureus Asal Kambing Peranakan Etawah","authors":"Fatkhanuddin Aziz, Desy Cahya Widianingrum, Sarasati Windria, Siti Isrina Oktavia Salasia, Nurul Hidayah, Achmad Fauzi, Fauziah Fitriana, Riza Resita","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.458","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.458","url":null,"abstract":"Staphylococcus aureus diketahui sering menyebabkan radang ambing pada ternak perah dan memproduksi berbagai jenis enterotoksin yang berpotensi sebagai agen penyebab keracunan makanan melalui susu maupun produk olahan susu yang dikonsumsi. Staphylococcal enterotoxin Y (SEY) asal penyakit kulit pada manusia dilaporkan tahan terhadap uji pemanasan dan menyebabkan muntah pada hewan coba primata yang menunjukkan potensinya sebagai salah satu penyebab keracunan makanan. Pada penelitian ini, deteksi gen sey pada 18 isolat S. aureus asal kambing peranakan etawah (PE) dengan teknik polymerase chain reaction (PCR), kemudian dilakukan sekuensing gen sey dari isolat S. aureus MR6. Sekuens basa nukleotida ditranslasi menjadi protein menggunakan EMBOSS Transeq. Sekuens SEY MR6 selanjutnya dibandingkan dengan database genebank Bakteri SEY dan enterotoksin lain yang berasal dari isolat S. aureus asal manusia dan sapi menggunakan MultAlin. Pohon filogenetik dari protein SEY yang dibandingkan, dibuat menggunakan MEGA Software 5.0. Hasil PCR diketahui 28% isolat, positif gen sey. Analisis SEY dari isolat S. aureus kambing PE diketahui mempunyai persentase protein sekuens homologi sebesar 97,3% terhadap SEY asal isolat sapi perah dan manusia. Diketahui terdapat enam posisi residu asam amino yang berbeda antar SEY yang diperbandingkan. Analisis filogenetik menunjukkan kedekatan kekerabatan dengan SEY asal manusia, namun masih satu kluster dengan SEY asal sapi.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139136273","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penggunaan antibiotic growth promoters (AGP) dapat menyebabkan residu antibiotik dan resistansi mikroorganisme sehingga dilarang oleh pemerintah. Jamu adalah ramuan herbal Indonesia yang dapat digunakan sebagai upaya alternatif dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi efektif jamu kombinasi jahe, temulawak, lempuyang, dan madu dalam memperbaiki performa dan profil organ ayam pedaging/broiler tanpa mengubah organoleptik daging. Penelitian menggunakan 36 ekor day old chick (DOC) strain Cobb yang dipelihara sampai umur 32 hari. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan penambahan jamu kombinasi dalam air minum sebanyak 0% (kontrol), 1,25% (P1), 2,5% (P2), dan 5% (P3). Peubah yang diamati meliputi performa (konsumsi pakan dan air minum, pertambahan bobot badan, bobot akhir, bobot karkas, bobot lemak abdominal, feed conversion ratio (FCR), indeks performa (IP), mortalitas) dan profil organ (bobot hati, jantung, paru-paru, limpa, serta bobot dan panjang duodenum, jejunum, ileum) ayam pedaging yang diikuti dengan uji organoleptik terhadap daging ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1, P2, dan P3 secara nyata (p<0.05) dapat meningkatkan bobot akhir dan pertambahan bobot badan. Bobot karkas, bobot lemak abdominal, FCR, IP, mortalitas, serta profil organ tidak memperlihatkan perbedaan nyata (p>0.05) antar ayam perlakuan dan kontrol. Penelitian menunjukkan bahwa jamu kombinasi jahe, temulawak, lempuyang, dan madu dengan konsentrasi 5% dapat memperbaiki performa tanpa merubah profil organ ayam pedaging dan organoleptik daging ayam.
{"title":"Performa dan Profil Organ Ayam Pedaging dengan Pemberian Jamu Kombinasi Jahe, Temulawak, Lempuyang dan Madu","authors":"Aulia Andi Mustika, Andriyanto Andriyanto, Kusdiantoro Mohamad, Lina Noviyanti Sutardi, Khonsa Khonsa, Alfin Wisnu Ananta, SM Leluala","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.548","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.548","url":null,"abstract":"Penggunaan antibiotic growth promoters (AGP) dapat menyebabkan residu antibiotik dan resistansi mikroorganisme sehingga dilarang oleh pemerintah. Jamu adalah ramuan herbal Indonesia yang dapat digunakan sebagai upaya alternatif dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi efektif jamu kombinasi jahe, temulawak, lempuyang, dan madu dalam memperbaiki performa dan profil organ ayam pedaging/broiler tanpa mengubah organoleptik daging. Penelitian menggunakan 36 ekor day old chick (DOC) strain Cobb yang dipelihara sampai umur 32 hari. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan penambahan jamu kombinasi dalam air minum sebanyak 0% (kontrol), 1,25% (P1), 2,5% (P2), dan 5% (P3). Peubah yang diamati meliputi performa (konsumsi pakan dan air minum, pertambahan bobot badan, bobot akhir, bobot karkas, bobot lemak abdominal, feed conversion ratio (FCR), indeks performa (IP), mortalitas) dan profil organ (bobot hati, jantung, paru-paru, limpa, serta bobot dan panjang duodenum, jejunum, ileum) ayam pedaging yang diikuti dengan uji organoleptik terhadap daging ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P1, P2, dan P3 secara nyata (p<0.05) dapat meningkatkan bobot akhir dan pertambahan bobot badan. Bobot karkas, bobot lemak abdominal, FCR, IP, mortalitas, serta profil organ tidak memperlihatkan perbedaan nyata (p>0.05) antar ayam perlakuan dan kontrol. Penelitian menunjukkan bahwa jamu kombinasi jahe, temulawak, lempuyang, dan madu dengan konsentrasi 5% dapat memperbaiki performa tanpa merubah profil organ ayam pedaging dan organoleptik daging ayam.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"24 7","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139132782","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.531
Putri Indah Ningtias, S. D. Widhyari, Retno Wulansari
Salah satu plasma nutfah yang dimiliki oleh negara Indonesia yaitu sapi peranakan ongole (PO). Data dan nilai referensi normal kadar protein serum pada sapi PO yang digunakan sebagai donor dalam produksi embrio belum banyak dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran protein serum yaitu albumin, globulin dan rasio albumin/globulin sapi PO induk yang digunakan sebagai donor sebelum produksi embrio. Penelitian ini menggunakan 10 ekor sapi PO, berumur 4-8 tahun dengan BCS 2,5-4,0. Sampel darah diambil melalui vena coccygea sebanyak 10 mL menggunakan jarum nomor 18-G. Serum dianalisis terhadap parameter protein total, albumin dan globulin dengan menggunakan alat spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsentrasi protein total, albumin, globulin, dan rasio A/G sapi donor PO masing-masing secara berurutan adalah 8,19±0,40 g/dL, 3,72±0,26 g/dL, 4,48±0,41 g/dL, dan 0,84±0,10. Data hasil penelitian ini merupakan data referensi kadar protein pada sapi PO induk. Hasil ini mendekati nilai referensi normal untuk jenis sapi yang lain. Kadar protein dapat dijadikan salah satu indikator dalam menentukan status kesehatan hewan sapi donor dalam upaya penyiapan produksi embrio.
印尼拥有的种质之一是 peranakan ongole(PO)牛。有关用作胚胎生产供体的 PO 牛血清蛋白水平的数据和正常参考值尚未得到广泛报道。本研究旨在确定胚胎生产前作为供体的 PO 奶牛的血清蛋白描述,即白蛋白、球蛋白和白蛋白/球蛋白比率。本研究使用了 10 头年龄为 4-8 岁、BCS 为 2.5-4.0 的 PO 奶牛。使用 18 G 针头通过尾静脉采集血液样本 10 毫升。使用分光光度计分析血清中的总蛋白、白蛋白和球蛋白参数。结果显示,PO 供体奶牛的总蛋白、白蛋白、球蛋白和 A/G 比率的平均浓度分别为 8.19±0.40 g/dL、3.72±0.26 g/dL、4.48±0.41 g/dL 和 0.84±0.10。本研究的数据是 PO 奶牛蛋白质水平的参考数据。这些结果接近其他牛种的正常参考值。蛋白质水平可作为确定供体奶牛动物健康状况的指标,为胚胎生产做准备。
{"title":"Kadar Protein Serum pada Sapi Peranakan Ongole di Balai Embrio Ternak Cipelang Bogor","authors":"Putri Indah Ningtias, S. D. Widhyari, Retno Wulansari","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.531","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.531","url":null,"abstract":"Salah satu plasma nutfah yang dimiliki oleh negara Indonesia yaitu sapi peranakan ongole (PO). Data dan nilai referensi normal kadar protein serum pada sapi PO yang digunakan sebagai donor dalam produksi embrio belum banyak dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran protein serum yaitu albumin, globulin dan rasio albumin/globulin sapi PO induk yang digunakan sebagai donor sebelum produksi embrio. Penelitian ini menggunakan 10 ekor sapi PO, berumur 4-8 tahun dengan BCS 2,5-4,0. Sampel darah diambil melalui vena coccygea sebanyak 10 mL menggunakan jarum nomor 18-G. Serum dianalisis terhadap parameter protein total, albumin dan globulin dengan menggunakan alat spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsentrasi protein total, albumin, globulin, dan rasio A/G sapi donor PO masing-masing secara berurutan adalah 8,19±0,40 g/dL, 3,72±0,26 g/dL, 4,48±0,41 g/dL, dan 0,84±0,10. Data hasil penelitian ini merupakan data referensi kadar protein pada sapi PO induk. Hasil ini mendekati nilai referensi normal untuk jenis sapi yang lain. Kadar protein dapat dijadikan salah satu indikator dalam menentukan status kesehatan hewan sapi donor dalam upaya penyiapan produksi embrio.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" 866","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139136599","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.547
Mar’atul Halim Nafi’ah, A. Kendran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dan sedimentasi urin kucing lokal yang hidup bebas berkeliaran di sekitar Kota Denpasar. Sampel yang digunakan adalah urin kucing yang diambil secara acak dan digunakan sebagai latihan bedah cystocentesis dan kateterisasi. Sebanyak delapan ekor kucing jantan dan delapan ekor kucing betina dewasa sampel urinnya diambil dan dimasukkan ke dalam pot steril, lalu dilakukan pengamatan kimia urin dengan pemeriksaan menggunakan dipstick yang memiliki 10 paramater yaitu leukosit, nitrit, urobilinogen, protein, pH, darah, berat jenis (spesific grafity), keton, bilirubin, dan glukosa. Pemeriksaan dipstik dilakukan dengan cara mencelupkan stik ke dalam masing-masing sampel selama 0,5-1,0 menit hingga seluruh parameter terendam, kemudian diangkat dan ditaruh di media datar yang telah dilapisi tissue lalu ditunggu selama tiga menit hingga parameter berubah warna dan diulangi sebanyak tiga kali. Setelah dilakukan pemeriksaan kimia urin menggunakan dipstick, sampel urin kucing di dalam tabung reaksi diendapkan dengan menunggu dan mendiamkan sampel urin tersebut semalaman dalam tabung yang diposisikan secara tegak lurus. Setelah 20 jam diendapkan, kemudia endapan tersebut diambil dan diletakkan di atas objek glass lalu diperiksa menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian observasional yang menekankan pada pengamatan kuantitas/ jumlah zat dan sedimentasi yang terdapat didalam sampel urin kucing. Dari 16 sampel yang diperiksa, semua sampel negatif terhadap pemeriksaan leukosit, nitri, urobilinogen, dan darah. Protein ditemukan pada 75% sampel kucing, Glukosa 1+ ditemukan pada 6,25%, dan masing-masing 100% positif pada pemeriksaan ketone dan bilirubin. Sedangkan rata-rata berat jenis urin kucing bernilai 1,022 dan pH urin bernilai 6,75. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan sedimentasi urin, 11 sampel ditemukannya crystal dan casts urin yang terdiri dari Calcium oxalate monohydrate, triple phosphate, Magnesium Amonium Phosphate, Kumpulan Kristal Struvite, dan Lipid droplets. Dari pemeriksaan sampel tidak ada perbedaan signifikan antara kucing jantan dan betina.
{"title":"Identifikasi Kandungan Kimia dan Sedimentasi Urin Kucing Lokal di Denpasar, Bali","authors":"Mar’atul Halim Nafi’ah, A. Kendran","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.547","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.547","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dan sedimentasi urin kucing lokal yang hidup bebas berkeliaran di sekitar Kota Denpasar. Sampel yang digunakan adalah urin kucing yang diambil secara acak dan digunakan sebagai latihan bedah cystocentesis dan kateterisasi. Sebanyak delapan ekor kucing jantan dan delapan ekor kucing betina dewasa sampel urinnya diambil dan dimasukkan ke dalam pot steril, lalu dilakukan pengamatan kimia urin dengan pemeriksaan menggunakan dipstick yang memiliki 10 paramater yaitu leukosit, nitrit, urobilinogen, protein, pH, darah, berat jenis (spesific grafity), keton, bilirubin, dan glukosa. Pemeriksaan dipstik dilakukan dengan cara mencelupkan stik ke dalam masing-masing sampel selama 0,5-1,0 menit hingga seluruh parameter terendam, kemudian diangkat dan ditaruh di media datar yang telah dilapisi tissue lalu ditunggu selama tiga menit hingga parameter berubah warna dan diulangi sebanyak tiga kali. Setelah dilakukan pemeriksaan kimia urin menggunakan dipstick, sampel urin kucing di dalam tabung reaksi diendapkan dengan menunggu dan mendiamkan sampel urin tersebut semalaman dalam tabung yang diposisikan secara tegak lurus. Setelah 20 jam diendapkan, kemudia endapan tersebut diambil dan diletakkan di atas objek glass lalu diperiksa menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian observasional yang menekankan pada pengamatan kuantitas/ jumlah zat dan sedimentasi yang terdapat didalam sampel urin kucing. Dari 16 sampel yang diperiksa, semua sampel negatif terhadap pemeriksaan leukosit, nitri, urobilinogen, dan darah. Protein ditemukan pada 75% sampel kucing, Glukosa 1+ ditemukan pada 6,25%, dan masing-masing 100% positif pada pemeriksaan ketone dan bilirubin. Sedangkan rata-rata berat jenis urin kucing bernilai 1,022 dan pH urin bernilai 6,75. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan sedimentasi urin, 11 sampel ditemukannya crystal dan casts urin yang terdiri dari Calcium oxalate monohydrate, triple phosphate, Magnesium Amonium Phosphate, Kumpulan Kristal Struvite, dan Lipid droplets. Dari pemeriksaan sampel tidak ada perbedaan signifikan antara kucing jantan dan betina.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"124 21","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139133001","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.488
I. Putra, Maolinda Budiarti
The growth of flies on the carcass could be an indicator in estimating Post Mortem Interval. The aim of this study was to determine the type of flies and their abundance on the carcass of white rats (Rattus norvegicus) given various doses of diazinon’s organophosphate poison. This research was an experimental study using 12 female wistar white rats, aged 2-3 months, weighing 150-200 g. This study consisted of four treatments with three repetitions of each treatment. Variations in the dose of organophosphate given were treatment A (1.5 mL), B (2.5 mL), and C (3.5 mL). The parameters observed included the types and abundance of flies on the carcasses of white rats that were treated with organophosphate poisoning at different doses. Data analysis was carried out including the normality test, then continued with the homogeneity test and finally the analysis of variance test was carried out and the test results were not significantly different. The types of flies found on the carcass were Sarcophaga haemorrhoidalis, Chrysomya albiceps, C. megacephala and C. bezziana. The highest average abundance was S. haemorrhoidalis (34.3 larvae) and the lowest average abundance of fly larvae was C. bezziana (16.3 larvae). The conclusion of this study was that the variation in the dose of organophosphate does not affect the type, abundance and time of appearance of fly larvae on the carcass.
尸体上苍蝇的生长情况可以作为估计死后间隔期的一个指标。本研究的目的是确定白鼠(Rattus norvegicus)尸体上苍蝇的种类和数量,这些白鼠服用了不同剂量的二嗪农有机磷毒药。这项研究是一项实验研究,使用了 12 只雌性 Wistar 白鼠,年龄为 2-3 个月,体重为 150-200 克。有机磷剂量的变化为处理 A(1.5 毫升)、处理 B(2.5 毫升)和处理 C(3.5 毫升)。观察参数包括不同剂量有机磷中毒白鼠尸体上苍蝇的种类和数量。数据分析包括正态性检验,然后继续进行同质性检验,最后进行方差分析检验,检验结果无显著差异。在胴体上发现的苍蝇种类有:Sarcophaga haemorrhoidalis、Chrysomya albiceps、C. megacephala 和 C. bezziana。苍蝇幼虫的平均数量最高的是 S. haemorrhoidalis(34.3 头),最低的是 C. bezziana(16.3 头)。这项研究的结论是,有机磷剂量的变化不会影响蝇幼虫的类型、数量和在胴体上出现的时间。
{"title":"Identification of Fly Larvas in White Rats (Rattus norvegicus) Carcass Treated with Various Dose of Organophospate","authors":"I. Putra, Maolinda Budiarti","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.488","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.488","url":null,"abstract":"The growth of flies on the carcass could be an indicator in estimating Post Mortem Interval. The aim of this study was to determine the type of flies and their abundance on the carcass of white rats (Rattus norvegicus) given various doses of diazinon’s organophosphate poison. This research was an experimental study using 12 female wistar white rats, aged 2-3 months, weighing 150-200 g. This study consisted of four treatments with three repetitions of each treatment. Variations in the dose of organophosphate given were treatment A (1.5 mL), B (2.5 mL), and C (3.5 mL). The parameters observed included the types and abundance of flies on the carcasses of white rats that were treated with organophosphate poisoning at different doses. Data analysis was carried out including the normality test, then continued with the homogeneity test and finally the analysis of variance test was carried out and the test results were not significantly different. The types of flies found on the carcass were Sarcophaga haemorrhoidalis, Chrysomya albiceps, C. megacephala and C. bezziana. The highest average abundance was S. haemorrhoidalis (34.3 larvae) and the lowest average abundance of fly larvae was C. bezziana (16.3 larvae). The conclusion of this study was that the variation in the dose of organophosphate does not affect the type, abundance and time of appearance of fly larvae on the carcass.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"109 31","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139134416","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.505
H. Pisestyani, Denny Widya Lukman, H. Latif, M. Sudarwanto
Kontaminasi Echerichia. coli penghasil Extended spectrum β-lactamase (ESBL) pada susu dapat menyebabkan masalah kesehatan masyarakat. Penggunaan antibiotik pada hewan ternak yang tidak bijak berimplikasi pada kemunculan bentuk baru dari bakteri multi-resistan yang dapat menginfeksi manusia melalui makanan (foodborne diseases). Bakteri E. coli ESBL resistan terhadap antibiotik β-laktam (termasuk penisilin dan turunan ke-3 dan ke-4 dari sefalosporin ). Penelitian ini bertujuan menganalisis fenotipe E. coli ESBL yang resistan antibiotik mulai dari lingkungan peternakan, pemerah, sapi perah, susu yang dihasilkan dan susu pasteurisasi yang dijual oleh masyarakat di sekitar peternakan. Penelitian dilaksanakan pada peternakan sapi perah di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. ESBL Ec Tricycle merupakan metode yang digunakan untuk analisis fenotipe, terdiri atas pengujian presumtif atau praduga menggunakan media tryptone bile x-glucuronide (TBX) dan MacConkey agar (MCA) yang ditambahkan antibiotik cefotaxim 4 µg/mL serta konfirmasi E. coli ESBL. Pengujian biokimia indol pada agar sulfite indole motility (SIM) dan double disk diffusion test pada Mueller Hinton agar (MHA) untuk mengidentifikasi E. coli ESBL. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu tidak ditemukan E. coli ESBL pada sampel air, air limbah, swab tangan pemerah, swab puting, dan susu individu. Bakteri E . colipenghasil ESBL teridentifikasi dari sampel yang berasal dari susu kandang (2/10) dan susu pasteurisasi (2/10) yang berasal dari peternakan yang sama. Bakteri E. coli ESBL kemungkinan berasal dari susu sapi lainnya dalam satu kandang yang tidak terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini dan kontaminasi dari peralatan yang tidak dibersihkan dengan baik maupun dari peternak atau pengolah susu pasteurisasi. Bakteri E. coli ESBL telah resistan terhadap delapan jenis antibiotik (ampisilin, sefotaksim, seftazidim, sefpodoksim, sefalotin, streptomisin, azitromisin, enrofloksasin). Bakteri E. coli ESBL yang multidrug resistant merupakan salah penyakit karena agen terbawa oleh makanan (foodborne diseases) yang merupakan ancaman kesehatan bagi masyarakat.
{"title":"Keberadaan Escherichia coli Extended Spectrum β-lactamase Resistan Antibiotik di Peternakan Sapi Perah Cijeruk, Bogor","authors":"H. Pisestyani, Denny Widya Lukman, H. Latif, M. Sudarwanto","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.505","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.505","url":null,"abstract":"Kontaminasi Echerichia. coli penghasil Extended spectrum β-lactamase (ESBL) pada susu dapat menyebabkan masalah kesehatan masyarakat. Penggunaan antibiotik pada hewan ternak yang tidak bijak berimplikasi pada kemunculan bentuk baru dari bakteri multi-resistan yang dapat menginfeksi manusia melalui makanan (foodborne diseases). Bakteri E. coli ESBL resistan terhadap antibiotik β-laktam (termasuk penisilin dan turunan ke-3 dan ke-4 dari sefalosporin ). Penelitian ini bertujuan menganalisis fenotipe E. coli ESBL yang resistan antibiotik mulai dari lingkungan peternakan, pemerah, sapi perah, susu yang dihasilkan dan susu pasteurisasi yang dijual oleh masyarakat di sekitar peternakan. Penelitian dilaksanakan pada peternakan sapi perah di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. ESBL Ec Tricycle merupakan metode yang digunakan untuk analisis fenotipe, terdiri atas pengujian presumtif atau praduga menggunakan media tryptone bile x-glucuronide (TBX) dan MacConkey agar (MCA) yang ditambahkan antibiotik cefotaxim 4 µg/mL serta konfirmasi E. coli ESBL. Pengujian biokimia indol pada agar sulfite indole motility (SIM) dan double disk diffusion test pada Mueller Hinton agar (MHA) untuk mengidentifikasi E. coli ESBL. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu tidak ditemukan E. coli ESBL pada sampel air, air limbah, swab tangan pemerah, swab puting, dan susu individu. Bakteri E . colipenghasil ESBL teridentifikasi dari sampel yang berasal dari susu kandang (2/10) dan susu pasteurisasi (2/10) yang berasal dari peternakan yang sama. Bakteri E. coli ESBL kemungkinan berasal dari susu sapi lainnya dalam satu kandang yang tidak terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini dan kontaminasi dari peralatan yang tidak dibersihkan dengan baik maupun dari peternak atau pengolah susu pasteurisasi. Bakteri E. coli ESBL telah resistan terhadap delapan jenis antibiotik (ampisilin, sefotaksim, seftazidim, sefpodoksim, sefalotin, streptomisin, azitromisin, enrofloksasin). Bakteri E. coli ESBL yang multidrug resistant merupakan salah penyakit karena agen terbawa oleh makanan (foodborne diseases) yang merupakan ancaman kesehatan bagi masyarakat.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"105 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139135073","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.4.515
D. Nurjanah, N. Dharmayanti
Kelelawar adalah reservoir dan inang alami bagi sebagian besar virus manusia serta hewan. Terdapat lebih dari 1.200 spesies kelelawar yang berhasil diidentifikasi, 20% atau 239 spesies di antaranya tersebar di Indonesia. Keragaman yang tinggi pada kelelawar dengan terdapatnya berbagai macam tipe sel dan reseptor berpotensi menyebabkan kelelawar menjadi sumber penularan berbagai jenis virus khususnya virus influenza A. Deteksi dini virus influenza A pada kelelawar perlu dilakukan mengingat distribusi global, keanekaragaman spesies dan kepadatan populasi kelelawar yang tinggi di Indonesia serta potensi penyebaran ke spesies lainnya. Dalam penelitian ini, 101 ulas/swab rektum kelelawar dikoleksi di dari Kabupaten Cianjur. Identifikasi spesies kelelawar dilakukan melalui ciri morfologis dan morfometris. Dari hasil identifikasi diperoleh empat spesies kelelawar yaitu Rousettus amplexicaudatus Rhinolophus sp., Hipposideros sp. dan Miniopterus sp. Deteksi virus Influenza A dilakukan dengan reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) berdasarkan gen matriks. Dari 56 sampel ulas/ swab rectum R. amplexicaudatus, 21 (37,5%) di antaranya positif terhadap gen matriks virus influenza A. Dari 21 sampel positif influenza A, keseluruhan sampel tersebut negativef terhadap uji subtyping virus influenza A H5N1. Deteksi dini dari virus ini diharapkan dapat meminimalkan dampak destruktif pada kesehatan global dengan menerapkan langkah-langkah pengendalian.
{"title":"Deteksi Virus Influenza Tipe-A pada Spesies Kelelawar Pemakan Buah Rousettus amplexicaudatus di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat","authors":"D. Nurjanah, N. Dharmayanti","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.515","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.515","url":null,"abstract":"Kelelawar adalah reservoir dan inang alami bagi sebagian besar virus manusia serta hewan. Terdapat lebih dari 1.200 spesies kelelawar yang berhasil diidentifikasi, 20% atau 239 spesies di antaranya tersebar di Indonesia. Keragaman yang tinggi pada kelelawar dengan terdapatnya berbagai macam tipe sel dan reseptor berpotensi menyebabkan kelelawar menjadi sumber penularan berbagai jenis virus khususnya virus influenza A. Deteksi dini virus influenza A pada kelelawar perlu dilakukan mengingat distribusi global, keanekaragaman spesies dan kepadatan populasi kelelawar yang tinggi di Indonesia serta potensi penyebaran ke spesies lainnya. Dalam penelitian ini, 101 ulas/swab rektum kelelawar dikoleksi di dari Kabupaten Cianjur. Identifikasi spesies kelelawar dilakukan melalui ciri morfologis dan morfometris. Dari hasil identifikasi diperoleh empat spesies kelelawar yaitu Rousettus amplexicaudatus Rhinolophus sp., Hipposideros sp. dan Miniopterus sp. Deteksi virus Influenza A dilakukan dengan reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) berdasarkan gen matriks. Dari 56 sampel ulas/ swab rectum R. amplexicaudatus, 21 (37,5%) di antaranya positif terhadap gen matriks virus influenza A. Dari 21 sampel positif influenza A, keseluruhan sampel tersebut negativef terhadap uji subtyping virus influenza A H5N1. Deteksi dini dari virus ini diharapkan dapat meminimalkan dampak destruktif pada kesehatan global dengan menerapkan langkah-langkah pengendalian.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"119 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139135269","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}