Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros merupakan tiga daerah dengan potensi menyebabkan wabah infeksi dengue di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kontribusi wilayah tersebut terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan desain studi ekologi. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan kontribusi kejadian dengue dan bulan variasi tertinggi (kejadian dengue dan curah hujan) serta analisis korelasi untuk mengetahui hubungan curah hujan dengan kejadian dengue di tiga daerah selama tahun 2017 sampai 2021 dengan uji Spearman correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi daerah ini (Makassar, Gowa dan Maros) terhadap kejadian dengue sebesar 32,3% di Provinsi Sulawesi Selatan dan termasuk dalam kategori 10 kabupaten atau kota tertinggi kejadian dengue selama lima tahun berturut-turut. Bulan dengan kejadian dengue tertinggi terjadi di bulan Januari-Mei dan curah hujan terjadi di bulan November-Januari selama tahun 2017 sampai 2021. Curah hujan tidak berhubungan terhadap kejadian dengue di Kota Makassar (p=0,391;p>0,05) dan Kabupaten Gowa (p=0,109;p>0,05) sedangkan Kabupaten Maros berhubungan (p=0,001;p<0,05). Simpulan penelitian ini yaitu Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros merupakan kontributor utama kejadian dengue di Provinsi Sulawesi Selatan selama tahun 2017 sampai 2021. Meskipun daerah tersebut saling berbatasan, namun hubungan curah hujan terhadap kejadian dengue terlihat berbeda.
{"title":"Kejadian Infeksi Dengue Berdasarkan Variasi Curah Hujan di Makassar, Maros dan Gowa, Sulawesi Selatan","authors":"Fadly Rian Saputra, Upik Kesumawati Hadi, Supriyono Supriyono, Isra Wahid","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.109","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.109","url":null,"abstract":"Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros merupakan tiga daerah dengan potensi menyebabkan wabah infeksi dengue di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kontribusi wilayah tersebut terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan desain studi ekologi. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan kontribusi kejadian dengue dan bulan variasi tertinggi (kejadian dengue dan curah hujan) serta analisis korelasi untuk mengetahui hubungan curah hujan dengan kejadian dengue di tiga daerah selama tahun 2017 sampai 2021 dengan uji Spearman correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi daerah ini (Makassar, Gowa dan Maros) terhadap kejadian dengue sebesar 32,3% di Provinsi Sulawesi Selatan dan termasuk dalam kategori 10 kabupaten atau kota tertinggi kejadian dengue selama lima tahun berturut-turut. Bulan dengan kejadian dengue tertinggi terjadi di bulan Januari-Mei dan curah hujan terjadi di bulan November-Januari selama tahun 2017 sampai 2021. Curah hujan tidak berhubungan terhadap kejadian dengue di Kota Makassar (p=0,391;p>0,05) dan Kabupaten Gowa (p=0,109;p>0,05) sedangkan Kabupaten Maros berhubungan (p=0,001;p<0,05). Simpulan penelitian ini yaitu Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros merupakan kontributor utama kejadian dengue di Provinsi Sulawesi Selatan selama tahun 2017 sampai 2021. Meskipun daerah tersebut saling berbatasan, namun hubungan curah hujan terhadap kejadian dengue terlihat berbeda.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"314 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135950784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.55
Anna Surgean Veterini, Bambang Wahjuprajitno, Nancy Margarita Rehatta, Heni Rachmawati, Subijanto Marto Soedarmo, I Ketut Sudiana, Widodo Jatim Pudjirahardjo, Annis Catur Adi, Rachmad Suhanda, Sarmanu Sarmanu, Widjiati Widjiati
The gastrointestinal acidity/pH can considerably influence the stability and absorption of oral medications. As a result, understanding the circumstances for drug delivery requires knowledge of gastrointestinal pH. Mice injected with lipopolysaccharide (LPS) are used in the most well-studied animal models of sepsis. However, information on gastrointestinal pH in sepsis mice is still insufficient. This study was conducted to identify gastric pH values in mice induced by lipopolysaccharide. The LPS was injected intraperitoneally as well as 0.9% NaCl as control groups. Treated groups (LPS) consisted of four groups and the control group (0.9% NaCl) consisted of four groups. Ten mice were used in each group. Gastric pH measurement was conducted using pH meter Lutron PH-201. Based on this study, the factors that influenced gastric pH in sepsis animal models were the LPS doses and the time after LPS injection. The results of gastric pH measurement in sepsis mice did not show a decrease in the pH compared to the normal conditions. The dose of LPS significantly influences the gastric pH change.
{"title":"Description of Gastric Acidity (pH) with Simple Method in Lipopolysaccharide Induced Mice","authors":"Anna Surgean Veterini, Bambang Wahjuprajitno, Nancy Margarita Rehatta, Heni Rachmawati, Subijanto Marto Soedarmo, I Ketut Sudiana, Widodo Jatim Pudjirahardjo, Annis Catur Adi, Rachmad Suhanda, Sarmanu Sarmanu, Widjiati Widjiati","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.55","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.55","url":null,"abstract":"The gastrointestinal acidity/pH can considerably influence the stability and absorption of oral medications. As a result, understanding the circumstances for drug delivery requires knowledge of gastrointestinal pH. Mice injected with lipopolysaccharide (LPS) are used in the most well-studied animal models of sepsis. However, information on gastrointestinal pH in sepsis mice is still insufficient. This study was conducted to identify gastric pH values in mice induced by lipopolysaccharide. The LPS was injected intraperitoneally as well as 0.9% NaCl as control groups. Treated groups (LPS) consisted of four groups and the control group (0.9% NaCl) consisted of four groups. Ten mice were used in each group. Gastric pH measurement was conducted using pH meter Lutron PH-201. Based on this study, the factors that influenced gastric pH in sepsis animal models were the LPS doses and the time after LPS injection. The results of gastric pH measurement in sepsis mice did not show a decrease in the pH compared to the normal conditions. The dose of LPS significantly influences the gastric pH change.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135950936","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ceker ayam merupakan produk sampingan (by-product) dengan kandungan protein yang tinggi. Produk asal unggas ini sering diperjual-belikan di Pasar Tradisional yang rentan terhadap pencemaran bakteri resistan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya potensi bakteri Escherichia coli resistan antibiotk dan mengetahui prevalensi resistansi antibiotik terhadap bakteri E. coli yang diisolasi pada ceker ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Jatinangor, Sumedng, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan yaitu ceker ayam sebanyak 32 potong ceker dengan indikasi mengalami bumblefoot. Penelitian ini menggunakan media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), uji biokimia, dan uji kepekaan menggunakan lima jenis antibiotik. Dari 32 sampel ceker ayam dengan indikasi bumbelfoot yang diperdagangkan, diperoleh 24 sampel positif bakteri E. coli atau prevalensi 75%. Hasil uji resistansi antibiotik terhadap 24 isolat bakteri ceker ayam yang mengandung bakteri E. coli menunjukan hasil tetrasiklin (70,83%), ampisilin (66,67%), enrofloksasin (41,67%), siprofloksasin (29,17%), dan kolistin (4,17%). Hasil tersebut diikuti dengan adanya multi-drug resisaent sebesar 33,3%. Cemaran bakteri E. coli yang berasal dari ceker ayam yang dijual di pasar tradisional dapat dinyatakan menjadi salah-satu sumber terjadinya aantibiotik.
{"title":"Isolasi Bakteri Escherichia coli Resistan Antibiotik pada Ceker Ayam di Pasar Tradisional di Kecamatan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat","authors":"Yasminta Shakila Putri, Trianing Tyas Kusuma Anggaeni, Andry Pratama","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.129","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.129","url":null,"abstract":"Ceker ayam merupakan produk sampingan (by-product) dengan kandungan protein yang tinggi. Produk asal unggas ini sering diperjual-belikan di Pasar Tradisional yang rentan terhadap pencemaran bakteri resistan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya potensi bakteri Escherichia coli resistan antibiotk dan mengetahui prevalensi resistansi antibiotik terhadap bakteri E. coli yang diisolasi pada ceker ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Jatinangor, Sumedng, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan yaitu ceker ayam sebanyak 32 potong ceker dengan indikasi mengalami bumblefoot. Penelitian ini menggunakan media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), uji biokimia, dan uji kepekaan menggunakan lima jenis antibiotik. Dari 32 sampel ceker ayam dengan indikasi bumbelfoot yang diperdagangkan, diperoleh 24 sampel positif bakteri E. coli atau prevalensi 75%. Hasil uji resistansi antibiotik terhadap 24 isolat bakteri ceker ayam yang mengandung bakteri E. coli menunjukan hasil tetrasiklin (70,83%), ampisilin (66,67%), enrofloksasin (41,67%), siprofloksasin (29,17%), dan kolistin (4,17%). Hasil tersebut diikuti dengan adanya multi-drug resisaent sebesar 33,3%. Cemaran bakteri E. coli yang berasal dari ceker ayam yang dijual di pasar tradisional dapat dinyatakan menjadi salah-satu sumber terjadinya aantibiotik.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135950778","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.22
Fadhlan Zuhdi, Diana Nurjannah, Fawwa Rahly
Telur dari berbagai spesies unggas menjadi salah satu sumber nutrisi yang baik bagi manusia. Secara global, permintaan daging dan telur itik di negara-negara Asia dilaporkan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia, tingginya permintaan telur itik juga terjadi, salah satunya terjadi di Provinsi Aceh yang diperkuat dengan berbagai kegiatan dan tradisi keagamaan. Namun demikian, produksi telur itik masih rendah dan berfluktuasi. Dalam tulisan ini dilakukan analisis dan peramalan dengan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) untuk mengetahui bagaimana kecenderungan produksi telur itik di Provinsi Aceh dalam lima tahun mendatang. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data sekunder dengan desain penelitian deskriptif time series dalam kurun waktu 20 tahun (2000-2020) yang dihimpun dari Badan Pusat Statistika (BPS) melalui metode forecasting ARIMA. Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa akan terus terjadi penurunan kuantitas produksi telur itik di Provinsi Aceh setiap tahunnya dengan rata-rata penurunan sebesar 8.03 %. Namun demikian dimungkinkan bahwa produksi telur itik di Provinsi Aceh mengalami peningkatan karena memiliki nilai batas atas hingga 9.094 ton pada tahun 2025 atau memiliki selisih sebesar 1.361 ton dibandingkan tahun 2020. Berbagai faktor tunggal dan gabungan mungkin dapat berpengaruh terhadap penurunan produksi telur itik di Provinsi Aceh di antaranya faktor genetik, manajemen pemeliharaan dan manajemen kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang komprehensif antara pihak terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi Aceh, Kementerian Pertanian serta stakeholder lain yang terkait untuk mengetahui faktor risiko apakah yang paling berpengaruh serta merencanakan program pencegahan dan pengendalian yang baik dan berkesinambungan.
各种鸟类的卵成为人类良好的营养来源之一。据报道,全球对亚洲国家的肉和鸭蛋需求每年都在增加。在印度尼西亚,对鸭蛋的需求也很高,这一需求在亚齐省得到了各种宗教活动和传统的加强。尽管如此,鸭蛋的产量仍然很低,而且在波动。在这篇文章中,对Autoregressive集成Moving Average (ARIMA)方法进行了分析和对比,以了解在未来五年内在亚齐省鸭蛋生产的趋势。这一类型的研究是利用辅助数据设计的时间描述系列在20年(2000-2020)的时间系列中,通过ARIMA预测方法收集的数据。根据这项研究,该国每年鸭蛋产量的平均下降为8.3%。但有可能的是,亚齐省的鸭蛋产量有所增加,因为它们在2025年的最高产值为90094吨,或者与2020年的总储量为1361吨。单一和多种因素可能会影响亚齐省鸭蛋产量的下降,其中包括遗传因素、营养管理和健康管理。因此,需要在亚齐省畜牧业、农业部和其他相关利益相关者之间进行全面的努力,以确定哪些风险因素最重要,并计划可持续和可持续的预防和控制计划。
{"title":"Peramalan Produksi Telur Itik di Provinsi Aceh dengan Pendekatan Autoregressive Integrated Moving Average","authors":"Fadhlan Zuhdi, Diana Nurjannah, Fawwa Rahly","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.22","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.22","url":null,"abstract":"Telur dari berbagai spesies unggas menjadi salah satu sumber nutrisi yang baik bagi manusia. Secara global, permintaan daging dan telur itik di negara-negara Asia dilaporkan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia, tingginya permintaan telur itik juga terjadi, salah satunya terjadi di Provinsi Aceh yang diperkuat dengan berbagai kegiatan dan tradisi keagamaan. Namun demikian, produksi telur itik masih rendah dan berfluktuasi. Dalam tulisan ini dilakukan analisis dan peramalan dengan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) untuk mengetahui bagaimana kecenderungan produksi telur itik di Provinsi Aceh dalam lima tahun mendatang. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data sekunder dengan desain penelitian deskriptif time series dalam kurun waktu 20 tahun (2000-2020) yang dihimpun dari Badan Pusat Statistika (BPS) melalui metode forecasting ARIMA. Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa akan terus terjadi penurunan kuantitas produksi telur itik di Provinsi Aceh setiap tahunnya dengan rata-rata penurunan sebesar 8.03 %. Namun demikian dimungkinkan bahwa produksi telur itik di Provinsi Aceh mengalami peningkatan karena memiliki nilai batas atas hingga 9.094 ton pada tahun 2025 atau memiliki selisih sebesar 1.361 ton dibandingkan tahun 2020. Berbagai faktor tunggal dan gabungan mungkin dapat berpengaruh terhadap penurunan produksi telur itik di Provinsi Aceh di antaranya faktor genetik, manajemen pemeliharaan dan manajemen kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang komprehensif antara pihak terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi Aceh, Kementerian Pertanian serta stakeholder lain yang terkait untuk mengetahui faktor risiko apakah yang paling berpengaruh serta merencanakan program pencegahan dan pengendalian yang baik dan berkesinambungan.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"440 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135950783","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Protokol ovulation synchronization (ovsynch) dirancang untuk dapat menyerentakkan ovulasi, sehingga inseminasi buatan (IB) dapat dilakukan secara repat waktu/fixed time pada sapi dara tanpa diperlukan deteksi estrus. Namun, efektivitas dari ovsynch berbasis progesteron intravginal melalui pengamatan dinamika ovarium pada bangsa sapi yang berbeda, Sapi Friesian Holstein (FH) dan persilangannya dengan Belgian Blue (BBxFH), belum pernah dibandingkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan respons perlakuan ovsynch pada sapi dara FH dan BBxFH. Total delapan ekor sapi dara (4 FH dan 4 BBxFH) digunakan dalam penelitian ini dan diberikan protokol ovsynch: GnRH I + Cuemate (7 hari) - PGF2α – 48 jam - GnRH II - 26 sampai 28 jam IB. Total ovulasi, diameter folikel preovulatori, diameter corpus luteum/CL, waktu ovulasi dan persentase kebuntingan dibandingkan antar bangsa sapi. Pengamatan ultrasonografi/ USG dilakukan pada h0, h7 sampai terjadi ovulasi, Ovulasi + tujuh hari setelah ovulasi (CL) dan 45 hari setelah IB (pemeriksaan kebuntingan). Total ovulasi, diameter folikel preovulatori dan diameter CL tidak berbeda nyata (P>0,05) antar bangsa sapi FH dan BBxFH (75% vs 100%; 13,6 ± 3,2 mm vs 14,9 ± 1,4 mm; dan 25,4 ± 2,5 mm vs 21,3 ± 1,6 mm, berturut-turut). Sebagai tambahan, persentase kebuntingan ditemukan lebih tinggi pada sapi BBxFH dibanding sapi FH pada diagnosis kebuntingan umur 45 hari (75% vs 50%). Protokol Ovsynch berbasis preparat progesteron efektif dalam menyerentakkan kejadian ovulasi, baik pada bangsa sapi FH dan BBxFH tanpa memengaruhi diameter folikel dominan dan CL yang dihasilkan.
卵子同步协议的设计是为了收集排卵,这样人工授精(IB)就可以在不需要estrus检测的情况下,延时/固定时间在奶牛身上进行。然而,基于progesteron intravginal的ovsynch在对不同奶牛的卵巢动力学观察中所起的作用从未与比利时蓝(BBxFH)的杂交后代进行比较。本研究的目的是比较禽畜对ovsynch治疗的反应。总共有八匹母牛(4 FH这4 BBxFH)用于研究和给予ovsynch协议:GnRH I + Cuemate(7天)- PGF2α—48小时- IB GnRH II - 26至28小时。共有排卵,直径preovulatori毛囊直径语料库luteum - CL,排卵时间百分比kebuntingan牛跨种族的相比。超声波检查和超声波检查在h0、h7进行,直到排卵、排卵+在排卵7天后(CL)和IB (cbc)后45天。排卵总、前生卵巢癌直径和CL直径并不是真正的区别(P > 0.05)奶牛FH和BBxFH之间(75%到100%;13,6±3.2 mm vs 14.9±1.4毫米;和婚前±2.5 mm vs 2,130±1.6毫米,连续)。此外,在BBxFH奶牛中发现的与45天诊断(75%到50%)的奶牛相比,在BBxFH奶牛中发现的比率更高。基于自生介质的Ovsynch协议有效地概述了排卵事件,包括奶牛国家FH和BBxFH,而不影响主导卵磷脂的直径和输出CL。
{"title":"Perbandingan Respons Penyerentakan Ovulasi Berbasis Progesteron Intravaginal pada Sapi Dara Friesian Holstein dan Persilangannya dengan Belgian Blue","authors":"Zultinur Muttaqin, Nurul Azizah, Anita Hafid, Diana Andrianita Kusumaningrum, Anneke Anggraeni, Aqdi Faturahman Arrazy, Andi Baso Lompengeng Ishak","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.94","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.94","url":null,"abstract":"Protokol ovulation synchronization (ovsynch) dirancang untuk dapat menyerentakkan ovulasi, sehingga inseminasi buatan (IB) dapat dilakukan secara repat waktu/fixed time pada sapi dara tanpa diperlukan deteksi estrus. Namun, efektivitas dari ovsynch berbasis progesteron intravginal melalui pengamatan dinamika ovarium pada bangsa sapi yang berbeda, Sapi Friesian Holstein (FH) dan persilangannya dengan Belgian Blue (BBxFH), belum pernah dibandingkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan respons perlakuan ovsynch pada sapi dara FH dan BBxFH. Total delapan ekor sapi dara (4 FH dan 4 BBxFH) digunakan dalam penelitian ini dan diberikan protokol ovsynch: GnRH I + Cuemate (7 hari) - PGF2α – 48 jam - GnRH II - 26 sampai 28 jam IB. Total ovulasi, diameter folikel preovulatori, diameter corpus luteum/CL, waktu ovulasi dan persentase kebuntingan dibandingkan antar bangsa sapi. Pengamatan ultrasonografi/ USG dilakukan pada h0, h7 sampai terjadi ovulasi, Ovulasi + tujuh hari setelah ovulasi (CL) dan 45 hari setelah IB (pemeriksaan kebuntingan). Total ovulasi, diameter folikel preovulatori dan diameter CL tidak berbeda nyata (P>0,05) antar bangsa sapi FH dan BBxFH (75% vs 100%; 13,6 ± 3,2 mm vs 14,9 ± 1,4 mm; dan 25,4 ± 2,5 mm vs 21,3 ± 1,6 mm, berturut-turut). Sebagai tambahan, persentase kebuntingan ditemukan lebih tinggi pada sapi BBxFH dibanding sapi FH pada diagnosis kebuntingan umur 45 hari (75% vs 50%). Protokol Ovsynch berbasis preparat progesteron efektif dalam menyerentakkan kejadian ovulasi, baik pada bangsa sapi FH dan BBxFH tanpa memengaruhi diameter folikel dominan dan CL yang dihasilkan.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"314 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135951107","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.32
I Gede Mahardika, Luh Dewi Anggreni, Nyoman Sadra Dharmawan
Babi adalah spesies hewan yang mudah beradaptasi dan berkembang pesat sehingga banyak dipelihara dan dikembangkan. Kebanyakan peternakan babi di Bali dilakukan secara sederhana dan tradisional. Kondisi ini perlu didukung, di antaranya dengan pemanfaatan pakan yang bersumber dari limbah tanaman. Salah satu limbah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L). Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data hematologi dan biokimia darah babi yang diberi pakan bersumber limbah ubi jalar ungu. Parameter hematologi yang diperiksa meliputi eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit, leukosit dan diferensial leukosit. Pemeriksaan dilakukan menggunakan mesin otomatis Hematology Analyzer Sysmex XS-800i. Pemeriksaan biokimia darah meliputi protein, kolesterol, trigliserida, dan glukosa, menggunakan alat Photometer 5010 V5+. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hematologi dan biokimia darah babi pada perlakuan A yaitu kelompok babi kontrol yang diberi pakan standar, tanpa limbah ubi jalar ungu; perlakuan B yaitu kelompok babi yang diberi pakan standar dengan tambahan limbah ubi jalar ungu 7,5%; dan perlakuan C yaitu kelompok babi yang diberi pakan standar dengan tambahan limbah ubi jalar ungu 15%, semuanya masih berada pada rentang rujukan nilai normal. Hal ini membuktikan bahwa pemberian pakan limbah ubi jalar ungu 7,5% dan 15% tidak berpengaruh terhadap parameter hematologi dan biokimia darah yang diperiksa.
{"title":"Hematologi dan Biokimia Darah Babi yang Diberi Pakan Limbah Ubi Jalar Ungu","authors":"I Gede Mahardika, Luh Dewi Anggreni, Nyoman Sadra Dharmawan","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.32","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.32","url":null,"abstract":"Babi adalah spesies hewan yang mudah beradaptasi dan berkembang pesat sehingga banyak dipelihara dan dikembangkan. Kebanyakan peternakan babi di Bali dilakukan secara sederhana dan tradisional. Kondisi ini perlu didukung, di antaranya dengan pemanfaatan pakan yang bersumber dari limbah tanaman. Salah satu limbah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L). Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data hematologi dan biokimia darah babi yang diberi pakan bersumber limbah ubi jalar ungu. Parameter hematologi yang diperiksa meliputi eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit, leukosit dan diferensial leukosit. Pemeriksaan dilakukan menggunakan mesin otomatis Hematology Analyzer Sysmex XS-800i. Pemeriksaan biokimia darah meliputi protein, kolesterol, trigliserida, dan glukosa, menggunakan alat Photometer 5010 V5+. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hematologi dan biokimia darah babi pada perlakuan A yaitu kelompok babi kontrol yang diberi pakan standar, tanpa limbah ubi jalar ungu; perlakuan B yaitu kelompok babi yang diberi pakan standar dengan tambahan limbah ubi jalar ungu 7,5%; dan perlakuan C yaitu kelompok babi yang diberi pakan standar dengan tambahan limbah ubi jalar ungu 15%, semuanya masih berada pada rentang rujukan nilai normal. Hal ini membuktikan bahwa pemberian pakan limbah ubi jalar ungu 7,5% dan 15% tidak berpengaruh terhadap parameter hematologi dan biokimia darah yang diperiksa.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135950781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.101
Lisa Savitri, Elfred Rinaldo Kasimo, Datin An Nisa Sukmawati, Syntia Tanu Juwita, Ester Lianawati Antoro, Ida Septika Wulansari, Stanislaus Rachel Pringgadani, Akbar Nur Kholis
Bakteri Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang paling sering dikaitkan dengan peningkatan insiden sepsis, yang merupakan kondisi klinis yang parah dan sering terjadi di unit perawatan intensif dengan tingkat kematian bervariasi antara 35% dan 50% pada syok septik. Respons inang/host terhadap infeksi menyebabkan kegagalan organ berfungsi pada pasien dengan sepsis. Salah satu organ yang terkena dampak parah adalah ginjal, dengan sepsis menjadi penyebab utama cedera ginjal akut pada pasien sakit kritis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengungkap perbandingan gambaran histopatologi ginjal mencit (Mus musculus) model sepsis yang diinduksi E. coli yang diberikan efek preventif ciprofloxacin. Mencit yang telah diadaptasikan diberikan perlakuan selama 14 hari dengan variasi sebagai berikut: 1) mencit normal (N), 2) mencit diinduksi dengan E. coli (dengan pemberian preventif aquades) (K-), 3) mencit diinduksi dengan E. coli (dengan pemberian preventif ciprofloxacin) (K+). Struktur histopatologi kelompok N tidak menunjukkan adanya kerusakan pada tubulus ginjal. Pada kelompok perlakuan K- ditemukan adanya perdarahan inter-tubuler yang ditandai dengan perdarahan berlebih di ruang antar tubulus. Selain itu juga ditemukan perdarahan intra-tubuler disertai terjadinya piknosis, serta karioreksis. Pada kelompok perlakuan K+ ditemukan piknosis, kongesti, kariolisis, karioreksis dan nekrosis, tetapi perdarahan intra-tubuler tidak ditemukan. Penelitian ini menguatkan temuan dari penelitian hewan dan manusia baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sepsis dengan cedera ginjal akut tidak dapat dijelaskan hanya dengan perubahan morfologis.
{"title":"Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit Model Sepsisyang Diberikan Efek Preventif Ciprofloxacin dan Diinduksi Escherichia coli","authors":"Lisa Savitri, Elfred Rinaldo Kasimo, Datin An Nisa Sukmawati, Syntia Tanu Juwita, Ester Lianawati Antoro, Ida Septika Wulansari, Stanislaus Rachel Pringgadani, Akbar Nur Kholis","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.101","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.101","url":null,"abstract":"Bakteri Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang paling sering dikaitkan dengan peningkatan insiden sepsis, yang merupakan kondisi klinis yang parah dan sering terjadi di unit perawatan intensif dengan tingkat kematian bervariasi antara 35% dan 50% pada syok septik. Respons inang/host terhadap infeksi menyebabkan kegagalan organ berfungsi pada pasien dengan sepsis. Salah satu organ yang terkena dampak parah adalah ginjal, dengan sepsis menjadi penyebab utama cedera ginjal akut pada pasien sakit kritis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengungkap perbandingan gambaran histopatologi ginjal mencit (Mus musculus) model sepsis yang diinduksi E. coli yang diberikan efek preventif ciprofloxacin. Mencit yang telah diadaptasikan diberikan perlakuan selama 14 hari dengan variasi sebagai berikut: 1) mencit normal (N), 2) mencit diinduksi dengan E. coli (dengan pemberian preventif aquades) (K-), 3) mencit diinduksi dengan E. coli (dengan pemberian preventif ciprofloxacin) (K+). Struktur histopatologi kelompok N tidak menunjukkan adanya kerusakan pada tubulus ginjal. Pada kelompok perlakuan K- ditemukan adanya perdarahan inter-tubuler yang ditandai dengan perdarahan berlebih di ruang antar tubulus. Selain itu juga ditemukan perdarahan intra-tubuler disertai terjadinya piknosis, serta karioreksis. Pada kelompok perlakuan K+ ditemukan piknosis, kongesti, kariolisis, karioreksis dan nekrosis, tetapi perdarahan intra-tubuler tidak ditemukan. Penelitian ini menguatkan temuan dari penelitian hewan dan manusia baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sepsis dengan cedera ginjal akut tidak dapat dijelaskan hanya dengan perubahan morfologis.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"307 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135951106","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Information regarding the domestic cat as a model animal in the biomedical research has not been widely carried out. This study was aimed to see the correlation between testicular weight, testicular volume and total sperm count between the left testicle, right testicle and both testes. In addition, this study was aimed to examine the effect of testicular weight and volume on quantitative histomorphometry of the testes in domestic cats in Indonesia. The results showed that there was no difference between the left and right testes. Testes weight has a positive and highly significant correlation with testes volume and total sperm count, both in the left, right, and both testes. The heavier the weight of the testes, the wider the diameter of the seminiferous tubules, the wider the lumen, and the taller the tubular epithelium. It can be concluded that the increase in testicular weight is in line with the increase in cells in the seminiferous tubules
{"title":"Correlation Between Testis Weight, Testis Volume, and Total Sperm Count in the Indonesian Domestic Cats (Felis catus)","authors":"Karisma Mardatillah, Aulia Miftakhur Rahman, Wahono Esthi Prasetyaningtyas, Arief Boediono","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.69","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.69","url":null,"abstract":"Information regarding the domestic cat as a model animal in the biomedical research has not been widely carried out. This study was aimed to see the correlation between testicular weight, testicular volume and total sperm count between the left testicle, right testicle and both testes. In addition, this study was aimed to examine the effect of testicular weight and volume on quantitative histomorphometry of the testes in domestic cats in Indonesia. The results showed that there was no difference between the left and right testes. Testes weight has a positive and highly significant correlation with testes volume and total sperm count, both in the left, right, and both testes. The heavier the weight of the testes, the wider the diameter of the seminiferous tubules, the wider the lumen, and the taller the tubular epithelium. It can be concluded that the increase in testicular weight is in line with the increase in cells in the seminiferous tubules","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135951108","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Identifikasi spesies vektor demam berdarah dengue (DBD) penting dilakukan untuk program pengontrolan vektor. Penanda DNA Internal Transcribed Spacer (ITS) adalah salah satu penanda DNA yang umumnya digunakan untuk mengidentifikasi satu spesies. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh primer yang potensial dengan hasil spesifik terhadap spesies nyamuk Aedes aegypti berdasarkan sekuen DNA ITS-1, 5.8S ribosomal RNA dan ITS-2. Penelitian ini adalah penelitian deskripsif secara in silico menggunakan Primer3 dan Primer-BLAST serta tahap konfirmasi secara in vitro dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Data sekuen DNA diperoleh dari NCBI dengan nomor aksesi GU980956.1 dan ON652374.1. Hasil desain primer secara in silico diperoleh sebanyak dua pasang primer potensial yaitu primer 1) Left 5’-CATTTGCTAGTCCCTCGGG-3’ Right 5’-CACCACACCACGTCTGAC-3’, dan primer 2) Left 5’-CATTTG CTAGTCCCTCGGG-3’ Right 5’-CATCAACCGCGGTGTGTC-3’. Visualisasi hasil PCR dideteksi menggunakan gel agarosa 1,5% dengan ukuran produk sekitar 800 bp. Simpulan penelitian ini adalah diperoleh dua pasang primer ITS yang potensial untuk mengidentifikasi nyamuk A. aegypti.
{"title":"Desain Primer Spesifik Vektor Dengue Aedes aegypti Berdasarkan DNA Pengkode ITS-1, 5.8S Ribosomal RNA, dan ITS-2","authors":"Kurnia Ayu Miranti, Sri Wahyuni, Tutut Indra Permana, Diani Fatmawati, Moh Mirza Nuryady","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.76","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.76","url":null,"abstract":"Identifikasi spesies vektor demam berdarah dengue (DBD) penting dilakukan untuk program pengontrolan vektor. Penanda DNA Internal Transcribed Spacer (ITS) adalah salah satu penanda DNA yang umumnya digunakan untuk mengidentifikasi satu spesies. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh primer yang potensial dengan hasil spesifik terhadap spesies nyamuk Aedes aegypti berdasarkan sekuen DNA ITS-1, 5.8S ribosomal RNA dan ITS-2. Penelitian ini adalah penelitian deskripsif secara in silico menggunakan Primer3 dan Primer-BLAST serta tahap konfirmasi secara in vitro dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Data sekuen DNA diperoleh dari NCBI dengan nomor aksesi GU980956.1 dan ON652374.1. Hasil desain primer secara in silico diperoleh sebanyak dua pasang primer potensial yaitu primer 1) Left 5’-CATTTGCTAGTCCCTCGGG-3’ Right 5’-CACCACACCACGTCTGAC-3’, dan primer 2) Left 5’-CATTTG CTAGTCCCTCGGG-3’ Right 5’-CATCAACCGCGGTGTGTC-3’. Visualisasi hasil PCR dideteksi menggunakan gel agarosa 1,5% dengan ukuran produk sekitar 800 bp. Simpulan penelitian ini adalah diperoleh dua pasang primer ITS yang potensial untuk mengidentifikasi nyamuk A. aegypti.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135950786","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.138
Yenni Ciawi, Ni Made Utami Dwipayanti, Anak Agung Gede Indraningrat, Yan Ramona
This research focused on the utilization of four different organic wastes, namely snake fruit, orange, cabbage, and tomato wastes, for the production of biogas. The main objectives were twofold: (1) to investigate the characteristics and biodegradability of these wastes, and (2) to evaluate their potential for anaerobic methane production. The experiment was conducted using 250 L bioreactors, with the four wastes serving as the primary raw materials. A starter culture of cattle dung was added, and the mixture was incubated for eight weeks. Regular sampling and analysis were carried out to assess water content, biodegradability, specific rate of volatile m aterial reduction, and gas yield. The results showed that the water content of the four waste systems remained relatively consistent throughout the experiment. Biodegradability analysis revealed that all of the wastes were biodegradable, with varying levels of degradation ranging from 23.10 ± 2.89% to 59.84 ± 4.17%. Snake fruit waste exhibited the highest resistance to degradation, while tomato waste was the most easily degradable. Kinetic analysis indicated specific rates of volatile material reduction (µ) of 0.006±0.0006 per day for the most resistant waste and 0.0170 ± 0.0021 per day for the least resistant waste. The Incorporation of these four waste types in the biogas production process had a positive effect on gas formation. Therefore, these organic wastes hold promise as valuable resources for biogas production, addressing both the Issue of waste accumulation and the energy crisis in an environmentally beneficial manner
{"title":"Production of Biogas As An Alternative Green Energy with Organic Wastes As The Main Raw Materials","authors":"Yenni Ciawi, Ni Made Utami Dwipayanti, Anak Agung Gede Indraningrat, Yan Ramona","doi":"10.19087/jveteriner.2023.24.1.138","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2023.24.1.138","url":null,"abstract":"This research focused on the utilization of four different organic wastes, namely snake fruit, orange, cabbage, and tomato wastes, for the production of biogas. The main objectives were twofold: (1) to investigate the characteristics and biodegradability of these wastes, and (2) to evaluate their potential for anaerobic methane production. The experiment was conducted using 250 L bioreactors, with the four wastes serving as the primary raw materials. A starter culture of cattle dung was added, and the mixture was incubated for eight weeks. Regular sampling and analysis were carried out to assess water content, biodegradability, specific rate of volatile m aterial reduction, and gas yield. The results showed that the water content of the four waste systems remained relatively consistent throughout the experiment. Biodegradability analysis revealed that all of the wastes were biodegradable, with varying levels of degradation ranging from 23.10 ± 2.89% to 59.84 ± 4.17%. Snake fruit waste exhibited the highest resistance to degradation, while tomato waste was the most easily degradable. Kinetic analysis indicated specific rates of volatile material reduction (µ) of 0.006±0.0006 per day for the most resistant waste and 0.0170 ± 0.0021 per day for the least resistant waste. The Incorporation of these four waste types in the biogas production process had a positive effect on gas formation. Therefore, these organic wastes hold promise as valuable resources for biogas production, addressing both the Issue of waste accumulation and the energy crisis in an environmentally beneficial manner","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135951105","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}