Pub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.121
R. Putri, S. Wahyuwardani
Koinfeksi pada infeksi feline panleukopenia virus (FPV) biasanya disebabkan oleh bakteri, parasit, maupun virus. Patogen yang melakukan kolonisasi pada saluran pencernaan termasuk Clostridiumperfingens, Clostridium piliforme, Cryptosporidium spp., Giardia spp., Tritrichomonas fetus, canine parvovirus tipe 2, Salmonella sp.,feline coronavirus, feline bocavirus, dan feline astrovirus terisolasi bersamaan dengan adanya infeksi FPV. Mekanisme kompleks dari virus, bakteri, protozoa, dan inang berkontribusi pada patogenesis dari koinfeksi serta keparahan dari penyakit. Kecepatan dan ketepatan dalam diagnosis penyakit, pencegahan dengan vaksinasi serta pengobatan yang tepat berperan dalam penurunan morbiditas dan mortalitas. Tulisan ini mengulas tentang etiologi, patogenesis, diagnosis, terapi, dan pencegahan yang diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi dokter hewan praktisi maupun pemilik hewan dalam menangani penyakit.
{"title":"Koinfeksi pada Kejadian Panleukopenia Kucing: Suatu Kajian Pustaka","authors":"R. Putri, S. Wahyuwardani","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.121","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.121","url":null,"abstract":"Koinfeksi pada infeksi feline panleukopenia virus (FPV) biasanya disebabkan oleh bakteri, parasit, maupun virus. Patogen yang melakukan kolonisasi pada saluran pencernaan termasuk Clostridiumperfingens, Clostridium piliforme, Cryptosporidium spp., Giardia spp., Tritrichomonas fetus, canine parvovirus tipe 2, Salmonella sp.,feline coronavirus, feline bocavirus, dan feline astrovirus terisolasi bersamaan dengan adanya infeksi FPV. Mekanisme kompleks dari virus, bakteri, protozoa, dan inang berkontribusi pada patogenesis dari koinfeksi serta keparahan dari penyakit. Kecepatan dan ketepatan dalam diagnosis penyakit, pencegahan dengan vaksinasi serta pengobatan yang tepat berperan dalam penurunan morbiditas dan mortalitas. Tulisan ini mengulas tentang etiologi, patogenesis, diagnosis, terapi, dan pencegahan yang diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi dokter hewan praktisi maupun pemilik hewan dalam menangani penyakit.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47382047","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.16
Gede Eko Darmono, Silva Triwidyaningtyas, B. Bela, Diah Iskandriati, Dondin Sajuthi, Joko Pamungkas
Development of human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1) vaccines and anti-retroviral treatmentis currently hindered by the lack of models representing prominent symptoms of HIV-1 infections seen in humans. Simian-human immunodeficiency virus (SHIV) was constructed to resolve the limitations of SIVmac model and has been used in nonhuman primate model ofviral infections, particularly infections by the close relatives of HIV-1. Macaca fascicularis and M. nemestrina are being developed as model HIV/AIDS, by using chimeric virus SHIV produced by replacing the nucleotide structure of cyclophilin A binding region, vif gene and nef of HIV-1 with cyclophilin A binding region, vif gene and nef from SIV. The research aims to study the model of HIV/AIDS on nonhuman primates PBMC in vitro using SHIV. In particular, the study aims to obtain information about the capability of SHIV replication in PBMC of M. fascicularis and M. nemestrina. Results showed a cytopathic effect (CPE) in the form of multinucleated giant cells and expression of p24 protein in PHA-stimulated PBMC cultures of M. fascicularis and M. nemestrina after SHIV infection. The conclusion of this study is that SHIV can infect PBMC M. fascicularis and M. nemestrina in vitro based on CPE and expression of p24 protein.
{"title":"Analisis Infektivitas Simian-Human Immunodeficiency Virus pada Peripheral Blood Mononuclear Cell Macaca fascicularis dan M. nemestrina Secara In Vitro","authors":"Gede Eko Darmono, Silva Triwidyaningtyas, B. Bela, Diah Iskandriati, Dondin Sajuthi, Joko Pamungkas","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.16","url":null,"abstract":"Development of human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1) vaccines and anti-retroviral treatmentis currently hindered by the lack of models representing prominent symptoms of HIV-1 infections seen in humans. Simian-human immunodeficiency virus (SHIV) was constructed to resolve the limitations of SIVmac model and has been used in nonhuman primate model ofviral infections, particularly infections by the close relatives of HIV-1. Macaca fascicularis and M. nemestrina are being developed as model HIV/AIDS, by using chimeric virus SHIV produced by replacing the nucleotide structure of cyclophilin A binding region, vif gene and nef of HIV-1 with cyclophilin A binding region, vif gene and nef from SIV. The research aims to study the model of HIV/AIDS on nonhuman primates PBMC in vitro using SHIV. In particular, the study aims to obtain information about the capability of SHIV replication in PBMC of M. fascicularis and M. nemestrina. Results showed a cytopathic effect (CPE) in the form of multinucleated giant cells and expression of p24 protein in PHA-stimulated PBMC cultures of M. fascicularis and M. nemestrina after SHIV infection. The conclusion of this study is that SHIV can infect PBMC M. fascicularis and M. nemestrina in vitro based on CPE and expression of p24 protein.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46261569","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.42
Khusnan Khusnan, Agus Purnomo
Susu sapi merupakan media pertumbuhan bakteri patogen maupun non patogen. Escherichia coli mrupakan salah satu bakteri yang sering ditemukan pada susu sapi mentah. Escherichia coli patogen pada sapi dapat menyebabkan mastitis maupun radang usus serta dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare, kolitis hemoragik dan sindrom uraemik hemolitik. Hemaglutinin dan hemolisin merupakan faktor virulen yang penting pada E. coli patogen, karena berperan sebagai faktor adhesin, dan faktor pertahanan terhadap fagositosis. Tujuan penelitian ini mendeteksi hemaglutinin dan hemolisin E. coli isolat asal susu sapi mentah serta kemampuan adhesi pada sel epitel serta pertahanan terhadap fagosit netrofil. Hasil penelitian ini menunjukkan 100% isolat E. coli tidak memiliki hemaglutinin dan 17,2% merupakan E. coli hemolitik. Pada uji adhesi mampu melekat pada sel epitel bukalis 46,87 bakteri/sel. Pada uji fagositosis isolat-isolat hemolitik lebih sedikit difagosit oleh neutrofil dibandingkan isolat non hemolitik (2,64 dibanding 3,1 bakteri) tiap neutrofil (P<0,05). Ditemukannya E. coli patogen pada susu mentah menegaskan pentingnya pasteurisasi pada susu sebelum dikonsumsi.
{"title":"Deteksi Faktor Virulensi Secara Fenotip pada Escherichia coli Isolat Susu Mentah Sapi Perah","authors":"Khusnan Khusnan, Agus Purnomo","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.42","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.42","url":null,"abstract":"Susu sapi merupakan media pertumbuhan bakteri patogen maupun non patogen. Escherichia coli mrupakan salah satu bakteri yang sering ditemukan pada susu sapi mentah. Escherichia coli patogen pada sapi dapat menyebabkan mastitis maupun radang usus serta dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare, kolitis hemoragik dan sindrom uraemik hemolitik. Hemaglutinin dan hemolisin merupakan faktor virulen yang penting pada E. coli patogen, karena berperan sebagai faktor adhesin, dan faktor pertahanan terhadap fagositosis. Tujuan penelitian ini mendeteksi hemaglutinin dan hemolisin E. coli isolat asal susu sapi mentah serta kemampuan adhesi pada sel epitel serta pertahanan terhadap fagosit netrofil. Hasil penelitian ini menunjukkan 100% isolat E. coli tidak memiliki hemaglutinin dan 17,2% merupakan E. coli hemolitik. Pada uji adhesi mampu melekat pada sel epitel bukalis 46,87 bakteri/sel. Pada uji fagositosis isolat-isolat hemolitik lebih sedikit difagosit oleh neutrofil dibandingkan isolat non hemolitik (2,64 dibanding 3,1 bakteri) tiap neutrofil (P<0,05). Ditemukannya E. coli patogen pada susu mentah menegaskan pentingnya pasteurisasi pada susu sebelum dikonsumsi.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":"29 13","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41249574","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.27
Fajar Mubarok, G. Kencana, I. Suartha, Arini Nur Handayani
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat proteksi vaksin aktif tetelo atau Newcastle Disease (ND) strain Lasota (Sanavac ND LS) terhadap tantangan virus ND velogenik isolat lapang. Sampel penelitian sebanyak 60 ekor ayam Spesific Pathogen Free (SPF) yang dipelihara sejak umur sehari (day old chick=DOC) yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok I divaksin dengan vaksin aktif ND strain Lasota A (Sanavac ND LS) melalui tetes mata, kelompok II divaksin dengan vaksin aktif ND strain Lasota B (kompetitor), kelompok III (kontrol positif) tidak divaksin, diinjeksi dengan aquadest dan ditantang, kelompok IV (kontrol negatif, tidak divaksin, tidak ditantang). Pengujian protektivitas dengan mengukur titer antibodi periode 1 dan 2 minggu pascavaksinasi pada semua kelompok terhadap antigen virus ND Lasota, G7 dan Sato. Uji tantang dilakukan dua minggu pascavaksinasi dengan menyuntikkan virus ND velogenik (G7 dan Sato) pada kelompok (I, II, III) dengan dosis ND Sato 0,5 mL yang mengandung titer virus 104CLD50 dan dosis ND G7 0,5 mL yang mengandung titer virus 105,5EID50, sedangkan kelompok IV tidak ditantang. Pengamatan gejala klinis pascatantang dilakukan selama dua minggu. Pengukuran titer antibodi post tantang dilakukan selama dua minggu dengan uji hambatan hemaglutinasi/HI. Hasil penelitian menujukkan rataan titer antibodi dua minggu pascavaksinasi berkisar diantara 5,45 HI log2 dan 7,28 HI log2. Pada dua minggu pascatantang ayam yang divaksin survive 100%. Rataan titer antibodi ayam dua minggu pascatantang pada kelompok I dan II berkisar 8,4 HI log2 hingga 9,9 HI log2. Hasil uji tantang pada kelompok ayam kontrol ditandai dengan gejala klinis depresi hebat, kesulitan bernafas, tortikolis, dan mati 100% pada 3-4 hari pascatantang. Hasil nekropsi kelompok ayam kontrol ditemukan perdarahan petekie pada proventrikulus, trakhea, usus, dan hati. Disimpulkan bahwa vaksin aktif ND strain Lasota A (Sanavac ND LS) efektif melindungi ayam dari virus ND velogenik lapang.
本研究旨在确定活性tetelo疫苗或新城疫(ND)菌株Lasota(Sanavac ND LS)对现场分离的ND致Velogen病毒攻击的保护水平。60天龄无SPF鸡的研究样本分为四组。第一组通过滴眼液接种活性ND菌株Lasota A疫苗(Sanavac ND LS),第二组接种活性ND毒株Lasota B疫苗(竞争对手),第三组(阳性对照)未接种,注射水溶性并激发,第四组(阴性对照,未检测,未激发)。通过测量接种疫苗后1周和2周所有组对ND Lasota病毒抗原G7和Sato的抗体滴度进行保护性测试。在疫苗接种后两周,通过将致膜性ND病毒(G7和Sato)注射到组(I、II、III)中,单次ND剂量为0.5mL,含有104CLD50病毒滴度,ND剂量为0.5mL,含有105.5EID50病毒效价,进行激发试验,而组IV不受激励。观察产后临床症状两周。用血凝素/HI抑制试验进行两周的激发后抗体滴度测量。研究表明,接种后两周的抗体滴度比在5.45 HI log2和7.28 HI log2之间。在一只鸡死亡后的两周内,被检测出100%存活。I组和II组白内障后两周的鸡抗体滴度比范围为8.4HI-log2至9.9HI-log2。对照鸡组的激发试验结果显示有严重的临床症状,如抑郁、呼吸窘迫、玉米饼,并在产后3-4天内100%死亡。对照鸡组的尸检结果发现,前胃、气管、肠道和心脏有瘀点出血。结果表明,ND活疫苗Lasota A株(Sanavac ND-LS)能有效地保护鸡免受ND病毒的侵害。
{"title":"Potensi Vaksin Lasota Terhadap Tantangan Virus Tetelo atau Newcastle Disease Velogenik Lapang","authors":"Fajar Mubarok, G. Kencana, I. Suartha, Arini Nur Handayani","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.27","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat proteksi vaksin aktif tetelo atau Newcastle Disease (ND) strain Lasota (Sanavac ND LS) terhadap tantangan virus ND velogenik isolat lapang. Sampel penelitian sebanyak 60 ekor ayam Spesific Pathogen Free (SPF) yang dipelihara sejak umur sehari (day old chick=DOC) yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok I divaksin dengan vaksin aktif ND strain Lasota A (Sanavac ND LS) melalui tetes mata, kelompok II divaksin dengan vaksin aktif ND strain Lasota B (kompetitor), kelompok III (kontrol positif) tidak divaksin, diinjeksi dengan aquadest dan ditantang, kelompok IV (kontrol negatif, tidak divaksin, tidak ditantang). Pengujian protektivitas dengan mengukur titer antibodi periode 1 dan 2 minggu pascavaksinasi pada semua kelompok terhadap antigen virus ND Lasota, G7 dan Sato. Uji tantang dilakukan dua minggu pascavaksinasi dengan menyuntikkan virus ND velogenik (G7 dan Sato) pada kelompok (I, II, III) dengan dosis ND Sato 0,5 mL yang mengandung titer virus 104CLD50 dan dosis ND G7 0,5 mL yang mengandung titer virus 105,5EID50, sedangkan kelompok IV tidak ditantang. Pengamatan gejala klinis pascatantang dilakukan selama dua minggu. Pengukuran titer antibodi post tantang dilakukan selama dua minggu dengan uji hambatan hemaglutinasi/HI. Hasil penelitian menujukkan rataan titer antibodi dua minggu pascavaksinasi berkisar diantara 5,45 HI log2 dan 7,28 HI log2. Pada dua minggu pascatantang ayam yang divaksin survive 100%. Rataan titer antibodi ayam dua minggu pascatantang pada kelompok I dan II berkisar 8,4 HI log2 hingga 9,9 HI log2. Hasil uji tantang pada kelompok ayam kontrol ditandai dengan gejala klinis depresi hebat, kesulitan bernafas, tortikolis, dan mati 100% pada 3-4 hari pascatantang. Hasil nekropsi kelompok ayam kontrol ditemukan perdarahan petekie pada proventrikulus, trakhea, usus, dan hati. Disimpulkan bahwa vaksin aktif ND strain Lasota A (Sanavac ND LS) efektif melindungi ayam dari virus ND velogenik lapang.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45778263","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.64
N. Sumardani, K. Budaarsa, A. W. Puger
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu optimal penyapihan anak babi agar induk babi dapat berahi kembali, guna meningkatkan efisiensi produksi dan reproduksi induk babi tersebut. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan tiga perlakuan yaitu penyapihan umur 25 hari (A), penyapihan umur 28 hari (B), dan penyapihan umur 30 hari (C) pada tiga usaha peternakan babi. Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan, dan masing-masing ulangan terdiri dari dua ekor induk babi. Variabel yang diamati meliputi: litter size, bobot badan anak babi yang disapih, induk berahi kembali pascasapih, dan mortalitas anak babi pascasapih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot badan anak babi saat disapih berbeda nyata (P<0,05) pada perlakuan B yaitu: 6,83 kg (A), 8,17 kg (B), dan 9,0 kg (C). Mortalitas pascasapih yakni: 1,33% (A), 1,17% (B), dan 1,17% (C) tidak berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan; Induk kembali berahi setelah sapih rata-rata 3,67 hari (A dan C) dan 3,33 hari (B) tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan litter size mencapai 10,17 ekor (A), 13,0 ekor (B) dan 11,5 ekor (C) tidak berbeda nyata (P>0,05). Simpulan dari penelitian ini adalah waktu optimum pelaksanaan penyapihan anak babi adalah umur 28 hari.
{"title":"Peningkatan Performa Reproduksi Induk Babi Melalui Pengaturan Penyapihan Anak Babi","authors":"N. Sumardani, K. Budaarsa, A. W. Puger","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.64","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.64","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu optimal penyapihan anak babi agar induk babi dapat berahi kembali, guna meningkatkan efisiensi produksi dan reproduksi induk babi tersebut. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan tiga perlakuan yaitu penyapihan umur 25 hari (A), penyapihan umur 28 hari (B), dan penyapihan umur 30 hari (C) pada tiga usaha peternakan babi. Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan, dan masing-masing ulangan terdiri dari dua ekor induk babi. Variabel yang diamati meliputi: litter size, bobot badan anak babi yang disapih, induk berahi kembali pascasapih, dan mortalitas anak babi pascasapih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot badan anak babi saat disapih berbeda nyata (P<0,05) pada perlakuan B yaitu: 6,83 kg (A), 8,17 kg (B), dan 9,0 kg (C). Mortalitas pascasapih yakni: 1,33% (A), 1,17% (B), dan 1,17% (C) tidak berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan; Induk kembali berahi setelah sapih rata-rata 3,67 hari (A dan C) dan 3,33 hari (B) tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan litter size mencapai 10,17 ekor (A), 13,0 ekor (B) dan 11,5 ekor (C) tidak berbeda nyata (P>0,05). Simpulan dari penelitian ini adalah waktu optimum pelaksanaan penyapihan anak babi adalah umur 28 hari.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48872901","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.55
Leila Nur Azizah, Agustina Indrawati, I. Wibawan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gen penyandi resistansi dan plasmid yang memperantarai resistansi terhadap kuinolon pada Salmonella spp.,. dari peternakan ayam di Bandung dan Purwakarta, Jawa Barat. Total sampel ada 70 sampel yang dikoleksi dari peternakan ayam di Bandung dan Purwakarta. Semua isolat diuji dengan media selektif Salmonella Shigella Agar (SSA) dan dikonfirmasi menggunakan Polymerase Chain Reaction. Sebanyak 33 isolat positif berdasarkan hasil isolasi dengan media selektif dan uji biokimia. Uji konfirmasi dilakukan dengan PCR yaitu dengan menggunakan gen InvA. Sebanyak 21 dari 33 isolat positif terdapat gen invA. Sebanyak 21 isolat diuji resistansi antibiotik terhadap tetrasiklin, doksisiklin, asam nalidiksat, oksitetrasiklin, dan enrofloksasin menggunakan metode disk diffusion. Tetrasiklin yang resistan diuji untuk mengetahui keberadaan gen tet(A) dan tet(B) dengan menggunakan single PCR. Plasmid-Mediated Quinolone Resistant diuji untuk mengetahui keberadaan qnr(A), qnr(B) dan qnr(S) dengan multiplex PCR. Tetrasiklin 100%, oksitetrasiklin dan ampisilin 95,2%, Asam nalidiksat 90,4%, eritromisin 85,7%, enrofloksasin 76,2%, gentamisin 47,6%, kloramfenikol 38,1%. Adapun gen penyandi resistansi pada isolat Salmonella spp., yang berhasil dideteksi, di antaranya ampC (95,2%), tet(A) 61,9%, tet(B) 38,1%, qnr(A) 28,5%, qnr(B) 14,3%, qnr(S) 23,8%, qnr(A) dan qnr(B) 14,3%, qnr(A) dan qnr(S) 9,5%. Penelitian ini menunjukkan beberapa patogen telah resistan terhadap ampisilin, tetrasiklin dan kuinolon. Gen tet dan qnr bertanggung jawab terhadap tingginya resistansi pada Salmonella spp., di Bandung dan Purwakarta Jawa Barat.
{"title":"Deteksi Gen Penyandi Resistansi Tetracycline dan Plasmid Mediated Quinolones pada Salmonella Ayam di Bandung dan Purwakarta","authors":"Leila Nur Azizah, Agustina Indrawati, I. Wibawan","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.55","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.55","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gen penyandi resistansi dan plasmid yang memperantarai resistansi terhadap kuinolon pada Salmonella spp.,. dari peternakan ayam di Bandung dan Purwakarta, Jawa Barat. Total sampel ada 70 sampel yang dikoleksi dari peternakan ayam di Bandung dan Purwakarta. Semua isolat diuji dengan media selektif Salmonella Shigella Agar (SSA) dan dikonfirmasi menggunakan Polymerase Chain Reaction. Sebanyak 33 isolat positif berdasarkan hasil isolasi dengan media selektif dan uji biokimia. Uji konfirmasi dilakukan dengan PCR yaitu dengan menggunakan gen InvA. Sebanyak 21 dari 33 isolat positif terdapat gen invA. Sebanyak 21 isolat diuji resistansi antibiotik terhadap tetrasiklin, doksisiklin, asam nalidiksat, oksitetrasiklin, dan enrofloksasin menggunakan metode disk diffusion. Tetrasiklin yang resistan diuji untuk mengetahui keberadaan gen tet(A) dan tet(B) dengan menggunakan single PCR. Plasmid-Mediated Quinolone Resistant diuji untuk mengetahui keberadaan qnr(A), qnr(B) dan qnr(S) dengan multiplex PCR. Tetrasiklin 100%, oksitetrasiklin dan ampisilin 95,2%, Asam nalidiksat 90,4%, eritromisin 85,7%, enrofloksasin 76,2%, gentamisin 47,6%, kloramfenikol 38,1%. Adapun gen penyandi resistansi pada isolat Salmonella spp., yang berhasil dideteksi, di antaranya ampC (95,2%), tet(A) 61,9%, tet(B) 38,1%, qnr(A) 28,5%, qnr(B) 14,3%, qnr(S) 23,8%, qnr(A) dan qnr(B) 14,3%, qnr(A) dan qnr(S) 9,5%. Penelitian ini menunjukkan beberapa patogen telah resistan terhadap ampisilin, tetrasiklin dan kuinolon. Gen tet dan qnr bertanggung jawab terhadap tingginya resistansi pada Salmonella spp., di Bandung dan Purwakarta Jawa Barat.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43506154","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/10.19087/jveteriner.2022.23.1.80
Risha Catra Pradhany, I. N. Suarsana, I. A. K. Suartini, F. M. Siswanto
Bisphenol-A (BPA) merupakan toksikan yang diketahui dampaknya terhadap reproductive toxicities.Namun, beberapa tahun belakangan ini, diketahui pula bahwa BPA menyebabkan stres oksidatif. Stresoksidatif merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan organ. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek pemberian BPA oral terhadap kadar malondialdehid dan indeks apoptosis pada hatitikus. Penelitian ini menggunakan posttest only control group design. Subjek adalah 14 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley, umur 8-10 minggu, bobot badan berkisar 180 g, dan dalam keadaan sehat. Kelompok kontrol (P0), tujuh ekor tikus, diberikan plasebo berupa 1 mL aquadest selama 21 hari; sedangkan kelompok perlakuan (P1), tujuh ekor tikus, diberikan 400 mg/kgBB tikus BPA selama 21 hari. Hasil menunjukkan bahwa kelompok P1 memiliki kadar MDA hepatik yang lebih tinggi (3,33±0,27 nmol/mg.prot) dan berbeda nyata (p<0,001) dibandingkan kelompok P0 (2,67±0,14 nmol/mg.prot). Selain itu, kelompok P1 memiliki indeks apoptosis yang lebih tinggi (11,21±2,26%) dan berbeda nyata (p<0,001) dibandingkan kelompok P0 (2,19±0,97%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian BPA oral meningkatkan malondialdehid dan indeks apoptosis pada hati tikus putih (Rattus norvegicus) jantan.
{"title":"Bisphenol A Meningkatkan Malondialdehid dan Indeks Apoptosis Hati Tikus (Rattus norvegicus) Jantan","authors":"Risha Catra Pradhany, I. N. Suarsana, I. A. K. Suartini, F. M. Siswanto","doi":"10.19087/10.19087/jveteriner.2022.23.1.80","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/10.19087/jveteriner.2022.23.1.80","url":null,"abstract":"Bisphenol-A (BPA) merupakan toksikan yang diketahui dampaknya terhadap reproductive toxicities.Namun, beberapa tahun belakangan ini, diketahui pula bahwa BPA menyebabkan stres oksidatif. Stresoksidatif merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan organ. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek pemberian BPA oral terhadap kadar malondialdehid dan indeks apoptosis pada hatitikus. Penelitian ini menggunakan posttest only control group design. Subjek adalah 14 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley, umur 8-10 minggu, bobot badan berkisar 180 g, dan dalam keadaan sehat. Kelompok kontrol (P0), tujuh ekor tikus, diberikan plasebo berupa 1 mL aquadest selama 21 hari; sedangkan kelompok perlakuan (P1), tujuh ekor tikus, diberikan 400 mg/kgBB tikus BPA selama 21 hari. Hasil menunjukkan bahwa kelompok P1 memiliki kadar MDA hepatik yang lebih tinggi (3,33±0,27 nmol/mg.prot) dan berbeda nyata (p<0,001) dibandingkan kelompok P0 (2,67±0,14 nmol/mg.prot). Selain itu, kelompok P1 memiliki indeks apoptosis yang lebih tinggi (11,21±2,26%) dan berbeda nyata (p<0,001) dibandingkan kelompok P0 (2,19±0,97%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian BPA oral meningkatkan malondialdehid dan indeks apoptosis pada hati tikus putih (Rattus norvegicus) jantan.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45612169","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-31DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.1
Palagan Senopati Sewoyo, A. A. A. M. Adi, I. M. Astawa, I. A. Putra, Ida Bagus Oka Winaya, Marissa Divia Dayant, A. A. B. Bramardipa, I. Supartika
Quite a number of research on cancer therapy strongly require an animal model of cancer. One of the chemicals commonly used to induce cancer in animal models is benzo(a)pyrene due to its carcinogenic effects. This study aims were to describe the gross pathology of the tumor-induced by benzo(a)pyrene in an olive oil solution (w/v), identify the type of tumor histopathologically, and finally, determine the correlation between the duration of the rats experiencing tumor and it’s grade score. Tumor grade score is important to assess in order to determine tumor malignancy. This study consisted of 10 white rats (Rattus norvegicus) were given two treatments: a negative control treatment (K-) was injected with 0.1 mL of olive oil and a positive control treatment (K+) was injected with 0.1 mL of 0.3 % (w/v) benzo(a)pyrene in olive oil solution. Each treatment rats was kept in a cage and monitored regularly. When the tumors macroscopically appeared in the interscapular area and were observed until reached 4 cm in size, the rats were then sacrificed and necropsied. Tumors were observed for the gross pathology to examine the shape and color of them, then routinely processed for histopathological evaluation. The results showed that the tumors’ cells appeared to be round (1/5), irregular (2/5), and multilobular (2/5). Based on histopathological observation, the types of tumors observed were classical fibrosarcoma (2/5) and pleomorphic fibrosarcoma (3/5). There is a significant association between the duration of the rats experiencing tumors and the tumor grade. The longer the rats have tumors, the tumors tend to be more aggressive.
{"title":"Establishment and Characterization of Benzo(a)pyrene-Induced Skin Tumor in Rats","authors":"Palagan Senopati Sewoyo, A. A. A. M. Adi, I. M. Astawa, I. A. Putra, Ida Bagus Oka Winaya, Marissa Divia Dayant, A. A. B. Bramardipa, I. Supartika","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.1","url":null,"abstract":"Quite a number of research on cancer therapy strongly require an animal model of cancer. One of the chemicals commonly used to induce cancer in animal models is benzo(a)pyrene due to its carcinogenic effects. This study aims were to describe the gross pathology of the tumor-induced by benzo(a)pyrene in an olive oil solution (w/v), identify the type of tumor histopathologically, and finally, determine the correlation between the duration of the rats experiencing tumor and it’s grade score. Tumor grade score is important to assess in order to determine tumor malignancy. This study consisted of 10 white rats (Rattus norvegicus) were given two treatments: a negative control treatment (K-) was injected with 0.1 mL of olive oil and a positive control treatment (K+) was injected with 0.1 mL of 0.3 % (w/v) benzo(a)pyrene in olive oil solution. Each treatment rats was kept in a cage and monitored regularly. When the tumors macroscopically appeared in the interscapular area and were observed until reached 4 cm in size, the rats were then sacrificed and necropsied. Tumors were observed for the gross pathology to examine the shape and color of them, then routinely processed for histopathological evaluation. The results showed that the tumors’ cells appeared to be round (1/5), irregular (2/5), and multilobular (2/5). Based on histopathological observation, the types of tumors observed were classical fibrosarcoma (2/5) and pleomorphic fibrosarcoma (3/5). There is a significant association between the duration of the rats experiencing tumors and the tumor grade. The longer the rats have tumors, the tumors tend to be more aggressive.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42924324","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Feline panleukopenia (FPL) adalah salah satu penyakit kucing mematikan yang menyebabkan diare dan leukopenia. Tujuan penelitian ini adalah melakukan diagnosis FPL berdasar total leukosit dan deteksi antigen feline parvovirus (FPV-Ag) pada kucing diare. Penelitian ini menggunakan sampel darah dan swab feses dari 21 kucing yang menunjukkan gejala diare. Total leukosit dihitung dari sampel darah dan adanya antigen FPV dideteksi dari swab feses menggunakan FPV-Ag-kit. Kesesuaian diagnosis FPL berdasar leukopenia dan reaksi positif uji FPV-Ag dibandingkan dengan menggunakan uji kesesuaian Cohen’s Kappa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 14 dari 21 ekor kucing (66,7%) mempunyai total leukosit dibawah normal dan 7 dari 21 ekor kucing (33,3%) mempunyai total leukosit normal. Uji FPV-Ag didapatkan hasil 11 dari 21 ekor kucing (52%) positif dan 10 dari 21 ekor kucing (48%) negatif. Diagnosis FPL berdasar leukopenia dan uji FPV-Ag mempunyai kesesuaian yang baik dengan nilai kesesuaian 0,71. Berdasar penelitian ini disimpulkan bahwa diagnosis FPL berdasar total leukosit dan FPV-Ag mempunyai kesesuaian yang baik, sehingga kedua uji dapat dipakai sebagai dasar diagnosis FPL.
{"title":"Diagnosis Feline Panleukopenia Berdasar Total Leukosit dan Uji Feline Parvovirus-Antigen pada Kucing-Kucing Diare","authors":"Hary Purnamaningsih, Soedarmanto Indarjulianto, Yanuartono Yanuartono, Alfarisa Nururrozi, Irkham Widiyono, Slamet Rahardjo Sri Hartati, Rusmihayati Rusmihayati","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.1.36","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.1.36","url":null,"abstract":"Feline panleukopenia (FPL) adalah salah satu penyakit kucing mematikan yang menyebabkan diare dan leukopenia. Tujuan penelitian ini adalah melakukan diagnosis FPL berdasar total leukosit dan deteksi antigen feline parvovirus (FPV-Ag) pada kucing diare. Penelitian ini menggunakan sampel darah dan swab feses dari 21 kucing yang menunjukkan gejala diare. Total leukosit dihitung dari sampel darah dan adanya antigen FPV dideteksi dari swab feses menggunakan FPV-Ag-kit. Kesesuaian diagnosis FPL berdasar leukopenia dan reaksi positif uji FPV-Ag dibandingkan dengan menggunakan uji kesesuaian Cohen’s Kappa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 14 dari 21 ekor kucing (66,7%) mempunyai total leukosit dibawah normal dan 7 dari 21 ekor kucing (33,3%) mempunyai total leukosit normal. Uji FPV-Ag didapatkan hasil 11 dari 21 ekor kucing (52%) positif dan 10 dari 21 ekor kucing (48%) negatif. Diagnosis FPL berdasar leukopenia dan uji FPV-Ag mempunyai kesesuaian yang baik dengan nilai kesesuaian 0,71. Berdasar penelitian ini disimpulkan bahwa diagnosis FPL berdasar total leukosit dan FPV-Ag mempunyai kesesuaian yang baik, sehingga kedua uji dapat dipakai sebagai dasar diagnosis FPL.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41460952","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-31DOI: 10.19087/jveteriner.2021.22.4.467
H. Darusman, S. Wijaya, A. K. Nasution, E. Iskandar, D. Sajuthi
The current use of thermal imaging has been documented in wild animals due to the benefit for having real-time results with less or almost no restrain or invasive methods required - and this is significant for better well-being. This paper will explore the thermal imaging studies as a part of employing non-invasive methods in evaluating physiological function, in particular with refinement of the methods, followed by further computational analysis of the images to ensure the validity of the methods as predictive tools for pregnancy diagnosis. We conducted refinements in thermal imaging methods and computational analysis of deep learning for pregnancy diagnosis of cynomolgus monkeys (Macaca fascicularis) at breeding facility of The Primate Research Center, LPPM IPB University. Subjects were already identified by ultrasound as pregnant in 80, 120 and 130 days. Thermal images along with the temperature data were obtained from FLIR ONE camera in sedated animals with dorso-ventral recumbence. The temperature data were analyzed with linear regression to correlate the skin temperature and the days of pregnancy to make a prediction of pregnancy days based on temperature data. There is a positive correlation of the temperature to the pregnancy days with a function of temperature to days. Further computational analysis of the thermal image, the results showed that the refined methods and the computational analysis brought better interpretation to evaluate health and reproductive status, in particular with the pregnancy diagnosis.
{"title":"Refinement of Methodology for Better Estimation of Pregnancy Diagnosis in Macaca fascicularis by DeepComputational Analysis of The Thermal Images","authors":"H. Darusman, S. Wijaya, A. K. Nasution, E. Iskandar, D. Sajuthi","doi":"10.19087/jveteriner.2021.22.4.467","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2021.22.4.467","url":null,"abstract":"The current use of thermal imaging has been documented in wild animals due to the benefit for having real-time results with less or almost no restrain or invasive methods required - and this is significant for better well-being. This paper will explore the thermal imaging studies as a part of employing non-invasive methods in evaluating physiological function, in particular with refinement of the methods, followed by further computational analysis of the images to ensure the validity of the methods as predictive tools for pregnancy diagnosis. We conducted refinements in thermal imaging methods and computational analysis of deep learning for pregnancy diagnosis of cynomolgus monkeys (Macaca fascicularis) at breeding facility of The Primate Research Center, LPPM IPB University. Subjects were already identified by ultrasound as pregnant in 80, 120 and 130 days. Thermal images along with the temperature data were obtained from FLIR ONE camera in sedated animals with dorso-ventral recumbence. The temperature data were analyzed with linear regression to correlate the skin temperature and the days of pregnancy to make a prediction of pregnancy days based on temperature data. There is a positive correlation of the temperature to the pregnancy days with a function of temperature to days. Further computational analysis of the thermal image, the results showed that the refined methods and the computational analysis brought better interpretation to evaluate health and reproductive status, in particular with the pregnancy diagnosis.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46851372","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}