Akne vulgaris merupakan penyakit radang kronik folikel pilosebasea yang banyak terjadi pada remaja. Manifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus dan kista. Akne vulgaris merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor genetik, lingkungan, hormon, stres, makanan, trauma, kosmetik, obat, serta defisiensi mineral misalnya seng. Kadar seng berpengaruh pada proses inflamasi, aktivitas Propionibacterium acnes, hiperproliferasi unit pilosebasea, dan produksi sebum yang merupakan patogenesis akne vulgaris. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar seng plasma dengan derajat akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Desain penelitian ini adalah potong lintang analitik. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau berjumlah 35 orang berusia > 18 tahun. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil uji statistik kadar seng plasma dengan derajat akne vulgaris menunjukkan hubungan bermakna (p=0,003) dengan kekuatan korelasi sedang (r=-0,490) antara kadar seng plasma dengan derajat akne vulgaris. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin rendah kadar seng plasma maka semakin berat derajat akne vulgaris yang dialami.Kata kunci: Akne vulgaris, derajat akne vulgaris, kadar seng
{"title":"KORELASI KADAR SENG PLASMA DENGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU","authors":"Alida Widiawaty, Dessi Indah Sari, Sysca Priastiwi","doi":"10.33820/MDVI.V46I2.57","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I2.57","url":null,"abstract":"Akne vulgaris merupakan penyakit radang kronik folikel pilosebasea yang banyak terjadi pada remaja. Manifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus dan kista. Akne vulgaris merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor genetik, lingkungan, hormon, stres, makanan, trauma, kosmetik, obat, serta defisiensi mineral misalnya seng. Kadar seng berpengaruh pada proses inflamasi, aktivitas Propionibacterium acnes, hiperproliferasi unit pilosebasea, dan produksi sebum yang merupakan patogenesis akne vulgaris. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar seng plasma dengan derajat akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Desain penelitian ini adalah potong lintang analitik. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau berjumlah 35 orang berusia > 18 tahun. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil uji statistik kadar seng plasma dengan derajat akne vulgaris menunjukkan hubungan bermakna (p=0,003) dengan kekuatan korelasi sedang (r=-0,490) antara kadar seng plasma dengan derajat akne vulgaris. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin rendah kadar seng plasma maka semakin berat derajat akne vulgaris yang dialami.Kata kunci: Akne vulgaris, derajat akne vulgaris, kadar seng","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74224253","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Thianti Sylviningrum, Flandiana Yogianti, Sunardi Radiono, Y. Wirohadidjojo
Lisat platelet dari platelet rich fibrin (PRF) adalah material berisi growth factors, estradiol (E2), dan leptin. Pada fase ovulasi (FO) dijumpai kadar E2, jumlah platelet, dan leukosit tertinggi, dimana interaksinya dapat menghasilkan growth factors yang meningkatkan aktivitas fibroblas dermis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek lisat platelet dari PRF fase bleeding (FB) dan FO pada aktivitas fibroblas dermis.Biakan fibroblas dermis dibedakan menjadi 3 kelompok, biakan dalam media kultur dan fetal bovine serum (FBS) 1% sebagai kontrol negatif, biakan dalam media kultur dan FBS 10% sebagai kontrol positif. Kelompok perlakuan adalah biakan fibroblas yang diberi lisat platelet dari PRF FB dan FO 10%, 20%, dan 40% selama 72 jam.Perbedaan bermakna (p<0,05) dijumpai pada rerata indeks proliferasi antara kelompok kontrol positif dengan fibroblas terpajan lisat platelet dari PRF FB dan FO 20% dibandingkan dengan kontrol negatif, serta rerata densitas optik (DO) timbunan kolagen dari fibroblas yang diberi lisat platelet dari PRF FB dan FO 20% dibandingkan dengan semua kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) pada rerata indeks proliferasi dan DO timbunan kolagen antara kelompok fibroblas yang terpajan semua konsentrasi lisat platelet dari PRF FB dan FO. Peningkatan aktivitas fibroblas dermis oleh lisat platelet dari PRF FO tidak berbeda dibandingkan dengan lisat platelet dari PRF FB.Kata kunci : lisat platelet, platelet rich fibrin, fase bleeding, fase ovulasi, fibroblas, kolagen
{"title":"PENGARUH LISAT PLATELET FASE SIKLUS MENSTRUASI TERHADAP AKTIVITAS FIBROBLAS KULIT MANUSIA","authors":"Thianti Sylviningrum, Flandiana Yogianti, Sunardi Radiono, Y. Wirohadidjojo","doi":"10.33820/MDVI.V46I1.48","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I1.48","url":null,"abstract":"Lisat platelet dari platelet rich fibrin (PRF) adalah material berisi growth factors, estradiol (E2), dan leptin. Pada fase ovulasi (FO) dijumpai kadar E2, jumlah platelet, dan leukosit tertinggi, dimana interaksinya dapat menghasilkan growth factors yang meningkatkan aktivitas fibroblas dermis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek lisat platelet dari PRF fase bleeding (FB) dan FO pada aktivitas fibroblas dermis.Biakan fibroblas dermis dibedakan menjadi 3 kelompok, biakan dalam media kultur dan fetal bovine serum (FBS) 1% sebagai kontrol negatif, biakan dalam media kultur dan FBS 10% sebagai kontrol positif. Kelompok perlakuan adalah biakan fibroblas yang diberi lisat platelet dari PRF FB dan FO 10%, 20%, dan 40% selama 72 jam.Perbedaan bermakna (p<0,05) dijumpai pada rerata indeks proliferasi antara kelompok kontrol positif dengan fibroblas terpajan lisat platelet dari PRF FB dan FO 20% dibandingkan dengan kontrol negatif, serta rerata densitas optik (DO) timbunan kolagen dari fibroblas yang diberi lisat platelet dari PRF FB dan FO 20% dibandingkan dengan semua kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) pada rerata indeks proliferasi dan DO timbunan kolagen antara kelompok fibroblas yang terpajan semua konsentrasi lisat platelet dari PRF FB dan FO. Peningkatan aktivitas fibroblas dermis oleh lisat platelet dari PRF FO tidak berbeda dibandingkan dengan lisat platelet dari PRF FB.Kata kunci : lisat platelet, platelet rich fibrin, fase bleeding, fase ovulasi, fibroblas, kolagen","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"60 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84924061","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kerion celsi merupakan manifestasi inflamasi pada infeksi dermatofita zoofilik diskalp. Salah satu penyebabnya adalah Trichophyton verrucosum. Imunitas seluler pada pasien imunokompromais terganggu sehingga rentan terinfeksi dermatofita.Pria, 73 tahun mengeluh benjolan bernanah di kepala yang nyeri dan gatal sejak 3 bulan sebelum konsultasi. Pada pemeriksaan dermatologis parietal skalp didapatkan alopesia berbatas tegas dengan boggy eritematosa 5 cm dan pustul folikular. Pemeriksaan dengan lampu Wood tidak menunjukkan fluoresensi. Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 20% didapatkan hifa dan artrokonidia ektotriks. Numerical rating score (NRS) nyeri 8, dan gatal 4. Identifikasi kultur kerokan kulit kepala dan rambut menunjukkan Trichophyton verrucosum. Pasien didiagnosis kerion celsi ,diterapi dengan griseofulvin microsized 20 mg/kg berat badan/hari selama 8 minggu, dan prednison 0,5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari yang kemudian diturunkan perlahan. Ditambahkan krim terbinafine HCL 1 % didahului kompres basah dua kali sehari. Setelah 8 minggu, perbaikan NRS mencapai nol, tanpa efek samping.Kerion celsi seringkali terjadi pada anak, jarang pada dewasa. Pada kasus ini terjadi pada pasien neoplasma berusia lanjut dalam kemoterapi. Usia lanjut, kanker paru, kemoterapi geftinib, diabetes mellitus dan kontak langsung dengan hewan peliharaan merupakan faktor risiko kondisi imunokompromais dan inokulasi patogen sehingga mempermudah dermatofita menginvasi rambut.Kata kunci: kerion celsi, Tricophyton verrucosum, imunokompromais, griseofulvin
{"title":"KERION CELSI YANG DISEBABKAN OLEH TRICOPHYTON VERRUCOSUM PADA PASIEN IMUNOKOMPROMAIS","authors":"N. AlfonsusRendyLaksditalia, S. Basuki","doi":"10.33820/MDVI.V46I1.51","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I1.51","url":null,"abstract":"Kerion celsi merupakan manifestasi inflamasi pada infeksi dermatofita zoofilik diskalp. Salah satu penyebabnya adalah Trichophyton verrucosum. Imunitas seluler pada pasien imunokompromais terganggu sehingga rentan terinfeksi dermatofita.Pria, 73 tahun mengeluh benjolan bernanah di kepala yang nyeri dan gatal sejak 3 bulan sebelum konsultasi. Pada pemeriksaan dermatologis parietal skalp didapatkan alopesia berbatas tegas dengan boggy eritematosa 5 cm dan pustul folikular. Pemeriksaan dengan lampu Wood tidak menunjukkan fluoresensi. Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 20% didapatkan hifa dan artrokonidia ektotriks. Numerical rating score (NRS) nyeri 8, dan gatal 4. Identifikasi kultur kerokan kulit kepala dan rambut menunjukkan Trichophyton verrucosum. Pasien didiagnosis kerion celsi ,diterapi dengan griseofulvin microsized 20 mg/kg berat badan/hari selama 8 minggu, dan prednison 0,5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari yang kemudian diturunkan perlahan. Ditambahkan krim terbinafine HCL 1 % didahului kompres basah dua kali sehari. Setelah 8 minggu, perbaikan NRS mencapai nol, tanpa efek samping.Kerion celsi seringkali terjadi pada anak, jarang pada dewasa. Pada kasus ini terjadi pada pasien neoplasma berusia lanjut dalam kemoterapi. Usia lanjut, kanker paru, kemoterapi geftinib, diabetes mellitus dan kontak langsung dengan hewan peliharaan merupakan faktor risiko kondisi imunokompromais dan inokulasi patogen sehingga mempermudah dermatofita menginvasi rambut.Kata kunci: kerion celsi, Tricophyton verrucosum, imunokompromais, griseofulvin","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80013847","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nekrosis lemak subkutan pada bayi lelaki baru lahir merupakan panikulitis yang jarang terjadi. Kelainan ini dijumpai pada bayi baru lahir (BBL) cukup bulan atau lebih bulan, ditandai dengan nodus atau plak subkutan di area kulit yang terbatas/terlokalisasi. Kutis marmorata fisiologis ditandai oleh “patch” eritematosa yang tersusun retikuler dan membentuk gambaran seperti marmer. Lesi kulit ini merupakan respons vaskular tubuh bayi terhadap suhu dingin. Kondisi ini hilang timbul sesuai perubahan suhu lingkungan. Pada makalah ini dilaporkan satu kasus nekrosis lemak subkutan pada BBL disertai dengan kutis marmorata fisiologis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologis. Faktor risiko yang ditemukan berupa riwayat asfiksia saat lahir dan riwayat preeklamsi berat pada ibu selama hamil. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk meningkatkan kewaspadaan klinisi terhadap kelainan kulit yang mungkin dijumpai pada bayi baru lahir dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam mendiagnosis dan mengelola kasus nekrosis lemak subkutan.Kata kunci: Subcutaneous fat necrosis of the newborn, nekrosis lemak subkutan, kutismarmorata fisiologis
{"title":"NEKROSIS LEMAK SUBKUTAN DENGAN KUTIS MARMORATA FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR","authors":"Tuntas Rayinda, Riska Galvani, Irianiwati, Sunardi Radiono, Tunjung Wibowo, Ekawati Lutfia Haksari, Retno Danarti","doi":"10.33820/MDVI.V46I1.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I1.52","url":null,"abstract":"Nekrosis lemak subkutan pada bayi lelaki baru lahir merupakan panikulitis yang jarang terjadi. Kelainan ini dijumpai pada bayi baru lahir (BBL) cukup bulan atau lebih bulan, ditandai dengan nodus atau plak subkutan di area kulit yang terbatas/terlokalisasi. Kutis marmorata fisiologis ditandai oleh “patch” eritematosa yang tersusun retikuler dan membentuk gambaran seperti marmer. Lesi kulit ini merupakan respons vaskular tubuh bayi terhadap suhu dingin. Kondisi ini hilang timbul sesuai perubahan suhu lingkungan. Pada makalah ini dilaporkan satu kasus nekrosis lemak subkutan pada BBL disertai dengan kutis marmorata fisiologis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologis. Faktor risiko yang ditemukan berupa riwayat asfiksia saat lahir dan riwayat preeklamsi berat pada ibu selama hamil. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk meningkatkan kewaspadaan klinisi terhadap kelainan kulit yang mungkin dijumpai pada bayi baru lahir dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam mendiagnosis dan mengelola kasus nekrosis lemak subkutan.Kata kunci: Subcutaneous fat necrosis of the newborn, nekrosis lemak subkutan, kutismarmorata fisiologis","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78059985","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Metotreksat (MTX) merupakan antagonis asam folat yang umum digunakan sebagai terapi pada berbagai kelainan kulit, namun data mengenai penggunaan MTX pada anak masih sangat terbatas. Berdasarkan studi literatur yang telah kami lakukan, MTX menimbulkan respons klinis yang bagus dan efek samping minimal pada beberapa dermatosis anak, yaitu psoriasis, dermatitis atopik, vaskulitis, skleroderma lokalisata, dermatomiositis juvenilis, pitiriasis likenoides, sarkoidosis, penyakit bulosa autoimun, alopesia areata, dan lupus eritematosus. Secara umum toleransi anak terhadap MTX baik, dan jarang terjadi efek samping serius. Intoleransi gastrointestinal dapat terjadi, dan berespons baik terhadap pengurangan dosis obat. Berbagai pertimbangan harus dilakukan sebelum memulai terapi dengan MTX, antara lain pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, dan fungsi ginjal. Pemantauan terapi berupa biopsi hepar dan pemeriksaan serum type III pro-collagen aminopeptide belum rutin dilakukan. Pada telaah pustaka ini akan diulas tentang farmakologi dan farmakokinetik, mekanisme aksi, efek samping, interaksi, dan pemantauan obat MTX pada dermatosis anak. Diharapkan telaah pustaka ini akan membantu klinisi untuk mempertimbangkan pemilihan MTX dalam menatalaksana kasus-kasus dermatologi anak.Kata kunci: metotreksat, antagonis asam folat, dermatosis anak
方法ksat (MTX)是治疗多种皮肤异常的常用叶酸抗酸,但儿童使用MTX的数据仍然非常有限。根据我们所做的文献研究,MTX对一些儿童皮肤病有很好的临床反应,局部皮炎、血管炎、硬皮病、地方性硬皮病、血吸虫病、肺叶病、肺叶病、红斑狼疮等副作用。一般来说,儿童对MTX的耐受性很好,而且很少有严重的副作用。可能会发生胃肠道不耐受,并能很好地减少药物剂量。MTX在开始治疗前应考虑各种因素,包括全面的血液检查、肝功能和肾功能。对hepar活检和治疗方法hepar III pro collagen amino肽还没有定期进行。对本库的研究将探讨药理学和药理动力学、行动机制、副作用、互动和药物对儿童皮肤病的监测。希望研究这些图书馆将有助于诊所考虑MTX对该儿童皮肤科病例的筛选。关键词:方法追踪器,叶酸磨口,儿童皮肤皮肤病
{"title":"PENGGUNAAN METOTREKSAT PADA DERMATOSIS ANAK","authors":"Dinda Saraswati Murniastuti, Retno Danarti","doi":"10.33820/MDVI.V46I1.53","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I1.53","url":null,"abstract":"Metotreksat (MTX) merupakan antagonis asam folat yang umum digunakan sebagai terapi pada berbagai kelainan kulit, namun data mengenai penggunaan MTX pada anak masih sangat terbatas. Berdasarkan studi literatur yang telah kami lakukan, MTX menimbulkan respons klinis yang bagus dan efek samping minimal pada beberapa dermatosis anak, yaitu psoriasis, dermatitis atopik, vaskulitis, skleroderma lokalisata, dermatomiositis juvenilis, pitiriasis likenoides, sarkoidosis, penyakit bulosa autoimun, alopesia areata, dan lupus eritematosus. Secara umum toleransi anak terhadap MTX baik, dan jarang terjadi efek samping serius. Intoleransi gastrointestinal dapat terjadi, dan berespons baik terhadap pengurangan dosis obat. Berbagai pertimbangan harus dilakukan sebelum memulai terapi dengan MTX, antara lain pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, dan fungsi ginjal. Pemantauan terapi berupa biopsi hepar dan pemeriksaan serum type III pro-collagen aminopeptide belum rutin dilakukan. Pada telaah pustaka ini akan diulas tentang farmakologi dan farmakokinetik, mekanisme aksi, efek samping, interaksi, dan pemantauan obat MTX pada dermatosis anak. Diharapkan telaah pustaka ini akan membantu klinisi untuk mempertimbangkan pemilihan MTX dalam menatalaksana kasus-kasus dermatologi anak.Kata kunci: metotreksat, antagonis asam folat, dermatosis anak","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"162 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78690918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rianyta -, Purwantyastuti -, Sri Linuwih Menaldi, Larisa Paramitha
Injeksi kortikosteroid intralesi telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dalam bidang dermatologi dengan hasil yang bervariasi. Dalam dermatologi biasanya digunakan untuk keloid, dermatosis inflamasi (prurigo nodularis, liken simpleks kronik), alopesia areata, akne vulgaris, dan hemangioma. Berbeda dengan kortikosteroid topikal, pada kortikosteroid intralesi, obat akan melewati penghalang dari stratum korneum yang tebal sehingga menjadi bahan antiinflamasi yang poten. Tujuan injeksi intralesi adalah untuk mencapai konsentrasi obat yang tinggi di lokasi yang sakit dengan absorpsi sistemik minimal, sehingga terhindar dari berbagai efek samping yang berkaitan dengan pemberian sistemik. Kortikosteroid menekan inflamasi dan mitosis, sekaligus meningkatkan vasokonstriksi di daerah lesi. Beberapa efek samping lokal (atrofi kulit, perdarahan, nyeri akibat suntikan, ulserasi, infeksi sekunder, dan reaksi alergi) serta sistemik (supresi sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, hambatan pertumbuhan, sinkop, kebutaan, dan gangguan endokrin) telah dilaporkan akibat injeksi intralesi, tetapi efek samping tersebut jarang terjadi (karena diberikan dalam dosis kecil) atau dapat diterima. Oleh karena itu, injeksi kortikosteroid intralesi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam praktik klinis dermatologi.Kata kunci: dermatologi, injeksi, kortikosteroid intralesi, praktik klinis
{"title":"KORTIKOSTEROID INTRALESI: ASPEK FARMAKOLOGIK DAN PENGGUNAAN KLINIS DI BIDANG DERMATOLOGI","authors":"Rianyta -, Purwantyastuti -, Sri Linuwih Menaldi, Larisa Paramitha","doi":"10.33820/mdvi.v46i1.54","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/mdvi.v46i1.54","url":null,"abstract":"Injeksi kortikosteroid intralesi telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dalam bidang dermatologi dengan hasil yang bervariasi. Dalam dermatologi biasanya digunakan untuk keloid, dermatosis inflamasi (prurigo nodularis, liken simpleks kronik), alopesia areata, akne vulgaris, dan hemangioma. Berbeda dengan kortikosteroid topikal, pada kortikosteroid intralesi, obat akan melewati penghalang dari stratum korneum yang tebal sehingga menjadi bahan antiinflamasi yang poten. Tujuan injeksi intralesi adalah untuk mencapai konsentrasi obat yang tinggi di lokasi yang sakit dengan absorpsi sistemik minimal, sehingga terhindar dari berbagai efek samping yang berkaitan dengan pemberian sistemik. Kortikosteroid menekan inflamasi dan mitosis, sekaligus meningkatkan vasokonstriksi di daerah lesi. Beberapa efek samping lokal (atrofi kulit, perdarahan, nyeri akibat suntikan, ulserasi, infeksi sekunder, dan reaksi alergi) serta sistemik (supresi sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, hambatan pertumbuhan, sinkop, kebutaan, dan gangguan endokrin) telah dilaporkan akibat injeksi intralesi, tetapi efek samping tersebut jarang terjadi (karena diberikan dalam dosis kecil) atau dapat diterima. Oleh karena itu, injeksi kortikosteroid intralesi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam praktik klinis dermatologi.Kata kunci: dermatologi, injeksi, kortikosteroid intralesi, praktik klinis","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"118 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87973213","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodul dengan tempat predileksi di wajah, lengan bagian atas, dada, dan punggung, yang sering terjadi pada remaja serta dewasa muda. Akne vulgaris pada wanita dapat dipengaruhi oleh hormon yaitu pada saat premenstruasi terjadi penurunan hormon estrogen dan peningkatan hormon progesteron yang dapat memperberat akne vulgaris.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fase menstruasi dengan derajat akne vulgaris. Dilakukan penelitian analitik observasional pada 89 mahasiswa yang menderita akne vulgaris. Penilaian derajat akne vulgaris menggunakan kriteria Lehmann saat premenstruasi dan pascamenstruasi. Subjek penelitian terdiri atas remaja usia 17 sampai 21 tahun. Uji Marginal Homogeneity menunjukkan hubungan yang bermakna antara fase menstruasi dengan derajat akne vulgaris dengan nilai p=0,001.Kata Kunci: Akne vulgaris, fase menstruasi, derajat akne vulgaris.
{"title":"PENGARUH FASE MENSTRUASI TERHADAP DERAJAT AKNE VULGARIS MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU","authors":"Alida Widiawaty, Endang H Darmani, Amelinda","doi":"10.33820/MDVI.V46I1.47","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I1.47","url":null,"abstract":"Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodul dengan tempat predileksi di wajah, lengan bagian atas, dada, dan punggung, yang sering terjadi pada remaja serta dewasa muda. Akne vulgaris pada wanita dapat dipengaruhi oleh hormon yaitu pada saat premenstruasi terjadi penurunan hormon estrogen dan peningkatan hormon progesteron yang dapat memperberat akne vulgaris.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fase menstruasi dengan derajat akne vulgaris. Dilakukan penelitian analitik observasional pada 89 mahasiswa yang menderita akne vulgaris. Penilaian derajat akne vulgaris menggunakan kriteria Lehmann saat premenstruasi dan pascamenstruasi. Subjek penelitian terdiri atas remaja usia 17 sampai 21 tahun. Uji Marginal Homogeneity menunjukkan hubungan yang bermakna antara fase menstruasi dengan derajat akne vulgaris dengan nilai p=0,001.Kata Kunci: Akne vulgaris, fase menstruasi, derajat akne vulgaris.","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81843612","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada beberapa keadaan, infeksi dermatofita dapat menyebabkan suatu keadaan infeksi yang luas, khususnya pada pasien imunokompromais, misalnya pada kasus keganasan dan HIV.Seorang perempuan berusia 50 tahun dengan diagnosis Limfoma Non Hodgkin dikonsulkan dari poliklinik Penyakit Dalam dengan lesi berupa plak eritematosa, multipel, berbentuk anular, polisiklik dengan tepi aktif (central healing) pada regio kapitis, fasialis, colli, torakalis, abdominalis, braki dekstra, antebrachii dextra et sinistra, manus dekstra, inguinal, gluteal, dan ekstremitas inferior yang disertai dengan rasa gatal. Pada pasien kemudian dilakukan pemeriksaan KOH 10% didapatkan gambaran struktur jamur berupa hifa dan pemeriksaan biakan ditemukan gambaran Trichophyton rubrum. Pasien diberikan terapi berupa itrakonazol oral sebanyak 2 x 100 mg yang diberikan selama 2 minggu.Pada kasus ini infeksi dermatofita luas terjadi akibat keadaan imunokompromais yang disebabkan oleh Limfoma Non Hodgkin yang diderita oleh pasien maupun akibat kemoterapi. Terapi pilihan pada kasus ini adalah itrakonazol oral yang memberikan hasil sangat baik setelah 2 minggu.Kata kunci: dermatofitosis, imunokompromais, Limfoma Non Hodgkin
在某些情况下,皮肤感染会导致广泛的感染,特别是免疫补充感染患者,如恶性症状和艾滋病毒病例。一位50岁的女性与非霍奇金淋巴瘤诊断的内科诊所dikonsulkan eritematosa斑块、多发性硬化症,形状anular病变多环的边缘活跃(中央治疗)在燃煤kapitis柯林斯fasialis,胸腔、腹braki dekstra, antebrachii dextra et sinistra,马努斯dekstra, 2018、gluteal和下腔静脉的肢体伴随着瘙痒。然后在患者中做了10%的高质量检查,得到了菌丝的真菌结构和三叶虫rubrum的妊娠检查。患者接受口服itrakonazol 2×100毫克的口服itrakonazol治疗,为期两周。在这种病例中,皮肤感染广泛是由于非霍奇金淋巴瘤引起的一种非霍奇金淋巴瘤引起的局部皮肤感染。在这种情况下,首选的治疗方法是口服itrakonazol,两周后效果非常好。关键词:皮肤色素沉着,免疫补充浪漫主义,非霍奇金淋巴瘤
{"title":"DERMATOFITOSIS GENERALISATA PADA PASIEN LIMFOMA NON HODGKIN","authors":"M. K. Wardani, Johan Kartayana","doi":"10.33820/MDVI.V46I1.50","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I1.50","url":null,"abstract":"Pada beberapa keadaan, infeksi dermatofita dapat menyebabkan suatu keadaan infeksi yang luas, khususnya pada pasien imunokompromais, misalnya pada kasus keganasan dan HIV.Seorang perempuan berusia 50 tahun dengan diagnosis Limfoma Non Hodgkin dikonsulkan dari poliklinik Penyakit Dalam dengan lesi berupa plak eritematosa, multipel, berbentuk anular, polisiklik dengan tepi aktif (central healing) pada regio kapitis, fasialis, colli, torakalis, abdominalis, braki dekstra, antebrachii dextra et sinistra, manus dekstra, inguinal, gluteal, dan ekstremitas inferior yang disertai dengan rasa gatal. Pada pasien kemudian dilakukan pemeriksaan KOH 10% didapatkan gambaran struktur jamur berupa hifa dan pemeriksaan biakan ditemukan gambaran Trichophyton rubrum. Pasien diberikan terapi berupa itrakonazol oral sebanyak 2 x 100 mg yang diberikan selama 2 minggu.Pada kasus ini infeksi dermatofita luas terjadi akibat keadaan imunokompromais yang disebabkan oleh Limfoma Non Hodgkin yang diderita oleh pasien maupun akibat kemoterapi. Terapi pilihan pada kasus ini adalah itrakonazol oral yang memberikan hasil sangat baik setelah 2 minggu.Kata kunci: dermatofitosis, imunokompromais, Limfoma Non Hodgkin","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85063301","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lupus pannikulitis (LP), suatu variasi klinis kulit yang jarang pada lupus eritematosus kutan, jarang terjadi pada anak. Perjalanan penyakit lambat sehingga penegakan diagnosis sering terlambat.Anak laki-laki 13 tahun mengeluh area cekung pada wajah sejak usia 11 tahun diikuti cekung pada kepala. Benjolan sewarna kulit pada kedua lengan dirasakan selama 1 bulan. Terdapat atrofi pada kedua pipi dengan tepi lesi dikelilingi bercak merah keunguan. Pada skalp tampak alopesia dengan atrofi multipel, dikelilingi bercak eritematosa di tepinya. Pada kedua lengan atas terdapat nodul subkutan sewarna kulit, multipel, perabaan keras, dan tidak nyeri. Pemeriksaan histopatologis lesi wajah dan skalp dengan pewarnaan HE didapatkan ortokeratosis linear dengan sumbat keratotik pada epidermis. Pada dermis atas terdapat sebukan sel radang didominasi limfosit, dermis tengah kolagenisasi hingga jaringan subkutan, tampak sel radang pada jaringan subkutan septal-lobular dengan dominasi limfosit dan nekrosis lemak. Pewarnaan alcian blue ditemukan deposit musin pada dermis. Lupus band test ditemukan deposit IgG pada membran basalis.Lesi pada LP sulit dibedakan dengan pannikulitis lainnya, misalnya morfea profunda, karena keduanya menujukkan lesi lipoatrofi didahului nodus subkutan. Pannikulitis septal-lobular dan nekrosis lemak dengan deposit musin pada dermis merupakan gambaran histopatologis khas untuk LP. Lupus band test perlu dilakukan untuk membantu membedakan diagnosis LP dengan pannikulitis lainnya.Kata kunci: Lupus pannikulitis, lupus band test.
{"title":"LUPUS PANNIKULITIS PADA ANAK: PENEGAKAN DIAGNOSIS UNTUK KASUS JARANG","authors":"Nadia Akita Dewi, Satiti Retno Pudjiati, Sunardi Radiono, Retno Danarti","doi":"10.33820/MDVI.V46I1.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I1.49","url":null,"abstract":"Lupus pannikulitis (LP), suatu variasi klinis kulit yang jarang pada lupus eritematosus kutan, jarang terjadi pada anak. Perjalanan penyakit lambat sehingga penegakan diagnosis sering terlambat.Anak laki-laki 13 tahun mengeluh area cekung pada wajah sejak usia 11 tahun diikuti cekung pada kepala. Benjolan sewarna kulit pada kedua lengan dirasakan selama 1 bulan. Terdapat atrofi pada kedua pipi dengan tepi lesi dikelilingi bercak merah keunguan. Pada skalp tampak alopesia dengan atrofi multipel, dikelilingi bercak eritematosa di tepinya. Pada kedua lengan atas terdapat nodul subkutan sewarna kulit, multipel, perabaan keras, dan tidak nyeri. Pemeriksaan histopatologis lesi wajah dan skalp dengan pewarnaan HE didapatkan ortokeratosis linear dengan sumbat keratotik pada epidermis. Pada dermis atas terdapat sebukan sel radang didominasi limfosit, dermis tengah kolagenisasi hingga jaringan subkutan, tampak sel radang pada jaringan subkutan septal-lobular dengan dominasi limfosit dan nekrosis lemak. Pewarnaan alcian blue ditemukan deposit musin pada dermis. Lupus band test ditemukan deposit IgG pada membran basalis.Lesi pada LP sulit dibedakan dengan pannikulitis lainnya, misalnya morfea profunda, karena keduanya menujukkan lesi lipoatrofi didahului nodus subkutan. Pannikulitis septal-lobular dan nekrosis lemak dengan deposit musin pada dermis merupakan gambaran histopatologis khas untuk LP. Lupus band test perlu dilakukan untuk membantu membedakan diagnosis LP dengan pannikulitis lainnya.Kata kunci: Lupus pannikulitis, lupus band test.","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"91 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80404116","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tes Tzanck merupakan prosedur sitologi sederhana yang praktis, mudah dilakukan, ekonomis, kurang traumatik dan hasil cepat. Arnault Tzanck pada tahun 1947 pertama kali melakukan metode ini untuk menemukan sel akantolitik pada lesi kulit vesikobulosa, kemudian berkembang dan terbukti bermanfaat membantu diagnosis untuk menegakkan atau menyingkirkan berbagai penyakit kulit, antara lain penyakit infeksi (herpes simpleks dan varisela zoster), autoimun bulosa (terutama Pemfigus vulgaris), dermatitis spongiosis (dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi), tumor kulit (karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa dan penyakit paget) serta genodermatosis. Sebagian besar sensitivitas dan spesifisitas baik dan dipengaruhi oleh jenis penyakit dan awitan lesi kulit. Prosedur pengambilan spesimen berbeda-beda bergantung pada jenis lesi. Bahan apusan difiksasi dan diwarnai, paling sering dengan pewarnaan Giemsa. Tinjauan pustaka ini membahas peran pemeriksaan sitologi tes Tzanck, berbagai pola karakteristik sitologi pada penyakit yang sering dijumpai, serta beberapa petunjuk teknis pengambilan sampel pada setiap jenis lesi dan fiksasi serta pewarnaan secara benar.Kata kunci: Tes Tzanck, sitologi, sel akantolitik
{"title":"TES TZANCK DI BIDANG DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI","authors":"Lusiana, Larisa Paramitha, Rahadi Rihatmadja, Sri Linuwih Menaldi, Shannaz Nadia Yusharyahya","doi":"10.33820/MDVI.V46I1.55","DOIUrl":"https://doi.org/10.33820/MDVI.V46I1.55","url":null,"abstract":"Tes Tzanck merupakan prosedur sitologi sederhana yang praktis, mudah dilakukan, ekonomis, kurang traumatik dan hasil cepat. Arnault Tzanck pada tahun 1947 pertama kali melakukan metode ini untuk menemukan sel akantolitik pada lesi kulit vesikobulosa, kemudian berkembang dan terbukti bermanfaat membantu diagnosis untuk menegakkan atau menyingkirkan berbagai penyakit kulit, antara lain penyakit infeksi (herpes simpleks dan varisela zoster), autoimun bulosa (terutama Pemfigus vulgaris), dermatitis spongiosis (dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi), tumor kulit (karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa dan penyakit paget) serta genodermatosis. Sebagian besar sensitivitas dan spesifisitas baik dan dipengaruhi oleh jenis penyakit dan awitan lesi kulit. Prosedur pengambilan spesimen berbeda-beda bergantung pada jenis lesi. Bahan apusan difiksasi dan diwarnai, paling sering dengan pewarnaan Giemsa. Tinjauan pustaka ini membahas peran pemeriksaan sitologi tes Tzanck, berbagai pola karakteristik sitologi pada penyakit yang sering dijumpai, serta beberapa petunjuk teknis pengambilan sampel pada setiap jenis lesi dan fiksasi serta pewarnaan secara benar.Kata kunci: Tes Tzanck, sitologi, sel akantolitik","PeriodicalId":18377,"journal":{"name":"Media Dermato Venereologica Indonesiana","volume":"78 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91238936","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}