HR Hafiz Ramadhan, LA Lisa Andina, Vebruati Vebruati, Nafila Nafila, K. Yuliana, Duratul Baidah, Novi Puji Lestari
Pulau Kalimantan sangat kaya akan bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, salah satunya adalah Terap (Artocarpus odorratissimus Blanco) karena mengandung metabolit sekunder yang berperan dalam menghasilkan aktivitas biologis. Penelitian lain membuktikan bahwa skrining fitokimia pada bagian daun dan kulit batang Terap yang dimaserasi dengan pelarut etanol 96% dapat menarik lebih banyak metabolit sekunder dibanding pelarut metanol. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan rendemen dari perbandingan rasio jumlah pelarut ekstraksi yang berbeda dan perbedaan hasil skrining fitokimia pada bagian daun, buah, dan kulit buah Terap yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Metode esktraksi simplisia menggunakan maserasi dengan etanol 96% yang pada bagian daun Terap menggunakan rasio pelarut 1:25, sedangkan bagian buah dan kulit buah dengan rasio perbandingan 1:10. Skrining fitokimia meliputi uji fenolik, flavonoid, alkaloid, saponin, dan steroid-triterpenoid. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol 96% daun Terap memiliki % rendemen paling tinggi karena diekstraksi menggunakan jumlah pelarut dengan rasio lebih tinggi, diikuti oleh bagian kulit buah dan buah Terap berturut-turut yaitu 85,64%; 37,23%; dan 25,006%. Hasil skrining fitokimia pada kulit buah memiliki jumlah golongan metabolit sekunder yang sama dengan bagian daun, serta lebih banyak dibandingkan pada bagian buah. Skrining fitokimia dari daun, buah, dan kulit buah Terap yang dimaserasi dengan etanol 96% teridentifikasi lebih banyak mengandung golongan metabolit sekunder meliputi fenol, flavonoid, saponin dan alkaloid, dibanding maserasi menggunakan metanol. Kata kunci: Skrining fitokimia, ekstrak etanol, Terap.
{"title":"PERBANDINGAN RENDEMEN DAN SKRINING FITOKIMIA DARI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN, BUAH DAN KULIT BUAH TERAP (Artocarpus odoratissimus Blanco)","authors":"HR Hafiz Ramadhan, LA Lisa Andina, Vebruati Vebruati, Nafila Nafila, K. Yuliana, Duratul Baidah, Novi Puji Lestari","doi":"10.52434/JFB.V11I2.876","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/JFB.V11I2.876","url":null,"abstract":"Pulau Kalimantan sangat kaya akan bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, salah satunya adalah Terap (Artocarpus odorratissimus Blanco) karena mengandung metabolit sekunder yang berperan dalam menghasilkan aktivitas biologis. Penelitian lain membuktikan bahwa skrining fitokimia pada bagian daun dan kulit batang Terap yang dimaserasi dengan pelarut etanol 96% dapat menarik lebih banyak metabolit sekunder dibanding pelarut metanol. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan rendemen dari perbandingan rasio jumlah pelarut ekstraksi yang berbeda dan perbedaan hasil skrining fitokimia pada bagian daun, buah, dan kulit buah Terap yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Metode esktraksi simplisia menggunakan maserasi dengan etanol 96% yang pada bagian daun Terap menggunakan rasio pelarut 1:25, sedangkan bagian buah dan kulit buah dengan rasio perbandingan 1:10. Skrining fitokimia meliputi uji fenolik, flavonoid, alkaloid, saponin, dan steroid-triterpenoid. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol 96% daun Terap memiliki % rendemen paling tinggi karena diekstraksi menggunakan jumlah pelarut dengan rasio lebih tinggi, diikuti oleh bagian kulit buah dan buah Terap berturut-turut yaitu 85,64%; 37,23%; dan 25,006%. Hasil skrining fitokimia pada kulit buah memiliki jumlah golongan metabolit sekunder yang sama dengan bagian daun, serta lebih banyak dibandingkan pada bagian buah. Skrining fitokimia dari daun, buah, dan kulit buah Terap yang dimaserasi dengan etanol 96% teridentifikasi lebih banyak mengandung golongan metabolit sekunder meliputi fenol, flavonoid, saponin dan alkaloid, dibanding maserasi menggunakan metanol. \u0000 \u0000Kata kunci: Skrining fitokimia, ekstrak etanol, Terap.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128159233","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian menyebutkan bahwa daun buas-buas (Premna serratifolia L.) mengandung senyawa flavonoid yang tinggi, dimana flavonoid diketahui memiliki sifat sebagai antioksidan dan menangkal radikal bebas. Antioksidan untuk perawatan kulit wajah akan lebih baik diformulasikan dalam bentuk topikal dibandingkan dengan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah, salah satunya adalah formulasi sediaan spray gel. Sehingga pada penelitian ini telah dilakukan formulasi dan pengujian sifat fisik sediaan spray gel ekstrak etanol daun buas-buas. Ekstrak etanol daun buas-buas dibuat dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Formulasi sediaan spray gel dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun buas-buas (F1: 1%, F2: 2%, F3: 3%). Spray gel diuji sifat fisik meliputi organoleptik, viskositas, pH, homogenitas, pola penyemprotan, dan daya sebar lekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun buas-buas dapat diformulasikan menjadi sediaan spray gel, dimana ketiga formula spray gel dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun buas-buas 1%, 2% dan 3% menghasilkan sediaan berwarna hijau kecoklatan, berbau khas oleum citri, cairan kental, homogen, memenuhi persyaratan pH, viskositas, pola penyemprotan dan daya sebar lekat. Kata kunci: ekstrak etanol daun buas-buas, sifat fisik, spray gel
{"title":"FORMULASI DAN PENGUJIAN SIFAT FISIK SEDIAAN SPRAY GEL EKSTRAK ETANOL DAUN BUAS-BUAS (PREMNA SERRATIFOLIA L.)","authors":"Weni Puspita, Heny Puspasari, Nindya Aulia Restanti","doi":"10.52434/JFB.V11I2.798","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/JFB.V11I2.798","url":null,"abstract":"Penelitian menyebutkan bahwa daun buas-buas (Premna serratifolia L.) mengandung senyawa flavonoid yang tinggi, dimana flavonoid diketahui memiliki sifat sebagai antioksidan dan menangkal radikal bebas. Antioksidan untuk perawatan kulit wajah akan lebih baik diformulasikan dalam bentuk topikal dibandingkan dengan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah, salah satunya adalah formulasi sediaan spray gel. Sehingga pada penelitian ini telah dilakukan formulasi dan pengujian sifat fisik sediaan spray gel ekstrak etanol daun buas-buas. Ekstrak etanol daun buas-buas dibuat dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Formulasi sediaan spray gel dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun buas-buas (F1: 1%, F2: 2%, F3: 3%). Spray gel diuji sifat fisik meliputi organoleptik, viskositas, pH, homogenitas, pola penyemprotan, dan daya sebar lekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun buas-buas dapat diformulasikan menjadi sediaan spray gel, dimana ketiga formula spray gel dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun buas-buas 1%, 2% dan 3% menghasilkan sediaan berwarna hijau kecoklatan, berbau khas oleum citri, cairan kental, homogen, memenuhi persyaratan pH, viskositas, pola penyemprotan dan daya sebar lekat. \u0000 \u0000Kata kunci: ekstrak etanol daun buas-buas, sifat fisik, spray gel","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"96 12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127992445","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi, yang menempati urutan pertama penyakit pada pasien rawat inap di Jawa Barat. Salah satu tata laksana penyakit ini adalah dengan pemberian antibiotik yang penggunaannya perlu dievaluasi untuk menjamin mutu dan efektivitas terapi demam tifoid, meliputi tepat indikasi, obat, dosis, dan lama penggunaan (4T), serta potensi interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid di Kabupaten Garut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian pada 705 kasus, didapatkan data 96,88% tepat indikasi, 58,27% tepat obat, 63,32% tepat dosis, 49,75% tepat lama pemberian, dan terdapat 2,78% potensi interaksi yang moderat (0,29% secara farmakokinetik dan 2,48% secara farmakodinamik). Antibiotik sefotaksim, seftriakson, dan tiamfenikol merupakan tiga antibiotik terbanyak yang digunakan sebagai pilihan terapi demam tifoid di Kabupaten Garut. Kata kunci: Antibiotik, demam tifoid, evaluasi penggunaan obat, Kabupaten Garut.
{"title":"EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI KABUPATEN GARUT PADA JANUARI-DESEMBER 2017","authors":"Sitti Fatimah Putri Hasyul, Tita Puspitan, Doni Anshar Nuari, Eriyani Putri Muntaqin, Euis Wartini, Mida Yulia Eka","doi":"10.52434/jfb.v10i2.657","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.657","url":null,"abstract":"Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi, yang menempati urutan pertama penyakit pada pasien rawat inap di Jawa Barat. Salah satu tata laksana penyakit ini adalah dengan pemberian antibiotik yang penggunaannya perlu dievaluasi untuk menjamin mutu dan efektivitas terapi demam tifoid, meliputi tepat indikasi, obat, dosis, dan lama penggunaan (4T), serta potensi interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid di Kabupaten Garut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian pada 705 kasus, didapatkan data 96,88% tepat indikasi, 58,27% tepat obat, 63,32% tepat dosis, 49,75% tepat lama pemberian, dan terdapat 2,78% potensi interaksi yang moderat (0,29% secara farmakokinetik dan 2,48% secara farmakodinamik). Antibiotik sefotaksim, seftriakson, dan tiamfenikol merupakan tiga antibiotik terbanyak yang digunakan sebagai pilihan terapi demam tifoid di Kabupaten Garut. \u0000 \u0000Kata kunci: Antibiotik, demam tifoid, evaluasi penggunaan obat, Kabupaten Garut.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"2 9","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121004673","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen senyawa dan mengetahui aktivitas antioksidan, antimikroba minyak atsiri Akar wangi (Vetiveria zizanoides. L). Minyak atsiri diperoleh dengan cara destilasi uap air dianalisis menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM), aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode DPPH serta aktivitas antibakteri ditentukan dengan metode mikrodilusi. Hasil analisis kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM) menunjukan adanya 43 senyawa dengan kandungan utama yaitu sikloisolongifolena (8,27%), 6-Isopropenil-4,8A-Dimetil-3,5,6,7,8,8A-Hexahidrol-1H-Naf (7,20%), delta cadinena (6,29%), aromedenedradiene (5,98%) dan alfa amorpena (5,45%). Aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa minyak atsiri memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 0,515 μg. mL−1. Aktivitas antibakteri menunjukkan aktivitas terhadap bakteri uji Gram positif dan bakteri Gram negativ dengan konsentrasi hambat minimum minyak atsiri berkisar dari 62, 50 μg. mL−1 hingga 4000 μg. mL−1. Kandungan minyak atsiri dari tanaman akar wangi direkomendasikan untuk aktivitas antioksidan dan antibakteri. Kata kunci: Antioksidan, antibakteri, komposisi kimia, akar wangi (Vetiveria zizanoides)
{"title":"KOMPOSISI KIMIA, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides L)","authors":"Diki Prayugo Wibowo, D. Aulifa","doi":"10.52434/jfb.v10i2.655","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.655","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen senyawa dan mengetahui aktivitas antioksidan, antimikroba minyak atsiri Akar wangi (Vetiveria zizanoides. L). Minyak atsiri diperoleh dengan cara destilasi uap air dianalisis menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM), aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode DPPH serta aktivitas antibakteri ditentukan dengan metode mikrodilusi. Hasil analisis kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM) menunjukan adanya 43 senyawa dengan kandungan utama yaitu sikloisolongifolena (8,27%), 6-Isopropenil-4,8A-Dimetil-3,5,6,7,8,8A-Hexahidrol-1H-Naf (7,20%), delta cadinena (6,29%), aromedenedradiene (5,98%) dan alfa amorpena (5,45%). Aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa minyak atsiri memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 0,515 μg. mL−1. Aktivitas antibakteri menunjukkan aktivitas terhadap bakteri uji Gram positif dan bakteri Gram negativ dengan konsentrasi hambat minimum minyak atsiri berkisar dari 62, 50 μg. mL−1 hingga 4000 μg. mL−1. Kandungan minyak atsiri dari tanaman akar wangi direkomendasikan untuk aktivitas antioksidan dan antibakteri. \u0000 \u0000Kata kunci: Antioksidan, antibakteri, komposisi kimia, akar wangi (Vetiveria zizanoides)","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124085164","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Najihudin, S FramestiFrisma, Dolih Ghozali, Selvina Hanifa
Jerawat (acne vulgaris) Jerawat juga merupakan penyakit multifactorial. Pengobatan pasien berjerawat biasanya diberikan terapi antibiotik klindamisin yang dapat menyebabkan infeksi saluran nafas atas. Efek samping yang ditimbulkan tersebut menyebabkan dilakukan pengembangn penelitiaan formulasi anti jerawat dari daun cincau hijau. Basis gel yang digunakan adalah karbopol 940 dengan konsentrasi 1; 1,5 dan 0,75%. Formulasi gel dibuat dengan vareasi konsentrasi ekstrak etanol daun cuncau hijau yaitu 20, 25, dan 30% . Evaluasi terhadap gel meliputi organoleptik, homogenitas, pH, Viskositas, dan daya sebar. Uji iritasi dilakukan terhadap hewan percobaan kelinci dan uji aktivitas antibakteri. Hasil pembuatan basis dipilih basis yang paling stabil dengan konsentrasi carbopol 940 0,75%. Hasil uji iritasi menunjukkan gel yang dibuat tidak menyebabkan iritasi terhadap hewan uji. Hasil uji aktivitas anti bakteri paling baik yaitu pada formulasi 3 dengan konsentasi ekstrak 30% dengan daya hambat 3,5 mm. Formulasi terbaik dan stabil dari hasil evaluasi selama penyimpanan 28 hari adalah formulasi 1.
{"title":"FORMULASI GEL ANTI JERAWAT DARI EKSTRAK ETANOL DAUN CINCAU HIJAU (Premna oblogata Miq)","authors":"A. Najihudin, S FramestiFrisma, Dolih Ghozali, Selvina Hanifa","doi":"10.52434/jfb.v10i2.659","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.659","url":null,"abstract":"Jerawat (acne vulgaris) Jerawat juga merupakan penyakit multifactorial. Pengobatan pasien berjerawat biasanya diberikan terapi antibiotik klindamisin yang dapat menyebabkan infeksi saluran nafas atas. Efek samping yang ditimbulkan tersebut menyebabkan dilakukan pengembangn penelitiaan formulasi anti jerawat dari daun cincau hijau. Basis gel yang digunakan adalah karbopol 940 dengan konsentrasi 1; 1,5 dan 0,75%. Formulasi gel dibuat dengan vareasi konsentrasi ekstrak etanol daun cuncau hijau yaitu 20, 25, dan 30% . Evaluasi terhadap gel meliputi organoleptik, homogenitas, pH, Viskositas, dan daya sebar. Uji iritasi dilakukan terhadap hewan percobaan kelinci dan uji aktivitas antibakteri. Hasil pembuatan basis dipilih basis yang paling stabil dengan konsentrasi carbopol 940 0,75%. Hasil uji iritasi menunjukkan gel yang dibuat tidak menyebabkan iritasi terhadap hewan uji. Hasil uji aktivitas anti bakteri paling baik yaitu pada formulasi 3 dengan konsentasi ekstrak 30% dengan daya hambat 3,5 mm. Formulasi terbaik dan stabil dari hasil evaluasi selama penyimpanan 28 hari adalah formulasi 1.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121751428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan terbesar di Indonesia setelah padi dan jagung. Beberapa penelitian menunjukkan kandungan flavonoid dalam kedelai memberikan perubahan efek profilaktik pada pengobatan menggunakan kedelai, diantaranya menurangi resiko kanker prostat, kanker payudara,dan perkembangan kanker usus besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total flavonoid pada beberapa varietas biji kedelai serta mengetahui variaetas biji kedeai yang memiliki flavonoid tinggi. Penelitian ini dilakukan terhadap Sembilan varietas biji kedelai, yang diekstraksi dengan cara panas. Ekstrak yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer, dan penentuan kadar total flavonoid didasarkan pada kurva kalibrasi kuersetin. Kadar total flavonoid pada Sembilan varietas biji kedelai bervriasi satu sama lain. Kadar total flavonoid tertinggi didapat dari biji kedelai varietas Argomulyo, yaitu 0,354 mg/gram biji kedeai kering. Kata kunci : Kedelai, varietas, flavonoid
{"title":"KADAR TOTAL FLAVONOID PADA BERBAGAI VARIETAS BIJI KEDELAI (Glycine max) INDONESIA","authors":"S. Hasanah, Diki Prayugo, Nitta Nurlita Sari","doi":"10.52434/jfb.v10i2.654","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.654","url":null,"abstract":"Kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan terbesar di Indonesia setelah padi dan jagung. Beberapa penelitian menunjukkan kandungan flavonoid dalam kedelai memberikan perubahan efek profilaktik pada pengobatan menggunakan kedelai, diantaranya menurangi resiko kanker prostat, kanker payudara,dan perkembangan kanker usus besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total flavonoid pada beberapa varietas biji kedelai serta mengetahui variaetas biji kedeai yang memiliki flavonoid tinggi. Penelitian ini dilakukan terhadap Sembilan varietas biji kedelai, yang diekstraksi dengan cara panas. Ekstrak yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer, dan penentuan kadar total flavonoid didasarkan pada kurva kalibrasi kuersetin. Kadar total flavonoid pada Sembilan varietas biji kedelai bervriasi satu sama lain. Kadar total flavonoid tertinggi didapat dari biji kedelai varietas Argomulyo, yaitu 0,354 mg/gram biji kedeai kering. \u0000 \u0000Kata kunci : Kedelai, varietas, flavonoid","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133370890","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Preferensi penggunaan obat herbal meningkat sebagai antiacne untuk melengkapi terapi yang ada. Daun kersen (Muntingia calabura Linn.) berpotensi sebagai antiacne karena memiliki aktivitas antiinflamasi dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk optimasi formulasi emulgel ekstrak daun kersen dan pengujian aktivitasnya sebagai antiacne terhadap P. acnes. KHM dari ekstrak etanol daun kersen ditentukan dengan metode difusi padat. KHM digunakan untuk menentukan kekuatan sediaan emulgel. Optimasi formulasi emulgel dilakukan pada variasi penggunaan Carbopol 940 (0,5; 1,0; dan 1,5%) sebagai gelling agent dan variasi penggunaan konsentrasi ekstrak etanol daun kersen (3; 4,5; dan 6%). Evaluasi sediaan emulgel yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptic, uji homogenitas, pengukuran pH, penentuan viskositas, uji sentrifugasi, uji freeze-thaw, uji daya sebar, dan uji iritasi. Pengujian aktivitas antiacne emulgel dilakukan menggunakan metode difusi agar. Nilai rata-rata zona hambat pertumbuhan bakteri dari sampel uji dibandingkan dengan zona hambat dari gel klindamisin sebagai pembanding. Hasil optimasi menunjukkan formula emulgel F3 dengan penggunaan Carbopol 940 1,5% dan kandungan ekstrak etanol daun kersen 6%. Hasil uji aktivitas antiacne emulgel yang mengandung ekstrak etanol daun kersen dengan konsentrasi 3; 4,5; dan 6% menghasilkan zona hambat pertumbuhan P. acnes dengan diameter 16,12 ± 0,13; 18,20 ± 0,35; dan 19,35 ± 0,28 mm. Kata kunci: Muntingia calabura Linn., Antiacne, Emulgel
{"title":"FORMULASI EMULGEL EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura Linn.) DAN EVALUASI AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIACNE TERHADAP Propionibacterium acnes","authors":"H. Hanifa, E. Díaz, Retty Handayani","doi":"10.52434/jfb.v10i2.656","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.656","url":null,"abstract":"Preferensi penggunaan obat herbal meningkat sebagai antiacne untuk melengkapi terapi yang ada. Daun kersen (Muntingia calabura Linn.) berpotensi sebagai antiacne karena memiliki aktivitas antiinflamasi dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk optimasi formulasi emulgel ekstrak daun kersen dan pengujian aktivitasnya sebagai antiacne terhadap P. acnes. KHM dari ekstrak etanol daun kersen ditentukan dengan metode difusi padat. KHM digunakan untuk menentukan kekuatan sediaan emulgel. Optimasi formulasi emulgel dilakukan pada variasi penggunaan Carbopol 940 (0,5; 1,0; dan 1,5%) sebagai gelling agent dan variasi penggunaan konsentrasi ekstrak etanol daun kersen (3; 4,5; dan 6%). Evaluasi sediaan emulgel yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptic, uji homogenitas, pengukuran pH, penentuan viskositas, uji sentrifugasi, uji freeze-thaw, uji daya sebar, dan uji iritasi. Pengujian aktivitas antiacne emulgel dilakukan menggunakan metode difusi agar. Nilai rata-rata zona hambat pertumbuhan bakteri dari sampel uji dibandingkan dengan zona hambat dari gel klindamisin sebagai pembanding. Hasil optimasi menunjukkan formula emulgel F3 dengan penggunaan Carbopol 940 1,5% dan kandungan ekstrak etanol daun kersen 6%. Hasil uji aktivitas antiacne emulgel yang mengandung ekstrak etanol daun kersen dengan konsentrasi 3; 4,5; dan 6% menghasilkan zona hambat pertumbuhan P. acnes dengan diameter 16,12 ± 0,13; 18,20 ± 0,35; dan 19,35 ± 0,28 mm. \u0000 \u0000Kata kunci: Muntingia calabura Linn., Antiacne, Emulgel","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130083626","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
satu efek buruk dari sinar matahari yaitu merusak kulit. Antioksidan diperlukan untuk meminimalkan kerusakan akibat sinar matahari. Salah satu jenis tanaman yang telah banyak digunakan sebagai antioksidan adalah jeruk keprok, karena mengandung banyak vitamin C dan senyawa flavonoid sebagai agen antioksidan. Pemanfaatan jeruk keprok hanya terbatas pada buah, sedangkan kulitnya hanya merupakan limbah. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan limbah kulit jeruk keprok (Citrus reticulata Blanco.) dari Garut untuk sesuatu yang bermanfaat. Kulit jeruk keprok diekstraksi dengan metode maserasi. Formulasi yang akan dibuat adalah splash mask yang mengandung ekstrak kulit jeruk keprok yang memiliki efek antioksidan. Hasil penelitian ini adalah uji aktivitas antioksidan yang diperoleh nilai IC50 adalah 237.938 ppm, kemudian dibuat splash mask dengan konsentrasi 1000x IC50. Evaluasi yang dilakukan selama 28 hari menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat secara stabil secara farmasetika dengan nilai IC50 244.664 ppm dengan kategori antioksidan sedang. Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan nilai guna kulit jeruk keprok. Kata kunci: antioksidan, Citrus reticulata Blanco. kulit jeruk keprok, splash mask
{"title":"FORMULASI SPLASH MASK KULIT JERUK KEPROK (Citrus reticulata Blanco.) SERTA EFEKNYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN","authors":"F. F. Sriarumtias, Finny Nurul Nafisah, D. Gozali","doi":"10.52434/jfb.v10i2.661","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.661","url":null,"abstract":"satu efek buruk dari sinar matahari yaitu merusak kulit. Antioksidan diperlukan untuk meminimalkan kerusakan akibat sinar matahari. Salah satu jenis tanaman yang telah banyak digunakan sebagai antioksidan adalah jeruk keprok, karena mengandung banyak vitamin C dan senyawa flavonoid sebagai agen antioksidan. Pemanfaatan jeruk keprok hanya terbatas pada buah, sedangkan kulitnya hanya merupakan limbah. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan limbah kulit jeruk keprok (Citrus reticulata Blanco.) dari Garut untuk sesuatu yang bermanfaat. Kulit jeruk keprok diekstraksi dengan metode maserasi. Formulasi yang akan dibuat adalah splash mask yang mengandung ekstrak kulit jeruk keprok yang memiliki efek antioksidan. Hasil penelitian ini adalah uji aktivitas antioksidan yang diperoleh nilai IC50 adalah 237.938 ppm, kemudian dibuat splash mask dengan konsentrasi 1000x IC50. Evaluasi yang dilakukan selama 28 hari menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat secara stabil secara farmasetika dengan nilai IC50 244.664 ppm dengan kategori antioksidan sedang. Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan nilai guna kulit jeruk keprok. \u0000 \u0000Kata kunci: antioksidan, Citrus reticulata Blanco. kulit jeruk keprok, splash mask","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126955567","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Photoaging adalah salah satu faktor ekstrinsik terbesar yang menyebabkan penuaan kulit dini. Penuaan kulit dini ditandai dengan adanya kerutan pada kulit. Gel dengan kandungan antioksidan merupakan salah satu sediaan yang digunakan sebagai kosmetik dalam merawat wajah. Bahan antioksidan banyak terdapat dari alam, salah satunya yang dilaporakan memiliki kadar antioksidan tinggi adalah jeruk nipis. Penelitian ini bersifat true experiment dengan tujuan menghitung angka kerutan pada kulit dengan menggunakan metode video dermatoscope. Hasil pengujian berdasarkan uji stabilitas fisik, formula 1, 2 dan 3 stabil selama penyimpanan. Sedangkan berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan, sediaan dengan antioksidan paling baik adalah formula 3 dengan nilai IC50 sebesar 68,85 ppm yang termasuk pada kategori antioksidan kuat. Hasil pengujian aktivitas anti-wrinkle menunjukkan formula terbaik yaitu formula 3 dapat menurunkan angka kerutan pada kulit responden yaitu dengan angka penurunan nilai entropi sebesar -0,00087. Kata kunci: Anti Wrinkle, Gel, Video Dermatoscope
{"title":"PEMANFAATAN LIMBAH KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DALAM FORMULA SEDIAAN GEL SEBAGAI ANTI-WRINKLE","authors":"N. Auliasari, A. Najihudin, Erni Restuny","doi":"10.52434/jfb.v10i2.658","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.658","url":null,"abstract":"Photoaging adalah salah satu faktor ekstrinsik terbesar yang menyebabkan penuaan kulit dini. Penuaan kulit dini ditandai dengan adanya kerutan pada kulit. Gel dengan kandungan antioksidan merupakan salah satu sediaan yang digunakan sebagai kosmetik dalam merawat wajah. Bahan antioksidan banyak terdapat dari alam, salah satunya yang dilaporakan memiliki kadar antioksidan tinggi adalah jeruk nipis. Penelitian ini bersifat true experiment dengan tujuan menghitung angka kerutan pada kulit dengan menggunakan metode video dermatoscope. Hasil pengujian berdasarkan uji stabilitas fisik, formula 1, 2 dan 3 stabil selama penyimpanan. Sedangkan berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan, sediaan dengan antioksidan paling baik adalah formula 3 dengan nilai IC50 sebesar 68,85 ppm yang termasuk pada kategori antioksidan kuat. Hasil pengujian aktivitas anti-wrinkle menunjukkan formula terbaik yaitu formula 3 dapat menurunkan angka kerutan pada kulit responden yaitu dengan angka penurunan nilai entropi sebesar -0,00087. \u0000 \u0000Kata kunci: Anti Wrinkle, Gel, Video Dermatoscope","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"17 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113933687","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kokristal merupakan cara alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan melarut obat yang sukar larut dalam air dan meningkatkan bioavailabilitas obat yang buruk. Ada berbagai teknik yang dapat dilakukan dalam pembuatan kokristal seperti Hot Melt Extrusion, solvent evaporation, solvent drop grinding, slurry. Nikotinamid telah banyak digunakan sebagai koformer dalam pembentukan ko-kristal. Berdasarkan struktur kimianya, nikotinamid memiliki peluang besar untuk membentuk ko-kristal dengan berbagai macam bahan aktif farmasi. Modifikasi kokristal bahan aktif farmasi juga dapat maningkatkan laju disolusi dari bahan aktif farmasi itu sendiri dibandingkan kecepatan disolusi bahan aktif farmasi murninya Kata kunci: kokristal, nikotinamid, disolusi
{"title":"KO-KRISTAL: NIKOTINAMID SEBAGAI KOFORMER","authors":"Hairunnisa Hairunnisa, Iyan Sopyan, Dolih Gozali","doi":"10.52434/jfb.v10i2.652","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.652","url":null,"abstract":"Kokristal merupakan cara alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan melarut obat yang sukar larut dalam air dan meningkatkan bioavailabilitas obat yang buruk. Ada berbagai teknik yang dapat dilakukan dalam pembuatan kokristal seperti Hot Melt Extrusion, solvent evaporation, solvent drop grinding, slurry. Nikotinamid telah banyak digunakan sebagai koformer dalam pembentukan ko-kristal. Berdasarkan struktur kimianya, nikotinamid memiliki peluang besar untuk membentuk ko-kristal dengan berbagai macam bahan aktif farmasi. Modifikasi kokristal bahan aktif farmasi juga dapat maningkatkan laju disolusi dari bahan aktif farmasi itu sendiri dibandingkan kecepatan disolusi bahan aktif farmasi murninya \u0000 \u0000Kata kunci: kokristal, nikotinamid, disolusi","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125748276","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}