Background: Coronavirus Disease 2019 (Covid 19) has happened declared by WHO a global pandemic. Covid 19 in Indonesia has displayed a type of disease that causes public health emergencies and non-natural disasters, which cause death and considerable economic losses . Objective: This study determined the relationship between student knowledge and attitudes towards selecting health supplements in dealing with Covid 19. Methods: The research has been carried out using a descriptive survey method with a prospective approach. Sampling has been done using a stratified random sampling technique for active students at the Akademi Farmasi Yarsi Pontianak at all levels/semesters. In addition, this research has conducted by giving a questionnaire via a google form. Results: The study obtained was processed with the chi-square analysis test. Results show from the chi-square analysis that there is a relationship between the level of knowledge and attitudes of students towards the selection of health supplements in dealing with Covid 19 in the pandemic era with a value (p-value (0.000) < alpha (0.05) . Conclusion: The analysis results show a relationship between the level of knowledge and student attitudes towards selecting health supplements in the face of Covid 19 in the pandemic era.
{"title":"ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE LEVELS AND STUDENTS ATTITUDES TOWARDS THE SELECTION OF HEALTH SUPPLEMENTS IN FACING COVID 19 IN THE PANDEMIC ERA","authors":"Heny Puspasari, Weni Puspita, S. Sinta","doi":"10.52434/jfb.v13i2.1202","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i2.1202","url":null,"abstract":"Background: Coronavirus Disease 2019 (Covid 19) has happened declared by WHO a global pandemic. Covid 19 in Indonesia has displayed a type of disease that causes public health emergencies and non-natural disasters, which cause death and considerable economic losses . Objective: This study determined the relationship between student knowledge and attitudes towards selecting health supplements in dealing with Covid 19. Methods: The research has been carried out using a descriptive survey method with a prospective approach. Sampling has been done using a stratified random sampling technique for active students at the Akademi Farmasi Yarsi Pontianak at all levels/semesters. In addition, this research has conducted by giving a questionnaire via a google form. Results: The study obtained was processed with the chi-square analysis test. Results show from the chi-square analysis that there is a relationship between the level of knowledge and attitudes of students towards the selection of health supplements in dealing with Covid 19 in the pandemic era with a value (p-value (0.000) < alpha (0.05) . Conclusion: The analysis results show a relationship between the level of knowledge and student attitudes towards selecting health supplements in the face of Covid 19 in the pandemic era.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"295 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122719353","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kurkuminoid berasal dari rimpang kunyit (Curcuma Longa L.) yang memiliki ketiga komponen utama penyusunnya diantaranya kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Secara struktur ketiganya hanya berbeda pada subtituen gugus metoksi, namun mampu memberikan efek biologis yang berbeda. Kurkumin dalam beberapa tahun kebelakang menjadi salah satu target pengembangan penelitian sebagai agen antikanker yang dilakukan terhadap beberapa sel kanker. Namun, kemampuan kurkumin sebagai antikanker menjadi sangat terbatas akibat rendahnya kelarutan kurkumin dalam air, yang mempengaruhi rendahnya penyerapan senyawa kurkumin oleh sel dalam tubuh. Maka dari itu menjadi sangat perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk melihat aktivitas antikanker dari senyawa kurkumin lainnya yaitu demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Rimpang kunyit yang telah dikeringkan kemudian dimaserasi dengan etanol selama 3x24 jam kemudian maserat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak pekat etanol kunyit. Selanjutnya dilakukan partisi dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan n-butanol. Fraksi etil asetat kemudian dipekatkan dan dilakukan berbagai jenis metode pemisahan sehingga didapatkan ketiga senyawa kurkuminoid. Selanjutnya, isolat yang sudah terkarakterisasi di lakukan uji sitotoksik terhadap sel B16-F10 dengan menggunakan Metode Reduksi Resazurin. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan aktivitas penghambatan yang signifikan diantara ketiga isolat. Bisdemetoksikurkumin memiliki aktivitas penghambatan tertinggi dengan nilai IC50 16,20 µg/mL. Setelah itu, demetoksikurkumin dengan nilai IC50 22,59 µg/mL dan yang terakhir adalah kurkumin dengan nilai IC50 152,71 µg/mL.
{"title":"AKTIVITAS ANTIKANKER KURKUMINOID TERHADAP SEL MELANOMA B16-F10","authors":"Sandra Amalia Riyadi, Fajar Fauzi Abdullah, Fitri Fadhilah, Nurul Assidiqiah","doi":"10.52434/jfb.v13i2.1458","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i2.1458","url":null,"abstract":"Kurkuminoid berasal dari rimpang kunyit (Curcuma Longa L.) yang memiliki ketiga komponen utama penyusunnya diantaranya kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Secara struktur ketiganya hanya berbeda pada subtituen gugus metoksi, namun mampu memberikan efek biologis yang berbeda. Kurkumin dalam beberapa tahun kebelakang menjadi salah satu target pengembangan penelitian sebagai agen antikanker yang dilakukan terhadap beberapa sel kanker. Namun, kemampuan kurkumin sebagai antikanker menjadi sangat terbatas akibat rendahnya kelarutan kurkumin dalam air, yang mempengaruhi rendahnya penyerapan senyawa kurkumin oleh sel dalam tubuh. Maka dari itu menjadi sangat perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk melihat aktivitas antikanker dari senyawa kurkumin lainnya yaitu demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Rimpang kunyit yang telah dikeringkan kemudian dimaserasi dengan etanol selama 3x24 jam kemudian maserat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak pekat etanol kunyit. Selanjutnya dilakukan partisi dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan n-butanol. Fraksi etil asetat kemudian dipekatkan dan dilakukan berbagai jenis metode pemisahan sehingga didapatkan ketiga senyawa kurkuminoid. Selanjutnya, isolat yang sudah terkarakterisasi di lakukan uji sitotoksik terhadap sel B16-F10 dengan menggunakan Metode Reduksi Resazurin. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan aktivitas penghambatan yang signifikan diantara ketiga isolat. Bisdemetoksikurkumin memiliki aktivitas penghambatan tertinggi dengan nilai IC50 16,20 µg/mL. Setelah itu, demetoksikurkumin dengan nilai IC50 22,59 µg/mL dan yang terakhir adalah kurkumin dengan nilai IC50 152,71 µg/mL.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"22 11","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114101874","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kelarutan zat aktif yang rendah di dalam air masih menjadi masalah yang banyak dihadapi dalam pengembangan formulasi di dunia farmasi. Ko-amorf merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat di dalam air. Peningkatan kelarutan ini terjadi karena campuran antara zat aktif yang tidak larut air dengan koformer. Terdapat beberapa zat aktif yang dikembangkan dalam formulasi ko-amorf diantaranya; indometasin, naproxen dan karbamazepin dengan penambahan koformer arginin menggunakan metode ball milling. Arginin merupakan asam amino yang bersifat basa dan mempunyai kelarutan yang baik di dalam air. Review artikel ini dilakukan dengan studi literatur dimulai dari pencarian jurnal naisonal maupun internasional berdasarkan kata kunci “Co-amorphous” ”koformer arginine” dan ”Methode Ball Milling” di situs google, sciencedirect, google scholar, dan situs lainnya yang mengakses jurnal penelitian, terbitan 2012-2022 yang terakreditasi atau memiliki ISSN dan E-ISSN. Berdasarkan hasil review diperoleh data bahwa arginin mampu meningkatkan stabiltas dan kelarutan indometasin sebesar 200 kali lipat dari bentuk amorfnya, naproxen sebesar 11 kali lipat dari bentuk kristalnya dan mampu meningkatkan sedikit kelarutan karbamazepin dari bentuk amorfnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arginin sangat berpengaruh dalam pembuatan ko-amorf yaitu mampu meningkatkan kelarutan, besar atau kecilnya peningkatan kelarutan tergantung dari reaksi yang terjadi antara arginin dengan zat aktif yang digunakan.
{"title":"REVIEW PENGARUH KOFORMER ARGININ DALAM PEMBUATAN KO-AMORF DENGAN METODE BALL MILLING","authors":"Sinta Alfina, Aji Najihudin, Nurul Auliasari","doi":"10.52434/jfb.v13i2.2012","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i2.2012","url":null,"abstract":"Kelarutan zat aktif yang rendah di dalam air masih menjadi masalah yang banyak dihadapi dalam pengembangan formulasi di dunia farmasi. Ko-amorf merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat di dalam air. Peningkatan kelarutan ini terjadi karena campuran antara zat aktif yang tidak larut air dengan koformer. Terdapat beberapa zat aktif yang dikembangkan dalam formulasi ko-amorf diantaranya; indometasin, naproxen dan karbamazepin dengan penambahan koformer arginin menggunakan metode ball milling. Arginin merupakan asam amino yang bersifat basa dan mempunyai kelarutan yang baik di dalam air. Review artikel ini dilakukan dengan studi literatur dimulai dari pencarian jurnal naisonal maupun internasional berdasarkan kata kunci “Co-amorphous” ”koformer arginine” dan ”Methode Ball Milling” di situs google, sciencedirect, google scholar, dan situs lainnya yang mengakses jurnal penelitian, terbitan 2012-2022 yang terakreditasi atau memiliki ISSN dan E-ISSN. Berdasarkan hasil review diperoleh data bahwa arginin mampu meningkatkan stabiltas dan kelarutan indometasin sebesar 200 kali lipat dari bentuk amorfnya, naproxen sebesar 11 kali lipat dari bentuk kristalnya dan mampu meningkatkan sedikit kelarutan karbamazepin dari bentuk amorfnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arginin sangat berpengaruh dalam pembuatan ko-amorf yaitu mampu meningkatkan kelarutan, besar atau kecilnya peningkatan kelarutan tergantung dari reaksi yang terjadi antara arginin dengan zat aktif yang digunakan.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114236913","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu upaya peningkatan pengawasan pangan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilakukan melalui Program Intervensi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Program ini diinisiasi oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta. Kondisi pandemi COVID-19 mengakibatkan redefinisi PJAS dan perubahan pola komunikasi, sehingga penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi melalui audit komunikasi untuk menganalisis keberlangsungan program selama masa pandemi COVID-19. Audit komunikasi mencakup sekolah-sekolah yang telah diintervensi pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Provinsi DIY. Audit komunikasi menggunakan mixed methods yaitu studi dokumen, wawancara terstruktur, dan survei dengan kuesioner. Analisis data hasil survei menggunakan perhitungan Skala Likert dengan hasil diterjemahkan berdasarkan dengan analisis interval. Penelitian ini meliputi audit komunikasi internal dan eksternal dengan menggunakan model Evaluasi Komunikasi Keorganisasian atau Organizational Communication Evaluation (OCE), yaitu pemeriksaan dan penilaian atas praktek dan kegiatan-kegiatan komunikasi pada suatu situasi tertentu. Kegiatan komunikasi Program Intervensi Keamanan PJAS terdiri dari Intervensi A, B dan C. Program Intervensi A meliputi advokasi lintas sektor, sosialisasi keamanan pangan, bimbingan teknis keamanan pangan untuk kader keamanan pangan sekolah, pemberian paket edukasi keamanan pangan PJAS, monitoring pemberdayaan keamanan pangan sekolah, sampling dan pengujian PJAS, sertifikasi sekolah dengan PJAS aman dan pengawalan kegiatan PJAS. Intervensi B meliputi sosialisasi PJAS aman dan Intervensi C meliputi pemberian bahan informasi terkait PJAS aman. Hasil penelitian menyatakan bahwa evaluasi berdasarkan aspek komunikasi yaitu pengirim pesan, penerima pesan, pesan, hambatan, dan umpan balik Program Intervensi Keamanan PJAS di Provinsi DIY pada masa pandemi COVID-19 tetap berjalan baik pada tahap input dan output dengan beberapa penyesuaian serta dapat ditingkatkan kembali untuk memperoleh outcome yang optimal. Program dapat terus dilanjutkan, dengan mengoptimalkan pemerataan sasaran setiap kabutapten/kota dan meningkatkan prestasi dalam lomba PJAS tingkat nasional.
{"title":"EVALUASI PROGRAM INTERVENSI KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA","authors":"W. Wulandari, Oke Dwiraswati","doi":"10.52434/jfb.v13i2.1771","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i2.1771","url":null,"abstract":"Salah satu upaya peningkatan pengawasan pangan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilakukan melalui Program Intervensi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Program ini diinisiasi oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta. Kondisi pandemi COVID-19 mengakibatkan redefinisi PJAS dan perubahan pola komunikasi, sehingga penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi melalui audit komunikasi untuk menganalisis keberlangsungan program selama masa pandemi COVID-19. Audit komunikasi mencakup sekolah-sekolah yang telah diintervensi pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Provinsi DIY. Audit komunikasi menggunakan mixed methods yaitu studi dokumen, wawancara terstruktur, dan survei dengan kuesioner. Analisis data hasil survei menggunakan perhitungan Skala Likert dengan hasil diterjemahkan berdasarkan dengan analisis interval. Penelitian ini meliputi audit komunikasi internal dan eksternal dengan menggunakan model Evaluasi Komunikasi Keorganisasian atau Organizational Communication Evaluation (OCE), yaitu pemeriksaan dan penilaian atas praktek dan kegiatan-kegiatan komunikasi pada suatu situasi tertentu. Kegiatan komunikasi Program Intervensi Keamanan PJAS terdiri dari Intervensi A, B dan C. Program Intervensi A meliputi advokasi lintas sektor, sosialisasi keamanan pangan, bimbingan teknis keamanan pangan untuk kader keamanan pangan sekolah, pemberian paket edukasi keamanan pangan PJAS, monitoring pemberdayaan keamanan pangan sekolah, sampling dan pengujian PJAS, sertifikasi sekolah dengan PJAS aman dan pengawalan kegiatan PJAS. Intervensi B meliputi sosialisasi PJAS aman dan Intervensi C meliputi pemberian bahan informasi terkait PJAS aman. Hasil penelitian menyatakan bahwa evaluasi berdasarkan aspek komunikasi yaitu pengirim pesan, penerima pesan, pesan, hambatan, dan umpan balik Program Intervensi Keamanan PJAS di Provinsi DIY pada masa pandemi COVID-19 tetap berjalan baik pada tahap input dan output dengan beberapa penyesuaian serta dapat ditingkatkan kembali untuk memperoleh outcome yang optimal. Program dapat terus dilanjutkan, dengan mengoptimalkan pemerataan sasaran setiap kabutapten/kota dan meningkatkan prestasi dalam lomba PJAS tingkat nasional.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121248541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Doni Anshar Nuari, C. T. Yuniar, Ahmad Jaidi, Siva Hamdani, Genialita Fadhila
Stress is the source of many sociological, medical, and economic problems. Moreover, stresses are known as the etiology of several diseases. Prostaglandins and all four receptors affect the brain, even thought to affect behavior. Hence, the inactivation of cyclooxygenase (COX) causes a decrease in levels of prostaglandins that contribute to stress development, thus decreasing the anxiolytic effect of diazepam. This study aims to see the effect of selective and non-selective COX inhibitors decreasing the Anxiolytic effect of diazepam using the EPM (Elevated Plus Maze) method in male white mice; animals were grouped to use Tragakan 2%, Diazepam 0.065 mg/kg BB and Tragakan 2% after an hour, Diazepam 0.065 mg/kg BB and then an hour later gives Ketoprofen 0.65 mg/kg BB for non-selective COX Inhibitor effect group, Diazepam 0.065 mg/kg BW, and then an hour later gives Celecoxib 0.65 mg/kg BB for group use of selective Cox-2 Inhibitor, test parameter in this study is the duration in open arm. Results showing decreased duration on open arm group has given diazepam combination ketoprofen or celecoxib are different P value <0.05 than diazepam only. Decline duration was highest shown by animals given celecoxib, so that could be stated gift selective COX-2 inhibitors bring down the effect of anxiolytic diazepam bigger.
{"title":"INHIBITION OF SELECTIVE AND NON-SELECTIVE SICLOOXYIGENASE ON ANSIOLITIC EFFECTS INDUCED DIAZEPAM IN MICE","authors":"Doni Anshar Nuari, C. T. Yuniar, Ahmad Jaidi, Siva Hamdani, Genialita Fadhila","doi":"10.52434/jfb.v13i2.1910","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i2.1910","url":null,"abstract":"Stress is the source of many sociological, medical, and economic problems. Moreover, stresses are known as the etiology of several diseases. Prostaglandins and all four receptors affect the brain, even thought to affect behavior. Hence, the inactivation of cyclooxygenase (COX) causes a decrease in levels of prostaglandins that contribute to stress development, thus decreasing the anxiolytic effect of diazepam. This study aims to see the effect of selective and non-selective COX inhibitors decreasing the Anxiolytic effect of diazepam using the EPM (Elevated Plus Maze) method in male white mice; animals were grouped to use Tragakan 2%, Diazepam 0.065 mg/kg BB and Tragakan 2% after an hour, Diazepam 0.065 mg/kg BB and then an hour later gives Ketoprofen 0.65 mg/kg BB for non-selective COX Inhibitor effect group, Diazepam 0.065 mg/kg BW, and then an hour later gives Celecoxib 0.65 mg/kg BB for group use of selective Cox-2 Inhibitor, test parameter in this study is the duration in open arm. Results showing decreased duration on open arm group has given diazepam combination ketoprofen or celecoxib are different P value <0.05 than diazepam only. Decline duration was highest shown by animals given celecoxib, so that could be stated gift selective COX-2 inhibitors bring down the effect of anxiolytic diazepam bigger.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114329642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia terjadi akibat meningkatnya produksi atau menurunnya pembuangan asam urat, atau kombinasi keduanya. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh. Penyakit gout merupakan gangguan inflamasi akut yang ditandai dengan pembengkakan pada sendi disebabkan kadar asam urat yang tinggi (hiperurisemia). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk hiperurisemia adalah daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol dari daun pandan wangi terhadap kadar asam urat darah mencit jantan hiperurisemia.Tiga puluh ekor mencit dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kelompok kontrol negative (diberi jus hati sapi 0,6 ml/20gBB), kelompok kontrol positif (alopurinol 13 mg/kgBB), kelompok dosis 200 mg/kgBB, kelompok dosis 400 mg/kgBB dan kelompok dosis 800 mg/kgBB.Penginduksian hiperurisemia dilakukan dengan menggunakan Makanan Diet Purin tinggi (MDPT) jus hati sapi segar. Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan metode Point of Care Testing (POCT) dengan menggunakan alat digital EasyTouch®GCU. Hasil yang didapat ekstrak etanol dari daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dosis 200mg/kgBB, 400mg/kgBBdan 800 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat darah pada mencit putih jantan secara signifikan (P<0,05). Potensi ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 400 mg/kgbb dan 800 mg/kgBB setara dengan allopurinol dosis 13 mg/kgBB dalam menurunkan kadar asam urat mencit hiperurisemia (P>0,05).
{"title":"AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) PADA MENCIT JANTAN HIPERURISEMIA","authors":"Novia Sinata, Rahma Dona, Muthui’ah Muthui’ah","doi":"10.52434/jfb.v13i2.1223","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i2.1223","url":null,"abstract":"Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia terjadi akibat meningkatnya produksi atau menurunnya pembuangan asam urat, atau kombinasi keduanya. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh. Penyakit gout merupakan gangguan inflamasi akut yang ditandai dengan pembengkakan pada sendi disebabkan kadar asam urat yang tinggi (hiperurisemia). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk hiperurisemia adalah daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol dari daun pandan wangi terhadap kadar asam urat darah mencit jantan hiperurisemia.Tiga puluh ekor mencit dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kelompok kontrol negative (diberi jus hati sapi 0,6 ml/20gBB), kelompok kontrol positif (alopurinol 13 mg/kgBB), kelompok dosis 200 mg/kgBB, kelompok dosis 400 mg/kgBB dan kelompok dosis 800 mg/kgBB.Penginduksian hiperurisemia dilakukan dengan menggunakan Makanan Diet Purin tinggi (MDPT) jus hati sapi segar. Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan metode Point of Care Testing (POCT) dengan menggunakan alat digital EasyTouch®GCU. Hasil yang didapat ekstrak etanol dari daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dosis 200mg/kgBB, 400mg/kgBBdan 800 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat darah pada mencit putih jantan secara signifikan (P<0,05). Potensi ekstrak etanol daun pandan wangi dosis 400 mg/kgbb dan 800 mg/kgBB setara dengan allopurinol dosis 13 mg/kgBB dalam menurunkan kadar asam urat mencit hiperurisemia (P>0,05).","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115399995","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peptic ulcer disease (PUD) is when gastric mucosa gets injured due to the increase of gastric acid and the pepsin enzyme. The common risk factors are the infection of Helicobacter pylori bacteria and the misused of NSAIDs. This review article aims to describe the role of caspase in PUD. Methods used are the selection of articles in PubMed. Caspase is a protease enzyme that plays an apoptotic and inflammatory reaction that can be activated when dimerized or cleaved. Caspase-3, caspase-6, caspase-7, caspase-8, and caspase-9 are divided into two subgroups for the apoptotic group. Caspase-1, caspase 4, and caspase-5 are part of inflammation group. Some compounds can inhibit modulateit. Moreover, most of them work for being inhibitors to avoid PUD. Caspase-1 holds a high responsibility to activate other caspases.
{"title":"CASPASE IN PEPTIC ULCER","authors":"Meigita Indah Farkhani, J. Levita","doi":"10.52434/jfb.v13i2.1266","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i2.1266","url":null,"abstract":"Peptic ulcer disease (PUD) is when gastric mucosa gets injured due to the increase of gastric acid and the pepsin enzyme. The common risk factors are the infection of Helicobacter pylori bacteria and the misused of NSAIDs. This review article aims to describe the role of caspase in PUD. Methods used are the selection of articles in PubMed. Caspase is a protease enzyme that plays an apoptotic and inflammatory reaction that can be activated when dimerized or cleaved. Caspase-3, caspase-6, caspase-7, caspase-8, and caspase-9 are divided into two subgroups for the apoptotic group. Caspase-1, caspase 4, and caspase-5 are part of inflammation group. Some compounds can inhibit modulateit. Moreover, most of them work for being inhibitors to avoid PUD. Caspase-1 holds a high responsibility to activate other caspases.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124183483","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Stress oksidatif adalah kondisi dimana keseimbangan antara oksidan dan antioksidan di dalam tubuh mengalami pergeseran, stress oksidatif dapat mengakibatkan banyak penyakit seperti kanker, asteroklerosis, hipertensi iskemia dan diabetes. Stress oksidatif secara efektif dapat dinetralisir dengan meningkatkan pertahanan selular dalam bentuk antioksidan. Indonesia memiliki berbagai potensi tanaman obat yang kaya akan kandungan antioksidan, diantaranya adalah kayu secang (Caesalpinia sappan) dan temu putih (Curcumma mangga Val). Pada penelitian ini kayu secang dan temu mangga akan dikombinasikan dalam berbagai variasi kombinasi dan diolah menjadi sirup yang kaya akan antioksidan, sirup akan dievaluasi mutunya secara fisika, kimia dan hedonik, serta aktivitas antioksidannya menggunakan metode 2,2’-diphenyl-1-picrylhydrazyl radical (DPPH). Berdasarkan hasil penelitian formula 1 dengan kandungan kayu secang dan temu mangga masing masing sebesar 15% memberikan aktivitas antioksidan terbesar dengan nilai IC50 sebesar 11,298 μg/ml.
{"title":"FORMULASI SIRUP ANTIOKSIDAN DARI KOMBINASI KAYU SECANG (Caesalpinia sappan) DAN TEMU PUTIH (Curcumma mangga Val)","authors":"Trisna Permadi, Rizka Dwi Mulyani, Vivi Laurensia","doi":"10.52434/jfb.v13i2.1453","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i2.1453","url":null,"abstract":"Stress oksidatif adalah kondisi dimana keseimbangan antara oksidan dan antioksidan di dalam tubuh mengalami pergeseran, stress oksidatif dapat mengakibatkan banyak penyakit seperti kanker, asteroklerosis, hipertensi iskemia dan diabetes. Stress oksidatif secara efektif dapat dinetralisir dengan meningkatkan pertahanan selular dalam bentuk antioksidan. Indonesia memiliki berbagai potensi tanaman obat yang kaya akan kandungan antioksidan, diantaranya adalah kayu secang (Caesalpinia sappan) dan temu putih (Curcumma mangga Val). Pada penelitian ini kayu secang dan temu mangga akan dikombinasikan dalam berbagai variasi kombinasi dan diolah menjadi sirup yang kaya akan antioksidan, sirup akan dievaluasi mutunya secara fisika, kimia dan hedonik, serta aktivitas antioksidannya menggunakan metode 2,2’-diphenyl-1-picrylhydrazyl radical (DPPH). Berdasarkan hasil penelitian formula 1 dengan kandungan kayu secang dan temu mangga masing masing sebesar 15% memberikan aktivitas antioksidan terbesar dengan nilai IC50 sebesar 11,298 μg/ml.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130694256","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aztriana Toha, M. ;, Iskandar Zulkarnain, Vina Purnamasari M, Sri Dewi Juwita Abdullah
Obat racikan merupakan obat yang di ubah dari bentuk yang telah ada ke bentuk yang baru serta mencampurkan obat atau bahan aktif menjadi sediaan obat dalam bentuk baru seperti puyer. Masih banyaknya minat peresepan resep racikan terutama dalam bentuk puyer di temukan baik puskesamas ataupunrumah sakit. Proses peracikan dan pencampuran obat yang telah ada dapat mempengaruhi dari segi stabilitas dan kompatibilitas suatu sediaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian farmasetik dari segi stabilitas dan kompatibilitas apakah berpotensi terjadi instabilitas dan inkompatibilitas di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar selam periode Januari 2019-Februari 2020. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif, data yang diambil semua resep racikan anak dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dengan mengkaji 32 lembar resep racikan anak, bentuk sediaan yang sering diracik adalah tablet dengan menghasilkan bentuk racikan puyer, Berdasarkan kesesuaian farmasetik stabilitas terjadi potensi instabilitas berupa higroskopisitas, hidrolisis dan oksidasi, obat pada resep ada beberapa berpotensi mengalami instabilitas yaitu Ambroksol (27,53%), Amoksisilin (2,17%), Setirisin (13,76%), Chloramphenicol maleat (9,42%), Deksametason(11,59%), Parasetamol (4,38%), Salbutamol (13,04%), Tremenza (1,44%), Vitamin B comp (4,34%) dan Vitamin C (6,52%). sedangkan untuk segi kompatibilitas tidak di temukan pada sampel penelitian ini yang berpotensi terjadi inkompatibilitas
{"title":"KESESUAIAN RESEP RACIKAN NON STERIL ANAK DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR: STUDI KOMPATIBILITAS DAN STABILITAS","authors":"Aztriana Toha, M. ;, Iskandar Zulkarnain, Vina Purnamasari M, Sri Dewi Juwita Abdullah","doi":"10.52434/jfb.v13i1.1160","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i1.1160","url":null,"abstract":"Obat racikan merupakan obat yang di ubah dari bentuk yang telah ada ke bentuk yang baru serta mencampurkan obat atau bahan aktif menjadi sediaan obat dalam bentuk baru seperti puyer. Masih banyaknya minat peresepan resep racikan terutama dalam bentuk puyer di temukan baik puskesamas ataupunrumah sakit. Proses peracikan dan pencampuran obat yang telah ada dapat mempengaruhi dari segi stabilitas dan kompatibilitas suatu sediaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian farmasetik dari segi stabilitas dan kompatibilitas apakah berpotensi terjadi instabilitas dan inkompatibilitas di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar selam periode Januari 2019-Februari 2020. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif, data yang diambil semua resep racikan anak dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dengan mengkaji 32 lembar resep racikan anak, bentuk sediaan yang sering diracik adalah tablet dengan menghasilkan bentuk racikan puyer, Berdasarkan kesesuaian farmasetik stabilitas terjadi potensi instabilitas berupa higroskopisitas, hidrolisis dan oksidasi, obat pada resep ada beberapa berpotensi mengalami instabilitas yaitu Ambroksol (27,53%), Amoksisilin (2,17%), Setirisin (13,76%), Chloramphenicol maleat (9,42%), Deksametason(11,59%), Parasetamol (4,38%), Salbutamol (13,04%), Tremenza (1,44%), Vitamin B comp (4,34%) dan Vitamin C (6,52%). sedangkan untuk segi kompatibilitas tidak di temukan pada sampel penelitian ini yang berpotensi terjadi inkompatibilitas","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128036558","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Herbs have been widely used empirically in preventing and treating diseases, one of which is a common cold. The use of herbs obtained from previous generations that are passed down orally can inhibit its development so that knowledge about traditional medicine needs to be documented and inventoried. This article review aims to examine and find out scientific information on the use of medicinal plants in treating the common cold. The research method used is a literature study obtained both offline and online such as books and original research articles published in SINTA accredited national journals and reputable international journals that have been published in the last 10 years. The results show that from the various plants used empirically, preclinical tests have been carried out. A total of 196 plants have been used empirically to treat the common cold, 5 plants have been tested for expectorant activity, 2 plants have been tested for antitussive activity, 3 plants have been tested for antipyretic activity, 3 plants have been tested for analgesic activity and 1 plant has been tested for anti-allergic activity. From several plants that have been tested for their activity, there are a total of 10 plants that have been tested for their acute toxicity. “Meniran” (Phyllanthus niruri L.) was the best herb to treat the common cold because of having proven to have expectorant, antitussive, analgesic effects and has been tested for acute toxicity test.
{"title":"ARTICLE REVIEW: HERBS FOR COMMON COLD TREATMENT","authors":"Lifia Bogha Riswanto, E. Sukandar, Atun Qowiyyah","doi":"10.52434/jfb.v13i1.1465","DOIUrl":"https://doi.org/10.52434/jfb.v13i1.1465","url":null,"abstract":"Herbs have been widely used empirically in preventing and treating diseases, one of which is a common cold. The use of herbs obtained from previous generations that are passed down orally can inhibit its development so that knowledge about traditional medicine needs to be documented and inventoried. This article review aims to examine and find out scientific information on the use of medicinal plants in treating the common cold. The research method used is a literature study obtained both offline and online such as books and original research articles published in SINTA accredited national journals and reputable international journals that have been published in the last 10 years. The results show that from the various plants used empirically, preclinical tests have been carried out. A total of 196 plants have been used empirically to treat the common cold, 5 plants have been tested for expectorant activity, 2 plants have been tested for antitussive activity, 3 plants have been tested for antipyretic activity, 3 plants have been tested for analgesic activity and 1 plant has been tested for anti-allergic activity. From several plants that have been tested for their activity, there are a total of 10 plants that have been tested for their acute toxicity. “Meniran” (Phyllanthus niruri L.) was the best herb to treat the common cold because of having proven to have expectorant, antitussive, analgesic effects and has been tested for acute toxicity test.","PeriodicalId":197039,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Farmako Bahari","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130884885","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}