Pub Date : 2022-08-29DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.8691
S. Damayanti, Vanya Maharani, M. Singgih, B. Permana, A. B. Mahardhika, Defri Rizaldi, R. Hartati, I. Wibowo
Tofu is a food product that is easily contaminated by microbial due to its water content. Some bacteria that usually grow in tofu are Escherichia coli, Bacillus cereus, or Staphylococcus aureus. Preservatives are added to solve the common storage problem. However, some manufacturers use hazardous substances, such as formalin or other chemical substances, as a preservative. Tiwai onion (Sisyrinchium palmifolium L.) is a plant that grows in Borneo and has a broad range of antibacterial activity. This study aimed to examine the activity and effectiveness of Sisyrinchium palmifolium extract as a preservative in tofu. Sisyrinchium palmifolium was extracted using the maceration method with ethanol three times. The concentrated ethanol extract has a 5% water content and was used for the next step. According to the Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI method), the test was done with agar diffusion and broth microdilution methods. The test solution was diluted using DMSO 5% as the solvent, and tetracycline HCl solution as a positive control was diluted using NaCl 0.9%. Agar diffusion method was done with Sisyrinchium palmifolium ethanol extract 10000 μg/mL and tetracycline HCl 50 μg/mL. The microdilution method was done with Sisyrinchium palmifolium ethanol extract with an initial concentration of 40000 μg/mL and tetracycline HCl 2000 μg/mL. The results showed that Sisyrinchium palmifolium ethanolic extract has antibacterial activity with the minimum inhibitory concentration value of 5000 μg / mL. Then, the effectivity of concentrated ethanol extract of Sisyrinchium palmifolium as a preservative in tofu was tested by determining Total Plate Count at an incubation temperature of 37, 25, and 4 °C in comparison to potassium sorbate as control. Furthermore, organoleptic evaluation was observed at 25 and 4 °C. The results showed that Sisyrinchium palmifolium ethanolic extract was effective as an alternative preservative for tofu at a concentration of 5000 μg/mL. In conclusion, ethanolic extract of Sisyrinchium palmifolium could serve as a novel candidate and effective preservative in tofu.
{"title":"Ethanolic Sisyrinchium palmifolium L. Extract as Natural Preservative for Indonesian Tofu Preparation","authors":"S. Damayanti, Vanya Maharani, M. Singgih, B. Permana, A. B. Mahardhika, Defri Rizaldi, R. Hartati, I. Wibowo","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.8691","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.8691","url":null,"abstract":"Tofu is a food product that is easily contaminated by microbial due to its water content. Some bacteria that usually grow in tofu are Escherichia coli, Bacillus cereus, or Staphylococcus aureus. Preservatives are added to solve the common storage problem. However, some manufacturers use hazardous substances, such as formalin or other chemical substances, as a preservative. Tiwai onion (Sisyrinchium palmifolium L.) is a plant that grows in Borneo and has a broad range of antibacterial activity. This study aimed to examine the activity and effectiveness of Sisyrinchium palmifolium extract as a preservative in tofu. Sisyrinchium palmifolium was extracted using the maceration method with ethanol three times. The concentrated ethanol extract has a 5% water content and was used for the next step. According to the Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI method), the test was done with agar diffusion and broth microdilution methods. The test solution was diluted using DMSO 5% as the solvent, and tetracycline HCl solution as a positive control was diluted using NaCl 0.9%. Agar diffusion method was done with Sisyrinchium palmifolium ethanol extract 10000 μg/mL and tetracycline HCl 50 μg/mL. The microdilution method was done with Sisyrinchium palmifolium ethanol extract with an initial concentration of 40000 μg/mL and tetracycline HCl 2000 μg/mL. The results showed that Sisyrinchium palmifolium ethanolic extract has antibacterial activity with the minimum inhibitory concentration value of 5000 μg / mL. Then, the effectivity of concentrated ethanol extract of Sisyrinchium palmifolium as a preservative in tofu was tested by determining Total Plate Count at an incubation temperature of 37, 25, and 4 °C in comparison to potassium sorbate as control. Furthermore, organoleptic evaluation was observed at 25 and 4 °C. The results showed that Sisyrinchium palmifolium ethanolic extract was effective as an alternative preservative for tofu at a concentration of 5000 μg/mL. In conclusion, ethanolic extract of Sisyrinchium palmifolium could serve as a novel candidate and effective preservative in tofu.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73103016","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-26DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.12827
H. Fitri, Catur Okta Pamungkasih
Tisane merupakan suatu istilah yang merujuk pada teh herbal, yaitu sediaan teh yang terbuat dari satu bagian atau campuran simplisia yang umumnya dibuat dengan cara diseduh dengan air panas ataupun direbus sebagai minuman kesehatan atau untuk pengobatan. Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan, proses preparasi yang berbeda dalam pembuatan beberapa jenis tisane dapat mempengaruhi kandungan senyawa aktif dan aktifitas antioksidannya. Wedang uwuh merupakan salah satu jenis tisane asli dari Indonesia yang telah diketahui kaya akan rempah dan senyawa antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa proses preparasi tisane wedang uwuh terhadap kandungan senyawa polifenolnya, serta aktifitas penangkap radikal bebasnya. Uji kandungan senyawa aktif dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteau dan metode kolorimetri AlCl3. Sedangkan uji aktifitas penangkap radikal bebasnya menggunakan metode DPPH. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa preparasi tisane dengan metode panas dapat meningkatkan kandungan senyawa polifenolnya. Namun tidak terdapat korelasi yang positif antara tingginya kandungan senyawa polifenol dalam tisane uji dengan aktifitas penangkap radikal bebasnya.
{"title":"Pengaruh Proses Pembuatan Tisane “Wedang Uwuh” terhadap Kandungan Polifenol dan Aktifitas Penangkap Radikal Bebasnya","authors":"H. Fitri, Catur Okta Pamungkasih","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.12827","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.12827","url":null,"abstract":"Tisane merupakan suatu istilah yang merujuk pada teh herbal, yaitu sediaan teh yang terbuat dari satu bagian atau campuran simplisia yang umumnya dibuat dengan cara diseduh dengan air panas ataupun direbus sebagai minuman kesehatan atau untuk pengobatan. Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan, proses preparasi yang berbeda dalam pembuatan beberapa jenis tisane dapat mempengaruhi kandungan senyawa aktif dan aktifitas antioksidannya. Wedang uwuh merupakan salah satu jenis tisane asli dari Indonesia yang telah diketahui kaya akan rempah dan senyawa antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa proses preparasi tisane wedang uwuh terhadap kandungan senyawa polifenolnya, serta aktifitas penangkap radikal bebasnya. Uji kandungan senyawa aktif dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteau dan metode kolorimetri AlCl3. Sedangkan uji aktifitas penangkap radikal bebasnya menggunakan metode DPPH. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa preparasi tisane dengan metode panas dapat meningkatkan kandungan senyawa polifenolnya. Namun tidak terdapat korelasi yang positif antara tingginya kandungan senyawa polifenol dalam tisane uji dengan aktifitas penangkap radikal bebasnya.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"74 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74159479","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.10381
Normaidah Normaidah, Dina Rahmawanty, Samsul Hadi, M. Fitriana, Aditya Maulana Perdana Putra, Alya Agustiya, Siti Sarah
Losion pemutih dan serum pencerah wajah merupakan produk perawatan kulit yang diharapkan dapat membuat penampilan menjadi cantik dan menarik. Kandungan vitamin C dalam sediaan kosmetik dapat membantu mencerahkan warna kulit. Produk kosmetik pencerah yang beredar di masyarakat kebanyakan menambahkan label vitamin C di kemasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dalam sediaan losion dan serum. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis pada dua sampel losion dengan label vitamin C (sampel A dan B), satu sampel serum dengan klaim mengandung vitamin C (sampel C), serta satu serum yang tidak mengandung vitamin C (sampel D). Kurva baku yang didapatkan dengan seri konsentrasi 3,6; 5,5; 7,2; 9,0; 11; 12,6; dan 14 bpj pada panjang gelombang 266 nm, yaitu y = 0,0735x + 0,0072 dengan nilai r = 0,9957 (r2 = 0,9915). Hasil penelitan menunjukkan kandungan vitamin C sesuai dengan label yang tertera pada kemasan. Sampel A, B, dan C mengandung vitamin C dengan kadar masing-masing 15,44±1,21; 69,91±1,75; dan 55,32±0,56 bpj, serta sampel D tidak mengandung vitamin C.
{"title":"Determinasi Vitamin C dalam Sediaan Losion Pemutih dan Serum Pencerah Wajah secara Spektrofotometer UV","authors":"Normaidah Normaidah, Dina Rahmawanty, Samsul Hadi, M. Fitriana, Aditya Maulana Perdana Putra, Alya Agustiya, Siti Sarah","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.10381","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.10381","url":null,"abstract":"Losion pemutih dan serum pencerah wajah merupakan produk perawatan kulit yang diharapkan dapat membuat penampilan menjadi cantik dan menarik. Kandungan vitamin C dalam sediaan kosmetik dapat membantu mencerahkan warna kulit. Produk kosmetik pencerah yang beredar di masyarakat kebanyakan menambahkan label vitamin C di kemasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dalam sediaan losion dan serum. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis pada dua sampel losion dengan label vitamin C (sampel A dan B), satu sampel serum dengan klaim mengandung vitamin C (sampel C), serta satu serum yang tidak mengandung vitamin C (sampel D). Kurva baku yang didapatkan dengan seri konsentrasi 3,6; 5,5; 7,2; 9,0; 11; 12,6; dan 14 bpj pada panjang gelombang 266 nm, yaitu y = 0,0735x + 0,0072 dengan nilai r = 0,9957 (r2 = 0,9915). Hasil penelitan menunjukkan kandungan vitamin C sesuai dengan label yang tertera pada kemasan. Sampel A, B, dan C mengandung vitamin C dengan kadar masing-masing 15,44±1,21; 69,91±1,75; dan 55,32±0,56 bpj, serta sampel D tidak mengandung vitamin C.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"2018 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87476027","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.11804
Rahmi Muthia, Wahyudin Bin Jamaludin, Helmina Wati, K. Kartini, Yatasya Salsabila
Salah satu tanaman dari Kalimantan yaitu bawang dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) secara empiris dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Umbi bawang dayak diketahui mempunyai senyawa marker golongan naftokuinon yaitu elecanacin, eleutherin, eleutherol dan eleutherinon. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis secara kualitatif golongan kuinon dan mengetahui kadar total naftokuinon ekstrak etanol 96% umbi bawang dayak. Metode pengujian kualitatif golongan kuinon menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase gerak kloroform:metanol (8:2) dan penampak bercak KOH 10%. Penetapan kadar naftokuinon dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan pembanding Lawsone. Hasil KLT menunjukkan terdapat senyawa kuinon yang ditunjukkan dengan terbentuk noda berwarna coklat pada plat KLT. Kadar naftokuinon yaitu 212,345 µgLE/mg. Kesimpulan penelitian yaitu ekstrak etanol 96% umbi bawang dayak terbukti memiliki senyawa naftokuinon.
{"title":"Analisis Kualitatif dan Penetapan Kadar Total Naftokuinon Ekstrak Etanol 96% Umbi Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.)","authors":"Rahmi Muthia, Wahyudin Bin Jamaludin, Helmina Wati, K. Kartini, Yatasya Salsabila","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.11804","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.11804","url":null,"abstract":"Salah satu tanaman dari Kalimantan yaitu bawang dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) secara empiris dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Umbi bawang dayak diketahui mempunyai senyawa marker golongan naftokuinon yaitu elecanacin, eleutherin, eleutherol dan eleutherinon. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis secara kualitatif golongan kuinon dan mengetahui kadar total naftokuinon ekstrak etanol 96% umbi bawang dayak. Metode pengujian kualitatif golongan kuinon menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase gerak kloroform:metanol (8:2) dan penampak bercak KOH 10%. Penetapan kadar naftokuinon dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan pembanding Lawsone. Hasil KLT menunjukkan terdapat senyawa kuinon yang ditunjukkan dengan terbentuk noda berwarna coklat pada plat KLT. Kadar naftokuinon yaitu 212,345 µgLE/mg. Kesimpulan penelitian yaitu ekstrak etanol 96% umbi bawang dayak terbukti memiliki senyawa naftokuinon.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75483110","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.10219
E. R. Amanda, Anisa Suci Rosmawati, Lilik Nurfadlilah, G. Buono, Yani Ambari
A facile sample preparation method based on silica dispersive solid-phase extraction combination with spectrophotometer UV-Vis for the extraction of allopurinol in herbal medicine was successfully developed. Silica was used as a solid sorbent. The extraction process was carried out by inserting and dispersing silicas in a 30 mL sample solution that contained allopurinol, then stirred using a hot plate stirrer. At the end of the extraction process, silicas were collected and desorbed using ethanol by utilizing a vortex. The desorption solution was analyzed by spectrophotometer UV-Vis at a maximum wavelength of 250 nm. Several essential parameters such as silica mass, extraction time, desorption time, and pH of sample solution were optimized. The results showed that the optimum extraction condition was achieved: silica mass. 0.8 grams; extraction time, 45 minutes; desorption time, 2 minutes; and pH of sample solution, pH 7. The optimum extraction condition was then applied for the standard curve and analyzed of allopurinol in herbal medicine samples. The results of the method validation method were obtained the correlation coefficient (R2), 0.9961; the detection limit, 0.6871 ppm; the quantitation limit, 2.2902 ppm, the percent of recovery (% R) in the range of 96.42-110.25%, percent coefficient of variation (% CV) in the range of 0.0361- 0.1322%. The application method in 3 real samples showed that the concentrations of allopurinol were 56.0221 ppm, 54.8706 ppm, and 63.6719 ppm, respectively. The values of % R in the analysis of real samples by using the spiking method were obtained in the range of 49.52-89.74%.
{"title":"Method Validation of Silica Dispersive Solid Phase Extraction Combined with Spectrophotometer UV-Vis for the Determination of Allopurinol in Herbal Medicine","authors":"E. R. Amanda, Anisa Suci Rosmawati, Lilik Nurfadlilah, G. Buono, Yani Ambari","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.10219","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.10219","url":null,"abstract":"A facile sample preparation method based on silica dispersive solid-phase extraction combination with spectrophotometer UV-Vis for the extraction of allopurinol in herbal medicine was successfully developed. Silica was used as a solid sorbent. The extraction process was carried out by inserting and dispersing silicas in a 30 mL sample solution that contained allopurinol, then stirred using a hot plate stirrer. At the end of the extraction process, silicas were collected and desorbed using ethanol by utilizing a vortex. The desorption solution was analyzed by spectrophotometer UV-Vis at a maximum wavelength of 250 nm. Several essential parameters such as silica mass, extraction time, desorption time, and pH of sample solution were optimized. The results showed that the optimum extraction condition was achieved: silica mass. 0.8 grams; extraction time, 45 minutes; desorption time, 2 minutes; and pH of sample solution, pH 7. The optimum extraction condition was then applied for the standard curve and analyzed of allopurinol in herbal medicine samples. The results of the method validation method were obtained the correlation coefficient (R2), 0.9961; the detection limit, 0.6871 ppm; the quantitation limit, 2.2902 ppm, the percent of recovery (% R) in the range of 96.42-110.25%, percent coefficient of variation (% CV) in the range of 0.0361- 0.1322%. The application method in 3 real samples showed that the concentrations of allopurinol were 56.0221 ppm, 54.8706 ppm, and 63.6719 ppm, respectively. The values of % R in the analysis of real samples by using the spiking method were obtained in the range of 49.52-89.74%.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"105 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80800513","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.10841
Arfiani Arifin, Nurul Jummah, M. Arifuddin
Daun teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) diketahui mengandung polifenol yang mampu bertindak sebagai fotoprotektif, antipenuaan, antioksidan, antiinflamasi, dan antikarsinogen. Penggunaan daun teh hijau agar mudah diaplikasikan ke kulit dapat dibuat menjadi sediaan krim. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan emulgator perpaduan asam stearat dan trietanolamin terhadap sifat fisik krim dan mengetahui formula terbaik krim ekstrak etanol daun teh hijau. Krim diformulasi dengan kombinasi asam stearat dan trietanolamin, yaitu F1 (7% : 2%), F2 (10% : 3%), F3 (13% : 4%). Ekstrak daun teh hijau diperoleh melalui ekstraksi metode maserasi dengan etanol 70%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perpaduan asam stearat dan trietanolamin memengaruhi bentuk sediaan, viskositas, daya sebar, dan pH sediaan krim. Semua formula menunjukkan warna hijau kecoklatan, bentuk setengah padat, bau khas, dan homogen sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat. Viskositas berkisar antara 7383–9116 cps sebelum penyimpanan dan 7100–9500 cps setelah penyimpanan, daya sebar berkisar antara 5,50–7,23 cm sebelum penyimpanan dan 5,33–7,00 cm setelah penyimpanan, pH berkisar antara 6,60–7,20 sebelum penyimpanan dan 7,30–7,70 setelah penyimpanan. Formulasi terbaik yang diperoleh adalah F3 (asam stearat 13% dan trietanolamin 4%).
{"title":"Formulasi dan Evaluasi Krim Daun Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) dengan Kombinasi Emulgator","authors":"Arfiani Arifin, Nurul Jummah, M. Arifuddin","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.10841","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.10841","url":null,"abstract":"Daun teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) diketahui mengandung polifenol yang mampu bertindak sebagai fotoprotektif, antipenuaan, antioksidan, antiinflamasi, dan antikarsinogen. Penggunaan daun teh hijau agar mudah diaplikasikan ke kulit dapat dibuat menjadi sediaan krim. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan emulgator perpaduan asam stearat dan trietanolamin terhadap sifat fisik krim dan mengetahui formula terbaik krim ekstrak etanol daun teh hijau. Krim diformulasi dengan kombinasi asam stearat dan trietanolamin, yaitu F1 (7% : 2%), F2 (10% : 3%), F3 (13% : 4%). Ekstrak daun teh hijau diperoleh melalui ekstraksi metode maserasi dengan etanol 70%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perpaduan asam stearat dan trietanolamin memengaruhi bentuk sediaan, viskositas, daya sebar, dan pH sediaan krim. Semua formula menunjukkan warna hijau kecoklatan, bentuk setengah padat, bau khas, dan homogen sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat. Viskositas berkisar antara 7383–9116 cps sebelum penyimpanan dan 7100–9500 cps setelah penyimpanan, daya sebar berkisar antara 5,50–7,23 cm sebelum penyimpanan dan 5,33–7,00 cm setelah penyimpanan, pH berkisar antara 6,60–7,20 sebelum penyimpanan dan 7,30–7,70 setelah penyimpanan. Formulasi terbaik yang diperoleh adalah F3 (asam stearat 13% dan trietanolamin 4%).","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"46 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85233854","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.12436
Adrianto Dimas, Kumala Shirly, Indrawati Teti
Jerawat merupakan suatu kelainan kulit yang salah satunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acne. Herba meniran (Phyllanthus niruri L.) dan daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, triterpenoid, saponin, polifenol dan metabolit sekunder lainnya. Secara tradisional herba meniran dan daun sirsak tanaman yang berkhasiat sebagai Obat jerawat. Tujuan penelitian ini dilakukan dengan cara uji efektifitas antijerawat dari kombinasi ekstrak herba meniran dan daun sirsak dengan konsentrasi ekstrak yang paling baik sebagai antibakteri penyebab jerawat agar didapatkan efek sinergi sehingga bisa memperkuat kerja antibakteri dan memformulasi sediaan gel obat jerawat dengan bahan aktif kombinasi ekstrak herba meniran dan daun sirsak yang efektif sebagai antijerawat terhadap bakteri P. acne dan S. aureus. Metode Penelitian ini dilakukan penelitian eksperimen dengan menentukan efektifitas antijerawat dari kombinasi ekstrak meniran dan daun sirsak menggunakan metode difusi agar cakram terhadap bakteri P. acne dan S. aureus, dilanjutkan dengan pembuatan gel kombinasi ekstrak meniran dan daun sirsak. Evaluasi terhadap sediaan gel meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar, iritasi dan aktifitas antibakteri sediaan gel. Berdasarkan hasil penelitian sediaan gel ektrak daun sirsak dan herba meniran memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri P. acne dan S. aureus terbaik di konsentrasi (3% : 4,5%) dengan DDH P. acne sebesar 32±0,07 mm dan S. aureus 21±0,28 mm termasuk kategori sangat kuat. Sediaan gel ekstrak daun sirsak dan meniran dapat memenuhi parameter fisika dan kimia sediaan gel serta stabil selama 12 minggu pada suhu penyimpanan 4oC, suhu 27oC dan suhu 40oC.
{"title":"Uji Efektifitas Gel Antijerawat Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)","authors":"Adrianto Dimas, Kumala Shirly, Indrawati Teti","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.12436","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.12436","url":null,"abstract":"Jerawat merupakan suatu kelainan kulit yang salah satunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acne. Herba meniran (Phyllanthus niruri L.) dan daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, triterpenoid, saponin, polifenol dan metabolit sekunder lainnya. Secara tradisional herba meniran dan daun sirsak tanaman yang berkhasiat sebagai Obat jerawat. Tujuan penelitian ini dilakukan dengan cara uji efektifitas antijerawat dari kombinasi ekstrak herba meniran dan daun sirsak dengan konsentrasi ekstrak yang paling baik sebagai antibakteri penyebab jerawat agar didapatkan efek sinergi sehingga bisa memperkuat kerja antibakteri dan memformulasi sediaan gel obat jerawat dengan bahan aktif kombinasi ekstrak herba meniran dan daun sirsak yang efektif sebagai antijerawat terhadap bakteri P. acne dan S. aureus. Metode Penelitian ini dilakukan penelitian eksperimen dengan menentukan efektifitas antijerawat dari kombinasi ekstrak meniran dan daun sirsak menggunakan metode difusi agar cakram terhadap bakteri P. acne dan S. aureus, dilanjutkan dengan pembuatan gel kombinasi ekstrak meniran dan daun sirsak. Evaluasi terhadap sediaan gel meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar, iritasi dan aktifitas antibakteri sediaan gel. Berdasarkan hasil penelitian sediaan gel ektrak daun sirsak dan herba meniran memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri P. acne dan S. aureus terbaik di konsentrasi (3% : 4,5%) dengan DDH P. acne sebesar 32±0,07 mm dan S. aureus 21±0,28 mm termasuk kategori sangat kuat. Sediaan gel ekstrak daun sirsak dan meniran dapat memenuhi parameter fisika dan kimia sediaan gel serta stabil selama 12 minggu pada suhu penyimpanan 4oC, suhu 27oC dan suhu 40oC.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75008520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.12693
Faizal Hermanto, Ita Nur Anisa, Sri Wahyuningsih, F. Alatas, S. Suryani, R. Rachmawan, Fahmy Ahsanul Haq, Fizqi Adhary
Malaria dapat menyebabkan disfungsi multi organ yang dikaitkan oleh respon inflamasi yang dipicu salah satunya produksi mediator inflamasi yang dikeluarkan dari eritrosit terinfeksi yang lisis. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya resveratrol memiliki aktivitas farmakologi seperti imunomodulator, kardioprotektif, antiinflamasi, antioksidan, dan antimalaria. Tujuan dari penelitian ini mengevaluasi pengaruh resveratrol terhadap organ mencit yang terinfeksi malaria Plasmodium berghei ANKA. Mencit swiss webster yang telah terinfeksi P. berghei dikelompokan secara acak dan diberikan resveratrol 25, 50, 100 mg/kg bb secara per oral selama tujuh hari. Parameter pengamatan meliputi indeks organ dan histopatologi organ hati, limpa serta ginjal. Hasil menunjukan resveratrol pada dosis 25, 50, 100 mg/kg bb memiliki nilai indeks organ limpa, hati, dan ginjal yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P<0,05). Sedangkan hasil pengamatan histologi limpa, hati, dan ginjal pada mencit yang diberikan resveratrol berbagai dosis menunjukan adanya perbaikan sel. Resveratrol pada dosis 25, 50, 100 mg/kg bb mempengaruhi terhadap indeks organ mencit yang terinfeksi P. berghei dan merupakan salah satu indikator bahwa resveratrol dapat mengurangi komplikasi malaria.
{"title":"Aktivitas Antiplasmodium dan Pengaruh Resveratrol terhadap Indeks Organ Mencit yang Terinfeksi Plasmodium berghei ANKA","authors":"Faizal Hermanto, Ita Nur Anisa, Sri Wahyuningsih, F. Alatas, S. Suryani, R. Rachmawan, Fahmy Ahsanul Haq, Fizqi Adhary","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.12693","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.12693","url":null,"abstract":"Malaria dapat menyebabkan disfungsi multi organ yang dikaitkan oleh respon inflamasi yang dipicu salah satunya produksi mediator inflamasi yang dikeluarkan dari eritrosit terinfeksi yang lisis. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya resveratrol memiliki aktivitas farmakologi seperti imunomodulator, kardioprotektif, antiinflamasi, antioksidan, dan antimalaria. Tujuan dari penelitian ini mengevaluasi pengaruh resveratrol terhadap organ mencit yang terinfeksi malaria Plasmodium berghei ANKA. Mencit swiss webster yang telah terinfeksi P. berghei dikelompokan secara acak dan diberikan resveratrol 25, 50, 100 mg/kg bb secara per oral selama tujuh hari. Parameter pengamatan meliputi indeks organ dan histopatologi organ hati, limpa serta ginjal. Hasil menunjukan resveratrol pada dosis 25, 50, 100 mg/kg bb memiliki nilai indeks organ limpa, hati, dan ginjal yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P<0,05). Sedangkan hasil pengamatan histologi limpa, hati, dan ginjal pada mencit yang diberikan resveratrol berbagai dosis menunjukan adanya perbaikan sel. Resveratrol pada dosis 25, 50, 100 mg/kg bb mempengaruhi terhadap indeks organ mencit yang terinfeksi P. berghei dan merupakan salah satu indikator bahwa resveratrol dapat mengurangi komplikasi malaria.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"52 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89580823","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyakit Parkinson adalah penyakit yang prevalensinya terus meningkat seiring peningkatan usia harapan hidup. Penemuan obat baru yang memiliki aktivitas lebih kuat dengan resiko efek samping yang lebih rendah masih menjadi tantangan tersendiri. Senyawa turunan 4-(3-nitrophenyl)-thiazol-2-ylhydrazone diketahui aktif sebagai inhibitor monoamin oxidase B (MAO-B). MAO-B merupakan target kerja penting dalam pengobatan Parkinson. Penelitian ini dilakukan untuk mendapat senyawa turunan baru yang diprediksi memiliki aktivitas lebih baik sebagai inhibitor MAO-B. 34 senyawa turunan 4-(3-nitrophenyl)-thiazol-2-ylhydrazone dipilih sebagai training set dan test set. Metode Hansch digunakan dalam studi ini. Model HKSA yang valid selanjutnya digunakan sebagai acuan desain senyawa turunan baru dan memprediksi aktivitasnya. Studi dilanjutkan dengan penambatan molekul untuk melihat interaksi dan afinitas senyawa baru pada enzim target tersebut. Studi HKSA ini melibatkan deskriptor 1 dan 2 dimensi. Model HKSA yang valid adalah [pIC50]Pred = (2,210120) +(0,208611xLog_S) +(-0,024341xMW ) + (-0,000002xE_Potential) +(0,237454xRMS) +(-0,012968xE_termal). Kriteria statistik pada model tersebut adalah R=0,967; R2=0,949; Fhitung/Ftabel= 25,627; dan q2 = 0,869. Berdasarkan model HKSA tersebut dihasilkan 17 senyawa turunan baru yang diprediksi lebih aktif dibandingkan senyawa dalam training set dan test set. 8 senyawa baru diprediksi memberikan afinitas yang lebih baik pada MAO-B berdasarkan studi penambatan molekul, yaitu: SB1, SB9, SB11, SB12, SB14, SB15, SB17 dan SB18.
{"title":"Studi HKSA Senyawa Turunan 4-(3-nitrophenyl)-thyazol-2-ylhidrazone sebagai Inhibitor Monoamin Oksidase B","authors":"Purwaniati Purwaniati, Fahmi Imanulloh, Aiyi Asnawi","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.8780","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.8780","url":null,"abstract":"Penyakit Parkinson adalah penyakit yang prevalensinya terus meningkat seiring peningkatan usia harapan hidup. Penemuan obat baru yang memiliki aktivitas lebih kuat dengan resiko efek samping yang lebih rendah masih menjadi tantangan tersendiri. Senyawa turunan 4-(3-nitrophenyl)-thiazol-2-ylhydrazone diketahui aktif sebagai inhibitor monoamin oxidase B (MAO-B). MAO-B merupakan target kerja penting dalam pengobatan Parkinson. Penelitian ini dilakukan untuk mendapat senyawa turunan baru yang diprediksi memiliki aktivitas lebih baik sebagai inhibitor MAO-B. 34 senyawa turunan 4-(3-nitrophenyl)-thiazol-2-ylhydrazone dipilih sebagai training set dan test set. Metode Hansch digunakan dalam studi ini. Model HKSA yang valid selanjutnya digunakan sebagai acuan desain senyawa turunan baru dan memprediksi aktivitasnya. Studi dilanjutkan dengan penambatan molekul untuk melihat interaksi dan afinitas senyawa baru pada enzim target tersebut. Studi HKSA ini melibatkan deskriptor 1 dan 2 dimensi. Model HKSA yang valid adalah [pIC50]Pred = (2,210120) +(0,208611xLog_S) +(-0,024341xMW ) + (-0,000002xE_Potential) +(0,237454xRMS) +(-0,012968xE_termal). Kriteria statistik pada model tersebut adalah R=0,967; R2=0,949; Fhitung/Ftabel= 25,627; dan q2 = 0,869. Berdasarkan model HKSA tersebut dihasilkan 17 senyawa turunan baru yang diprediksi lebih aktif dibandingkan senyawa dalam training set dan test set. 8 senyawa baru diprediksi memberikan afinitas yang lebih baik pada MAO-B berdasarkan studi penambatan molekul, yaitu: SB1, SB9, SB11, SB12, SB14, SB15, SB17 dan SB18.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82004950","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.30595/pharmacy.v19i1.12223
Wahyu Utaminigrum, Ika Puspitasari, Ida Safitri Laksanawati, Endang Lukitaningsih
Antibiotik merupakan obat yang banyak diresepkan. Penggunaannya yang tidak tepat dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan toksistas obat serta dapat memperpanjang lama perawatan dan menambah biaya pengobatan. Penggunaan antibiotik pada pasien anak membutuhkan perhatian khusus karena beresiko mengalami Adverse Drug Reactions (ADRs). Antibiotik aminoglikosida merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi saluran kemih, sepsis dan pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik aminoglikosida pada pasien anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pengambilan data secara retrospektif. Pelaksanaan penelitian dengan ethical approval dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito. Sampel penelitian adalah pasien anak yang mendapatkan terapi antibiotik aminoglikosida amikasin dan gentamisin selama tahun 2020. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien terbanyak adalah pasien usia 0-12 bulan dengan jenis kelamin laki-laki. Sebanyak 66 % merupakan pasien rujukan, 35,4 % mendapatkan perawatan ≤ 10 hari, 66,2 % luaran terapi membaik dan diizinkan pulang berdasarkan keputusan dokter. Terapi antibiotik yang diperoleh sebanyak 63,1 % adalah terapi empiris, 48,4% mendapatkan antibiotik selama ≥ 6 hari. Jenis antibiotik terbanyak yang digunakan adalah kombinasi antibiotik ampisilin dan gentamisin sesuai dengan pedoman terapi.
{"title":"Penggunaan Antibiotika Aminoglikosida pada Pasien Anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta","authors":"Wahyu Utaminigrum, Ika Puspitasari, Ida Safitri Laksanawati, Endang Lukitaningsih","doi":"10.30595/pharmacy.v19i1.12223","DOIUrl":"https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.12223","url":null,"abstract":"Antibiotik merupakan obat yang banyak diresepkan. Penggunaannya yang tidak tepat dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan toksistas obat serta dapat memperpanjang lama perawatan dan menambah biaya pengobatan. Penggunaan antibiotik pada pasien anak membutuhkan perhatian khusus karena beresiko mengalami Adverse Drug Reactions (ADRs). Antibiotik aminoglikosida merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi saluran kemih, sepsis dan pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik aminoglikosida pada pasien anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pengambilan data secara retrospektif. Pelaksanaan penelitian dengan ethical approval dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Catatan Medik RSUP Dr. Sardjito. Sampel penelitian adalah pasien anak yang mendapatkan terapi antibiotik aminoglikosida amikasin dan gentamisin selama tahun 2020. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien terbanyak adalah pasien usia 0-12 bulan dengan jenis kelamin laki-laki. Sebanyak 66 % merupakan pasien rujukan, 35,4 % mendapatkan perawatan ≤ 10 hari, 66,2 % luaran terapi membaik dan diizinkan pulang berdasarkan keputusan dokter. Terapi antibiotik yang diperoleh sebanyak 63,1 % adalah terapi empiris, 48,4% mendapatkan antibiotik selama ≥ 6 hari. Jenis antibiotik terbanyak yang digunakan adalah kombinasi antibiotik ampisilin dan gentamisin sesuai dengan pedoman terapi.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"35 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91190330","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}