Informasi genetik kambing Senduro dan PE (Peranakan Etawa) yang berada di BBIB Singosari merupakan kambing lokal asal Jawa Timur, Indonesia yang digunakan dalam program breeding, khususnya untuk produksi semen beku untuk inseminasi buatan masih sangat terbatas. Perlu dilakukan analisa molekuler untuk menseleksi pejantan yang akan digunakan untuk produksi semen beku salah satunya dengan ilmu biologi molekuler. Penelitian tentang keragaman genetik dilakukan dengan menggunakan DNA mitokondria (mtDNA). Cytochrome b (Cyt-b) merupakan salah satu mtDNA yang memiliki laju mutasi yang sedang dan memiliki posisi sekuens nukleutida yang dipertahankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui susunan nukleutida kambing Senduro dan PE berdasarkan genotip mtDNA. Sampel yang digunakan berupa whole blood dari enam ekor kambing Senduro, dan tiga ekor kambing PE yang berasal dari BBIB Singosari, Malang, Jawa Timur. Sampel whole blood diisolasi dengan Blood DNA Preparation Kit by Jena Bioscience. Primer yang digunakan yaitu primer Forward (Cytb_F) 5’GCAATTGCCATAGTCCACCT’3 dan Reverse (Cytb_R) 5’GGATTTGCCGGG GTATAGTT’3. Hasil PCR disekuensing dengan metode Sanger. Analisa sekuen gen dilakukan menggunakan software MEGA-X. Penyejajaran pairwise distance menunjukkan terdapat perbedaan basa nukleutida pada kambing Senduro dan PE. Sampel SE1 mengalami missense mutation, dan sampel SE2, SE3, SE4, SE5, SE6, PE1, PE2, PE3 mengalami frameshift mutation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik kambing Senduro dan PE yang dibandingkan dengan database NCBI Capra hircus: D8420.1 tergolong tinggi.
{"title":"Variasi Genetik Kambing Senduro dan Peranakan Etawa (PE) Berdasarkan Sekuen Gen CYT-B (Cytochrome-B) Dengan Metode Polymerase Chain Reaction","authors":"Rizka Gitta Almaida, Yudit Oktanella, Gatot Ciptadi","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.3","url":null,"abstract":"Informasi genetik kambing Senduro dan PE (Peranakan Etawa) yang berada di BBIB Singosari merupakan kambing lokal asal Jawa Timur, Indonesia yang digunakan dalam program breeding, khususnya untuk produksi semen beku untuk inseminasi buatan masih sangat terbatas. Perlu dilakukan analisa molekuler untuk menseleksi pejantan yang akan digunakan untuk produksi semen beku salah satunya dengan ilmu biologi molekuler. Penelitian tentang keragaman genetik dilakukan dengan menggunakan DNA mitokondria (mtDNA). Cytochrome b (Cyt-b) merupakan salah satu mtDNA yang memiliki laju mutasi yang sedang dan memiliki posisi sekuens nukleutida yang dipertahankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui susunan nukleutida kambing Senduro dan PE berdasarkan genotip mtDNA. Sampel yang digunakan berupa whole blood dari enam ekor kambing Senduro, dan tiga ekor kambing PE yang berasal dari BBIB Singosari, Malang, Jawa Timur. Sampel whole blood diisolasi dengan Blood DNA Preparation Kit by Jena Bioscience. Primer yang digunakan yaitu primer Forward (Cytb_F) 5’GCAATTGCCATAGTCCACCT’3 dan Reverse (Cytb_R) 5’GGATTTGCCGGG GTATAGTT’3. Hasil PCR disekuensing dengan metode Sanger. Analisa sekuen gen dilakukan menggunakan software MEGA-X. Penyejajaran pairwise distance menunjukkan terdapat perbedaan basa nukleutida pada kambing Senduro dan PE. Sampel SE1 mengalami missense mutation, dan sampel SE2, SE3, SE4, SE5, SE6, PE1, PE2, PE3 mengalami frameshift mutation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik kambing Senduro dan PE yang dibandingkan dengan database NCBI Capra hircus: D8420.1 tergolong tinggi.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"34 1","pages":"102-110"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81003487","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-15DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.5
S. Maylinda, Nafilah Nur Wahyuni
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efek musim dan bobot sapi saat melahirkan pada bobot lahir anak sapi Brahman Cross. Materi penelitian adalah 100 ekor sapi Brahman Cross dan 100 ekor anak sapi Brahman Cross. Metode penelitian adalah metode studi kasus dengan pengamatan langsung kondisi lapang. Variabel penelitian adalah musim di Lampung, bobot badan sapi, dan bobot lahir anak sapi. Data dianalisis menggunakan korelasi dan analisis regresi linear sederhana dan uji t. Penelitian menunjukkan bahwa bobot sapi memiliki hubungan yang sangat signifikan (p <0,01) dengan bobot lahir yang dikoreksi dan bobot lahir anak sapi Brahman Cross yang tidak dikoreksi. Persamaan regresi linear antara bobot sapi dan bobot lahir yang dikoreksi ditunjukkan Y = 10,65±0,04X dengan koefisien korelasi 0,597 dan 0,357 untuk koefisien penentuan. Persamaan regresi linear antara bobot sapi dan bobot lahir yang tidak dikoreksi ditunjukkan Y = 9,83±0,04X dengan koefisien korelasi 0,579 dan 0,335 untuk koefisien penentuan. Hasil analisis uji T menunjukkan bahwa bobot lahir anak sapi jantan dan betina tidak berbeda secara signifikan. Bobot lahir pada musim hujan dan musim kemarau tidak berbeda secara signifikan. Dapat disimpulkan bahwa musim dan bobot sapi tidak berpengaruh pada berat lahir anak sapi Brahman Cross.
{"title":"Pengaruh Musim dan Bobot Badan Induk Terhadap Bobot Lahir Pedet Sapi Brahman Cross di PT. Karunia Alam Sentosa Abadi (Kasa) Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah","authors":"S. Maylinda, Nafilah Nur Wahyuni","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.5","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efek musim dan bobot sapi saat melahirkan pada bobot lahir anak sapi Brahman Cross. Materi penelitian adalah 100 ekor sapi Brahman Cross dan 100 ekor anak sapi Brahman Cross. Metode penelitian adalah metode studi kasus dengan pengamatan langsung kondisi lapang. Variabel penelitian adalah musim di Lampung, bobot badan sapi, dan bobot lahir anak sapi. Data dianalisis menggunakan korelasi dan analisis regresi linear sederhana dan uji t. Penelitian menunjukkan bahwa bobot sapi memiliki hubungan yang sangat signifikan (p <0,01) dengan bobot lahir yang dikoreksi dan bobot lahir anak sapi Brahman Cross yang tidak dikoreksi. Persamaan regresi linear antara bobot sapi dan bobot lahir yang dikoreksi ditunjukkan Y = 10,65±0,04X dengan koefisien korelasi 0,597 dan 0,357 untuk koefisien penentuan. Persamaan regresi linear antara bobot sapi dan bobot lahir yang tidak dikoreksi ditunjukkan Y = 9,83±0,04X dengan koefisien korelasi 0,579 dan 0,335 untuk koefisien penentuan. Hasil analisis uji T menunjukkan bahwa bobot lahir anak sapi jantan dan betina tidak berbeda secara signifikan. Bobot lahir pada musim hujan dan musim kemarau tidak berbeda secara signifikan. Dapat disimpulkan bahwa musim dan bobot sapi tidak berpengaruh pada berat lahir anak sapi Brahman Cross.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"57 1","pages":"223-230"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75114104","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-15DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.1
Doni Herviyanto, Kuswati Kuswati, Gatot Ciptadi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sapi Madura betina tipe taccek berbagai umur. Penelitian dilakukan di wilayah sumber bibit sapi Madura yang berada di Kecamatan Pasean dan Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur. Penelitian dimulai tanggal 1 Desember sampai 30 Desember 2019. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah sapi Madura betina tipe taccek berbagai umur berdasarkan PI (Permanent incicivi) sebanyak 110 ekor dengan rincian PI0 22 ekor, PI2 10 ekor, PI4 25 ekor, PI6 19 ekor dan PI8 34 ekor. Metode penelitian yang digunakan adalah survei di lapangan dengan pengambilan datasecara purposive sampling. Data statistik vitaldihitung nilai rataan dan standar deviasinya, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan ANOVA satu arah (one way anova) dan dilanjutkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk membedakan 2 rataan. Data fenotip dianalisis secara deskriptif dan diamati proporsi fenotipnya. Hasil penelitian disimpulkan bahwa seiring bertambahnya umur sapi taccek maka panjang kepala, lebar kepala, bobot badan, panjang badan dan lingkar dada ukuranya bertambah. Ukuran tinggi gumba dan tinggi pinggul juga bertambah mulai PI0, PI2, PI4, sampaiPI6,namun mengalami penurunan pada PI8. Sapi taccek memiliki ciri fenotip yang spesifik yaitu bentuk mata sipit dengan garis lingkar mata hitam, bentuk telinga kecil, tanduk melengkung ke atas, berpunuk, mempunyai gelambir dan rambut ekor berwarna hitam.
{"title":"Identifikasi Karakteristik Sapi Betina Madura Tipe Taccek","authors":"Doni Herviyanto, Kuswati Kuswati, Gatot Ciptadi","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.1","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sapi Madura betina tipe taccek berbagai umur. Penelitian dilakukan di wilayah sumber bibit sapi Madura yang berada di Kecamatan Pasean dan Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur. Penelitian dimulai tanggal 1 Desember sampai 30 Desember 2019. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah sapi Madura betina tipe taccek berbagai umur berdasarkan PI (Permanent incicivi) sebanyak 110 ekor dengan rincian PI0 22 ekor, PI2 10 ekor, PI4 25 ekor, PI6 19 ekor dan PI8 34 ekor. Metode penelitian yang digunakan adalah survei di lapangan dengan pengambilan datasecara purposive sampling. Data statistik vitaldihitung nilai rataan dan standar deviasinya, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan ANOVA satu arah (one way anova) dan dilanjutkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk membedakan 2 rataan. Data fenotip dianalisis secara deskriptif dan diamati proporsi fenotipnya. Hasil penelitian disimpulkan bahwa seiring bertambahnya umur sapi taccek maka panjang kepala, lebar kepala, bobot badan, panjang badan dan lingkar dada ukuranya bertambah. Ukuran tinggi gumba dan tinggi pinggul juga bertambah mulai PI0, PI2, PI4, sampaiPI6,namun mengalami penurunan pada PI8. Sapi taccek memiliki ciri fenotip yang spesifik yaitu bentuk mata sipit dengan garis lingkar mata hitam, bentuk telinga kecil, tanduk melengkung ke atas, berpunuk, mempunyai gelambir dan rambut ekor berwarna hitam.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"11 1","pages":"83-92"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88112973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-15DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.4
K. Khaeruddin
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi sumber protein (bovine serum albumin/BSA atau putih telur) terbaik sebagai bahan pengencer dalam pembekuan semen ayam kampung. Pengencer dasar yang digunakan adalah ringer laktat dan kuning telur 10% dengan perlakuan kontrol, BSA 0.5%, BSA 1%, BSA 1.5%, putih telur 0.5%, putih telur 1% dan putih telur 1.5%. Semen diencerkan dan dikemas dalam straw 0.25 mL, dilanjutkan dengan ekuilibrasi pada suhu 5 oC selama 2 jam, ditempatkan pada uap nitrogen cair selama 10 menit dan disimpan dalam container nitrogen cair bersuhu -196 oC selama 24 jam. Thawing dilakukan pada suhu 37 oC selama 30 detik. Parameter yang diamati adalah motilitas, viabilitas dan abnormalitas setelah pengenceran dan setelah thawing, recovery rate dan motilitas spermatozoa 7 jam pada penyimpanan 5 oC setelah thawing. Data dianalisis sidik ragam, jika ditemukan pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap motilitas, viabilitas, abnormalitas spermatozoa setelah pengenceran. Demikian juga dengan motilitas dan abnormalitas setelah thawing. Perlakuan jenis protein dalam pengencer berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap motilitas spermatozoa setelah thawing yang disimpan selama 7 jam pada suhu 5 oC. Viabilitas spermatozoa setelah thawing berbeda (P<0.05) antar perlakuan. Viabilitas spermatozoa paling tinggi diperoleh pada pengenceran dengan putih telur 1.5% yaitu 44.33%). Kesimpulan penelitian ini adalah putih telur 1.5% merupakan sumber protein terbaik untuk disuplementasi ke dalam ringer laktat kuning telur sebagai pengencer pada pembekuan semen ayam kampung.
{"title":"Pembekuan Spermatozoa Ayam Kampung dengan Suplementasi Bovine Serum Albumin dan Putih Telur Dalam Pengencer Ringer Laktat Kuning Telur","authors":"K. Khaeruddin","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2020.021.02.4","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi sumber protein (bovine serum albumin/BSA atau putih telur) terbaik sebagai bahan pengencer dalam pembekuan semen ayam kampung. Pengencer dasar yang digunakan adalah ringer laktat dan kuning telur 10% dengan perlakuan kontrol, BSA 0.5%, BSA 1%, BSA 1.5%, putih telur 0.5%, putih telur 1% dan putih telur 1.5%. Semen diencerkan dan dikemas dalam straw 0.25 mL, dilanjutkan dengan ekuilibrasi pada suhu 5 oC selama 2 jam, ditempatkan pada uap nitrogen cair selama 10 menit dan disimpan dalam container nitrogen cair bersuhu -196 oC selama 24 jam. Thawing dilakukan pada suhu 37 oC selama 30 detik. Parameter yang diamati adalah motilitas, viabilitas dan abnormalitas setelah pengenceran dan setelah thawing, recovery rate dan motilitas spermatozoa 7 jam pada penyimpanan 5 oC setelah thawing. Data dianalisis sidik ragam, jika ditemukan pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap motilitas, viabilitas, abnormalitas spermatozoa setelah pengenceran. Demikian juga dengan motilitas dan abnormalitas setelah thawing. Perlakuan jenis protein dalam pengencer berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap motilitas spermatozoa setelah thawing yang disimpan selama 7 jam pada suhu 5 oC. Viabilitas spermatozoa setelah thawing berbeda (P<0.05) antar perlakuan. Viabilitas spermatozoa paling tinggi diperoleh pada pengenceran dengan putih telur 1.5% yaitu 44.33%). Kesimpulan penelitian ini adalah putih telur 1.5% merupakan sumber protein terbaik untuk disuplementasi ke dalam ringer laktat kuning telur sebagai pengencer pada pembekuan semen ayam kampung.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"12 1","pages":"111-222"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86046365","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-04DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.7
Jisril Palayukan, Ali Murthadho, Nanda Dwi Putra, A. Furqon, Aswah Ridhowi, T. E. Susilorini, S. Suyadi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi antara bentuk ambing dan paritas terhadap produksi susu pada kambing Senduro. Materi yang digunakan adalah 69 ekor induk kambing Senduro yang sedang laktasi pada paritas 1 – 4. Metode penelitian adalah metode observasional dan penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling . Variabel penelitian adalah bentuk ambing, paritas, dan produksi susu. Produksi susu diperoleh dengan cara mengukur volume susu dari tiap ternak pada pagi hari. Analisi data menggunakan uji T-test tidak berpasangan untuk bentuk ambing terhadap produksi susu, sedangkan untuk mengetahui korelasi antara paritas dengan produksi susu menggunakan analisis regresi korelasi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk ambing pada kambing Senduro, yaitu ambing berbentuk botol sebanyak 56 ekor dan ambing berbentuk kendi sebanyak 13 ekor. Hasil uji T-test tidak berpasangan menunjukkan bahwa bentuk ambing tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu. Hasil uji regresi korelasi linier sederhana menunjukkan bahwa paritas dan produksi susu memiliki korelasi yang sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak ada interaksi antara bentuk ambing dengan produksi susu. Korelasi antara paritas dengan produksi susu adalah semakin bertambah paritas maka semakin tinggi produksi susu yang dihasilkan.
{"title":"Interaksi Antara Bentuk Ambing dan Paritas Terhadap Produksi Susu Kambing Senduro","authors":"Jisril Palayukan, Ali Murthadho, Nanda Dwi Putra, A. Furqon, Aswah Ridhowi, T. E. Susilorini, S. Suyadi","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.7","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi antara bentuk ambing dan paritas terhadap produksi susu pada kambing Senduro. Materi yang digunakan adalah 69 ekor induk kambing Senduro yang sedang laktasi pada paritas 1 – 4. Metode penelitian adalah metode observasional dan penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling . Variabel penelitian adalah bentuk ambing, paritas, dan produksi susu. Produksi susu diperoleh dengan cara mengukur volume susu dari tiap ternak pada pagi hari. Analisi data menggunakan uji T-test tidak berpasangan untuk bentuk ambing terhadap produksi susu, sedangkan untuk mengetahui korelasi antara paritas dengan produksi susu menggunakan analisis regresi korelasi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk ambing pada kambing Senduro, yaitu ambing berbentuk botol sebanyak 56 ekor dan ambing berbentuk kendi sebanyak 13 ekor. Hasil uji T-test tidak berpasangan menunjukkan bahwa bentuk ambing tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu. Hasil uji regresi korelasi linier sederhana menunjukkan bahwa paritas dan produksi susu memiliki korelasi yang sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak ada interaksi antara bentuk ambing dengan produksi susu. Korelasi antara paritas dengan produksi susu adalah semakin bertambah paritas maka semakin tinggi produksi susu yang dihasilkan.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"20 1","pages":"57-62"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72874413","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-04DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.8
Nurul Frasiska, Andri Kusmayadi
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan isotonik alami (sari jeruk nipis, ekstrak seledri dan gula) untuk ternak unggas (Burung Puyuh) yang mampu mengatasi cekaman panas ( Heat Stress ) dengan dosis yang tepat yang ditunjukkan dengan performan produksi. Performan produksi yang diamati meliputi produksi telur dan rataan bobot telur. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan antara lain T0 yaitu perlakuan air minum tanpa dosis isotonik, T1 menggunakan 10% infusa seledri, T2 menggunakan 20% infusa seledri, T3 menggunakan 30% infusa seledri yang masing-masing level ditambahkan 2% sari jeruk nipis dan 2% gula untuk menghasilkan cairan isotonik. Hasil penelitian terhadap performan produksi menunjukkan tidak ada perbedaan (P>0,05) yang nyata terhadap produksi telur. Namun ada perbedaan (P<0,05) terhadap bobot telur yang dihasilkan. Bobot telur meningkat pada level 30% isotonik alami.
{"title":"Pemberian Air Isotonik Alami untuk Mengatasi Kondisi Heat Stress Terhadap Performan Produksi Burung Puyuh (Cortunix cortunix japonica)","authors":"Nurul Frasiska, Andri Kusmayadi","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.8","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan isotonik alami (sari jeruk nipis, ekstrak seledri dan gula) untuk ternak unggas (Burung Puyuh) yang mampu mengatasi cekaman panas ( Heat Stress ) dengan dosis yang tepat yang ditunjukkan dengan performan produksi. Performan produksi yang diamati meliputi produksi telur dan rataan bobot telur. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan antara lain T0 yaitu perlakuan air minum tanpa dosis isotonik, T1 menggunakan 10% infusa seledri, T2 menggunakan 20% infusa seledri, T3 menggunakan 30% infusa seledri yang masing-masing level ditambahkan 2% sari jeruk nipis dan 2% gula untuk menghasilkan cairan isotonik. Hasil penelitian terhadap performan produksi menunjukkan tidak ada perbedaan (P>0,05) yang nyata terhadap produksi telur. Namun ada perbedaan (P<0,05) terhadap bobot telur yang dihasilkan. Bobot telur meningkat pada level 30% isotonik alami.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"44 1","pages":"63-68"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81402383","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-04DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.9
N. Suryani, I. W. Suarna, I Gede Mahardika, N. P. Sarini, L. Doloksaribu
Database of Bali heifer particularly on their nutrient digestibility, energy and nitrogen balance of various ration formulas on their growth performance were limited. A randomized block design with four types rations of metabolizable energy (ME) and crude protein ratios, i.e. of 2,045.38 kcal ME/kg:12.06% (Treatment A), 2,103.57 kcal ME/kg:13.11% (Treatment B), 2,201.85 kcal ME/kg:13.97% (Treatment C) and 2297.60 kcal ME/kg:15.05% (Treatment D) were conducted to evaluate nutrient digestibility, energy and nitrogen retention of Bali heifers. The rations consisted of concentrate, urea, molasses, king grass, coconut oil and vitamin-mineral mix. Results showed that Treatment D improved significantly of the 7,814.34 kcal/d digestible energy, 49.87 g/d digestible nitrogen, 11,015.06 kcal/d energy intake, 423.53 g/d nitrogen intake, 67.76 kcal/d energy retention, 7.91 g/d nitrogen retention, 0.33 kg/d daily weight gain (ADG), (P<0.05). In summary, ration for Bali heifer should contain at least 2,297.60 kcal ME/kg:15.05% crude protein for better average daily weight gain.
{"title":"Energy and Nitrogen Retention of Bali Heifers (Bos sondaicus) Fed Diet Containing Different Energy Protein Level","authors":"N. Suryani, I. W. Suarna, I Gede Mahardika, N. P. Sarini, L. Doloksaribu","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.9","url":null,"abstract":"Database of Bali heifer particularly on their nutrient digestibility, energy and nitrogen balance of various ration formulas on their growth performance were limited. A randomized block design with four types rations of metabolizable energy (ME) and crude protein ratios, i.e. of 2,045.38 kcal ME/kg:12.06% (Treatment A), 2,103.57 kcal ME/kg:13.11% (Treatment B), 2,201.85 kcal ME/kg:13.97% (Treatment C) and 2297.60 kcal ME/kg:15.05% (Treatment D) were conducted to evaluate nutrient digestibility, energy and nitrogen retention of Bali heifers. The rations consisted of concentrate, urea, molasses, king grass, coconut oil and vitamin-mineral mix. Results showed that Treatment D improved significantly of the 7,814.34 kcal/d digestible energy, 49.87 g/d digestible nitrogen, 11,015.06 kcal/d energy intake, 423.53 g/d nitrogen intake, 67.76 kcal/d energy retention, 7.91 g/d nitrogen retention, 0.33 kg/d daily weight gain (ADG), (P<0.05). In summary, ration for Bali heifer should contain at least 2,297.60 kcal ME/kg:15.05% crude protein for better average daily weight gain.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"24 1","pages":"69-76"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82817899","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.10
Y. A. Tribudi, P. W. Prihandini, Veronica Margareta Ani Nurgiartiningsih
UPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan Pamekasan adalah unit pelayanan milik Pemerintah Jawa Timur yang khusus menangani pembibitan sapi Madura. Pendugaan nilai parameter genetik yang didasarkan pada catatan produksi dapat digunakan sebagai dasar evaluasi terhadap nilai pemuliaan dan keunggulan genetik sapi Madura melalui metode MPPA ( Most Probable Producing Ability ). Penelitian ini menggunakan catatan produksi tahun 2014-2019 dari 52 ekor induk yang berjumlah 127 keturunan. Ripitabilitas dihitung berdasarkan metode korelasi antar kelas sedangkan metode Most Probable Producing Ability (MPPA) digunakan untuk menduga keunggulan performans produksi induk sapi Madura. Rataan berat badan sapi Madura umur 205 hari dan 365 hari masing-masing sebesar 83,55±15,66 kg dan 109,97±16,04 kg. Estimasi ripitabilitas berat umur 205 hari dan berat umur 365 hari yang dihasilkan termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan nilai pendugaan MPPA performans produksi sapi Madura pada berat umur 205 hari dan 365 hari didapat induk terbaik sapi Madura dengan nomor identitas 386 dan induk dengan nomor identitas 378 dengan nilai pendugaan masing-masing 118,52 kg dan 142,34 kg.
{"title":"Estimasi Most Probable Producing Ability (MPPA) Sifat Produksi Pada Sapi Madura","authors":"Y. A. Tribudi, P. W. Prihandini, Veronica Margareta Ani Nurgiartiningsih","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.10","url":null,"abstract":"UPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan Pamekasan adalah unit pelayanan milik Pemerintah Jawa Timur yang khusus menangani pembibitan sapi Madura. Pendugaan nilai parameter genetik yang didasarkan pada catatan produksi dapat digunakan sebagai dasar evaluasi terhadap nilai pemuliaan dan keunggulan genetik sapi Madura melalui metode MPPA ( Most Probable Producing Ability ). Penelitian ini menggunakan catatan produksi tahun 2014-2019 dari 52 ekor induk yang berjumlah 127 keturunan. Ripitabilitas dihitung berdasarkan metode korelasi antar kelas sedangkan metode Most Probable Producing Ability (MPPA) digunakan untuk menduga keunggulan performans produksi induk sapi Madura. Rataan berat badan sapi Madura umur 205 hari dan 365 hari masing-masing sebesar 83,55±15,66 kg dan 109,97±16,04 kg. Estimasi ripitabilitas berat umur 205 hari dan berat umur 365 hari yang dihasilkan termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan nilai pendugaan MPPA performans produksi sapi Madura pada berat umur 205 hari dan 365 hari didapat induk terbaik sapi Madura dengan nomor identitas 386 dan induk dengan nomor identitas 378 dengan nilai pendugaan masing-masing 118,52 kg dan 142,34 kg.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91048710","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.1
Alberth Nugrahadi Ndun, F. Telupere, N. Mulyantini
The purpose of this study was to determine the reject green kale effect of substitution fermented yeast in commercial feed on the performance and carcass quality of super native chicken. The design of this study is a completely randomized design (CRD) factorial pattern 2 x 4. The first factor is gender, the second factor is 4 treatment of feed. Each treatment consisted of 4 replications, and each test consisted of 4 chickens. The treatment in question is: R 0 = (100%) basal ration without the reject green kale substitution (Control), R 1 = 95% basal ration + with the reject green kale substitution fermented yeast 5%, R 2 = 90% basal ration + with the reject green kale substitution fermented yeast 10%, R 3 = 85% basal ration + with the reject green kale substitution fermented yeast 15%. Conclusion the reject green kale substitution fermented yeast in commercial feed can improve the performance and carcass quality of super native chicken. The best performance results were obtained from the value of feed consumption in male R 3 treatment at 455.6 grams/head/week, body weight gain/week in male R 3 treatment at 295.5 grams/head/week, feed conversion in male R 2 treatment at 1,538, and carcass percentage at male R 3 treatment by 62.6%. While the best results of carcass quality obtained from the value of the water holding capacity is the treatment of male R 1 by 53.83%, cooking losses in the treatment of R 3 female by 12.63%, the potential hydrogen of the male R 2 treatment by 5.07%, and tenderness which is at the highest favorite level in the treatment of treatment. Male R 3 is 3.53%.
本试验旨在研究商业饲料中替代发酵酵母对超级土鸡生产性能和胴体品质的影响。本研究设计为完全随机设计(CRD)因子模式2 × 4。第一个因素是性别,第二个因素是饲料的处理。每个处理4个重复,每个试验4只鸡。试验处理为:r0 =(100%)基础日粮,不添加废弃绿羽衣甘蓝(对照),r1 = 95%基础日粮+添加废弃绿羽衣甘蓝替代发酵酵母5%,r2 = 90%基础日粮+添加废弃绿羽衣甘蓝替代发酵酵母10%,r3 = 85%基础日粮+添加废弃绿羽衣甘蓝替代发酵酵母15%。结论在商品饲料中添加废羽衣甘蓝代发酵酵母可提高特级土鸡生产性能和胴体品质。试验结果表明,R 3处理的饲粮耗食量为455.6 g /头/周,R 3处理的增重为295.5 g /头/周,R 2处理的饲料系数为1538 g /头/周,R 3处理的胴体率为62.6%。持水能力值对胴体品质影响最大的是雄r1处理53.83%,雌r3处理蒸煮损失12.63%,雄r2处理氢势5.07%,嫩度在处理中处于最佳水平。男性比例为3.53%。
{"title":"The Reject Green Kale Substitution (Ipomoea Aquatica) Fermented Yeast in Commercial Feed on Performance and Carcass Quality of Super Native Chicken","authors":"Alberth Nugrahadi Ndun, F. Telupere, N. Mulyantini","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.1","url":null,"abstract":"The purpose of this study was to determine the reject green kale effect of substitution fermented yeast in commercial feed on the performance and carcass quality of super native chicken. The design of this study is a completely randomized design (CRD) factorial pattern 2 x 4. The first factor is gender, the second factor is 4 treatment of feed. Each treatment consisted of 4 replications, and each test consisted of 4 chickens. The treatment in question is: R 0 = (100%) basal ration without the reject green kale substitution (Control), R 1 = 95% basal ration + with the reject green kale substitution fermented yeast 5%, R 2 = 90% basal ration + with the reject green kale substitution fermented yeast 10%, R 3 = 85% basal ration + with the reject green kale substitution fermented yeast 15%. Conclusion the reject green kale substitution fermented yeast in commercial feed can improve the performance and carcass quality of super native chicken. The best performance results were obtained from the value of feed consumption in male R 3 treatment at 455.6 grams/head/week, body weight gain/week in male R 3 treatment at 295.5 grams/head/week, feed conversion in male R 2 treatment at 1,538, and carcass percentage at male R 3 treatment by 62.6%. While the best results of carcass quality obtained from the value of the water holding capacity is the treatment of male R 1 by 53.83%, cooking losses in the treatment of R 3 female by 12.63%, the potential hydrogen of the male R 2 treatment by 5.07%, and tenderness which is at the highest favorite level in the treatment of treatment. Male R 3 is 3.53%.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"55 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80763554","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.2
F. Telupere
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan feces sapi terfermentasi dalam ransum terhadap performa produksi dan reproduksi ayam kampung Sabu dan Semau. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 pejantan dan 18 ekor betina berumur 1,5-2 tahun yang digunakan sebagai tetua. Dari perkawinan inter se mating, dihasilkan 144 ekor anak ayam. Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 2x3 digunakan dalam penelitian ini, dimana terdapat 2 faktor, yaitu pertama faktor pakan: T0: Ransum Basal + 0% feces sapi terfermentasi (kontrol); T1: Ransum Basal 90% + 10% feces sapi terfermentasi; T2: Ransum Basal 80% + 20% feces sapi terfermentasi. Faktor kedua adalah grup genetik, yaitu: S: Ayam Sabu dan M: Ayam Semau. Setiap perlakuan diulang 2 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 1 pejantan dan 3 betina. Variabel yang diteliti adalah produksi telur, bobot telur, fertilitas, daya tetas, bobot DOC, bobot badan 4 dan 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan feces sapi terfermentasi dalam ransum basal sampai 20% memberikan hasil yang lebih baik untuk produksi telur dan bobot telur. Sedangkan untuk variabel lainnya tidak berpengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa feces sapi terfermentasi dapat digunakan dalam ransum ayam kampung Sabu dan Semau.
{"title":"Penggunaan Feces Sapi Terfermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Produksi dan Reproduksi Ayam Kampung Sabu dan Semau","authors":"F. Telupere","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.2","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan feces sapi terfermentasi dalam ransum terhadap performa produksi dan reproduksi ayam kampung Sabu dan Semau. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 pejantan dan 18 ekor betina berumur 1,5-2 tahun yang digunakan sebagai tetua. Dari perkawinan inter se mating, dihasilkan 144 ekor anak ayam. Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 2x3 digunakan dalam penelitian ini, dimana terdapat 2 faktor, yaitu pertama faktor pakan: T0: Ransum Basal + 0% feces sapi terfermentasi (kontrol); T1: Ransum Basal 90% + 10% feces sapi terfermentasi; T2: Ransum Basal 80% + 20% feces sapi terfermentasi. Faktor kedua adalah grup genetik, yaitu: S: Ayam Sabu dan M: Ayam Semau. Setiap perlakuan diulang 2 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 1 pejantan dan 3 betina. Variabel yang diteliti adalah produksi telur, bobot telur, fertilitas, daya tetas, bobot DOC, bobot badan 4 dan 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan feces sapi terfermentasi dalam ransum basal sampai 20% memberikan hasil yang lebih baik untuk produksi telur dan bobot telur. Sedangkan untuk variabel lainnya tidak berpengaruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa feces sapi terfermentasi dapat digunakan dalam ransum ayam kampung Sabu dan Semau.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72896218","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}