Pub Date : 2020-06-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.3
Yanuartono Yanuartono, S. Indarjulianto, A. Nururrozi, S. Raharjo, Hary Purnamaningsih, Nurman Haribowo
Pakan merupakan faktor sangat penting dalam menunjang keberhasilan usaha peternakan. Ternak ruminansia sangat bergantung pada pakan hijauan. Di sisi lain, ketersediaan pakan hijauan sangat berfluktuasi, melimpah di musim hujan tetapi minim di saat musim kemarau.. Jerami jagung adalah produk limbah samping pertanian yang berpotensi digunakan sebagai alternatif untuk pakan ternak ruminansia. Menggunakan jerami jagung sebagai pakan ternak untuk hewan ruminansia dapat membantu menyelesaikan masalah kekurangan pakan ternak terutama di musim kemarau. Penggunaan jerami jagung sebagai pakan ternak terbatas karena daya cerna yang rendah. Berbagai metode dapat digunakan untuk mengatasi nilai gizi jerami jagung yang terbatas seperti membuat hay dan silase sehingga kandungan nutrisinya dapat ditingkatkan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan ulasan singkat tentang metode untuk meningkatkan nilai gizi jerami jagung sehingga dapat meningkatkan produktivitas ruminansia.
{"title":"Metode Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami Jagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia","authors":"Yanuartono Yanuartono, S. Indarjulianto, A. Nururrozi, S. Raharjo, Hary Purnamaningsih, Nurman Haribowo","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.3","url":null,"abstract":"Pakan merupakan faktor sangat penting dalam menunjang keberhasilan usaha peternakan. Ternak ruminansia sangat bergantung pada pakan hijauan. Di sisi lain, ketersediaan pakan hijauan sangat berfluktuasi, melimpah di musim hujan tetapi minim di saat musim kemarau.. Jerami jagung adalah produk limbah samping pertanian yang berpotensi digunakan sebagai alternatif untuk pakan ternak ruminansia. Menggunakan jerami jagung sebagai pakan ternak untuk hewan ruminansia dapat membantu menyelesaikan masalah kekurangan pakan ternak terutama di musim kemarau. Penggunaan jerami jagung sebagai pakan ternak terbatas karena daya cerna yang rendah. Berbagai metode dapat digunakan untuk mengatasi nilai gizi jerami jagung yang terbatas seperti membuat hay dan silase sehingga kandungan nutrisinya dapat ditingkatkan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan ulasan singkat tentang metode untuk meningkatkan nilai gizi jerami jagung sehingga dapat meningkatkan produktivitas ruminansia.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87234737","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi total protein dan fraksi protein (albumin dan globulin) serum darah induk kambing Peranakan Ettawah (PE) beranak kembar dan tunggal. Penelitian ini dilakukan menggunakan serum darah induk kambing PE beranak tunggal dan kembar dengan membagi dalam 2 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 6 ekor kambing. Sampel serum diisolasi dari whole blood. Whole blood diambil melalui vena jugularis kambing PE. Separasi serum induk kambing PE dilakukan menggunakan total protein, albumin, dan globulin menggunakan metode spektofotometri, kemudian data dianalisa menggunakan uji unpaired t-test melalui software SPSS.16 untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil total protein kelompok induk kambing beranak kembar berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi 31,68% dibanding kelompok induk kambing beranak tunggal. Kadar albumin kelompok induk kambing beranak kembar berbeda sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi 21,43% dibandingkan dengan beranak tunggal. Kadar globulin kelompok induk kambing beranak kembar berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi 26,89% dibandingkan dengan beranak tunggal. Total protein dan fraksi protein (albumin dan globulin) lebih tinggi pada induk beranak kembar dapat membantu perkembangan anak dapat maksimal. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu induk kambing beranak kembar memiliki aktivitas metabolisme yang lebih tinggi dilihat dari konsentrasi total protein dan fraksi protein. Implikasi dari penelitian ini adalah pemberian pakan pada induk beranak kembar perlu ditingkatkan minimal 32 % sejak awal kebuntingan dibandingkan dengan induk beranak tunggal.
{"title":"Identifikasi Total Protein dan Fraksi Protein Induk Kambing Peranakan Ettawah Beranak Kembar dan Tunggal","authors":"Gusfarisa Rafika Putri, Mudawamah Mudawamah, Sumartono Sumartono","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.5","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi total protein dan fraksi protein (albumin dan globulin) serum darah induk kambing Peranakan Ettawah (PE) beranak kembar dan tunggal. Penelitian ini dilakukan menggunakan serum darah induk kambing PE beranak tunggal dan kembar dengan membagi dalam 2 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 6 ekor kambing. Sampel serum diisolasi dari whole blood. Whole blood diambil melalui vena jugularis kambing PE. Separasi serum induk kambing PE dilakukan menggunakan total protein, albumin, dan globulin menggunakan metode spektofotometri, kemudian data dianalisa menggunakan uji unpaired t-test melalui software SPSS.16 untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil total protein kelompok induk kambing beranak kembar berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi 31,68% dibanding kelompok induk kambing beranak tunggal. Kadar albumin kelompok induk kambing beranak kembar berbeda sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi 21,43% dibandingkan dengan beranak tunggal. Kadar globulin kelompok induk kambing beranak kembar berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi 26,89% dibandingkan dengan beranak tunggal. Total protein dan fraksi protein (albumin dan globulin) lebih tinggi pada induk beranak kembar dapat membantu perkembangan anak dapat maksimal. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu induk kambing beranak kembar memiliki aktivitas metabolisme yang lebih tinggi dilihat dari konsentrasi total protein dan fraksi protein. Implikasi dari penelitian ini adalah pemberian pakan pada induk beranak kembar perlu ditingkatkan minimal 32 % sejak awal kebuntingan dibandingkan dengan induk beranak tunggal.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82391486","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.6
A. Detha, Maria Grasia Jo, Nancy Foeh, N. Ndaong, Frans Umbu Datta
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi aktivitas antimikroba dari bakteri asam laktat yang diisolasi dari susu sumba terhadap bakteri patogen Salmonella Typhimurium; dan membandingkan penghambatan bakteri asam laktat dalam bentuk filtrat dan non-filtrat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana. Pembuatan Filtrat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri non-Filtrat dari asam laktat utuh adalah bakteri asam laktat yang non-filtrat, sedangkan filtrat bakteri asam laktat melewati proses centrifuge dari MRS Broth dan dituangkan ke dalam tabung reaksi dan disentrifugasi pada 3000 rpm untuk 30 menit untuk memisahkan supernatan dari endapan. Berdasarkan data, diameter zona hambat filtrat bakteri asam laktat dalam metode sumur menunjukkan hasil 12,2±2,1 mm Diameter zona hambat bakteri asam laktat non-filtrat dalam metode sumur menunjukkan hasil 13,3±0,1 mm. Berdasarkan perbandingan, bakteri asam laktat menggunakan metode sumur non filtrat memiliki zona hambat yang lebih rendah daripada metode sumur non filtrat. Bakteri asam laktat memiliki kategori kekuatan antimikroba yang kuat terhadap bakteri Salmonella Typhimurium dan diameter zona hambat optimal bakteri asam laktat dalam bentuk non-filtrat lebih besar daripada diameter zona hambat optimal bakteri asam laktat dalam bentuk filtrat.
{"title":"Karakteristik Antimikroba Bakteri Asam Laktat Susu Kuda Sumba Terhadap Bakteri Salmonella Typhimurium","authors":"A. Detha, Maria Grasia Jo, Nancy Foeh, N. Ndaong, Frans Umbu Datta","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.6","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi aktivitas antimikroba dari bakteri asam laktat yang diisolasi dari susu sumba terhadap bakteri patogen Salmonella Typhimurium; dan membandingkan penghambatan bakteri asam laktat dalam bentuk filtrat dan non-filtrat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana. Pembuatan Filtrat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri non-Filtrat dari asam laktat utuh adalah bakteri asam laktat yang non-filtrat, sedangkan filtrat bakteri asam laktat melewati proses centrifuge dari MRS Broth dan dituangkan ke dalam tabung reaksi dan disentrifugasi pada 3000 rpm untuk 30 menit untuk memisahkan supernatan dari endapan. Berdasarkan data, diameter zona hambat filtrat bakteri asam laktat dalam metode sumur menunjukkan hasil 12,2±2,1 mm Diameter zona hambat bakteri asam laktat non-filtrat dalam metode sumur menunjukkan hasil 13,3±0,1 mm. Berdasarkan perbandingan, bakteri asam laktat menggunakan metode sumur non filtrat memiliki zona hambat yang lebih rendah daripada metode sumur non filtrat. Bakteri asam laktat memiliki kategori kekuatan antimikroba yang kuat terhadap bakteri Salmonella Typhimurium dan diameter zona hambat optimal bakteri asam laktat dalam bentuk non-filtrat lebih besar daripada diameter zona hambat optimal bakteri asam laktat dalam bentuk filtrat.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79817754","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.4
K. Amiano, W. Busono, S. Maylinda
This study aims to compare the productivity of Bali cattle bred on wet peatland and on dry peatland. This research was conducted in Pulang Pisau Regency, Central Kalimantan Province on September-November 2019. The research method used were a survey, observation and measurement of calf directly in the field. The samples of the area used were four districts using purposive sampling based on the largest population of Bali cattle on dry peatland and wet peatland. The total number of Bali calves were 186 tails. The observations consist of birth weight, weaning weight, and weight gain.The data were processed using the t-test (Independent t-test) with SPSS 2.2. The results obtained that productivity of male calf and female calf were higher productivitiy in dry peatland than wet peatland.
{"title":"Productivity of Bali Cattle on Peatland in Central Kalimantan","authors":"K. Amiano, W. Busono, S. Maylinda","doi":"10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.4","url":null,"abstract":"This study aims to compare the productivity of Bali cattle bred on wet peatland and on dry peatland. This research was conducted in Pulang Pisau Regency, Central Kalimantan Province on September-November 2019. The research method used were a survey, observation and measurement of calf directly in the field. The samples of the area used were four districts using purposive sampling based on the largest population of Bali cattle on dry peatland and wet peatland. The total number of Bali calves were 186 tails. The observations consist of birth weight, weaning weight, and weight gain.The data were processed using the t-test (Independent t-test) with SPSS 2.2. The results obtained that productivity of male calf and female calf were higher productivitiy in dry peatland than wet peatland.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79434070","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas pakan terhadap profil kualitas susu pada peternakan sapi perah rakyat di Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Total responden berjumlah 40 orang peternak sapi perah dengan rata-rata kepemilikan sapi perah 5-6 ekor. Bahan pakan yang digunakan diantaranya adalah rumput gajah, konsentrat A (19,84% protein kasar), konsentrat B (14,45% protein kasar), susu skim, empog jagung, dan menir. Peternakan sapi perah rakyat dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan pakan yang digunakan yaitu Kelompok 1: rumput gajah + konsentrat A (60:40), Kelompok 2: rumput gajah + konsentrat B (60:40), Kelompok 3: rumput gajah + konsentrat A + susu skim (60:30:10), Kelompok 4 = rumput gajah + konsentrat B + susu skim (60:30:10), Kelompok 5: rumput gajah + konsentrat A + empog jagung (60:30:10), dan Kelompok 6: rumput gajah + konsentrat A+ menir (60:30:10). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi nutrien pada kelompok 1 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Substitusi sebagian proporsi konsentrat dengan susu skim, empog jagung, dan menir secara umum cenderung menurunkan konsumsi nutrien. Evaluasi profil kualitas susu menunjukkan bahwa kelompok 1 menghasilkan susu segar dengan kadar lemak yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa profil kualitas susu pada peternakan sapi perah rakyat sangat bergantung pada kualitas pakan. Peternak sapi perah rakyat direkomendasikan untuk menggunakan pakan yang terdiri dari 60% rumput gajah + 40% konsentrat A agar memberikan hasil yang optimal terhadap konsumsi nutrien dan profil kualitas susu.
{"title":"Profil Kualitas Susu di Peternakan Sapi Perah Rakyat Kota Batu dengan Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda","authors":"Asri Nurul Huda, Poespitasari Hazanah Ndaru, Aswah Ridhowi, Faizal Andri","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.8","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas pakan terhadap profil kualitas susu pada peternakan sapi perah rakyat di Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Total responden berjumlah 40 orang peternak sapi perah dengan rata-rata kepemilikan sapi perah 5-6 ekor. Bahan pakan yang digunakan diantaranya adalah rumput gajah, konsentrat A (19,84% protein kasar), konsentrat B (14,45% protein kasar), susu skim, empog jagung, dan menir. Peternakan sapi perah rakyat dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan pakan yang digunakan yaitu Kelompok 1: rumput gajah + konsentrat A (60:40), Kelompok 2: rumput gajah + konsentrat B (60:40), Kelompok 3: rumput gajah + konsentrat A + susu skim (60:30:10), Kelompok 4 = rumput gajah + konsentrat B + susu skim (60:30:10), Kelompok 5: rumput gajah + konsentrat A + empog jagung (60:30:10), dan Kelompok 6: rumput gajah + konsentrat A+ menir (60:30:10). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi nutrien pada kelompok 1 cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Substitusi sebagian proporsi konsentrat dengan susu skim, empog jagung, dan menir secara umum cenderung menurunkan konsumsi nutrien. Evaluasi profil kualitas susu menunjukkan bahwa kelompok 1 menghasilkan susu segar dengan kadar lemak yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa profil kualitas susu pada peternakan sapi perah rakyat sangat bergantung pada kualitas pakan. Peternak sapi perah rakyat direkomendasikan untuk menggunakan pakan yang terdiri dari 60% rumput gajah + 40% konsentrat A agar memberikan hasil yang optimal terhadap konsumsi nutrien dan profil kualitas susu.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"1 1","pages":"157-164"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89429281","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan conception rate melalui insmeinasi buatan dengan menggunakan semen sexing double dosis pada sapi persilangan ongole. Dalam penelitian ini 96 ekor sapi induk persilangan ongole yang terdiri atas 64 ekor sapi yang diinseminasi dengan semen beku dan 32 ekor sapi yang diinseminasi dengan semen sexing beku double dosis. Sapi yang digunakan dipilih secara acak dengan berdasarkan beberapa kriteria yaitu bebas dari gangguan reproduksi dan menunjukkan tanda-tanda estrus yang jelas. Tempat deposisi semen adalah 4+ atau cornua utery untuk meningkatkan peluang keberhasilan kebuntingan. Penelitian ini terdiri dari dua perlakuan yaitu inseminasi dengan semen beku non sexing (P1) dan semen sexing beku (P2). Parameter yang diamati adalah Non Return Rate (NRR), Service per Conception (S / C) dan Conception Rate (CR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa NRR 1 dan NRR2 pada P1 adalah 90,63% dan 79,69%, sedangkan pada P2 masing-masing adalah 81,25% dan 78,12%. Nilai S / C pada P1 adalah 1,09 sedangkan pada P2 adalah 1,19. Sedangkan, nilai CR pada P1 dan P2 masing-masing adalah 43,75% dan 68,75. Dapat disimpulkan bahwa IB dengan semen sexing double dosis dapat meningkatkan nilai conception rate pada Sapi Persilangan Ongole.
{"title":"Peningkatan Conception Rate dengan Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Sexing Double Dosis pada Sapi Persilangan Ongole","authors":"Aulia Puspita Anugra Yekti, Erin Ayu Octaviani, Kuswati Kuswati, Trinil Susilawati","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.6","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan conception rate melalui insmeinasi buatan dengan menggunakan semen sexing double dosis pada sapi persilangan ongole. Dalam penelitian ini 96 ekor sapi induk persilangan ongole yang terdiri atas 64 ekor sapi yang diinseminasi dengan semen beku dan 32 ekor sapi yang diinseminasi dengan semen sexing beku double dosis. Sapi yang digunakan dipilih secara acak dengan berdasarkan beberapa kriteria yaitu bebas dari gangguan reproduksi dan menunjukkan tanda-tanda estrus yang jelas. Tempat deposisi semen adalah 4+ atau cornua utery untuk meningkatkan peluang keberhasilan kebuntingan. Penelitian ini terdiri dari dua perlakuan yaitu inseminasi dengan semen beku non sexing (P1) dan semen sexing beku (P2). Parameter yang diamati adalah Non Return Rate (NRR), Service per Conception (S / C) dan Conception Rate (CR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa NRR 1 dan NRR2 pada P1 adalah 90,63% dan 79,69%, sedangkan pada P2 masing-masing adalah 81,25% dan 78,12%. Nilai S / C pada P1 adalah 1,09 sedangkan pada P2 adalah 1,19. Sedangkan, nilai CR pada P1 dan P2 masing-masing adalah 43,75% dan 68,75. Dapat disimpulkan bahwa IB dengan semen sexing double dosis dapat meningkatkan nilai conception rate pada Sapi Persilangan Ongole.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"34 1","pages":"135-140"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81914169","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-04DOI: 10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.10
P. Anwar, Jiyanto Jiyanto, M. Santi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase karkas, potongan komersial karkas dan lemak abdominal broiler dengan suplementasi andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) di dalam ransum. Penelitian menggunakan 80 ekor DOC broiler strain CP 707 produksi Chareon Pokhpan Indonesia. Ransum perlakuan diberikan umur 3 hari (bobot rata-rata 71.63±3.12 g/ekor) dipelihara sampai umur 30 hari. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan 5 ekor broiler setiap ulangan. Ransum perlakuan yang diberikan adalah: P1= ransum kontrol + 0% andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.); P2= ransum kontrol + 0.25% andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.); P3= ransum kontrol + 0.50% andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.); P4= ransum kontrol + 0.75% andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Peubah yang diamati adalah persentase karkas, persentase potongan karkas dan persentase lemak abdominal broiler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi andaliman di dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap persentase karkas dan potongan komersial karkas. Suplementasi andaliman sampai 0.75% menghasilkan persentase karkas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum kontrol. Persentase karkas yang dihasilkan pada penelitian adalah 57.83±3.72% sampai 60.03±1.77%. Namun suplementasi andaliman dalam ransum berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase lemak abdominal. Persentase lemak abdominal penelitan adalah 0.46±0.06% sampai 0.83±0.06%. Kesimpulan hasil penelitian adalah suplementasi andaliman dalam ransum sampai 0.75% menghasilkan persentase karkas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan meningkatkan persentase lemak abdominal broiler.
{"title":"Persentase Karkas, Bagian Karkas dan Lemak Abdominal Broiler dengan Suplementasi Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) di Dalam Ransum","authors":"P. Anwar, Jiyanto Jiyanto, M. Santi","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.10","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase karkas, potongan komersial karkas dan lemak abdominal broiler dengan suplementasi andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) di dalam ransum. Penelitian menggunakan 80 ekor DOC broiler strain CP 707 produksi Chareon Pokhpan Indonesia. Ransum perlakuan diberikan umur 3 hari (bobot rata-rata 71.63±3.12 g/ekor) dipelihara sampai umur 30 hari. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan 5 ekor broiler setiap ulangan. Ransum perlakuan yang diberikan adalah: P1= ransum kontrol + 0% andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.); P2= ransum kontrol + 0.25% andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.); P3= ransum kontrol + 0.50% andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.); P4= ransum kontrol + 0.75% andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Peubah yang diamati adalah persentase karkas, persentase potongan karkas dan persentase lemak abdominal broiler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi andaliman di dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap persentase karkas dan potongan komersial karkas. Suplementasi andaliman sampai 0.75% menghasilkan persentase karkas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum kontrol. Persentase karkas yang dihasilkan pada penelitian adalah 57.83±3.72% sampai 60.03±1.77%. Namun suplementasi andaliman dalam ransum berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase lemak abdominal. Persentase lemak abdominal penelitan adalah 0.46±0.06% sampai 0.83±0.06%. Kesimpulan hasil penelitian adalah suplementasi andaliman dalam ransum sampai 0.75% menghasilkan persentase karkas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan meningkatkan persentase lemak abdominal broiler.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"5 1","pages":"172-178"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73671730","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-04DOI: 10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.9
Nuraini Nadzifah, O. Sjofjan, I. Djunaidi
Penelitian dilakukan untuk mengkaji kualitas pakan serta daging broiler bagian paha dari beberapa kemitraan broiler yang berbeda pabrik pakan terhadap residu antibiotik di Kabupaten Blitar. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan total 12 farm yang terdiri dari 4 kemitraan broiler yang menggunakan pakan dari pabrik berbeda, masing- masing kemitraan diambil 3 farm sebagai sampelnya. Variabel yang diamati yaitu pakan (pre starter dan starter) serta daging broiler bagian paha pada umur 35 hari yang diuji kandungan residu antibiotik. Pengujian residu antibiotik golongan tetracyclin dilakukan secara screening (kualifikasi), sampel yang dinyatakan positif dilakukan pengujian secara kuantitatif HPLC untuk jenis residu antibiotik oksitetracyclin. Data yang didapat dianalisa secara deskriptif kuantitatif. Hasil pengujian pakan secara screening (kualifikasi) terdapat 2 kemitraan dengan kandungan antibiotik jenis tetracyclin yaitu kemitraan X dan Y, selanjutnya pengujian secara kuantitatif HPLC sampel dari kemitraan X dan Y dengan kode 220723(XPS), 220724 (YPS), 220717 (YS) mengandung antibiotik oksitetracyclin sebesar 0,52 mg/kg; 0,40 mg/kg; 0,45 mg/kg. Pengujian residu antibiotik golongan tetracyclin secara screening (kualifikasi) pada daging broiler bagian paha menunjukkan semua tidak terdeteksi. Penggunaan antibiotik pada pakan broiler sistim kemitraan masih ada di Kabupaten Blitar, beberapa produsen pakan belum bebas antibiotik golongan tetracyclin, sedangkan pengujian pada daging broiler bagian paha secara screening (kualifikasi) menunjukkan semua tidak terdeteksi.
{"title":"Kajian Residu Antibiotik pada Karkas Broiler dari Beberapa Kemitraan di Kabupaten Blitar","authors":"Nuraini Nadzifah, O. Sjofjan, I. Djunaidi","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.9","url":null,"abstract":"Penelitian dilakukan untuk mengkaji kualitas pakan serta daging broiler bagian paha dari beberapa kemitraan broiler yang berbeda pabrik pakan terhadap residu antibiotik di Kabupaten Blitar. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan total 12 farm yang terdiri dari 4 kemitraan broiler yang menggunakan pakan dari pabrik berbeda, masing- masing kemitraan diambil 3 farm sebagai sampelnya. Variabel yang diamati yaitu pakan (pre starter dan starter) serta daging broiler bagian paha pada umur 35 hari yang diuji kandungan residu antibiotik. Pengujian residu antibiotik golongan tetracyclin dilakukan secara screening (kualifikasi), sampel yang dinyatakan positif dilakukan pengujian secara kuantitatif HPLC untuk jenis residu antibiotik oksitetracyclin. Data yang didapat dianalisa secara deskriptif kuantitatif. Hasil pengujian pakan secara screening (kualifikasi) terdapat 2 kemitraan dengan kandungan antibiotik jenis tetracyclin yaitu kemitraan X dan Y, selanjutnya pengujian secara kuantitatif HPLC sampel dari kemitraan X dan Y dengan kode 220723(XPS), 220724 (YPS), 220717 (YS) mengandung antibiotik oksitetracyclin sebesar 0,52 mg/kg; 0,40 mg/kg; 0,45 mg/kg. Pengujian residu antibiotik golongan tetracyclin secara screening (kualifikasi) pada daging broiler bagian paha menunjukkan semua tidak terdeteksi. Penggunaan antibiotik pada pakan broiler sistim kemitraan masih ada di Kabupaten Blitar, beberapa produsen pakan belum bebas antibiotik golongan tetracyclin, sedangkan pengujian pada daging broiler bagian paha secara screening (kualifikasi) menunjukkan semua tidak terdeteksi.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"8 1","pages":"165-171"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81498452","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Cacing nematoda gastrointestinal merupakan parasit yang memiliki peran penting pada ruminansia di negara tropis maupun subtropis. Nematoda tersebut memicu berbagai masalah kesehatan dan dapat mengakibatkan penurunan produksi karena menghambat pertumbuan, rendahnya kenaikan bobot badan, kematian pada hewan muda, biaya pengobatan tinggi dan kerugian ekonomi yang besar dalam usaha peternakan. Penggunaan golongan macrocyclic lactones yang memiliki spektrum luas telah digunakan dalam mengendalikan infeksi cacing nematoda gastrointestinal dalam industri peternakan selama empat dekade yang pada akhirnya menyebabkan resistensi antelmintik. Seiring berkembangnya resistensi terhadap anthelmintik membuat para ahli berusaha mencari metode standar untuk digunakan sebagai deteksi resistensi yang dapat diandalkan. Meskipun demikian, sebagian besar metode yang digunakan memiliki kekurangan seperti biaya tinggi, aplikasi dan interpretasi yang tidak mudah. Saat ini pedoman standar untuk deteksi resistensi anthelmintik telah dikeluarkan oleh World Association for Advancement of Veterinary Parasitology (WAAVP). resistensi antelmintik dapat diatasi atau ditunda dengan berbagai upaya seperti manajemen pencegahan dan pengobatan cacing pada ternak secara terpadu.
{"title":"Resistensi Cacing Nematoda Gastrointestinal Terhadap Golongan Macrocyclic Lactone pada Ternak Ruminansia","authors":"Yanuartono Yanuartono, Soedarmanto Indarjulianto, Alfarisa Nururrozi, Slamet Raharjo, Hary Purnamaningsih","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.1","url":null,"abstract":"Cacing nematoda gastrointestinal merupakan parasit yang memiliki peran penting pada ruminansia di negara tropis maupun subtropis. Nematoda tersebut memicu berbagai masalah kesehatan dan dapat mengakibatkan penurunan produksi karena menghambat pertumbuan, rendahnya kenaikan bobot badan, kematian pada hewan muda, biaya pengobatan tinggi dan kerugian ekonomi yang besar dalam usaha peternakan. Penggunaan golongan macrocyclic lactones yang memiliki spektrum luas telah digunakan dalam mengendalikan infeksi cacing nematoda gastrointestinal dalam industri peternakan selama empat dekade yang pada akhirnya menyebabkan resistensi antelmintik. Seiring berkembangnya resistensi terhadap anthelmintik membuat para ahli berusaha mencari metode standar untuk digunakan sebagai deteksi resistensi yang dapat diandalkan. Meskipun demikian, sebagian besar metode yang digunakan memiliki kekurangan seperti biaya tinggi, aplikasi dan interpretasi yang tidak mudah. Saat ini pedoman standar untuk deteksi resistensi anthelmintik telah dikeluarkan oleh World Association for Advancement of Veterinary Parasitology (WAAVP). resistensi antelmintik dapat diatasi atau ditunda dengan berbagai upaya seperti manajemen pencegahan dan pengobatan cacing pada ternak secara terpadu.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"140 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86684708","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.5
E. Fitasari, Nurita Thiasari
Penelitian ampas tahu fermentasi menggunakan Lactobacillus plantarum dilaksanakan untuk mengetahui pengaruhnya dalam campuran pakan kelinci fase grower terhadap kualitas karkas (bahan kering, bahan organik, protein, lemak, , dan abu (mineral)) serta untuk mencari formulasi terbaik terhadap kualitas daging. Materi penelitian yaitu 25 ekor kelinci fase grower, pakan yang terdiri dari konsentrat berupa ampas tahu terfermentasi Lactobacillus plantarum dan polar serta pakan hijauan yaitu kangkung. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan yang terdiri dari P1 (Hijauan dan polar 100%), P2 (Hijauan dan formulasi polar 75%+ampas tahu fermentasi 25%), P3 (Hijauan dan formulasi polar 50%+ampas tahu fermentasi 50%), P4 (Hijauan dan formulasi polar 25%+ampas tahu fermentasi 75%), P5 (hijauan dan ampas tahu fermentasi 100%). Penggunaan Lactobacillus plantarum dalam media cair pada ampas tahu segar adalah 20% (v/m). Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi ampas tahu fermentasi Lactobacillus plantarum dlam pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan bahan kering, bahan organik, protein dan abu pada karkass kelinci fase grower bagian paha. Penggunaan substitusi ampas tahu fermentasi secara nyata dapat menurunkan kandungan lemak pada paha daging kelinci (P<0,01). Disarankan untuk menggunakan ampas tahu fermentasi Lactobacillus plantarum pada pakan yang memenuhi kecukupuan protein dan energi pakan kelinci.
{"title":"Substitusi Ampas Tahu Terfermentasi Lactobacillus Plantarum pada Formulasi Pakan terhadap Kandungan Nutrisi Daging Kelinci Fase Grower","authors":"E. Fitasari, Nurita Thiasari","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.5","url":null,"abstract":"Penelitian ampas tahu fermentasi menggunakan Lactobacillus plantarum dilaksanakan untuk mengetahui pengaruhnya dalam campuran pakan kelinci fase grower terhadap kualitas karkas (bahan kering, bahan organik, protein, lemak, , dan abu (mineral)) serta untuk mencari formulasi terbaik terhadap kualitas daging. Materi penelitian yaitu 25 ekor kelinci fase grower, pakan yang terdiri dari konsentrat berupa ampas tahu terfermentasi Lactobacillus plantarum dan polar serta pakan hijauan yaitu kangkung. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan yang terdiri dari P1 (Hijauan dan polar 100%), P2 (Hijauan dan formulasi polar 75%+ampas tahu fermentasi 25%), P3 (Hijauan dan formulasi polar 50%+ampas tahu fermentasi 50%), P4 (Hijauan dan formulasi polar 25%+ampas tahu fermentasi 75%), P5 (hijauan dan ampas tahu fermentasi 100%). Penggunaan Lactobacillus plantarum dalam media cair pada ampas tahu segar adalah 20% (v/m). Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi ampas tahu fermentasi Lactobacillus plantarum dlam pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan bahan kering, bahan organik, protein dan abu pada karkass kelinci fase grower bagian paha. Penggunaan substitusi ampas tahu fermentasi secara nyata dapat menurunkan kandungan lemak pada paha daging kelinci (P<0,01). Disarankan untuk menggunakan ampas tahu fermentasi Lactobacillus plantarum pada pakan yang memenuhi kecukupuan protein dan energi pakan kelinci.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"84 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89604627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}