Pub Date : 2019-12-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.2
A. Anggraeni, L. Istiqomah, E. Damayanti
Sistem Kereman dan pertanian terpadu diaplikasikan di dua kelompok ternak yaitu peternakan Berkah dan Peternakan Pondok Pesantren Roudlotul Huda untuk meningkatkan manajemen penggemukan dan meningkatkan produktivitas ternak. Implementasi Sistem Pertanian Terpadu dimulai dengan konstruksi perbaikan kandang, implementasi alih teknologi dalam manajemen penggemukan dan teknologi pakan meliputi: proses produksi silase dan amoniasi jerami padi sebagai alternatif hijauan pakan bagi ternak dengan menggunakan limbah pertanian; suplementasi dedak padi terfermentasi sebagai aditif pakan untuk meningkatkan citarasa pakan serta pengolahan limbah kotoran menjadi pupuk organik, dan sistem irigasi tetes pada pertanian. Transfer teknologi dilakukan dengan memberikan bimbingan teknis bagi Petani. Konsep keberlanjutan adalah elemen penting dalam pengembangan sistem pertanian terpadu karena dengan produk (output) dari satu sistem menjadi input untuk sistem lain. Manajemen yang berbeda di kedua UKM terutama dalam manajemen pemberian pakan menghasilkan perbedaan bobot badan pada sapi potong. Dampak dari kegiatan ini di dua UKM adalah efisiensi produksi yang lebih tinggi yang direfleksikan pada nilai pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang dicapai dalam periode lebih cepat dari sebelumnya. Manajemen pakan, pengalaman dalam penggemukan sapi potong akan berpengaruh pada produktivitas ternak. Hal ini ditunjukkan pada kenaikan PBBH yang lebih tinggi di UKM yang menerapkan manajemen pakan yang lebih baik.
{"title":"Implementasi Sistem “Kereman” dan Pertanian Terpadu pada Penggemukan Sapi Potong di Dua Kelompok Ternak di Kabupaten Sokaraja","authors":"A. Anggraeni, L. Istiqomah, E. Damayanti","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.2","url":null,"abstract":"Sistem Kereman dan pertanian terpadu diaplikasikan di dua kelompok ternak yaitu peternakan Berkah dan Peternakan Pondok Pesantren Roudlotul Huda untuk meningkatkan manajemen penggemukan dan meningkatkan produktivitas ternak. Implementasi Sistem Pertanian Terpadu dimulai dengan konstruksi perbaikan kandang, implementasi alih teknologi dalam manajemen penggemukan dan teknologi pakan meliputi: proses produksi silase dan amoniasi jerami padi sebagai alternatif hijauan pakan bagi ternak dengan menggunakan limbah pertanian; suplementasi dedak padi terfermentasi sebagai aditif pakan untuk meningkatkan citarasa pakan serta pengolahan limbah kotoran menjadi pupuk organik, dan sistem irigasi tetes pada pertanian. Transfer teknologi dilakukan dengan memberikan bimbingan teknis bagi Petani. Konsep keberlanjutan adalah elemen penting dalam pengembangan sistem pertanian terpadu karena dengan produk (output) dari satu sistem menjadi input untuk sistem lain. Manajemen yang berbeda di kedua UKM terutama dalam manajemen pemberian pakan menghasilkan perbedaan bobot badan pada sapi potong. Dampak dari kegiatan ini di dua UKM adalah efisiensi produksi yang lebih tinggi yang direfleksikan pada nilai pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang dicapai dalam periode lebih cepat dari sebelumnya. Manajemen pakan, pengalaman dalam penggemukan sapi potong akan berpengaruh pada produktivitas ternak. Hal ini ditunjukkan pada kenaikan PBBH yang lebih tinggi di UKM yang menerapkan manajemen pakan yang lebih baik.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"80 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77809631","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.7
Fellyanus Habaora, A. M. Fuah, L. Abdullah, R. Priyanto, A. Yani, B. P. Purwanto
Penelitian berlokasi di Pulau Timor yang dilaksanakan bulan Januari-Desember 2018. Lokasi penelitian dipilih purposive untuk agroekosistem pasture, pertanian, perkebunan, dan hutan. Penentuan responden 5-10% jumlah peternak masing-masing agroekosistem yang memiliki sapi Bali >10 ekor. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan umur berahi dan umur kawin pertama sapi Bali betina agroekosistem pasture 1,3 tahun dan 1,9 tahun; agroekosistem perkebunan 1,3 tahun dan 2 tahun; agroekosistem pertanian 1,4 tahun dan 1,7 tahun; dan agroekosistem hutan adalah 1,4 tahun dan 1,8 tahun. Kemudian umur sapi beranak pertama sapi betina di agroekosistem pertanian 2,8 tahun; agroekosistem pasture dan hutan 2,9 tahun; dan agroekosistem perkebunan 3 tahun. Siklus berahi dan lama berahi sapi betina di agroekosistem pasture 27 hari dan 21,5 jam; agroekosistem hutan 25 hari dan 26,8 jam; agroekosistem pertanian 24 hari dan 28 jam; dan agroekosistem perkebunan 24 hari dan 25,8 jam. Service per conception Sapi di agroekosistem perkebunan 2,2 kali; agroekosistem hutan 2,3 kali; agroekosistem pasture 2,4 kali; dan agroekosistem pertanian 2,6 kali. Periode kebuntingan sapi di agroekosistem perkebunan 9,5 bulan; agroekosistem pertanian 9,4 bulan; agroekosistem pasture 9,3 bulan; dan agroekosistem hutan 9,2 bulan. Calf crop ternak sapi di agroekosistem pasture 62,77%; agroekosistem hutan 54,74%; agroekosistem pertanian 51,41%; dan agroekosistem perkebunan 32,74%. Days open sapi di agroekosistem perkebunan 1,1 tahun; agroekosistem hutan 1 tahun; agroekosistem pertanian 9 bulan; dan agroekosistem pasture 8 bulan. Conception rate sapi di agroekosistem hutan 56%; agroekosistem pertanian 53,4%; agroekosistem pasture 50,3%; dan agroekosistem perkebunan 33,7%. Calving interval sapi di agroekosistem perkebunan 2,8 tahun; agroekosistem pertanian 2,7 tahun; agroekosistem pasture 2,5 tahun; dan agroekosistem hutan 2,4 tahun. Laju peningkatan populasi ternak per tahun di agroekosistem hutan, yaitu 11,19%; agroekosistem pasture 11,06%; agroekosistem pertanian 8,60%; dan agroekosistem perkebunan 7,44%.
{"title":"Performans Reproduksi Sapi Bali Berbasis Agroekosistem Di Pulau Timor","authors":"Fellyanus Habaora, A. M. Fuah, L. Abdullah, R. Priyanto, A. Yani, B. P. Purwanto","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.7","url":null,"abstract":"Penelitian berlokasi di Pulau Timor yang dilaksanakan bulan Januari-Desember 2018. Lokasi penelitian dipilih purposive untuk agroekosistem pasture, pertanian, perkebunan, dan hutan. Penentuan responden 5-10% jumlah peternak masing-masing agroekosistem yang memiliki sapi Bali >10 ekor. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan umur berahi dan umur kawin pertama sapi Bali betina agroekosistem pasture 1,3 tahun dan 1,9 tahun; agroekosistem perkebunan 1,3 tahun dan 2 tahun; agroekosistem pertanian 1,4 tahun dan 1,7 tahun; dan agroekosistem hutan adalah 1,4 tahun dan 1,8 tahun. Kemudian umur sapi beranak pertama sapi betina di agroekosistem pertanian 2,8 tahun; agroekosistem pasture dan hutan 2,9 tahun; dan agroekosistem perkebunan 3 tahun. Siklus berahi dan lama berahi sapi betina di agroekosistem pasture 27 hari dan 21,5 jam; agroekosistem hutan 25 hari dan 26,8 jam; agroekosistem pertanian 24 hari dan 28 jam; dan agroekosistem perkebunan 24 hari dan 25,8 jam. Service per conception Sapi di agroekosistem perkebunan 2,2 kali; agroekosistem hutan 2,3 kali; agroekosistem pasture 2,4 kali; dan agroekosistem pertanian 2,6 kali. Periode kebuntingan sapi di agroekosistem perkebunan 9,5 bulan; agroekosistem pertanian 9,4 bulan; agroekosistem pasture 9,3 bulan; dan agroekosistem hutan 9,2 bulan. Calf crop ternak sapi di agroekosistem pasture 62,77%; agroekosistem hutan 54,74%; agroekosistem pertanian 51,41%; dan agroekosistem perkebunan 32,74%. Days open sapi di agroekosistem perkebunan 1,1 tahun; agroekosistem hutan 1 tahun; agroekosistem pertanian 9 bulan; dan agroekosistem pasture 8 bulan. Conception rate sapi di agroekosistem hutan 56%; agroekosistem pertanian 53,4%; agroekosistem pasture 50,3%; dan agroekosistem perkebunan 33,7%. Calving interval sapi di agroekosistem perkebunan 2,8 tahun; agroekosistem pertanian 2,7 tahun; agroekosistem pasture 2,5 tahun; dan agroekosistem hutan 2,4 tahun. Laju peningkatan populasi ternak per tahun di agroekosistem hutan, yaitu 11,19%; agroekosistem pasture 11,06%; agroekosistem pertanian 8,60%; dan agroekosistem perkebunan 7,44%.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"66 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81542679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.3
E. F. Lisnanti, Nizarul Qowim, Nur Fitriyah
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak sarang sarang semut (Myrmecodia sp) terhadap bobot akhir, persentase lemak abdominal dan hati ayam broiler fase finisher. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA) dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Metode dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental.menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masingmasing perlakuan terdiri dari 5 ulangan, dan setiap petak terdiri dari 4 ekor ayam, total keseluruhan bahan percobaan 80 ekor ayam. Data penelitian dianalisis secara statistik menggunakan analisa ragam dengan uji F. Hasil analisis statistik dari penambahan ekstrak sarang semut (Myrmecodia sp) dengan dosis 5 mg/kg bb, 10 mg/kg bb, dan 15 mg/kg bb tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap bobot akhir, persentase lemak abdominal dan hati ayam broiler. Rataan bobot akhir berkisar antara 1495,95-1518,55 (g), dan berat lemak abdominal ayam broiler berkisar antara 12.51 – 14.99 gram atau 0.82% -1.00% dari berat badan. Sedangkan berat hati yang dihasilkan berkisar antara 38,15 – 38,90 gram atau 2,51 – 2,60 % dari berat badan, dan hasil ini menunjukkan bahwa bobot akhir, persentase lemak abdominal dan hati ayam broiler masih taraf normal. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan lama penggunaan ekstrak sarang semut (Myrmecodia sp) pada perlakuan.
{"title":"Pengaruh Penambahan Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia sp) Terhadap Bobot Akhir, Persentase Lemak Abdominal dan Hati Ayam Broiler Fase Finisher","authors":"E. F. Lisnanti, Nizarul Qowim, Nur Fitriyah","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.3","url":null,"abstract":"Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak sarang sarang semut (Myrmecodia sp) terhadap bobot akhir, persentase lemak abdominal dan hati ayam broiler fase finisher. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA) dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Metode dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental.menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masingmasing perlakuan terdiri dari 5 ulangan, dan setiap petak terdiri dari 4 ekor ayam, total keseluruhan bahan percobaan 80 ekor ayam. Data penelitian dianalisis secara statistik menggunakan analisa ragam dengan uji F. Hasil analisis statistik dari penambahan ekstrak sarang semut (Myrmecodia sp) dengan dosis 5 mg/kg bb, 10 mg/kg bb, dan 15 mg/kg bb tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap bobot akhir, persentase lemak abdominal dan hati ayam broiler. Rataan bobot akhir berkisar antara 1495,95-1518,55 (g), dan berat lemak abdominal ayam broiler berkisar antara 12.51 – 14.99 gram atau 0.82% -1.00% dari berat badan. Sedangkan berat hati yang dihasilkan berkisar antara 38,15 – 38,90 gram atau 2,51 – 2,60 % dari berat badan, dan hasil ini menunjukkan bahwa bobot akhir, persentase lemak abdominal dan hati ayam broiler masih taraf normal. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dan lama penggunaan ekstrak sarang semut (Myrmecodia sp) pada perlakuan.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83984884","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.4
Ahmad Iskandar Setiyawan, Awistaros Angger Sakti, Ria Suryani
Pemanfaatan protein ransum oleh ternak ruminansia untuk meningkatkan produksi tidak dapat optima dengan adanya mikrobia rumen. Keadaan ini menyebabkan menurunnya nilai hayati protein pakan. Untuk itu, perlu dilakukan perlindungan protein pakan. Salah satu yang dilakukan dengan penambahan bahan kimia misalnya formaldehida. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui nilai konsumsi, koefisien cerna dan nutrien tercerna protein kasar serta TDN kambing bligon betina yang mendapat suplemen mengandung protein tidak terdegradasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dibagi menjadi 5 kelompok yaitu P1 (Pennisetum purpureum + Gliricidia maculata); P2 (Pennisetum purpureum+suplemen protein); P3 (Pennisetum purpureum+suplemen protein terproteksi 15%); P4 (Pennisetum purpureum+suplemen protein terproteksi 30%); P5 (Pennisetum purpureum+suplemen protein terproteksi 45%). Hasil dari penelitian didapat tidak terdapat perbedaan yang nyata nilai konsumsi, koefisien cerna dan nutrien tercerna protein kasar antar perlakuan. Perbedaan yang nyata (p<0.05) pada nilai koefisen cerna TDN dari yang tertinggi yaitu P 3 : 78,5±2,7%; P 2 : 78,3±2,3%; P 4 : 78,1±2,3%; P 5 : 74,8±2,2%; dan P 1 : 68,7±3,5%. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan penggunaan suplemen yang mengandung protein tidak terdegradasi hingga 45% dalam ransum formulasi tidak berpengaruh terhadap nilai konsumsi, koefisien cerna, dan nutrien tercerna protein kasar. Namun dapat meningkatkan nilai koefisien cerna TDN 78,5% untuk pemberian 15% dalam ransum dan pertambahan bobot badan sebesar 61,3±10,2 gram/hari untuk pemberian 45% dalam ransum.
{"title":"Nilai Koefisien Cerna Protein Kasar dan Total Digestible Nutrien (TDN) Kambing Bligon Betina yang Mendapat Suplemen Mengandung Protein Tidak Terdegradasi","authors":"Ahmad Iskandar Setiyawan, Awistaros Angger Sakti, Ria Suryani","doi":"10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2019.020.02.4","url":null,"abstract":"Pemanfaatan protein ransum oleh ternak ruminansia untuk meningkatkan produksi tidak dapat optima dengan adanya mikrobia rumen. Keadaan ini menyebabkan menurunnya nilai hayati protein pakan. Untuk itu, perlu dilakukan perlindungan protein pakan. Salah satu yang dilakukan dengan penambahan bahan kimia misalnya formaldehida. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui nilai konsumsi, koefisien cerna dan nutrien tercerna protein kasar serta TDN kambing bligon betina yang mendapat suplemen mengandung protein tidak terdegradasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dibagi menjadi 5 kelompok yaitu P1 (Pennisetum purpureum + Gliricidia maculata); P2 (Pennisetum purpureum+suplemen protein); P3 (Pennisetum purpureum+suplemen protein terproteksi 15%); P4 (Pennisetum purpureum+suplemen protein terproteksi 30%); P5 (Pennisetum purpureum+suplemen protein terproteksi 45%). Hasil dari penelitian didapat tidak terdapat perbedaan yang nyata nilai konsumsi, koefisien cerna dan nutrien tercerna protein kasar antar perlakuan. Perbedaan yang nyata (p<0.05) pada nilai koefisen cerna TDN dari yang tertinggi yaitu P 3 : 78,5±2,7%; P 2 : 78,3±2,3%; P 4 : 78,1±2,3%; P 5 : 74,8±2,2%; dan P 1 : 68,7±3,5%. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan penggunaan suplemen yang mengandung protein tidak terdegradasi hingga 45% dalam ransum formulasi tidak berpengaruh terhadap nilai konsumsi, koefisien cerna, dan nutrien tercerna protein kasar. Namun dapat meningkatkan nilai koefisien cerna TDN 78,5% untuk pemberian 15% dalam ransum dan pertambahan bobot badan sebesar 61,3±10,2 gram/hari untuk pemberian 45% dalam ransum.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84768888","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.4
N. Titisari, Khairiza Asri, Ahmad Fauzi, Ida Masnur, Iwan ' Kurniawan
Program rehabilitasi lutung Jawa di Javan Langur Center menggunakan tiga kandang adaptasi yaitu kandang perawatan, karantina dan sosialisasi. Lutung yang baru datang sering mengalami stress akibat perbedaan perlakuan selama dipelihara oleh masyarakat. Hal ini bisa menimbulkan tidak terbentuknya interaksi kawanan satwa pada saat pengelompokan sebelum dilepasliarkan. Perubahan tingkah laku satwa sifatnya individual sehingga terkadang tidak dapat menunjukkan kondisi stres. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran tingkat stres yang lain seperti hormon kortisol dan rasio neutrophil per limfosit. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesiapan satwa tersebut sebelum dimasukkan ke kandang sosialisasi. Hewan coba berasal dari hutan Coban Talun, Javan Langur Center (JLC), Batu yang sedang menjalani program rehabilitasi. Sebanyak lima ekor lutung Jawa berumur 2 hingga 8 tahun, berjenis kelamin betina dan jantan diambil sampel serum dan darah. Pengujian kadar hormon kortisol dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan uji diferensiasi leukosit.dilakukan untuk menghitung rasio neutrofil: limfosit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar kortisol dan rasio N/L pada sampel lutung Jawa pada kandang karantina mengalami penurunan dibandingkan pada saat berada di kandang perawatan. Namun secara individual juga terdapat satwa yang mengalami peningkatan. Terdapatnya variasi tingkat stress pada lutung Jawa ini tergantung kepada kemampuan individu satwa dalam menganggapi cekaman.
{"title":"Kadar Hormon Kortisol dan Rasio Neutrofil/Limfosit (N/L) Satwa Lutung Jawa pada Saat di Kandang Perawatan dan Kandang Karantina di Hutan Coban Talun, Batu","authors":"N. Titisari, Khairiza Asri, Ahmad Fauzi, Ida Masnur, Iwan ' Kurniawan","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.4","url":null,"abstract":"Program rehabilitasi lutung Jawa di Javan Langur Center menggunakan tiga kandang adaptasi yaitu kandang perawatan, karantina dan sosialisasi. Lutung yang baru datang sering mengalami stress akibat perbedaan perlakuan selama dipelihara oleh masyarakat. Hal ini bisa menimbulkan tidak terbentuknya interaksi kawanan satwa pada saat pengelompokan sebelum dilepasliarkan. Perubahan tingkah laku satwa sifatnya individual sehingga terkadang tidak dapat menunjukkan kondisi stres. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran tingkat stres yang lain seperti hormon kortisol dan rasio neutrophil per limfosit. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesiapan satwa tersebut sebelum dimasukkan ke kandang sosialisasi. Hewan coba berasal dari hutan Coban Talun, Javan Langur Center (JLC), Batu yang sedang menjalani program rehabilitasi. Sebanyak lima ekor lutung Jawa berumur 2 hingga 8 tahun, berjenis kelamin betina dan jantan diambil sampel serum dan darah. Pengujian kadar hormon kortisol dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan uji diferensiasi leukosit.dilakukan untuk menghitung rasio neutrofil: limfosit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar kortisol dan rasio N/L pada sampel lutung Jawa pada kandang karantina mengalami penurunan dibandingkan pada saat berada di kandang perawatan. Namun secara individual juga terdapat satwa yang mengalami peningkatan. Terdapatnya variasi tingkat stress pada lutung Jawa ini tergantung kepada kemampuan individu satwa dalam menganggapi cekaman.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"306 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87543844","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.8
E. Marhaeniyanto, S. Susanti, Bambang Siswanto, A. Murti
Penelitian dilaksanakan di Dusun Prodosumbul, Desa Klampok, Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Tujuan penelitian adalah untuk menginventarisasi jenis pakan, konsumsi pakan dan produktivitas kambing PE ditingkat peternak. Penelitian ini melibatkan peternak kambing PE sebagai responden sebanyak 91 orang, berdasarkan kriteria jumlah kepemilikan ternak kambing >3 ekor, pengalaman beternak > 5 tahun. Pemilihan responden melibatkan peran kelompok tani yaitu Gapoktan Arjuna Sejahtera. Metode penelitian adalah studi kasus. Pengamatan in vivo dilakukan pada 20 ekor kambing PE jantan muda dengan rataan bobot awal 16,71±1,76 kg. Data dianalisis melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, tabulasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil inventarisasi didapatkan 27 jenis hijauan pakan ternak kambing, terdiri dari 22 macam daun tanaman dan 5 macam hijauan rumput (81,48% daun tanaman : 18,52% hijauan rumput). Pakan hijauan yang sering diberikan pada ternak kambing adalah rumput lapang, pucuk tebu, daun sengon, daun pahitan dan rumput gajah (responden pengguna >40%). Rataan konsumsi hijauan pakan 7,06 kg/ekor/hari dengan konsumsi bahan kering 526,07±88,15 g/ekor/hari, konsumsi bahan organik 511,89±80,32 g/ekor/hari, konsumsi protein kasar 61,58±16,21 g/ekor/hari, konsumsi serat kasar 101,18±29,68 g/ekor/hari dan konsumsi lemak kasar 17,50±13,75 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian 65,9±11,7 g/ekor/hari, konversi pakan 7,53±2,85. Terdapat 13 jenis daun tanaman yang memiliki kandungan protein kasar (PK) lebih dari 18% yaitu Paracerianthes falcataria, Calliandra calothyrsus, Lecaena leucocephala, Artrocarpus heterophyllus Lamk , Calliandra haemochephala, Gliricidia sepium, Colocasia esculenta, Eritrina lithosperma, Sauropus adrogynus, Agratum conyzoides , Ceiba petandra, Manihot utilissima, Centrosema pubescens merupakan pakan potensial sebagai sumber protein untuk pakan ternak kambing PE.
研究是在普罗多苏蓬村、克兰波克村、马朗新斯塔利区进行的。研究的目的是盘点饲料的种类、饲料的摄入量和养羊的生产力。这项研究涉及91名牧民受访者,基于饲养山羊的数量为3只,饲养牲畜的经验为5年。挑选受访者涉及农业集团Gapoktan Arjuna的福利。研究方法是案例研究。观察in vivo和每月的20只公山羊PE进行初步权重16.71±1,76公斤。数据是通过数据收集、数据还原、数据制表、数据演示和提取过程来分析的。一份由22种不同的草本植物和5种不同的草本植物(81.48%的草本植物:18.52%的草本植物)组成的27种不同的饲料品种。常见的绿色饲料是野草、甘蔗、树冠叶、大象海草(用户>40%)。每月的觅食回报率公斤饲料消费与干货526.07消费/尾/天±88,15 g /尾/天,消费有机材料511.89±80.32 g /尾/天,粗糙的蛋白质摄入量61.58±16,21 g /尾/天,粗糙的纤维摄入量101.18±29,68 g /尾/艰难和脂肪摄入量一天美分±13.75 g /尾/天。每日增加了身体的重量65.9±11,7 g /尾/天,饲料转化率7,53±2.85。有13种植物的叶子有粗蛋白质含量(PK)超过18%,即Paracerianthes falcataria, Calliandra calothyrsus, Lecaena leucocephala, Artrocarpus heterophyllus Lamk, Calliandra haemochephala, Gliricidia sepium Colocasia植物,Eritrina lithosperma, Sauropus adrogynus, Agratum conyzoides petandra的Ceiba, Manihot utilissima, Centrosema pubescens是潜在的饲料作为蛋白质来源为山羊PE的饲料。
{"title":"Inventarisasi Pemanfaatan Daun Tanaman Sebagai Sumber Protein dalam Pakan Kambing Peranakan Etawa (Studi Kasus di Dusun Prodosumbul, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang)","authors":"E. Marhaeniyanto, S. Susanti, Bambang Siswanto, A. Murti","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.8","url":null,"abstract":"Penelitian dilaksanakan di Dusun Prodosumbul, Desa Klampok, Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Tujuan penelitian adalah untuk menginventarisasi jenis pakan, konsumsi pakan dan produktivitas kambing PE ditingkat peternak. Penelitian ini melibatkan peternak kambing PE sebagai responden sebanyak 91 orang, berdasarkan kriteria jumlah kepemilikan ternak kambing >3 ekor, pengalaman beternak > 5 tahun. Pemilihan responden melibatkan peran kelompok tani yaitu Gapoktan Arjuna Sejahtera. Metode penelitian adalah studi kasus. Pengamatan in vivo dilakukan pada 20 ekor kambing PE jantan muda dengan rataan bobot awal 16,71±1,76 kg. Data dianalisis melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, tabulasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil inventarisasi didapatkan 27 jenis hijauan pakan ternak kambing, terdiri dari 22 macam daun tanaman dan 5 macam hijauan rumput (81,48% daun tanaman : 18,52% hijauan rumput). Pakan hijauan yang sering diberikan pada ternak kambing adalah rumput lapang, pucuk tebu, daun sengon, daun pahitan dan rumput gajah (responden pengguna >40%). Rataan konsumsi hijauan pakan 7,06 kg/ekor/hari dengan konsumsi bahan kering 526,07±88,15 g/ekor/hari, konsumsi bahan organik 511,89±80,32 g/ekor/hari, konsumsi protein kasar 61,58±16,21 g/ekor/hari, konsumsi serat kasar 101,18±29,68 g/ekor/hari dan konsumsi lemak kasar 17,50±13,75 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian 65,9±11,7 g/ekor/hari, konversi pakan 7,53±2,85. Terdapat 13 jenis daun tanaman yang memiliki kandungan protein kasar (PK) lebih dari 18% yaitu Paracerianthes falcataria, Calliandra calothyrsus, Lecaena leucocephala, Artrocarpus heterophyllus Lamk , Calliandra haemochephala, Gliricidia sepium, Colocasia esculenta, Eritrina lithosperma, Sauropus adrogynus, Agratum conyzoides , Ceiba petandra, Manihot utilissima, Centrosema pubescens merupakan pakan potensial sebagai sumber protein untuk pakan ternak kambing PE.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90112893","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.9
C. D. Nugraha, E. Herwijanti, I. Novianti, A. Furqon, W. A. Septian, Woro Busono, S. Suyadi
Sapi asli indonesia dengan populasi terbesar dibandingkan sapi lokal lainnya yaitu sapi Bali. Pengembangan sapi Bali secara berkelanjutan dengan cara meningkatkan kualitas genetik melalui aspek reproduksi dalam pemilihan pejantan unggul. Bobot badan adalah salah satu kriteria dalam memilih pejantan unggul. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan bobot badan dengan kualitas semen. Materi yang digunakan yaitu data sekunder mulai tahun 2012-2018 dari 50 ekor pejantan sapi Bali meliputi data kualitas semen sebanyak (n=1204) ejakulasi di Balai Besar Inseminasi Buatan, Singosari, Jawa Timur, Indonesia. Metode penelitian adalah studi kasus. Variabel yang diamati yaitu bobot badan, volume semen, motilitas individu dan konsentrasi semen. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS 24 dengan metode One-Way ANOVA. Uji korelasi menggunakan korelasi Pearson (r) dan analisis statistik model regresi linier untuk menduga kualitas semen berdasarkan bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan sapi Bali mempengaruhi secara signifikan (p 0,05) terhadap konsentrasi semen (r=0,046). Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan sapi dengan bobot badan tinggi memiliki nilai kualitas semen yang lebih baik.
{"title":"Analisis Hubungan Bobot Badan Terhadap Produksi Semen Segar Sapi Bali di Balai Besar Inseminasi Buatan-Singosari","authors":"C. D. Nugraha, E. Herwijanti, I. Novianti, A. Furqon, W. A. Septian, Woro Busono, S. Suyadi","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.9","url":null,"abstract":"Sapi asli indonesia dengan populasi terbesar dibandingkan sapi lokal lainnya yaitu sapi Bali. Pengembangan sapi Bali secara berkelanjutan dengan cara meningkatkan kualitas genetik melalui aspek reproduksi dalam pemilihan pejantan unggul. Bobot badan adalah salah satu kriteria dalam memilih pejantan unggul. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan bobot badan dengan kualitas semen. Materi yang digunakan yaitu data sekunder mulai tahun 2012-2018 dari 50 ekor pejantan sapi Bali meliputi data kualitas semen sebanyak (n=1204) ejakulasi di Balai Besar Inseminasi Buatan, Singosari, Jawa Timur, Indonesia. Metode penelitian adalah studi kasus. Variabel yang diamati yaitu bobot badan, volume semen, motilitas individu dan konsentrasi semen. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS 24 dengan metode One-Way ANOVA. Uji korelasi menggunakan korelasi Pearson (r) dan analisis statistik model regresi linier untuk menduga kualitas semen berdasarkan bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan sapi Bali mempengaruhi secara signifikan (p 0,05) terhadap konsentrasi semen (r=0,046). Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan sapi dengan bobot badan tinggi memiliki nilai kualitas semen yang lebih baik.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"48 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82132070","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.7
Y. A. Tribudi, A. Andri, R. B. Lestari
Penelitian dilakukan di peternakan babi PT Fajar Semesta Indah di Singkawang Kalimantan Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui performans produksi pada babi Duroc , Yorkshire serta persilangannya. Materi yang digunakan dalam penelitian ini bangsa babi Yorkshire , Duroc, persilangan Yorkshire - Duroc serta persilangan Duroc - Yorkshire dengan jumlah masing-masing 197 ekor; 264 ekor; 168 ekor dan 275 ekor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan dan pengukuran langsung pada ternak babi dengan menggunakan data primer. Penentuan sample menggunakan purposive sampling. Variabel yang diamati adalah litter size, berat lahir, berat sapih dan mortalitas anak babi prasapih. Untuk mengetahui pengaruh bangsa terhadap sifat produksi digunakan analisis ragam Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan rataan litter size , berat lahir dan berat sapih anak babi masing-masing pada bangsa babi Yorkshire (9,38±2,87 ekor; 1,24±0,25 kg dan 6,73±0,71 kg), Duroc (8,41±3,26 ekor; 1,23±0,26 kg dan 6,54±1,07 kg); babi persilangan Yorkshire - Duroc (9,88±3,04 ekor; 1,26±0,36 kg dan 6,84±0,78 kg) serta persilangan Duroc - Yorkshire (9,48±2,63 ekor; 1,28±0,26 kg dan 6,91±0,86 kg). Laju kematian anak prasapih secara berturut turut yaitu pada babi persilangan Yorkshire - Duroc sebesar 17,85 persen; Yorkshire sebesar 15,74 persen; Duroc 13,64 persen serta persilangan Duroc - Yorkshire sebesar 11,64 persen. Disimpulkan sistem perkawinan antar bangsa babi tidak berpengaruh terhadap litter size dan berat lahir tetapi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat sapih anak babi. Disarankan untuk meningkatkan produktivitas babi di PT Fajar Indah Semesta sebaiknya melakukan perkawinan silang.
{"title":"Identifikasi Sifat-Sifat Produksi Persilangan Babi Duroc ean Yokshire","authors":"Y. A. Tribudi, A. Andri, R. B. Lestari","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.7","url":null,"abstract":"Penelitian dilakukan di peternakan babi PT Fajar Semesta Indah di Singkawang Kalimantan Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui performans produksi pada babi Duroc , Yorkshire serta persilangannya. Materi yang digunakan dalam penelitian ini bangsa babi Yorkshire , Duroc, persilangan Yorkshire - Duroc serta persilangan Duroc - Yorkshire dengan jumlah masing-masing 197 ekor; 264 ekor; 168 ekor dan 275 ekor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan dan pengukuran langsung pada ternak babi dengan menggunakan data primer. Penentuan sample menggunakan purposive sampling. Variabel yang diamati adalah litter size, berat lahir, berat sapih dan mortalitas anak babi prasapih. Untuk mengetahui pengaruh bangsa terhadap sifat produksi digunakan analisis ragam Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan rataan litter size , berat lahir dan berat sapih anak babi masing-masing pada bangsa babi Yorkshire (9,38±2,87 ekor; 1,24±0,25 kg dan 6,73±0,71 kg), Duroc (8,41±3,26 ekor; 1,23±0,26 kg dan 6,54±1,07 kg); babi persilangan Yorkshire - Duroc (9,88±3,04 ekor; 1,26±0,36 kg dan 6,84±0,78 kg) serta persilangan Duroc - Yorkshire (9,48±2,63 ekor; 1,28±0,26 kg dan 6,91±0,86 kg). Laju kematian anak prasapih secara berturut turut yaitu pada babi persilangan Yorkshire - Duroc sebesar 17,85 persen; Yorkshire sebesar 15,74 persen; Duroc 13,64 persen serta persilangan Duroc - Yorkshire sebesar 11,64 persen. Disimpulkan sistem perkawinan antar bangsa babi tidak berpengaruh terhadap litter size dan berat lahir tetapi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat sapih anak babi. Disarankan untuk meningkatkan produktivitas babi di PT Fajar Indah Semesta sebaiknya melakukan perkawinan silang.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91389544","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.10
Muhammad Najmuddin, Mochammad Nasich
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas induk domba ekor tipis di Desa Sedan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Penelitian ini menggunakan induk domba ekor tipis yang sudah pernah beranak poel 1 sampai poel 3 sebanyak 70 ekor dan anak domba sebanyak 131 ekor. Metode yang digunakan adalah metode survey. Sampel pengamatan ditentukan secara purposive sampling . Variabel yang digunakan adalah bobot sapih, litter size dan lambing interval . Data yang diperoleh berupa produktivitas induk disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa litter size (LS) induk domba ekor tipis PI1 yaitu 1,35 ± 0,49, PI2 sebesar 1,92 ± 0,25 dan PI3 yaitu 2,19 ± 0,25. Lambing interval pada PI1 adalah 0 karena baru pertama kali beranak. Pada PI2 memiliki nilai lambing interval sebesar 10,15 ± 1,24 dan pada PI3 sebesar 9,17 ± 0,88. Bobot sapih anak jantan sebesar 9,65 ± 0,58 dan pada anak betina adalah 7,42 ± 0,38. Produktivitas induk domba ekor tipis pada PI1 adalah 0, PI2 sebesar 19,32. dan PI3 adalah 24,3
{"title":"Produktivitas Induk Domba Ekor Tipis di Desa Sedan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang","authors":"Muhammad Najmuddin, Mochammad Nasich","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.10","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas induk domba ekor tipis di Desa Sedan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Penelitian ini menggunakan induk domba ekor tipis yang sudah pernah beranak poel 1 sampai poel 3 sebanyak 70 ekor dan anak domba sebanyak 131 ekor. Metode yang digunakan adalah metode survey. Sampel pengamatan ditentukan secara purposive sampling . Variabel yang digunakan adalah bobot sapih, litter size dan lambing interval . Data yang diperoleh berupa produktivitas induk disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa litter size (LS) induk domba ekor tipis PI1 yaitu 1,35 ± 0,49, PI2 sebesar 1,92 ± 0,25 dan PI3 yaitu 2,19 ± 0,25. Lambing interval pada PI1 adalah 0 karena baru pertama kali beranak. Pada PI2 memiliki nilai lambing interval sebesar 10,15 ± 1,24 dan pada PI3 sebesar 9,17 ± 0,88. Bobot sapih anak jantan sebesar 9,65 ± 0,58 dan pada anak betina adalah 7,42 ± 0,38. Produktivitas induk domba ekor tipis pada PI1 adalah 0, PI2 sebesar 19,32. dan PI3 adalah 24,3","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"292 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77412516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.5
N. Titisari, Niko Anindia, Ahmad Fauzi, Ida Masnur, Iwan Kuniawan
Status sosial lutung Jawa pada satu kelompok dapat menyebabkan peningkatan stress. Primata dominan cenderung menunjukkan tingkat stress yang lebih rendah dibandingkan primata subordinat. Di tempat penangkaran kejadian ini sering muncul pada lutung Jawa di kandang pengelompokan. Dalam penelitian ini kandang tersebut adalah kandang sosialisasi yang merupakan kandang terakhir sebelum dilepaskan ke alam. Kelompok primata tersebut harus terbebas dari penyakit dan memiliki tingkat stres yang rendah agar mampu bertahan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat stres sebagai salah satu indikator kesiapan pelepasan lutung jawa yang diukur berdasarkan kadar kortisol serum dan rasio Neutrofil per limfosit darah. Lutung Jawa yang digunakan berasal dari pusat rehabilitasi satwa yang terletak di kota Batu. Rentang umur satwa yang digunakan adalah 2-10 tahun dengan jenis kelamin jantan dan betina. Kadar kortisol diukur menggunakan metode ELISA indirect gelombang 450 nm dan kadar neutrofil per limfosit diukur menggunakan hematology analyzer. Data yang didapatkan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan kadar kortisol rata-rata pada lutung betina sebesar 118.01 ng/mL sedangkan pada lutung Jawa jantan sebesar 117.04 ng/mL. Nilai rasio neutrofil per limfosit lutung jantan sebesar 5.43 dan betina sebesar 7.88. Kesimpulannya nilai kadar kortisol dan rasio neutrophil/limpfosit dikandang sosialisasi pada lutung jantan lebih rendah daripada lutung betina.
{"title":"Perbandingan Kadar Kortisol dan Rasio N/L (Neutrofil/Limfosit) Antara Lutung Jawa Jantan dan Betina di Kandang Sosialisasi","authors":"N. Titisari, Niko Anindia, Ahmad Fauzi, Ida Masnur, Iwan Kuniawan","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.5","url":null,"abstract":"Status sosial lutung Jawa pada satu kelompok dapat menyebabkan peningkatan stress. Primata dominan cenderung menunjukkan tingkat stress yang lebih rendah dibandingkan primata subordinat. Di tempat penangkaran kejadian ini sering muncul pada lutung Jawa di kandang pengelompokan. Dalam penelitian ini kandang tersebut adalah kandang sosialisasi yang merupakan kandang terakhir sebelum dilepaskan ke alam. Kelompok primata tersebut harus terbebas dari penyakit dan memiliki tingkat stres yang rendah agar mampu bertahan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat stres sebagai salah satu indikator kesiapan pelepasan lutung jawa yang diukur berdasarkan kadar kortisol serum dan rasio Neutrofil per limfosit darah. Lutung Jawa yang digunakan berasal dari pusat rehabilitasi satwa yang terletak di kota Batu. Rentang umur satwa yang digunakan adalah 2-10 tahun dengan jenis kelamin jantan dan betina. Kadar kortisol diukur menggunakan metode ELISA indirect gelombang 450 nm dan kadar neutrofil per limfosit diukur menggunakan hematology analyzer. Data yang didapatkan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan kadar kortisol rata-rata pada lutung betina sebesar 118.01 ng/mL sedangkan pada lutung Jawa jantan sebesar 117.04 ng/mL. Nilai rasio neutrofil per limfosit lutung jantan sebesar 5.43 dan betina sebesar 7.88. Kesimpulannya nilai kadar kortisol dan rasio neutrophil/limpfosit dikandang sosialisasi pada lutung jantan lebih rendah daripada lutung betina.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"163 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77343088","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}