Rumen adalah ekosistem yang sangat kompleks serta mengandung berbagai jenis mikroba. Kinerja ruminansia tergantung pada aktivitas mikroorganisme mereka untuk memanfaatkan asupan pakan. Namun demikian, aktivitas mikroba rumen juga merupakan sumber utama pembentukan gas metan dari bidang pertanian yang mengakibatkan efek rumah kaca. Protozoa rumen dengan penampilan yang cukup mencolok dianggap memiliki peran penting pada ruminansia sebagai hospes. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa protozoa dapat menyumbang hingga 50% biomassa di rumen, peran protozoa sebagai salah satu mikroba dalam ekosistem rumen masih belum jelas. Meskipun peran protozoa masih belum jelas, namun protozoa dalam rumen terbukti memiliki hubungan dengan methanogen dan telah terbukti bahwa protozoa secara tidak langsung terlibat dalam produksi gas metan. Methanogen adalah satu-satunya mikroorganisme yang diketahui mampu memproduksi metan. Karena protozoa adalah penghasil hidrogen besar, yang digunakan sebagai substrat oleh simbion metanogennya untuk mengurangi karbon dioksida menjadi metana, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa defaunasi mengurangi metanogenesis dengan jalan menurunkan kepadatan methanogen. Tulisan ini mencoba untuk mengevaluasi informasi terkini tentang peran protozoa di ekosistem mikroba rumen dan dampaknya terhadap lingkungan.
{"title":"Peran Protozoa pada Pencernaan Ruminansia dan Dampak Terhadap Lingkungan","authors":"Yanuartono Yanuartono, Alfarisa Nururrozi, Soedarmanto Indarjulianto, Hary Purnamaningsih","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.3","url":null,"abstract":"Rumen adalah ekosistem yang sangat kompleks serta mengandung berbagai jenis mikroba. Kinerja ruminansia tergantung pada aktivitas mikroorganisme mereka untuk memanfaatkan asupan pakan. Namun demikian, aktivitas mikroba rumen juga merupakan sumber utama pembentukan gas metan dari bidang pertanian yang mengakibatkan efek rumah kaca. Protozoa rumen dengan penampilan yang cukup mencolok dianggap memiliki peran penting pada ruminansia sebagai hospes. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa protozoa dapat menyumbang hingga 50% biomassa di rumen, peran protozoa sebagai salah satu mikroba dalam ekosistem rumen masih belum jelas. Meskipun peran protozoa masih belum jelas, namun protozoa dalam rumen terbukti memiliki hubungan dengan methanogen dan telah terbukti bahwa protozoa secara tidak langsung terlibat dalam produksi gas metan. Methanogen adalah satu-satunya mikroorganisme yang diketahui mampu memproduksi metan. Karena protozoa adalah penghasil hidrogen besar, yang digunakan sebagai substrat oleh simbion metanogennya untuk mengurangi karbon dioksida menjadi metana, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa defaunasi mengurangi metanogenesis dengan jalan menurunkan kepadatan methanogen. Tulisan ini mencoba untuk mengevaluasi informasi terkini tentang peran protozoa di ekosistem mikroba rumen dan dampaknya terhadap lingkungan.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"39 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89980202","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-01DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.1
A. Mahfud, N. Isnaini, Aulia Puspita Anugra Yekti, Kuswati Kuswati, Trinil Susilawati
Kualitas spermatozoa pada semen beku sexing sangat penting dalam menunjang keberhasilan inseminasi buatan untuk mendapatkan pedat dengan jenis kelamin sesuai harapan. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas semen beku semen beku non sexing dan sexing secara makroskopis dan mikroskopis. Materi dalam penelitian menggunakan starw semen beku non sexing dan sexing dengan metode pemisahan Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll (SGDP) sapi Limousin yang diproduksi oleh Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang. Metode penelitian ini menggunakan eksperimental dengan percobaan labolatorium (laboratory experiment ). Variabel penelitian meliputi keadaan umum meliputi tahun produksi straw, secara makroskopis meliputi pH semen beku dan secara mikroskopis meliputi persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas, konsentrasi dan total spermatozoa motil. Data yang diperoleh diolah Microsoft Excel dengan analisis Ragam Analysis of variance (Anova) single factor dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian yaitu semen beku non sexing dan sexing meliputi keadaan umum diproduksi tahun 2012 dan 2018, kualitas secara makroskopis memiliki nilai pH sebesar 6,67 dan 6,60 dan kualitas secara mikroskopis memiliki persentase motilitas sebesar 36,00 % dan 31,40 %, viabilitas sebesar 81,70 % dan 75,89 %, abnormalitas sebesar 6,93 % dan 6,78 %, konsentrasi spermatozoa sebesar 31,67 juta/ mini straw dan 12,125 juta/ mini straw dan total spermatozoa motil sebesar 11,39 juta/mini straw dan 5,10125 juta/mini straw. Kesimpulan penelitian bahwa Kualitas post thawing semen beku non sexing lebih tinggi daripada semen beku sexing menggunakan metode SGDP baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
{"title":"Kualitas Spermatozoa Post Thawing Semen Beku Sperma Y Hasil Sexing Pada Sapi Limousin","authors":"A. Mahfud, N. Isnaini, Aulia Puspita Anugra Yekti, Kuswati Kuswati, Trinil Susilawati","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.1","url":null,"abstract":"Kualitas spermatozoa pada semen beku sexing sangat penting dalam menunjang keberhasilan inseminasi buatan untuk mendapatkan pedat dengan jenis kelamin sesuai harapan. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas semen beku semen beku non sexing dan sexing secara makroskopis dan mikroskopis. Materi dalam penelitian menggunakan starw semen beku non sexing dan sexing dengan metode pemisahan Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll (SGDP) sapi Limousin yang diproduksi oleh Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang. Metode penelitian ini menggunakan eksperimental dengan percobaan labolatorium (laboratory experiment ). Variabel penelitian meliputi keadaan umum meliputi tahun produksi straw, secara makroskopis meliputi pH semen beku dan secara mikroskopis meliputi persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas, konsentrasi dan total spermatozoa motil. Data yang diperoleh diolah Microsoft Excel dengan analisis Ragam Analysis of variance (Anova) single factor dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian yaitu semen beku non sexing dan sexing meliputi keadaan umum diproduksi tahun 2012 dan 2018, kualitas secara makroskopis memiliki nilai pH sebesar 6,67 dan 6,60 dan kualitas secara mikroskopis memiliki persentase motilitas sebesar 36,00 % dan 31,40 %, viabilitas sebesar 81,70 % dan 75,89 %, abnormalitas sebesar 6,93 % dan 6,78 %, konsentrasi spermatozoa sebesar 31,67 juta/ mini straw dan 12,125 juta/ mini straw dan total spermatozoa motil sebesar 11,39 juta/mini straw dan 5,10125 juta/mini straw. Kesimpulan penelitian bahwa Kualitas post thawing semen beku non sexing lebih tinggi daripada semen beku sexing menggunakan metode SGDP baik secara makroskopis maupun mikroskopis.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84335536","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-01DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.6
R. Dharmawan, Puguh Surjowardojo, T. E. Susilorini
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek steaming up selama kebuntingan tua terhadap profil protein darah induk kambing Peranakan Etawah. 12 ekor induk kambing dipilih berdasarkan periode laktasi kedua dan ketiga. Perlakuan pertama sebagai kontrol (P0), perlakuan kedua dan ketiga adalah steaming up menggunakan Gliricidia sepium 0,4% BK (P1) dan 0,8% BK (P2). Seluruh perlakuan diberikan pakan basal konsentrat 0,9% BK dan Pennisetum purpureum secara ad-libitum . Data dianalisis menggunakan Anova dengan Rancangan Acak Kelompok. Data profil protein darah induk kambing PE bunting tua dianalisis secara deskriptif eksploratif. Perlakuan Steaming up memberikan perbedaan yang nyata pada konsumsi BK, BO, dan PK (P<0,05). Praperlakuan steaming up menghasilkan 18 pita protein dengan berat molekul 15-158 kDa. Pasca perlakuan P0 menghasilkan 18 pita protein dengan berat molekul 15-158 kDa, P1 menghasilkan 19 pita protein dengan berat molekul 15-158 kDa. P2 menghasilkan 22 pita protein dengan berat molekul 15-158 kDa. Kesimpulan dari penelitian yaitu steaming up Gliricidia sepium sebesar 0,8% menghasilkan 22 pita protein dengan berat molekul yang berbeda. Banyaknya pita yang muncul dikaitkan dengan keberhasilan perlakuan steaming up pada kebuntingan tua.
{"title":"Analisis Profil Protein Darah Induk Kambing Peranakan Etawah Bunting Tua Dengan Perlakuan Steaming Up","authors":"R. Dharmawan, Puguh Surjowardojo, T. E. Susilorini","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.6","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek steaming up selama kebuntingan tua terhadap profil protein darah induk kambing Peranakan Etawah. 12 ekor induk kambing dipilih berdasarkan periode laktasi kedua dan ketiga. Perlakuan pertama sebagai kontrol (P0), perlakuan kedua dan ketiga adalah steaming up menggunakan Gliricidia sepium 0,4% BK (P1) dan 0,8% BK (P2). Seluruh perlakuan diberikan pakan basal konsentrat 0,9% BK dan Pennisetum purpureum secara ad-libitum . Data dianalisis menggunakan Anova dengan Rancangan Acak Kelompok. Data profil protein darah induk kambing PE bunting tua dianalisis secara deskriptif eksploratif. Perlakuan Steaming up memberikan perbedaan yang nyata pada konsumsi BK, BO, dan PK (P<0,05). Praperlakuan steaming up menghasilkan 18 pita protein dengan berat molekul 15-158 kDa. Pasca perlakuan P0 menghasilkan 18 pita protein dengan berat molekul 15-158 kDa, P1 menghasilkan 19 pita protein dengan berat molekul 15-158 kDa. P2 menghasilkan 22 pita protein dengan berat molekul 15-158 kDa. Kesimpulan dari penelitian yaitu steaming up Gliricidia sepium sebesar 0,8% menghasilkan 22 pita protein dengan berat molekul yang berbeda. Banyaknya pita yang muncul dikaitkan dengan keberhasilan perlakuan steaming up pada kebuntingan tua.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90952361","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-01DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.2
Endah Krisnamurti, Dattadewi Purwanti, D. M. Saleh
Penelitian tentang evaluasi potensi genetik sapi Friesian Holstein (FH) telah dilaksanakan di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto. Penelitian ini dimulai pada bulan September sampai Desember 2018. Materi yang digunakan dalam penelitian ini sapi FH dan keturunannya F1 sebanyak 140 ekor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data recording mulai tahun 2010 sampai 2018. Variabel yang diamati adalah produksi susu, umur beranak pertama, kawin pertama setelah bernak, masa kosong, lama kebuntingan dan jarak beranak. Komponen ragam untuk menduga nilai heritabilitas sifat produksi dan reproduksi dengan menggunakan metode Regresi Anak – Tetua. Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi susu sapi FH di BBPTU-HPT Baturraden sebesar 4.733,02±1.181,18 kg/laktasi atau 15,52±3,87 l/hari. Rataan sifat reproduksi (umur beranak pertama, kawin pertama setelah beranak, masa kosong, lama kebuntingan dan jarak beranak) masing-masing sebesar 772,19±77,51 hari; 130,03±70,72 hari; 201,87±104,67 hari; 278,05±14,75 hari dan 505,85±120,06 hari. Berdasarkan perhitungan secara umum nilai heritabilitas yang dihasilkan tergolong rendah sampai tinggi. Nilai heritabilitas produksi susu, umur beranak pertama, kawin pertama setelah beranak, masa kosong, lama kebuntingan dan jarak beranak masing-masing sebesar 0,43±0,19; 0,15±0,32; 0,10±0,34; 0,03±0,28; 0,17±0,30 dan 0,09±0,28.
{"title":"Penaksiran Heritabilitas Karakteristik Produksi dan Reproduksi Sapi Perah Friesen Holstein di BBPTU-HPT Baturraden","authors":"Endah Krisnamurti, Dattadewi Purwanti, D. M. Saleh","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2019.020.01.2","url":null,"abstract":"Penelitian tentang evaluasi potensi genetik sapi Friesian Holstein (FH) telah dilaksanakan di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto. Penelitian ini dimulai pada bulan September sampai Desember 2018. Materi yang digunakan dalam penelitian ini sapi FH dan keturunannya F1 sebanyak 140 ekor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data recording mulai tahun 2010 sampai 2018. Variabel yang diamati adalah produksi susu, umur beranak pertama, kawin pertama setelah bernak, masa kosong, lama kebuntingan dan jarak beranak. Komponen ragam untuk menduga nilai heritabilitas sifat produksi dan reproduksi dengan menggunakan metode Regresi Anak – Tetua. Hasil penelitian menunjukkan rataan produksi susu sapi FH di BBPTU-HPT Baturraden sebesar 4.733,02±1.181,18 kg/laktasi atau 15,52±3,87 l/hari. Rataan sifat reproduksi (umur beranak pertama, kawin pertama setelah beranak, masa kosong, lama kebuntingan dan jarak beranak) masing-masing sebesar 772,19±77,51 hari; 130,03±70,72 hari; 201,87±104,67 hari; 278,05±14,75 hari dan 505,85±120,06 hari. Berdasarkan perhitungan secara umum nilai heritabilitas yang dihasilkan tergolong rendah sampai tinggi. Nilai heritabilitas produksi susu, umur beranak pertama, kawin pertama setelah beranak, masa kosong, lama kebuntingan dan jarak beranak masing-masing sebesar 0,43±0,19; 0,15±0,32; 0,10±0,34; 0,03±0,28; 0,17±0,30 dan 0,09±0,28.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"119 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87980659","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fenotip kerbau rawa (B. bubalis carabenesis). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Guosobokerto Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. 211 kerbau lokal, terdiri dari 117 kerbau betina dan 91 kerbau jantan yang dikelompokkan berdasarkan jumlah pergantian gigi seri permanen yaitu PI0, P12, P14, P16dan P18. Data dianalisa dengan menggunakan annova way classification test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3,79% bentuk tanduk melingkar kebawah yang tidak sesuai dengan SNI 7706.1.2011. Umur memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap ukuran statistik vital kerbau rawa (lingkar dada, tinggi badan, tinggi pinggul, panjang badan dan berat badan). Pertumbuhan tertinggi berdasarkan ukuran tubuh kerbau rawa betina standar adalah ligkar dada P18 178,3 cm, tinggi badan P16 121,54 cm, tinggi pinggul P16 119,54 cm, panjang badan P18 129,39 cm dan berat badan P18 343,81 kg. Sedangkan pertumbuhan tertinggi berdasarkan pada tubuh kerbau rawa standar untuk jantan adalah pada lingkar dada P14 194,38 cm, tinggi badan pada P16 123,8 cm, tinggi pinggul pada P16 122,8 cm, panjang badan pada P14 125,75 cm dan berat badan pada P14 410,88 kg. Terdapat 30,77% kerbau rawa betina dan 65,96% jantan yang tidak sesuai dengan SNI 7706.1.2011. Kerbau rawa di wilayah Desa Guosobokerto dapat dikatakan tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dan peningkatan kualitas genetik dengan mengawinkan calon kerbau rawa unggul untuk mempertahankan potensi karena Desa Guosobokerto merupakan asal daerah kerbau rawa.
{"title":"Karakteristik Fenotip Kerbau Rawa (B. bubalis carabenesis) di Wilayah Sentra Pengembangan Kerbau Desa Guosobokerto Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara","authors":"Erlangga Arfiyan Nur, Hary Nugroho, Kuswati Kuswati","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.10","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fenotip kerbau rawa (B. bubalis carabenesis). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Guosobokerto Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. 211 kerbau lokal, terdiri dari 117 kerbau betina dan 91 kerbau jantan yang dikelompokkan berdasarkan jumlah pergantian gigi seri permanen yaitu PI0, P12, P14, P16dan P18. Data dianalisa dengan menggunakan annova way classification test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3,79% bentuk tanduk melingkar kebawah yang tidak sesuai dengan SNI 7706.1.2011. Umur memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap ukuran statistik vital kerbau rawa (lingkar dada, tinggi badan, tinggi pinggul, panjang badan dan berat badan). Pertumbuhan tertinggi berdasarkan ukuran tubuh kerbau rawa betina standar adalah ligkar dada P18 178,3 cm, tinggi badan P16 121,54 cm, tinggi pinggul P16 119,54 cm, panjang badan P18 129,39 cm dan berat badan P18 343,81 kg. Sedangkan pertumbuhan tertinggi berdasarkan pada tubuh kerbau rawa standar untuk jantan adalah pada lingkar dada P14 194,38 cm, tinggi badan pada P16 123,8 cm, tinggi pinggul pada P16 122,8 cm, panjang badan pada P14 125,75 cm dan berat badan pada P14 410,88 kg. Terdapat 30,77% kerbau rawa betina dan 65,96% jantan yang tidak sesuai dengan SNI 7706.1.2011. Kerbau rawa di wilayah Desa Guosobokerto dapat dikatakan tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dan peningkatan kualitas genetik dengan mengawinkan calon kerbau rawa unggul untuk mempertahankan potensi karena Desa Guosobokerto merupakan asal daerah kerbau rawa.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"67 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80039742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2018.019.02.7
Yori Raimona Menoh, N. Mulyantini, F. Telupere
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi dalam ransum terhadap performa ayam broiler. Materi yang digunakan adalah 96 ekor anak ayam. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilanjutkan uji Duncan untuk hasil yang berbeda nyata yang terdiri dari empat perlakuan enam ulangan dan tiap ulangan terdiri dari empat ekor. Perlakuan yang diuji yakni R0= ransum basal (Komersil BR2), R1= ransum komersil dengan pergantian 5% pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi, R2= ransum komersil dengan pergantian 10% pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi, R3= ransum komersil dengan pergantian 15% pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi. Variabel yang diamati yakni konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian, nisbah konversi ransum, kecernaan protein dan energi, berat hidup, bobot karkas, bobot potongan primal karkas, bobot non karkas, panjang saluran pencernaan, persentase karkas, persentase non karkas, persentase potongan primal karkas, dan persentase lemak abdominal. Hasil analisis didapatkan bahwa penggunaan pelet daun ubi jalar ungu secara sangat nyata (P 0,05). Disimpulkan bahwa penggunaan pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi dalam ransum ayam broiler dapat meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian, nisbah konversi ransum, kecernaan protein dan kecernaan energi, tetapi tidak terjadi peningkatan untuk bobot potongan primal karkas, bobot non karkas, panjang saluran pencernaan, persentase karkas, persentase non karkas, persentase potongan primal karkas, dan persentase lemak abdominal.
{"title":"Pengaruh Penggunaan Pelet Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas var. Ayamurasaki) Terfermentasi Larutan Effective Microorganism 4 (EM-4) dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Broiler","authors":"Yori Raimona Menoh, N. Mulyantini, F. Telupere","doi":"10.21776/ub.jtapro.2018.019.02.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2018.019.02.7","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi dalam ransum terhadap performa ayam broiler. Materi yang digunakan adalah 96 ekor anak ayam. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilanjutkan uji Duncan untuk hasil yang berbeda nyata yang terdiri dari empat perlakuan enam ulangan dan tiap ulangan terdiri dari empat ekor. Perlakuan yang diuji yakni R0= ransum basal (Komersil BR2), R1= ransum komersil dengan pergantian 5% pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi, R2= ransum komersil dengan pergantian 10% pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi, R3= ransum komersil dengan pergantian 15% pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi. Variabel yang diamati yakni konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian, nisbah konversi ransum, kecernaan protein dan energi, berat hidup, bobot karkas, bobot potongan primal karkas, bobot non karkas, panjang saluran pencernaan, persentase karkas, persentase non karkas, persentase potongan primal karkas, dan persentase lemak abdominal. Hasil analisis didapatkan bahwa penggunaan pelet daun ubi jalar ungu secara sangat nyata (P 0,05). Disimpulkan bahwa penggunaan pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi dalam ransum ayam broiler dapat meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian, nisbah konversi ransum, kecernaan protein dan kecernaan energi, tetapi tidak terjadi peningkatan untuk bobot potongan primal karkas, bobot non karkas, panjang saluran pencernaan, persentase karkas, persentase non karkas, persentase potongan primal karkas, dan persentase lemak abdominal.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"61 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77039042","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengencer CEP-3 kuning telur terhadap kualitas semen cair sapi Peranakan Ongole (PO) pada media simpan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya pada bulan Agustus sampai September 2017. Materi penelitian yang digunakan yaitu semen segar sapi Peranakan Ongole (PO) berumur 2 tahun ditampung menggunakan vagina buatan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan 5 perlakuan yaitu P0 (media simpan refrigerator suhu 5 oC), P1 (media simpan termos kosong suhu 28 oC), P2 (media simpan termos berisi es batu suhu 0 oC), P3 (media simpan termos berisi air es suhu 9 oC), dan P4 (media simpan termos berisi air sumur suhu 25 oC) masing-masing perlakuan menggunakan 10 ulangan apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Jarak Duncan. Hasil analisis ragam pada penyimpanan hingga jam ke-8 menunjukkan berbeda sangat nyata (P 70 % dikemas didalam dan tanpa straw.
{"title":"Kualitas Semen Cair Sapi Peranakan Ongole Menggunakan Pengencer CEP-3 Kuning Telur pada Media Simpan yang Berbeda","authors":"Risky Amalia Rosary, Kuswati Kuswati, Trinil Susilawati","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.3","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengencer CEP-3 kuning telur terhadap kualitas semen cair sapi Peranakan Ongole (PO) pada media simpan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya pada bulan Agustus sampai September 2017. Materi penelitian yang digunakan yaitu semen segar sapi Peranakan Ongole (PO) berumur 2 tahun ditampung menggunakan vagina buatan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan 5 perlakuan yaitu P0 (media simpan refrigerator suhu 5 oC), P1 (media simpan termos kosong suhu 28 oC), P2 (media simpan termos berisi es batu suhu 0 oC), P3 (media simpan termos berisi air es suhu 9 oC), dan P4 (media simpan termos berisi air sumur suhu 25 oC) masing-masing perlakuan menggunakan 10 ulangan apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Jarak Duncan. Hasil analisis ragam pada penyimpanan hingga jam ke-8 menunjukkan berbeda sangat nyata (P 70 % dikemas didalam dan tanpa straw.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"128 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76704880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-01DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.6
Asri Nurul Huda, M. Mashudi, Kuswati Kuswati, S. Wahjuningsih, N. Isnaini, Aulia Puspita Anugra Yekti, A. T. Satria
Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kecukupan nilai nutrisi untuk induk sapi potong di Desa Leran Wetan dan Leran Kulon, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Data diambil dengan metode survei menggunakan kuisioner kepada 15 responden di masing-masing desa. Sampel pakan diambil di masing-masing peternak responden kemudian dianalisis proksimat dan dilanjutkan uji kecernaan BK dan BO secara in vitro di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan induk sapi potong di masing-masing desa antara 2-3 ekor, bobot badan 300-350 kg/ekor, dengan tujuan pemeliharaan untuk menghasilkan pedet. Jenis pakan yang sering diberikan bervariasi meliputi rumput gajah, rumput lapang, limbah pertanian seperti jerami padi dan jerami jagung serta dedak padi sebagai pakan tambahan. Konsumsi BK pakan di Desa Leran Wetan rata-rata adalah 5,853 ± 1,663 kg/ekor/hari dan di Desa Leran Kulon adalah 5,943 ± 1,325 kg/ekor/hari sedangkan kebutuhan berdasarkan bobot badannya adalah 7,4 – 8,3 kg/ekor/hari. Ransum dengan pakan basal limbah pertanian di Desa Leran Kulon memiliki KcBK sebesar 27,844 ± 0,679% sedangkan ransum dengan pakan basal rumput memiliki nilai KcBK lebih tinggi yaitu 44,919 ± 1,800%. Nilai KcBK Ransum berbasis jerami di Desa Leran Wetan adalah 27,918 ± 0,692% dan yang berbasis rumput adalah sebesar 44,434 ± 2,026%. Nilai KcBO di Desa Leran Kulon pada ransum berbasis jerami dan rumput berturut-turut adalah 30,234 ± 46,412% dan 46,412 ± 1,778% sedangkan di Desa Leran Wetan berturut-turut adalah 33,689 ± 1,081% dan 52,989 ± 3,139%. Berdasarkan hasil studi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ternak masih belum memenuhi kebutuhannya. Penggunaan limbah pertanian dapat menurunkan nilai kecernaan ransum maka sebaiknya diganti dengan hijauan seperti leguminosa dan rumput. Pakan dengan kualitas yang baik akan meningkatkan performa reproduksi induk sapi potong.
{"title":"Evaluasi Kecukupan Nutrisi Induk Sapi Potong di Desa Leran Wetan dan Leran Kulon, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban","authors":"Asri Nurul Huda, M. Mashudi, Kuswati Kuswati, S. Wahjuningsih, N. Isnaini, Aulia Puspita Anugra Yekti, A. T. Satria","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.6","url":null,"abstract":"Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kecukupan nilai nutrisi untuk induk sapi potong di Desa Leran Wetan dan Leran Kulon, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Data diambil dengan metode survei menggunakan kuisioner kepada 15 responden di masing-masing desa. Sampel pakan diambil di masing-masing peternak responden kemudian dianalisis proksimat dan dilanjutkan uji kecernaan BK dan BO secara in vitro di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan induk sapi potong di masing-masing desa antara 2-3 ekor, bobot badan 300-350 kg/ekor, dengan tujuan pemeliharaan untuk menghasilkan pedet. Jenis pakan yang sering diberikan bervariasi meliputi rumput gajah, rumput lapang, limbah pertanian seperti jerami padi dan jerami jagung serta dedak padi sebagai pakan tambahan. Konsumsi BK pakan di Desa Leran Wetan rata-rata adalah 5,853 ± 1,663 kg/ekor/hari dan di Desa Leran Kulon adalah 5,943 ± 1,325 kg/ekor/hari sedangkan kebutuhan berdasarkan bobot badannya adalah 7,4 – 8,3 kg/ekor/hari. Ransum dengan pakan basal limbah pertanian di Desa Leran Kulon memiliki KcBK sebesar 27,844 ± 0,679% sedangkan ransum dengan pakan basal rumput memiliki nilai KcBK lebih tinggi yaitu 44,919 ± 1,800%. Nilai KcBK Ransum berbasis jerami di Desa Leran Wetan adalah 27,918 ± 0,692% dan yang berbasis rumput adalah sebesar 44,434 ± 2,026%. Nilai KcBO di Desa Leran Kulon pada ransum berbasis jerami dan rumput berturut-turut adalah 30,234 ± 46,412% dan 46,412 ± 1,778% sedangkan di Desa Leran Wetan berturut-turut adalah 33,689 ± 1,081% dan 52,989 ± 3,139%. Berdasarkan hasil studi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ternak masih belum memenuhi kebutuhannya. Penggunaan limbah pertanian dapat menurunkan nilai kecernaan ransum maka sebaiknya diganti dengan hijauan seperti leguminosa dan rumput. Pakan dengan kualitas yang baik akan meningkatkan performa reproduksi induk sapi potong.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83585493","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-01DOI: 10.21776/ub.jtapro.2018.019.02.4
Zakaria Husein Abdurrahman, Y. Yanti
Pemanfaatan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan ayam mulai dilarang karena adanya pengaruh merugikan bagi kesehatan manusia. Alternatif lain selain menggunakan antibiotik adalah menggunakan probiotik dan prebiotik. Penelitian tentang probiotik dan prebiotik telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir pada ternak ayam. Penggunaan kombinasi probiotik dan prebiotik yang diberikan secara bersama dapat meningkatkan proses penyerapan nutrien pada usus ayam, sehingga berdampak pada peningkatan performans, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas daging. Eksplorasi sumber probiotik dan prebiotik masih perlu dilakukan terutama kombinasi dan kondisi yang optimal berdasarkan berbagai faktor seperti jenis ayam, jenis probiotik, dan jenis prebiotik.
{"title":"Gambaran Umum Pengaruh Probiotik dan Prebiotik pada Kualitas Daging Ayam","authors":"Zakaria Husein Abdurrahman, Y. Yanti","doi":"10.21776/ub.jtapro.2018.019.02.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2018.019.02.4","url":null,"abstract":"Pemanfaatan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan ayam mulai dilarang karena adanya pengaruh merugikan bagi kesehatan manusia. Alternatif lain selain menggunakan antibiotik adalah menggunakan probiotik dan prebiotik. Penelitian tentang probiotik dan prebiotik telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir pada ternak ayam. Penggunaan kombinasi probiotik dan prebiotik yang diberikan secara bersama dapat meningkatkan proses penyerapan nutrien pada usus ayam, sehingga berdampak pada peningkatan performans, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas daging. Eksplorasi sumber probiotik dan prebiotik masih perlu dilakukan terutama kombinasi dan kondisi yang optimal berdasarkan berbagai faktor seperti jenis ayam, jenis probiotik, dan jenis prebiotik.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"66 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90551418","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-01DOI: 10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.9
Rama Akbaruddin, Mochammad Junus, Nur Cholis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tempe kedelai dan polen dalam bentuk pasta terhadap pertumbuhan anakan lebah pekerja meliputi pertambahan panjang larva, pertambahan panjang pupa dan pertambahan diameter abdomen pupa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai untuk mengetahui persentase tempe kedelai dan polen dalam bentuk pasta yang optimal terhadap pertumbuhan anakan lebah pekerja meliputi pertambahan panjang larva, pertambahan panjang pupa dan pertambahan diameter abdomen pupa. Materi penelitian adalah lebah madu apis mellifera dari peternakan di Desa Cendoro, Kecamatan Dawar Blandong, Kabupaten Mojokerto, sebanyak 96 anakan lebah pekerja yang berupa larva yang berumur 2 hari dan yang berumur 5 hari serta pupa yang berumur 4 hari dan 11 hari. Metode penelitian adalah eksperimen/percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan dan empat kelompok. Data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan jika terdapat perbedaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh masing-masing perlakuan terhadap pertambahan panjang larva maupun pupa sangat berbeda nyata (P 0,05). Hasil uji jarak Duncan untuk variabel pertambahan panjang larva ternyata pengaruh P0, P1, P2, P4 dan P5 tidak berbeda nyata, tetapi kelima perlakuan tersebut berbeda nyata dengan P3. Penulis menyarankan melakukan penelitian serupa namun menggunakan jenis kacang yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap anakan lebah pekerja.
{"title":"Pengaruh Pemberian Tempe Kedelai dan Polen dalam Bentuk Pasta Terhadap Pertumbuhan Anakan Lebah Pekerja Apis mellifera","authors":"Rama Akbaruddin, Mochammad Junus, Nur Cholis","doi":"10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JTAPRO.2018.019.02.9","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tempe kedelai dan polen dalam bentuk pasta terhadap pertumbuhan anakan lebah pekerja meliputi pertambahan panjang larva, pertambahan panjang pupa dan pertambahan diameter abdomen pupa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai untuk mengetahui persentase tempe kedelai dan polen dalam bentuk pasta yang optimal terhadap pertumbuhan anakan lebah pekerja meliputi pertambahan panjang larva, pertambahan panjang pupa dan pertambahan diameter abdomen pupa. Materi penelitian adalah lebah madu apis mellifera dari peternakan di Desa Cendoro, Kecamatan Dawar Blandong, Kabupaten Mojokerto, sebanyak 96 anakan lebah pekerja yang berupa larva yang berumur 2 hari dan yang berumur 5 hari serta pupa yang berumur 4 hari dan 11 hari. Metode penelitian adalah eksperimen/percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan dan empat kelompok. Data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan jika terdapat perbedaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh masing-masing perlakuan terhadap pertambahan panjang larva maupun pupa sangat berbeda nyata (P 0,05). Hasil uji jarak Duncan untuk variabel pertambahan panjang larva ternyata pengaruh P0, P1, P2, P4 dan P5 tidak berbeda nyata, tetapi kelima perlakuan tersebut berbeda nyata dengan P3. Penulis menyarankan melakukan penelitian serupa namun menggunakan jenis kacang yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap anakan lebah pekerja.","PeriodicalId":22289,"journal":{"name":"TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72595595","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}