Pub Date : 2018-10-16DOI: 10.36813/JPLB.2.2.155-164
E. Sinaga, J. M. Rotinsulu, P. Putir
Belangeran (Shorea balangeran Korth.) merupakan tanaman yang habitat tumbuhnya di lahan gambut. Tetapi keberadaan tanaman ini mulai terancam punah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan Shorea balangeran Korth. dengan pemberian pupuk tunggal N, P dan K di Hutan Kampus Universitas Palangka Raya. Diharapkan hasil dari penelitian ini memberikan informasi awal mengenai pertumbuhan Belangeran dengan jenis pupuk yang berbeda sebagai pertimbangan untuk rehabilitasi dilahan gambut. Pengamatan serta pengumpulan data dilakukan menggunakan metode jalur sedangkan pemberian pupuk dilakukan dengan metode acak. Objek penelitian anakan Belangeran yang berumur 7 (enam) bulan, dengan 3 (tiga) perlakuan : Urea (P1), SP-36 (P2), dan KCl (P3). Untuk mengevaluasi pertumbuhan, variabel yang diukur, tinggi, diameter dan pertambahan jumlah daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Belangeran pada pengukuran tinggi dan diameter rata-rata dengan pemberian pupuk P (SP-36) 1,26 cm dan 0,044 cm) lebih baik dibandingkan dengan pemberian pupuk Urea (1,18 cm dan 0,033 cm), dan KCl (1,14 cm dan 0,038 cm), demikian pula dengan variabel pertambahan jumlah daun. Dapat disimpulkan bahwa untuk memacu pertumbuhan Belangeran yang ditanam dilapangan lebih baik pertumbuhannya dengan menambahkan unsur Pospor dari pupuk SP-36 dengan dosis tertentu sesuai dengan hasil penelitian. Selain itu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan tanaman Belangeran di lahan gambut.
{"title":"Peningkatan Pertumbuhan Shorea balangeran Korth. Di Hutan Kampus Universitas Palangka Raya","authors":"E. Sinaga, J. M. Rotinsulu, P. Putir","doi":"10.36813/JPLB.2.2.155-164","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.2.155-164","url":null,"abstract":"Belangeran (Shorea balangeran Korth.) merupakan tanaman yang habitat tumbuhnya di lahan gambut. Tetapi keberadaan tanaman ini mulai terancam punah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan Shorea balangeran Korth. dengan pemberian pupuk tunggal N, P dan K di Hutan Kampus Universitas Palangka Raya. Diharapkan hasil dari penelitian ini memberikan informasi awal mengenai pertumbuhan Belangeran dengan jenis pupuk yang berbeda sebagai pertimbangan untuk rehabilitasi dilahan gambut. \u0000Pengamatan serta pengumpulan data dilakukan menggunakan metode jalur sedangkan pemberian pupuk dilakukan dengan metode acak. Objek penelitian anakan Belangeran yang berumur 7 (enam) bulan, dengan 3 (tiga) perlakuan : Urea (P1), SP-36 (P2), dan KCl (P3). Untuk mengevaluasi pertumbuhan, variabel yang diukur, tinggi, diameter dan pertambahan jumlah daun. \u0000Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Belangeran pada pengukuran tinggi dan diameter rata-rata dengan pemberian pupuk P (SP-36) 1,26 cm dan 0,044 cm) lebih baik dibandingkan dengan pemberian pupuk Urea (1,18 cm dan 0,033 cm), dan KCl (1,14 cm dan 0,038 cm), demikian pula dengan variabel pertambahan jumlah daun. Dapat disimpulkan bahwa untuk memacu pertumbuhan Belangeran yang ditanam dilapangan lebih baik pertumbuhannya dengan menambahkan unsur Pospor dari pupuk SP-36 dengan dosis tertentu sesuai dengan hasil penelitian. Selain itu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan tanaman Belangeran di lahan gambut.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130119239","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-16DOI: 10.36813/JPLB.2.2.112-124
Erry Ika Rhofita Rhofita, N. Naily
Isu lingkungan terkait pencemaran laut terjadi di berbagai tempat berakibat pada menurunnya tingkat sosial ekonomi masyarakat. Upaya mengurangi pencemaran lingkungan dapat dilakukan melalui peningkatan pemahaman ekoteologi Islam. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2017 dengan lokasi penelitian di Pesisir Kenjeran tepatnya Kampung Nambangan-Cumpat. Pendekatan Community Based Research (CBR) diambil dalam rangka mendorong peran aktif warga dalam tata kelola lingkungan khususnya pada isu pencemaran laut. Pendekatan ini menjadi strategis karena tingkat keberagamaan komunitas yang tinggi dan juga karena Islam sendiri menawarkan konsep tersebut. Ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 107 mengajarkan bahwa sikap menjaga dan mengelola lingkungan adalah bagian integral dari ibadah dan manifestasi keimanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan pemahaman komunitas terhadap ekoteologi Islam masih tergolong rendah. Pada dasarnya ekoteologi Islam dapat dijadikan upaya untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan. Sikap kepedulian komunitas Kenjeran ditunjukkan dengan tingkat partisipatif aktif yang lebih dari 80% dalam beberapa kegiatan tata kelola lingkungan. Apabila kepedulian, kesadaran dan mekanisme tata kelola lingkungan komunitas Kenjeran dapat sinergis dengan semangat keberagamaannya melalui ekoteologi islam, maka potensi pesisir Kenjeran termasuk potensi ekonomi juga diharapkan turut membaik dan keberlanjutan lingkungan dapat terwujud.
海洋环境污染问题发生在许多地方,导致社会经济水平的下降。减少环境污染的努力可以通过增加伊斯兰神学的理解来实现。该研究于2017年5月至7月进行,地点为肯杰兰·南邦-康帕特沿岸的研究地点。社区基础研究方法(CBR)的作用是鼓励公民在环境治理特别是海洋污染问题上的积极作用。这种方法之所以具有战略地位,是因为社区的高度多样性,也因为伊斯兰教本身提供了这一概念。伊斯兰教的rahmar Lil Alamin在《古兰经》第107节中阐明,保持和管理环境的态度是崇拜和信仰的组成部分。研究结果表明,社区对伊斯兰生态神学的认识和理解水平仍然很低。基本上,伊斯兰神学可以作为一种预防和控制环境污染的手段。肯杰兰社区的关爱表现在一些环境管理活动中超过80%的积极参与水平。如果肯吉安社区环境的关心、意识和治理机制能够以其通过伊斯兰神学的不平等精神协同工作,那么Kenjeran的沿海潜力以及经济潜力也应该有助于改善,实现环境的可持续性。
{"title":"Persepsi Komunitas Nelayan Kenjeran terhadap Kegiatan Konservasi Lingkungan Pesisir Berdasarkan Perspektif Ekoteologi Islam","authors":"Erry Ika Rhofita Rhofita, N. Naily","doi":"10.36813/JPLB.2.2.112-124","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.2.112-124","url":null,"abstract":"Isu lingkungan terkait pencemaran laut terjadi di berbagai tempat berakibat pada menurunnya tingkat sosial ekonomi masyarakat. Upaya mengurangi pencemaran lingkungan dapat dilakukan melalui peningkatan pemahaman ekoteologi Islam. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2017 dengan lokasi penelitian di Pesisir Kenjeran tepatnya Kampung Nambangan-Cumpat. Pendekatan Community Based Research (CBR) diambil dalam rangka mendorong peran aktif warga dalam tata kelola lingkungan khususnya pada isu pencemaran laut. Pendekatan ini menjadi strategis karena tingkat keberagamaan komunitas yang tinggi dan juga karena Islam sendiri menawarkan konsep tersebut. Ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 107 mengajarkan bahwa sikap menjaga dan mengelola lingkungan adalah bagian integral dari ibadah dan manifestasi keimanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan pemahaman komunitas terhadap ekoteologi Islam masih tergolong rendah. Pada dasarnya ekoteologi Islam dapat dijadikan upaya untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan. Sikap kepedulian komunitas Kenjeran ditunjukkan dengan tingkat partisipatif aktif yang lebih dari 80% dalam beberapa kegiatan tata kelola lingkungan. Apabila kepedulian, kesadaran dan mekanisme tata kelola lingkungan komunitas Kenjeran dapat sinergis dengan semangat keberagamaannya melalui ekoteologi islam, maka potensi pesisir Kenjeran termasuk potensi ekonomi juga diharapkan turut membaik dan keberlanjutan lingkungan dapat terwujud.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129762605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
F. S. Dhiksawan, S. Hadi, Adji Samekto, D. Sasongko
This research on the history Environmental Impact Asessment (EIA) in Indonesia is aimed at obtaining an overview of the changes in regulations concerning EIA. It methods and materials in the form of library study including journals, books, and research documents on the history of EIA. The research produced an overview of the early history of EIA in Indonesia. The overview starts from the participation of the Government of the Republic of Indonesia in the Conference on the Human Environment (UNCHE) Stockholm in 1972. In 1973 Indonesia began inserting environmental consideration into the national development program based on the Decree of the People's Consultative Assembly Number IV of 1973 in the Broad Outlines of State Policy Chapter III Part B item (10). Environment law was firstly enacted in Indonesia in 1982. As time went by, the environmental laws went changes in 1997 and 2009. This law mandated the enactment of government regulation concerning EIA. EIA was first implemented in Indonesia based on the Government Regulation Number 29 of 1986. It was replaced with the Government Regulation Number 51 of 1993. Then It was revoked and replaced with Number 27 of 1999. After 3 (three) years replaced with Number 27 of 2012 on environmental license.
{"title":"History of environmental impact assesment in Indonesia","authors":"F. S. Dhiksawan, S. Hadi, Adji Samekto, D. Sasongko","doi":"10.36813/JPLB.2.1.55-68","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.1.55-68","url":null,"abstract":"This research on the history Environmental Impact Asessment (EIA) in Indonesia is aimed at obtaining an overview of the changes in regulations concerning EIA. It methods and materials in the form of library study including journals, books, and research documents on the history of EIA. The research produced an overview of the early history of EIA in Indonesia. The overview starts from the participation of the Government of the Republic of Indonesia in the Conference on the Human Environment (UNCHE) Stockholm in 1972. In 1973 Indonesia began inserting environmental consideration into the national development program based on the Decree of the People's Consultative Assembly Number IV of 1973 in the Broad Outlines of State Policy Chapter III Part B item (10). Environment law was firstly enacted in Indonesia in 1982. As time went by, the environmental laws went changes in 1997 and 2009. This law mandated the enactment of government regulation concerning EIA. EIA was first implemented in Indonesia based on the Government Regulation Number 29 of 1986. It was replaced with the Government Regulation Number 51 of 1993. Then It was revoked and replaced with Number 27 of 1999. After 3 (three) years replaced with Number 27 of 2012 on environmental license.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123369760","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini dilakukan untuk membantu masyarakat peternak di Kalimantan Tengah dalam mengatasi permasalahan tentang pencemaran udara yang sering dikeluhkan oleh warga masyarakat yang terdampak akibat adanya aktivitas peternakan di sekitar pemukiman karena munculnya bau berupa amonia yang ditimbulkan dari kotoran ternak serta banyak lalat yang beterbangan. Upaya mengatasi hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kapur beserta tumbuhan kedelai untuk mengatasi pencemaran udara. Metode untuk mengetahui seberapa besar intensitas bau amonia dari setiap kandang ternak baik yang diberi perlakuan maupun yang tidak diberi perlakuan kesemuanya diukur dengan menggunakan alat detektor amonia model AR8500. Hasil penelitian menemukan bahwa pemberian kapur dan penanaman kedelai adalah suatu perlakuan yang paling tepat karena mampu menurunkan intensitas bau amonia hingga 64,07%, dari 1,67 ppm (kandang kontrol tanpa perlakuan) menjadi 0,60 ppm. Selanjutnya disusul kandang dengan perlakuan pemberian kapur turun hingga 59,28%, dari 1,67 ppm menjadi 0,68 ppm, serta penanaman kedelai di sekeliling kandang juga mampu menurunkan intensitas bau amonia hingga 53,29% dari 1,67 ppm turun menjadi 0,78 ppm. Sementara dosis penggunaan kapur yang paling rasional baik ditinjau dari faktor ekonomi maupun fungsinya dalam menurunkan intensiatas bau amonia sebanyak 525 kg atau sekitar 0,88 kg/m2. Angka ini setara dengan Rp 882/m2.
{"title":"Mereduksi amonia kotoran ternak unggas dengan menggunakan kapur dan tanaman kedelai","authors":"A. Bustan, A. Pudjirahaju","doi":"10.36813/JPLB.2.1.42-54","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.1.42-54","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk membantu masyarakat peternak di Kalimantan Tengah dalam mengatasi permasalahan tentang pencemaran udara yang sering dikeluhkan oleh warga masyarakat yang terdampak akibat adanya aktivitas peternakan di sekitar pemukiman karena munculnya bau berupa amonia yang ditimbulkan dari kotoran ternak serta banyak lalat yang beterbangan. Upaya mengatasi hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kapur beserta tumbuhan kedelai untuk mengatasi pencemaran udara. Metode untuk mengetahui seberapa besar intensitas bau amonia dari setiap kandang ternak baik yang diberi perlakuan maupun yang tidak diberi perlakuan kesemuanya diukur dengan menggunakan alat detektor amonia model AR8500. Hasil penelitian menemukan bahwa pemberian kapur dan penanaman kedelai adalah suatu perlakuan yang paling tepat karena mampu menurunkan intensitas bau amonia hingga 64,07%, dari 1,67 ppm (kandang kontrol tanpa perlakuan) menjadi 0,60 ppm. Selanjutnya disusul kandang dengan perlakuan pemberian kapur turun hingga 59,28%, dari 1,67 ppm menjadi 0,68 ppm, serta penanaman kedelai di sekeliling kandang juga mampu menurunkan intensitas bau amonia hingga 53,29% dari 1,67 ppm turun menjadi 0,78 ppm. Sementara dosis penggunaan kapur yang paling rasional baik ditinjau dari faktor ekonomi maupun fungsinya dalam menurunkan intensiatas bau amonia sebanyak 525 kg atau sekitar 0,88 kg/m2. Angka ini setara dengan Rp 882/m2.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133965605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}