Pub Date : 2019-04-24DOI: 10.36813/JPLB.3.1.235-243
Ika Bagus Priyambada, Purwono Purwono
Di Indonesia, selain sebagai saluran air alamiah, sungai sering pula digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah kegiatan rumah tangga (domestik). Penggunaan teknologi yang efisien dan alami merupakan solusi sederhana dan murah untuk mengolah air limbah domestik dengan sistem desentralisasi. Tujuan penelitian ini adalah mengolah air limbah domestik menggunakan IPAL portabel dengan dimensi kecil, sehingga aplikatif untuk skala rumah tangga. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Diponegoro selama 3 bulan. Metode penelitian menggunakan IPAL portabel untuk mengolah air limbah domestik skala rumah tangga dengan sistem kontinu. Limbah domestik berasal dari kantin kampus Universitas Diponegoro. IPAL portabel menggunakan sistem kombinasi anaerob-aerob yang dilengkapi dengan bak penampung limbah awal, bak penangkap lemak dan bak efluen. Waktu tinggal hidrolis atau Hydraulic Retention Time (HRT) dilakukan pada 3 variasi yaitu 4 jam, 8 jam dan 12 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi amoniak mengalami penurunan terbesar pada HRT 12 jam dengan efisiensi penyisihan sebesar 60%. Konsentrasi awal sebesar 40,99 mg/l turun menjadi 16,4 mg/l. Konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) dan minyak & lemak juga mengalami penurunan terbesar pada HRT 12 jam, masing-masing turun sebesar 71% dan 91% dari konsentrasi awal. IPAL portabel ini paling efektif dalam menyisihkan minyak & lemak.
{"title":"Efektivitas IPAL portabel sebagai alternatif pengelolaan limbah cair domestik","authors":"Ika Bagus Priyambada, Purwono Purwono","doi":"10.36813/JPLB.3.1.235-243","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.3.1.235-243","url":null,"abstract":"Di Indonesia, selain sebagai saluran air alamiah, sungai sering pula digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah kegiatan rumah tangga (domestik). Penggunaan teknologi yang efisien dan alami merupakan solusi sederhana dan murah untuk mengolah air limbah domestik dengan sistem desentralisasi. Tujuan penelitian ini adalah mengolah air limbah domestik menggunakan IPAL portabel dengan dimensi kecil, sehingga aplikatif untuk skala rumah tangga. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Diponegoro selama 3 bulan. Metode penelitian menggunakan IPAL portabel untuk mengolah air limbah domestik skala rumah tangga dengan sistem kontinu. Limbah domestik berasal dari kantin kampus Universitas Diponegoro. IPAL portabel menggunakan sistem kombinasi anaerob-aerob yang dilengkapi dengan bak penampung limbah awal, bak penangkap lemak dan bak efluen. Waktu tinggal hidrolis atau Hydraulic Retention Time (HRT) dilakukan pada 3 variasi yaitu 4 jam, 8 jam dan 12 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi amoniak mengalami penurunan terbesar pada HRT 12 jam dengan efisiensi penyisihan sebesar 60%. Konsentrasi awal sebesar 40,99 mg/l turun menjadi 16,4 mg/l. Konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) dan minyak & lemak juga mengalami penurunan terbesar pada HRT 12 jam, masing-masing turun sebesar 71% dan 91% dari konsentrasi awal. IPAL portabel ini paling efektif dalam menyisihkan minyak & lemak.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"104 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133738069","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-04-24DOI: 10.36813/JPLB.3.1.272-284
D. Anggraini
Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi dapat menghasilkan limbah yang berpotensi toksik bagi lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung konsentrasi supernatan cutting yang dapat mematikan 50% biota uji dengan waktu pemaparan 96 jam. Percobaan menggunakan wadah kaca untuk menentukan nilai LC50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam. Kegiatan penelitian dibagi menjadi dua tahapan, yaitu uji pendahuluan dan uji utama. Berdasarkan hasil penelitian, nilai LC50-96 jam dari supernatan cutting sebesar 58.241 ppm. Dengan demikian, sesuai PerMenESDM Nomor 45 Tahun 2006 bahwa limbah minyak bumi tersebut dapat dibuang langsung ke perairan, karena nilai LC50-96 jam >30.000 ppm. Semakin lama D. magna terpapar cutting, semakin banyak bagian tubuh D. magna yang mengalami kerusakan.
{"title":"Uji toksisitas akut (LC50) limbah pengeboran minyak bumi terhadap Daphnia magna","authors":"D. Anggraini","doi":"10.36813/JPLB.3.1.272-284","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.3.1.272-284","url":null,"abstract":"Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi dapat menghasilkan limbah yang berpotensi toksik bagi lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung konsentrasi supernatan cutting yang dapat mematikan 50% biota uji dengan waktu pemaparan 96 jam. Percobaan menggunakan wadah kaca untuk menentukan nilai LC50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam. Kegiatan penelitian dibagi menjadi dua tahapan, yaitu uji pendahuluan dan uji utama. Berdasarkan hasil penelitian, nilai LC50-96 jam dari supernatan cutting sebesar 58.241 ppm. Dengan demikian, sesuai PerMenESDM Nomor 45 Tahun 2006 bahwa limbah minyak bumi tersebut dapat dibuang langsung ke perairan, karena nilai LC50-96 jam >30.000 ppm. Semakin lama D. magna terpapar cutting, semakin banyak bagian tubuh D. magna yang mengalami kerusakan.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115040444","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-07DOI: 10.36813/JPLB.2.3.200-219
Dede Abdul Hayyun, E. N. Megantara, Parikesit Parikesit
Sistem agroforestri melalui pengembangan budi daya kopi menjamin kelangsungan struktur dan proses ekologi di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan bentuk layanan ekosistem pada sistem agroforestri berbasis kopi di Desa Cisero, serta mengungkap pengetahuan masyarakat. Penelitian menggunakan metode campuran, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis layanan ekosistem yang tersedia pada sistem agroforestri berbasis kopi di Desa Cisero meliputi jasa penyediaan, pengaturan, pendukung dan kultural. Pengetahuan masyarakat Desa Cisero terhadap layanan ekosistem adalah baik (skor rata-rata 74,86). Masyarakat memiliki pengetahuan sangat baik terkait jasa penyediaan (skor rata-rata 91,46), layanan ekosistem dari pohon penaung berupa jasa pengaturan (skor rata-rata 78,66=baik) dan layanan ekosistem dari keberadaan hidupan liar (skor rata-rata 65,65=baik). Adapun faktor yang berpengaruh cukup kuat terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat diantaranya luas lahan garapan, lama interaksi dengan tata guna lahan dan sharing pengetahuan dengan keluarga serta kelompok tani (LMDH). Untuk memelihara layanan ekosistem di Desa Cisero, maka strategi yang dapat direkomendasikan meliputi penaatan kebijakan kerjasama budi daya kopi (monitoring, pengawasan, evaluasi dan penegakan hukum), pengaktifan kembali koperasi petani dan fasilitasi bantuan modal, mempertimbangkan pengetahuan ekologi lokal dalam perumusan rencana program dan kegiatan budi daya kopi serta pendokumentasian dan pengorganisasian data yang baik.
{"title":"Kajian layanan ekosistem pada sistem agroforestri berbasis kopi di Desa Cisero, Garut","authors":"Dede Abdul Hayyun, E. N. Megantara, Parikesit Parikesit","doi":"10.36813/JPLB.2.3.200-219","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.3.200-219","url":null,"abstract":"Sistem agroforestri melalui pengembangan budi daya kopi menjamin kelangsungan struktur dan proses ekologi di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan bentuk layanan ekosistem pada sistem agroforestri berbasis kopi di Desa Cisero, serta mengungkap pengetahuan masyarakat. Penelitian menggunakan metode campuran, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis layanan ekosistem yang tersedia pada sistem agroforestri berbasis kopi di Desa Cisero meliputi jasa penyediaan, pengaturan, pendukung dan kultural. Pengetahuan masyarakat Desa Cisero terhadap layanan ekosistem adalah baik (skor rata-rata 74,86). Masyarakat memiliki pengetahuan sangat baik terkait jasa penyediaan (skor rata-rata 91,46), layanan ekosistem dari pohon penaung berupa jasa pengaturan (skor rata-rata 78,66=baik) dan layanan ekosistem dari keberadaan hidupan liar (skor rata-rata 65,65=baik). Adapun faktor yang berpengaruh cukup kuat terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat diantaranya luas lahan garapan, lama interaksi dengan tata guna lahan dan sharing pengetahuan dengan keluarga serta kelompok tani (LMDH). Untuk memelihara layanan ekosistem di Desa Cisero, maka strategi yang dapat direkomendasikan meliputi penaatan kebijakan kerjasama budi daya kopi (monitoring, pengawasan, evaluasi dan penegakan hukum), pengaktifan kembali koperasi petani dan fasilitasi bantuan modal, mempertimbangkan pengetahuan ekologi lokal dalam perumusan rencana program dan kegiatan budi daya kopi serta pendokumentasian dan pengorganisasian data yang baik.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114224563","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-07DOI: 10.36813/JPLB.2.3.220-234
Siti Rosa Oktavia, Hefni Effendi, Sigid Hariyadi
Masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam badan air sungai menyebabkan turunnya kualitas air sungai. Salah satu sungai yang diduga telah mengalami pencemaran adalah Kali Angke. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status mutu air dan tingkat pencemaran Kali Angke menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) dan Indeks Canadian Council of Minister of The Environment (CCME). Pengambilan data kualitas air dilakukan pada lima segmen sebanyak 21 titik pengambilan contoh pada tanggal 2–4 Oktober 2017. Data sekunder kualitas air berasal dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Tangerang Selatan, Tangerang, dan Jakarta Barat. Parameter kualitas air meliputi parameter fisika (suhu, TSS, dan TDS), parameter kimia (DO, BOD, COD, NO2-N, NO3-N, pH, total fosfat, Zn, minyak lemak, Hg, dan Cu), dan parameter biologi (fecal coliform dan total coliform). Indeks kualitas air CCME lebih mewakili kondisi perairan daripada Indeks Pencemaran. Tingkat pencemaran semakin meningkat dari hulu ke hilir dan dari tahun 2014 sampai 2016, kemudian menurun pada tahun 2017. Status mutu Kali Angke tergolong cemar ringan menurut IP dan tergolong buruk menurut Indeks CCME.
{"title":"Status mutu air Kali Angke di Bogor, Tangerang, dan Jakarta","authors":"Siti Rosa Oktavia, Hefni Effendi, Sigid Hariyadi","doi":"10.36813/JPLB.2.3.220-234","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.3.220-234","url":null,"abstract":"Masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam badan air sungai menyebabkan turunnya kualitas air sungai. Salah satu sungai yang diduga telah mengalami pencemaran adalah Kali Angke. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status mutu air dan tingkat pencemaran Kali Angke menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) dan Indeks Canadian Council of Minister of The Environment (CCME). Pengambilan data kualitas air dilakukan pada lima segmen sebanyak 21 titik pengambilan contoh pada tanggal 2–4 Oktober 2017. Data sekunder kualitas air berasal dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Tangerang Selatan, Tangerang, dan Jakarta Barat. Parameter kualitas air meliputi parameter fisika (suhu, TSS, dan TDS), parameter kimia (DO, BOD, COD, NO2-N, NO3-N, pH, total fosfat, Zn, minyak lemak, Hg, dan Cu), dan parameter biologi (fecal coliform dan total coliform). Indeks kualitas air CCME lebih mewakili kondisi perairan daripada Indeks Pencemaran. Tingkat pencemaran semakin meningkat dari hulu ke hilir dan dari tahun 2014 sampai 2016, kemudian menurun pada tahun 2017. Status mutu Kali Angke tergolong cemar ringan menurut IP dan tergolong buruk menurut Indeks CCME.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"917 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126981991","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-07DOI: 10.36813/JPLB.2.3.175-184
Trio Widodo, Francisca Diana Alexandra
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku sehat yang dilakukan atas kesadaran, sehingga seseorang dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Penelitian ini mengambil 3 indikator dalam PHBS yaitu perilaku menggunakan jamban sehat, cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan air mengalir, serta pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif. Data di Kota Palangka Raya menunjukkan persentase perilaku warga yang menggunakan jamban sehat sebesar 54%, perilaku cuci tangan pakai sabun 14%, dan perilaku pemberian ASI eksklusif 39,3%. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan PHBS tatanan RT dengan PHBS (menggunakan jamban sehat, CTPS dan pemberian ASI eksklusif) warga di bantaran Sungai Kahayan wilayah kerja Puskesmas Pahandut. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 95 responden yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Pahandut dipilih menggunakan teknik simple random sampling dan dianalisis dengan Chi Square (α=0,05). Sebanyak 54 responden memiliki tingkat pengetahuan PHBS yang baik, 67 responden berperilaku menggunakan jamban sehat dengan baik, 69 responden berperilaku CTPS dengan baik dan 53 responden memberikan ASI eksklusif . Semua p value=0.00. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan PHBS tatanan RT dengan PHBS (menggunakan Jamban Sehat, CTPS dan Pemberian ASI eksklusif) warga di Bantaran Sungai Kahayan wilayah kerja Puskesmas Pahandut Palangka Raya Tahun 2016.
{"title":"Hubungan tingkat pengetahuan PHBS tatanan RT dengan PHBS warga di bantaran Sungai Kahayan Palangka Raya tahun 2016","authors":"Trio Widodo, Francisca Diana Alexandra","doi":"10.36813/JPLB.2.3.175-184","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.3.175-184","url":null,"abstract":"Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku sehat yang dilakukan atas kesadaran, sehingga seseorang dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Penelitian ini mengambil 3 indikator dalam PHBS yaitu perilaku menggunakan jamban sehat, cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan air mengalir, serta pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif. Data di Kota Palangka Raya menunjukkan persentase perilaku warga yang menggunakan jamban sehat sebesar 54%, perilaku cuci tangan pakai sabun 14%, dan perilaku pemberian ASI eksklusif 39,3%. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan PHBS tatanan RT dengan PHBS (menggunakan jamban sehat, CTPS dan pemberian ASI eksklusif) warga di bantaran Sungai Kahayan wilayah kerja Puskesmas Pahandut. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 95 responden yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Pahandut dipilih menggunakan teknik simple random sampling dan dianalisis dengan Chi Square (α=0,05). Sebanyak 54 responden memiliki tingkat pengetahuan PHBS yang baik, 67 responden berperilaku menggunakan jamban sehat dengan baik, 69 responden berperilaku CTPS dengan baik dan 53 responden memberikan ASI eksklusif . Semua p value=0.00. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan PHBS tatanan RT dengan PHBS (menggunakan Jamban Sehat, CTPS dan Pemberian ASI eksklusif) warga di Bantaran Sungai Kahayan wilayah kerja Puskesmas Pahandut Palangka Raya Tahun 2016.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133608942","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-07DOI: 10.36813/JPLB.2.3.185-199
Andreas Pramudianto
Ekosistem gambut sangat berperan dalam kehidupan bumi dan memiliki beberapa fungsi penting seperti ekologis, ekonomi dan sebagainya. Keanekaragaman hayati (flora dan fauna) ekosistem gambut cukup tinggi. Beberapa jenis flora seperti ramin dan jelutung rawa, serta jenis fauna seperti buaya, orang utan dan ikan ditemukan di ekosistem gambut. Status perlindungan terhadap flora dan fauna diatur dalam perangkat hukum nasional (Undang-undang dan Peraturan pelaksanaan). Perangkat hukum internasional yang bersifat hard law seperti Convention on International on Trade in Endangered Species for Wildlife Flora and Fauna (CITES 1973) mengatur flora dan fauna yang diperdagangkan. Perangkat non hukum seperti International Union Conservation for Nature (IUCN) Red Data List mengatur status flora dan fauna. Artikel ini menggambarkan status flora dan fauna pada ekosistem gambut serta upaya perlindungannya. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Hasilnya menunjukkan bahwa pohon ramin dan buaya diatur dalam CITES 1973. Beberapa jenis flora dan fauna lainnya termasuk dalam IUCN Red Data List dengan berbagai status seperti terancam, langka, dan sebagainya. Harapan dari penelitian ini adalah dapat menggambarkan keberadaan flora dan fauna di ekosistem lahan gambut terutama dari aspek hukum nasional dan internasional.
{"title":"Flora dan fauna pada ekosistem lahan gambut dan status perlindungannya dalam hukum nasional dan internasional","authors":"Andreas Pramudianto","doi":"10.36813/JPLB.2.3.185-199","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.3.185-199","url":null,"abstract":"Ekosistem gambut sangat berperan dalam kehidupan bumi dan memiliki beberapa fungsi penting seperti ekologis, ekonomi dan sebagainya. Keanekaragaman hayati (flora dan fauna) ekosistem gambut cukup tinggi. Beberapa jenis flora seperti ramin dan jelutung rawa, serta jenis fauna seperti buaya, orang utan dan ikan ditemukan di ekosistem gambut. Status perlindungan terhadap flora dan fauna diatur dalam perangkat hukum nasional (Undang-undang dan Peraturan pelaksanaan). Perangkat hukum internasional yang bersifat hard law seperti Convention on International on Trade in Endangered Species for Wildlife Flora and Fauna (CITES 1973) mengatur flora dan fauna yang diperdagangkan. Perangkat non hukum seperti International Union Conservation for Nature (IUCN) Red Data List mengatur status flora dan fauna. Artikel ini menggambarkan status flora dan fauna pada ekosistem gambut serta upaya perlindungannya. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Hasilnya menunjukkan bahwa pohon ramin dan buaya diatur dalam CITES 1973. Beberapa jenis flora dan fauna lainnya termasuk dalam IUCN Red Data List dengan berbagai status seperti terancam, langka, dan sebagainya. Harapan dari penelitian ini adalah dapat menggambarkan keberadaan flora dan fauna di ekosistem lahan gambut terutama dari aspek hukum nasional dan internasional.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129645013","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-07DOI: 10.36813/JPLB.2.3.165-174
Fuad Jaya Miharja, H. Husamah, T. Muttaqin
Pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) di Malang diperlukan sebagai penyeimbang emisi gas CO2 dari aktivitas penduduk dan konsumsi bahan bakar kendaraan yang semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis luasan RTH dan kemampuan serap CO2 serta besarnya emisi CO2 yang dilepaskan oleh aktivitas respirasi dan penggunaan bahan bakar minyak. Penelitian ini merupakan jenis deskriptif kuantitatif. Area pengambilan data dalam penelitian ini meliputi Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi yang ada di area penelitian. Metode kuantitatif digunakan untuk menentukan luasan dan kemampuan RTH yang ada saat ini untuk menyerap CO2 dan besarnya CO2 yang dilepaskan. Total emisi gas CO2 yang dihasilkan sebesar 535.429 ton/tahun. Kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah emisi sebesar 9.139 ha dengan luasan area RTH yang tersedia saat ini sebesar 13,09 ha sehingga dibutuhkan 9.126 ha lahan tambahan untuk menyeimbangkan kebutuhan atas RTH.
{"title":"Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau sebagai penyerap emisi gas karbon di kota dan kawasan penyangga Kota Malang","authors":"Fuad Jaya Miharja, H. Husamah, T. Muttaqin","doi":"10.36813/JPLB.2.3.165-174","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.3.165-174","url":null,"abstract":"Pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) di Malang diperlukan sebagai penyeimbang emisi gas CO2 dari aktivitas penduduk dan konsumsi bahan bakar kendaraan yang semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis luasan RTH dan kemampuan serap CO2 serta besarnya emisi CO2 yang dilepaskan oleh aktivitas respirasi dan penggunaan bahan bakar minyak. Penelitian ini merupakan jenis deskriptif kuantitatif. Area pengambilan data dalam penelitian ini meliputi Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi yang ada di area penelitian. Metode kuantitatif digunakan untuk menentukan luasan dan kemampuan RTH yang ada saat ini untuk menyerap CO2 dan besarnya CO2 yang dilepaskan. Total emisi gas CO2 yang dihasilkan sebesar 535.429 ton/tahun. Kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah emisi sebesar 9.139 ha dengan luasan area RTH yang tersedia saat ini sebesar 13,09 ha sehingga dibutuhkan 9.126 ha lahan tambahan untuk menyeimbangkan kebutuhan atas RTH.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"82 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130100736","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-16DOI: 10.36813/JPLB.2.2.101-111
H. P. Jaya, S. Swastila, Y. Ludang
Kota Palangka Raya memiliki luas wilayah 2.678,51 km², jumlah penduduk 229.599 jiwa dan kepadatan penduduk rata-rata 85,72 jiwa/km². Kota ini mengalami kemajuan cukup pesat sehingga berdampak terhadap semakin mahalnya harga tanah di daerah perkotaan. Salah satu kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan membangun rumah susun yang terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Aspek kenyamanan, sanitasi dan keamanan bagi penghuni rumah susun merupakan faktor utama yang menjadi perhatian. Pemerintah Kota Palangka Raya membangun rumah susun pertama tahun 2005 di Jalan Sesep Madu RT 02/RW 09 Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya dan mulai dihuni awal tahun 2010. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem sanitasi di rumah susun Kota Palangka Raya. Metode yang digunakan dengan cara observasi dan wawancara langsung terhadap pengelola dan beberapa penghuni rumah susun. Hasil observasi menunjukkan kondisi bangunan rumah susun kurang terawat, terkesan kumuh, kondisi hunian belum berfungsi secara optimal (pada lantai 5 terdapat 24 kamar tidak dihuni karena penerangan listrik diputus oleh Perusahaan Listrik Negara akibat menunggak), sistem sanitasi seperti air bersih tersedia tetapi air limbah, drainase dan persampahan tidak dikelola dengan baik.
{"title":"Evaluasi sistem sanitasi di rumah susun kota Palangka Raya","authors":"H. P. Jaya, S. Swastila, Y. Ludang","doi":"10.36813/JPLB.2.2.101-111","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.2.101-111","url":null,"abstract":"Kota Palangka Raya memiliki luas wilayah 2.678,51 km², jumlah penduduk 229.599 jiwa dan kepadatan penduduk rata-rata 85,72 jiwa/km². Kota ini mengalami kemajuan cukup pesat sehingga berdampak terhadap semakin mahalnya harga tanah di daerah perkotaan. Salah satu kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan membangun rumah susun yang terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Aspek kenyamanan, sanitasi dan keamanan bagi penghuni rumah susun merupakan faktor utama yang menjadi perhatian. Pemerintah Kota Palangka Raya membangun rumah susun pertama tahun 2005 di Jalan Sesep Madu RT 02/RW 09 Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya dan mulai dihuni awal tahun 2010. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem sanitasi di rumah susun Kota Palangka Raya. Metode yang digunakan dengan cara observasi dan wawancara langsung terhadap pengelola dan beberapa penghuni rumah susun. Hasil observasi menunjukkan kondisi bangunan rumah susun kurang terawat, terkesan kumuh, kondisi hunian belum berfungsi secara optimal (pada lantai 5 terdapat 24 kamar tidak dihuni karena penerangan listrik diputus oleh Perusahaan Listrik Negara akibat menunggak), sistem sanitasi seperti air bersih tersedia tetapi air limbah, drainase dan persampahan tidak dikelola dengan baik.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129396167","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-16DOI: 10.36813/JPLB.2.2.125-139
Tri Suwarni Wahyudiningsih, Y. Jagau, N. Ravenska
C. pandurata merupakan anggrek endemik, termasuk Appendiks I menurut CITES, dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kebakaran hutan, konversi lahan, eksploitasi tidak terkendali, periode berbunga sangat pendek, dan sulit disilangkan menjadi faktor penyebab yang membuat populasi C pandurata terancam punah sehingga perlu dilakukan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan karakter morfologi C. pandurata dari Muara Teweh dan Tewah, propagasi secara in vitro, serta pelestarian berbasis komunitas masyarakat lokal. Bunga asal Tewah memiliki ciri-ciri seperti warna lidah lebih hitam, bulu halus dan ornamen lebih jelas, panjang dan lebar pada bulbus dan daun asal Tewah lebih besar. Eksplan serbuk biji ditanam pada medium perlakuan: I. MS (kontrol), II. MS + 3 mg/l BAP (Benzyl Amino Purine), III. MS + 3 mg/l BAP + Pisang, IV. MS + 3 mg/l BAP + air kelapa, dan V. MS + 3 mg/l BAP + tomat. Pada 10 HST (Hari Setelah Tanam) terjadi perubahan warna biji kuning menjadi hijau. Pro-meristem mengalami diferensiasi menjadi kutub calon akar pada suspensor dan kutub calon tunas. Protocorm tumbuh pada 21 HST. Seedling tumbuh pada 8 MST (Minggu Setelah Tanam) pada perlakuan I, II, dan IV. Pada perlakuan III seedling dengan tunas 0,5 cm terlihat pada 9 MST. Pada perlakuan V seedling tumbuh pada 11 MST dengan perawakan sehat dan kuat. Komunitas masyarakat lokal dan hutan adat menjadi prioritas awal pembinaan dan pemberdayaan melalui kegiatan pengenalan anggrek, teknik budi daya, pemahaman konservasi serta penanaman ke habitat, sehingga konservasi in-situ dapat berjalan secara berkesinambungan.
pandurata是一种地方性兰花,根据CITES的建议,包括I推荐兰花,具有高经济价值。森林火灾、土地转换、不受控制的开发、花期非常短、难以杂交是造成气候保护的濒危因素之一。本研究旨在研究Teweh和Tewah河口的C.潘杜拉塔形态特征的差异,以及基于当地社区的体外传播和保护。这种花的特点是更黑的舌头,更细的皮毛和更清晰的装饰,在花朵和更大的落叶面上有长度和宽度。葵花籽的出口种植在处理媒介I. MS .(控制),II。MS + 3 mg/l fir(氨基酸Purine), III。MS + 3毫克香蕉+,IV. MS + 3毫克椰子汁,V. MS + 3毫克番茄。在第10赫斯特(播种后几天),黄色的种子变成了绿色。亲生菌被分类为悬挑根和芽两极的潜在根系。原珊瑚生长在21赫斯特。Seedling生长于8米斯特(播种后一周)I、II和IV。在III Seedling治疗中,9米斯特长出0.5厘米的芽。在V seedling治疗中,它以11米斯特健康强壮的身材生长。当地社区和传统森林通过兰花引进活动、种植技术、保护理解和对栖息地的种植,使它们能够继续进行。
{"title":"Konservasi Coelogyne pandurata Lindh. di Kalimantan Tengah: Karakter Morfologi, Propagasi In Vitro, dan Pelestarian Berbasis Komunitas Lokal","authors":"Tri Suwarni Wahyudiningsih, Y. Jagau, N. Ravenska","doi":"10.36813/JPLB.2.2.125-139","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.2.125-139","url":null,"abstract":"C. pandurata merupakan anggrek endemik, termasuk Appendiks I menurut CITES, dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kebakaran hutan, konversi lahan, eksploitasi tidak terkendali, periode berbunga sangat pendek, dan sulit disilangkan menjadi faktor penyebab yang membuat populasi C pandurata terancam punah sehingga perlu dilakukan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan karakter morfologi C. pandurata dari Muara Teweh dan Tewah, propagasi secara in vitro, serta pelestarian berbasis komunitas masyarakat lokal. Bunga asal Tewah memiliki ciri-ciri seperti warna lidah lebih hitam, bulu halus dan ornamen lebih jelas, panjang dan lebar pada bulbus dan daun asal Tewah lebih besar. Eksplan serbuk biji ditanam pada medium perlakuan: I. MS (kontrol), II. MS + 3 mg/l BAP (Benzyl Amino Purine), III. MS + 3 mg/l BAP + Pisang, IV. MS + 3 mg/l BAP + air kelapa, dan V. MS + 3 mg/l BAP + tomat. Pada 10 HST (Hari Setelah Tanam) terjadi perubahan warna biji kuning menjadi hijau. Pro-meristem mengalami diferensiasi menjadi kutub calon akar pada suspensor dan kutub calon tunas. Protocorm tumbuh pada 21 HST. Seedling tumbuh pada 8 MST (Minggu Setelah Tanam) pada perlakuan I, II, dan IV. Pada perlakuan III seedling dengan tunas 0,5 cm terlihat pada 9 MST. Pada perlakuan V seedling tumbuh pada 11 MST dengan perawakan sehat dan kuat. Komunitas masyarakat lokal dan hutan adat menjadi prioritas awal pembinaan dan pemberdayaan melalui kegiatan pengenalan anggrek, teknik budi daya, pemahaman konservasi serta penanaman ke habitat, sehingga konservasi in-situ dapat berjalan secara berkesinambungan.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115996274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-16DOI: 10.36813/JPLB.2.2.140-154
Suwondo Suwondo, Darmadi Darmadi, M. Yunus
Kebijakan pembangunan sektor kehutanan melalui Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) diharapkan mampu memberikan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat. Pengembangan hutan tanaman berimplikasi pada terjadinya alih fungsi hutan terhadap kebutuhan lahan yang luas, sehingga pengembangannya juga dilakukan pada ekosistem rawa gambut. Selain mempengaruhi ekonomi wilayah, muncul juga berbagai isu lingkungan seperti kebakaran hutan dan lahan, emisi CO2, penurunan keanekaragaman hayati, konflik lahan, dan lain sebagainya. Artikel ini mendeskripsikan keterkaitan antara perlindungan dan pengelolaan ekosistem dengan pemanfaatan lahan gambut sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI) dari perspektif politik ekologi. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, meliputi aspek lingkungan, ekonomi, sosial dan kebijakan pemanfaatan lahan gambut untuk HTI. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Isu kebakaran hutan dan lahan memberikan dampak yang besar terhadap aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial yang menimbulkan krisis ekologi. Respon terhadap krisis ekologi tersebut menimbulkan bergesernya arah kebijakan jangka pendek dan perspektif konservasi terhadap perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut menjadi prioritas utama, serta pengembalian fungsi budidaya menjadi lindung melalui restorasi ekosistem gambut dengan memperhatikan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Kondisi ini membawa implikasi munculnya guncangan pada operasional industri kehutanan, khususnya pulp and paper. Kebijakan dengan pendekatan yang bersifat penolakan basis ekonomi berdasarkan industrialisme pada industri kehutanan harus diterapkan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya efek lanjutan pada sektor lainnya. Sebaliknya, kebijakan harus dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan menuju keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan ekosistem rawa gambut.
{"title":"Perlindungan dan pengelolaan ekosistem: analisis politik ekologi pemanfaatan lahan gambut sebagai hutan tanaman industri","authors":"Suwondo Suwondo, Darmadi Darmadi, M. Yunus","doi":"10.36813/JPLB.2.2.140-154","DOIUrl":"https://doi.org/10.36813/JPLB.2.2.140-154","url":null,"abstract":"Kebijakan pembangunan sektor kehutanan melalui Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) diharapkan mampu memberikan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat. Pengembangan hutan tanaman berimplikasi pada terjadinya alih fungsi hutan terhadap kebutuhan lahan yang luas, sehingga pengembangannya juga dilakukan pada ekosistem rawa gambut. Selain mempengaruhi ekonomi wilayah, muncul juga berbagai isu lingkungan seperti kebakaran hutan dan lahan, emisi CO2, penurunan keanekaragaman hayati, konflik lahan, dan lain sebagainya. Artikel ini mendeskripsikan keterkaitan antara perlindungan dan pengelolaan ekosistem dengan pemanfaatan lahan gambut sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI) dari perspektif politik ekologi. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, meliputi aspek lingkungan, ekonomi, sosial dan kebijakan pemanfaatan lahan gambut untuk HTI. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Isu kebakaran hutan dan lahan memberikan dampak yang besar terhadap aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial yang menimbulkan krisis ekologi. Respon terhadap krisis ekologi tersebut menimbulkan bergesernya arah kebijakan jangka pendek dan perspektif konservasi terhadap perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut menjadi prioritas utama, serta pengembalian fungsi budidaya menjadi lindung melalui restorasi ekosistem gambut dengan memperhatikan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Kondisi ini membawa implikasi munculnya guncangan pada operasional industri kehutanan, khususnya pulp and paper. Kebijakan dengan pendekatan yang bersifat penolakan basis ekonomi berdasarkan industrialisme pada industri kehutanan harus diterapkan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya efek lanjutan pada sektor lainnya. Sebaliknya, kebijakan harus dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan menuju keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan ekosistem rawa gambut.","PeriodicalId":228419,"journal":{"name":"Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115790257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}