Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.26
D. Iyai, Y. Runtuboi
Many studies have explored animals without providing its physical environment, whereas, this information can provide broad understanding for the importance of ecological components. This study tried to combine some studies on how importance the ecological means on the density and population as well as morphometric of the monitor lizards. Data was analysed using SPSS version 18.0 and presented descriptively using tables and graphics. Results show that density and population had association with wide areas of islands and distances from mainland. Morphometric as well had association with carrying capacity and richness of feeding.
{"title":"PHYSICAL ENVIRONMENT, POPULATION PARAMETER, AND MORPHOMETRIC RECORDS MORPHOMETRIC OF THE MONITOR LIZARD IN PAPUA","authors":"D. Iyai, Y. Runtuboi","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.26","url":null,"abstract":"Many studies have explored animals without providing its physical environment, whereas, this information can provide broad understanding for the importance of ecological components. This study tried to combine some studies on how importance the ecological means on the density and population as well as morphometric of the monitor lizards. Data was analysed using SPSS version 18.0 and presented descriptively using tables and graphics. Results show that density and population had association with wide areas of islands and distances from mainland. Morphometric as well had association with carrying capacity and richness of feeding.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128387797","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.40
Carlie Mainase, H. Warmetan, A. S. Sinery
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kepadatan populasi burung pada hutan pendidikan dan kebun hortikultura Universiitas Papua. Metode point count (titik pengamatan) diaplikasikan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kergaman pada hutan tanaman adalah 1,88 hutan alam 2,63 dan kebun hortikultura adalah 1,68 sehingga keragaman burung pada ketiga lokasi tergolong dalam indeks kergaman sedang. Kepadatan populasi burung pada hutan tanaman adalah 4, 81 ekor/ha, hutan alam 15,5 ekor/ha dan kebun hortikultura adalah 11 ekor/ha. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan masing-masing spesies yang dikategorikan rendah, sehingga kelimpahan masing -masing jenis atau spesies tidak sama.
{"title":"KERAGAMAN DAN KEPADATAN POPULASI SPESIES BURUNG PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAPUA","authors":"Carlie Mainase, H. Warmetan, A. S. Sinery","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.40","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kepadatan populasi burung pada hutan pendidikan dan kebun hortikultura Universiitas Papua. Metode point count (titik pengamatan) diaplikasikan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kergaman pada hutan tanaman adalah 1,88 hutan alam 2,63 dan kebun hortikultura adalah 1,68 sehingga keragaman burung pada ketiga lokasi tergolong dalam indeks kergaman sedang. Kepadatan populasi burung pada hutan tanaman adalah 4, 81 ekor/ha, hutan alam 15,5 ekor/ha dan kebun hortikultura adalah 11 ekor/ha. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan masing-masing spesies yang dikategorikan rendah, sehingga kelimpahan masing -masing jenis atau spesies tidak sama.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133524469","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.31
Aditya Rahmadaniarti
Toleransi tanaman terhadap naungan berat dapat dicapai apabila tanaman memiliki mekanisme penangkapan dan penggunaan cahaya secara efisien. Pertumbuhan tanaman porang di bawah naungan dibatasi oleh ketersediaan cahaya sehingga akan memengaruhi laju fotosintesis yang berdampak pada produksi biomassa dan produktivitas umbi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi tanaman porang terhadap perbedaan jenis dan intensitas penaungan tanaman penaung. Penelitian dirancang dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Jenis tegakan penaung sebagai petak utama (main plot), yaitu Jati, Akasia dan Ekaliptus, terbagi menjadi 3 (tiga) sub-plot intensitas penaungan, yaitu rendah (0-22%), sedang (23-44%), dan tinggi (>45%) anak petak dengan jumlah ulangan sebanyak 3 kali. Hasil menunjukkan bahwa ketiga jenis tanaman penaung memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman porang. Jenis tumbuhan penaung berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman porang karena sumbangan kualitas tempat tumbuh melalui seresah. Jenis akasia menyumbang seresah dan kualitas tanah yang lebih baik dibanding jenis tanaman penaung ekaliptus dan jati.
{"title":"TOLERANSI TANAMAN PORANG (Amorphophallus oncophyllus Prain.) TERHADAP JENIS DAN INTENSITAS PENUTUPAN TANAMAN PENAUNG","authors":"Aditya Rahmadaniarti","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.31","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.31","url":null,"abstract":"Toleransi tanaman terhadap naungan berat dapat dicapai apabila tanaman memiliki mekanisme penangkapan dan penggunaan cahaya secara efisien. Pertumbuhan tanaman porang di bawah naungan dibatasi oleh ketersediaan cahaya sehingga akan memengaruhi laju fotosintesis yang berdampak pada produksi biomassa dan produktivitas umbi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi tanaman porang terhadap perbedaan jenis dan intensitas penaungan tanaman penaung. Penelitian dirancang dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Jenis tegakan penaung sebagai petak utama (main plot), yaitu Jati, Akasia dan Ekaliptus, terbagi menjadi 3 (tiga) sub-plot intensitas penaungan, yaitu rendah (0-22%), sedang (23-44%), dan tinggi (>45%) anak petak dengan jumlah ulangan sebanyak 3 kali. Hasil menunjukkan bahwa ketiga jenis tanaman penaung memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman porang. Jenis tumbuhan penaung berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman porang karena sumbangan kualitas tempat tumbuh melalui seresah. Jenis akasia menyumbang seresah dan kualitas tanah yang lebih baik dibanding jenis tanaman penaung ekaliptus dan jati.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121868368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.52
Zainuddin Killian, C. Susanti, S. B. Husodo
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu dan kelembaban pada konstruksi rumah kaki seribu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan teknik observasi. Rumah kaki seribu dipilih secara purposif dengan melibatkan kepala kampung dan ahli waris pemilik rumah. Pengukuran suhu pada rumah kaki seribu di dasarkan pada amplitudo suhu harian yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Hasil penelitian menunjukkan suhu rata-rata di dalam rumah kaki seribu pukul 06:00 sebesar 24,85°C, pukul 12:00 sebesar 23,71°C, pukul 18:00 sebesar 23,89°C. Sementara suhu rata-rata di luar rumah kaki seribu pukul 06:00 sebesar 24,14°C, pukul 12:00 sebesar 26,19°C, pukul 18:00 sebesar 24,23°C. Kelembaban rata-rata di dalam rumah kaki seribu pukul 06:00 sebesar 72,99%, pukul 12:00 sebesar 64,55%, pukul 18:00 sebesar 76,60%. Sementara kelembaban rata-rata di luar rumah kaki seribu pukul 06:00 sebesar 72,39%, pukul 12:00 sebesar 60,79%, pukul 18:00 sebesar 73,17%. Suhu rata-rata pada konstruksi atap berkisar 20,30 - 27,76°C. Suhu rata-rata untuk konstruksi dinding dan tiang berkisar 20,19 - 26,56°C. Suhu rata-rata untuk tiang utama berkisar 20,61 - 25,61°C. Suhu rata-rata untuk lantai berkisar 19,39 - 25,77°C. dan penyangga lantai berkisar 19,69 - 24,81°C. Untuk tangga-tangga shu rata-rata berkisar 19,59 - 24,89°C. Secara umum suhu rata-rata terendah diperoleh pada kayu mem sebesar 21,81°C sementara suhu rata-rata tertinggi sebesar 23,85°C diperoleh pada kayu bingam.
{"title":"SIFAT TERMAL JENIS-JENIS KAYU BAHAN KONSTRUKSI RUMAH KAKI SERIBU","authors":"Zainuddin Killian, C. Susanti, S. B. Husodo","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.52","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu dan kelembaban pada konstruksi rumah kaki seribu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan teknik observasi. Rumah kaki seribu dipilih secara purposif dengan melibatkan kepala kampung dan ahli waris pemilik rumah. Pengukuran suhu pada rumah kaki seribu di dasarkan pada amplitudo suhu harian yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Hasil penelitian menunjukkan suhu rata-rata di dalam rumah kaki seribu pukul 06:00 sebesar 24,85°C, pukul 12:00 sebesar 23,71°C, pukul 18:00 sebesar 23,89°C. Sementara suhu rata-rata di luar rumah kaki seribu pukul 06:00 sebesar 24,14°C, pukul 12:00 sebesar 26,19°C, pukul 18:00 sebesar 24,23°C. Kelembaban rata-rata di dalam rumah kaki seribu pukul 06:00 sebesar 72,99%, pukul 12:00 sebesar 64,55%, pukul 18:00 sebesar 76,60%. Sementara kelembaban rata-rata di luar rumah kaki seribu pukul 06:00 sebesar 72,39%, pukul 12:00 sebesar 60,79%, pukul 18:00 sebesar 73,17%. Suhu rata-rata pada konstruksi atap berkisar 20,30 - 27,76°C. Suhu rata-rata untuk konstruksi dinding dan tiang berkisar 20,19 - 26,56°C. Suhu rata-rata untuk tiang utama berkisar 20,61 - 25,61°C. Suhu rata-rata untuk lantai berkisar 19,39 - 25,77°C. dan penyangga lantai berkisar 19,69 - 24,81°C. Untuk tangga-tangga shu rata-rata berkisar 19,59 - 24,89°C. Secara umum suhu rata-rata terendah diperoleh pada kayu mem sebesar 21,81°C sementara suhu rata-rata tertinggi sebesar 23,85°C diperoleh pada kayu bingam.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130097675","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.25
Elieser Sirami
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan tingkat asosiasi antara enam jenis paku epifit dengan pohon inang di TWA Gunung Meja Manokwari. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik survei sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah pengambilang contoh sistematik. Data yang dikumpulkan adalah jumlah individu enam jenis paku epifit, dan jenis dan jumlah individu pada pohon inang. Tingkat asosiasi ditentukan berdasarkan indeks Jaccard dan indeks Dice. Sedangkan tipe asosiasi ditentukan menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 melalui perbandingan nilai harapan dan nilai pengamatan. Hasil penelitian menunjukkann bahwa tingkat asosiasi antara paku epifit dan pohon inang bervariasi dari rendah sampai tinggi, dan sekitar 81,40% terjadi asosiasi positif dan 18,60% negatif. Asosia tertinggi terjadi antara Asplenium nidus L., dan Pometia coreaceae dan Pometia acuminata. Pyrrosia numularifolia dengan Cerbera floribunda, Decaspermum fruticosum dan Dracontomelum dao. Psilotum complanatum Sw., dengan Spathiostemon javensis. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya asosiasi adalah distribusi pohon inang, tekstur batang, kekuatan batang dan alelopati.
{"title":"TINGKAT DAN TIPE ASOSIASI ENAM JENIS PAKU EPIFIT DENGAN POHON INANG DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI","authors":"Elieser Sirami","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.25","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan tingkat asosiasi antara enam jenis paku epifit dengan pohon inang di TWA Gunung Meja Manokwari. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik survei sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah pengambilang contoh sistematik. Data yang dikumpulkan adalah jumlah individu enam jenis paku epifit, dan jenis dan jumlah individu pada pohon inang. Tingkat asosiasi ditentukan berdasarkan indeks Jaccard dan indeks Dice. Sedangkan tipe asosiasi ditentukan menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 melalui perbandingan nilai harapan dan nilai pengamatan. Hasil penelitian menunjukkann bahwa tingkat asosiasi antara paku epifit dan pohon inang bervariasi dari rendah sampai tinggi, dan sekitar 81,40% terjadi asosiasi positif dan 18,60% negatif. Asosia tertinggi terjadi antara Asplenium nidus L., dan Pometia coreaceae dan Pometia acuminata. Pyrrosia numularifolia dengan Cerbera floribunda, Decaspermum fruticosum dan Dracontomelum dao. Psilotum complanatum Sw., dengan Spathiostemon javensis. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya asosiasi adalah distribusi pohon inang, tekstur batang, kekuatan batang dan alelopati.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124388503","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.29
Fitrida Antoh, S. Fatem, Susanti asik
Penelitian ini dilakukan kurang lebih 3 minggu pada 3 November sampai dengan 17 Nopember 2014 di Sorong Selatan. Tujuannya untuk mengidentifikasi pemanfaatan jenis tumbuhan damar oleh masyarakat lokal di kampung Bariat distrik Konda Kabupaten Sorong Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan terlibat dan teknik wawancara dengan responden contoh adalah masyarakat lokal. Penelitian mencatat bahwa ada tiga kategori pemanfaatan damar yaitu getah (kopal), bahan bangunan dan digunakan sebagai bahan kayu bakar. Konservasi tradisional spesies ini oleh masyarakat lokal di Sorong Selatan dilakukan dengan menetapkan ketentuan pohon yang siap dipanen saja (Dbh > 50 cm dan tinggi > 4m). Terdapat pola konservasi pemanfaatan tradisional untuk pemungutan jenis damar putih (Agathis labilladeri Warb.) hanya boleh dilaksanakan oleh masyarakat lokal yang berasal dari marga Kemeray, Konjol, Sawor, dan, semetara jenis damar merah (Vatica sp.) dapat dipungut dan dimanfaatakan oleh seluruh marga pribumi dan masyarakat pendatang.
{"title":"PEMANFAATAN DAMAR OLEH MASYARAKAT DI KAMPUNG BARIAT DISTRIK KONDA KABUPATEN SORONG SELATAN","authors":"Fitrida Antoh, S. Fatem, Susanti asik","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss1.29","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan kurang lebih 3 minggu pada 3 November sampai dengan 17 Nopember 2014 di Sorong Selatan. Tujuannya untuk mengidentifikasi pemanfaatan jenis tumbuhan damar oleh masyarakat lokal di kampung Bariat distrik Konda Kabupaten Sorong Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan terlibat dan teknik wawancara dengan responden contoh adalah masyarakat lokal. Penelitian mencatat bahwa ada tiga kategori pemanfaatan damar yaitu getah (kopal), bahan bangunan dan digunakan sebagai bahan kayu bakar. Konservasi tradisional spesies ini oleh masyarakat lokal di Sorong Selatan dilakukan dengan menetapkan ketentuan pohon yang siap dipanen saja (Dbh > 50 cm dan tinggi > 4m). Terdapat pola konservasi pemanfaatan tradisional untuk pemungutan jenis damar putih (Agathis labilladeri Warb.) hanya boleh dilaksanakan oleh masyarakat lokal yang berasal dari marga Kemeray, Konjol, Sawor, dan, semetara jenis damar merah (Vatica sp.) dapat dipungut dan dimanfaatakan oleh seluruh marga pribumi dan masyarakat pendatang.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122900255","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.41
Yos Walianggen, Alexander Rumatora
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pohon yang kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan anyaman noken serta merekonstruksi proses pembuatannya. Metode deskriptif dengan teknik observasi lapangan dan wawancara semi struktural digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis pohon yang kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan anyaman noken yaitu: Ficus arfakensis, Ficus copyosa, Artocarpus altilis, Ficus elastica, Ficus sp., Gnetum gnemon dan Pipturus argenteus. Rekonstruksi pembuatan noken dimulai dari pengambilan bahan baku, pengupasan kulit, penjemuran serat, perendaman, pemisahan dan pemintalan serat, sampai pada penganyaman dan pewarnaan noken, serta pemasaran. Transfer pengetahuan menganyam noken hanya terjadi pada kaum perempuan saja yaitu dari ibu kepada anak-anak perempuan. Salah satu kegiatan konservasi jenis pohon bahan baku noken yang dilakukan oleh masyarakat suku Yali adalah dengan membudidayakannya jenis-jenis tersebut.
{"title":"REKONSTRUKSI ETNOTEKNOLOGI NOKEN KULIT POHON OLEH SUKU YALI DI KAMPUNG HUBAKMA KABUPATEN YALIMO","authors":"Yos Walianggen, Alexander Rumatora","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.41","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.41","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pohon yang kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan anyaman noken serta merekonstruksi proses pembuatannya. Metode deskriptif dengan teknik observasi lapangan dan wawancara semi struktural digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis pohon yang kulitnya dimanfaatkan sebagai bahan anyaman noken yaitu: Ficus arfakensis, Ficus copyosa, Artocarpus altilis, Ficus elastica, Ficus sp., Gnetum gnemon dan Pipturus argenteus. Rekonstruksi pembuatan noken dimulai dari pengambilan bahan baku, pengupasan kulit, penjemuran serat, perendaman, pemisahan dan pemintalan serat, sampai pada penganyaman dan pewarnaan noken, serta pemasaran. Transfer pengetahuan menganyam noken hanya terjadi pada kaum perempuan saja yaitu dari ibu kepada anak-anak perempuan. Salah satu kegiatan konservasi jenis pohon bahan baku noken yang dilakukan oleh masyarakat suku Yali adalah dengan membudidayakannya jenis-jenis tersebut.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"303 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134214849","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.46
W. Wahyudi
This research was conducting to quantify the berberine concentration. Rapid method using 1H-NMR was used to determine berberine quantitative and qualitatively from the crude extract. Tali kuning was collected from Manokwari Papua Barat and powdered with hammer mill. Sonication was employed to extract using methanol at room temperature. 500 µg authentic berberine chloride were dissolved in 5.4 mL methanol-d4 (containing 84.4 µg anthracene). 1H-NMR spectra were recorded in methanol-d4 (99,9%) using JEOL JNM-ECX 500. Each sample was scanned for 100 using the following parameter 0.18 Hz/point, spectral width 14400 Hz, pulse with 4.0 US, relaxation delay 2 sc. Peak areas were used for qualitative analysis and integration of each peach were employed for quantitative analysis. The results demonstrated that 1H-NMR signal pattern of H-13 and H-8 recorded from Tali Kuning, and Amur corktree were well recorded, and in accordance to the berberine chloride standard. Using peak integration of H-13 and H-8, the berberine quantity in Tali kuning is 18.06 mg/g of dried powder, and 22.78 mg//gr for Amur corktree. Berberine percentage based on the weight of oven-dried-extracts was 8.34% (MC 7.54%) and 12.04% (11,54%) for Amur corktree and Tali kuning.
{"title":"ABUNDANCE OF YELLOW ALKALOID ‘BERBERINE’ IN THE MEDICINAL PLANT OF TALI KUNING (Tinospora dissitiflora Diels.) COLLECTED FROM MANOKWARI – WEST PAPUA","authors":"W. Wahyudi","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.46","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.46","url":null,"abstract":"This research was conducting to quantify the berberine concentration. Rapid method using 1H-NMR was used to determine berberine quantitative and qualitatively from the crude extract. Tali kuning was collected from Manokwari Papua Barat and powdered with hammer mill. Sonication was employed to extract using methanol at room temperature. 500 µg authentic berberine chloride were dissolved in 5.4 mL methanol-d4 (containing 84.4 µg anthracene). 1H-NMR spectra were recorded in methanol-d4 (99,9%) using JEOL JNM-ECX 500. Each sample was scanned for 100 using the following parameter 0.18 Hz/point, spectral width 14400 Hz, pulse with 4.0 US, relaxation delay 2 sc. Peak areas were used for qualitative analysis and integration of each peach were employed for quantitative analysis. The results demonstrated that 1H-NMR signal pattern of H-13 and H-8 recorded from Tali Kuning, and Amur corktree were well recorded, and in accordance to the berberine chloride standard. Using peak integration of H-13 and H-8, the berberine quantity in Tali kuning is 18.06 mg/g of dried powder, and 22.78 mg//gr for Amur corktree. Berberine percentage based on the weight of oven-dried-extracts was 8.34% (MC 7.54%) and 12.04% (11,54%) for Amur corktree and Tali kuning.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"3 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120895595","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.32
Amilda Auri, Petrus A. Dimara, R. Marani
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media kecambah tanah yang dicampur arang limbah gergaji dan arang sekam dalam perkecambahan benih Aquilaria malaccensis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data dianalisis dengan Analisi Ragam (Anova) untuk mengetahui pengaruh media terhadap daya kecambah. Untuk mengetahui mengetahui media perkecambahan mana yang memberikan persen dan waktu perkecambahan yang baik digunakan analisis HSD (TUKEY). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen dan waktu perkecambahan benih A. malaccensis yang baik adalah pada media kecambah tanah yang dicampur arang gergaji dan sekam. Persen perkecambahan pada media ini mencapai 79,33% dengan waktu perkecambahan 20 hari.
{"title":"VIABILITAS BENIH GAHARU (Aquilaria malaccensis) DENGAN MEDIA PERKECAMBAHAN SERBUK GERGAJI DAN ARANG SEKAM PADI","authors":"Amilda Auri, Petrus A. Dimara, R. Marani","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.32","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.32","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media kecambah tanah yang dicampur arang limbah gergaji dan arang sekam dalam perkecambahan benih Aquilaria malaccensis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data dianalisis dengan Analisi Ragam (Anova) untuk mengetahui pengaruh media terhadap daya kecambah. Untuk mengetahui mengetahui media perkecambahan mana yang memberikan persen dan waktu perkecambahan yang baik digunakan analisis HSD (TUKEY). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen dan waktu perkecambahan benih A. malaccensis yang baik adalah pada media kecambah tanah yang dicampur arang gergaji dan sekam. Persen perkecambahan pada media ini mencapai 79,33% dengan waktu perkecambahan 20 hari.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"32 8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123277285","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.38
Fitra Haryadi, C. Susanti, Endra Gunawan, N. I. Sinaga
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui nilai dimensi serat daun Pandanus tectorius Park yang diambil dari Pantai Amban dan Pulau Mansinam. Selain itu berdasarkan nilai dimensi seratnya, dikaji ketepatan produk yang akan dihasilkan dengan menggunakan bahan baku serat daun P. tectorius Park. Daun P. tectorius Park. yang tumbuh di Pantai Amban diambil dari pohon dengan tinggi sekitar 2 meter dan diameter batang sekitar 12 cm, sedangkan sampel daun yang tumbuh di Pulau Mansinam diambil dari pohon dengan tinggi sekitar 3 meter dan diameter batang sekitar 15 cm serta telah berbuah. Proses maserasi yang digunakan untuk mendapatkan serat daun P. tectorius Park. yaitu mengikuti metode Forest Product Laboratory yaitu menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) dan asam asetat glasial (CH3COOH) perbandingan 20:1 dengan beberapa modifikasi. Nilai parameter dimensi serat (panjang serat, diameter serat dan tebal dinding serat serta diameter lumen) daun pandan yang berasal dari Pulau Mansinam lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari pesisir Pantai Amban. Panjang serat rata-rata 0,9565 mm dan 1,2098 mm untuk contoh daun dari Pantai Amban dan Pulau Mansinam. Diameter serat daun P.tectorius Park dari Amban Pantai sebesar 0,0138 mm dan 0,0151 mm untuk contoh yang dari Pulau Mansinam. Oleh sebab itu, serat daun P. tectorius Park potensial digunakan untuk produksi kertas, bahan baku tekstil dan papan serat.
{"title":"DAUN PANDANUS TECTORIUS PARK. POTENSINYA SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK SERAT ALAMI","authors":"Fitra Haryadi, C. Susanti, Endra Gunawan, N. I. Sinaga","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.38","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.38","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui nilai dimensi serat daun Pandanus tectorius Park yang diambil dari Pantai Amban dan Pulau Mansinam. Selain itu berdasarkan nilai dimensi seratnya, dikaji ketepatan produk yang akan dihasilkan dengan menggunakan bahan baku serat daun P. tectorius Park. Daun P. tectorius Park. yang tumbuh di Pantai Amban diambil dari pohon dengan tinggi sekitar 2 meter dan diameter batang sekitar 12 cm, sedangkan sampel daun yang tumbuh di Pulau Mansinam diambil dari pohon dengan tinggi sekitar 3 meter dan diameter batang sekitar 15 cm serta telah berbuah. Proses maserasi yang digunakan untuk mendapatkan serat daun P. tectorius Park. yaitu mengikuti metode Forest Product Laboratory yaitu menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) dan asam asetat glasial (CH3COOH) perbandingan 20:1 dengan beberapa modifikasi. Nilai parameter dimensi serat (panjang serat, diameter serat dan tebal dinding serat serta diameter lumen) daun pandan yang berasal dari Pulau Mansinam lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari pesisir Pantai Amban. Panjang serat rata-rata 0,9565 mm dan 1,2098 mm untuk contoh daun dari Pantai Amban dan Pulau Mansinam. Diameter serat daun P.tectorius Park dari Amban Pantai sebesar 0,0138 mm dan 0,0151 mm untuk contoh yang dari Pulau Mansinam. Oleh sebab itu, serat daun P. tectorius Park potensial digunakan untuk produksi kertas, bahan baku tekstil dan papan serat. ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130064237","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}