Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.256
N. L. May, pohon diantara beberapa, jenis tegakan yang, dikoleksi pada Arboretum, Anggori Manokwari, Kelimpahan Jenis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan Endomikoriza non trapping pada tegakan Pometia pinnata, Pometia coriaceae dan Pometia acuminata. Metode penelitian menggunakan metode sieving dari Gardeman dan Nicholsan dan pengamatan kolonisasi akar. Hasil penelitian menunjukan bahwa Endomikoriza yang ditemukan pada tegakan Pometia pinnata adalah genus Glomus dan Acaulospora; tegakan Pometia coriaceae dijumpai genus Acaulospora dan Glomus; dan tegakan Pometia acuminata dijumpai genus Glomus. Persen kolonisasi perakaran tertinggi pada tegakan Pometia coriaceae yaitu 27,6% dan terendah pada tegakan Pometia acuminata yaitu 1,7%.
{"title":"Endomikoriza Non Trapping Pada Tegakan Pometia pinnata, Pometia coriaceae dan Pometia acuminata Di Arboretum Anggori Manokwari","authors":"N. L. May, pohon diantara beberapa, jenis tegakan yang, dikoleksi pada Arboretum, Anggori Manokwari, Kelimpahan Jenis","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.256","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.256","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan Endomikoriza non trapping pada tegakan Pometia pinnata, Pometia coriaceae dan Pometia acuminata. Metode penelitian menggunakan metode sieving dari Gardeman dan Nicholsan dan pengamatan kolonisasi akar. Hasil penelitian menunjukan bahwa Endomikoriza yang ditemukan pada tegakan Pometia pinnata adalah genus Glomus dan Acaulospora; tegakan Pometia coriaceae dijumpai genus Acaulospora dan Glomus; dan tegakan Pometia acuminata dijumpai genus Glomus. Persen kolonisasi perakaran tertinggi pada tegakan Pometia coriaceae yaitu 27,6% dan terendah pada tegakan Pometia acuminata yaitu 1,7%.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133923744","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.253
Renny Purnawati, Muliyana Arifudin
Peningkatan produksi kayu dengan penggunaan jenis kayu kurang dikenal perlu didukung dengan pengembangan teknologi yang tepat untuk menghasilkan produk berkualitas sesuai tujuan penggunaan, salah satunya adalah teknik pengeringan kayu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat pengeringan dan jadwal pengeringan kayu Flindersia pimenteliana. Metode pengujian sifat pengeringan yang digunakan adalah metode Terazawa yang dimodifikasi. Jadwal pengeringan disusun dengan mempertimbangkan sifat pengeringan kayu pada suhu tinggi (100 °C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu F. pimenteliana tergolong kayu yang agak sulit dikeringkan, metode pengeringan yang tepat dapat dilakukan secara bertahap dengan suhu 50 °C – 80 °C dan kelembaban 85% - 30%.
{"title":"Sifat Dan Jadwal Pengeringan Kayu Flindersia pimenteliana","authors":"Renny Purnawati, Muliyana Arifudin","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.253","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.253","url":null,"abstract":"Peningkatan produksi kayu dengan penggunaan jenis kayu kurang dikenal perlu didukung dengan pengembangan teknologi yang tepat untuk menghasilkan produk berkualitas sesuai tujuan penggunaan, salah satunya adalah teknik pengeringan kayu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat pengeringan dan jadwal pengeringan kayu Flindersia pimenteliana. Metode pengujian sifat pengeringan yang digunakan adalah metode Terazawa yang dimodifikasi. Jadwal pengeringan disusun dengan mempertimbangkan sifat pengeringan kayu pada suhu tinggi (100 °C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu F. pimenteliana tergolong kayu yang agak sulit dikeringkan, metode pengeringan yang tepat dapat dilakukan secara bertahap dengan suhu 50 °C – 80 °C dan kelembaban 85% - 30%.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"105 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123686717","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.246
Zet Kilungga, Rudi A. Maturbongs, Nurhaida I Sinaga
Wiki (Falcataria falcata) merupakan tumbuhan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan tradisional masyarakat Dani yang bermukim di Lembah Baliem, Pegunungan Tengah Provinsi Papua. Tumbuhan penting ini perlu dikaji kontribusinya kepada masyarakat setempat dan status populasinya di alam. Metode pendekatan etnobotani digunakan untuk mengungkap manfaat apa saja yang diperoleh dari tumbuhan Wiki dan metode pendekatan analisis vegetasi diterapkan untuk mengetahui status konservasi populasi Wiki di Lembah Baliem, Papua. Hasil yang diperoleh yaitu Wiki menyumbang 100% (n=30) terhadap enam kebutuhan tradisional Suku Dani di Lembah Baliem yaitu untuk pembuatan pagar, bahan bangunan, kayu bakar, bahan bakar kremasi, badan perahu, dan alat seni. Selain Wiki terdapat empat jenis tumbuhan bermanfaat lainnya yaitu Wile (Casuarina montana) = 58,33%, Pabi (Dodonaea viscosa) = 53,33%, Pum (Bischofia javanica) = 52,22%, dan Wip (Grevilea papuana) = 46,11% , yang memenuhi kebutuhan tradisional Suku Dani seperti yang dilakukan Wiki. Status konservasi populasi Wiki di Lembah Baliem stabil dan cenderung mendominasi komunitas hutan di sekitarnya (Indeks Nilai Penting (INP) berkisar antara 135 hingga 160%. Secara global status konservasi populasi Wiki menurut IUCN adalah Least Conserned (LC) yang mengindikasikan populasi yang stabil.
{"title":"Manfaat Kayu Wiki Falcataria falcata (L) Greuter & R. Rankin Dalam Kehidupan Suku Dani di Lembah Baliem Papua","authors":"Zet Kilungga, Rudi A. Maturbongs, Nurhaida I Sinaga","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.246","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.246","url":null,"abstract":"Wiki (Falcataria falcata) merupakan tumbuhan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan tradisional masyarakat Dani yang bermukim di Lembah Baliem, Pegunungan Tengah Provinsi Papua. Tumbuhan penting ini perlu dikaji kontribusinya kepada masyarakat setempat dan status populasinya di alam. Metode pendekatan etnobotani digunakan untuk mengungkap manfaat apa saja yang diperoleh dari tumbuhan Wiki dan metode pendekatan analisis vegetasi diterapkan untuk mengetahui status konservasi populasi Wiki di Lembah Baliem, Papua. Hasil yang diperoleh yaitu Wiki menyumbang 100% (n=30) terhadap enam kebutuhan tradisional Suku Dani di Lembah Baliem yaitu untuk pembuatan pagar, bahan bangunan, kayu bakar, bahan bakar kremasi, badan perahu, dan alat seni. Selain Wiki terdapat empat jenis tumbuhan bermanfaat lainnya yaitu Wile (Casuarina montana) = 58,33%, Pabi (Dodonaea viscosa) = 53,33%, Pum (Bischofia javanica) = 52,22%, dan Wip (Grevilea papuana) = 46,11% , yang memenuhi kebutuhan tradisional Suku Dani seperti yang dilakukan Wiki. Status konservasi populasi Wiki di Lembah Baliem stabil dan cenderung mendominasi komunitas hutan di sekitarnya (Indeks Nilai Penting (INP) berkisar antara 135 hingga 160%. Secara global status konservasi populasi Wiki menurut IUCN adalah Least Conserned (LC) yang mengindikasikan populasi yang stabil.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114467170","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.247
Alfredo O. Wanma
Hutan mangrove merupakan salah satu hutan di daerah pantai. Hutan mangrove memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sangat sedikit karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ekstrim. Tumbuhan paku merupakan salah satu jenis tumbuhan yang dapat tumbuh di hutan mangrove, namun keanekaragaman jenisnya sedikit jika dibandingkan dengan hutan dataran rendah dan pegunungan. Penelitian tumbuhan paku di hutan mangrove sangat sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur dan keanekaragaman tumbuhan paku hutan mangrove di Distrik Etna Kabupaten Kaimana. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah line plot systematic sampling. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 17 jenis dari 10 famili tumbuhan paku yang terdiri atas 2 tipe tumbuh yaitu epifit dan terrestrial. Asplenium nidus merupakan jenis yang dominan di lokasi pengamatan. Keanekaragaman jenis tumbuhan paku di lokasi penelitian dikategorikan sedang. Pola penyebaran jenis tumbuhan paku di hutan mangrove distrik Etna Kabupaten Kaimana menunjukan jenis Asplenium nidus, Lepisorus sp., Acrostichum aureum dan A. speciosum memiliki pola penyebaran seragam atau teratur, dan 13 jenis lainya memiliki pola penyebaran berkelompok atau menggerombol.
{"title":"Struktur Komunitas Tumbuhan Paku Di Hutan Mangrove Distrik Teluk Etna Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat","authors":"Alfredo O. Wanma","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.247","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.247","url":null,"abstract":"Hutan mangrove merupakan salah satu hutan di daerah pantai. Hutan mangrove memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sangat sedikit karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ekstrim. Tumbuhan paku merupakan salah satu jenis tumbuhan yang dapat tumbuh di hutan mangrove, namun keanekaragaman jenisnya sedikit jika dibandingkan dengan hutan dataran rendah dan pegunungan. Penelitian tumbuhan paku di hutan mangrove sangat sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur dan keanekaragaman tumbuhan paku hutan mangrove di Distrik Etna Kabupaten Kaimana. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah line plot systematic sampling. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 17 jenis dari 10 famili tumbuhan paku yang terdiri atas 2 tipe tumbuh yaitu epifit dan terrestrial. Asplenium nidus merupakan jenis yang dominan di lokasi pengamatan. Keanekaragaman jenis tumbuhan paku di lokasi penelitian dikategorikan sedang. Pola penyebaran jenis tumbuhan paku di hutan mangrove distrik Etna Kabupaten Kaimana menunjukan jenis Asplenium nidus, Lepisorus sp., Acrostichum aureum dan A. speciosum memiliki pola penyebaran seragam atau teratur, dan 13 jenis lainya memiliki pola penyebaran berkelompok atau menggerombol. \u0000 ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129060528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL7.ISS1.239
Albertho Wawura Sorbu, Reinardus L. Cabuy, Alexander Rumatora
Tujuan dari Penelitian ini adalah mengestimasi jumlah biomasa tumbuhan hidup dan nekromasa tumbuhan dan sisa bahan organik tumbuhan yang telah mati pada beberapa tipe tutupan lahan dan membandingkan jumlah biomasa dan nekromasa dari beberapa tipe tutupan lahan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode quantitatif dengan mengukur berbagai sampel biomasa dan nekromasa pada beberapa tipe hutan. Hasil penelitian memperlihatkan nilai total estimasi biomasa tegakan dan karbon tertinggi pada hutan primer Gunung Meja dengan nilai biomasa tegakan 650 ton/Ha dan karbon tersimpan sebesar 299 ton/Ha. Sementara nilai akumulasi terendah diperoleh pada hutan bekas perladangan Sowi Gunung. Nilai nekromasa serasah tertinggi diperoleh pada hutan sekunder tua Aipiri sebesar 7,33 Mg h-1, sementara nekromasa serasah terendah diperoleh di hutan Sowi Gunung sebesar 1,5 Mg h-1. Nilai nekromasa dan karbon dari sisa kayu mati dan tunggak tertinggi diperoleh pada hutan sekunder tua Aipiri masing-masing sebesar 23,5 ton/Ha dan 10,81 ton/Ha. Sementara nilai terendah diperoleh pada hutan primer Gunung Meja 14,1 ton/Ha dan 6,486 ton/Ha. Tingginya variasi tersebut mengindikasikan perbedaan tipe hutan, tingkat kerapatan tegakan, tutupan hutan, rata-rata suhu dan kelembaban, intensitas cahaya.
{"title":"Variasi Nilai Total Estimasi Biomasa dan Nekromasa pada Beberapa Tipe Hutan di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat","authors":"Albertho Wawura Sorbu, Reinardus L. Cabuy, Alexander Rumatora","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL7.ISS1.239","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL7.ISS1.239","url":null,"abstract":"Tujuan dari Penelitian ini adalah mengestimasi jumlah biomasa tumbuhan hidup dan nekromasa tumbuhan dan sisa bahan organik tumbuhan yang telah mati pada beberapa tipe tutupan lahan dan membandingkan jumlah biomasa dan nekromasa dari beberapa tipe tutupan lahan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode quantitatif dengan mengukur berbagai sampel biomasa dan nekromasa pada beberapa tipe hutan. Hasil penelitian memperlihatkan nilai total estimasi biomasa tegakan dan karbon tertinggi pada hutan primer Gunung Meja dengan nilai biomasa tegakan 650 ton/Ha dan karbon tersimpan sebesar 299 ton/Ha. Sementara nilai akumulasi terendah diperoleh pada hutan bekas perladangan Sowi Gunung. Nilai nekromasa serasah tertinggi diperoleh pada hutan sekunder tua Aipiri sebesar 7,33 Mg h-1, sementara nekromasa serasah terendah diperoleh di hutan Sowi Gunung sebesar 1,5 Mg h-1. Nilai nekromasa dan karbon dari sisa kayu mati dan tunggak tertinggi diperoleh pada hutan sekunder tua Aipiri masing-masing sebesar 23,5 ton/Ha dan 10,81 ton/Ha. Sementara nilai terendah diperoleh pada hutan primer Gunung Meja 14,1 ton/Ha dan 6,486 ton/Ha. Tingginya variasi tersebut mengindikasikan perbedaan tipe hutan, tingkat kerapatan tegakan, tutupan hutan, rata-rata suhu dan kelembaban, intensitas cahaya. ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"214 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121457644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL7.ISS1.241
Nicholas M. Sorondanya, H. Peday, Yubelince Y. Runtuboi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe dan penyebaran ekosistem hutan di Pulau Mansinam, Kabupaten Manokwari. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik teknik observasi langsung di lapangan. Untuk pendugaan potensi tegakan dilakukan dengan penentuan transek yang didasarkan pada karakteristik habitat, dimana penentuannya dilakukan secara sengaja dengan menggunakan metode acak sederhana dan masing-masing transek didasarkan pada tipe ekosistem dan tingkat pertumbuhan vegetasi yang dilakukan menggunakan metode berstrata sesuai dengan kondisi masing-masing habitat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 6 (enam) tipe ekosistem yaitu ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan rawa, ekosistem hutan pantai berpasir, ekosistem hutan pantai berkarang, ekosistem hutan dataran rendah sekunder dan ekosistem hutan dataran rendah primer. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa potensi vegetasi pada fase pohon sebanyak 42 jenis, fase tiang sebanyak 43 jenis, fase pancang sebanyak 54 jenis dan fase semai sebanyak 60 jenis. Indeks kesamaan jenis pada ekosistem hutan di Pulau Mansinam pada fase pohon adalah heterogen.
{"title":"Tipe dan Penyebaran Ekosistem Hutan di Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari","authors":"Nicholas M. Sorondanya, H. Peday, Yubelince Y. Runtuboi","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL7.ISS1.241","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL7.ISS1.241","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe dan penyebaran ekosistem hutan di Pulau Mansinam, Kabupaten Manokwari. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik teknik observasi langsung di lapangan. Untuk pendugaan potensi tegakan dilakukan dengan penentuan transek yang didasarkan pada karakteristik habitat, dimana penentuannya dilakukan secara sengaja dengan menggunakan metode acak sederhana dan masing-masing transek didasarkan pada tipe ekosistem dan tingkat pertumbuhan vegetasi yang dilakukan menggunakan metode berstrata sesuai dengan kondisi masing-masing habitat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 6 (enam) tipe ekosistem yaitu ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan rawa, ekosistem hutan pantai berpasir, ekosistem hutan pantai berkarang, ekosistem hutan dataran rendah sekunder dan ekosistem hutan dataran rendah primer. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa potensi vegetasi pada fase pohon sebanyak 42 jenis, fase tiang sebanyak 43 jenis, fase pancang sebanyak 54 jenis dan fase semai sebanyak 60 jenis. Indeks kesamaan jenis pada ekosistem hutan di Pulau Mansinam pada fase pohon adalah heterogen.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133415345","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Daratan Papua memiliki keanekaragaman hayati yang unik. Keunikan tersebut disebabkan karena Papua terletak dibawah garis khatulistiwa yang terdapat hutan hujan tropis dengan keragaman species flora yang tinggi, salah satunya adalah lebah madu. Masyarakat Lembah Baliem Wamena Kabupaten Jayawijaya pada umumnya bermukim di dataran rendah, selah-selah gunung, di bawah kaki gunung dan diatas gunung dengan ketinggian 1.600 – 3.500 meter dari permukaan laut. Kontur yang bervariasi ini terdapat species yang heterogen, hal demikian dapat mendukung masyarakat pada umumnya untuk membudidyakan lebah madu dengan pakan yang tersedia secara alami. Madu Lembah Baliem memiliki kualitas yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia terlihat dari daya tarik pembeli dan nilai jual yang tinggi. Hal tersebut sangat bergantung pada jenis pakan yang tersedia, kadar air madu, masa panen yang terkontrol dan blending dari madu yang berasal dari polyfloral. Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui struktur dan komposisi, keragaman jenis serta dominasi vegetasi sebagai pendukung pakan lebah madu jenis Apis mellifera pada tiga zona berdasarkan ketinggian terutama pada area sekitar peternakan lebah madu dengan teknik observasi dan deskriptif. Species yang mendominasi pada zona satu: Bidens pilosa, Pittosporum ramiflorum, Piper gibbilimbum, Grevilea papuana dan Schefflera actinophylla. Zona kedua: Crotalaria juncea, Bidens pilosa, Wendlandia paniculata, Pittosporum ramiflorum dan Grevilea papuana. Zona ketiga: Calliandra calothyrsus, Brugmansia suaveolens, Casuarina oligodon, dan Falcatarua moluccana. Vegetasi pada zona lembah memberikan perbedaan yang sangat jauh baik dalam hal jumlah maupun jenisnya tetapi jauh lebih baik kerpatan vegetasi pada vegetasi ada di zona antara dan pegunungan.
{"title":"Analisis Vegetasi Pakan Lebah Madu (Apis mellifera) Asal Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya","authors":"Yunus Lengka, Soetjipto Moeljono, Agustinus Murdjoko","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL7.ISS1.234","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL7.ISS1.234","url":null,"abstract":"Daratan Papua memiliki keanekaragaman hayati yang unik. Keunikan tersebut disebabkan karena Papua terletak dibawah garis khatulistiwa yang terdapat hutan hujan tropis dengan keragaman species flora yang tinggi, salah satunya adalah lebah madu. Masyarakat Lembah Baliem Wamena Kabupaten Jayawijaya pada umumnya bermukim di dataran rendah, selah-selah gunung, di bawah kaki gunung dan diatas gunung dengan ketinggian 1.600 – 3.500 meter dari permukaan laut. Kontur yang bervariasi ini terdapat species yang heterogen, hal demikian dapat mendukung masyarakat pada umumnya untuk membudidyakan lebah madu dengan pakan yang tersedia secara alami. Madu Lembah Baliem memiliki kualitas yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia terlihat dari daya tarik pembeli dan nilai jual yang tinggi. Hal tersebut sangat bergantung pada jenis pakan yang tersedia, kadar air madu, masa panen yang terkontrol dan blending dari madu yang berasal dari polyfloral. Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui struktur dan komposisi, keragaman jenis serta dominasi vegetasi sebagai pendukung pakan lebah madu jenis Apis mellifera pada tiga zona berdasarkan ketinggian terutama pada area sekitar peternakan lebah madu dengan teknik observasi dan deskriptif. Species yang mendominasi pada zona satu: Bidens pilosa, Pittosporum ramiflorum, Piper gibbilimbum, Grevilea papuana dan Schefflera actinophylla. Zona kedua: Crotalaria juncea, Bidens pilosa, Wendlandia paniculata, Pittosporum ramiflorum dan Grevilea papuana. Zona ketiga: Calliandra calothyrsus, Brugmansia suaveolens, Casuarina oligodon, dan Falcatarua moluccana. Vegetasi pada zona lembah memberikan perbedaan yang sangat jauh baik dalam hal jumlah maupun jenisnya tetapi jauh lebih baik kerpatan vegetasi pada vegetasi ada di zona antara dan pegunungan.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130869516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untu memperoleh informasi terkait struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon dengan pendekatan parameter indeks nilai penting di hutan Samaris kampung Sepse. Pengamatan dilakukan di distrik Biak Timur dengan menggunakan metode kuadran pada empat plot pengamatan. Hasil penelitian memperlihatkan komposisi jenis sebanyak 29 jenis dengan komposisi struktur vegetasi yang beragam pada setiap tingkatan pertumbuhannya. Dari nilai INP diketahui jenis Pala hutan (Myristica fatua) dengan INP 54,21%, selanjutnya diikuti dengan jenis Mansai (Buchanania arborence) dan Mangganipro (Horsfieldia sp).
{"title":"FORMASI TUMBUHAN HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH DI SAMARES KAMPUNG SEPSI DISTRIK BIAK TIMUR, KABUPATEN BIAK NUMFOR","authors":"Soetjipto Moeljono, Agustinus Murdjoko, Moh. Sholeh Mardoyono, Betty Ligarti Silitonga, Laura Lasamahu, Terenius Kiwo","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss2.203","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss2.203","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untu memperoleh informasi terkait struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon dengan pendekatan parameter indeks nilai penting di hutan Samaris kampung Sepse. Pengamatan dilakukan di distrik Biak Timur dengan menggunakan metode kuadran pada empat plot pengamatan. Hasil penelitian memperlihatkan komposisi jenis sebanyak 29 jenis dengan komposisi struktur vegetasi yang beragam pada setiap tingkatan pertumbuhannya. Dari nilai INP diketahui jenis Pala hutan (Myristica fatua) dengan INP 54,21%, selanjutnya diikuti dengan jenis Mansai (Buchanania arborence) dan Mangganipro (Horsfieldia sp).","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133813681","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-31DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss2.210
Irma Fince Pariri, Wolfram Y. Mofu, Ana Tampang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat memberi informasi tentang cadangan biomassa tumbuhan bawah dan serasah pada beberapa petak tegakan di Hutan Pendidikan Anggori. Hasil penelitian menunjukan bahwa petak Manilkara fasciculate memiliki jumlah jenis tumbuhan bawah sebanyak rata-rata 4-11 jenis tumbuhan dengan jumlah individu 11-26 individu per plot pengamatan. Biomassa tumbuhan bawah tertinggi diperoleh pada petak tegakan Manilkara fasciculate yaitu sebesar 161,333 gr/m2 sedangkan karbon stocknya 0,807 ton C/Ha. Biomassa serasah paling banyak terdapat pada petak Pometia coreacea yaitu 324,667 gram/m2 dan karbon stocknya 1,62 ton C/Ha.
{"title":"DUGAAN CADANGAN BIOMASA TUMBUHAN BAWAH DAN SERASAH PADA BEBERAPA PETAK TEGAKAN DI KAWASAN HUTANPENDIDIKAN ANGGORI","authors":"Irma Fince Pariri, Wolfram Y. Mofu, Ana Tampang","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss2.210","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss2.210","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat memberi informasi tentang cadangan biomassa tumbuhan bawah dan serasah pada beberapa petak tegakan di Hutan Pendidikan Anggori. Hasil penelitian menunjukan bahwa petak Manilkara fasciculate memiliki jumlah jenis tumbuhan bawah sebanyak rata-rata 4-11 jenis tumbuhan dengan jumlah individu 11-26 individu per plot pengamatan. Biomassa tumbuhan bawah tertinggi diperoleh pada petak tegakan Manilkara fasciculate yaitu sebesar 161,333 gr/m2 sedangkan karbon stocknya 0,807 ton C/Ha. Biomassa serasah paling banyak terdapat pada petak Pometia coreacea yaitu 324,667 gram/m2 dan karbon stocknya 1,62 ton C/Ha.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114484630","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-31DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss2.207
MULIYANA ARIFUDIN, Wahyudi
This research highlights diversity of macro-features and density of major timber species from Papua. Thirty-one species of air-dried timber with sample size of 13 cm × 6 cm × 4 cm gathered across Papua were used for density measurement and macro-features observation, cover of colors, grain orientation, and wood texture. The results showed that whitish and straw to yellow brown are dominant color of timber mostly harvested from Papua tropical forest. Their grain orientations are mostly straight, while their textures are medium. With regard to their density, Xantostemum spp is the heaviest timber having density of 1,25 g/cm3 while Alstonia scholaris is the lightest species of timber with density of 0.29 g/cm3. Therefore, majority Papua`s timber species studied are classified into light class species or low density timbers. Pulp and paper, veneer, plywood, flooring, meubels, indoor urnitures and handles or woody utensils are the potential uses of these timber species.
这项研究突出了巴布亚主要木材物种的宏观特征和密度的多样性。在巴布亚各地采集了31种风干木材,样本量为13 cm × 6 cm × 4 cm,用于密度测量和宏观特征观察、颜色覆盖、颗粒取向和木材纹理。结果表明,白色和稻草到黄棕色是主要来自巴布亚热带森林的木材的主要颜色。晶粒取向多为直晶,质地中等。在密度方面,黄茎木(Xantostemum spp)是最重的木材,密度为1.25 g/cm3,而Alstonia scholaris是最轻的木材,密度为0.29 g/cm3。因此,所研究的巴布亚的大多数木材种类被归类为轻级物种或低密度木材。纸浆和纸张、贴面、胶合板、地板、木材、室内家具和把手或木质器皿都是这些木材的潜在用途。
{"title":"MACRO- FEATURES AND DENSITY OF VARIOUS TIMBER SPECIES FROM PAPUA","authors":"MULIYANA ARIFUDIN, Wahyudi","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss2.207","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss2.207","url":null,"abstract":"This research highlights diversity of macro-features and density of major timber species from Papua. Thirty-one species of air-dried timber with sample size of 13 cm × 6 cm × 4 cm gathered across Papua were used for density measurement and macro-features observation, cover of colors, grain orientation, and wood texture. The results showed that whitish and straw to yellow brown are dominant color of timber mostly harvested from Papua tropical forest. Their grain orientations are mostly straight, while their textures are medium. With regard to their density, Xantostemum spp is the heaviest timber having density of 1,25 g/cm3 while Alstonia scholaris is the lightest species of timber with density of 0.29 g/cm3. Therefore, majority Papua`s timber species studied are classified into light class species or low density timbers. Pulp and paper, veneer, plywood, flooring, meubels, indoor urnitures and handles or woody utensils are the potential uses of these timber species.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125628520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}