Pub Date : 2020-06-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss1.198
Monika Demena, E. Raunsay, Verena Agustini
Orchids can grow in almost all habitats like the ground (terrestrial) and trees/wood (epiphytic). This study aimed at identifying types of epiphytic and terrestrial orchids and their morphological characters. The data collection was performed through observation, survey, documentation, and literature review which were then analyzed through a descriptive quantitative approach. Types of orchids growing in the forest in Kantumilena Village were epiphytic and terrestrial orchids consisting of 10 clans and 20 types. Epiphyte orchids there had 16 types namely Calanthe triplicate (Willemet) Ames, Spathoglottis plicata (Blume), Spathoglottis plicata var alba Blume and Spathoglotis pulchra Schltr. While terrestrial orchids growing in the site consisted of 16 types including Agrostophyllum sp1, Agrostophyllum sp2, Cadetia wariana, Bulbophyllum sp1, Bulbophyllum sp2, Coelogyne Sp1, Coelogyne beccarii (Rchb.f), Dendrobium sp1, Dendrobium sp2, Dendrobium sp3, Dendrobium sp4, Dendrobium spectabile (Blume), Dendrobium lineale Rolfe and Dendrobium controides (T.E.Hunt). The habitats of orchids found in the research site were tree (as host) and ground.
兰花可以生长在几乎所有的栖息地,如地面(陆地)和树木/木材(附生)。本研究旨在鉴定附生兰和陆生兰的种类及其形态特征。数据收集通过观察、调查、记录和文献回顾进行,然后通过描述性定量方法进行分析。Kantumilena村森林中生长的兰花类型主要为附生和陆生兰花,共10科20种。附生兰花有三重兰(Calanthe triplicate, Willemet) Ames、皱褶兰(spthoglottis plicata, Blume)、皱褶兰(spthoglottis plicata var alba Blume)和皱褶兰(spthoglottis pulchra Schltr) 16种。其中陆生兰花有石斛sp1、石斛sp2、石斛、球斛sp1、球斛sp2、石斛sp1、石斛sp1、石斛sp2、石斛sp3、石斛sp4、可采石斛(blme)、线斛和控制石斛(t.e.h utt)等16种。在研究地点发现的兰花的栖息地为树(作为寄主)和地面。
{"title":"KARAKTER HABITAT JENIS-JENIS ANGGREK EPIFIT DAN TERESTRIAL DI HUTAN KAMPUNG KANTUMILENA DISTRIK YOKARI KABUPATEN JAYAPURA","authors":"Monika Demena, E. Raunsay, Verena Agustini","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss1.198","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol6.iss1.198","url":null,"abstract":"Orchids can grow in almost all habitats like the ground (terrestrial) and trees/wood (epiphytic). This study aimed at identifying types of epiphytic and terrestrial orchids and their morphological characters. The data collection was performed through observation, survey, documentation, and literature review which were then analyzed through a descriptive quantitative approach. Types of orchids growing in the forest in Kantumilena Village were epiphytic and terrestrial orchids consisting of 10 clans and 20 types. Epiphyte orchids there had 16 types namely Calanthe triplicate (Willemet) Ames, Spathoglottis plicata (Blume), Spathoglottis plicata var alba Blume and Spathoglotis pulchra Schltr. While terrestrial orchids growing in the site consisted of 16 types including Agrostophyllum sp1, Agrostophyllum sp2, Cadetia wariana, Bulbophyllum sp1, Bulbophyllum sp2, Coelogyne Sp1, Coelogyne beccarii (Rchb.f), Dendrobium sp1, Dendrobium sp2, Dendrobium sp3, Dendrobium sp4, Dendrobium spectabile (Blume), Dendrobium lineale Rolfe and Dendrobium controides (T.E.Hunt). The habitats of orchids found in the research site were tree (as host) and ground.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"119 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130211737","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-02-19DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol5.iss1.114
Feronika Womsiwor, Francina F. Kesaulija, Devi Manuhua
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji bentuk-bentuk penggunaan lahan serta mengukur laju perubahan penggunaan lahan pada tahun 2006 sampai tahun 2014 di wilayah Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh dengan pendekatan spektral, yaitu klasifikasi penggunaan lahan melalui analisis lebih dari satu saluran citra landsat dengan data yang bersumber dari citra digital landsat 8 tahun perekaman 2014. Hasil penelitian mengidentifikasi luas kawasan sebesar 33.518,69 ha yang terdiri atas 11 bentuk penggunaan lahan, yaitu hutan lahan kering primer seluas ± 18.808,92 ha (56,11%), hutan lahan kering sekunder seluas ± 4.525,49 ha (13,50%), hutan mangrove seluas ± 362,07 ha (1,08%), pemukiman seluas ± 431,98 ha (1,29%) , perkebunan seluas ± 991,65 ha (2,96%), pertanian lahan kering seluas ± 1.174,61 ha (3,50%), savana seluas ± 732,93 ha (2,19%), sawah seluas ± 514,14 ha (1,53%), semak belukar seluas ± 1.570,29 ha (4,68%), tanah terbuka seluas ± 49,23 ha (0,15%) dan badan air seluas ± 95,67 ha (0,29%). Sebelas penggunaan lahan di Distrik Oransbari juga terbagi dalam tiga fungsi kawasan hutan yaitu cagar alam, hutan lindung dan hutan produksi konversi.
{"title":"KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DAN PENGINDERAAN JAUH DI DISTRIK ORANSBARI, MANOKWARI SELATAN","authors":"Feronika Womsiwor, Francina F. Kesaulija, Devi Manuhua","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol5.iss1.114","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol5.iss1.114","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji bentuk-bentuk penggunaan lahan serta mengukur laju perubahan penggunaan lahan pada tahun 2006 sampai tahun 2014 di wilayah Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh dengan pendekatan spektral, yaitu klasifikasi penggunaan lahan melalui analisis lebih dari satu saluran citra landsat dengan data yang bersumber dari citra digital landsat 8 tahun perekaman 2014. Hasil penelitian mengidentifikasi luas kawasan sebesar 33.518,69 ha yang terdiri atas 11 bentuk penggunaan lahan, yaitu hutan lahan kering primer seluas ± 18.808,92 ha (56,11%), hutan lahan kering sekunder seluas ± 4.525,49 ha (13,50%), hutan mangrove seluas ± 362,07 ha (1,08%), pemukiman seluas ± 431,98 ha (1,29%) , perkebunan seluas ± 991,65 ha (2,96%), pertanian lahan kering seluas ± 1.174,61 ha (3,50%), savana seluas ± 732,93 ha (2,19%), sawah seluas ± 514,14 ha (1,53%), semak belukar seluas ± 1.570,29 ha (4,68%), tanah terbuka seluas ± 49,23 ha (0,15%) dan badan air seluas ± 95,67 ha (0,29%). Sebelas penggunaan lahan di Distrik Oransbari juga terbagi dalam tiga fungsi kawasan hutan yaitu cagar alam, hutan lindung dan hutan produksi konversi.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114624061","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-02-14DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol5.iss1.105
Ernestina Erlis Bisay, Wolfram Y. Mofu, Y. Y. Rahawarin
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis potensial bank benih yang tumbuh pada kawasan Hutan Pendidikan Anggori Manokwari dimana dapat dijadikan sumber informasi dasar bagi pihak pengelola kawasan HPA dan juga acuan bagi kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kehutanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif melalui observasi lapangan dengan variable utama meliputi jumlah, jenis serta bank benih. Hasil penelitian mengindikasikan kurangnya intensitas cahaya matahari yang tembus ke lantai hutan dikarenakan masih rapatnya tegakan dan dominannya tajuk tegakan yang ada disekitar lokasi penelitian. Jumlah jenis tumbuhan bawah terbanyak dijumpai pada plot pengamatan tegakan Tectona grandis (52 jenis individu), dengan rata-rata per tegakan 17, disusul pada tegakan Manilkara fasiculate (49 jenis individu) dengan rata-rata individu per tegakan adalah 17. Selanjutnya pada tegakan Intsia bijuga (48 jenis individu) dengan rata-rata per tegakan adalah 16. Sementara jenis tumbuhan bawah dengan jumpah terkecil terdapat pada tegakan Pometia coreacea (46 jenis individu) dengan rata-rata per tegakan 15.
{"title":"IDENTIFIKASI JENIS-JENIS BANK BENIH PADA HUTAN PENDIDIKAN ANGGORI - MANOKWARI","authors":"Ernestina Erlis Bisay, Wolfram Y. Mofu, Y. Y. Rahawarin","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol5.iss1.105","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol5.iss1.105","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis potensial bank benih yang tumbuh pada kawasan Hutan Pendidikan Anggori Manokwari dimana dapat dijadikan sumber informasi dasar bagi pihak pengelola kawasan HPA dan juga acuan bagi kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kehutanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif melalui observasi lapangan dengan variable utama meliputi jumlah, jenis serta bank benih. Hasil penelitian mengindikasikan kurangnya intensitas cahaya matahari yang tembus ke lantai hutan dikarenakan masih rapatnya tegakan dan dominannya tajuk tegakan yang ada disekitar lokasi penelitian. Jumlah jenis tumbuhan bawah terbanyak dijumpai pada plot pengamatan tegakan Tectona grandis (52 jenis individu), dengan rata-rata per tegakan 17, disusul pada tegakan Manilkara fasiculate (49 jenis individu) dengan rata-rata individu per tegakan adalah 17. Selanjutnya pada tegakan Intsia bijuga (48 jenis individu) dengan rata-rata per tegakan adalah 16. Sementara jenis tumbuhan bawah dengan jumpah terkecil terdapat pada tegakan Pometia coreacea (46 jenis individu) dengan rata-rata per tegakan 15.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134240914","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-01-25DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL4.ISS2.99
Fiktor Theodorus Horota, B. Nugroho, J. Marwa
Penelitian ini bertujuan untuk menilai peran dan fungsi kelembagaan masyarakat yang terlibat dalam program-program PS yang sudah dan atau sedang dijalankan di Kabupaten Manokwari. Pendekatan metode yang digunakan yakni metode studi kasus, yang mana sebagai kasus dalam penelitian ini adalah peran dan fungsi anggota kelompok dalam pengembangan program PS. Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden kunci adalah setiap ketua kelompok dalam lembaga dan pendamping kegiatan dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok kebun rakyat di tiga lokasi yang berbeda yaitu: kelompok Ofoncu Efeina (Kelurahan Amban), Udopi (Kampung Masepi) dan Sarina (Kampung Sarina). Penggunaan areal untuk membangun areal pembibitan dilakukan pada hak milik anggota kelompok. Keterlibatan stakeholder sangat berperan dalam mendukung realisasi kegiatan PS yang cukup efektif. Hasil evaluasi kelembagaan masyarakat yang melaksanakan program PS pembuatan kebun bibit rakyat di Kabupaten Manokwari dinilai sangat lemah dan mengahadapi tantangan besar namun disisi lain peluang dari luar sangat besar jika kelembagaan masyarakat dapat ditata dan dikembangkan.
{"title":"KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL: STUDI KASUS KABUPATEN MANOKWARI","authors":"Fiktor Theodorus Horota, B. Nugroho, J. Marwa","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL4.ISS2.99","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL4.ISS2.99","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menilai peran dan fungsi kelembagaan masyarakat yang terlibat dalam program-program PS yang sudah dan atau sedang dijalankan di Kabupaten Manokwari. Pendekatan metode yang digunakan yakni metode studi kasus, yang mana sebagai kasus dalam penelitian ini adalah peran dan fungsi anggota kelompok dalam pengembangan program PS. Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden kunci adalah setiap ketua kelompok dalam lembaga dan pendamping kegiatan dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok kebun rakyat di tiga lokasi yang berbeda yaitu: kelompok Ofoncu Efeina (Kelurahan Amban), Udopi (Kampung Masepi) dan Sarina (Kampung Sarina). Penggunaan areal untuk membangun areal pembibitan dilakukan pada hak milik anggota kelompok. Keterlibatan stakeholder sangat berperan dalam mendukung realisasi kegiatan PS yang cukup efektif. Hasil evaluasi kelembagaan masyarakat yang melaksanakan program PS pembuatan kebun bibit rakyat di Kabupaten Manokwari dinilai sangat lemah dan mengahadapi tantangan besar namun disisi lain peluang dari luar sangat besar jika kelembagaan masyarakat dapat ditata dan dikembangkan.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133989931","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-01-14DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL4.ISS1.87
Daud Womsiwor, Petrus A. Dimara, Wolfram Y. Mofu
Penelitian ini bertujuan untuk memahami klasifikasi kualitas dan nilai komersial dari jenis gaharu pada klaster pedagang pengumpul di kabupaten Sorong yang berlangsung selama dua bulang di tahun 2016 dengan menggunakan metode deskriptif melalui kegiatan kajian lapangan dan proses wawancara kepada narasumber terkait aktivitas dan proses pemasaran gaharu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok gaharu antara lain: gubal, kemedangan dan abuk yang selanjutnya dikelompokan menjadi: super, AB, teri, sabah, TGC, kemedangan and abuk. Selanjutnya analisis nilai komersial berdasarkan sub kelas, dibagi menjadi: double super/ king, super, kacang AB pas, kacang Ab, kacang ABAB, teri tenggelam, teri A, teri B, teri C, sabah tenggelam/tua, sabah biasa, sabah tanggung, TGC, medang A, medang B, abuk super, abuk medang dan abu kerokan dengan kisaran nilai komersialnnya berkisar antara 5.000 hingga 200 juta per kilogramnya. Selain itu terdapat lima klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong. Total pencari gaharu plasma tercatat sebanyak 1.060 orang yang terdistribusi pada beberapa kabupaten/kota antara lain: Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat.
{"title":"KLASIFIKASI KUALITAS DAN NILAI KOMERSIAL GAHARU PADA KLASTER PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN SORONG","authors":"Daud Womsiwor, Petrus A. Dimara, Wolfram Y. Mofu","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL4.ISS1.87","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL4.ISS1.87","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk memahami klasifikasi kualitas dan nilai komersial dari jenis gaharu pada klaster pedagang pengumpul di kabupaten Sorong yang berlangsung selama dua bulang di tahun 2016 dengan menggunakan metode deskriptif melalui kegiatan kajian lapangan dan proses wawancara kepada narasumber terkait aktivitas dan proses pemasaran gaharu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok gaharu antara lain: gubal, kemedangan dan abuk yang selanjutnya dikelompokan menjadi: super, AB, teri, sabah, TGC, kemedangan and abuk. Selanjutnya analisis nilai komersial berdasarkan sub kelas, dibagi menjadi: double super/ king, super, kacang AB pas, kacang Ab, kacang ABAB, teri tenggelam, teri A, teri B, teri C, sabah tenggelam/tua, sabah biasa, sabah tanggung, TGC, medang A, medang B, abuk super, abuk medang dan abu kerokan dengan kisaran nilai komersialnnya berkisar antara 5.000 hingga 200 juta per kilogramnya. Selain itu terdapat lima klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong. Total pencari gaharu plasma tercatat sebanyak 1.060 orang yang terdistribusi pada beberapa kabupaten/kota antara lain: Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121898154","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-01-14DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol4.iss1.88
Kosmas Assem, Mariana H. Peday, Alexander Rumatora
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan informasi terkait pemanfaatan sumber daya hutan terutama komponen kulit vegetasi hutan untuk kebutuhan harian masyarakat melalui pengolahan kerajinan tangan di Kampung Ainot, Kabupten Maybrat. Untuk mendapatkan data, diskusi dan wawancara dilakukan dengan responden yang dipilih, sementara bentuk pengolahan dan teknis pengerjaannya diobservasi secara langsung di lapangan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat tiga jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Ainot antara lain: Gnetum gnemon L., Kleinhovia hospita dan Trichospermum sp. Selanjutnya dari jenis-jenis ini dianyam dan menghasilkan produk anyaman seperti noken (yu), topi (way tau), koba (am) tanggu (seff) dan benang jahit. Sejauh ini belum ada upaya konservasi jenis-jenis tersebut dikarenakan jumlahnya yang masih cukup banyak dan intensitas pengambilannya yang masih rendah.
{"title":"PEMANFAATAN DAN BENTUK PENGOLAHAN KULIT KAYU BERBASIS PENGETAHUAN LOKAL DAN IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT MAYBRAT","authors":"Kosmas Assem, Mariana H. Peday, Alexander Rumatora","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol4.iss1.88","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol4.iss1.88","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan informasi terkait pemanfaatan sumber daya hutan terutama komponen kulit vegetasi hutan untuk kebutuhan harian masyarakat melalui pengolahan kerajinan tangan di Kampung Ainot, Kabupten Maybrat. Untuk mendapatkan data, diskusi dan wawancara dilakukan dengan responden yang dipilih, sementara bentuk pengolahan dan teknis pengerjaannya diobservasi secara langsung di lapangan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat tiga jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kampung Ainot antara lain: Gnetum gnemon L., Kleinhovia hospita dan Trichospermum sp. Selanjutnya dari jenis-jenis ini dianyam dan menghasilkan produk anyaman seperti noken (yu), topi (way tau), koba (am) tanggu (seff) dan benang jahit. Sejauh ini belum ada upaya konservasi jenis-jenis tersebut dikarenakan jumlahnya yang masih cukup banyak dan intensitas pengambilannya yang masih rendah.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132761795","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-09DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL3.ISS1.64
Katrin Sriyani Udimeraa, Zulfikar Mardiyadi, D. Padang
Identifikasi potensi biomasa dan karbon penting dalam upaya kontribusi menjaga keseimbangan lingkungan global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran potensi karbon pekarangan di kampung Mubraidiba. Metode yang digunakan ialah deskriptif dengan teknik observasi lapang yang dilakukan secara sensus terhadap seluruh tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan yang selanjutnya dibagi berdasarkan keleas diameter. Persamaan alometrik digunakan untuk menduga besaran nilai biomasa yang disesuaikan dengan karakteristik dan jenis tanaman yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman di pekarangan kampung Mubraidiba dilakukan pada 2 (dua) kelas diameter, yaitu kelas diameter 5-30 cm dan kelas diameter 30 cm up. Selain itu, pengelompokan tanaman juga dilakukan berdasarkan jenis tanaman kehutanan, pertanian dan perkebunan dengan jumlah jenis tanaman pertanian dan perkebunan pada kelas diameter 5 - 30 cm lebih banyak (66,67%) dibanding jenis tanaman kehutanan (33,33%). Selain itu, fungsi antara kebun campuran dan pekarangan sedikit berbeda antara kebun campuran dengan tujuan produktivitas dan pekarangan dengan fungsi produktivitas dan fungsi keindahan serta kenyamanan tinggal. Rata-rata nilai biomasa pohon untuk kelas diameter 5-30 cm adalah 1,9951 ton/pekarangan, sedangkan rata-rata biomasa tanaman pertanian sebesar 1,7035 ton/pekarangan. Rata-rata total nilai karbon pohon diameter 5-30 cm sebesar 2,6994 ton/pekarangan, sementara stok karbon pada tanaman kehutanan rata-rata dengan diameter 5 – 30 cm sebesar 3,7898 ton, sedangkan stok karbon tanaman pertanian dan perkebunan rata-rata sebesar 0,8518 ton/pekarangan.
{"title":"POTENSI KARBON BERBASIS PEKARANGAN DI KAMPUNG MUBRAIDIBA KABUPATEN MANOKWARI","authors":"Katrin Sriyani Udimeraa, Zulfikar Mardiyadi, D. Padang","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL3.ISS1.64","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL3.ISS1.64","url":null,"abstract":"Identifikasi potensi biomasa dan karbon penting dalam upaya kontribusi menjaga keseimbangan lingkungan global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran potensi karbon pekarangan di kampung Mubraidiba. Metode yang digunakan ialah deskriptif dengan teknik observasi lapang yang dilakukan secara sensus terhadap seluruh tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan yang selanjutnya dibagi berdasarkan keleas diameter. Persamaan alometrik digunakan untuk menduga besaran nilai biomasa yang disesuaikan dengan karakteristik dan jenis tanaman yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman di pekarangan kampung Mubraidiba dilakukan pada 2 (dua) kelas diameter, yaitu kelas diameter 5-30 cm dan kelas diameter 30 cm up. Selain itu, pengelompokan tanaman juga dilakukan berdasarkan jenis tanaman kehutanan, pertanian dan perkebunan dengan jumlah jenis tanaman pertanian dan perkebunan pada kelas diameter 5 - 30 cm lebih banyak (66,67%) dibanding jenis tanaman kehutanan (33,33%). Selain itu, fungsi antara kebun campuran dan pekarangan sedikit berbeda antara kebun campuran dengan tujuan produktivitas dan pekarangan dengan fungsi produktivitas dan fungsi keindahan serta kenyamanan tinggal. Rata-rata nilai biomasa pohon untuk kelas diameter 5-30 cm adalah 1,9951 ton/pekarangan, sedangkan rata-rata biomasa tanaman pertanian sebesar 1,7035 ton/pekarangan. Rata-rata total nilai karbon pohon diameter 5-30 cm sebesar 2,6994 ton/pekarangan, sementara stok karbon pada tanaman kehutanan rata-rata dengan diameter 5 – 30 cm sebesar 3,7898 ton, sedangkan stok karbon tanaman pertanian dan perkebunan rata-rata sebesar 0,8518 ton/pekarangan. ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133825521","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-10DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS2.49
Piet Yan Wamaer, Wolfram Y. Mofu, H. Peday
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis ketersediaan dan kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) pada kawasan perkotaan Kabupaten Biak Numfor. Observasi lapang dilakukan untuk mengkalkulasi ketersediaan ruang terbuka hijau dan dikembangkan dengan metode kuantitatif dalam menganalisis kebutuhan ruang terbuka hijau. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa total luasan kawasan perkotaan di Kabupaten Biak Numfor sebesar 11.498.58 hektar dengan jumlah penduduk pada kawasan perkotaan tahun 2010 sebanyak 75.496 jiwa yang terus meningkat dengan rata-rata laju peningkatan 1,70% per tahun. Ketersediaan ruang terbuka hijau saat ini sebesar 9.211.47 hektar dan diproyeksikan akan meningkat terus sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Dengan tren peningkatan jangka panjang, maka diperkirakan kebutuhan lahan untuk ruang terbuka hijau di Kabupaten Biak Numfor akan menjadi tidak mencukupi sesuai Permen PU No. 5 Tahun 2008.
{"title":"KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN BIAK NUMFOR","authors":"Piet Yan Wamaer, Wolfram Y. Mofu, H. Peday","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS2.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS2.49","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis ketersediaan dan kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) pada kawasan perkotaan Kabupaten Biak Numfor. Observasi lapang dilakukan untuk mengkalkulasi ketersediaan ruang terbuka hijau dan dikembangkan dengan metode kuantitatif dalam menganalisis kebutuhan ruang terbuka hijau. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa total luasan kawasan perkotaan di Kabupaten Biak Numfor sebesar 11.498.58 hektar dengan jumlah penduduk pada kawasan perkotaan tahun 2010 sebanyak 75.496 jiwa yang terus meningkat dengan rata-rata laju peningkatan 1,70% per tahun. Ketersediaan ruang terbuka hijau saat ini sebesar 9.211.47 hektar dan diproyeksikan akan meningkat terus sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Dengan tren peningkatan jangka panjang, maka diperkirakan kebutuhan lahan untuk ruang terbuka hijau di Kabupaten Biak Numfor akan menjadi tidak mencukupi sesuai Permen PU No. 5 Tahun 2008. ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115374261","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-10DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS2.47
Tatik Fatmaningtyas, Dominggas M. H. Renwarin, Matheus Beljai
Informasi tentang obyek wisata alam di Kabupaten Manokwari belum banyak disajikan secara ilmiah, diantaranya obyek wisata air panas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan sumber air panas sebagai objek wisata alam di Kabupaten Manokwari Selatan. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif dengan teknik studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diambil ialah potensi fisik, biologi, pemandangan alam, sejarah dan sosial masyarakat sekitarnya. Data dianalisis dengan metode skoring menggunakan Pedoman Kriteria Penilaian Daya Tarik Wisata Alam yang disesuaikan dengan kondisi kawasan sumber air panas. Analisis kelayakan dilakukan terhadap 4 kriteria, yaitu: daya tarik, akesibilitas, sarana dan prasarana serta kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar. Dari hasil olahan data dan penilaian, sumber air panas di Kampung Siwi memiliki skor sebesar 79,63. Nilai tersebut termasuk dalam kategori sedang. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa seumber air panas tersebut memenuhi syarat untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam. Walaupun telah memenuhi syarat namun ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan untuk dikelola secara lebih baik dalam pengelolaan obyek wisata alam tersebut, antara lain dukungan pengembangan sarana dan prasarana dari pemerintah.
{"title":"ANALISIS KELAYAKAN SUMBER AIR PANAS SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM DI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN","authors":"Tatik Fatmaningtyas, Dominggas M. H. Renwarin, Matheus Beljai","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS2.47","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS2.47","url":null,"abstract":"Informasi tentang obyek wisata alam di Kabupaten Manokwari belum banyak disajikan secara ilmiah, diantaranya obyek wisata air panas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan sumber air panas sebagai objek wisata alam di Kabupaten Manokwari Selatan. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif dengan teknik studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diambil ialah potensi fisik, biologi, pemandangan alam, sejarah dan sosial masyarakat sekitarnya. Data dianalisis dengan metode skoring menggunakan Pedoman Kriteria Penilaian Daya Tarik Wisata Alam yang disesuaikan dengan kondisi kawasan sumber air panas. Analisis kelayakan dilakukan terhadap 4 kriteria, yaitu: daya tarik, akesibilitas, sarana dan prasarana serta kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar. Dari hasil olahan data dan penilaian, sumber air panas di Kampung Siwi memiliki skor sebesar 79,63. Nilai tersebut termasuk dalam kategori sedang. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa seumber air panas tersebut memenuhi syarat untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam. Walaupun telah memenuhi syarat namun ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan untuk dikelola secara lebih baik dalam pengelolaan obyek wisata alam tersebut, antara lain dukungan pengembangan sarana dan prasarana dari pemerintah.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"33 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114117749","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.33
Novika Rukka, T. V. D. Linden, Mathilde de Jongh, Luytzen Woudstra
The aim of this research is to elaborate of the impacts on the use of the effluent of the water treatment plant Pinedo in the North of Albufera Natural Park in Valencia, Spain. Interviews and observations were conducted, which together created an Impact Assessment. To be able to see the influence of effluent on the water quality, an observation point in the north was compared to another observation point in the south. Besides that, a boat trip was made to observe the water quality on the lake. The result shows that eutrophication occurs as a cosequence of the wastewater from water treatment. Farmers have no choice and are happy to have a constant source. Fishermen have experienced a disastrous change in the seventies, but now see an improvement of the water quality. Environmentalists are most negative about the effluent inflow. The government understands the concerns and wants a higher quality of the effluent, but they do not have means to improve it. Water treatment plant Pinedo recognizes the corncerns either; however, the water quality already meets the requirements. Forecasting the future, everybody is slightly positive. The improvement of the quality of the effluent is a good thing and should carry on.
{"title":"AN IMPACT ASSESSMENT OF EFFLUENT FROM THE WATER TREATMENT PLANT PINEDO TO SUSTAIN THE ALBUFERA NATURAL PARK","authors":"Novika Rukka, T. V. D. Linden, Mathilde de Jongh, Luytzen Woudstra","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.33","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.33","url":null,"abstract":"The aim of this research is to elaborate of the impacts on the use of the effluent of the water treatment plant Pinedo in the North of Albufera Natural Park in Valencia, Spain. Interviews and observations were conducted, which together created an Impact Assessment. To be able to see the influence of effluent on the water quality, an observation point in the north was compared to another observation point in the south. Besides that, a boat trip was made to observe the water quality on the lake. The result shows that eutrophication occurs as a cosequence of the wastewater from water treatment. Farmers have no choice and are happy to have a constant source. Fishermen have experienced a disastrous change in the seventies, but now see an improvement of the water quality. Environmentalists are most negative about the effluent inflow. The government understands the concerns and wants a higher quality of the effluent, but they do not have means to improve it. Water treatment plant Pinedo recognizes the corncerns either; however, the water quality already meets the requirements. Forecasting the future, everybody is slightly positive. The improvement of the quality of the effluent is a good thing and should carry on.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132070905","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}