Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.30
Setiaji Setiaji, Ronggo Sadono, H. Hartono, Mochammad Maksum Machfoedz
Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan pada lokasi lahan. Secara khusus untuk aktivitas kehutanan kususnya untuk penggunaan lahan hutan rakyat, tergantung pada unsur fisik, ekonomi, teknik/metode, dan sosial budaya. Macam bentuk pengelolaan lahan, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan dan pemanfaatan lahan di suatu daerah merupakan informasi dasar yang dibutuhkan. Untuk itu diperlukan sistem informasi pengelolaan sumberdaya lahan hutan yang dapat menyediakan informasi dan menyamakan persepsi kepada pelaku usaha hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan mengembangkan prototipe sistem informasi pengelolaan sumberdaya lahan hutan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan adalah System Development Life Cycle (SDLC) dengan model prototype. Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan, lereng, kondisi tanah, tinggi tempat, jarak ke lahan, jarak ke pasar, luas lahan, harga pasar, subsidi pemerintah, ketersediaan dana, bibit baru, mesin baru, pemberantasan hama baru, pupuk baru, organisasi sosial, tradisi, anggota keluarga dan informasi-informasi pendukung lainnya dapat disediakan melalui teknologi SIG.
{"title":"PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN HUTAN DI KAWASANGUNUNG API MERAPI","authors":"Setiaji Setiaji, Ronggo Sadono, H. Hartono, Mochammad Maksum Machfoedz","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.30","url":null,"abstract":"Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan pada lokasi lahan. Secara khusus untuk aktivitas kehutanan kususnya untuk penggunaan lahan hutan rakyat, tergantung pada unsur fisik, ekonomi, teknik/metode, dan sosial budaya. Macam bentuk pengelolaan lahan, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan dan pemanfaatan lahan di suatu daerah merupakan informasi dasar yang dibutuhkan. Untuk itu diperlukan sistem informasi pengelolaan sumberdaya lahan hutan yang dapat menyediakan informasi dan menyamakan persepsi kepada pelaku usaha hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan mengembangkan prototipe sistem informasi pengelolaan sumberdaya lahan hutan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan adalah System Development Life Cycle (SDLC) dengan model prototype. Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan, lereng, kondisi tanah, tinggi tempat, jarak ke lahan, jarak ke pasar, luas lahan, harga pasar, subsidi pemerintah, ketersediaan dana, bibit baru, mesin baru, pemberantasan hama baru, pupuk baru, organisasi sosial, tradisi, anggota keluarga dan informasi-informasi pendukung lainnya dapat disediakan melalui teknologi SIG.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114525592","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.37
Novita Panambe, Ronggo Sadono, Djoko Marsono
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan berkayu yang tinggi dengan keunikan spesies yang berbeda dengan spesies di daerah lainnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan berkayu pada plot monitoring biodiversitas flora TWA Gunung Meja. Penelitian ini dilakukan di plot monitoring biodiversitas flora TWA Gunung Meja seluas 25 ha pada plot yang dibuat tahun 2005, 2006 dan 2008. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik observasi. Hasil penelitian pada plot monitoring biodiversitas flora menunjukan bahwa tumbuhan berkayu terdiri dari 134 jenis dan 39 famili untuk tingkat semai, 162 jenis dan 47 famili tingkat pancang, 169 jenis dan 38 famili tingkat tiang, 148 jenis dan 34 famili tingkat pohon. Dominansi jenis pada fase semai adalah Pometia coreacea, fase pancang jenis Aglaia odorata, fase tiang jenis Medusanthera laxiflora dan fase pohon jenis Pometia coreacea. Indeks keanekaragaman jenis pada setiap fase pertumbuhan tinggi, yaitu fase semai 3,8064, fase pancang 4,4828, fase tiang 4,3044 dan fase pohon 4,2270.
{"title":"KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BERKAYU PADA PLOT MONITORING TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI","authors":"Novita Panambe, Ronggo Sadono, Djoko Marsono","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.37","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol1.iss2.37","url":null,"abstract":"Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan berkayu yang tinggi dengan keunikan spesies yang berbeda dengan spesies di daerah lainnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan berkayu pada plot monitoring biodiversitas flora TWA Gunung Meja. Penelitian ini dilakukan di plot monitoring biodiversitas flora TWA Gunung Meja seluas 25 ha pada plot yang dibuat tahun 2005, 2006 dan 2008. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik observasi. Hasil penelitian pada plot monitoring biodiversitas flora menunjukan bahwa tumbuhan berkayu terdiri dari 134 jenis dan 39 famili untuk tingkat semai, 162 jenis dan 47 famili tingkat pancang, 169 jenis dan 38 famili tingkat tiang, 148 jenis dan 34 famili tingkat pohon. Dominansi jenis pada fase semai adalah Pometia coreacea, fase pancang jenis Aglaia odorata, fase tiang jenis Medusanthera laxiflora dan fase pohon jenis Pometia coreacea. Indeks keanekaragaman jenis pada setiap fase pertumbuhan tinggi, yaitu fase semai 3,8064, fase pancang 4,4828, fase tiang 4,3044 dan fase pohon 4,2270. ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121983827","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.44
Wilson Miriono, B. B. Rettob, Ana Tampang
Masoi (Cryptocarya massoia) memiliki nilai ekonomi tinggi namun belum dibudidayakan secara luas. IBA (Indole Butyric Acid) sering digunakan untuk meningkatkan keberhasilan stek tanaman. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi beberapa konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) terhadap pertumbuhan stek masoi. Penelitian menggunakan empat perlakuan konsentrasi larutan IBA yaitu kontrol (tanpa IBA), IBA 75 ppm, 100 ppm, dan 125 ppm. Persentase stek hidup tertinggi (65%) diperlihatkan oleh kontrol dan perlakuan konsentrasi larutan IBA 125 ppm. Sementara persentase stek bertunas dan stek berkalus menunjukan bahwa semua perlakuan yang diberikan tidak berbeda secara signifikan.
{"title":"STEK PUCUK MASOI (Cryptocarya massoia) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI IBA (INDOLE BUTYRIC ACID)","authors":"Wilson Miriono, B. B. Rettob, Ana Tampang","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.44","url":null,"abstract":"Masoi (Cryptocarya massoia) memiliki nilai ekonomi tinggi namun belum dibudidayakan secara luas. IBA (Indole Butyric Acid) sering digunakan untuk meningkatkan keberhasilan stek tanaman. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi beberapa konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) terhadap pertumbuhan stek masoi. Penelitian menggunakan empat perlakuan konsentrasi larutan IBA yaitu kontrol (tanpa IBA), IBA 75 ppm, 100 ppm, dan 125 ppm. Persentase stek hidup tertinggi (65%) diperlihatkan oleh kontrol dan perlakuan konsentrasi larutan IBA 125 ppm. Sementara persentase stek bertunas dan stek berkalus menunjukan bahwa semua perlakuan yang diberikan tidak berbeda secara signifikan. ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121342065","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.39
Muliyana Arifudin, Arifandi, S. B. Husodo
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pellet yang dibuat dari limbah serbuk gergaji dan juga menilai kapasitas pellet tersebut dalam menyerap minyak dari air. Metode eksperimen dengan teknik observasi digunakan, dirancang dengan menggunakan RAL dan dianalisis ANOVA. Pellet dibuat dari serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga) dengan campuran CMC dan ACA dengan 5 dosis yang berbeda (Pellet A, B, C, D dan E). Variabel pengamatan meliputi tekstur dan ukuran pellet, kapasitas Liquid accessible pore volume (Vacc) dan jumlah minyak yang diserap (%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik fisik, pellet C, D dan E memiliki ukuran yang lebih besar, tekstur yang padat, keras dan tidak mudah hancur dibandingkan pellet A dan B. Berdasarkan nilai Vacc, pellet C dan D memiliki volume pori-pori penyerapan minyak yang paling rendah. Hasil studi penyerapan minyak menunjukkan bahwa pellet yang terbuat dari serbuk Intsia bijuga mampu menyerap oli bekas dan minyak jelantah lebih dari 70%, dimana pellet A dan B memiliki daya serap minyak yang paling tinggi dibandingkan dengan tipe pellet lainnya.
{"title":"PELLET SERBUK KAYU MERBAU (Intsia bijuga OK): KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN MENYERAP MINYAK","authors":"Muliyana Arifudin, Arifandi, S. B. Husodo","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss1.39","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pellet yang dibuat dari limbah serbuk gergaji dan juga menilai kapasitas pellet tersebut dalam menyerap minyak dari air. Metode eksperimen dengan teknik observasi digunakan, dirancang dengan menggunakan RAL dan dianalisis ANOVA. Pellet dibuat dari serbuk kayu Merbau (Intsia bijuga) dengan campuran CMC dan ACA dengan 5 dosis yang berbeda (Pellet A, B, C, D dan E). Variabel pengamatan meliputi tekstur dan ukuran pellet, kapasitas Liquid accessible pore volume (Vacc) dan jumlah minyak yang diserap (%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik fisik, pellet C, D dan E memiliki ukuran yang lebih besar, tekstur yang padat, keras dan tidak mudah hancur dibandingkan pellet A dan B. Berdasarkan nilai Vacc, pellet C dan D memiliki volume pori-pori penyerapan minyak yang paling rendah. Hasil studi penyerapan minyak menunjukkan bahwa pellet yang terbuat dari serbuk Intsia bijuga mampu menyerap oli bekas dan minyak jelantah lebih dari 70%, dimana pellet A dan B memiliki daya serap minyak yang paling tinggi dibandingkan dengan tipe pellet lainnya.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"484 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132839512","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS1.43
Matheus Beljai, Yubelince Y. Runtuboi, Devi Manuhua, Meliza S. Worabai, Dominggas M. H. Renwarin
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menarik perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan sebagai salah satu isu utama dalam kehidupan manusia. Rhododendron secara ekologi maupun ekonomi memiliki arti penting. Rhododendron juga memiliki arti penting dalam aspek estetikanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tumbuhan Rhododendron sebagai salah satu potensi ekowisata dan menyusun alternatif strategi pengembangannya di daerah Bilai kabupaten Intan Jaya. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif dengan teknik survei. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Rhododendron di kampung Bilai memiliki karakteristik morfologi menarik berdasarkan warna bunganya. Dalam upaya konservasinya, tumbuhan ini potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman pekarangan. Strategi lainnya yang dapat dikembangkan untuk pelestarian Rhododendron sebagai daya tarik ekowisata ialah dengan mengoleksinya dalam satu areal eksitu berupa Kebun Koleksi Rhododendron.
{"title":"ASPEK EKOWISATA RHODODENDRON: TINJAUAN POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI DAERAH INTAN JAYA","authors":"Matheus Beljai, Yubelince Y. Runtuboi, Devi Manuhua, Meliza S. Worabai, Dominggas M. H. Renwarin","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS1.43","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL2.ISS1.43","url":null,"abstract":"Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menarik perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan sebagai salah satu isu utama dalam kehidupan manusia. Rhododendron secara ekologi maupun ekonomi memiliki arti penting. Rhododendron juga memiliki arti penting dalam aspek estetikanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tumbuhan Rhododendron sebagai salah satu potensi ekowisata dan menyusun alternatif strategi pengembangannya di daerah Bilai kabupaten Intan Jaya. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif dengan teknik survei. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Rhododendron di kampung Bilai memiliki karakteristik morfologi menarik berdasarkan warna bunganya. Dalam upaya konservasinya, tumbuhan ini potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman pekarangan. Strategi lainnya yang dapat dikembangkan untuk pelestarian Rhododendron sebagai daya tarik ekowisata ialah dengan mengoleksinya dalam satu areal eksitu berupa Kebun Koleksi Rhododendron.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125689323","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.35
H. Warmetan, Fransina F. Kesaulija, Bernadetta M. G. Sadsoeitoeboen
Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman dan status konservasi burung air yang terdapat di kawasan Danau Yamor Kabupaten Kaimana. Empat stasiun pengamatan berupa danau yang ditetapkan secara purposif. Pengamatan dilakukan secara transek pada setiap stasiun menyusuri alur sungai yang ada. Data yang nama jenis, jumlah individu,dan panjang transek pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 12 jenis yang tergolong dalam Sembilan famili burung air yang ditemukan di kawasan Danau Yamor. Keragaman jenis tergolong katagori sedang dan dua jenis burung air yang dijumpai dalam jumlah relatif banyak yaitu burung udang kacamata dan burung cekakak rimba. Lima jenis diantara 12 jenis burung air di kawasan danau Yamor tergolong jenis migrant dari Australia. Dari status konservasi terdapat lima jenis dilindungi, satu jenis dengan status agak terancam dan satu jenis belum diketahui status konservasinya karena kekurangan data. Jenis yang disebutkan terakhir dalah cekakak rimba (Halcyon macleayii)
{"title":"KERAGAMAN DAN STATUS KONSERVASI JENIS BURUNG AIR DI DANAU YAMOR","authors":"H. Warmetan, Fransina F. Kesaulija, Bernadetta M. G. Sadsoeitoeboen","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.35","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.35","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman dan status konservasi burung air yang terdapat di kawasan Danau Yamor Kabupaten Kaimana. Empat stasiun pengamatan berupa danau yang ditetapkan secara purposif. Pengamatan dilakukan secara transek pada setiap stasiun menyusuri alur sungai yang ada. Data yang nama jenis, jumlah individu,dan panjang transek pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 12 jenis yang tergolong dalam Sembilan famili burung air yang ditemukan di kawasan Danau Yamor. Keragaman jenis tergolong katagori sedang dan dua jenis burung air yang dijumpai dalam jumlah relatif banyak yaitu burung udang kacamata dan burung cekakak rimba. Lima jenis diantara 12 jenis burung air di kawasan danau Yamor tergolong jenis migrant dari Australia. Dari status konservasi terdapat lima jenis dilindungi, satu jenis dengan status agak terancam dan satu jenis belum diketahui status konservasinya karena kekurangan data. Jenis yang disebutkan terakhir dalah cekakak rimba (Halcyon macleayii)","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127624242","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat adat pemilik hak ulayat dalam rangka peningkatan perekonomian merupakan implementasi Otonomi khusus Papua. Dengan besaran kompensasi berkisar Rp.200.000 - Rp.300.000/m3 oleh IUPHHK kepada masyarakat adat berdasarkan negosiasi. Pemanfaatan olahan kayu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengelolaan hasil hutan kayu oleh masyarakat pemilik hak ulayat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model pengelolaan hasil hutan kayu oleh masyarakat adat (marga Sayori) masih sangat sederhana. Keterlibatan masyarakat pemilik hak ulayat dalam proses pengolahan kayu sangat kecil, hanya terbatas pada pemberian hak pengelolaannya kepada pemilik modal. Pemilik hak ulayat hanya menerima konpensasi berdasarkan kubikasi hasil olahan kayu yang dilakukan oleh pemilik modal.
{"title":"MODEL PENGELOLAAN HASIL HUTAN KAYU OLEH MASYARAKAT ADAT: STUDI KASUS PEMILIK HAK ULAYAT DI KABUPATEN TELUK BINTUNI","authors":"Relawan Kuswandi, Ronggo Sadono, Nunuk Supriyatno, Djoko Marsono","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS1.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS1.24","url":null,"abstract":"Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat adat pemilik hak ulayat dalam rangka peningkatan perekonomian merupakan implementasi Otonomi khusus Papua. Dengan besaran kompensasi berkisar Rp.200.000 - Rp.300.000/m3 oleh IUPHHK kepada masyarakat adat berdasarkan negosiasi. Pemanfaatan olahan kayu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengelolaan hasil hutan kayu oleh masyarakat pemilik hak ulayat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model pengelolaan hasil hutan kayu oleh masyarakat adat (marga Sayori) masih sangat sederhana. Keterlibatan masyarakat pemilik hak ulayat dalam proses pengolahan kayu sangat kecil, hanya terbatas pada pemberian hak pengelolaannya kepada pemilik modal. Pemilik hak ulayat hanya menerima konpensasi berdasarkan kubikasi hasil olahan kayu yang dilakukan oleh pemilik modal.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"118 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134380995","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.34
N. L. May
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bakteri asal Spora Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang memiliki kemampuan menghasilkan enzim hidrolitik selulase dan protease guna dijadikan sebagai potensi agen dekomposer sampah organik. Metode penelitian menggunakan metode isolasi spora FMA, Isolasi Bakteri dan Pengujian Enzimatik. Hasil penelitian menunujukan bahwa terdapat 6 jenis bakteri mampu menghasilkan enzim selulase dan 5 jenis bakteri menghasilkan enzim protease. 3 jenis bakteri memiliki kemampuan menghasilkan enzim selulase sekaligus protease tertinggi yaitu Bacillus cereus, Bacillus laterosporus dan Bacillus pasteurii. Ke-3 jenis bakteri ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai agen dekomposer sampah organik.
{"title":"BAKTERI ASAL FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA YANG BERPOTENSI SEBAGAI AGEN DEKOMPOSER SAMPAH ORGANIK","authors":"N. L. May","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.34","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.34","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bakteri asal Spora Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang memiliki kemampuan menghasilkan enzim hidrolitik selulase dan protease guna dijadikan sebagai potensi agen dekomposer sampah organik. Metode penelitian menggunakan metode isolasi spora FMA, Isolasi Bakteri dan Pengujian Enzimatik. Hasil penelitian menunujukan bahwa terdapat 6 jenis bakteri mampu menghasilkan enzim selulase dan 5 jenis bakteri menghasilkan enzim protease. 3 jenis bakteri memiliki kemampuan menghasilkan enzim selulase sekaligus protease tertinggi yaitu Bacillus cereus, Bacillus laterosporus dan Bacillus pasteurii. Ke-3 jenis bakteri ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai agen dekomposer sampah organik.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130026765","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-03DOI: 10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.36
Sri Harto
Penelitian bertujuan untuk mengetahui identitas hama, perilaku makan dan dampak kerusakan terhadap buah muda masoy, dilakukan di hutan sekunder Ambaidiru Papua pada Februari 2013. Pengamatan dilakukan terhadap 5 pohon contoh yang buah mudanya terserang hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah masih muda yang umumnya berwarna hijau sangat disukai hama “genus Dysdercus sp famili Pyrrhocoridae ordo Hemiptera yang disebut bapak pucung”. Gejala buah muda masoy yang terserang adalah warna kusam, kulit kisut, terdapat spot ungu berukuran titik kecil buah mengecil tidak beraturan. Gejala buah menggambarkan kondisi fisiologis buah, yang mulai menurun kualitas pertumbuhan juga mencerminkan fisiologis buah yang tidak akan mencapai masak fisiologis dan pembentukan biji.
{"title":"PERILAKU HAMA PENGISAP BUAH MUDA Dysdercus sp. DAN DAMPAKNYA TERHADAP KERUSAKAN BUAH MASOY (Cryptocarya massoai Kostern)","authors":"Sri Harto","doi":"10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.36","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/JURNALPAPUASIA.VOL1.ISS2.36","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mengetahui identitas hama, perilaku makan dan dampak kerusakan terhadap buah muda masoy, dilakukan di hutan sekunder Ambaidiru Papua pada Februari 2013. Pengamatan dilakukan terhadap 5 pohon contoh yang buah mudanya terserang hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah masih muda yang umumnya berwarna hijau sangat disukai hama “genus Dysdercus sp famili Pyrrhocoridae ordo Hemiptera yang disebut bapak pucung”. Gejala buah muda masoy yang terserang adalah warna kusam, kulit kisut, terdapat spot ungu berukuran titik kecil buah mengecil tidak beraturan. Gejala buah menggambarkan kondisi fisiologis buah, yang mulai menurun kualitas pertumbuhan juga mencerminkan fisiologis buah yang tidak akan mencapai masak fisiologis dan pembentukan biji.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"25 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120907413","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 1900-01-01DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.48
P. Mote, Yuyu Rahayu, Muliyana Arifudin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kayu dan teknik pembuatan serta pemeliharaan dan pola transfer pengetahuan dari proses pembuatan perahu. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik wawancara semistruktural dan observasi langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 jenis kayu dari 7 famili yang digunakan oleh masyarakat Kampung Puyai sebagai bahan baku pembuatan perahu tradisional. Terdapat 3 (tiga) jenis kayu yang sering digunakan untuk badan perahu yaitu Digi (Nothofagus recurva Steenis), Epo (Eugeniaanomala), Danmoane (Toona sp.). Proses pembuatan perahu meliputi pembagian batang, pembentukan perahu, penghalusan, penyelesaian (finishing), penarikan perahu ke danau dan pengujian kelayakan perahu. Pemeliharaan dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan perahu antara lain: pembersihan setiap kali pemakaiaan, perbaikan secara menyeluruh, perlindungan terhadap perahu dari panas matahari. Pola transfer pengetahuan pembuatan perahu secara tradisional kepada generasi berikutnya dilakukan dengan cara mengajak para pemuda untuk ikut serta dalam proses pembuatan perahu.
{"title":"TEKNOLOGI PEMBUATAN PERAHU TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR DANAU TIGI KAMPUNG PUYAI","authors":"P. Mote, Yuyu Rahayu, Muliyana Arifudin","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.48","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol2.iss2.48","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kayu dan teknik pembuatan serta pemeliharaan dan pola transfer pengetahuan dari proses pembuatan perahu. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik wawancara semistruktural dan observasi langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 jenis kayu dari 7 famili yang digunakan oleh masyarakat Kampung Puyai sebagai bahan baku pembuatan perahu tradisional. Terdapat 3 (tiga) jenis kayu yang sering digunakan untuk badan perahu yaitu Digi (Nothofagus recurva Steenis), Epo (Eugeniaanomala), Danmoane (Toona sp.). Proses pembuatan perahu meliputi pembagian batang, pembentukan perahu, penghalusan, penyelesaian (finishing), penarikan perahu ke danau dan pengujian kelayakan perahu. Pemeliharaan dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan perahu antara lain: pembersihan setiap kali pemakaiaan, perbaikan secara menyeluruh, perlindungan terhadap perahu dari panas matahari. Pola transfer pengetahuan pembuatan perahu secara tradisional kepada generasi berikutnya dilakukan dengan cara mengajak para pemuda untuk ikut serta dalam proses pembuatan perahu. ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116065467","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}