Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.304
Yunus F. Worait, Jacob Manusawai, Anton S. Sinery
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi penegakan hukum lingkungan pada pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa implementasi penegakan hukum lingkungan dalam pengelolaan TWA Gunung Meaja masih lemah sebagaimana terlihat dari 10 jenis kasus pelenggaran hukum dalam pengelolaan TWA Gunung Meja sejak tahun 2014. Kasus-kasus tersebut antara lain mencakup perburuan satwa, pengambilan tanah, pengambilan kayu (bulat), pembuatan kebun, pembuangan sampah, pembangunan perumahan, pemeliharaan areal jaringan listrik, perusakan fasilitas, pembangunan fasilitas air minum dan pembangunan tower yang semuanya dilakukan secara preventif dan hanya 1 kasus yang diperoses secara hukum walaupun tidak mencapai tahapan sesuai mekanisme hukum.
{"title":"Implementasi Penegakan Hukum Dalam Pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Meja","authors":"Yunus F. Worait, Jacob Manusawai, Anton S. Sinery","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.304","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.304","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi penegakan hukum lingkungan pada pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa implementasi penegakan hukum lingkungan dalam pengelolaan TWA Gunung Meaja masih lemah sebagaimana terlihat dari 10 jenis kasus pelenggaran hukum dalam pengelolaan TWA Gunung Meja sejak tahun 2014. Kasus-kasus tersebut antara lain mencakup perburuan satwa, pengambilan tanah, pengambilan kayu (bulat), pembuatan kebun, pembuangan sampah, pembangunan perumahan, pemeliharaan areal jaringan listrik, perusakan fasilitas, pembangunan fasilitas air minum dan pembangunan tower yang semuanya dilakukan secara preventif dan hanya 1 kasus yang diperoses secara hukum walaupun tidak mencapai tahapan sesuai mekanisme hukum.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131215667","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Cagar Alam Pegunungan Cycloop (CAPC) menjadi tempat hidup berbagai macam flora fauna. Anggrek merupakan salah satu kekayaan hayati yang sering dijumpai tumbuh dalam kawasan tersebut. Spathoglottis papuana yang hidup secara terestrial pada kawasan CAPC pada berbagai tipe ekosistem yang ada di dalamnya mulai dari hutan hujan dataran rendah sampai dataran tinggi dan pegunungan. Paper ini membahas mengenai potensi S. papuana dan habitatnya yang belum banyak diketahui dari kawasan tersebut. Metode pendekatan yang digunakan adalah eksplorasi dan pembuatan 6 plot pengamatan berukuran 0,1 hektar yang diletakan pada 6 lokasi dijumpai anggrek untuk melihat populasi dan densitas anggrek tanah S. papuana. 30 petak berukuran 20 × 20 diletakan secara sistematis pada plot pengamatan berukuran 300 × 200 meter persegi pada dua lokasi masing-masing di bagian barat dan timur kawasan CAPC untuk analisis vegetasi pada habitat anggrek. Hasil analisis populasi S. papuana di bagian barat CAPC terdata lebih banyak dari yang dijumpai di bagian timur. Kerapatan individu S. papuana di bagian barat juga lebih tinggi dari pada di bagian timur CAPC. Sebaliknya kehadiran S. papuana di bagian barat lebih rendah dari pada di bagian timur CAPC. Profil habitat berdasarkan analisa vegetasi di bagian barat masih ditutupi oleh tumbuhan tingkat pohon Albizia falcataria, Pometia pinnata dan Casuarina equisetifolia. Pada bagian timur ditutupi oleh perdu, tumbuhan dari paku-pakuan (Pteridophyta) dan rumput-rumputan (Poacea).
{"title":"Kepadatan Populasi, Frekuensi Relatif dan Kemampuan Spathoglottis papuana Hidup pada Berbagai Ekosistem di Cagar Alam Pegunungan Cycloop, Papua","authors":"Agustina Yohana Setyarini Arobaya, Abigail Florence Pattiselanno","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.286","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.286","url":null,"abstract":"Cagar Alam Pegunungan Cycloop (CAPC) menjadi tempat hidup berbagai macam flora fauna. Anggrek merupakan salah satu kekayaan hayati yang sering dijumpai tumbuh dalam kawasan tersebut. Spathoglottis papuana yang hidup secara terestrial pada kawasan CAPC pada berbagai tipe ekosistem yang ada di dalamnya mulai dari hutan hujan dataran rendah sampai dataran tinggi dan pegunungan. Paper ini membahas mengenai potensi S. papuana dan habitatnya yang belum banyak diketahui dari kawasan tersebut. Metode pendekatan yang digunakan adalah eksplorasi dan pembuatan 6 plot pengamatan berukuran 0,1 hektar yang diletakan pada 6 lokasi dijumpai anggrek untuk melihat populasi dan densitas anggrek tanah S. papuana. 30 petak berukuran 20 × 20 diletakan secara sistematis pada plot pengamatan berukuran 300 × 200 meter persegi pada dua lokasi masing-masing di bagian barat dan timur kawasan CAPC untuk analisis vegetasi pada habitat anggrek. Hasil analisis populasi S. papuana di bagian barat CAPC terdata lebih banyak dari yang dijumpai di bagian timur. Kerapatan individu S. papuana di bagian barat juga lebih tinggi dari pada di bagian timur CAPC. Sebaliknya kehadiran S. papuana di bagian barat lebih rendah dari pada di bagian timur CAPC. Profil habitat berdasarkan analisa vegetasi di bagian barat masih ditutupi oleh tumbuhan tingkat pohon Albizia falcataria, Pometia pinnata dan Casuarina equisetifolia. Pada bagian timur ditutupi oleh perdu, tumbuhan dari paku-pakuan (Pteridophyta) dan rumput-rumputan (Poacea).","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114804944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.291
Kemal Dokumalamo, Novita Panambe, Mariana H. Peday, Reinardus L Cabuy
Pigafetta filaris (Giseke) Becc merupakan jenis palem yang telah dinyatakan langka oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001. Tujuannya untuk mengetahui aspek ekologi P. filaris di lokasi TWA Gunung Meja untuk menentukan kebijakan pengelolaan TWA Gunung Meja selanjutnya. Sasaran utama penelitian ini yaitu untuk mengamati aspek ekologi palem P. filaris dan juga jumlah individu palem berdasarkan fase pertumbuhan, dan jenis vegetasi yang tumbuh di sekitar palem. Hasil penelitian menemukan hanya hanya 2 individu pada fase dewasa. Hasil analisa sifat kimia tanah didapatkan hasil pH 5,5, P 3,31, K 1,13, Ca 3,61, Na 2,04, Mg 0,87, KPK 49,45 dan tingkat kesuburan tanah P. filaris sedang dengan warna tanah hitam, tekstur lempung liat berdebu, dan struktur remah. Faktor klimatis menunjukan suhu rata-rata 29° C, kelembaban 69%, dan tutupan tajuk 57,5%. Faktor topografi P. filaris tumbuh pada kisaran ketinggian 100-120 mdpl, kelerengan dan kemiringan 15-40%. Tumbuhan berkayu yang berasosiasi dengan P. filaris cenderung tumbuh Pometia coreacea dan Pometia pinnata. Status konservasi potensi P. filaris dikhawatirkan akan punah secara ekologi pada kawasan hutan TWA Gunung Meja.
{"title":"Aspek Ekologi Pigafetta filaris (Giseke) Becc pada Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari","authors":"Kemal Dokumalamo, Novita Panambe, Mariana H. Peday, Reinardus L Cabuy","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.291","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.291","url":null,"abstract":"Pigafetta filaris (Giseke) Becc merupakan jenis palem yang telah dinyatakan langka oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001. Tujuannya untuk mengetahui aspek ekologi P. filaris di lokasi TWA Gunung Meja untuk menentukan kebijakan pengelolaan TWA Gunung Meja selanjutnya. Sasaran utama penelitian ini yaitu untuk mengamati aspek ekologi palem P. filaris dan juga jumlah individu palem berdasarkan fase pertumbuhan, dan jenis vegetasi yang tumbuh di sekitar palem. Hasil penelitian menemukan hanya hanya 2 individu pada fase dewasa. Hasil analisa sifat kimia tanah didapatkan hasil pH 5,5, P 3,31, K 1,13, Ca 3,61, Na 2,04, Mg 0,87, KPK 49,45 dan tingkat kesuburan tanah P. filaris sedang dengan warna tanah hitam, tekstur lempung liat berdebu, dan struktur remah. Faktor klimatis menunjukan suhu rata-rata 29° C, kelembaban 69%, dan tutupan tajuk 57,5%. Faktor topografi P. filaris tumbuh pada kisaran ketinggian 100-120 mdpl, kelerengan dan kemiringan 15-40%. Tumbuhan berkayu yang berasosiasi dengan P. filaris cenderung tumbuh Pometia coreacea dan Pometia pinnata. Status konservasi potensi P. filaris dikhawatirkan akan punah secara ekologi pada kawasan hutan TWA Gunung Meja.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"101 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116531526","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.299
Merry C. Tabe, Dina Arung Padang, Bernadetta M.G. Sadsoeitoeboen
Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Kampung Sopendo terhadap kawasan hutan lindung di Kampung Sopendo Distrik Biak Barat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner. Fungsi kawasan hutan lindung bagi masyarakat Kampung Sopendo adalah sebagai tempat mencari penghasilan dan kebutuhan sehari-hari (59,09%), mencegah erosi atau banjir (31,82%), dan tempat menyimpan cadangan air (9,09%). Persepsi masyarakat Kampung Sopendo terhadap kawasan hutan lindung sangat baik karena masyarakat memahami bahwa kawasan hutan lindung memberikan banyak manfaat bagi kehidupan melalui aktivitas berkebun, berburu dan mengumpulkan bahan makanan.
{"title":"Persepsi Masyarakat Terhadap Kawasan Hutan Lindung di Kampung Sopendo Distrik Biak Barat Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua","authors":"Merry C. Tabe, Dina Arung Padang, Bernadetta M.G. Sadsoeitoeboen","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.299","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss1.299","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Kampung Sopendo terhadap kawasan hutan lindung di Kampung Sopendo Distrik Biak Barat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner. Fungsi kawasan hutan lindung bagi masyarakat Kampung Sopendo adalah sebagai tempat mencari penghasilan dan kebutuhan sehari-hari (59,09%), mencegah erosi atau banjir (31,82%), dan tempat menyimpan cadangan air (9,09%). Persepsi masyarakat Kampung Sopendo terhadap kawasan hutan lindung sangat baik karena masyarakat memahami bahwa kawasan hutan lindung memberikan banyak manfaat bagi kehidupan melalui aktivitas berkebun, berburu dan mengumpulkan bahan makanan.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"74 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122108202","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah pelestarian Cagar Alam Pegunungan Cycloop (CAPC). Berbagai macam bunga hias yang dikembangkan oleh masyarakat di sepanjang peyangga CAPC memperlihatkan bahwa masyarakat telah berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan kawasan tersebut. Hingga saat ini, begitu banyak bunga yang telah dikembangkan oleh masyarakat lokal di sepanjang peyangga CAPC, namun seberapa besar keanekaragamannya belum ada data penelitian yang menunjukkan dengan pasti. Oleh karena itu pentingnya penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data awal tentang keanekaragaman jenis-jenis bunga hias di CAPC. Metode petak plot merupakan alat ukur yang digunakan untuk menganalisis keanekaragaman jenis-jenis bunga yang telah dikembangkan oleh masyarakat lokal dan kemudian data tersebut akan dianalisis melihat kerapatan, frekuensi, INP dan keanekaragamannya. Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan keanekaragaman jenis bunga hias pada masyarakat lokal di peyangga CAPC menunjukkan bahwa pada kelompok Wonda Kogoya dan Lembah Putri di Distrik Jayapura Utara dikategorikan sedang, kelompok Ambena 1 dan 2 di Distrik Jayapura Selatan dikategorikan sedang, kelompok Wondanak dan Pintu Angin di Distrik Heram dikategorikan sedang serta kelompok Mawar dan Bogenvile di Kampung Sereh Kabupaten Jayapura dikategorikan rendah.
{"title":"Keanekaragaman Bunga Hias Pada Masyarakat Lokal Di Daerah Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop Provinsi Papua","authors":"Edoward Krisson Raunsay, Dolfina Costansah Koirewoa","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.252","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.252","url":null,"abstract":"Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah pelestarian Cagar Alam Pegunungan Cycloop (CAPC). Berbagai macam bunga hias yang dikembangkan oleh masyarakat di sepanjang peyangga CAPC memperlihatkan bahwa masyarakat telah berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan kawasan tersebut. Hingga saat ini, begitu banyak bunga yang telah dikembangkan oleh masyarakat lokal di sepanjang peyangga CAPC, namun seberapa besar keanekaragamannya belum ada data penelitian yang menunjukkan dengan pasti. Oleh karena itu pentingnya penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data awal tentang keanekaragaman jenis-jenis bunga hias di CAPC. Metode petak plot merupakan alat ukur yang digunakan untuk menganalisis keanekaragaman jenis-jenis bunga yang telah dikembangkan oleh masyarakat lokal dan kemudian data tersebut akan dianalisis melihat kerapatan, frekuensi, INP dan keanekaragamannya. Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan keanekaragaman jenis bunga hias pada masyarakat lokal di peyangga CAPC menunjukkan bahwa pada kelompok Wonda Kogoya dan Lembah Putri di Distrik Jayapura Utara dikategorikan sedang, kelompok Ambena 1 dan 2 di Distrik Jayapura Selatan dikategorikan sedang, kelompok Wondanak dan Pintu Angin di Distrik Heram dikategorikan sedang serta kelompok Mawar dan Bogenvile di Kampung Sereh Kabupaten Jayapura dikategorikan rendah.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115175732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.250
Agustinus B. Aronggear, Wahyudi, Antony Ungirwalu
Hutan alam telah menjadi primadona bagi pendapatan negara sejak masa orde baru dan menjadi urutan terbesar kedua setelah sektor migas. Sistem pengelolaan timber management (TM) melibatkan sektor swasta melalui kehadiran HPH (Hak Penguasaan Hutan) atau yang dikenal saat ini dengan Ijin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). Dalam perkembangannya kehadiran HPH/IUPHHK terus mengalami perubahan di provinsi Papua sesuai dengan kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia. Merosotnya produksi kayu bulat hutan alam mengacam penurunan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Paak) sektor kehutanan terutama melalui realisasi pembayaran tarif PSDH dan DR. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tren produksi kayu bulat IUPHHK aktif dan kontribusinya terhadap pendapatan PNBP sektor kehutanan di Provinsi Papua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif melalui teknik wawancara semi struktural dan diskusi terkait faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya produksi kayu bulat dan evaluasi penerimaan iuran PSDH, DR, dan IIUPH pada pemegang izin IUPHHK. Hasil penelitian menunjukan bahwa tren produksi kayu bulat (m3) periode 2014 – 2019 bervariasi dimana nilai produksi tertinggi terlihat pada tahun 2015 dengan total realisasi produksi sebesar 1,163,665 m3. Sementara penerimaan PNBP dari periode 2014-2019 terlihat cukup tinggi pada tahun 2015. Perusahaan dengan kontribusi PNBP tertinggi terdapat pada PT. Jati Dharma PI. Hasil analisis tren regresi sederhana antara penerimaan dan produksi kayu bulat masih telihat cukup positif dengan rataan pertumbuhan sebesar 15 persen. Diharapkan dari kajian ini memberikan informasi aktual terkait dampak perubahan regulasi tarif DR dan PSDH yang berpengaruh terhadap pendapatan sektor kehutanan di Papua.
{"title":"Tren Produksi Kayu Bulat IUPHHK Dan Kontribusinya Terhadap Penerimaan PNBP Sektor Kehutanan Di Provinsi Papua","authors":"Agustinus B. Aronggear, Wahyudi, Antony Ungirwalu","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.250","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.250","url":null,"abstract":"Hutan alam telah menjadi primadona bagi pendapatan negara sejak masa orde baru dan menjadi urutan terbesar kedua setelah sektor migas. Sistem pengelolaan timber management (TM) melibatkan sektor swasta melalui kehadiran HPH (Hak Penguasaan Hutan) atau yang dikenal saat ini dengan Ijin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). Dalam perkembangannya kehadiran HPH/IUPHHK terus mengalami perubahan di provinsi Papua sesuai dengan kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia. Merosotnya produksi kayu bulat hutan alam mengacam penurunan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Paak) sektor kehutanan terutama melalui realisasi pembayaran tarif PSDH dan DR. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tren produksi kayu bulat IUPHHK aktif dan kontribusinya terhadap pendapatan PNBP sektor kehutanan di Provinsi Papua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif melalui teknik wawancara semi struktural dan diskusi terkait faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya produksi kayu bulat dan evaluasi penerimaan iuran PSDH, DR, dan IIUPH pada pemegang izin IUPHHK. Hasil penelitian menunjukan bahwa tren produksi kayu bulat (m3) periode 2014 – 2019 bervariasi dimana nilai produksi tertinggi terlihat pada tahun 2015 dengan total realisasi produksi sebesar 1,163,665 m3. Sementara penerimaan PNBP dari periode 2014-2019 terlihat cukup tinggi pada tahun 2015. Perusahaan dengan kontribusi PNBP tertinggi terdapat pada PT. Jati Dharma PI. Hasil analisis tren regresi sederhana antara penerimaan dan produksi kayu bulat masih telihat cukup positif dengan rataan pertumbuhan sebesar 15 persen. Diharapkan dari kajian ini memberikan informasi aktual terkait dampak perubahan regulasi tarif DR dan PSDH yang berpengaruh terhadap pendapatan sektor kehutanan di Papua.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"92 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128698227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.251
Sunardi, Hans F.Z. Peday, Rusdi Angrianto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tumbuh tanaman rehabilitasi di IUPHHK PT. Manokwari Mandiri Lestari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik observasi lapang. Teknik pengukuran dilakukan secara sensus dengan menelusuri semua jalan utama pada areal rencana kerja tahunan 2011 dengan melihat semua jenis tanaman yang ditanam disetiap lokasi rehabilitasi. Hasil penelitian memperlihatkan jenis bibit yang ditanam antara lain: Pometia sp., Merbau, dan Eucalyptus sp. dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 861 bibit yang terdiri atas 669 bibit dengan jarak tanam 3 × 3 m dan 192 bibit dengan jarak tanam 2 × 2 m. Persentase tumbuh tanaman rehabilitasi yang ditemukan mencapi 60,6% yang terdiri atas: persentase tanaman tumbuh baik sebanyak 28,6% dan persentase tanaman merana sebanyak 26%. Faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam penanaman antara lain: kurangnya pengetahuan silvikultur, rendahnya pengawasan, waktu penanaman yang kurang tepat, tidak memberi perlakuan khusus terhadap tanaman saat ditanam, dan pemilihan jenis tanaman yang tidak sesuai dengan kondisi tempat tumbuh.
{"title":"Keberhasilan Tumbuh Tanaman Rehabilitasi Di IUPHHK PT. Manokwari Mandiri Lestari Kabupaten Teluk Bintuni","authors":"Sunardi, Hans F.Z. Peday, Rusdi Angrianto","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.251","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.251","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tumbuh tanaman rehabilitasi di IUPHHK PT. Manokwari Mandiri Lestari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik observasi lapang. Teknik pengukuran dilakukan secara sensus dengan menelusuri semua jalan utama pada areal rencana kerja tahunan 2011 dengan melihat semua jenis tanaman yang ditanam disetiap lokasi rehabilitasi. Hasil penelitian memperlihatkan jenis bibit yang ditanam antara lain: Pometia sp., Merbau, dan Eucalyptus sp. dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 861 bibit yang terdiri atas 669 bibit dengan jarak tanam 3 × 3 m dan 192 bibit dengan jarak tanam 2 × 2 m. Persentase tumbuh tanaman rehabilitasi yang ditemukan mencapi 60,6% yang terdiri atas: persentase tanaman tumbuh baik sebanyak 28,6% dan persentase tanaman merana sebanyak 26%. Faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan dalam penanaman antara lain: kurangnya pengetahuan silvikultur, rendahnya pengawasan, waktu penanaman yang kurang tepat, tidak memberi perlakuan khusus terhadap tanaman saat ditanam, dan pemilihan jenis tanaman yang tidak sesuai dengan kondisi tempat tumbuh.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129351143","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.249
Nurhaida I Sinaga
Freycinetia adalah salah satu genus tumbuhan di bawah famili Pandanaceae bersama dengan Sararanga, Martelidendron dan Benstonea. Genus ini memiliki variasi yang besar di pulau New Guinea, yang diduga merupakan pusat keanekaragaman hayati Freycinetia. Studi mengenai taksonomi, keragaman hayati dan penyebaran Freycinetia Papua telah dilaksanakan sejak tahun 2005 hingga 2018 dengan menggunakan data morfologi bahkan molekuler. Riset menunjukan bahwa lebih seratus jenis Freycinetia ditemukan di Barat New Guinea. Jenis-jenis tersebut memiliki karakternya masing-masing khususnya karakter diagnostik untuk mengenal jenis. Stigma sebagai suatu karakter diagnostik memiliki variasi dan variasi ini bukan hanya mencakup karakter yang telah ada namun seringkali karakter baru dalam stigma ditemukan sejalan dengan penemuan jenis baru. Beberapa karakter stigma-areola yang unik ditemukan pada F. megaauriculata, F. imbristigma, F. pauciberria, F. desendata dan F. broccoareola. Stigma karakter dan fungsinya dalam pembentukan spesies akan dijelaskan secara lengkap dalam tulisan ini.
Freycinetia是Pandanaceae家族的植物属,以及Sararanga、Martelidendron和benstone。新几内亚岛被认为是弗雷西内蒂亚生物多样性的中心,这种属是主要的变体。巴布亚分离学、生物多样性和Freycinetia分布的研究一直在2005年至2018年使用分子形态数据进行。研究表明,在新几内亚西部发现了100多种弗雷西蒂亚。这些类型都有自己的特点,每个特定的诊断特征来了解类型。作为诊断字符的耻感有这些变化和变化,不仅包括已经存在的字符,而且往往星痕中的新字符与新发现是一致的。在F. megaauriculata, F. imbri耻,F. pauciberria, F. desendata和F. broccoareareola上发现了一些独特的stigma-areola特征。本文将详细解释它们在物种形成中的特性及其功能。
{"title":"Karakter Stigma-Areola Dalam Penjenisan Freycinetia GAUD., Pandanaceae Di New Guinea Barat","authors":"Nurhaida I Sinaga","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.249","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.249","url":null,"abstract":"Freycinetia adalah salah satu genus tumbuhan di bawah famili Pandanaceae bersama dengan Sararanga, Martelidendron dan Benstonea. Genus ini memiliki variasi yang besar di pulau New Guinea, yang diduga merupakan pusat keanekaragaman hayati Freycinetia. Studi mengenai taksonomi, keragaman hayati dan penyebaran Freycinetia Papua telah dilaksanakan sejak tahun 2005 hingga 2018 dengan menggunakan data morfologi bahkan molekuler. Riset menunjukan bahwa lebih seratus jenis Freycinetia ditemukan di Barat New Guinea. Jenis-jenis tersebut memiliki karakternya masing-masing khususnya karakter diagnostik untuk mengenal jenis. Stigma sebagai suatu karakter diagnostik memiliki variasi dan variasi ini bukan hanya mencakup karakter yang telah ada namun seringkali karakter baru dalam stigma ditemukan sejalan dengan penemuan jenis baru. Beberapa karakter stigma-areola yang unik ditemukan pada F. megaauriculata, F. imbristigma, F. pauciberria, F. desendata dan F. broccoareola. Stigma karakter dan fungsinya dalam pembentukan spesies akan dijelaskan secara lengkap dalam tulisan ini.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115092162","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.248
Asih Yulianty, Bambang Nugroho, Obed N Lense
Kebijakan IPHHK di Kabupaten Sarmi dilaksanakan sesuai Peraturan Gubernur Papua Nomor 18 Tahun 2010, dan belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan yang termuat dalam kebijakan. Termuat 10 Bab, 19 Pasal dan (59) Ayat di dalam Peraturan Gubernur ini yang harus dilaksanakan oleh pemegang Izin. 10 (sepuluh) Bab yang termuat adalah Ketentunan Umum, Permohonan IPHHK, Penilaian Permohonan dan Pemberian Izin, Penatausahaan Hasil Hutan, Kewajiban dan Larangan, Pembinaan dan Pengawasan, Hapusnya Izin, Sanksi, dan Ketentuan Penutup. Hasil skoring implementasi IPHHK oleh masyarakat adat pemegang izin di Kabupaten Sarmi berada pada skor nilai rata-rata 2,37, artinya implementasi IPHHK berjalan buruk. Manfaat ekonomi dari Implementasi IPHHK terhadap masyarakat adat pemegang izin di Kabupaten Sarmi berada pada skor nilai rata-rata 2,31, artinya manfaat ekonomi yang diterima masyarakat adat pemegang izin adalah buruk. Berdasarkan nilai harapan dan nilai persepsi/implementasi dari kebijakan IPHHK dan manfaat ekonomi dari kebijakan IPHHK, maka ditemukanlah nilai kesenjangan. Nilai kesenjangan dari implementasi kebijakan IPHHK adalah 2,39, artinya adalah implementasi kebijakan IPHHK belum berhasil sesuai dengan rencana. Kesenjangan terbesar terjadi pada pelaksanaan kewajiban dan larangan (2,94), dan kesenjangan terkecil terjadi pada pelaksanaan permohonan IPHHK (1,93). Sedangkan untuk manfaat ekonomi, nilai kesenjangannya adalah 1,89, artinya adalah belum terdapat manfaat ekonomi dari implementasi kebijakan IPHHK terhadap masyarakat adat pemegang izin di Kabupaten Sarmi. Terdapat hubungan (korelasi) antara implementasi kebijakan IPHHK dan manfaat ekonomi yang diterima oleh masyarakat adat pemegang izin di Kabupaten Sarmi. Hal ini terlihat dari hasil uji koefisien kontigensi antara ke dua variable dengan nilai C = 0,0627.
{"title":"Analisis Kesenjangan Implementasi Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Dan Manfaat Ekonomi Bagi Masyarakat Adat Di Kabupaten Sarmi","authors":"Asih Yulianty, Bambang Nugroho, Obed N Lense","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.248","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.248","url":null,"abstract":"Kebijakan IPHHK di Kabupaten Sarmi dilaksanakan sesuai Peraturan Gubernur Papua Nomor 18 Tahun 2010, dan belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan yang termuat dalam kebijakan. Termuat 10 Bab, 19 Pasal dan (59) Ayat di dalam Peraturan Gubernur ini yang harus dilaksanakan oleh pemegang Izin. 10 (sepuluh) Bab yang termuat adalah Ketentunan Umum, Permohonan IPHHK, Penilaian Permohonan dan Pemberian Izin, Penatausahaan Hasil Hutan, Kewajiban dan Larangan, Pembinaan dan Pengawasan, Hapusnya Izin, Sanksi, dan Ketentuan Penutup. Hasil skoring implementasi IPHHK oleh masyarakat adat pemegang izin di Kabupaten Sarmi berada pada skor nilai rata-rata 2,37, artinya implementasi IPHHK berjalan buruk. Manfaat ekonomi dari Implementasi IPHHK terhadap masyarakat adat pemegang izin di Kabupaten Sarmi berada pada skor nilai rata-rata 2,31, artinya manfaat ekonomi yang diterima masyarakat adat pemegang izin adalah buruk. Berdasarkan nilai harapan dan nilai persepsi/implementasi dari kebijakan IPHHK dan manfaat ekonomi dari kebijakan IPHHK, maka ditemukanlah nilai kesenjangan. Nilai kesenjangan dari implementasi kebijakan IPHHK adalah 2,39, artinya adalah implementasi kebijakan IPHHK belum berhasil sesuai dengan rencana. Kesenjangan terbesar terjadi pada pelaksanaan kewajiban dan larangan (2,94), dan kesenjangan terkecil terjadi pada pelaksanaan permohonan IPHHK (1,93). Sedangkan untuk manfaat ekonomi, nilai kesenjangannya adalah 1,89, artinya adalah belum terdapat manfaat ekonomi dari implementasi kebijakan IPHHK terhadap masyarakat adat pemegang izin di Kabupaten Sarmi. Terdapat hubungan (korelasi) antara implementasi kebijakan IPHHK dan manfaat ekonomi yang diterima oleh masyarakat adat pemegang izin di Kabupaten Sarmi. Hal ini terlihat dari hasil uji koefisien kontigensi antara ke dua variable dengan nilai C = 0,0627.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115720179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.257
Ruth Lince Kodey, Wolfram Y. Mofu, Petrus A. Dimara
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis gaharu dan teknik pemanenannya serta mengetahui karateristik masyarakat pencari gaharu. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 3 jenis gaharu yang dipanen oleh masyarakat pencari gaharu yaitu Gaharu Sirsak (Aquilaria filarial), Gaharu Beringin (Gyrinops verstegii) serta Gaharu Cabut/Gaharu Asli (Wikstroemia sp). Indikator yang digunakan adalah daun mengalami perubahan warna, adanya luka pada bagian batang, cabang dan ranting, dan juga bila kulit batang pohon di tarik mudah putus. Teknik pemanenan gaharu yang dilakukan masih bersifat sederhana yaitu dengan menebang dan pencabutan. Dalam kelas perdagangan, gaharu terbagi menjadi kelas Double Super dan Super Tanggung. Selanjutnya kelas AB dengan sub kelas Kacang A, kacang B, Teri A, Teri B dan Teri C, serta kelas Kemedangan dengan sub kelas Kemedangan A dan Kemedangan B. Harga jual gaharu beragam sesuai dengan kualitas gaharu yang dihasilkan, diantaranya: Doubel King Rp. 100 juta/kg, Gaharu Super dijual dengan harga Rp. 50-100 juta/kg, AB Super Rp. 15 juta/kg, AB Pass Rp. 3 juta/kg, AB Tanggung Rp. 600.000/kg, AB Celebort Rp. 400.000/kg, Kacang Rp. 150.00- Rp. 500.000/kg, TGC Rp. 150.000/kg, Teri Rp. 100.000- 500.000/kg.
{"title":"Teknik Pemanenan Tumbuhan Gaharu Pada Masyarakat Pencari Gaharu Di Kampung Merdey Distrik Merdey Kabupaten Teluk Bintuni","authors":"Ruth Lince Kodey, Wolfram Y. Mofu, Petrus A. Dimara","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.257","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol7.iss2.257","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis gaharu dan teknik pemanenannya serta mengetahui karateristik masyarakat pencari gaharu. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 3 jenis gaharu yang dipanen oleh masyarakat pencari gaharu yaitu Gaharu Sirsak (Aquilaria filarial), Gaharu Beringin (Gyrinops verstegii) serta Gaharu Cabut/Gaharu Asli (Wikstroemia sp). Indikator yang digunakan adalah daun mengalami perubahan warna, adanya luka pada bagian batang, cabang dan ranting, dan juga bila kulit batang pohon di tarik mudah putus. Teknik pemanenan gaharu yang dilakukan masih bersifat sederhana yaitu dengan menebang dan pencabutan. Dalam kelas perdagangan, gaharu terbagi menjadi kelas Double Super dan Super Tanggung. Selanjutnya kelas AB dengan sub kelas Kacang A, kacang B, Teri A, Teri B dan Teri C, serta kelas Kemedangan dengan sub kelas Kemedangan A dan Kemedangan B. Harga jual gaharu beragam sesuai dengan kualitas gaharu yang dihasilkan, diantaranya: Doubel King Rp. 100 juta/kg, Gaharu Super dijual dengan harga Rp. 50-100 juta/kg, AB Super Rp. 15 juta/kg, AB Pass Rp. 3 juta/kg, AB Tanggung Rp. 600.000/kg, AB Celebort Rp. 400.000/kg, Kacang Rp. 150.00- Rp. 500.000/kg, TGC Rp. 150.000/kg, Teri Rp. 100.000- 500.000/kg.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115453634","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}