Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.429
Barbara Yunita Leki, Wilhelmina Seran, Norman Riwu Kaho
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana ketersediaan tumbuhan pewarna alami tenun ikat terhadap dukungan kelestarian ekosistem di sekitar kawasan hutan produksi (HP) Bifemnasi Sonmahole Kecamatan Botin Leobele. Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling. Berdasarkan hasil hasil penelitian di sekitar kawasan HP Bifemnasi Sonmahole, terdapat 3 jenis tumbuhan yang biasanya dimanfaatkan sebagai pewarna alami kain tenun ikat yaitu Mengkudu (Morinda citrifolia L), Kemiri (Aleuritas moluccana L), dan Tarum (Indigofera spicata). Sedangkan tumbuhan Loba (Symplocos sp.) tidak ditemukan di sekitar Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) Bifemnasi Sonmahole sehingga masyarakat membelinya dari pasar. Pengolahan tumbuhan pewarna alami untuk menghasilkan warna hitam yaitu memanfaatkan daun Tarum yang dicampur dengan bubuk kapur dan abu tungku dapur, dan warna merah dimanfaatkan dari percampuran akar mengkudu dan kulit Loba yang sebelumnya diramu dengan menggunakan campuran daging buah kemiri.
{"title":"Identifikasi Jenis Tumbuhan Pewarna Alami Kain Tenun Ikat Di Sekitar Kawasan Hutan Produksi (HP) Bifemnasi Sonmahole, Kecamatan Botin Leobele, Kabupaten Malaka","authors":"Barbara Yunita Leki, Wilhelmina Seran, Norman Riwu Kaho","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.429","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.429","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana ketersediaan tumbuhan pewarna alami tenun ikat terhadap dukungan kelestarian ekosistem di sekitar kawasan hutan produksi (HP) Bifemnasi Sonmahole Kecamatan Botin Leobele. Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling. Berdasarkan hasil hasil penelitian di sekitar kawasan HP Bifemnasi Sonmahole, terdapat 3 jenis tumbuhan yang biasanya dimanfaatkan sebagai pewarna alami kain tenun ikat yaitu Mengkudu (Morinda citrifolia L), Kemiri (Aleuritas moluccana L), dan Tarum (Indigofera spicata). Sedangkan tumbuhan Loba (Symplocos sp.) tidak ditemukan di sekitar Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) Bifemnasi Sonmahole sehingga masyarakat membelinya dari pasar. Pengolahan tumbuhan pewarna alami untuk menghasilkan warna hitam yaitu memanfaatkan daun Tarum yang dicampur dengan bubuk kapur dan abu tungku dapur, dan warna merah dimanfaatkan dari percampuran akar mengkudu dan kulit Loba yang sebelumnya diramu dengan menggunakan campuran daging buah kemiri.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114653016","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.436
Yulius Gae Lada, Novita Condro
Buah kelapa hutan dimanfaatkan oleh masyarakat Pegunungan Tengah Papua sebagai makanan lokal khususnya ketika pada saat kekurangan makanan. Secara tradisional masyarakat setempat mengonsumsi buah kelapa hutan dengan cara dimakan mentah atau diolah lebih lanjut dengan cara dibakar dan diasapi. Metode penelitian yang digunakan adalah uji kualitatif dengan pengujian laboratorium menggunakan gas chromatografi untuk mengidentifikasi profil asam lemak dari ekstraksi kelapa hutan mentah dan hasil olahan dengan cara dibakar. Selanjutnya hasil yang diperoleh, dianalisis secara deskriptif untuk melihat profil asam lemak dari ekstraksi buah kelapa hutan mentah dan hasil olahan dengan cara dibakar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tepung buah kelapa hutan mentah dan tepung buah kelapa hutan hasil olahan dengan dibakar memberikan hasil profil asam lemak (asam lemak jenuh dan tidak jenuh) yang tidak berbeda signifikan. Sebanyak 6 asam lemak yang teridentifikasi pada tepung buah kelapa hutan mentah yaitu asam palmitat 41,25%, asam stearat 2,66%, asam oleat (omega 9) 24,12%, asam linoleat (omega 6) 27,91%, asam linolenat (omega 3) 0,18% dan asam arakhidat 0,24 %. Sedangkan pada tepung buah kelapa hutan hasil olahan dengan dibakar, teridentifikasi sebanyak 6 asam lemak yaitu asam miristat 0,25%, asam palmitat 60,96%, asam palmitoleat 0,26%, asam linoleat (omega 6) 37,38%, asam linolenat (omega 3) 0,33% dan asam arakhidat 0,21%.
{"title":"Identifikasi Profil Asam Lemak Buah Kelapa Hutan (Pandanus julianettii) Mentah dan Hasil Olahan","authors":"Yulius Gae Lada, Novita Condro","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.436","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.436","url":null,"abstract":"Buah kelapa hutan dimanfaatkan oleh masyarakat Pegunungan Tengah Papua sebagai makanan lokal khususnya ketika pada saat kekurangan makanan. Secara tradisional masyarakat setempat mengonsumsi buah kelapa hutan dengan cara dimakan mentah atau diolah lebih lanjut dengan cara dibakar dan diasapi. Metode penelitian yang digunakan adalah uji kualitatif dengan pengujian laboratorium menggunakan gas chromatografi untuk mengidentifikasi profil asam lemak dari ekstraksi kelapa hutan mentah dan hasil olahan dengan cara dibakar. Selanjutnya hasil yang diperoleh, dianalisis secara deskriptif untuk melihat profil asam lemak dari ekstraksi buah kelapa hutan mentah dan hasil olahan dengan cara dibakar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tepung buah kelapa hutan mentah dan tepung buah kelapa hutan hasil olahan dengan dibakar memberikan hasil profil asam lemak (asam lemak jenuh dan tidak jenuh) yang tidak berbeda signifikan. Sebanyak 6 asam lemak yang teridentifikasi pada tepung buah kelapa hutan mentah yaitu asam palmitat 41,25%, asam stearat 2,66%, asam oleat (omega 9) 24,12%, asam linoleat (omega 6) 27,91%, asam linolenat (omega 3) 0,18% dan asam arakhidat 0,24 %. Sedangkan pada tepung buah kelapa hutan hasil olahan dengan dibakar, teridentifikasi sebanyak 6 asam lemak yaitu asam miristat 0,25%, asam palmitat 60,96%, asam palmitoleat 0,26%, asam linoleat (omega 6) 37,38%, asam linolenat (omega 3) 0,33% dan asam arakhidat 0,21%.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129829962","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.431
Evelin Anggelina Tanur, Mutakim
Pemanfaatan lahan gambut perlu disesuaikan dengan prinsip perimbangan fungsi pemanfaatan dan konservasi. Maka dari itu pemanfaatan lahan gambut perlu ditata yang terencana agar fungsi pemanfaatanya dapat lestari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat tanah gambut khususnya sifat fisika dan kimia tanah gambut pada Kabupaten Teluk Bintuni untuk upaya mendukung rehabilitasi hutan dan lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive random sampling yang mana dilakukan pada dua lokasi pada Kampung Tofoi yaitu hutan mangrove dan perkebunan kelapa sawit. Hasil yang diperoleh pada sifat fisik tanah gambut yaitu Ketebalan gambut pada hutan mangrove dan PKS relatif sama, yaitu berkisar di 2-7 cm (sangat dangkal). Kedalaman muka air tanah pada hutan mangrove dan PKS berkisar antara 0-7 cm (dangkal). Warna tanah pada hutan mangrove yaitu cokelat keabu-abuan (2,5Y5/2) dan abu-abu (2,5Y6/1), sementara pada PKS yaitu berwarna abu-abu kemerahan (2,5YR7/1). Kematangan gambut pada hutan mangrove di semua titik pengambilan sampel adalah fibrik, sementara pada lokasi PKS adalah fibrik dan hemik. Hasil analisis sifat kimia tanah gambut yaitu pada lokasi hutan mangrove memiliki rerata pH adalah 5,7 (masam), karbon organik 4,0 (tinggi), nitrogen 0,24 (tinggi), C/N rasio 16 (sangat tinggi), dan Phospor 542 (sangat tinggi). Sementara itu pada tutupan Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) memiliki rerata pH 6,3 (masam lemah), karbon organik 0,60 (sangat rendah), nitrogen 0,07 (sangat rendah), C/N rasio 9 (rendah), dan phospor 11 (sangat rendah).
{"title":"Penilaian Sifat Tanah Gambut di Kabupaten Teluk Bintuni sebagai Upaya Mendukung Rehabilitasi Hutan dan Lahan","authors":"Evelin Anggelina Tanur, Mutakim","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.431","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.431","url":null,"abstract":"Pemanfaatan lahan gambut perlu disesuaikan dengan prinsip perimbangan fungsi pemanfaatan dan konservasi. Maka dari itu pemanfaatan lahan gambut perlu ditata yang terencana agar fungsi pemanfaatanya dapat lestari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat tanah gambut khususnya sifat fisika dan kimia tanah gambut pada Kabupaten Teluk Bintuni untuk upaya mendukung rehabilitasi hutan dan lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive random sampling yang mana dilakukan pada dua lokasi pada Kampung Tofoi yaitu hutan mangrove dan perkebunan kelapa sawit. Hasil yang diperoleh pada sifat fisik tanah gambut yaitu Ketebalan gambut pada hutan mangrove dan PKS relatif sama, yaitu berkisar di 2-7 cm (sangat dangkal). Kedalaman muka air tanah pada hutan mangrove dan PKS berkisar antara 0-7 cm (dangkal). Warna tanah pada hutan mangrove yaitu cokelat keabu-abuan (2,5Y5/2) dan abu-abu (2,5Y6/1), sementara pada PKS yaitu berwarna abu-abu kemerahan (2,5YR7/1). Kematangan gambut pada hutan mangrove di semua titik pengambilan sampel adalah fibrik, sementara pada lokasi PKS adalah fibrik dan hemik. Hasil analisis sifat kimia tanah gambut yaitu pada lokasi hutan mangrove memiliki rerata pH adalah 5,7 (masam), karbon organik 4,0 (tinggi), nitrogen 0,24 (tinggi), C/N rasio 16 (sangat tinggi), dan Phospor 542 (sangat tinggi). Sementara itu pada tutupan Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) memiliki rerata pH 6,3 (masam lemah), karbon organik 0,60 (sangat rendah), nitrogen 0,07 (sangat rendah), C/N rasio 9 (rendah), dan phospor 11 (sangat rendah).","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"118 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127949742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.432
Paulus Guardini Wensi Tator, N. Aryani, Yakub Benu, Aah Ahmad Almulqu
Kayu merah (Pterocarpus indicus Willd.) merupakan jenis kayu dari suku Fabaceae atau legume yang sangat potensial dan banyak tersebar di wilayah Indonesia timur. Terdapat beberapa faktor internal mengenai jenis ini yang banyak belum diketahui dengan baik mengenai media tanamnya dan bagaimana perbandingan terbaik untuk pertumbuhan semai kayu merah. Pada kajian ini, digunakan metode completely randomized design (CRD) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 6 kali ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 20 semai kayu merah dalam polybag, sehingga secara total terdiri atas 600 semai kayu merah. Media tanam yang digunakan terdiri atas tanah (P1), campuran pasir dan tanah (P2), campuran tanah, pasir dan sekam (P3), campuran tanah, pasir dan bokashi (P4) dan campuran tanah, pasir dan kotoran kambing (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis media tanam yang digunakan tidak berpengaruh terhadap pertambahan diameter semai kayu merah dan media tanam terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini dalam meningkatkan pertambahan diameter semai kayu merah adalah campuran tanah, pasir dan bokashi dengan komposisi 3:2:1.
{"title":"Pertumbuhan Kayu Merah (Petrocarpus indicus Willd.) pada Berbagai Jenis Media Tanam","authors":"Paulus Guardini Wensi Tator, N. Aryani, Yakub Benu, Aah Ahmad Almulqu","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.432","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol9.iss1.432","url":null,"abstract":"Kayu merah (Pterocarpus indicus Willd.) merupakan jenis kayu dari suku Fabaceae atau legume yang sangat potensial dan banyak tersebar di wilayah Indonesia timur. Terdapat beberapa faktor internal mengenai jenis ini yang banyak belum diketahui dengan baik mengenai media tanamnya dan bagaimana perbandingan terbaik untuk pertumbuhan semai kayu merah. Pada kajian ini, digunakan metode completely randomized design (CRD) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 6 kali ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 20 semai kayu merah dalam polybag, sehingga secara total terdiri atas 600 semai kayu merah. Media tanam yang digunakan terdiri atas tanah (P1), campuran pasir dan tanah (P2), campuran tanah, pasir dan sekam (P3), campuran tanah, pasir dan bokashi (P4) dan campuran tanah, pasir dan kotoran kambing (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis media tanam yang digunakan tidak berpengaruh terhadap pertambahan diameter semai kayu merah dan media tanam terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini dalam meningkatkan pertambahan diameter semai kayu merah adalah campuran tanah, pasir dan bokashi dengan komposisi 3:2:1.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133440109","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.359
Alyaa Nabiila, Sufraha Islamia
Ancaman yang terjadi di daerah tropis adalah penurunan populasi spesies mamalia akibat konversi hutan alam menjadi lahan pertanian. Agroforestri menjadi solusi alternatif dari sistem pertanian yang mampu melestarikan keragaman hayati sekaligus menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat, namun data mengenai keragaman mamalia dan potensi penggunaan ekosistem agroforestri sebagai habitat potensial belum banya diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kawasan agroforestri kopi menjadi habitat pengganti hutan alam yang terdegradasi dengan mempelajari keragaman spesies dan penggunaan habitat dari komunitas mamalia di Pasir Halang, Cisuki, dan Cilutung. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu, kehadiran mamalia berdasarkan pengamatan langsung dan tidak langsung menggunakan metode transek dan data struktur vegetasi menggunakan petak ukur 20 m x 20 m. Analisis penggunaan habitat mamalia dilakukan dengan uji Chi-square goodness-of-fit, sedangkan kekayaan dan keragaman spesies tumbuhan dalam vegetasi dianalisis menggunakan program SpadeR. Terdapat lima spesies mamalia yaitu Macaca fascicularis, Sus scrofa, Callosciurus notatus, Tupaia javanica, dan Tupaia glis dengan didominasi kelompok omnivor sebanyak tiga spesies. Hasil yang signifikan didapatkan pada ekosistem agroforestri Pasir Halang yang lebih banyak digunakan oleh babi hutan melalui tanda jejak kaki. Cilutung memiliki kekayaan semak serta keragaman spesies pohon, pancang, dan semai yang paling tinggi, dengan total 133 spesies tumbuhan yang teridentifikasi dari ketiga lokasi penelitian.
热带地区的威胁是哺乳动物物种数量的减少,这是将自然森林转化为农田的结果。农林复合经营是农业系统的另一种替代方案,它能够保护生物多样性并为社会提供生计,但有关哺乳动物多样性和农业森林生态系统潜在用途的数据尚未确定。这项研究旨在确定咖啡农业产业区的潜力,通过研究沙朗、红杉和奇叶东哺乳动物群落的多样性和栖息地,从而成为退化的自然森林的替代品。根据对哺乳动物的直接和间接观察,哺乳动物的存在使用了分管方法和植物结构的数据使用了20米乘20米的测量网格。对哺乳动物栖息地的使用进行了对Chi-square goodness-健康测试的分析,而对植被中植物种类的丰富和多样性进行了缓存程序的分析。世界上有五种哺乳动物,一种是Macaca fascicularis, Sus scrofa, Callosciurus notatus,重要的结果是在Halang的农业森林生态系统中发现的,更像是野猪通过脚印使用的。cilu东拥有最高种类的灌木、树苗和旗鱼,共133种从这三个研究地点确定的植物。
{"title":"Keragaman Jenis dan Penggunaan Habitat Mamalia di Ekosistem Agroforestri Kopi Gunung Pasir Halang, Tasikmalaya, Jawa Barat","authors":"Alyaa Nabiila, Sufraha Islamia","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.359","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.359","url":null,"abstract":"Ancaman yang terjadi di daerah tropis adalah penurunan populasi spesies mamalia akibat konversi hutan alam menjadi lahan pertanian. Agroforestri menjadi solusi alternatif dari sistem pertanian yang mampu melestarikan keragaman hayati sekaligus menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat, namun data mengenai keragaman mamalia dan potensi penggunaan ekosistem agroforestri sebagai habitat potensial belum banya diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kawasan agroforestri kopi menjadi habitat pengganti hutan alam yang terdegradasi dengan mempelajari keragaman spesies dan penggunaan habitat dari komunitas mamalia di Pasir Halang, Cisuki, dan Cilutung. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu, kehadiran mamalia berdasarkan pengamatan langsung dan tidak langsung menggunakan metode transek dan data struktur vegetasi menggunakan petak ukur 20 m x 20 m. Analisis penggunaan habitat mamalia dilakukan dengan uji Chi-square goodness-of-fit, sedangkan kekayaan dan keragaman spesies tumbuhan dalam vegetasi dianalisis menggunakan program SpadeR. Terdapat lima spesies mamalia yaitu Macaca fascicularis, Sus scrofa, Callosciurus notatus, Tupaia javanica, dan Tupaia glis dengan didominasi kelompok omnivor sebanyak tiga spesies. Hasil yang signifikan didapatkan pada ekosistem agroforestri Pasir Halang yang lebih banyak digunakan oleh babi hutan melalui tanda jejak kaki. Cilutung memiliki kekayaan semak serta keragaman spesies pohon, pancang, dan semai yang paling tinggi, dengan total 133 spesies tumbuhan yang teridentifikasi dari ketiga lokasi penelitian.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129747944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.353
Kornelis Manwas, Obed Nedjo Lense, Anton S. Sinery
Kewajiban IPHHK yang berada di Kabupaten Manokwari selama periode 2017-2021 telah menyumbangkan devisa bagi negara, namun disisi lain dengan keberadaannya apakah memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan sosial ekonomi masyarakat yang berada di dalam dan sekitar areal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta IPHHK terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat hukum adat (MHA) masih relatif rendah (48%). Hal ini diduga karena secara legal para pemegang IPHHK tidak punya kewajiban khusus untuk pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Hal ini diperparah lagi dengan pola kemitraan yang diterapkan oleh hampir semua pemegang IPHHK dalam pemungutan dan pengelolaan hasil hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para mitra terkesan tidak peduli apalagi berkontribusi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar areal dalam hal ini MHA. Hasil analisis lanjutan menunjukkan terdapat korelasi yang erat antara peran serta IPHHK dan kondisi sosial ekonomi MHA.
{"title":"Kontribusi Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat Hukum Adat Kabupaten Manokwari","authors":"Kornelis Manwas, Obed Nedjo Lense, Anton S. Sinery","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.353","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.353","url":null,"abstract":"Kewajiban IPHHK yang berada di Kabupaten Manokwari selama periode 2017-2021 telah menyumbangkan devisa bagi negara, namun disisi lain dengan keberadaannya apakah memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan sosial ekonomi masyarakat yang berada di dalam dan sekitar areal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta IPHHK terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat hukum adat (MHA) masih relatif rendah (48%). Hal ini diduga karena secara legal para pemegang IPHHK tidak punya kewajiban khusus untuk pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Hal ini diperparah lagi dengan pola kemitraan yang diterapkan oleh hampir semua pemegang IPHHK dalam pemungutan dan pengelolaan hasil hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para mitra terkesan tidak peduli apalagi berkontribusi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar areal dalam hal ini MHA. Hasil analisis lanjutan menunjukkan terdapat korelasi yang erat antara peran serta IPHHK dan kondisi sosial ekonomi MHA.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122245400","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.351
La Hisa
Wallaby lincah (Macropus agilis papuanus) merupakan salah satu satwa marsupial yang berperan sebagai pengendali ekosistem asli savana dan padang rumput di Taman Nasional Wasur. Populasi secara global maupun di dalam Taman Nasional Wasur dilaporkan mengalami penurunan. Salah satu langkah teknis yang dilakukan adalah membangun kandang pelestarian (sanctuary) semi alami dengan sistem pemeliharaan tertutup yang berfungsi sebagai tempat pemeliharaan, pengembangan basis stok populasi yang dapat dilepas liarkan kembali, wahana penelitian dan wisata edukatif terbatas. Dalam konsep pemeliharaan di habitat tertutup, maka daya dukung khususnya pakan di dalam kandang pemeliharaan perlu diperhatikan agar wallaby lincah dapat hidup dan berkembang biak secara optimum. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi ketersediaan pakan sehingga daya dukung atau jumlah satwa wallaby lincah yang akan dipelihara dapat diperkirakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis vegetasi rumput dan pengukuran produktivitas harian rumput pakan di dalam 10 petak pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandang sanctuary di Taman Nasional Wasur seluas 16 hektar memiliki potensi pakan berupa 14 jenis rumput-rumputan yang didominasi oleh rumput alang-alang (Imperata cylindrica), Aristida cumingiana, Fimbristylis sp. dan Paspalum sp. dengan indeks keanekaragaman sedang. Produktivitas hijauan sebesar 18786,393 kg/tahun dan dapat menampung populasi wallaby lincah sebanyak 19.775 ekor dalam setahun atau setara dengan 55 ekor / hari. Jumlah tersebut merupakan daya dukung maksimal dari ketersediaan pakan hijauan rumput.
敏捷的沙袋鼠(Macropus agilis papuanus)是有袋动物之一,它们控制着Wasur国家公园的原始稀树草原和草原。据报道,全球和国家公园内的人口都在减少。其中一个技术步骤是建造一个由封闭式维修系统组成的半天然保护区,一个可再生的人口基础开发,一个有限的教育研究和旅游工具。在封闭栖息地的维护概念中,支持尤其是在圈养环境中的饲料需要考虑,以便快速、敏捷的沙袋鼠能够存活和充分繁殖。因此,这项研究必须以确定饲料的可用性,以便可预测可保护的可支持或可保护的沙袋鼠动物的数量。本研究采用的方法是对草草本植物的分析,以及对10片观察草本植物每天产量的测量。研究表明,在这片10英亩(16公顷)的Wasur national park中,圣殿笼子有14种主要以芦苇为食的草本植物、Aristida cumingiana、Fimbristylis sp和具有中等多样性指数的sp帕斯帕勒姆。绿色生产力为18786.393公斤/年,可在一年内容纳19775只灵巧的沙袋鼠,或相当于55天。这是最大的饲料保护范围。
{"title":"Potensi dan Daya Dukung Pakan di Kandang Sanctuary Wallaby Lincah (Macropus agilis papuanus) di Taman Nasional Wasur","authors":"La Hisa","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.351","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.351","url":null,"abstract":"Wallaby lincah (Macropus agilis papuanus) merupakan salah satu satwa marsupial yang berperan sebagai pengendali ekosistem asli savana dan padang rumput di Taman Nasional Wasur. Populasi secara global maupun di dalam Taman Nasional Wasur dilaporkan mengalami penurunan. Salah satu langkah teknis yang dilakukan adalah membangun kandang pelestarian (sanctuary) semi alami dengan sistem pemeliharaan tertutup yang berfungsi sebagai tempat pemeliharaan, pengembangan basis stok populasi yang dapat dilepas liarkan kembali, wahana penelitian dan wisata edukatif terbatas. Dalam konsep pemeliharaan di habitat tertutup, maka daya dukung khususnya pakan di dalam kandang pemeliharaan perlu diperhatikan agar wallaby lincah dapat hidup dan berkembang biak secara optimum. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi ketersediaan pakan sehingga daya dukung atau jumlah satwa wallaby lincah yang akan dipelihara dapat diperkirakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis vegetasi rumput dan pengukuran produktivitas harian rumput pakan di dalam 10 petak pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandang sanctuary di Taman Nasional Wasur seluas 16 hektar memiliki potensi pakan berupa 14 jenis rumput-rumputan yang didominasi oleh rumput alang-alang (Imperata cylindrica), Aristida cumingiana, Fimbristylis sp. dan Paspalum sp. dengan indeks keanekaragaman sedang. Produktivitas hijauan sebesar 18786,393 kg/tahun dan dapat menampung populasi wallaby lincah sebanyak 19.775 ekor dalam setahun atau setara dengan 55 ekor / hari. Jumlah tersebut merupakan daya dukung maksimal dari ketersediaan pakan hijauan rumput.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132310326","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.363
Mutakim, Julius Dwi Nugroho, Jacobus Wanggai, Aditya Rahmadaniarti, Mahmud
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) mempunyai peran aktif dalam membantu pertumbuhan tanaman. Akar tanaman yang terinfeksi FMA akan memiliki kemampuan penyerapan unsur hara dan air dari dalam tanah lebih baik. FMA juga berperan dalam menangkal serangan penyakit pada tanaman. Keanekaragaman dan karakteristik FMA yang menginfeksi beberapa tegakan pohon di Hutan Pendidikan Anggori belum pernah dilaporkan, padahal informasi demikian penting untuk pengembangan pembudidayaan jenis-jenis lokal seperti Dracontomelon edule, Vatica Papuana dan Palaqium amboinensis. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi apakah jenis-jenis tanaman tersebut berasosiasi dengan FMA. Eksplorasi dilakukan dengan mengisolasi spora dari rhizosfir tanaman menggunakan metode tuang dan saring basah sedangkan kolonisasi FMA pada akar tanaman dilakukan menggunakan metode pewarnaan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga genus FMA yaitu: Acaulospora, Glomus dan Gigaspora pada rizofir ketiga jenis tanaman kehutanan tersebut. Persen kolonisasi tertinggi dijumpai pada Palaquium amboinensis (35%), sedang pada Dracontomelon edule (19%) dan rendah pada Vatica papuana (8%).
{"title":"Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Berasosiasi dengan Tiga Jenis Tegakan Pohon Asal Papua","authors":"Mutakim, Julius Dwi Nugroho, Jacobus Wanggai, Aditya Rahmadaniarti, Mahmud","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.363","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.363","url":null,"abstract":"Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) mempunyai peran aktif dalam membantu pertumbuhan tanaman. Akar tanaman yang terinfeksi FMA akan memiliki kemampuan penyerapan unsur hara dan air dari dalam tanah lebih baik. FMA juga berperan dalam menangkal serangan penyakit pada tanaman. Keanekaragaman dan karakteristik FMA yang menginfeksi beberapa tegakan pohon di Hutan Pendidikan Anggori belum pernah dilaporkan, padahal informasi demikian penting untuk pengembangan pembudidayaan jenis-jenis lokal seperti Dracontomelon edule, Vatica Papuana dan Palaqium amboinensis. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi apakah jenis-jenis tanaman tersebut berasosiasi dengan FMA. Eksplorasi dilakukan dengan mengisolasi spora dari rhizosfir tanaman menggunakan metode tuang dan saring basah sedangkan kolonisasi FMA pada akar tanaman dilakukan menggunakan metode pewarnaan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga genus FMA yaitu: Acaulospora, Glomus dan Gigaspora pada rizofir ketiga jenis tanaman kehutanan tersebut. Persen kolonisasi tertinggi dijumpai pada Palaquium amboinensis (35%), sedang pada Dracontomelon edule (19%) dan rendah pada Vatica papuana (8%). \u0000 ","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"109 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123549205","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.366
Agnestesya Manuputty
Kawasan pesisir memiliki peran yang penting sebagai ekosistem pendukung dari vegetasi khususnya mangrove. Namun di sisi lain, tekanan pembangunan membutuhkan lahan yang strategis diantaranya daerah pesisir tersebut. Hal ini terjadi secara khusus juga di kawasan pesisir sekitar Kabupaten Manokwari. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengamati perubahan kawasan vegetasi khususnya mangrove dengan menggunakan pendekatan pengindraan jauh. Metode yang dilakukan adalah menganalisis kawasan mangrove pada dua periode yaitu tahun 2002 dan 2021. Selanjutnya, data yang diperoleh dalam bentuk luasan dibandingkan dan juga dioverlay dengan layer dari jalan, sungai, dan bangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan luasan kawasan mangrove khususnya di daerah timur lokasi penelitian. Faktor pembangunan diduga menjadi penyebab karena terdapat konversi kawasan mangrove tersebut menjadi pemukiman dan kegiatan ekonomi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perhatian kepada pemerintah agar dapat memberi perhatian terhadap pengelolaan kawasan pesisir yang mana menjadi ekosistem dari vegetasi mangrove. Di sisi lain, konsep pembangunan berkelanjutan harus bisa mengakomodasi penurunan kawasan mangrove pada masa yang akan datang.
{"title":"Sebaran Mangrove dan Manajemen Konservasi di Kabupaten Manokwari, Papua Barat: Analisis Pendekatan Pengindaraan Jauh","authors":"Agnestesya Manuputty","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.366","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.366","url":null,"abstract":"Kawasan pesisir memiliki peran yang penting sebagai ekosistem pendukung dari vegetasi khususnya mangrove. Namun di sisi lain, tekanan pembangunan membutuhkan lahan yang strategis diantaranya daerah pesisir tersebut. Hal ini terjadi secara khusus juga di kawasan pesisir sekitar Kabupaten Manokwari. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengamati perubahan kawasan vegetasi khususnya mangrove dengan menggunakan pendekatan pengindraan jauh. Metode yang dilakukan adalah menganalisis kawasan mangrove pada dua periode yaitu tahun 2002 dan 2021. Selanjutnya, data yang diperoleh dalam bentuk luasan dibandingkan dan juga dioverlay dengan layer dari jalan, sungai, dan bangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan luasan kawasan mangrove khususnya di daerah timur lokasi penelitian. Faktor pembangunan diduga menjadi penyebab karena terdapat konversi kawasan mangrove tersebut menjadi pemukiman dan kegiatan ekonomi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perhatian kepada pemerintah agar dapat memberi perhatian terhadap pengelolaan kawasan pesisir yang mana menjadi ekosistem dari vegetasi mangrove. Di sisi lain, konsep pembangunan berkelanjutan harus bisa mengakomodasi penurunan kawasan mangrove pada masa yang akan datang.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124483837","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-30DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.348
Danang Jatmika Wahyu Wijaya, Irnanda Aiko Fifi Djuuna, Wahyudi, Thomas Frans Pattiasina
Daerah aliran sungai (DAS) Arui merupakan salah satu DAS di Kabupaten Manokwari yang masuk dalam klasifikasi dipulihkan. Hal tersebut dikarenakan DAS Arui mengalami dampak kejadian banjir limpasan setiap hujan dengan intensitas yang tinggi. Kajian tentang kerawanan, variabel geomorfologi yang berpengaruh terhadap banjir limpasan dan tindakan mitigasi yang tepat diperlukan untuk pengendalian banjir limpasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tentang bahaya kerawanan banjir limpasan di DAS Arui, mengetahui faktor-faktor bio-fisik atau geomorfologi yang mempengaruhi kerawanan banjir limpasan, serta merekomendasikan mitigasi banjir limpasan. Penelitian ini dirancang dengan metode deskriptif kuantitatif, dimana data digital dari variabel penelitian di kuantifikasi dengan skor dan bobot untuk mendapatkan skor total. Data digital peta diolah dengan menggunakan Arc. GIS dan disajikan dalam bentuk tabel dan peta. Hasil penelitian menunjukkan wilayah DAS Arui memiliki potensi kerawanan banjir limpasan tinggi hingga sangat tinggi seluas 12.371,71 ha (55,89%), variabel geomorfologi yang dominan berpengaruh terhadap banjir limpasan sebesar 55,89% adalah kelerengan. Kegiatan normalisasi Sungai Nimboy telah dilakukan sebagai upaya mitigasi struktural, dan non struktural lebih menekankan kepada partisipasi aktif masyarakat setempat.
{"title":"Kerawanan Banjir Limpasan di Daerah Aliran Sungai Arui Distrik Masni Kabupaten Manokwari","authors":"Danang Jatmika Wahyu Wijaya, Irnanda Aiko Fifi Djuuna, Wahyudi, Thomas Frans Pattiasina","doi":"10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.348","DOIUrl":"https://doi.org/10.46703/jurnalpapuasia.vol8.iss2.348","url":null,"abstract":"Daerah aliran sungai (DAS) Arui merupakan salah satu DAS di Kabupaten Manokwari yang masuk dalam klasifikasi dipulihkan. Hal tersebut dikarenakan DAS Arui mengalami dampak kejadian banjir limpasan setiap hujan dengan intensitas yang tinggi. Kajian tentang kerawanan, variabel geomorfologi yang berpengaruh terhadap banjir limpasan dan tindakan mitigasi yang tepat diperlukan untuk pengendalian banjir limpasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tentang bahaya kerawanan banjir limpasan di DAS Arui, mengetahui faktor-faktor bio-fisik atau geomorfologi yang mempengaruhi kerawanan banjir limpasan, serta merekomendasikan mitigasi banjir limpasan. Penelitian ini dirancang dengan metode deskriptif kuantitatif, dimana data digital dari variabel penelitian di kuantifikasi dengan skor dan bobot untuk mendapatkan skor total. Data digital peta diolah dengan menggunakan Arc. GIS dan disajikan dalam bentuk tabel dan peta. Hasil penelitian menunjukkan wilayah DAS Arui memiliki potensi kerawanan banjir limpasan tinggi hingga sangat tinggi seluas 12.371,71 ha (55,89%), variabel geomorfologi yang dominan berpengaruh terhadap banjir limpasan sebesar 55,89% adalah kelerengan. Kegiatan normalisasi Sungai Nimboy telah dilakukan sebagai upaya mitigasi struktural, dan non struktural lebih menekankan kepada partisipasi aktif masyarakat setempat.","PeriodicalId":245012,"journal":{"name":"JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123826938","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}