Dani Farid Abdullah, Dewi Laelatul Badriah, Lely Wahyuniar
Kota Tasikmalaya menempati posisi ke-14 terbanyak di Jawa Barat penyumbang angka terkonfirmasi Covid-19 dengan 19.559 kasus yang terdiri dari 12.303 simptomatik (bergejala) dan 7.255 Asimptomatik (tidak bergejala). angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 601 kasus atau 3.07%. Dari jumlah tersebut angka kematian terbanyak terjadi pada bulan Juli 2021 dengan 214 kasus. Mortalitas akibat Covid-19 ini sangat memprihatinkan karena persentase kematian di Kota Tasikmalaya lebih besar dibandingkan dengan Persentase kematian Jawa Barat yang hanya 1,4% dan Indonesia 2,9%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pasien Covid-19 di Kota Tasikmalaya 2020-2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Covid-19, Populasi yang tercatat mulai April 2020 - April 2022 Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dengan jumlah 19.559 kasus. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh seluruh pasien Covid-19 yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sebanyak 19.559 pasien, dengan 601 kasus kematian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, vaksinasi, komorbid dan riwayat perjalanan dengan kematian pasien Covid-19 di Kota Tasikmalaya 2020-2022. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran terhadap upaya penanggulangan penyakit Covid-19, bahan evaluasi dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19, serta dapat memberikan informasi kepada masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.
{"title":"FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PASIEN COVID-19 DI KOTA TASIKMALAYA 2020-2022","authors":"Dani Farid Abdullah, Dewi Laelatul Badriah, Lely Wahyuniar","doi":"10.34305/jphi.v3i01.614","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v3i01.614","url":null,"abstract":"Kota Tasikmalaya menempati posisi ke-14 terbanyak di Jawa Barat penyumbang angka terkonfirmasi Covid-19 dengan 19.559 kasus yang terdiri dari 12.303 simptomatik (bergejala) dan 7.255 Asimptomatik (tidak bergejala). angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 601 kasus atau 3.07%. Dari jumlah tersebut angka kematian terbanyak terjadi pada bulan Juli 2021 dengan 214 kasus. Mortalitas akibat Covid-19 ini sangat memprihatinkan karena persentase kematian di Kota Tasikmalaya lebih besar dibandingkan dengan Persentase kematian Jawa Barat yang hanya 1,4% dan Indonesia 2,9%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pasien Covid-19 di Kota Tasikmalaya 2020-2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Covid-19, Populasi yang tercatat mulai April 2020 - April 2022 Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dengan jumlah 19.559 kasus. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh seluruh pasien Covid-19 yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sebanyak 19.559 pasien, dengan 601 kasus kematian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, vaksinasi, komorbid dan riwayat perjalanan dengan kematian pasien Covid-19 di Kota Tasikmalaya 2020-2022. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran terhadap upaya penanggulangan penyakit Covid-19, bahan evaluasi dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19, serta dapat memberikan informasi kepada masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128177373","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah salah satu bisnis industri dimana produksinya yaitu mengolah air baku sehingga menjadi air minum untuk layak dikonsumsi oleh berbagai orang–orang dengan bentuk pengisian di tempat yang sering kita kenal dengan depot isi ulang. Pada tahun 2020 di Kabupaten Kuningan tempat pengelolaan depot air minum yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 65,5%. Dari hasil laboratorium pemeriksaan kualitas bakteriologi DAMIU Kecamatan Lebakwangi tahun 2021 terdapat DAMIU yang tidak memenuhi syarat dan untuk Kecamatan Sindangagung pada tahun 2021 tidak sama sekali memberikan sampel Air Minum Isi Ulang ke Labkesda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hygiene sanitasi dengan keberadaan bakteri E.coli. Jenis penelitian yang digunakan analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Jumlah populasi sampel pada penelitian ini sebanyak 38 DAMIU. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan uji laboratorium. Uji statistik yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman. Analisis univariat hygiene sanitasi DAMIU yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 23 (60,5%), sedangkan depot air minum isi ulang yang tidak ada kandungan bakteri (Escherichia Coli) yaitu sebanyak 33 (86,8%). Analisis bivariat nilai signifikansi 0,980 > p value maka artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel hygiene sanitasi dengan keberadaan bakteri escherichia coli pada depot air minum isi ulang. Tidak adanya hubungan antara hygiene sanitasi dengan keberadaan bakteri escherichia coli pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sindangagung dan Kecamatan Lebakwangi Tahun 2022. Disarankan agar konsumen lebih memperhatikan hygiene sanitasi dan kualitas air secara bakteriologi di depot air minum isi ulang.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA HYGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN SINDANGAGUNG DAN KECAMATAN LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2022","authors":"I. Indrayani, Ryan Respati Illiyyin, Ahmad Ropii","doi":"10.34305/jphi.v3i01.594","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v3i01.594","url":null,"abstract":"Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah salah satu bisnis industri dimana produksinya yaitu mengolah air baku sehingga menjadi air minum untuk layak dikonsumsi oleh berbagai orang–orang dengan bentuk pengisian di tempat yang sering kita kenal dengan depot isi ulang. Pada tahun 2020 di Kabupaten Kuningan tempat pengelolaan depot air minum yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 65,5%. Dari hasil laboratorium pemeriksaan kualitas bakteriologi DAMIU Kecamatan Lebakwangi tahun 2021 terdapat DAMIU yang tidak memenuhi syarat dan untuk Kecamatan Sindangagung pada tahun 2021 tidak sama sekali memberikan sampel Air Minum Isi Ulang ke Labkesda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hygiene sanitasi dengan keberadaan bakteri E.coli.\u0000Jenis penelitian yang digunakan analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Jumlah populasi sampel pada penelitian ini sebanyak 38 DAMIU. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan uji laboratorium. Uji statistik yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman.\u0000Analisis univariat hygiene sanitasi DAMIU yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 23 (60,5%), sedangkan depot air minum isi ulang yang tidak ada kandungan bakteri (Escherichia Coli) yaitu sebanyak 33 (86,8%). Analisis bivariat nilai signifikansi 0,980 > p value maka artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel hygiene sanitasi dengan keberadaan bakteri escherichia coli pada depot air minum isi ulang.\u0000Tidak adanya hubungan antara hygiene sanitasi dengan keberadaan bakteri escherichia coli pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sindangagung dan Kecamatan Lebakwangi Tahun 2022. Disarankan agar konsumen lebih memperhatikan hygiene sanitasi dan kualitas air secara bakteriologi di depot air minum isi ulang.","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130151080","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) di Indonesia sejak tahun 2014 telah merubah pola perilaku pencarian pengobatan pada masyarakat termasuk kunjungan berulang ke klinik pratama menjadi aktif. Sehingga berpotensi terjadinya kunjungan berulang (kunjungan >1 kali). Klinik Orinda di Kuningan, termasuk klinik dengan kunjungan berulang tertinggi oleh masyarakat sehingga perlu diketahui dan dianalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pola kunjungan berulang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan berulang pada pasien peserta JKN di Klinik Orinda Kabupaten Kuningan tahun 2021 Jenis penelitian ini observasional analitik dengan desain cross sectional (potong lintang). Populasi penelitian ini berjumlah 780 orang (Maret-Mei 2021) dan sampel sebanyak 265 responden (teknik consecutive sampling). Instrumen penelitian ini mengunakan lembar kuesioner dengan melakukan wawancara. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat Chi-Square, dan analisis multivariat regresi logistik Analisis bivariat : persepsi sakit (P = 0,047), keyakinan akan kesembuhan (P=0,001), persepsi kualitas layanan (P = 0,000), dukungan keluarga (P =0,012), Jenis Kepesertaan (P=0,039). Analisis Multivariat : Persepsi Sakit (nilai p=0,047, 95% CI:0,789-2,595). Kesimpulan, semua variabel berhubungan dengan kunjungan berulang pada pasien peserta JKN di Klinik Orinda tahun 2021. Dengan begitu, diharapkan pasien BPJS lebih giat untuk literasi tentang penyakit dan pencegahannya agar tidak melakukan kunjungan berulang jika dianggap masih bisa disembuhkan sendiri atau di rumah.
{"title":"FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BERULANG PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (STUDI PADA KLINIK PRATAMA ORINDA KUNINGAN) TAHUN 2021","authors":"Agah Nugraha, Rossi Suparman, Mamlukah Mamlukah, Susianto Susianto","doi":"10.34305/jphi.v2i02.455","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v2i02.455","url":null,"abstract":"Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) di Indonesia sejak tahun 2014 telah merubah pola perilaku pencarian pengobatan pada masyarakat termasuk kunjungan berulang ke klinik pratama menjadi aktif. Sehingga berpotensi terjadinya kunjungan berulang (kunjungan >1 kali). Klinik Orinda di Kuningan, termasuk klinik dengan kunjungan berulang tertinggi oleh masyarakat sehingga perlu diketahui dan dianalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pola kunjungan berulang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan berulang pada pasien peserta JKN di Klinik Orinda Kabupaten Kuningan tahun 2021 \u0000Jenis penelitian ini observasional analitik dengan desain cross sectional (potong lintang). Populasi penelitian ini berjumlah 780 orang (Maret-Mei 2021) dan sampel sebanyak 265 responden (teknik consecutive sampling). Instrumen penelitian ini mengunakan lembar kuesioner dengan melakukan wawancara. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat Chi-Square, dan analisis multivariat regresi logistik \u0000Analisis bivariat : persepsi sakit (P = 0,047), keyakinan akan kesembuhan (P=0,001), persepsi kualitas layanan (P = 0,000), dukungan keluarga (P =0,012), Jenis Kepesertaan (P=0,039). Analisis Multivariat : Persepsi Sakit (nilai p=0,047, 95% CI:0,789-2,595). Kesimpulan, semua variabel berhubungan dengan kunjungan berulang pada pasien peserta JKN di Klinik Orinda tahun 2021. Dengan begitu, diharapkan pasien BPJS lebih giat untuk literasi tentang penyakit dan pencegahannya agar tidak melakukan kunjungan berulang jika dianggap masih bisa disembuhkan sendiri atau di rumah.","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128156835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ISPA merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan anak-anak merupakan salah satu kelompok orang yang lebih rentan mengalami ISPA. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA terbagi atas dua kelompok besar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Cimahi pada tahun 2018 kejadian ISPA pada balita tertinggi berada di Desa Cikeusal sebanyak 272 kasus, kemudian pada tahun 2019 kejadian ISPA di desa tersebut meningkat menjadi 619 kasus dan pada tahun 2020 kejadian ISPA nya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, namun Desa Cikeusal masih menjadi Desa dengan kasus ISPA tertinggi pada balita di Kecamatan Cimahi dengan jumlah 231 kasus dari total penduduk usia balita 525 balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia, status imunisasi dan perilaku merokok dengan kejadian keluhan ISPA pada balita di Desa Cikeusal Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan Tahun 2022. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh balita yang ada di Desa Cikeusal dengan jumlah 552, dan didapatkan sampel sebanyak 227 yang diambil menggunakan teknik sampling yaitu random sampling. Instrumen yang digunakan yaitu lembar kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara ke setiap rumah yang terdapat balita. Analisis data menggunakan analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis usia dengan kejadian ISPA mendapat nilai p 0,000. Status Imunisasi dengan kejadian ISPA mendapat nilai p 0,423.Perilaku merokok dengan kejadian ISPA mendapat nilai p 0,000. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan antara usia dan perilaku merokok dengan kejadian ISPA pada balita. Masyarakat diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya melakukan pencegahan terhadap penyakit infeksi salah satunya ISPA.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA USIA, STATUS IMUNISASI DAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN KELUHAN ISPA PADA BALITA DI DESA CIKEUSAL KECAMATAN CIMAHI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2022","authors":"I. Indrayani, Kiki Novia, Ahmad Ropii","doi":"10.34305/jphi.v2i02.712","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v2i02.712","url":null,"abstract":"ISPA merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan anak-anak merupakan salah satu kelompok orang yang lebih rentan mengalami ISPA. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA terbagi atas dua kelompok besar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Cimahi pada tahun 2018 kejadian ISPA pada balita tertinggi berada di Desa Cikeusal sebanyak 272 kasus, kemudian pada tahun 2019 kejadian ISPA di desa tersebut meningkat menjadi 619 kasus dan pada tahun 2020 kejadian ISPA nya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, namun Desa Cikeusal masih menjadi Desa dengan kasus ISPA tertinggi pada balita di Kecamatan Cimahi dengan jumlah 231 kasus dari total penduduk usia balita 525 balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia, status imunisasi dan perilaku merokok dengan kejadian keluhan ISPA pada balita di Desa Cikeusal Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan Tahun 2022. \u0000Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh balita yang ada di Desa Cikeusal dengan jumlah 552, dan didapatkan sampel sebanyak 227 yang diambil menggunakan teknik sampling yaitu random sampling. Instrumen yang digunakan yaitu lembar kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara ke setiap rumah yang terdapat balita. Analisis data menggunakan analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. \u0000Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis usia dengan kejadian ISPA mendapat nilai p 0,000. Status Imunisasi dengan kejadian ISPA mendapat nilai p 0,423.Perilaku merokok dengan kejadian ISPA mendapat nilai p 0,000. \u0000Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan antara usia dan perilaku merokok dengan kejadian ISPA pada balita. Masyarakat diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya melakukan pencegahan terhadap penyakit infeksi salah satunya ISPA.","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"212 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131398771","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural ditanaman tembakau nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili Solanaceae seperti tomat, kentang, terong dan merica hijau pada level sangat kecil dibanding pada tembakau nikotin tidak berwarna tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau kemudian asapnya dihisap. maka penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional karena studi penelitian ini dilakukan tanpa memberikan intervensi atau perlakuan khusus pada subjek penelitian. Studi penelitian ini adalah cross sectional untuk melihat Gambaran Tingkat Pengetahuan Bahaya Merokok Bagi Kesehatan Pada Remaja Usia 15-20 Tahun di Tangsel. Hasil ini menunjukan adanya kecenderungan bahwa pengetahuan yang rendah akan membentuk perilaku remaja untuk merokok, sebaliknya pengetahuan yang tinggi lebih cenderung memiliki perilaku tidak merokok.Pengetahuan baik dan kurang apabila dikatakan baik jika X> dari median dan pengetahauan kurang jika X< Median. Sehingga dapat disimpulkan dari penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan baik sebesar 59,0% responden dan pengetahuan kurang sebesar 41,0% responden.
{"title":"PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN PADA REMAJA USIA 15-20 TAHUN DI TANGERANG SELATAN","authors":"Ismayatun Jariyah, M. Mustakim","doi":"10.34305/jphi.v2i2.436","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v2i2.436","url":null,"abstract":"Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural ditanaman tembakau nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili Solanaceae seperti tomat, kentang, terong dan merica hijau pada level sangat kecil dibanding pada tembakau nikotin tidak berwarna tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau kemudian asapnya dihisap. maka penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional karena studi penelitian ini dilakukan tanpa memberikan intervensi atau perlakuan khusus pada subjek penelitian. Studi penelitian ini adalah cross sectional untuk melihat Gambaran Tingkat Pengetahuan Bahaya Merokok Bagi Kesehatan Pada Remaja Usia 15-20 Tahun di Tangsel. Hasil ini menunjukan adanya kecenderungan bahwa pengetahuan yang rendah akan membentuk perilaku remaja untuk merokok, sebaliknya pengetahuan yang tinggi lebih cenderung memiliki perilaku tidak merokok.Pengetahuan baik dan kurang apabila dikatakan baik jika X> dari median dan pengetahauan kurang jika X< Median. Sehingga dapat disimpulkan dari penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan baik sebesar 59,0% responden dan pengetahuan kurang sebesar 41,0% responden.","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122589874","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Banyak masyarakat yang merasakan ketidakpuasan dan beranggapan komunikasi yang dilakukan perawat masih belum optimal. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Darma didapatkan data 4 pasien mengatakan puas dan 9 orang pasien mengatakan kurang puas terhadap pelayanan yang mereka terima salah satunya yaitu kurangnya komunikasi terapeutik dari perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dan karakteristik responden dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas Darma Kuningan. Jenis penelitian ini adalah analitik cross sectional. Sebanyak 50 responden diambil dengan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner. Uji bivariat menggunakan rank spearman dan multivariat regresi linear. Analisis univariat diperoleh sebagian besar komunikasi terapeutik perawat cukup baik (80.0%), kepuasan pasien cukup puas (52.0%), usia responden 20-30 tahun (32.0%), jenis kelamin perempuan (66.0%), pendidikan SD (40.0%), pekerjaan lainnya (60.0%). Analisis bivariat komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan (p = 0.466), jenis kelamin (p = 0.414), pendidikan (p = 0.657), dan pekerjaan (p = 0.33). Hasil uji regresi linear diperoleh (p = 0.290). Tidak terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dan karakteristik responden dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas Darma Kuningan. Oleh sebab itu, perlu diadakan pelatihan khusus untuk perawat terkait komunikasi terapeutik serta pelatihan lain untuk menciptakan kepuasan pasien.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI PUSKESMAS DARMA KUNINGAN TAHUN 2021","authors":"Nining Rusmianingsih, Nur Wulan, Sri Trianingsih","doi":"10.34305/jphi.v2i2.461","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v2i2.461","url":null,"abstract":"Banyak masyarakat yang merasakan ketidakpuasan dan beranggapan komunikasi yang dilakukan perawat masih belum optimal. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Darma didapatkan data 4 pasien mengatakan puas dan 9 orang pasien mengatakan kurang puas terhadap pelayanan yang mereka terima salah satunya yaitu kurangnya komunikasi terapeutik dari perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dan karakteristik responden dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas Darma Kuningan. \u0000Jenis penelitian ini adalah analitik cross sectional. Sebanyak 50 responden diambil dengan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner. Uji bivariat menggunakan rank spearman dan multivariat regresi linear. \u0000Analisis univariat diperoleh sebagian besar komunikasi terapeutik perawat cukup baik (80.0%), kepuasan pasien cukup puas (52.0%), usia responden 20-30 tahun (32.0%), jenis kelamin perempuan (66.0%), pendidikan SD (40.0%), pekerjaan lainnya (60.0%). Analisis bivariat komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan (p = 0.466), jenis kelamin (p = 0.414), pendidikan (p = 0.657), dan pekerjaan (p = 0.33). Hasil uji regresi linear diperoleh (p = 0.290). \u0000Tidak terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dan karakteristik responden dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas Darma Kuningan. Oleh sebab itu, perlu diadakan pelatihan khusus untuk perawat terkait komunikasi terapeutik serta pelatihan lain untuk menciptakan kepuasan pasien.","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"87 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123972185","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kecemasan (anxiety) merupakan perasaan takut yang tidak jelas penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Dimasa pandemi covid-19 (Penyakit Virus Corona) ibu hamil merasa cemas. Kecemasan ibu didasarkan pada bagaimana penyebaran virus ini, yaitu melalui tetesan pada saat bersin, batuk atau berbicara. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kecemasan ibu primigravida karakteristik selama pandemi covid-19 di Desa Mekarjaya Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan observasional, diambil dari data primer pada bulan April, jumlah populasi 27 responden, dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner HARS yang terdiri dari 14 pertanyaan dan penggunaan analisis univariat. Hasil analisis univariat, tingkat kecemasan paling tinggi sedang 12 (44,4%) responden. Berdasarkan kelompok usia, kecemasan lebih banyak pada kelompok usia (20-35 tahun) dengan kecemasan sedang 12 (50%) responden. Berdasarkan status pendidikan, banyak terjadi pada kelompok tamat jenjang SMA/sederajat lebih kecemasan sedang sebanyak 7 (58,3%) responden. Berdasarkan status pekerjaan lebih banyak pada kelompok yang tidak bekerja dengan kecemasan sedang sebanyak 12 (54,5%) responden. Dari penelitian ini dapat dikatakan, responden lebih banyak memiliki tingkat kecemasan sebanyak 12 (44,4) responden. Saran bagi instansi kesehatan melakukan penyuluhan tentang kecemasan selama pandemi covid-19 pada ibu hamil primigravida dan rutin melakukan ANC.
{"title":"TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DALAM MENGHADAPI KEHAMILAN SELAMA PANDEMI COVID-19 DI DESA MEKARJAYA KECAMATAN CIMAHI KABUPATEN KUNINGAN","authors":"S. Nurjannah, S. Nurlela","doi":"10.34305/jphi.v2i2.451","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v2i2.451","url":null,"abstract":"Kecemasan (anxiety) merupakan perasaan takut yang tidak jelas penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Dimasa pandemi covid-19 (Penyakit Virus Corona) ibu hamil merasa cemas. Kecemasan ibu didasarkan pada bagaimana penyebaran virus ini, yaitu melalui tetesan pada saat bersin, batuk atau berbicara. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kecemasan ibu primigravida karakteristik selama pandemi covid-19 di Desa Mekarjaya Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan.\u0000Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan observasional, diambil dari data primer pada bulan April, jumlah populasi 27 responden, dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner HARS yang terdiri dari 14 pertanyaan dan penggunaan analisis univariat.\u0000Hasil analisis univariat, tingkat kecemasan paling tinggi sedang 12 (44,4%) responden. Berdasarkan kelompok usia, kecemasan lebih banyak pada kelompok usia (20-35 tahun) dengan kecemasan sedang 12 (50%) responden. Berdasarkan status pendidikan, banyak terjadi pada kelompok tamat jenjang SMA/sederajat lebih kecemasan sedang sebanyak 7 (58,3%) responden. Berdasarkan status pekerjaan lebih banyak pada kelompok yang tidak bekerja dengan kecemasan sedang sebanyak 12 (54,5%) responden. Dari penelitian ini dapat dikatakan, responden lebih banyak memiliki tingkat kecemasan sebanyak 12 (44,4) responden. Saran bagi instansi kesehatan melakukan penyuluhan tentang kecemasan selama pandemi covid-19 pada ibu hamil primigravida dan rutin melakukan ANC.","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123828510","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dessy Sutanti, Rossi Suparman, T. Setianingsih, Dewi Laelatul Badriah
Akreditasi merupakan salah satu kebijakan bentuk yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Implementasi kebijakan tersebut dilaksanakan setelah dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi. Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) merupakan rangkaian dalam Manajemen Puskesmas, suatu kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan keluaran yang efektif dan efisien (Permenkes, 2016). PKP merupakan salah satu penilaian yang ada dalam akreditasi Puskesmas. Permenkes No 46 tahun 2016 menyatakan bahwa di dalam PKP terdapat cakupan program, manajemen dan mutu yang dinilai dari mulai input, proses dan output.metode campuran ). Sampel penelitian untuk kuantitatif adalah total sampling 37 Puskesmas, dan untuk kualitatif adalah teknik probabilitas dengan stratifikasi sebanyak 9 Puskesmas. Analisis data kuantitatif dialkukan dengan uji Chi Square, untuk data kualitatif menggunakan analisis tema Matriks Hasil analisis bivariat yang didapatkan tidak ada hubungan antara capaian akreditasi Puskesmas dengan capaian kinerja Puskesmas di Kabupaten Kuningan dengan p=0,639. Untuk mendapatkan kualitatif dari keempat faktor yang berhubungan dengan implementasi kebijakan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Kuningan tahun 2019 yang dapat segera ditingkatkan capaiannya tanpa membutuhkan waktu dan biaya yang besar adalah faktor hubungan antar organisasi.
{"title":"STUDI ANALISIS KETERCAPAIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN AKREDITASI PUSKESMAS DAN KINERJA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUNINGAN","authors":"Dessy Sutanti, Rossi Suparman, T. Setianingsih, Dewi Laelatul Badriah","doi":"10.34305/jphi.v2i02.462","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v2i02.462","url":null,"abstract":"Akreditasi merupakan salah satu kebijakan bentuk yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Implementasi kebijakan tersebut dilaksanakan setelah dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi. Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) merupakan rangkaian dalam Manajemen Puskesmas, suatu kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan keluaran yang efektif dan efisien (Permenkes, 2016). PKP merupakan salah satu penilaian yang ada dalam akreditasi Puskesmas. Permenkes No 46 tahun 2016 menyatakan bahwa di dalam PKP terdapat cakupan program, manajemen dan mutu yang dinilai dari mulai input, proses dan output.metode campuran ). Sampel penelitian untuk kuantitatif adalah total sampling 37 Puskesmas, dan untuk kualitatif adalah teknik probabilitas dengan stratifikasi sebanyak 9 Puskesmas. Analisis data kuantitatif dialkukan dengan uji Chi Square, untuk data kualitatif menggunakan analisis tema Matriks\u0000Hasil analisis bivariat yang didapatkan tidak ada hubungan antara capaian akreditasi Puskesmas dengan capaian kinerja Puskesmas di Kabupaten Kuningan dengan p=0,639. Untuk mendapatkan kualitatif dari keempat faktor yang berhubungan dengan implementasi kebijakan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Kuningan tahun 2019 yang dapat segera ditingkatkan capaiannya tanpa membutuhkan waktu dan biaya yang besar adalah faktor hubungan antar organisasi.","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132798617","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pertumbuhan penduduk yang pesat menjadikan pemerintah membuat upaya dengan salah satunya program KB. Metode suntikan telah menjadi Gerakan keluarga nasional dengan akseptor di Indonesia 63,7%, di Jawa Barat 54%, di Bogor 49% dan di BPM Sri Puspa Kencana, Amd,Keb berjumlah suntik 3 bulan 43%, suntik 1 bulan 31%, IUD 10%, Implan 9%, Pil 7%. pada kontrasepsi 3 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi 3 bulan dengan disfungsi seksual di BPM Sri Puspa Kencana, Amd,Keb. Dengan populasi 357 orang dan sampel 71 responden. Pengambilan sampel menggunakan Teknik Simple Random Sampling. Hasil univariat pengguna kontrasepsi 3 bulan >1 tahun 52orang (73,2%), sedangkan <1 tahun 19orang (26,8%), dan mengalami disfungsi seksual 44orang (62%) sedangkan tidak mengalami disfungsi seksual 27orang (38%). Hasil uji chi square diperoleh P-Value=0,075>0,05 artinya tidak ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi 3 bulan dengan disfungsi seksual. Diharapkan responden ataupun bidan dapat memantau perubahan tubuh sehingga dapat mencegah dan mengurangi efek samping kontrasepsi 3 bulan
人口迅速增长使政府努力实施计划生育。注射方法已经成为印尼全国家庭运动的一种全国性的家庭运动,在西爪哇54%,在茂物,在49%和BPM Sri Puspa Kencana, Amd,Keb加起来是3个月注射43%,注射1个月31%,植入10%,植入9%,药片7%。三个月避孕。本研究旨在探讨BPM Sri Puspa Kencana, Amd,Keb中为期3个月的避孕措施与性功能障碍的关系。人口357,样本71。采用简单的随机抽样技术进行取样。避孕用户3个月的>1年52人(73.2%),而0.05意味着3个月的避孕措施使用与性功能障碍之间没有联系。希望被受访者或助产士能够监控身体的变化,以防止和减少3个月的避孕副作用
{"title":"HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIKAN 3 BULAN PADA AKSEPTOR KB 3 BULAN DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL","authors":"Rinrin Anggraeni Dewi, Lela Zakiah, Imas Nurjanah","doi":"10.34305/jphi.v2i2.416","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v2i2.416","url":null,"abstract":"Pertumbuhan penduduk yang pesat menjadikan pemerintah membuat upaya dengan salah satunya program KB. Metode suntikan telah menjadi Gerakan keluarga nasional dengan akseptor di Indonesia 63,7%, di Jawa Barat 54%, di Bogor 49% dan di BPM Sri Puspa Kencana, Amd,Keb berjumlah suntik 3 bulan 43%, suntik 1 bulan 31%, IUD 10%, Implan 9%, Pil 7%. pada kontrasepsi 3 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi 3 bulan dengan disfungsi seksual di BPM Sri Puspa Kencana, Amd,Keb. Dengan populasi 357 orang dan sampel 71 responden. Pengambilan sampel menggunakan Teknik Simple Random Sampling. Hasil univariat pengguna kontrasepsi 3 bulan >1 tahun 52orang (73,2%), sedangkan <1 tahun 19orang (26,8%), dan mengalami disfungsi seksual 44orang (62%) sedangkan tidak mengalami disfungsi seksual 27orang (38%). Hasil uji chi square diperoleh P-Value=0,075>0,05 artinya tidak ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi 3 bulan dengan disfungsi seksual. Diharapkan responden ataupun bidan dapat memantau perubahan tubuh sehingga dapat mencegah dan mengurangi efek samping kontrasepsi 3 bulan","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132186753","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Choirul Hasan Jaya, R. Mardhiati, Cornelis Novianus
Kebisingan di dunia industri dapat menjadi salah satu faktor penyumbang terjadinya keluhan gangguan pendengaran pekerja. Bising merupakan bahaya yang sulit dipisahkan dari dunia industri, keberadaannya dalam dunia industri memberikan suatu ancaman bagi pekerja berupa gejala gangguan pendengaran. Tujuan utama penelitian ini adalah membuktikan bahwa gejala gangguan pendengaran berkaitan dengan karakteristik pekerja dan intensitas kebisingan di unit produksi PT. X. Data yang digunakan adalah data primer berupa pengisian angket dan sound level meter digunakan untuk pengukuran kebisingan. Teknik Sampling Jenuh digunakan dalam penelitian ini, dimana seluruh populasi menjadi sampel, dengan jumlah 82 pekerja unit produksi PT. X. Analisis univariat dan analisis bivariat (Chi Square Test) digunakan di penelitian ini. Hasil menunjukkan ada 65,9% pekerja mengalami gejala gangguan pendengaran dan ada 63,4% pekerja terpapar kebisingan diatas NAB, ada 57,3% pekerja tanpa alat pelindung telinga (APT) saat bekerja. Pekerja berumur ≥ 40 tahun ada 22%, sudah bekerja selama 5 tahun lebih sebanyak 63,4%, dan bekerja di unit berisiko ada 81,7%. Perhitungan angka risiko tertinggi ada pada intensitas kebisingan dengan Prevalensi Rasio 1,82 dibandingkan angka risiko usia, masa kerja, penggunaan APT. Terdapat hubungan bermakna antara gejala gangguan pendengaran dengan intensitas keterpaparan kebisingan (pvalue= 0,002), usia (pvalue = 0,009), masa kerja (pvalue = 0,040), dan penggunaan APT (pvalue = 0,032). Penempatan unit kerja tidak berhubungan secara bermakna dengan gejala gangguan pendengaran (pvalue = 0,329). Berdasarkan hasil penelitian disarankan perlu adanya pelatihan terkait pentingnya penggunaan alat pelindung telinga dan mewajibkan seluruh pekerja unit produksi untuk menggunakan alat pelindung telinga. Kata Kunci: gangguan pendengaran, intensitas bising, risiko, alat pelindung telinga
{"title":"INTENSITAS KEBISINGAN BERISIKO MENYEBABKAN GEJALA GANGGUAN PENDENGARAN DI PT. X","authors":"Choirul Hasan Jaya, R. Mardhiati, Cornelis Novianus","doi":"10.34305/jphi.v2i2.410","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jphi.v2i2.410","url":null,"abstract":"Kebisingan di dunia industri dapat menjadi salah satu faktor penyumbang terjadinya keluhan gangguan pendengaran pekerja. Bising merupakan bahaya yang sulit dipisahkan dari dunia industri, keberadaannya dalam dunia industri memberikan suatu ancaman bagi pekerja berupa gejala gangguan pendengaran. Tujuan utama penelitian ini adalah membuktikan bahwa gejala gangguan pendengaran berkaitan dengan karakteristik pekerja dan intensitas kebisingan di unit produksi PT. X. Data yang digunakan adalah data primer berupa pengisian angket dan sound level meter digunakan untuk pengukuran kebisingan. Teknik Sampling Jenuh digunakan dalam penelitian ini, dimana seluruh populasi menjadi sampel, dengan jumlah 82 pekerja unit produksi PT. X. Analisis univariat dan analisis bivariat (Chi Square Test) digunakan di penelitian ini. Hasil menunjukkan ada 65,9% pekerja mengalami gejala gangguan pendengaran dan ada 63,4% pekerja terpapar kebisingan diatas NAB, ada 57,3% pekerja tanpa alat pelindung telinga (APT) saat bekerja. Pekerja berumur ≥ 40 tahun ada 22%, sudah bekerja selama 5 tahun lebih sebanyak 63,4%, dan bekerja di unit berisiko ada 81,7%. Perhitungan angka risiko tertinggi ada pada intensitas kebisingan dengan Prevalensi Rasio 1,82 dibandingkan angka risiko usia, masa kerja, penggunaan APT. Terdapat hubungan bermakna antara gejala gangguan pendengaran dengan intensitas keterpaparan kebisingan (pvalue= 0,002), usia (pvalue = 0,009), masa kerja (pvalue = 0,040), dan penggunaan APT (pvalue = 0,032). Penempatan unit kerja tidak berhubungan secara bermakna dengan gejala gangguan pendengaran (pvalue = 0,329). Berdasarkan hasil penelitian disarankan perlu adanya pelatihan terkait pentingnya penggunaan alat pelindung telinga dan mewajibkan seluruh pekerja unit produksi untuk menggunakan alat pelindung telinga. \u0000 \u0000Kata Kunci: gangguan pendengaran, intensitas bising, risiko, alat pelindung telinga","PeriodicalId":249118,"journal":{"name":"Journal of Public Health Innovation","volume":"277 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116199086","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}