Pub Date : 2019-03-28DOI: 10.20527/JUKUNG.V5I1.6202
Hanny Maria Caesarina, N. Saubari
Ruang terbuka hijau telah dikenal memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Ruang terbuka hijau dalam perencanaan kota kerap dianggap sebagai elemen pendukung terwujudnya smart city. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan seberapa jauh peran ruang terbuka hijau lewat penyediaan wifi corner dalam perencanaan kota menuju konsep smart city. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif berdasarkan observasi, survey lapangan dan serangkaian wawancara. Studi kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kota di Kalimantan Selatan, yaitu Banjarmasin dan Banjarbaru yang telah memiliki konsep smart city. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau dalam perencanaan kota memiliki potensi yang kuat sebagai elemen pembentuk smart city. Apabila ruang terbuka hijau suatu kota telah direncanakan dengan baik dari berbagai segi fasilitas dan terkoneksi dengan jaringan internet yang berkualitas, maka dengan sendirinya konsep smart city akan lebih mudah dicapai. Kata kunci: perencanaan kota, ruang terbuka hijau, smart city, wifi corner. Green space has an important role in enhancing environmental quality of a city. Green space often considered as a supporting element for the concept of smart city. This research intended to acknowledge the role of green space through the installation of wifi corner in urban planning towards smart city. The methods that has been used was descriptive qualitative through observation, field survey and interviews. The case study in this research were Banjarmasin and Banjarbaru which already has the smart city concepts. The result shows that green space in urban planning is a potential element towards smart city. A well good planned green space with all the facilities that connected to a good internet network in a city might help forming the concept of smart city. Keywords: green space, smart city, urban planning, wifi corner.
{"title":"PERAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PERENCANAAN KOTA SEBAGAI POTENSI PEMBENTUK SMART CITY","authors":"Hanny Maria Caesarina, N. Saubari","doi":"10.20527/JUKUNG.V5I1.6202","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/JUKUNG.V5I1.6202","url":null,"abstract":"Ruang terbuka hijau telah dikenal memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Ruang terbuka hijau dalam perencanaan kota kerap dianggap sebagai elemen pendukung terwujudnya smart city. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan seberapa jauh peran ruang terbuka hijau lewat penyediaan wifi corner dalam perencanaan kota menuju konsep smart city. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif berdasarkan observasi, survey lapangan dan serangkaian wawancara. Studi kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kota di Kalimantan Selatan, yaitu Banjarmasin dan Banjarbaru yang telah memiliki konsep smart city. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau dalam perencanaan kota memiliki potensi yang kuat sebagai elemen pembentuk smart city. Apabila ruang terbuka hijau suatu kota telah direncanakan dengan baik dari berbagai segi fasilitas dan terkoneksi dengan jaringan internet yang berkualitas, maka dengan sendirinya konsep smart city akan lebih mudah dicapai. Kata kunci: perencanaan kota, ruang terbuka hijau, smart city, wifi corner. Green space has an important role in enhancing environmental quality of a city. Green space often considered as a supporting element for the concept of smart city. This research intended to acknowledge the role of green space through the installation of wifi corner in urban planning towards smart city. The methods that has been used was descriptive qualitative through observation, field survey and interviews. The case study in this research were Banjarmasin and Banjarbaru which already has the smart city concepts. The result shows that green space in urban planning is a potential element towards smart city. A well good planned green space with all the facilities that connected to a good internet network in a city might help forming the concept of smart city. Keywords: green space, smart city, urban planning, wifi corner.","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126573637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-03-28DOI: 10.20527/JUKUNG.V5I1.6198
Aulia ulfah Farahdiba, Yayok Suryo Purnomo, Satria Nugraha Sakti, Muhammad Firdaus Kamal
Semakin banyaknya usaha rumah makan, maka air limbah yang dihasilkan akan bertambah dan akan menjadi suatu permasalahan. Pada proses pengolahan limbah khususnya yang mengandung senyawa organik, salah satu teknologi yang digunakan adalah dengan menggunakan proses Moving Bed Bioflm Reactor (MBBR). Pada prinsipnya, MBBR merupakan proses lumpur aktif yang ditingkatkan dengan menambahkan media (carrier) ke dalam reaktor aerasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis penurunan zat organik COD dan TSS dengan menggunakan proses MBBR pada limbah domestik rumah makan. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah media kaldness 1 (K1) dengan variasi volume media yaitu tanpa media, 15%, 30%, 45%, dan 60%, serta variasi debit aliran air limbah yang akan masuk ke dalam reaktor MBBR sebesar 15 ml/menit, 30 ml/menit, 45 ml/menit, 60 ml/menit, dan 75 ml/menit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan penyisihan beban pencemar COD dari limbah air domestik rumah makan oleh reaktor MBBR dengan volume media 60% dan debit 15 ml/menit sangat efektif. Reaktor ini mampu menurunkan nilai COD hingga 97,73% dan untuk TSS hanya sebesar 63,04% karena pada penelitian ini tidak menggunakan bak pengendap akhir sehingga nilai penyisihan TSS tidak terlalu besar. Kata kunci: COD, kaldness 1, moving bed bioflm reactor, TSS The more business restaurant, wastewater will be produced. In the processing of wastewater which contains an organic compound the most technology that is used is microorganisms or biological process by using Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). In principle, MBBR is a process of activated sludge is improved by adding carrier into aeration reactor. This study aims to analyze the decrease in organic matter COD and TSS by using the MBBR process in restaurant domestic wastewater. The media that is used in this study is Kaldnes 1 (K1) with variation media volume that is without media, 15%, 30%, 45%, and 60%, and then the flow variation of wastewater discharge that will enter into MBBR reactor 75 ml/minute, 60 ml/minute, 45 ml/minute, 30 ml/minute, and 15 ml/minute. The results of this study results that the ability to set aside COD waste from restaurant domestic waste by MBBR with media volume 60% with 15 ml/minute debit more effective. This reactor able to increase COD till 97,73% and for TSS just 63,04% in this study do not use water tank so the TSS value is not too big. Keywords: COD, kaldness 1, moving bed bioflm reactor, TSS
{"title":"PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK RUMAH MAKAN DENGAN PROSES MOVING BED BIOFILM REACTOR (MBBR)","authors":"Aulia ulfah Farahdiba, Yayok Suryo Purnomo, Satria Nugraha Sakti, Muhammad Firdaus Kamal","doi":"10.20527/JUKUNG.V5I1.6198","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/JUKUNG.V5I1.6198","url":null,"abstract":"Semakin banyaknya usaha rumah makan, maka air limbah yang dihasilkan akan bertambah dan akan menjadi suatu permasalahan. Pada proses pengolahan limbah khususnya yang mengandung senyawa organik, salah satu teknologi yang digunakan adalah dengan menggunakan proses Moving Bed Bioflm Reactor (MBBR). Pada prinsipnya, MBBR merupakan proses lumpur aktif yang ditingkatkan dengan menambahkan media (carrier) ke dalam reaktor aerasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis penurunan zat organik COD dan TSS dengan menggunakan proses MBBR pada limbah domestik rumah makan. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah media kaldness 1 (K1) dengan variasi volume media yaitu tanpa media, 15%, 30%, 45%, dan 60%, serta variasi debit aliran air limbah yang akan masuk ke dalam reaktor MBBR sebesar 15 ml/menit, 30 ml/menit, 45 ml/menit, 60 ml/menit, dan 75 ml/menit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan penyisihan beban pencemar COD dari limbah air domestik rumah makan oleh reaktor MBBR dengan volume media 60% dan debit 15 ml/menit sangat efektif. Reaktor ini mampu menurunkan nilai COD hingga 97,73% dan untuk TSS hanya sebesar 63,04% karena pada penelitian ini tidak menggunakan bak pengendap akhir sehingga nilai penyisihan TSS tidak terlalu besar. Kata kunci: COD, kaldness 1, moving bed bioflm reactor, TSS The more business restaurant, wastewater will be produced. In the processing of wastewater which contains an organic compound the most technology that is used is microorganisms or biological process by using Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). In principle, MBBR is a process of activated sludge is improved by adding carrier into aeration reactor. This study aims to analyze the decrease in organic matter COD and TSS by using the MBBR process in restaurant domestic wastewater. The media that is used in this study is Kaldnes 1 (K1) with variation media volume that is without media, 15%, 30%, 45%, and 60%, and then the flow variation of wastewater discharge that will enter into MBBR reactor 75 ml/minute, 60 ml/minute, 45 ml/minute, 30 ml/minute, and 15 ml/minute. The results of this study results that the ability to set aside COD waste from restaurant domestic waste by MBBR with media volume 60% with 15 ml/minute debit more effective. This reactor able to increase COD till 97,73% and for TSS just 63,04% in this study do not use water tank so the TSS value is not too big. Keywords: COD, kaldness 1, moving bed bioflm reactor, TSS","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124969606","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-03-01DOI: 10.20527/jukung.v5i1.6209
D. R. Rahmani, Rosalina Kumalawati, Wahyunah Wahyunah
Ruang hijau pada dasarnya telah menjadi perhatian penting dalam menyusunan lahan di negara maju dan telah mendapat perhatian di negara berkembang salah satunya Indonesia. Hal ini tercermin dari telah disusunnya berbagai kebijakan terkait penyediaan hingga penataan ruang hijau baik tingkat komunal maupun pribadi. Sehingga perlu dianalisa kesesuaian kondisi aktual lingkungan ruang hijau permukiman baik komunal maupun privat pada aturan yang berlaku. Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner dan pengamatan vegetasi permukiman (komunal dan pribadi) pada permukiman komplek perumahan dengan pedoman utama kebijakan pemerintah yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Ruang Terbuka Hijau dengan didampingi oleh peraturan, perudang-udangan dan kebijakan terkait lain yang berlaku. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa 80% masyarakat komplek/perumahan telah memiliki pekarangan yang sesuai dengan aturan yan berlaku. Kecenderungan untuk mimiliki pekarangan dengan kebaradaan vegetasi perdu dan tumbuhan bahwah terdapat pada 13,3% masyarakat. Hanya 6,6% pekarangan yang masih belum sesuai. Sehingga, dapat terlihat bahwa kondisi aktual ruang hijau permukiman dan kecenderungan masyarakat sebagian besar telah taat dan memahami pentingnya Ruang Hijau permukiman sesuai peraturan yang berlaku. Kata kunci : Pekarangan, Peraturan pemerintah, Ruang hijau permukiman, Tata guna lahan. Green space has basically become an important concern in the preparation of land in developed countries and has received attention in developing countries, including Indonesia. This is reflected in the formulation of various policies related to the provision of communal and private green spaces. So that it is necessary to analyze the suitability of the actual conditions of the environment of green spaces of both communal and private settlements in the applicable rules. Data were obtained using questionnaires and observations of residential (communal and private) vegetation in residential area with the main guidelines of government policy, namely the Minister of Public Works Regulation No. 5 of 2008 concerning Green Open Space accompanied by regulations, barriers and other relevant policies. The data obtained shows that 80% of the residential community already has a yard that is in accordance with the regulation. Only 6.6% of the yard is still not suitable. Thus, it can be seen that the actual conditions of the residential green space and the tendency of the majority of the community have obeyed and understood the importance of the Green Living settlement according to the applicable regulations. Keywords: Government Regulation, Land Use, Residential Green Space, Yard.
{"title":"ANALISIS KESESUAIAN TATA GUNA LAHAN RUANG HIJAU PERMUKIMAN DAN KECENDERUNGAN MASYARAKAT","authors":"D. R. Rahmani, Rosalina Kumalawati, Wahyunah Wahyunah","doi":"10.20527/jukung.v5i1.6209","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jukung.v5i1.6209","url":null,"abstract":"Ruang hijau pada dasarnya telah menjadi perhatian penting dalam menyusunan lahan di negara maju dan telah mendapat perhatian di negara berkembang salah satunya Indonesia. Hal ini tercermin dari telah disusunnya berbagai kebijakan terkait penyediaan hingga penataan ruang hijau baik tingkat komunal maupun pribadi. Sehingga perlu dianalisa kesesuaian kondisi aktual lingkungan ruang hijau permukiman baik komunal maupun privat pada aturan yang berlaku. Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner dan pengamatan vegetasi permukiman (komunal dan pribadi) pada permukiman komplek perumahan dengan pedoman utama kebijakan pemerintah yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Ruang Terbuka Hijau dengan didampingi oleh peraturan, perudang-udangan dan kebijakan terkait lain yang berlaku. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa 80% masyarakat komplek/perumahan telah memiliki pekarangan yang sesuai dengan aturan yan berlaku. Kecenderungan untuk mimiliki pekarangan dengan kebaradaan vegetasi perdu dan tumbuhan bahwah terdapat pada 13,3% masyarakat. Hanya 6,6% pekarangan yang masih belum sesuai. Sehingga, dapat terlihat bahwa kondisi aktual ruang hijau permukiman dan kecenderungan masyarakat sebagian besar telah taat dan memahami pentingnya Ruang Hijau permukiman sesuai peraturan yang berlaku. Kata kunci : Pekarangan, Peraturan pemerintah, Ruang hijau permukiman, Tata guna lahan. Green space has basically become an important concern in the preparation of land in developed countries and has received attention in developing countries, including Indonesia. This is reflected in the formulation of various policies related to the provision of communal and private green spaces. So that it is necessary to analyze the suitability of the actual conditions of the environment of green spaces of both communal and private settlements in the applicable rules. Data were obtained using questionnaires and observations of residential (communal and private) vegetation in residential area with the main guidelines of government policy, namely the Minister of Public Works Regulation No. 5 of 2008 concerning Green Open Space accompanied by regulations, barriers and other relevant policies. The data obtained shows that 80% of the residential community already has a yard that is in accordance with the regulation. Only 6.6% of the yard is still not suitable. Thus, it can be seen that the actual conditions of the residential green space and the tendency of the majority of the community have obeyed and understood the importance of the Green Living settlement according to the applicable regulations. Keywords: Government Regulation, Land Use, Residential Green Space, Yard.","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114544653","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-03-01DOI: 10.20527/jukung.v5i1.6208
Aang Panji Permana
Tujuan penelitian mengetahui posisi kedalaman muka air tanah dari muka air laut dan mengetahui kualitas air tanah berdasarkan parameter fisika dan kimia. Metode penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua yakni metode survei lapangan dan analisis laboratorium. Hasil analisis menunjukkan perbandingan hasil pengamatan parameter fisika air (warna, bau dan rasa) dari dua tahap menunjukkan 18 sumur atau 36% yang berubah secara fisika. Analisis laboratorium untuk parameter kimia pada sampel air sumur nomor 15 memenuhi syarat untuk air minum baik kandungan arsen, besi maupun nitrat. Pemanfaatan air tanah di 50 sumur warga dominan dipakai kebutuhan sehari-hari yakni untuk air minum dan MCK sebanyak 34 sumur atau 68%. Berdasarkan model pola aliran air tanah diketahui ada enam titik cekungan rendah ditandai berwarna biru (ketinggian muka air tanah 1-5 meter). Kata kunci: Air Tanah, Kualitas, Sipatana. The purpose of the research is to know the position of the depth of the groundwater from the sea level and to know the quality of groundwater based on physical and chemical parameters. The research method carried out is divided into two, namely the field survey method and laboratory analysis. The results of the analysis showed a comparison of the results of observations of water physics parameters (color, smell and taste) from the two stages showing 18 wells or 36% which changed physically. Laboratory analysis for chemical parameters in number 15 well water samples meets the requirements for drinking water both in arsenic, iron and nitrate content. Daily use of ground water in 50 wells of dominant citizens is used for drinking water and MCK as many as 34 wells or 68%. Based on the model of groundwater flow patterns it is known that there are six low basin points marked in blue (1-5 meters groundwater level). Keywords: Groundwater, Quality, Sipatana.
{"title":"ANALISIS KEDALAMAN DAN KUALITAS AIR TANAH DI KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO BERDASARKAN PARAMETER FISIKA DAN KIMIA","authors":"Aang Panji Permana","doi":"10.20527/jukung.v5i1.6208","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jukung.v5i1.6208","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian mengetahui posisi kedalaman muka air tanah dari muka air laut dan mengetahui kualitas air tanah berdasarkan parameter fisika dan kimia. Metode penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua yakni metode survei lapangan dan analisis laboratorium. Hasil analisis menunjukkan perbandingan hasil pengamatan parameter fisika air (warna, bau dan rasa) dari dua tahap menunjukkan 18 sumur atau 36% yang berubah secara fisika. Analisis laboratorium untuk parameter kimia pada sampel air sumur nomor 15 memenuhi syarat untuk air minum baik kandungan arsen, besi maupun nitrat. Pemanfaatan air tanah di 50 sumur warga dominan dipakai kebutuhan sehari-hari yakni untuk air minum dan MCK sebanyak 34 sumur atau 68%. Berdasarkan model pola aliran air tanah diketahui ada enam titik cekungan rendah ditandai berwarna biru (ketinggian muka air tanah 1-5 meter). Kata kunci: Air Tanah, Kualitas, Sipatana. The purpose of the research is to know the position of the depth of the groundwater from the sea level and to know the quality of groundwater based on physical and chemical parameters. The research method carried out is divided into two, namely the field survey method and laboratory analysis. The results of the analysis showed a comparison of the results of observations of water physics parameters (color, smell and taste) from the two stages showing 18 wells or 36% which changed physically. Laboratory analysis for chemical parameters in number 15 well water samples meets the requirements for drinking water both in arsenic, iron and nitrate content. Daily use of ground water in 50 wells of dominant citizens is used for drinking water and MCK as many as 34 wells or 68%. Based on the model of groundwater flow patterns it is known that there are six low basin points marked in blue (1-5 meters groundwater level). Keywords: Groundwater, Quality, Sipatana.","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128521228","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-02DOI: 10.20527/jukung.v4i2.6580
Elma Sofia, Rony Riduan, Endrico Pratama
Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebagai pihak terkait. Dengan sistem pengolahan dan sistem jaringan perpipaan yang ada, PDAM Bandarmasih diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang ada di kota Banjarmasin. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kinerja reservoir pada sistem distribusi perpipaan air bersih dari Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) sampai kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja reservoir PDAM Bandarmasih, khususnya kinerja reservoir S. Parman yang merupakan reservoir distribusi yang melayani distribusi air bersih ke zona 1 dan zona 4 wilayah layanan IPA (Instalasi Pengolahan Air) I PDAM Bandarmasih. Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak Epanet 2.0 sebagai alat bantu pemodelen hidrodinamika sistem distribusi air bersih. Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan Epanet 2.0, pada saat jam puncak 06.00 reservoir S. Parman mampu melayani kebutuhan air bersih masyarakat dan node terjauh mempunyai tekanan terendah 11,21 m dengan tinggi muka air terendah reservoir S. Parman terjadi pada jam 09.00 yaitu 0,75 m. Secara umum, reservoir masih mampu memenuhi kebutuhan air bersih pelanggan khususnya pada saat jam puncak. Kata kunci: Epanet, jaringan distribusi air bersih, PDAM, reservoir. Clean water is a basic need for humans, requirement of clean water is considered important by the PDAM (Regional Water Company) as a related party. With the existing treatment system and piping network system, Bandarmasih PDAM is expected to be able to meet the community's clean water needs in Banjarmasin city. One of crucial things is the performance of reservoir in piped water distribution system from the Clean Water Treatment Plant.This study aims to evaluate the reservoir performance of the Bandarmasih PDAM, specifically the performance of S. Parman reservoir, which is a distribution reservoir that serves the distribution of clean water to zone 1 and zone 4 of the Water Treatment Plant (IPA) I PDAM Bandarmasih. In this study Epanet 2.0 software was used as a hydrodynamic modelling tool. Based on the simulation results, at peak hours 06.00 a.m. reservoir S. Parman is able to serve the community's clean water needs. The farthest node has the lowest pressure of 11.21 m, and the lowest water level of the reservoir S. Parman occurs at 09.00 a.m. which is 0.75 m. In general, the reservoir is still able to meet community's clean water needs, especially during peak hours. Keywords: reservoir, clean water distribution network, Epanet, PDAM
{"title":"EVALUASI KINERJA RESERVOIR PADA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH IPA I PDAM BANDARMASIH","authors":"Elma Sofia, Rony Riduan, Endrico Pratama","doi":"10.20527/jukung.v4i2.6580","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jukung.v4i2.6580","url":null,"abstract":"Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebagai pihak terkait. Dengan sistem pengolahan dan sistem jaringan perpipaan yang ada, PDAM Bandarmasih diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang ada di kota Banjarmasin. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kinerja reservoir pada sistem distribusi perpipaan air bersih dari Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) sampai kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja reservoir PDAM Bandarmasih, khususnya kinerja reservoir S. Parman yang merupakan reservoir distribusi yang melayani distribusi air bersih ke zona 1 dan zona 4 wilayah layanan IPA (Instalasi Pengolahan Air) I PDAM Bandarmasih. Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak Epanet 2.0 sebagai alat bantu pemodelen hidrodinamika sistem distribusi air bersih. Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan Epanet 2.0, pada saat jam puncak 06.00 reservoir S. Parman mampu melayani kebutuhan air bersih masyarakat dan node terjauh mempunyai tekanan terendah 11,21 m dengan tinggi muka air terendah reservoir S. Parman terjadi pada jam 09.00 yaitu 0,75 m. Secara umum, reservoir masih mampu memenuhi kebutuhan air bersih pelanggan khususnya pada saat jam puncak. Kata kunci: Epanet, jaringan distribusi air bersih, PDAM, reservoir. Clean water is a basic need for humans, requirement of clean water is considered important by the PDAM (Regional Water Company) as a related party. With the existing treatment system and piping network system, Bandarmasih PDAM is expected to be able to meet the community's clean water needs in Banjarmasin city. One of crucial things is the performance of reservoir in piped water distribution system from the Clean Water Treatment Plant.This study aims to evaluate the reservoir performance of the Bandarmasih PDAM, specifically the performance of S. Parman reservoir, which is a distribution reservoir that serves the distribution of clean water to zone 1 and zone 4 of the Water Treatment Plant (IPA) I PDAM Bandarmasih. In this study Epanet 2.0 software was used as a hydrodynamic modelling tool. Based on the simulation results, at peak hours 06.00 a.m. reservoir S. Parman is able to serve the community's clean water needs. The farthest node has the lowest pressure of 11.21 m, and the lowest water level of the reservoir S. Parman occurs at 09.00 a.m. which is 0.75 m. In general, the reservoir is still able to meet community's clean water needs, especially during peak hours. Keywords: reservoir, clean water distribution network, Epanet, PDAM","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116484819","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-01DOI: 10.20527/jukung.v4i2.6583
A. Ghofur, Aqli Mursadin
Berdasarkan ketersediaan sumber daya gambut yang besar di Provinsi Kalimantan Selatan, maka peluang untuk memanfaatkan potensi tanah gambut sebagai sumber energi alternatif sangat besar. Sumber energi yang didapat dari minyak, gas bumi, dan batubara sedikit demi sedikit berkurang, sehingga perlu dicarikan sumber energi alternatif. Peneliti Lahan Gambut dari Balai Penelitian Tanaman Rawa Pertanian (Balittra) Banjarbaru, Dr Muhammad Noor dalam berita Banjarmasin post tanggal 24 Nopember 2005 tentang “PLN Melirik Lahan Gambut” menjelaskan, dalam gambut memang terdapat energi yang dapat membangkitkan tenaga listrik, energi yang terdapat dalam gambut cukup tinggi yakni sekitar 5.000 kilo kalori per kilogram. Di Kalsel, keberadaannya setara dengan 65 miliar barel minyak bumi atau sebesar 10 juta barel per tahun energi yang dihasilkan. Berdasarkan latar belakang tersebut beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana usaha untuk melakukan tanah gambut untuk menjadi sumber energi alternatif yang berkualitas dan mudah digunakan, bagimana karateristik tanah gambut sebagai sumber energi alternatif. Salah satu cara untuk mengoptimalkan potensi gambut adalah memanfaatkannya sebagai bahan baku dalam pembuatan briket yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar altematif . Tujuan dari penelitian ini adalah a) memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam dengan menggunakan tanah gambut sebagai energi alternatif dan b ) mengetahui Nilai kalori, berat jenis, kadar air dan kadar abu di wilayah studi. Tanah gambut yang digunakan sebagai bahan baku untuk energi alternatif berasal dari Desa Gambut Kabupaten Banjar. Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan terhadap karateristik tanah gambut diwilayah studi sebagai sumber energi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa untuk tanah gambut di Desa Gambut Kec. Gambut bisa untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif dengan teknologi pembriketan. Dengan nilai Kadar Air 0,10%, Kadar Abu 72,65%, berat jenis 2,11 Gs dengan nilai kalori 579,2 cal/g bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Key word : energi alternatif, nilai kalori, tanah gambut. Based on the availability of large peat resources in the province of South Kalimantan, the opportunity to utilize the potential of peat soil as an alternative energy source is very large. Energy sources derived from oil, natural gas, and coal gradually diminish, so alternative energy sources are needed. Peatland Researchers from the Agricultural Swamp Research Institute (Balittra) Banjarbaru, Dr. Muhammad Noor in the Banjarmasin post on November 24, 2005 on "PLN Looking at Peatlands" explained that in peat there is indeed energy that can generate electricity, energy contained in peat quite high at around 5,000 kilos of calories per kilogram. In South Kalimantan, its existence is equivalent to 65 billion barrels of oil or 10 million barrels per year of energy produced. Based on this background, several formulations of the problem in this stu
{"title":"KARATERISTIK TANAH GAMBUT SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF","authors":"A. Ghofur, Aqli Mursadin","doi":"10.20527/jukung.v4i2.6583","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jukung.v4i2.6583","url":null,"abstract":"Berdasarkan ketersediaan sumber daya gambut yang besar di Provinsi Kalimantan Selatan, maka peluang untuk memanfaatkan potensi tanah gambut sebagai sumber energi alternatif sangat besar. Sumber energi yang didapat dari minyak, gas bumi, dan batubara sedikit demi sedikit berkurang, sehingga perlu dicarikan sumber energi alternatif. Peneliti Lahan Gambut dari Balai Penelitian Tanaman Rawa Pertanian (Balittra) Banjarbaru, Dr Muhammad Noor dalam berita Banjarmasin post tanggal 24 Nopember 2005 tentang “PLN Melirik Lahan Gambut” menjelaskan, dalam gambut memang terdapat energi yang dapat membangkitkan tenaga listrik, energi yang terdapat dalam gambut cukup tinggi yakni sekitar 5.000 kilo kalori per kilogram. Di Kalsel, keberadaannya setara dengan 65 miliar barel minyak bumi atau sebesar 10 juta barel per tahun energi yang dihasilkan. Berdasarkan latar belakang tersebut beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana usaha untuk melakukan tanah gambut untuk menjadi sumber energi alternatif yang berkualitas dan mudah digunakan, bagimana karateristik tanah gambut sebagai sumber energi alternatif. Salah satu cara untuk mengoptimalkan potensi gambut adalah memanfaatkannya sebagai bahan baku dalam pembuatan briket yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar altematif . Tujuan dari penelitian ini adalah a) memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam dengan menggunakan tanah gambut sebagai energi alternatif dan b ) mengetahui Nilai kalori, berat jenis, kadar air dan kadar abu di wilayah studi. Tanah gambut yang digunakan sebagai bahan baku untuk energi alternatif berasal dari Desa Gambut Kabupaten Banjar. Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan terhadap karateristik tanah gambut diwilayah studi sebagai sumber energi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa untuk tanah gambut di Desa Gambut Kec. Gambut bisa untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif dengan teknologi pembriketan. Dengan nilai Kadar Air 0,10%, Kadar Abu 72,65%, berat jenis 2,11 Gs dengan nilai kalori 579,2 cal/g bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Key word : energi alternatif, nilai kalori, tanah gambut. Based on the availability of large peat resources in the province of South Kalimantan, the opportunity to utilize the potential of peat soil as an alternative energy source is very large. Energy sources derived from oil, natural gas, and coal gradually diminish, so alternative energy sources are needed. Peatland Researchers from the Agricultural Swamp Research Institute (Balittra) Banjarbaru, Dr. Muhammad Noor in the Banjarmasin post on November 24, 2005 on \"PLN Looking at Peatlands\" explained that in peat there is indeed energy that can generate electricity, energy contained in peat quite high at around 5,000 kilos of calories per kilogram. In South Kalimantan, its existence is equivalent to 65 billion barrels of oil or 10 million barrels per year of energy produced. Based on this background, several formulations of the problem in this stu","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131072965","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-01DOI: 10.20527/jukung.v4i2.6582
Ulfa Fitriati, Said Ayif Fathurrachman, Achmad Rusdiansyah
Kabupaten Pulang Pisau merupakan Kabupaten dengan pertumbuhan penduduk yang sedang, dimana permintaan akan kebutuhan air bersih juga akan tumbuh dan juga terus bertambah. Dan masih ada sebagian penduduk yang mengunakan air sungai langsung untuk keperluan sehari-hari karena sebagian wilayah belum terlayani air bersih PDAM dengan baik. Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih di Kabupaten Pulang Pisau pada Tahun 2017, 2021, 2026, 2031 dan 2036 guna melayani kebutuhan masyarakat untuk masa yang akan datang. Dan juga untuk mengetahui kualitas air bersih pada intake. Serta membandingkan kebutuhan air dengan kapasitas intakenya. Di dalam penelitian ini, perhitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode statistik dimana dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa lampau untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa yang akan datang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang, yaitu Aritmatik, Geometrik, Regresi Linier, Eksponensial, dan Logaritmik. Untuk kualitas air bersih dilakukan peninjauan lapangan dengan parameter uji seperti suhu (25 oC ±3), daya konduksi elektrik, jumlah zat padat terlarut (0,5), pH (6,5-8,5), kekeruhan (5 NTU), salinitas, dan pengukuran oksigen terlarut. Metode dalam peneltian ini yaitu menggunakan metode Aritmatik karena nilai korelasinya bisa dikatakan sempurna dibandingkan metode lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah debit air bersih yang dibutuhkan Kabupaten Pulang Pisau dengan hasil berturut-turut sebagai berikut 2017; 2021; 2026; 2030; 2036 sebesar 179,574 L/dt, 254,030 L/dt, 351,857 L/dt, 454,970 L/dt, 563,368 L/dt. Kapasitas Intake PDAM Pulang Pisau 2017 hanya sebesar 60 L/dt sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan air bersih Kabupaten Pulang Pisau. Dalam aspek kualitas air, Sumber air baku yang digunakan PDAM Kabupaten Pulang Pisau sudah memenuhi standar, sehingga penggunaan air tersebut aman bagi penduduk Kabupaten Pulang Pisau. Kata kunci: kebutuhan air bersih, kualitas air, proyeksi penduduk. Pulang Pisau is a District with moderate population growth, where the demand for clean water needs will grow and continue to grow. And still there are some people who use the river water directly for daily use because some areas unserved by either water taps. The purpose of this study was to determine the amount of water needs in the District Pulang Pisau in the Year 2017, 2021, 2026, 2031 and 2036 in order to serve the needs of the community for the future and also to determine the water quality at the intake, as well as comparing water demand with intake capacity. In this study, the calculation of population projections using statistical methods in which to pay attention to the rate of population growth of the past to estimate the number of people in the future. There are several methods that can be used to analyze the population growth in the future, namely Arithmetic, Geometric, Linear Reg
{"title":"STUDI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN PULANG PISAU","authors":"Ulfa Fitriati, Said Ayif Fathurrachman, Achmad Rusdiansyah","doi":"10.20527/jukung.v4i2.6582","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jukung.v4i2.6582","url":null,"abstract":"Kabupaten Pulang Pisau merupakan Kabupaten dengan pertumbuhan penduduk yang sedang, dimana permintaan akan kebutuhan air bersih juga akan tumbuh dan juga terus bertambah. Dan masih ada sebagian penduduk yang mengunakan air sungai langsung untuk keperluan sehari-hari karena sebagian wilayah belum terlayani air bersih PDAM dengan baik. Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih di Kabupaten Pulang Pisau pada Tahun 2017, 2021, 2026, 2031 dan 2036 guna melayani kebutuhan masyarakat untuk masa yang akan datang. Dan juga untuk mengetahui kualitas air bersih pada intake. Serta membandingkan kebutuhan air dengan kapasitas intakenya. Di dalam penelitian ini, perhitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode statistik dimana dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa lampau untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa yang akan datang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang, yaitu Aritmatik, Geometrik, Regresi Linier, Eksponensial, dan Logaritmik. Untuk kualitas air bersih dilakukan peninjauan lapangan dengan parameter uji seperti suhu (25 oC ±3), daya konduksi elektrik, jumlah zat padat terlarut (0,5), pH (6,5-8,5), kekeruhan (5 NTU), salinitas, dan pengukuran oksigen terlarut. Metode dalam peneltian ini yaitu menggunakan metode Aritmatik karena nilai korelasinya bisa dikatakan sempurna dibandingkan metode lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah debit air bersih yang dibutuhkan Kabupaten Pulang Pisau dengan hasil berturut-turut sebagai berikut 2017; 2021; 2026; 2030; 2036 sebesar 179,574 L/dt, 254,030 L/dt, 351,857 L/dt, 454,970 L/dt, 563,368 L/dt. Kapasitas Intake PDAM Pulang Pisau 2017 hanya sebesar 60 L/dt sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan air bersih Kabupaten Pulang Pisau. Dalam aspek kualitas air, Sumber air baku yang digunakan PDAM Kabupaten Pulang Pisau sudah memenuhi standar, sehingga penggunaan air tersebut aman bagi penduduk Kabupaten Pulang Pisau. Kata kunci: kebutuhan air bersih, kualitas air, proyeksi penduduk. Pulang Pisau is a District with moderate population growth, where the demand for clean water needs will grow and continue to grow. And still there are some people who use the river water directly for daily use because some areas unserved by either water taps. The purpose of this study was to determine the amount of water needs in the District Pulang Pisau in the Year 2017, 2021, 2026, 2031 and 2036 in order to serve the needs of the community for the future and also to determine the water quality at the intake, as well as comparing water demand with intake capacity. In this study, the calculation of population projections using statistical methods in which to pay attention to the rate of population growth of the past to estimate the number of people in the future. There are several methods that can be used to analyze the population growth in the future, namely Arithmetic, Geometric, Linear Reg","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126118155","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-01DOI: 10.20527/jukung.v4i2.6586
Hafiizh Prasetia, Rony Riduan, Nova Annisa
Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kelurahan Komet sangat diperlukan keberadaannya. Jumlah, jenis dan distribusi vegetasi yang sudah ada perlu diketahui untuk membuat perencanaan RTH taman kota dan taman lingkungan yang dibutuhkan di Kota Banjarbaru. Oleh sebab itu, selain untuk menginventarisir RTH taman kota dan taman lingkungan yang ada, juga perlu dilakukan analisis variasi kemampuan serapan CO2 atmosfir beberapa jenis pohon penyusun ruang terbuka hijau Kota Banjarbaru, khususnya Kelurahan Komet. Tata hijau yang digunakan dalam lansekap kawasan taman menggunakan pohon yang bertajuk lebar dan didominansi pohon seperti akasia (Acacia mangium), jambu air (Eugenia aquea), mangga (Mangifera indica), sawo (Manilkara zapota), rambutan (Nephelium lappaceum), jambu biji (Psidium guajava), angsana (Pterocarpus indicus), mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla), dan ketapang (Terminalia catappa). Penyerapan tertinggi tercatat pada pohon angsana (Pterocarpus indicus) yaitu sebesar 720 kg.tahun-1, sedangkan yang terendah pada pohon jambu biji (Psidium guajava), dan mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla) yaitu sebesar 61 kg.tahun-1. Kata Kunci: Banjarbaru, serapan CO2, taman. The existence of green open space in Comet Village is indispensable. The number, type and distribution of existing vegetation should be known to make urban park planning and environmental parks needed in Banjarbaru City. Therefore, in addition to the inventory green open space park city and environmental parks that exist, it is also necessary to analyze the variation of atmospheric CO2 absorption capacity of several types of trees making up green open space Banjarbaru City, especially Comet Village. The green streets used in the landscape of the park area use wide-brim and tree-dominated such as Acacia mangium, Eugenia aquea, Mangifera indica, Manilkara zapota, Nephelium lappaceum, Psidium guajava, Pterocarpus indicus, Swietenia macrophylla and Terminalia catappa. The highest absorption was recorded in Pterocarpus indicus tree which was 720 kg.year-1, while the lowest in Psidium guajava and Swietenia macrophylla tree was 61 kg.year-1.Keyword : Banjarbaru, CO2 absorption, park.
{"title":"VARIASI KEMAMPUAN BEBERAPA JENIS POHON DALAM MENYERAP CO2 PADA TAMAN KOTA BANJARBARU","authors":"Hafiizh Prasetia, Rony Riduan, Nova Annisa","doi":"10.20527/jukung.v4i2.6586","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jukung.v4i2.6586","url":null,"abstract":"Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kelurahan Komet sangat diperlukan keberadaannya. Jumlah, jenis dan distribusi vegetasi yang sudah ada perlu diketahui untuk membuat perencanaan RTH taman kota dan taman lingkungan yang dibutuhkan di Kota Banjarbaru. Oleh sebab itu, selain untuk menginventarisir RTH taman kota dan taman lingkungan yang ada, juga perlu dilakukan analisis variasi kemampuan serapan CO2 atmosfir beberapa jenis pohon penyusun ruang terbuka hijau Kota Banjarbaru, khususnya Kelurahan Komet. Tata hijau yang digunakan dalam lansekap kawasan taman menggunakan pohon yang bertajuk lebar dan didominansi pohon seperti akasia (Acacia mangium), jambu air (Eugenia aquea), mangga (Mangifera indica), sawo (Manilkara zapota), rambutan (Nephelium lappaceum), jambu biji (Psidium guajava), angsana (Pterocarpus indicus), mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla), dan ketapang (Terminalia catappa). Penyerapan tertinggi tercatat pada pohon angsana (Pterocarpus indicus) yaitu sebesar 720 kg.tahun-1, sedangkan yang terendah pada pohon jambu biji (Psidium guajava), dan mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla) yaitu sebesar 61 kg.tahun-1. Kata Kunci: Banjarbaru, serapan CO2, taman. The existence of green open space in Comet Village is indispensable. The number, type and distribution of existing vegetation should be known to make urban park planning and environmental parks needed in Banjarbaru City. Therefore, in addition to the inventory green open space park city and environmental parks that exist, it is also necessary to analyze the variation of atmospheric CO2 absorption capacity of several types of trees making up green open space Banjarbaru City, especially Comet Village. The green streets used in the landscape of the park area use wide-brim and tree-dominated such as Acacia mangium, Eugenia aquea, Mangifera indica, Manilkara zapota, Nephelium lappaceum, Psidium guajava, Pterocarpus indicus, Swietenia macrophylla and Terminalia catappa. The highest absorption was recorded in Pterocarpus indicus tree which was 720 kg.year-1, while the lowest in Psidium guajava and Swietenia macrophylla tree was 61 kg.year-1.Keyword : Banjarbaru, CO2 absorption, park.","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127792700","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-01DOI: 10.20527/JUKUNG.V4I2.6581
Yuslena Sari
Batik Indonesia, sebagai warisan budaya telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Sehingga saat ini berbagai jenis batik saling mempengaruhi satu sama lain, yang mengakibatkan adanya beberapa jenis batik yang memiliki lebih dari satu motif (biasanya disebut batik multi-label). Motif batik tradisional tidak dibuat secara sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan yang ketat. Dari hal tersebut dilakukan penelitian untuk klasifikasi motif batik. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi kaum wanita untuk kembali menekuni aktivitas membatik dan juga sebagai sarana terwujudnya kesetaraan gender. Mengingat saat ini sudah semakin jarang wanita yang mempunyai keterampilan membatik. Penelitian ini menggunakan klasifikasi berbasis image retrival dengan perhitungan jarak Euclidean. Dari penelitian ini akan diketahui akurasi yang dihasilkan. Kata kunci: image retrival, jarak euclidean, motif batik. Indonesian batik, as a cultural heritage has a long history. So that at this time various types of batik influence each other, which results in several types of batik that have more than one motif (usually called multi-label of batik). Traditional batik motifs are not made carelessly, but follow strict rules. From this research is carried out for the classification of batik motifs. It is expected that the results of this study can increase the motivation of women to return to batik activities and also as a means of achieving gender equality. Considering that there are now fewer and fewer women who have batik skills. This study uses image retrival-based classification with Euclidean distance calculation. From this research will be known the accuracy produced.
{"title":"KLASIFIKASI PENGENALAN MOTIF BATIK BERBASIS IMAGE RETRIVAL","authors":"Yuslena Sari","doi":"10.20527/JUKUNG.V4I2.6581","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/JUKUNG.V4I2.6581","url":null,"abstract":"Batik Indonesia, sebagai warisan budaya telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Sehingga saat ini berbagai jenis batik saling mempengaruhi satu sama lain, yang mengakibatkan adanya beberapa jenis batik yang memiliki lebih dari satu motif (biasanya disebut batik multi-label). Motif batik tradisional tidak dibuat secara sembarangan, tetapi mengikuti aturan-aturan yang ketat. Dari hal tersebut dilakukan penelitian untuk klasifikasi motif batik. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi kaum wanita untuk kembali menekuni aktivitas membatik dan juga sebagai sarana terwujudnya kesetaraan gender. Mengingat saat ini sudah semakin jarang wanita yang mempunyai keterampilan membatik. Penelitian ini menggunakan klasifikasi berbasis image retrival dengan perhitungan jarak Euclidean. Dari penelitian ini akan diketahui akurasi yang dihasilkan. Kata kunci: image retrival, jarak euclidean, motif batik. Indonesian batik, as a cultural heritage has a long history. So that at this time various types of batik influence each other, which results in several types of batik that have more than one motif (usually called multi-label of batik). Traditional batik motifs are not made carelessly, but follow strict rules. From this research is carried out for the classification of batik motifs. It is expected that the results of this study can increase the motivation of women to return to batik activities and also as a means of achieving gender equality. Considering that there are now fewer and fewer women who have batik skills. This study uses image retrival-based classification with Euclidean distance calculation. From this research will be known the accuracy produced.","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126411081","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-01DOI: 10.20527/jukung.v4i2.6578
Iskandar Zulkarnain, Ismadi Raharjo, Kelik Istanto
Tujuan dari penelitian ini adalah: merancang alat pemurni air laut berdasarkan teori pemanasan, penguapan dan kondensasi menggunakan energi sinar matahari. Kegiatan penelitian dilakukan dengan mengamati data parameter berdasarkan 3 kombinasi perlakuan, yaitu; a) penggunaan kotak evaporasi yang memurnikan air setinggi 1 cm; b) penggunaan kotak evaporasi dan cermin cekung yang memurnikan air setinggi 1 cm; c) penggunaan kotak evaporasi, cermin cekung, dan kondensor yang memurnikan air setinggi 1 cm; Pengamatan selama 10 jam pemanasan di bawah matahari mulai pukul 07.00-17.00 WIB, memberi hasil bahwa ketiga kombinasi tersebut mampu memurnikan air laut menjadi air tawar. Kombinasi terbaik adalah kombinasi B, yang menghasilkan volume air tawar sebanyak 1.718 ml. Pengamatan lain yaitu nilai TDS menunjukkan bahwa penurunan nilai TSD air baku (air laut) dari 27.000 ppm menjadi 3 ppm hingga 5 ppm, sedangkan suhu air yang dihasilkan dari proses pemurnian menunjukkan nilai-nilai berkisar antara 27,5oC hingga 29,7oC, sedangkan pH air destilasinya berkisar di 5,024 hingga 5,252. Kata kunci : Air Bersih, Energi Surya , Pemurnian Air. The purpose of this research is : designing a water sea purifier tools based on the theory of heating, evaporating and condensing using sunlight energy. The research activity is done by observed data parameter based on 3 combination of treatment ; a) the use of evaporative boxes to purify seawater as high as 1 cm; b) the use of evaporative boxes and concave mirrors to purify seawater as high as 1 cm; c) the use of evaporative boxes, concave mirrors, and condensors to purify seawater as high as 1 cm; Observations for 10 hours of warming under the sun began at 07:00 to 17:00 pm, giving resulted that all combination are able to purify the seawater into fresh air. The best combination is a combination of B, which produces a fresh air volume of 1,180 ml. . The observation of the TDS value shown that a decline in the value of TSD raw water (seawater) from 27.000 ppm to 3 ppm until 5 ppm, while the temperature of the water produced shown values range between 27,5oC up 29,7oC, whereas pH of the destilated water around the 5.024 up to 5.252. Keywords: Fresh Water,Solar Energy , Water Purified
{"title":"RANCANG ALAT PEMURNI AIR LAUT TENAGA SURYA DENGAN KOLEKTOR PANAS CERMIN CEKUNG","authors":"Iskandar Zulkarnain, Ismadi Raharjo, Kelik Istanto","doi":"10.20527/jukung.v4i2.6578","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jukung.v4i2.6578","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah: merancang alat pemurni air laut berdasarkan teori pemanasan, penguapan dan kondensasi menggunakan energi sinar matahari. Kegiatan penelitian dilakukan dengan mengamati data parameter berdasarkan 3 kombinasi perlakuan, yaitu; a) penggunaan kotak evaporasi yang memurnikan air setinggi 1 cm; b) penggunaan kotak evaporasi dan cermin cekung yang memurnikan air setinggi 1 cm; c) penggunaan kotak evaporasi, cermin cekung, dan kondensor yang memurnikan air setinggi 1 cm; Pengamatan selama 10 jam pemanasan di bawah matahari mulai pukul 07.00-17.00 WIB, memberi hasil bahwa ketiga kombinasi tersebut mampu memurnikan air laut menjadi air tawar. Kombinasi terbaik adalah kombinasi B, yang menghasilkan volume air tawar sebanyak 1.718 ml. Pengamatan lain yaitu nilai TDS menunjukkan bahwa penurunan nilai TSD air baku (air laut) dari 27.000 ppm menjadi 3 ppm hingga 5 ppm, sedangkan suhu air yang dihasilkan dari proses pemurnian menunjukkan nilai-nilai berkisar antara 27,5oC hingga 29,7oC, sedangkan pH air destilasinya berkisar di 5,024 hingga 5,252. Kata kunci : Air Bersih, Energi Surya , Pemurnian Air. The purpose of this research is : designing a water sea purifier tools based on the theory of heating, evaporating and condensing using sunlight energy. The research activity is done by observed data parameter based on 3 combination of treatment ; a) the use of evaporative boxes to purify seawater as high as 1 cm; b) the use of evaporative boxes and concave mirrors to purify seawater as high as 1 cm; c) the use of evaporative boxes, concave mirrors, and condensors to purify seawater as high as 1 cm; Observations for 10 hours of warming under the sun began at 07:00 to 17:00 pm, giving resulted that all combination are able to purify the seawater into fresh air. The best combination is a combination of B, which produces a fresh air volume of 1,180 ml. . The observation of the TDS value shown that a decline in the value of TSD raw water (seawater) from 27.000 ppm to 3 ppm until 5 ppm, while the temperature of the water produced shown values range between 27,5oC up 29,7oC, whereas pH of the destilated water around the 5.024 up to 5.252. Keywords: Fresh Water,Solar Energy , Water Purified","PeriodicalId":250008,"journal":{"name":"Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan)","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130146325","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}