Jenis-jenis karya yang dihasilkan oleh perupa informan terkait bidang seni rupa ternyatasangat beragam. Masing-masing membutuhkan cara promosi yang berbeda. Penelitian dengan judul Promosi Karya Seni Rupa Berdasar Kategori bermaksud untuk memahami bagaimana perupa mempromosikan karyanya berdasarkan jenis karya yang dihasilkan. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Kualitatif dengan tradisi Fenomenologi. Subjek penelitian adalah Perupa di Kota Bandung yang dipilih secara purposif sebanyak 13 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Sejumlah pertanyaan yang diajukan dibuat dalam bentuk daftar pertanyaan terbuka dan berlangsung dalam suasana informal. Hasil penelitian mengungkapkan: Karya Pribadi dan Karya Kompetisi dipromosikansecara personal sebelum diperkenalkan lewat pameran. Karya tersebut baru dipromosikan di media sosial setelah melalui sejumlah pameran. Sebagian besar jenis karya lainnya dipromosikan di media sosial begitu karya diselesaikan. Karya-karya pesanan jenis khusus memiliki potensi dikembangkan lewat promosi yang disesuaikan dengan target sasaran.
{"title":"PROMOSI KARYA SENI RUPA BERDASAR KATEGORI","authors":"T. K. Wirakusumah","doi":"10.24198/JMK.V3I1.20659","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V3I1.20659","url":null,"abstract":"Jenis-jenis karya yang dihasilkan oleh perupa informan terkait bidang seni rupa ternyatasangat beragam. Masing-masing membutuhkan cara promosi yang berbeda. Penelitian dengan judul Promosi Karya Seni Rupa Berdasar Kategori bermaksud untuk memahami bagaimana perupa mempromosikan karyanya berdasarkan jenis karya yang dihasilkan. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Kualitatif dengan tradisi Fenomenologi. Subjek penelitian adalah Perupa di Kota Bandung yang dipilih secara purposif sebanyak 13 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Sejumlah pertanyaan yang diajukan dibuat dalam bentuk daftar pertanyaan terbuka dan berlangsung dalam suasana informal. Hasil penelitian mengungkapkan: Karya Pribadi dan Karya Kompetisi dipromosikansecara personal sebelum diperkenalkan lewat pameran. Karya tersebut baru dipromosikan di media sosial setelah melalui sejumlah pameran. Sebagian besar jenis karya lainnya dipromosikan di media sosial begitu karya diselesaikan. Karya-karya pesanan jenis khusus memiliki potensi dikembangkan lewat promosi yang disesuaikan dengan target sasaran.","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":" 27","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132124599","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Melalui perkembangan teknologi Internet, kini komunikasi tidak hanya terjadi secara tatap muka, namun juga bermedia komputer atau dikenal dengan istilah computer mediated communication (CMC). Perkembangan teknologi diikuti juga dengan perkembangan beragam platform media sosial yang banyak digunakan sebagai media komunikasi. Kemunculan media sosial tersebut banyak dimanfaatkan oleh komunitas sebagai sarana komunikasi dan interaksi, hal tersebut mendorong terbentuknya komunitas dalam ranah virtual seperti Komunitas HAMUR yang berada di Yogyakarta yang memanfaatkan grup percakapan pada media sosial Line sebagai media komunikasi komunitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi virtual, aturan komunikasi dan proses komunikasi komunitas HAMUR. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi virtual. Pengumpulan data dilakukan melalui tahap wawancara kepada 5 informan dan observasi terhadap grup percakapan komunitas yaitu “HAMURInspiring”. Hasil penelitian memperoleh bahwa adanya kesamaan identitas antar anggota komunitas HAMUR yaitu berasal dari keluarga broken home (keluarga tidak harmonis). Pada aturan komunikasi, komunitas HAMUR tidak memiliki aturan tertentu secara tertulis yang mengatur anggota dalam berkomunikasi. Pada proses komunikasi secara primer terdapat perbedaan bahasa antar anggota komunitas dalam berkomunikasi, pada proses komunikasi sekunder media Line dianggap membantu menghubungkan antar anggota komunitas yang terpisah jarak untuk berkomunikasi. Aspek-aspek tersebut berhubungan dengan pola komunikasi virtual yang terbentuk pada komunitas HAMUR, pola komunikasi dari komunitas HAMUR adalah pola komunikasi semua arah sehingga setiap anggota dapat bebas melakukan komunikasi dengan anggota lainnya.
{"title":"Pola Komunikasi Virtual Grup Percakapan Komunitas Hamur “HAMURinspiring” Di Media Sosial Line","authors":"Cut Nadya Nanda Briliana, Rita Destiwati","doi":"10.24198/JMK.V3I1.12045","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V3I1.12045","url":null,"abstract":"Melalui perkembangan teknologi Internet, kini komunikasi tidak hanya terjadi secara tatap muka, namun juga bermedia komputer atau dikenal dengan istilah computer mediated communication (CMC). Perkembangan teknologi diikuti juga dengan perkembangan beragam platform media sosial yang banyak digunakan sebagai media komunikasi. Kemunculan media sosial tersebut banyak dimanfaatkan oleh komunitas sebagai sarana komunikasi dan interaksi, hal tersebut mendorong terbentuknya komunitas dalam ranah virtual seperti Komunitas HAMUR yang berada di Yogyakarta yang memanfaatkan grup percakapan pada media sosial Line sebagai media komunikasi komunitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi virtual, aturan komunikasi dan proses komunikasi komunitas HAMUR. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi virtual. Pengumpulan data dilakukan melalui tahap wawancara kepada 5 informan dan observasi terhadap grup percakapan komunitas yaitu “HAMURInspiring”. Hasil penelitian memperoleh bahwa adanya kesamaan identitas antar anggota komunitas HAMUR yaitu berasal dari keluarga broken home (keluarga tidak harmonis). Pada aturan komunikasi, komunitas HAMUR tidak memiliki aturan tertentu secara tertulis yang mengatur anggota dalam berkomunikasi. Pada proses komunikasi secara primer terdapat perbedaan bahasa antar anggota komunitas dalam berkomunikasi, pada proses komunikasi sekunder media Line dianggap membantu menghubungkan antar anggota komunitas yang terpisah jarak untuk berkomunikasi. Aspek-aspek tersebut berhubungan dengan pola komunikasi virtual yang terbentuk pada komunitas HAMUR, pola komunikasi dari komunitas HAMUR adalah pola komunikasi semua arah sehingga setiap anggota dapat bebas melakukan komunikasi dengan anggota lainnya.","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131627671","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KEMENTERIAN PARIWISATA INDONESIA DALAM PESONA INDONESIA MELALUI YOUTUBE","authors":"Mardhiyah Azzahrani","doi":"10.24198/JMK.V2I2.12925","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V2I2.12925","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124403996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Strategi Pemanfaatan Instagram Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Digital Yang Dilakukan Oleh Dino Donuts","authors":"Diana Fitri Kusuma, M. Sugandi","doi":"10.24198/JMK.V3I1.12963","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V3I1.12963","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":"100 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122607859","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kunci komunikasi yang efektif antar budaya adalah pengetahuan. Hal utama yaitu penting bahwa orang-orang memahami permasalahan yang potensial dari komunikasi antar budaya, dan membuat suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk mengatasi permasalahan ini. Dan yang kedua adalah penting untuk berasumsi bahwa sebuah usaha tidak akan selalu sukses, dan melakukan penyesuaian terhadap usaha tersebut dengan perilaku yang sewajarnya. Sebagai contoh, seseorang perlu selalu berasumsi bahwa ada kemungkinan penting mengenai perbedaan budaya akan menyebabkan permasalahan komunikasi, akan wajar dan layak dimaklumi, dan bukannya menjadi agresif dan bermusuhan, jika permasalahan berkembang. Sering kesalahan menafsir adalah sumber masalah. Maka dalam mengatasi konflik yang sedang memanas adalah untuk berhenti, mendengarkan, dan berpikir. Ini juga membantu dalam komunikasi lintas budaya. Mendengarkan secara aktif kadang dapat digunakan untuk memeriksa out–by berulang yang didengar, seseorang dapat mengkonfirmasikan bahwa seseorang memahami komunikasi tersebut dengan teliti. Jika kata-kata digunakan berbeda antar bahasa atau kelompok budaya mendengarkan aktif dapat mengabaikan kesalahpahaman Para perantara yang terbiasa dengan kultur keduanya dapat menolong situasi komunikasi antar budaya. Mereka dapat menterjemahkan kedua unsur dan cara dari apa yang dikatakan. Sebagai contoh, mereka dapat berbicara lebih pelan pada statemen kuat yang akan dipertimbangkan sesuai kultur yang satu tetapi tidak pada kultur yang lain, sebelum mereka diberikan kepada orang-orang dari kultur yang tidak berbicara bersama-sama dalam suatu cara yang kuat. Mereka dapat juga melakukan penyesuaian pemilihan waktu mengenai apa yang dikatakan dan yang dilaksanakan. Namun kadang-kadang para perantara dapat membuat komunikasi menjadi lebih sulit lagi. Jika perantara memiliki kultur atau kebangsaan yang sama dengan salah satu dari pembantah, tetapi yang lain tidak, ini akan memberikan penampilan yang menyimpang, bahkan ketika tidak ada yang ada. Bahkan ketika penyimpangan tidak diharapkan, adalah umum bagi perantara untuk lebih yang mendukung atau lebih memahamkan orang yang dari kulturnya, karena dia memahami orang tersebut dengan lebih baik. Namun ketika penengah dari sepertiga kelompok budaya, potensi untuk kesalah pahaman antar budaya meningkat lebih lanjut. Dalam hal ini sangat sesuai jika mulai bekerja ekstra tentang proses dan cara menyelesaikan diskusi, seperti waktu ekstra untuk menetapkan dan mengkonfirmasi ulang pemahaman pada tiap-tiap langkah dalam dialog atau proses negosiasi.
{"title":"KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI","authors":"Khoiruddin Muchtar, Iwan Koswara, Agus Setiaman","doi":"10.24198/JMK.V1I1.10064","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V1I1.10064","url":null,"abstract":"Kunci komunikasi yang efektif antar budaya adalah pengetahuan. Hal utama yaitu penting bahwa orang-orang memahami permasalahan yang potensial dari komunikasi antar budaya, dan membuat suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk mengatasi permasalahan ini. Dan yang kedua adalah penting untuk berasumsi bahwa sebuah usaha tidak akan selalu sukses, dan melakukan penyesuaian terhadap usaha tersebut dengan perilaku yang sewajarnya. Sebagai contoh, seseorang perlu selalu berasumsi bahwa ada kemungkinan penting mengenai perbedaan budaya akan menyebabkan permasalahan komunikasi, akan wajar dan layak dimaklumi, dan bukannya menjadi agresif dan bermusuhan, jika permasalahan berkembang. Sering kesalahan menafsir adalah sumber masalah. Maka dalam mengatasi konflik yang sedang memanas adalah untuk berhenti, mendengarkan, dan berpikir. Ini juga membantu dalam komunikasi lintas budaya. Mendengarkan secara aktif kadang dapat digunakan untuk memeriksa out–by berulang yang didengar, seseorang dapat mengkonfirmasikan bahwa seseorang memahami komunikasi tersebut dengan teliti. Jika kata-kata digunakan berbeda antar bahasa atau kelompok budaya mendengarkan aktif dapat mengabaikan kesalahpahaman Para perantara yang terbiasa dengan kultur keduanya dapat menolong situasi komunikasi antar budaya. Mereka dapat menterjemahkan kedua unsur dan cara dari apa yang dikatakan. Sebagai contoh, mereka dapat berbicara lebih pelan pada statemen kuat yang akan dipertimbangkan sesuai kultur yang satu tetapi tidak pada kultur yang lain, sebelum mereka diberikan kepada orang-orang dari kultur yang tidak berbicara bersama-sama dalam suatu cara yang kuat. Mereka dapat juga melakukan penyesuaian pemilihan waktu mengenai apa yang dikatakan dan yang dilaksanakan. Namun kadang-kadang para perantara dapat membuat komunikasi menjadi lebih sulit lagi. Jika perantara memiliki kultur atau kebangsaan yang sama dengan salah satu dari pembantah, tetapi yang lain tidak, ini akan memberikan penampilan yang menyimpang, bahkan ketika tidak ada yang ada. Bahkan ketika penyimpangan tidak diharapkan, adalah umum bagi perantara untuk lebih yang mendukung atau lebih memahamkan orang yang dari kulturnya, karena dia memahami orang tersebut dengan lebih baik. Namun ketika penengah dari sepertiga kelompok budaya, potensi untuk kesalah pahaman antar budaya meningkat lebih lanjut. Dalam hal ini sangat sesuai jika mulai bekerja ekstra tentang proses dan cara menyelesaikan diskusi, seperti waktu ekstra untuk menetapkan dan mengkonfirmasi ulang pemahaman pada tiap-tiap langkah dalam dialog atau proses negosiasi.","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127156528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pernikahan antar pasangan yang berbeda budaya dapat melahirkan keluarga dengan budaya yang berbeda.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembentukan identitas budaya remaja dan pemilihan bahasa remaja dari keluarga pernikahan beda budaya. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dan wawancara mendalam dengan tujuh orang subjek penelitian dilengkapi dengan studi dokumentasi dan kepustakaan. Hasil penelitian ini adalah bahwa lingkungan di mana seseorang tinggal mempengaruhi pembentukan identitas budayanya. Proses pembentukan identitas budaya informan yang pernah menetap di lingkungan salah satu budayanya menunjukkan perbedaan dengan informan yang pernah menetap di kedua lingkungan budaya serta informan yang tidak pernah menetap di lingkungan kedua kebudayaannya. Sedangkan perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh komunikasi dalam keluarga dan dalam lingkungan dimana anak tersebut berinteraksi.Simpulan penelitian ini adalah bahwa kebudayaan dipelajari dan diajarkan ketika manusia berada dalam lingkungan budaya dan beriteraksi dengan orang-orang dari dalam lingkungan kebudayaannya. Jadi identitas budaya dan perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan tempat seseorang tinggal.
{"title":"PEMBENTUKAN IDENTITAS BUDAYA REMAJA DARI KELUARGA PERNIKAHAN BEDA BUDAYA","authors":"Yulia Citra Dewi, Weny Widyowati","doi":"10.24198/JMK.V1I2.21281","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V1I2.21281","url":null,"abstract":"Pernikahan antar pasangan yang berbeda budaya dapat melahirkan keluarga dengan budaya yang berbeda.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembentukan identitas budaya remaja dan pemilihan bahasa remaja dari keluarga pernikahan beda budaya. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dan wawancara mendalam dengan tujuh orang subjek penelitian dilengkapi dengan studi dokumentasi dan kepustakaan. Hasil penelitian ini adalah bahwa lingkungan di mana seseorang tinggal mempengaruhi pembentukan identitas budayanya. Proses pembentukan identitas budaya informan yang pernah menetap di lingkungan salah satu budayanya menunjukkan perbedaan dengan informan yang pernah menetap di kedua lingkungan budaya serta informan yang tidak pernah menetap di lingkungan kedua kebudayaannya. Sedangkan perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh komunikasi dalam keluarga dan dalam lingkungan dimana anak tersebut berinteraksi.Simpulan penelitian ini adalah bahwa kebudayaan dipelajari dan diajarkan ketika manusia berada dalam lingkungan budaya dan beriteraksi dengan orang-orang dari dalam lingkungan kebudayaannya. Jadi identitas budaya dan perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan tempat seseorang tinggal.","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126475721","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Human t raf fic king merupakan salah satu isu strategis dalam upaya pemberdayaan perempuan, yang menjadi perhatian serius pemerintah baik di tingkat pusat maupun pemerintah daerah provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia. Peraturan daerah yang berisi kebijakan mengenai penghapusan human trafficking pertama kali disusun di Kabupaten Indramayu, yang notabene merupakan daerah dengan tingkat human trafficking yang tinggi di Indonesia. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang diketahui, dipahami, dan diimplementasikan oleh masyarakat yang menjadi sasarannya. Diperlukan penyusunan strategi komunikasi yang tepat agar apa yang menjadi tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk mengungkap mengenai strategi komunikasi yang dilakukan dalam sosialisasi kebijakan penghapusan human trafficking di Kabupaten Indramayu, yang terdiri dari strategi komunikator, strategi pesan dan khalayak, serta strategi media. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendektatan studi kasus. Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu yang dipilih secara purposif merupakan subjek dalam penelitian ini, sedangkan objek penelitiannya adalah strategi komunikasi dalam sosiallisasi kebijakan penghapusan human trafficking. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima pertimbangan yang menjadi dasar penyusunan strategi komunikasi yaitu karakteristik masyarakat kelompok sasaran, tujuan yang ingin dicapai, aturan perundangan-undangan yang berlaku, tugas pokok dan fungsi SKPD, serta ketersediaan anggaran. Atas pertimbangan kelima hal tersebut maka disusunlah sebuah strategi komunikasi yang terdiri dari strategi komunikator, strategi pesan dan khalayak, serta strategi media. Komunikator dalam sosialisasi adalah Satuan Tugas Anti Human Trafficking yang terdiri dari berbagai unsur yang bekerja sesuai dengan bidang yang ditanganinya dan jenis informasi yang disampaikan. Informasi yang disampaikan berupa delapan topik pesan yang disusun dalam bentuk pemaparan dan bahasa yang menarik, yang disesuaikan dengan kemampuan penerimaan masing-masing kelompok sasaran. Selain menggunakan media sebar seperti poster, brosur, flyers, leaflet , dan lainnya, pelatihan dan penyuluhan juga menjadi media yang digunakan dalam sosialisasi kebijakan penghapusan human trafficking di Kabupaten Indramayu.
英国皇家空军地雷(Human t raf fic king)是为妇女赋权而设的战略问题之一,该问题在印度尼西亚的中央和省政府以及省政府都得到了认真对待。印尼印德拉马尤区(Indramayu county)首次组织了一项有关消除人贩子政策,该政策是在印尼的主要人口贩卖地区制定的。好的政策是由它的目标群体所知道、理解和实施的。我们需要制定适当的沟通战略,以便实现政策的目标。因此,本研究旨在揭示由通讯员、信息共享策略和媒体策略组成的茵德拉马约区(Indramayu state)消灭人口贩卖政策的社会化战略。本研究使用的研究方法是一种定性的案例研究研究方法。印德拉尤县政府当局的目标是这项研究,其研究对象是消除人类走私政策社会联盟的沟通战略。数据收集是通过深入采访、参与观察和文献研究进行的。研究结果表明,沟通策略的基础有五种考虑因素,即目标群体的特征、目标实现目标、有效的邀请规则、首要任务和职能以及预算的可用性。考虑到这五种情况,将引入一种由通信策略、信息策略和用户策略以及媒体策略组成的通信策略。社会化传播者是一个反人类贩卖工作组,它由按其所处的领域和所传递的信息的类型工作组成。所传递的信息以有趣的接触和语言的形式呈现,以适合每个目标群体的接受能力的形式呈现。除了使用像海报、宣传册、传单、传单和其他媒体外,培训和教育也成为印德拉马尤区消除人口贩卖政策社会化的媒体。
{"title":"SOSIALISASI KEBIJAKAN PENGHAPUSAN HUMAN TRAFFICKING DI KABUPATEN INDRAMAYU","authors":"Slamet Mulyana, Meria Octavianti, Atwar Bajari","doi":"10.24198/JMK.V1I1.10063","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V1I1.10063","url":null,"abstract":"Human t raf fic king merupakan salah satu isu strategis dalam upaya pemberdayaan perempuan, yang menjadi perhatian serius pemerintah baik di tingkat pusat maupun pemerintah daerah provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia. Peraturan daerah yang berisi kebijakan mengenai penghapusan human trafficking pertama kali disusun di Kabupaten Indramayu, yang notabene merupakan daerah dengan tingkat human trafficking yang tinggi di Indonesia. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang diketahui, dipahami, dan diimplementasikan oleh masyarakat yang menjadi sasarannya. Diperlukan penyusunan strategi komunikasi yang tepat agar apa yang menjadi tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk mengungkap mengenai strategi komunikasi yang dilakukan dalam sosialisasi kebijakan penghapusan human trafficking di Kabupaten Indramayu, yang terdiri dari strategi komunikator, strategi pesan dan khalayak, serta strategi media. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendektatan studi kasus. Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu yang dipilih secara purposif merupakan subjek dalam penelitian ini, sedangkan objek penelitiannya adalah strategi komunikasi dalam sosiallisasi kebijakan penghapusan human trafficking. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima pertimbangan yang menjadi dasar penyusunan strategi komunikasi yaitu karakteristik masyarakat kelompok sasaran, tujuan yang ingin dicapai, aturan perundangan-undangan yang berlaku, tugas pokok dan fungsi SKPD, serta ketersediaan anggaran. Atas pertimbangan kelima hal tersebut maka disusunlah sebuah strategi komunikasi yang terdiri dari strategi komunikator, strategi pesan dan khalayak, serta strategi media. Komunikator dalam sosialisasi adalah Satuan Tugas Anti Human Trafficking yang terdiri dari berbagai unsur yang bekerja sesuai dengan bidang yang ditanganinya dan jenis informasi yang disampaikan. Informasi yang disampaikan berupa delapan topik pesan yang disusun dalam bentuk pemaparan dan bahasa yang menarik, yang disesuaikan dengan kemampuan penerimaan masing-masing kelompok sasaran. Selain menggunakan media sebar seperti poster, brosur, flyers, leaflet , dan lainnya, pelatihan dan penyuluhan juga menjadi media yang digunakan dalam sosialisasi kebijakan penghapusan human trafficking di Kabupaten Indramayu.","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":"215 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121857453","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PENDIDIK TERHADAP PERMENDIKNAS NO 70 TAHUN 2009 MENGENAI PENDIDIKAN INKLUSIF","authors":"Hartika Putri Mutiarani, Kharisma Nasionalita","doi":"10.24198/JMK.V1I2.12088","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V1I2.12088","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132779129","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Achwan Noorlistyo Adi, D. R. Erlandia, Antar Venus
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif anggota komunitas memilih musik Hip Hop sebagai musik kesukaannya dan untuk mengetahui motif anggota komunitas untuk bergabung ke dalam komunitas Hip Hop Bandung. Penelitian menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi dari pemikiran Alferd Schutz. Teknik pengumpulan data penelitian yang paling utama digunakan adalah wawancara mendalam kepada 7 (tujuh) orang informan yang merupakan anggota komunitas musik Hip Hop Bandung. Lokasi dalam penelitian adalah basecamp RUN BDG , Black Boi studio , dan Area Car Free Day Cikapayang, Dago Bandung. Adapun pelaksanaan wawancara dilakukan dalam kurun waktu dua bulan, terhitung mulai tanggal 17 Maret 2016 – 28 Mei 2016. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa motif anggota dalam memilih musik Hip Hop adalah terbiasa mendengarkan musik Hip Hop pada masa lalu, adanya keinginan untuk berbeda dengan orang lain, dan memilih musik Hip Hop karena pengaruh dari orang lain. Motif untuk bergabung anggota komunitas Hip Hop terutama RUN BDG dibagi 2, because of motives dan in order to motives. Because of motives berupa ajakan dari pendiri dan in order to motives berupa keinginan untuk meningkatkan kualitas diri, mencari penghasilan, serta menjaga eksistensi komunitas Hip Hop di Bandung . Selain motif, penelitian ini juga menghasilkan makna musik Hip Hop bagi anggota komunitas musik Hip Hop di Bandung. Setiap anggota memaknai musik Hip Hop berbeda-beda sesuatu dengan apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan. Makna musik Hip Hop yaitu sebagai simbol protes dan perjuangan, simbol universal, ketegasan dan kelugasan, simbol keasyikan serta simbol kehidupan dan kebebasan berekspresi. Keyword : Motif, Makna, Because of motives, In order to motives , Hip Hop, Komunitas, Musik
{"title":"MOTIF ANGGOTA KOMUNITAS HIP HOP BANDUNG","authors":"Achwan Noorlistyo Adi, D. R. Erlandia, Antar Venus","doi":"10.24198/JMK.V1I1.9584","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JMK.V1I1.9584","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif anggota komunitas memilih musik Hip Hop sebagai musik kesukaannya dan untuk mengetahui motif anggota komunitas untuk bergabung ke dalam komunitas Hip Hop Bandung. Penelitian menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi dari pemikiran Alferd Schutz. Teknik pengumpulan data penelitian yang paling utama digunakan adalah wawancara mendalam kepada 7 (tujuh) orang informan yang merupakan anggota komunitas musik Hip Hop Bandung. Lokasi dalam penelitian adalah basecamp RUN BDG , Black Boi studio , dan Area Car Free Day Cikapayang, Dago Bandung. Adapun pelaksanaan wawancara dilakukan dalam kurun waktu dua bulan, terhitung mulai tanggal 17 Maret 2016 – 28 Mei 2016. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa motif anggota dalam memilih musik Hip Hop adalah terbiasa mendengarkan musik Hip Hop pada masa lalu, adanya keinginan untuk berbeda dengan orang lain, dan memilih musik Hip Hop karena pengaruh dari orang lain. Motif untuk bergabung anggota komunitas Hip Hop terutama RUN BDG dibagi 2, because of motives dan in order to motives. Because of motives berupa ajakan dari pendiri dan in order to motives berupa keinginan untuk meningkatkan kualitas diri, mencari penghasilan, serta menjaga eksistensi komunitas Hip Hop di Bandung . Selain motif, penelitian ini juga menghasilkan makna musik Hip Hop bagi anggota komunitas musik Hip Hop di Bandung. Setiap anggota memaknai musik Hip Hop berbeda-beda sesuatu dengan apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan. Makna musik Hip Hop yaitu sebagai simbol protes dan perjuangan, simbol universal, ketegasan dan kelugasan, simbol keasyikan serta simbol kehidupan dan kebebasan berekspresi. Keyword : Motif, Makna, Because of motives, In order to motives , Hip Hop, Komunitas, Musik","PeriodicalId":251017,"journal":{"name":"Jurnal Manajemen Komunikasi","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125015375","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}