Eksploitasi minyak bumi secara konvensional masih terbatas jumlah produksinya; diperkirakan 1/3 dari kandungan minyak awal (OOIP) dari cadangan minyak bumi yang ada dalam reservoir masih tersisa dalam pori-pori batuan. Untuk mengatasi permintaan minyak bumi yang semakin meningkat diperlukan suatu teknologi baru yang dapat mengeksploitasi sumur minyak secara maksimal. Minyak bumi yang masih terperangkap dalam pori-pori batuan dalam reservoir masih dapat diproduksi kembali dengan teknologi En- hanced Oil Recovery (EOR). Teknologi ini merupakan salah satu metode yang sangat berperan dalam usaha meningkatkan dan memperpanjang masa produksi minyak. Salah satu teknologi perolehan minyak secara EOR adalah Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR), yaitu pengurasan minyak bumi dengan memanfaatkan aktivitas atau bioproduk dari mikroba (exogenous dan indigenous microbes), seperti biopolimer, biosurfaktan, biofilm, biogas, dan bioasam. Biopolimer merupakan salah satu bioproduk yang dapat digunakan untuk menurunkan permeabilitas pada daerah-daerah yang mempunyai permeabilitas tinggi atau pori-pori batuan yang terbentuk dari reservoir yang heterogen dengan proses penyumbatan yang selektif (permeability modification). Modifikasi permeabilitas adalah teknik yang umum digunakan untuk memperpan- jang masa produksi lapangan minyak yang mengguna- kan metode waterflood. Saturasi minyak residu (ROS) yang merupakan minyak sisa setelah proses water- flood sebagai target untuk aplikasi proses penyumbatan selektif (selective plugging) dengan menggunakan biopolimer atau polimer jenis lain. Ada tiga tipe penyumbatan oleh mikroba yang telah diketahui, yaitu penyumbatan oleh sel-sel yang hidup (viable bacte- rial cells), sel-sel yang telah mati (non viable bacte- rial cells), dan bioproduknya (di antaranya biopolimer). Sehubungan dengan pemanfaatan biopolimer tersebut untuk aplikasi teknologi MEOR, perlu dilakukan penelitian skala laboratorium untuk mengetahui karakteristik biopolimer, di antaranya adalah resistensi biopolimer terhadap suhu tinggi (100°C), pengaruh biopolimer terhadap sudut kontak minyak dan batuan, serta analisis efek biopolimer terhadap permeabilitas. Diharapkan dengan uji karakteristik tersebut dapat diketahui unjuk kerja biopolimer (biopolymer perfor- mance) untuk diaplikasikan dalam meningkatkan pengurasan minyak, khususnya untuk reservoir yang mempunyai persoalan thief zones dan suhu tinggi.
{"title":"Karakterisasi Biopolimer untuk Aplikasi Microbial Profile Modification (MPM) yang Dihasilkan oleh Isolat Bakteri BLCC N-197","authors":"Zulkifliani Zulkifliani","doi":"10.29017/lpmgb.39.2.736","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.39.2.736","url":null,"abstract":"Eksploitasi minyak bumi secara konvensional masih terbatas jumlah produksinya; diperkirakan 1/3 dari kandungan minyak awal (OOIP) dari cadangan minyak bumi yang ada dalam reservoir masih tersisa dalam pori-pori batuan. Untuk mengatasi permintaan minyak bumi yang semakin meningkat diperlukan suatu teknologi baru yang dapat mengeksploitasi sumur minyak secara maksimal. Minyak bumi yang masih terperangkap dalam pori-pori batuan dalam reservoir masih dapat diproduksi kembali dengan teknologi En- hanced Oil Recovery (EOR). Teknologi ini merupakan salah satu metode yang sangat berperan dalam usaha meningkatkan dan memperpanjang masa produksi minyak. Salah satu teknologi perolehan minyak secara EOR adalah Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR), yaitu pengurasan minyak bumi dengan memanfaatkan aktivitas atau bioproduk dari mikroba (exogenous dan indigenous microbes), seperti biopolimer, biosurfaktan, biofilm, biogas, dan bioasam. Biopolimer merupakan salah satu bioproduk yang dapat digunakan untuk menurunkan permeabilitas pada daerah-daerah yang mempunyai permeabilitas tinggi atau pori-pori batuan yang terbentuk dari reservoir yang heterogen dengan proses penyumbatan yang selektif (permeability modification). Modifikasi permeabilitas adalah teknik yang umum digunakan untuk memperpan- jang masa produksi lapangan minyak yang mengguna- kan metode waterflood. Saturasi minyak residu (ROS) yang merupakan minyak sisa setelah proses water- flood sebagai target untuk aplikasi proses penyumbatan selektif (selective plugging) dengan menggunakan biopolimer atau polimer jenis lain. Ada tiga tipe penyumbatan oleh mikroba yang telah diketahui, yaitu penyumbatan oleh sel-sel yang hidup (viable bacte- rial cells), sel-sel yang telah mati (non viable bacte- rial cells), dan bioproduknya (di antaranya biopolimer). Sehubungan dengan pemanfaatan biopolimer tersebut untuk aplikasi teknologi MEOR, perlu dilakukan penelitian skala laboratorium untuk mengetahui karakteristik biopolimer, di antaranya adalah resistensi biopolimer terhadap suhu tinggi (100°C), pengaruh biopolimer terhadap sudut kontak minyak dan batuan, serta analisis efek biopolimer terhadap permeabilitas. Diharapkan dengan uji karakteristik tersebut dapat diketahui unjuk kerja biopolimer (biopolymer perfor- mance) untuk diaplikasikan dalam meningkatkan pengurasan minyak, khususnya untuk reservoir yang mempunyai persoalan thief zones dan suhu tinggi.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122520043","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Angka oktana suatu bensin adalah salah satu karakter yang menunjukkan mutu bakar bensin tersebut, yang dalam prakteknya menunjukkan ketahanan terhadap ketukan (knocking). Suatu bensin harus mempunyai mutu bakar yang baik agar mesin dapat beroperasi dengan mulus, efisien dan bebas dari pembakaran tidak normal selama pemakaiannya. Setiap kendaraan mempunyai kebutuhan angka oktana tertentu. Kebutuhan angka oktana kendaraan bermotor bensin tidak sama antara satu merek dengan merek lainnya atau antara satu tipe dengan tipe lainnya untuk merek yang sama, tergantung pada perbandingan kompresi mesin dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kebutuhan angka oktana. Pengujian kebutuhan angka oktana kendaraan bertujuan untuk mengetahui tingkat angka oktana suatu kendaraan. Dengan diketahuinya kebutuhan angka oktana suatu kendaraan, maka secara teknis dapat ditentukan level angka oktana bensin yang akan digunakan untuk kendaraan tersebut. Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian kebutuhan angka oktana terhadap enam kendaraan yang terdiri dari tiga merek dan setiap merek digunakan dua kendaraan yang mempunyai tipe yang sama.
{"title":"Penelitian Kebutuhan Angka Oktana kendaraan Bermotor Bensin","authors":"Pallawagau La Puppung","doi":"10.29017/lpmgb.38.2.749","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.2.749","url":null,"abstract":"Angka oktana suatu bensin adalah salah satu karakter yang menunjukkan mutu bakar bensin tersebut, yang dalam prakteknya menunjukkan ketahanan terhadap ketukan (knocking). Suatu bensin harus mempunyai mutu bakar yang baik agar mesin dapat beroperasi dengan mulus, efisien dan bebas dari pembakaran tidak normal selama pemakaiannya. Setiap kendaraan mempunyai kebutuhan angka oktana tertentu. Kebutuhan angka oktana kendaraan bermotor bensin tidak sama antara satu merek dengan merek lainnya atau antara satu tipe dengan tipe lainnya untuk merek yang sama, tergantung pada perbandingan kompresi mesin dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kebutuhan angka oktana. Pengujian kebutuhan angka oktana kendaraan bertujuan untuk mengetahui tingkat angka oktana suatu kendaraan. Dengan diketahuinya kebutuhan angka oktana suatu kendaraan, maka secara teknis dapat ditentukan level angka oktana bensin yang akan digunakan untuk kendaraan tersebut. Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian kebutuhan angka oktana terhadap enam kendaraan yang terdiri dari tiga merek dan setiap merek digunakan dua kendaraan yang mempunyai tipe yang sama.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122601085","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada umumnya jumlah penggunaan minyak dari penyimpanan pada waktu produksi adalah relatif kecil dibandingkan dengan kandungan minyak dari penyimpanan tersebut, sehingga minyak yang tersisa dalam mervoar masih cukup besar. Hal ini disebabkan oleh adanya potensi pori-pori dan perbedaan interaksi antarmuka minyak dan udara, sehingga dapat menghambat aliran minyak yang terproduksi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas penginjeksian dan kosurfaktan kerja antara lain adalah terjadinya adsorpsi batuan dengan adanya kandungan mineral (lempung) yang dominan. Tujuan dari penelitian laboratorium ini adalah untuk mengetahui kualitas dan kuantitas penginjeksian kosurfaktan terhadap peningkatan perolehan minyak. Dalam penelitian ini digunakan satu batuan inti (core) berupa batu pasir (sandstone) dengan panjang 4,56 cm, diameter 2,5 cm, porositas 19,99 %, permeabilitas 56,76 mD, pada kondisi percobaan temperatur 40 °C dan laju injeksi 10 cc/jam dan kosurfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah petroleum sulfonat (Leonox A), yang dilarutkan ke dalam air formasi dengan kandungan garam 21000 ppm. Pengurasan minyak pertama-tama dilakukan dengan cara injeksi udara dan menghasilkan minyak sekitar 2.6 cc dengan perolehan sebesar 73.45 %. Dari proses injeksi air dapat dilihat ternyata minyak yang terproduksi belum seluruhnya, berarti masih ada minyak yang tertinggal di reservoir, yaitu masih terjebak dalam pori-pori batuan. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya perbedaan tegangan antar muka minyak-air yang tinggi. Faktor-faktor yang dapat mendukung pendesakan kosurfaktan adalah absorpsi batuan reservoar terhadap larutan kosurfaktan. Dari hasil petrografi, batuan percontoh yang dianalisa merupakan batuan pasir, memiliki kandungan mineral yang dominan, yaitu silika = 91%. Segmen yang dominan adalah kaolinit. Hasil pengamatan tegangan antar muka minyak dan udara, solusi yang baik digunakan adalah kosurfaktan dengan konsentrasi 2.3 % yang menghasilkan harga antarmuka minyak-air (IFT) sebesar 0.0507 dyne/cm. Perolehan minyak yang dihasil- kan dari penginjeksian air adalah sebesar 73,45%. Setelah dilakukan penginjeksian kosurfaktan ke dalam batuan, dapat menaikan produksi minyak, yaitu: sebesar 25,954% setelah penginjeksian air. Dan perolehan minyak keseluruhan dari penelitian ini adalah sebesar 99.40 %.
{"title":"Pengaruh Kualitatif dan Kuantitatif Surfaktan Terhadap Peningkatan Perolehan Minyak","authors":"Tjuwati Makmuro","doi":"10.29017/lpmgb.38.1.743","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.1.743","url":null,"abstract":"Pada umumnya jumlah penggunaan minyak dari penyimpanan pada waktu produksi adalah relatif kecil dibandingkan dengan kandungan minyak dari penyimpanan tersebut, sehingga minyak yang tersisa dalam mervoar masih cukup besar. Hal ini disebabkan oleh adanya potensi pori-pori dan perbedaan interaksi antarmuka minyak dan udara, sehingga dapat menghambat aliran minyak yang terproduksi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas penginjeksian dan kosurfaktan kerja antara lain adalah terjadinya adsorpsi batuan dengan adanya kandungan mineral (lempung) yang dominan. Tujuan dari penelitian laboratorium ini adalah untuk mengetahui kualitas dan kuantitas penginjeksian kosurfaktan terhadap peningkatan perolehan minyak. Dalam penelitian ini digunakan satu batuan inti (core) berupa batu pasir (sandstone) dengan panjang 4,56 cm, diameter 2,5 cm, porositas 19,99 %, permeabilitas 56,76 mD, pada kondisi percobaan temperatur 40 °C dan laju injeksi 10 cc/jam dan kosurfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah petroleum sulfonat (Leonox A), yang dilarutkan ke dalam air formasi dengan kandungan garam 21000 ppm. Pengurasan minyak pertama-tama dilakukan dengan cara injeksi udara dan menghasilkan minyak sekitar 2.6 cc dengan perolehan sebesar 73.45 %. Dari proses injeksi air dapat dilihat ternyata minyak yang terproduksi belum seluruhnya, berarti masih ada minyak yang tertinggal di reservoir, yaitu masih terjebak dalam pori-pori batuan. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya perbedaan tegangan antar muka minyak-air yang tinggi. Faktor-faktor yang dapat mendukung pendesakan kosurfaktan adalah absorpsi batuan reservoar terhadap larutan kosurfaktan. Dari hasil petrografi, batuan percontoh yang dianalisa merupakan batuan pasir, memiliki kandungan mineral yang dominan, yaitu silika = 91%. Segmen yang dominan adalah kaolinit. Hasil pengamatan tegangan antar muka minyak dan udara, solusi yang baik digunakan adalah kosurfaktan dengan konsentrasi 2.3 % yang menghasilkan harga antarmuka minyak-air (IFT) sebesar 0.0507 dyne/cm. Perolehan minyak yang dihasil- kan dari penginjeksian air adalah sebesar 73,45%. Setelah dilakukan penginjeksian kosurfaktan ke dalam batuan, dapat menaikan produksi minyak, yaitu: sebesar 25,954% setelah penginjeksian air. Dan perolehan minyak keseluruhan dari penelitian ini adalah sebesar 99.40 %.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121450725","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Avtur sebagai bahan bakar penerbangan kandungan utamanya adalah hidrokarbon, sedikit senyawa pengotor yang berupa garam anorganik dan air. Komposisi hidrokarbon avtur ini terdiri atas parafin, olefin, naftena, dan aromat. Di daerah tropis seperti Indonesia, avtur tidak dapat bebas 100% dari air, karena adanya kondensasi dan keterlarutan air dalam avtur. Adanya air dalam avtur walaupun sedikit sekali akan membantu pertumbuhan mikroba, karena air merupakan bahan utama yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya. Bahan-bahan lain yang mem- pengaruhi pertumbuhan mikroba adalah unsur-unsur C, H. O, N, S, P, dan mineral. Unsur-unsur ini semuanya kemungkinan terdapat dalam avtur, sehingga besar kemungkinannya mikroba dapat tumbuh dalam avtur. Hal-hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba tersebut adalah kondisi fisik yang meliputi suhu, kelembapan, dan pH. Hasil penelitian PPPTMGB"LEMIGAS" (1983) menunjukkan adanya mikroba dalam bahan bakar penerbangan, yaitu bakteri, kapang, aktinomisetes, dan khamir, antara lain Bacillus, Pseudomonas, Micro- coccus, Nisseria, dan Cladosporium resinae. Paecilomyces sp. merupakan kapang yang dominan di Indonesia (Sri Kadarwati, 1989). Avtur dalam penggunaannya memerlukan penanganan dan pengawasan yang ketat, mengingat pemakaiannya sebagai bahan bakar pesawat udara, mempunyai risiko tinggi apabila terkontaminasi oleh mikroba sehingga terjadi degradasi avtur, merusak pompa bahan bakar, penyumbatan pada filter dan berakibat fatal. Dalam menunjang pengawasan yang ketat ini, perlu meningkatkan pengawasan kualitas avtur tidak hanya dari sifat fisik saja, tetapi juga mempelajari masalah pengrusakan kualitas yang disebabkan oleh aktivitas mikroba. Oleh karena itu maksud dan tujuan penelitian ini adalah mencari biosida yang dapat menghambat pertumbuhan/aktivitas mikroba dalam avtur dan tidak merusak mutu avtur.
{"title":"Biosida Asam Anakardat Penghambat Aktivitas Paecilomyces sp. dalam Mendegradasi Avtur","authors":"Sri Kadarwati","doi":"10.29017/lpmgb.39.2.735","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.39.2.735","url":null,"abstract":"Avtur sebagai bahan bakar penerbangan kandungan utamanya adalah hidrokarbon, sedikit senyawa pengotor yang berupa garam anorganik dan air. Komposisi hidrokarbon avtur ini terdiri atas parafin, olefin, naftena, dan aromat. Di daerah tropis seperti Indonesia, avtur tidak dapat bebas 100% dari air, karena adanya kondensasi dan keterlarutan air dalam avtur. Adanya air dalam avtur walaupun sedikit sekali akan membantu pertumbuhan mikroba, karena air merupakan bahan utama yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya. Bahan-bahan lain yang mem- pengaruhi pertumbuhan mikroba adalah unsur-unsur C, H. O, N, S, P, dan mineral. Unsur-unsur ini semuanya kemungkinan terdapat dalam avtur, sehingga besar kemungkinannya mikroba dapat tumbuh dalam avtur. Hal-hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba tersebut adalah kondisi fisik yang meliputi suhu, kelembapan, dan pH. Hasil penelitian PPPTMGB\"LEMIGAS\" (1983) menunjukkan adanya mikroba dalam bahan bakar penerbangan, yaitu bakteri, kapang, aktinomisetes, dan khamir, antara lain Bacillus, Pseudomonas, Micro- coccus, Nisseria, dan Cladosporium resinae. Paecilomyces sp. merupakan kapang yang dominan di Indonesia (Sri Kadarwati, 1989). Avtur dalam penggunaannya memerlukan penanganan dan pengawasan yang ketat, mengingat pemakaiannya sebagai bahan bakar pesawat udara, mempunyai risiko tinggi apabila terkontaminasi oleh mikroba sehingga terjadi degradasi avtur, merusak pompa bahan bakar, penyumbatan pada filter dan berakibat fatal. Dalam menunjang pengawasan yang ketat ini, perlu meningkatkan pengawasan kualitas avtur tidak hanya dari sifat fisik saja, tetapi juga mempelajari masalah pengrusakan kualitas yang disebabkan oleh aktivitas mikroba. Oleh karena itu maksud dan tujuan penelitian ini adalah mencari biosida yang dapat menghambat pertumbuhan/aktivitas mikroba dalam avtur dan tidak merusak mutu avtur.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122168746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jutaan barel tambahan produksi minyak dapat diperoleh dari injeksi air, yang merupakan salah satu metode peningkatan perolehan minyak yang murah. Oleh karena itu mengoptimasi injeksi air merupakan tahap yang sangat penting agar diperoleh produksi yang optimal. Pada proses peningkatan perolehan minyak sekunder maupun tersier akan terjadi interaksi antara fluida injeksi dan fluida reservoir maupun batuan reservoir. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian interaksi tersebut dan kemungkinan terjadinya kerusakan formasi (formation damage) sebelum pelaksanaan di lapangan. Bahkan, pada proses air formasi yang diinjeksikan kembali (recycling) masih perlu juga dilakukan analisis agar tidak terjadi kerusakan formasi.
{"title":"Kompatibilitas Fluida Injeksi dan Formasi Batuan pada Reservoir dengan Injeksi Air","authors":"Sugihardjo Sugihardjo","doi":"10.29017/lpmgb.38.3.755","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.3.755","url":null,"abstract":"Jutaan barel tambahan produksi minyak dapat diperoleh dari injeksi air, yang merupakan salah satu metode peningkatan perolehan minyak yang murah. Oleh karena itu mengoptimasi injeksi air merupakan tahap yang sangat penting agar diperoleh produksi yang optimal. Pada proses peningkatan perolehan minyak sekunder maupun tersier akan terjadi interaksi antara fluida injeksi dan fluida reservoir maupun batuan reservoir. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian interaksi tersebut dan kemungkinan terjadinya kerusakan formasi (formation damage) sebelum pelaksanaan di lapangan. Bahkan, pada proses air formasi yang diinjeksikan kembali (recycling) masih perlu juga dilakukan analisis agar tidak terjadi kerusakan formasi.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114542604","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Analisis biostratigrafi resolusi tinggi saat ini sudah menjadi tuntutan banyak perusahaan minyak untuk memahami kondisi stratigrafi secara akurat. Dalam tulisan ini analisis biostratigrafi resolusi tinggi dikerjakan dengan cara menghitung semua individu palinomorf yang muncul pada preparat mewakili percontoh batuan tertentu (metode kuantitatif). Sedangkan metode konvensional dikerjakan dengan mengamati kemunculan dan kepunahan palinomorf indeks untuk rekonstruksi zone palinologi (metode kualitatif).
{"title":"Analisis Palinologi Kuantitatif Endapan Delta Mahakam Umur Miosen Kalimantan Timur","authors":"Eko Budi Lelono","doi":"10.29017/lpmgb.38.2.750","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.2.750","url":null,"abstract":"Analisis biostratigrafi resolusi tinggi saat ini sudah menjadi tuntutan banyak perusahaan minyak untuk memahami kondisi stratigrafi secara akurat. Dalam tulisan ini analisis biostratigrafi resolusi tinggi dikerjakan dengan cara menghitung semua individu palinomorf yang muncul pada preparat mewakili percontoh batuan tertentu (metode kuantitatif). Sedangkan metode konvensional dikerjakan dengan mengamati kemunculan dan kepunahan palinomorf indeks untuk rekonstruksi zone palinologi (metode kualitatif).","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128914115","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pelumas digunakan untuk mengurangi gesekan dan keausan dua permukaan logam yang saling bersentuhan dengan membentuk satu lapisan film tipis diantara kedua logam yang bergesekan. Pelumas diformulasikan dari bahan dasar pelumas yang dihasilkan dari pengilangan minyak mentah parafinik, selain itu juga ditambahkan bahan-bahan aditif untuk memperbaiki karakteristik tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelumas tersebut. Minyak lumas digunakan dalam berbagai keperluan dan setiap jenis pelumas dirancang untuk dapat memenuhi setiap kebutuhan tertentu. Pelumas mempunyai usia pakai tertentu yang umumnya dihitung dari jam operasi pada mesin statis dan berdasarkan akumulasi jarak tempuh untuk mesin yang berjalan sehingga perlu diganti dengan pelumas baru. Pelumas bekas sesuai dengan penggunaannya, mengandung kotaminan seperti sisa pembakaran, partikel logam yang berasal dari mesin yang menggunakannya maupun yang berasal dari aditif yang digunakan serta bahan pengikat seperti fosfor, belerang dan klor. Menurut aturan yang ada pelumas bekas hanya dapat diolah menjadi bahan dasar pelumas yang selanjutnya dijadikan pelumas komersial. sementara penggunaan pelumas bekas langsubg sebagai bahan bakar seperti di industri kecil belum diatur dengan jelas dan tegas.
{"title":"Prospek Pelumas Bekas sebagai Bahan Bakar","authors":"Nur Ahadiat","doi":"10.29017/lpmgb.38.1.745","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.1.745","url":null,"abstract":"Pelumas digunakan untuk mengurangi gesekan dan keausan dua permukaan logam yang saling bersentuhan dengan membentuk satu lapisan film tipis diantara kedua logam yang bergesekan. Pelumas diformulasikan dari bahan dasar pelumas yang dihasilkan dari pengilangan minyak mentah parafinik, selain itu juga ditambahkan bahan-bahan aditif untuk memperbaiki karakteristik tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelumas tersebut. Minyak lumas digunakan dalam berbagai keperluan dan setiap jenis pelumas dirancang untuk dapat memenuhi setiap kebutuhan tertentu. Pelumas mempunyai usia pakai tertentu yang umumnya dihitung dari jam operasi pada mesin statis dan berdasarkan akumulasi jarak tempuh untuk mesin yang berjalan sehingga perlu diganti dengan pelumas baru. Pelumas bekas sesuai dengan penggunaannya, mengandung kotaminan seperti sisa pembakaran, partikel logam yang berasal dari mesin yang menggunakannya maupun yang berasal dari aditif yang digunakan serta bahan pengikat seperti fosfor, belerang dan klor. Menurut aturan yang ada pelumas bekas hanya dapat diolah menjadi bahan dasar pelumas yang selanjutnya dijadikan pelumas komersial. sementara penggunaan pelumas bekas langsubg sebagai bahan bakar seperti di industri kecil belum diatur dengan jelas dan tegas.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128955357","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dampak kemajuan teknologi informasi membawa pengaruh kepada kegiatan organisasi, hal ini merupakan suatu hal yang sangat positif untuk dicermati agar pengaruh perkembangannya membawa kebaikan bagi organisasi. Pengaruh positif apa yang dapat diberikan oleh kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi, merupakan suatu hal yang perlu dicermati terhadap fungsinya. Porter dalam konsep chain activity organisasi telah mengindentifikasi value activities dalam suatu organisasi/perusahaan, meliputi di antaranya pengelolaan SDM dan pengembangan teknologi, yang merupakan aktivitas penting dalam mendukung tercapainya aktivitas utama suatu organisasi. Dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh personel dalam kegiatan kerja akan timbul distorsi terhadap performance kerja, sehingga perlu dicermati faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja personel dalam aktivitas kegiatan organisasi. Apakah ada kaitan antara teknologi informasi dengan faktor-faktor kepemimpinan, kesejahteraan, loyalitas, pembinaan dan karir dalam mempengaruhi kinerja personel (layanan). Hal ini yang perlu pembuktiannya.
{"title":"Kajian Penggunaan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya terhadap Organisasi: Sebuah Kasus Manajemen Informasi Perspektif","authors":"Hartri Sirait","doi":"10.29017/lpmgb.38.3.759","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.3.759","url":null,"abstract":"Dampak kemajuan teknologi informasi membawa pengaruh kepada kegiatan organisasi, hal ini merupakan suatu hal yang sangat positif untuk dicermati agar pengaruh perkembangannya membawa kebaikan bagi organisasi. Pengaruh positif apa yang dapat diberikan oleh kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi, merupakan suatu hal yang perlu dicermati terhadap fungsinya. Porter dalam konsep chain activity organisasi telah mengindentifikasi value activities dalam suatu organisasi/perusahaan, meliputi di antaranya pengelolaan SDM dan pengembangan teknologi, yang merupakan aktivitas penting dalam mendukung tercapainya aktivitas utama suatu organisasi. Dengan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh personel dalam kegiatan kerja akan timbul distorsi terhadap performance kerja, sehingga perlu dicermati faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja personel dalam aktivitas kegiatan organisasi. Apakah ada kaitan antara teknologi informasi dengan faktor-faktor kepemimpinan, kesejahteraan, loyalitas, pembinaan dan karir dalam mempengaruhi kinerja personel (layanan). Hal ini yang perlu pembuktiannya.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129692527","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam memperkirakan harga besaran porositas dapat digunakan bermacam-macam metode, antara lain dengan merambatkan gelombang akustik pada media berpori dengan memberikan interpretasi kecepatan gelombang tersebut. Pada tahun 1956 Wyllie dkk mengajukan persamaan waktu rata-rata (time average), yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas berdasarkan hasil penelitian terhadap batuan pasir (sandstone) di laboratorium. Persamaan Wyllie di atas sebenarnya hanya berlaku pada kondisi dimana batuan yang diukur porositasnya mengandung hanya air saja, dengan porositas yang seragam, bersih dari lempung, dan kompak. Contoh yang dapat dianggap paling relevan adalah daerah di sekitar lubang bor. Fakta di sekitar lubang bor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan bias dalam memperkirakan harga besaran porositas batuan karena asumsi yang lazim dalam menggunakan persamaan Wyllie adalah batuan tersaturasi secara penuh oleh satu jedis fluida saja. Beragamnya saturasi fluida di formasi ternyata dapat mempengaruhi akurasi perhitungan porositas yang dihasilkan dari log akustik. Untuk mendapatkan besaran porositas yang akurat diperlukan pemilihan waktu transit matriks batuan dan waktu transit fluida yang cukup mewakili. Suatu bentuk koreksi atas perhiitungan porositas akustik pada kondisi saturasi air kurang dari 100% telah dibangun beserta penerapan di laboratorium. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap litologi lainnya seperti pada formasi karbonat untuk mengetahui sejauh mana validasinya atas bentuk koreksian yang telah dibangun
{"title":"Apakah Estimasi Porositas dari Log Akustik Cukup Akurat untuk Batuan yang Tersaturasi Secara Parsial – Sebuah Alternatif Sederhana untuk Mengurangi","authors":"Heru Atmoko, Rosidelly Rosidelly, Bambang Widarsono, Fakhriyadi Saptono","doi":"10.29017/lpmgb.38.1.744","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.1.744","url":null,"abstract":"Dalam memperkirakan harga besaran porositas dapat digunakan bermacam-macam metode, antara lain dengan merambatkan gelombang akustik pada media berpori dengan memberikan interpretasi kecepatan gelombang tersebut. Pada tahun 1956 Wyllie dkk mengajukan persamaan waktu rata-rata (time average), yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas berdasarkan hasil penelitian terhadap batuan pasir (sandstone) di laboratorium. Persamaan Wyllie di atas sebenarnya hanya berlaku pada kondisi dimana batuan yang diukur porositasnya mengandung hanya air saja, dengan porositas yang seragam, bersih dari lempung, dan kompak. Contoh yang dapat dianggap paling relevan adalah daerah di sekitar lubang bor. Fakta di sekitar lubang bor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan bias dalam memperkirakan harga besaran porositas batuan karena asumsi yang lazim dalam menggunakan persamaan Wyllie adalah batuan tersaturasi secara penuh oleh satu jedis fluida saja. Beragamnya saturasi fluida di formasi ternyata dapat mempengaruhi akurasi perhitungan porositas yang dihasilkan dari log akustik. Untuk mendapatkan besaran porositas yang akurat diperlukan pemilihan waktu transit matriks batuan dan waktu transit fluida yang cukup mewakili. Suatu bentuk koreksi atas perhiitungan porositas akustik pada kondisi saturasi air kurang dari 100% telah dibangun beserta penerapan di laboratorium. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap litologi lainnya seperti pada formasi karbonat untuk mengetahui sejauh mana validasinya atas bentuk koreksian yang telah dibangun","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128544541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam industri perminyakan, endapan telah dikenal sebagai salah satu problem yang serius dan terbentuk di fasilitas produksi minyak dan gas bumi, di sekeliling lubang bor serta di dalam reservoar, yang mengakibatkan laju produksi berkurang karena aliran menjadi terbatas, terhambat oleh berkurangnya di- ameter pipa-pipa, tubing, lubang perforasi dan ruang pori formasi produktif. Bila laju produksi berkurang, tidak diatasi dengan segera, tentu akan menimbulkan dampak negatif di dalam industri perminyakan, yaitu kerugian yang terbesar sebagai akibat penurunan produksi. Endapan yang umum ditemui di lapangan minyak ada beberapa jenis, seperti kalsium karbonat (CACO,), kalsium sulfat termasuk gips (CaSO, 2H,O) dan anhidrit (CaSO,), serta barium sulfat (BaSO,). Batas kelarutan kalsium karbonat dan kalsium sulfat dalam air adalah 20 mg/l dan 2000 mg/l pada 25°C. Batas kelarutan barium sulfat dalam air adalah 2,3 mg/ I pada 25°C dan 3,9 mg/l pada 95°C. Endapan yang paling sulit dipindahkan adalah endapan barium sulfat karena mempunyai sifat kelarutan yang sangat rendah. Oleh sebab itu, penulisan makalah ini difokuskan terhadap mekanisme, persyaratan dan analisis pembentukan endapan, dengan contoh kasus endapan barium sulfat.
{"title":"Mekanisme dan Analisis Pembentukan Endapan Barium Sulfat di dalam Industri Peminyakan","authors":"Tjuwati Makmur, Nuraini Nuraini","doi":"10.29017/lpmgb.38.2.752","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.2.752","url":null,"abstract":"Dalam industri perminyakan, endapan telah dikenal sebagai salah satu problem yang serius dan terbentuk di fasilitas produksi minyak dan gas bumi, di sekeliling lubang bor serta di dalam reservoar, yang mengakibatkan laju produksi berkurang karena aliran menjadi terbatas, terhambat oleh berkurangnya di- ameter pipa-pipa, tubing, lubang perforasi dan ruang pori formasi produktif. Bila laju produksi berkurang, tidak diatasi dengan segera, tentu akan menimbulkan dampak negatif di dalam industri perminyakan, yaitu kerugian yang terbesar sebagai akibat penurunan produksi. Endapan yang umum ditemui di lapangan minyak ada beberapa jenis, seperti kalsium karbonat (CACO,), kalsium sulfat termasuk gips (CaSO, 2H,O) dan anhidrit (CaSO,), serta barium sulfat (BaSO,). Batas kelarutan kalsium karbonat dan kalsium sulfat dalam air adalah 20 mg/l dan 2000 mg/l pada 25°C. Batas kelarutan barium sulfat dalam air adalah 2,3 mg/ I pada 25°C dan 3,9 mg/l pada 95°C. Endapan yang paling sulit dipindahkan adalah endapan barium sulfat karena mempunyai sifat kelarutan yang sangat rendah. Oleh sebab itu, penulisan makalah ini difokuskan terhadap mekanisme, persyaratan dan analisis pembentukan endapan, dengan contoh kasus endapan barium sulfat.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"163 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128546320","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}