Salah satu proses katalitik yang cukup penting untuk pemecahan masalah Sumatran Light Waxy Residu (SLWR) dan pembuatan bahan bakar kerosin dan solar adalah proses hidrokonversi. Kajian literatur studi dan penelitian pengolahan SLWR untuk pembuatan distilat sedang dan pelumas telah dilakukan (1,2,3). Katalis hidrokonversi ini mengandung dua jenis inti aktif yaitu inti aktif metal dan inti aktif asam. Untuk mendapatkan data informasi yang lebih banyak mengenai hidrokonversi SLWR tersebut, maka telah dilakukan suatu seri penelitian hidrokonversi distilat vakum SLWR tersebut dengan bantuan dua jenis katalis bifungsional yang inti aktif asamnya berbeda. Untuk bahan pembanding, telah pula diselidiki pengaruh inti aktif asam katalis hidrokraking pada proses hidrokonversi wax dan normal heptana murni. Penelitian ini telah dilakukan pada tem- peratur dari 300°C sampai dengan 420°C dan tekanan dari 30 sampai dengan 110 kg/ cm dengan bantuan alat catatest unit. Alat catatest unit ini dilengkapi dengan alat pengatur temperatur di dalam reaktor dan dapat dijalankan secara kontinu. Makalah ini akan menguraikan hasil penelitian proses hidrokonversi distilat vakum SLWR, wax dan n. heptana dengan memakai katalis bifungsional yang inti aktif asamnya berbeda.
{"title":"Pengaruh Inti Asam Katalis Bifungsional pada Produk Hidrokonversi","authors":"A. Nasution","doi":"10.29017/lpmgb.39.3.742","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.39.3.742","url":null,"abstract":"Salah satu proses katalitik yang cukup penting untuk pemecahan masalah Sumatran Light Waxy Residu (SLWR) dan pembuatan bahan bakar kerosin dan solar adalah proses hidrokonversi. Kajian literatur studi dan penelitian pengolahan SLWR untuk pembuatan distilat sedang dan pelumas telah dilakukan (1,2,3). Katalis hidrokonversi ini mengandung dua jenis inti aktif yaitu inti aktif metal dan inti aktif asam. Untuk mendapatkan data informasi yang lebih banyak mengenai hidrokonversi SLWR tersebut, maka telah dilakukan suatu seri penelitian hidrokonversi distilat vakum SLWR tersebut dengan bantuan dua jenis katalis bifungsional yang inti aktif asamnya berbeda. Untuk bahan pembanding, telah pula diselidiki pengaruh inti aktif asam katalis hidrokraking pada proses hidrokonversi wax dan normal heptana murni. Penelitian ini telah dilakukan pada tem- peratur dari 300°C sampai dengan 420°C dan tekanan dari 30 sampai dengan 110 kg/ cm dengan bantuan alat catatest unit. Alat catatest unit ini dilengkapi dengan alat pengatur temperatur di dalam reaktor dan dapat dijalankan secara kontinu. Makalah ini akan menguraikan hasil penelitian proses hidrokonversi distilat vakum SLWR, wax dan n. heptana dengan memakai katalis bifungsional yang inti aktif asamnya berbeda.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126569284","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Alkil benzena sulfonat merupakan salah satu jenis surfaktan yang mampu menurunkan tegangan antarmuka (IFT) minyak-air ke tingkat yang lebih rendah. Dengan turunnya tegangan antarmuka minyak-air, maka tekanan kapiler yang bekerja pada daerah penyempitan pori-pori akan berkurang, sehingga sisa minyak yang terperangkap dalam pori-pori batuan mudah didesak dan diproduksikan. Surfaktan bila dilarutkan di dalam air atau minyak, akan membentuk micelle yang merupakan mikroemulsi dalam air atau minyak. Micelle berfungsi sebagai media yang bercampur (miscible) baik dengan minyak maupun air secara serentak. untuk mendapatkan nilai tegangan antarmuka minyak-air yang lebih rendah, maka ditambahkan kosurfaktan. Pada umumnya kosurfaktan yang digunakan adalah alkohol/ROH (C4, C dan C6)
{"title":"Uji Kelakuan Fase dan Tegangan Antarmuka Minyak-Surfaktan-Kosurfaktan-Air Injeksi","authors":"N. Nuraini, Sugihardjo Sugihardjo, Tjuwati Makmur","doi":"10.29017/lpmgb.38.1.746","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.1.746","url":null,"abstract":"Alkil benzena sulfonat merupakan salah satu jenis surfaktan yang mampu menurunkan tegangan antarmuka (IFT) minyak-air ke tingkat yang lebih rendah. Dengan turunnya tegangan antarmuka minyak-air, maka tekanan kapiler yang bekerja pada daerah penyempitan pori-pori akan berkurang, sehingga sisa minyak yang terperangkap dalam pori-pori batuan mudah didesak dan diproduksikan. Surfaktan bila dilarutkan di dalam air atau minyak, akan membentuk micelle yang merupakan mikroemulsi dalam air atau minyak. Micelle berfungsi sebagai media yang bercampur (miscible) baik dengan minyak maupun air secara serentak. untuk mendapatkan nilai tegangan antarmuka minyak-air yang lebih rendah, maka ditambahkan kosurfaktan. Pada umumnya kosurfaktan yang digunakan adalah alkohol/ROH (C4, C dan C6)","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"18 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123181771","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pipa salur pada proses produksi minyak dan gas bumi diperkirakan 80 % mengalami kerusakan yang disebabkan oleh korosi, antara lain berupa pengurangan ketebalan (loss metal), korosi retak karena tegangan (stress corrosion cracking) dan penggetasan karena hidrogen (hydrogen embrittlement) (Jones, 1992). Uji laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan metode antara lain adalah uji celup kupon yang pengukurannya berdasarkan kehilangan berat (loss metal), tetapi metode ini membutuhkan waktu lama, tenaga dan biaya yang tinggi. Metode lain adalah Impedansi (EIS = Electrochemical Impedance Spectroscopy), Tafel Extrapolation, tetapi berbeda dalam hal penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor- faktor yang mempengaruhi laju korosi diantaranya: suhu, kecepatan pengadukan dan volume aliran gas CO, dengan menggunakan metode polarisasi tahanan yang menggunakan perangkat lunak CMS 100 untuk mendapatkan data korosi secara lebih cepat dan akurat. Larutan uji diambil dari air Lapangan Selatan dan air Lapangan Melibur dari PT Kondur Petroleum SA yang berlokasi di Kabupaten Bengkalis, Kepulauan Riau, Sumatera.
{"title":"Uji Korosi Internal pada Pipa Baja Standar API 5 L Grade B Menggunakan Perangkat Lunak CMS 100","authors":"Abdoel Goffar","doi":"10.29017/lpmgb.39.3.741","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.39.3.741","url":null,"abstract":"Pipa salur pada proses produksi minyak dan gas bumi diperkirakan 80 % mengalami kerusakan yang disebabkan oleh korosi, antara lain berupa pengurangan ketebalan (loss metal), korosi retak karena tegangan (stress corrosion cracking) dan penggetasan karena hidrogen (hydrogen embrittlement) (Jones, 1992). Uji laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan metode antara lain adalah uji celup kupon yang pengukurannya berdasarkan kehilangan berat (loss metal), tetapi metode ini membutuhkan waktu lama, tenaga dan biaya yang tinggi. Metode lain adalah Impedansi (EIS = Electrochemical Impedance Spectroscopy), Tafel Extrapolation, tetapi berbeda dalam hal penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor- faktor yang mempengaruhi laju korosi diantaranya: suhu, kecepatan pengadukan dan volume aliran gas CO, dengan menggunakan metode polarisasi tahanan yang menggunakan perangkat lunak CMS 100 untuk mendapatkan data korosi secara lebih cepat dan akurat. Larutan uji diambil dari air Lapangan Selatan dan air Lapangan Melibur dari PT Kondur Petroleum SA yang berlokasi di Kabupaten Bengkalis, Kepulauan Riau, Sumatera.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114346909","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Seperti telah diketahui bahwa bahan bakar dapat terbakar hanya dalam bentuk uap, pada motor diesel perubahan bahan bakar dari cair menjadi uap terjadi pada saat bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar motor diesel. Selama injeksi, bahan bakar harus diatomisasikan dengan baik dan tercampur dengan udara yang panas sehingga terjadi penyalaan sendiri secara merata dalam waktu yang singkat. Untuk mendapatkan kinerja optimum bahan bakar, maka atomisasi bahan bakar harus berlangsung sempurna dan membentuk pola injeksi yang normal seperti kerucut yang utuh. Injeksi bahan bakar ke dalam ruang bakar motor diesel dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu injeksi tidak langsung (indirect injection, IDI) dan injeksi langsung (direct injection, DI). Untuk mendapatkan turbulensi dan campuran udara bahan bakar yang baik, maka kedua sistem injeksi bahan bakar ini menggu- nakan ruang bakar dan nosel injektor yang berbeda. Pada injeksi tidak langsung, bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang muka atau pusaran (swirl chamber) dengan nosel injektor berlubang satu atau nosel pasak (pintle nozzle), selanjutnya dari ruang pusaran tersebut gas pembakaran dialirkan ke ruang bakar utama. Sedangkan motor diesel injeksi langsung menggunakan ruang bakar terbuka dengan nosel injektor berlubang banyak (multi holes nozzle), bahan bakar diinjeksikan langsung ke dalam ruang bakar utama. Setelah motor diesel dioperasikan dalam waktu yang lama akan terbentuk deposit karbon pada nosel injektor, ruang bakar dan katup-katup motor diesel. Deposit karbon pada nosel injektor akan mempengaruhi debit aliran bahan bakar, pola semprotan bahan bakar, efisiensi mesin dan emisi gas buang. Untuk membersihkan deposit yang sudah terbentuk (clean up) pada bagian-bagian tertentu mesin kendaraan yang sudah lama beroperasi atau menjaga kebersihan (keep clean) bagian-bagian tersebut seperti pada nosel injektor kendaraan baru. Dalam studi ini dipergunakan aditif deterjen EF untuk keep clean pada kendaraan baru. Dalam pelaksana- an penelitian ini digunakan dua buah kendaraan baru bermotor diesel injeksi langsung yang dioperasikan secara berpasangan. Satu kendaraan menggunakan minyak solar tanpa aditif (STA) dan pasangannya menggunakan minyak solar ditambah aditif deterjen EF (SEF). Kedua kendaraan tersebut dioperasikan secara normal melalui trayek tertentu hingga mencapai akumulasi jarak tempuh 15.000 km. Dari hasil-hasil pengukuran kebersihan nosel injektor yang dilakukan pada awal dan akhir uji jalan, ternyata nosel injektor SEF lebih bersih dari pada STA.
{"title":"Efek Pemakaian Aditif Deterjen EF terhadap Kebersihan Nosel Injektor Motor Diesel Injeksi Langsung","authors":"Pallawagau La Puppung","doi":"10.29017/lpmgb.39.3.739","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.39.3.739","url":null,"abstract":"Seperti telah diketahui bahwa bahan bakar dapat terbakar hanya dalam bentuk uap, pada motor diesel perubahan bahan bakar dari cair menjadi uap terjadi pada saat bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar motor diesel. Selama injeksi, bahan bakar harus diatomisasikan dengan baik dan tercampur dengan udara yang panas sehingga terjadi penyalaan sendiri secara merata dalam waktu yang singkat. Untuk mendapatkan kinerja optimum bahan bakar, maka atomisasi bahan bakar harus berlangsung sempurna dan membentuk pola injeksi yang normal seperti kerucut yang utuh. Injeksi bahan bakar ke dalam ruang bakar motor diesel dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu injeksi tidak langsung (indirect injection, IDI) dan injeksi langsung (direct injection, DI). Untuk mendapatkan turbulensi dan campuran udara bahan bakar yang baik, maka kedua sistem injeksi bahan bakar ini menggu- nakan ruang bakar dan nosel injektor yang berbeda. Pada injeksi tidak langsung, bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang muka atau pusaran (swirl chamber) dengan nosel injektor berlubang satu atau nosel pasak (pintle nozzle), selanjutnya dari ruang pusaran tersebut gas pembakaran dialirkan ke ruang bakar utama. Sedangkan motor diesel injeksi langsung menggunakan ruang bakar terbuka dengan nosel injektor berlubang banyak (multi holes nozzle), bahan bakar diinjeksikan langsung ke dalam ruang bakar utama. Setelah motor diesel dioperasikan dalam waktu yang lama akan terbentuk deposit karbon pada nosel injektor, ruang bakar dan katup-katup motor diesel. Deposit karbon pada nosel injektor akan mempengaruhi debit aliran bahan bakar, pola semprotan bahan bakar, efisiensi mesin dan emisi gas buang. Untuk membersihkan deposit yang sudah terbentuk (clean up) pada bagian-bagian tertentu mesin kendaraan yang sudah lama beroperasi atau menjaga kebersihan (keep clean) bagian-bagian tersebut seperti pada nosel injektor kendaraan baru. Dalam studi ini dipergunakan aditif deterjen EF untuk keep clean pada kendaraan baru. Dalam pelaksana- an penelitian ini digunakan dua buah kendaraan baru bermotor diesel injeksi langsung yang dioperasikan secara berpasangan. Satu kendaraan menggunakan minyak solar tanpa aditif (STA) dan pasangannya menggunakan minyak solar ditambah aditif deterjen EF (SEF). Kedua kendaraan tersebut dioperasikan secara normal melalui trayek tertentu hingga mencapai akumulasi jarak tempuh 15.000 km. Dari hasil-hasil pengukuran kebersihan nosel injektor yang dilakukan pada awal dan akhir uji jalan, ternyata nosel injektor SEF lebih bersih dari pada STA.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124834683","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kilang minyak merupakan fasilitas proses pengolahan minyak bumi (crude oil) menjadi produk-produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non-BBM. Dalam prosesnya di samping diperoleh produk-produk yang bermanfaat juga dihasilkan material sisa yang tidak bermanfaat lagi (atau jika diproses membutuhkan biaya yang besar) dalam bentuk limbah padat, cair, dan gas. Komponen-komponen dalam limbah tersebut dapat berasal dari impurities minyak bumi itu sendiri atau berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan selama proses pengolahan minyak bumi. Limbah-limbah yang dihasilkan oleh industri migas secara umum diproses lagi sampai dinyatakan aman berdasarkan baku mutu limbah kilang minyak yang ditetapkan oleh pemerintah. Teknologi pengolahan limbah yang ada di industri migas menggunakan beberapa teknik di antaranya adalah teknik pengolahan limbah secara fisik/mekanik (mechanical separation), teknik secara kimia (chemical separation), dan teknik secara biologi (bioprocess). Teknologi pengolah limbah tersebut di atas dapat diaplikasikan secara terpisah atau dikombinasikan satu dengan lainnya sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Di samping itu dampak yang lebih mengkhawatirkan adalah proses migrasi limbah minyak pada area di sekitarnya berbentuk gundukan (erupsi) di permukaan tanah. Gundukan-gundukan ini dapat timbul pada permukaan jalan atau dari bawah lantai bangunan, akibat yang ditimbulkannya dapat merusak dan membahayakan keberadaan fasilitas-fasilitas vital yang berada di atas atau sekitarnya, seperti refinery control room, jaringan pipa di bawah dan permukaan tanah serta sarana jalan
{"title":"Penanggulangan Tanah Terkontaminasi oleh Limbah Minyak dari Kilang/Unit Pengolahan dengan “Bios Oil Removal” pada Skala Laboratorium (Tahap-I)","authors":"Zulkifliani Zulkifliani","doi":"10.29017/lpmgb.38.3.760","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.3.760","url":null,"abstract":"Kilang minyak merupakan fasilitas proses pengolahan minyak bumi (crude oil) menjadi produk-produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non-BBM. Dalam prosesnya di samping diperoleh produk-produk yang bermanfaat juga dihasilkan material sisa yang tidak bermanfaat lagi (atau jika diproses membutuhkan biaya yang besar) dalam bentuk limbah padat, cair, dan gas. Komponen-komponen dalam limbah tersebut dapat berasal dari impurities minyak bumi itu sendiri atau berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan selama proses pengolahan minyak bumi. Limbah-limbah yang dihasilkan oleh industri migas secara umum diproses lagi sampai dinyatakan aman berdasarkan baku mutu limbah kilang minyak yang ditetapkan oleh pemerintah. Teknologi pengolahan limbah yang ada di industri migas menggunakan beberapa teknik di antaranya adalah teknik pengolahan limbah secara fisik/mekanik (mechanical separation), teknik secara kimia (chemical separation), dan teknik secara biologi (bioprocess). Teknologi pengolah limbah tersebut di atas dapat diaplikasikan secara terpisah atau dikombinasikan satu dengan lainnya sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Di samping itu dampak yang lebih mengkhawatirkan adalah proses migrasi limbah minyak pada area di sekitarnya berbentuk gundukan (erupsi) di permukaan tanah. Gundukan-gundukan ini dapat timbul pada permukaan jalan atau dari bawah lantai bangunan, akibat yang ditimbulkannya dapat merusak dan membahayakan keberadaan fasilitas-fasilitas vital yang berada di atas atau sekitarnya, seperti refinery control room, jaringan pipa di bawah dan permukaan tanah serta sarana jalan","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122000475","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Minyak goreng bekas atau yang sehari-hari disebut jelantah, merupakan salah satu sumber polusi apabila dibuang sembarangan. Pengertian istilah jelantah adalah sisa-sisa dari minyak goreng setelah digunakan beberapa kali. Pada umumnya minyak goreng bekas mengandung senyawa-senyawa antara lain: polimer, aldehida, asam lemak, senyawa aromatik, dan lakton. Untuk menghindari bahaya yang dapat ditimbulkan maka perlu dicari jalan keluar untuk memanfaatkan minyak goreng bekas tersebut. Salah satu cara adalah dengan mengolahnya melalui proses kimia, dalam hal ini transesterifikasi, yang sangat sederhana (Kac, 2003). Di sisi lain, bahan bakar minyak banyak menghasilkan gas buang yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga perlu dicari bahan bakar yang akrab lingkungan. Salah satu bahan bakar yang akrab lingkungan adalah biodiesel. Biodiesel adalah suatu nama generik untuk bahan bakar setara bahan bakar minyak solar yang diperoleh dari sumber yang dapat diperbaharui (renewable sources), minyak nabati dan lemak hewan, dengan proses esterifikasi yaitu dengan mereaksikan minyak dan alkohol dengan bantuan suatu katalis. Biodiesel mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan bahan bakar minyak diesel (solar) yang diperoleh dari minyak bumi, antara lain: mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik sehingga memperpanjang umur mesin; merupakan bahan bakar yang aman karena mudah ditangani dan tidak beracun; mempunyai gas buang yang relatif bersih
{"title":"Pengolahan Minyak Goreng Bekas (Jelantah) menjadi Bahan Bakar Setara Solar (Biodiesel) dengan Proses Transesterifikasi","authors":"Oberlin Sidjabat","doi":"10.29017/lpmgb.38.2.751","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.2.751","url":null,"abstract":"Minyak goreng bekas atau yang sehari-hari disebut jelantah, merupakan salah satu sumber polusi apabila dibuang sembarangan. Pengertian istilah jelantah adalah sisa-sisa dari minyak goreng setelah digunakan beberapa kali. Pada umumnya minyak goreng bekas mengandung senyawa-senyawa antara lain: polimer, aldehida, asam lemak, senyawa aromatik, dan lakton. Untuk menghindari bahaya yang dapat ditimbulkan maka perlu dicari jalan keluar untuk memanfaatkan minyak goreng bekas tersebut. Salah satu cara adalah dengan mengolahnya melalui proses kimia, dalam hal ini transesterifikasi, yang sangat sederhana (Kac, 2003). Di sisi lain, bahan bakar minyak banyak menghasilkan gas buang yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga perlu dicari bahan bakar yang akrab lingkungan. Salah satu bahan bakar yang akrab lingkungan adalah biodiesel. Biodiesel adalah suatu nama generik untuk bahan bakar setara bahan bakar minyak solar yang diperoleh dari sumber yang dapat diperbaharui (renewable sources), minyak nabati dan lemak hewan, dengan proses esterifikasi yaitu dengan mereaksikan minyak dan alkohol dengan bantuan suatu katalis. Biodiesel mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan bahan bakar minyak diesel (solar) yang diperoleh dari minyak bumi, antara lain: mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik sehingga memperpanjang umur mesin; merupakan bahan bakar yang aman karena mudah ditangani dan tidak beracun; mempunyai gas buang yang relatif bersih","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"517 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123102274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Meningkatnya kebutuhan bensin berangka oktana tinggi dan hidrokarbon aromatik rendah sebagai salah satu bahan baku utama industri petrokimia telah memacu pengolahan minyak bumi untuk meningkatkan jumlah jenis kedua produk tersebut. Reformasi dari fraksi nafta dengan bantuan katalisator bifungsional adalah salah satu proses katalitik untuk pembuatan reformat yang berangka oktana tinggi dan juga sumber aromatik rendah seperti benzena, toluena dan exylena atau BTX". Schubungan dengan kandungan hidrokarbon paraffin dan naftana yang tinggi dari umpan napta tersebut, maka konversi kedua jenis hidrokarbon tersebut dengan bantuan katalis reformasi bifungsional menjadi hidrokarbon aromatik adalah reaksi utama dari proses reformasi katalitik. Untuk meneliti tỉngkah laku katalisator refomasi bifungsional pada konversi hidrokarbon parafin dan naftana menjadi hidro karbon aromatik, maka suatu percobaan telah dilakukan dari katalik reformasi hidrokarbon murni (n.heksana, n.heptana, n.oktana dan metilisklopentana) dan umpan fraksi nafta dengan memakai dua jenis katalisator reformasi (mono dan bi-metalik) pada kondisi operasi: suhu dari 450'sampai 510 C, tekanan: dari 5 sampai 30 kg/cm2 dan perbandingan H/HC = 6 mol/mol dengan memakai alat catatest unit yang diopersikan secara kontinu. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa aromatisasi parafin diamati lebih rendah dari pada aromatisasi naftana, dan tingkah laku katalisator re- forming bi-metlik untuk aromatisasi paraffin dan neftana tersebut adalah lebih unggul dari katalisator reforming monometalik.
{"title":"Reformasi Katalitik Nafta untuk Pembuatan Bensin dan Aromatik dengan Katalisator Reforming Bifungsional","authors":"A. N. Apu","doi":"10.29017/lpmgb.39.2.732","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.39.2.732","url":null,"abstract":"Meningkatnya kebutuhan bensin berangka oktana tinggi dan hidrokarbon aromatik rendah sebagai salah satu bahan baku utama industri petrokimia telah memacu pengolahan minyak bumi untuk meningkatkan jumlah jenis kedua produk tersebut. Reformasi dari fraksi nafta dengan bantuan katalisator bifungsional adalah salah satu proses katalitik untuk pembuatan reformat yang berangka oktana tinggi dan juga sumber aromatik rendah seperti benzena, toluena dan exylena atau BTX\". Schubungan dengan kandungan hidrokarbon paraffin dan naftana yang tinggi dari umpan napta tersebut, maka konversi kedua jenis hidrokarbon tersebut dengan bantuan katalis reformasi bifungsional menjadi hidrokarbon aromatik adalah reaksi utama dari proses reformasi katalitik. Untuk meneliti tỉngkah laku katalisator refomasi bifungsional pada konversi hidrokarbon parafin dan naftana menjadi hidro karbon aromatik, maka suatu percobaan telah dilakukan dari katalik reformasi hidrokarbon murni (n.heksana, n.heptana, n.oktana dan metilisklopentana) dan umpan fraksi nafta dengan memakai dua jenis katalisator reformasi (mono dan bi-metalik) pada kondisi operasi: suhu dari 450'sampai 510 C, tekanan: dari 5 sampai 30 kg/cm2 dan perbandingan H/HC = 6 mol/mol dengan memakai alat catatest unit yang diopersikan secara kontinu. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa aromatisasi parafin diamati lebih rendah dari pada aromatisasi naftana, dan tingkah laku katalisator re- forming bi-metlik untuk aromatisasi paraffin dan neftana tersebut adalah lebih unggul dari katalisator reforming monometalik.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130009031","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Merosotnya mutu minyak bumi, dan meningkatnya program langit biru yang menuntut spesifikasi bahan bakar bensin ramah lingkungan yang sangat ketat, menghasilkan penyempurnaan komposisi bensin dengan meningkatkan komponen bensin isomerat dan pembatasan proporsi reformat, bensin rengkahan katalitik, dan bensin polimer. Pencampuran komponen bensin isomerat tersebut dengan komponen bensin reformat akan meningkatkan distribusi angka oktana dengan sekaligus penurunan kadar benzena dan total aromat yang kadarnya dalam bensin dibatasi. Proses hidroisomerisasi umpan nafta dengan katalis hidroisomerisasi bi functional menghasilkan produk komponen bensin isomerat. Katalis bi functional tersebut mengandung inti aktif logam (Pt) dan inti aktif asam (A12 03 -C1,A12 O3 -SIO2 dan zeolit). Untuk meneliti mekanisme reaksi hidroisomerisasi parafin rendah, suatu penelitian dilakukan tentang pengaruh racun katalis normal butilamina pada reaksi hidroisomerisasi normal heptana dengan katalis bifungsional. Reaksi dehidrogenasi sikloheksana dilakukan untuk penelitian pengaruh racun katalis tersebut pada inti aktif logam katalis bifungsional. Penelitian dilakukan pada kondisi operasi : suhu dari 370o sampai 4000 C, takanan 20 kg/cm2 dan H2 /HC: 6 mol/mol pada alat Catatest Unit yang dioperasikan secara kontinu. Peranan inti-inti aktif katalis bifungsional pada mekanisme reaksi hidroisomerisasi parafin dan deaktivasi kedua jenis inti aktif dari katalis bifungsional oleh racun normal butil amina disajikan dalam makalah ini.
{"title":"Pengaruh Racun Butilamina pada Dehidrogenasi Sikloheksana dan Hidroisomerisasi N.heptana dengan Katalis Bifungsional","authors":"A. Nasution, E. Jasjfi, E. Legowo","doi":"10.29017/lpmgb.38.3.756","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.3.756","url":null,"abstract":"Merosotnya mutu minyak bumi, dan meningkatnya program langit biru yang menuntut spesifikasi bahan bakar bensin ramah lingkungan yang sangat ketat, menghasilkan penyempurnaan komposisi bensin dengan meningkatkan komponen bensin isomerat dan pembatasan proporsi reformat, bensin rengkahan katalitik, dan bensin polimer. Pencampuran komponen bensin isomerat tersebut dengan komponen bensin reformat akan meningkatkan distribusi angka oktana dengan sekaligus penurunan kadar benzena dan total aromat yang kadarnya dalam bensin dibatasi. Proses hidroisomerisasi umpan nafta dengan katalis hidroisomerisasi bi functional menghasilkan produk komponen bensin isomerat. Katalis bi functional tersebut mengandung inti aktif logam (Pt) dan inti aktif asam (A12 03 -C1,A12 O3 -SIO2 dan zeolit). Untuk meneliti mekanisme reaksi hidroisomerisasi parafin rendah, suatu penelitian dilakukan tentang pengaruh racun katalis normal butilamina pada reaksi hidroisomerisasi normal heptana dengan katalis bifungsional. Reaksi dehidrogenasi sikloheksana dilakukan untuk penelitian pengaruh racun katalis tersebut pada inti aktif logam katalis bifungsional. Penelitian dilakukan pada kondisi operasi : suhu dari 370o sampai 4000 C, takanan 20 kg/cm2 dan H2 /HC: 6 mol/mol pada alat Catatest Unit yang dioperasikan secara kontinu. Peranan inti-inti aktif katalis bifungsional pada mekanisme reaksi hidroisomerisasi parafin dan deaktivasi kedua jenis inti aktif dari katalis bifungsional oleh racun normal butil amina disajikan dalam makalah ini.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"131 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114003802","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Avtur adalah bahan bakar minyak (BBM) untuk pesawat terbang yang menggunakan mesin jet danturbo jet. Kandungan utama avtur ialah senyawa hidrokarbon seperti parafin (alkana jenuh), olefin(alkana tidak jenuh), naftena (sikloalkana), dan aromatik. Di samping itu terdapat senyawa ikutan dalamjumlah sangat kecil berupa air, garam, dan senyawa lainnya (Smith, 1970, Hobson dan Pohl, 1972).Indonesia terletak di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi dan kelembaban di sekitar ambangkritis. Kelembaban udara ini berpengaruh pada keterlarutan air dalam avtur. Adanya air dalam avturwalaupun sedikit sekali (30 ppm) akan membantu pertumbuhan mikroba, karena air merupakan bahanutama yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya. Bahanbahan lain adalah diperlukan untuk tumbuh terdapat dalam avtur, seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, dan mineral. Dalam keadaan lembab dan kehadiran unsur-unsur itu, besar kemungkinan mikroba dapat tumbuh dalam avtur. Hasil penelitian LEMIGAS, (1983), menunjukkan bahwa mikroba yang dapat tumbuh dalam avtur adalah bakteri, kapang, aktinomisetes, dan khamir. Paecilomyces sp. merupakan kapang yang paling banyak ditemukan dalam avtur di Indonesia (Sri Kadarwati, 1989). Menurut Domsch (1993) ada beberapa spesies dari Paecilomyces yang selain termotoleran dan dapat tumbuh dalam hidrokarbon juga dapat hidup di berbagai macam sumber karbon termasuk yang tidak lazim ditumbuhi mikroba. Atas dasar pertimbangan sifat-sifat Paecilomyces sp. tersebut yang juga merupakan kapang tropik, adalah menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, baik mengenai mekanisme maupun pengaruhnya. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan pengaruh mikroba khususnya kapang Paecilomyces sp. pada kualitas avtur di Indonesia dan mempelajari hasil biodegradasi. Di samping itu akan dikaji pula kemungkinan mekanisme biodegradasi tersebut.
{"title":"Biodegradasi Naftena dalam Avtur oleh Kapang Paecilomyces sp","authors":"Sri Kadarwati","doi":"10.29017/lpmgb.38.3.757","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.3.757","url":null,"abstract":"Avtur adalah bahan bakar minyak (BBM) untuk pesawat terbang yang menggunakan mesin jet danturbo jet. Kandungan utama avtur ialah senyawa hidrokarbon seperti parafin (alkana jenuh), olefin(alkana tidak jenuh), naftena (sikloalkana), dan aromatik. Di samping itu terdapat senyawa ikutan dalamjumlah sangat kecil berupa air, garam, dan senyawa lainnya (Smith, 1970, Hobson dan Pohl, 1972).Indonesia terletak di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi dan kelembaban di sekitar ambangkritis. Kelembaban udara ini berpengaruh pada keterlarutan air dalam avtur. Adanya air dalam avturwalaupun sedikit sekali (30 ppm) akan membantu pertumbuhan mikroba, karena air merupakan bahanutama yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya. Bahanbahan lain adalah diperlukan untuk tumbuh terdapat dalam avtur, seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, dan mineral. Dalam keadaan lembab dan kehadiran unsur-unsur itu, besar kemungkinan mikroba dapat tumbuh dalam avtur. Hasil penelitian LEMIGAS, (1983), menunjukkan bahwa mikroba yang dapat tumbuh dalam avtur adalah bakteri, kapang, aktinomisetes, dan khamir. Paecilomyces sp. merupakan kapang yang paling banyak ditemukan dalam avtur di Indonesia (Sri Kadarwati, 1989). Menurut Domsch (1993) ada beberapa spesies dari Paecilomyces yang selain termotoleran dan dapat tumbuh dalam hidrokarbon juga dapat hidup di berbagai macam sumber karbon termasuk yang tidak lazim ditumbuhi mikroba. Atas dasar pertimbangan sifat-sifat Paecilomyces sp. tersebut yang juga merupakan kapang tropik, adalah menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, baik mengenai mekanisme maupun pengaruhnya. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan pengaruh mikroba khususnya kapang Paecilomyces sp. pada kualitas avtur di Indonesia dan mempelajari hasil biodegradasi. Di samping itu akan dikaji pula kemungkinan mekanisme biodegradasi tersebut.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"275 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116436946","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada pengurasan minyak tahap secondary recovery, air diinjeksikan ke dalam reservoar untuk mendorong minyak ke lubang sumur. Di beberapa lapangan proses pendorongan menghasilkan efisiensi penyapuan (sweep efficiency) rendah. Hal tersebut dapat terjadi oleh beberapa faktor, selain mobilitas air jauh lebih tinggi dari pada minyak ada faktor lain yang sulit dikontrol yaitu: chanelling, thief zones, dan high permeability zones. Problema yang ada di dalam reservoar tersebut menyebabkan air injeksi akan mengalir melewati minyak dan terjadi water break through lebih awal. Teknologi untuk memperbaiki efisiensi penyapuan pada kasus di atas disebut selective plugging atau pro- file modification. Teknologi konvensional menggunakan gel, polimer, dan busa untuk memperbaiki efisiensi penyapuan. Teknologi ini mempunyai nisbah sukses yang rendah, terutama disebabkan penempatan gel yang sulit di reservoar. Teknologi terkini adalah Microbial Profile Modification (MPM) dengan menggunakan mikroba in situ yang menghasilkan biopolimer, biofilm, dan biomassa untuk menyumbat zona permeabilitas tinggi. Studi ini merupakan kajian laboratorium untuk mengamati seberapa besar terjadinya penurunan permeabilitas dari sebuah rancangan MPM yang akan diaplikasikan di lapangan.
{"title":"Studi Labolatorium “Microbial Profile Modification”","authors":"Sugihardjo Sugihardjo","doi":"10.29017/lpmgb.38.1.748","DOIUrl":"https://doi.org/10.29017/lpmgb.38.1.748","url":null,"abstract":"Pada pengurasan minyak tahap secondary recovery, air diinjeksikan ke dalam reservoar untuk mendorong minyak ke lubang sumur. Di beberapa lapangan proses pendorongan menghasilkan efisiensi penyapuan (sweep efficiency) rendah. Hal tersebut dapat terjadi oleh beberapa faktor, selain mobilitas air jauh lebih tinggi dari pada minyak ada faktor lain yang sulit dikontrol yaitu: chanelling, thief zones, dan high permeability zones. Problema yang ada di dalam reservoar tersebut menyebabkan air injeksi akan mengalir melewati minyak dan terjadi water break through lebih awal. Teknologi untuk memperbaiki efisiensi penyapuan pada kasus di atas disebut selective plugging atau pro- file modification. Teknologi konvensional menggunakan gel, polimer, dan busa untuk memperbaiki efisiensi penyapuan. Teknologi ini mempunyai nisbah sukses yang rendah, terutama disebabkan penempatan gel yang sulit di reservoar. Teknologi terkini adalah Microbial Profile Modification (MPM) dengan menggunakan mikroba in situ yang menghasilkan biopolimer, biofilm, dan biomassa untuk menyumbat zona permeabilitas tinggi. Studi ini merupakan kajian laboratorium untuk mengamati seberapa besar terjadinya penurunan permeabilitas dari sebuah rancangan MPM yang akan diaplikasikan di lapangan.","PeriodicalId":281406,"journal":{"name":"Lembaran publikasi minyak dan gas bumi","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125370566","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}