Pub Date : 2021-08-26DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i8.p11
Ni Putu Radha Premaiswari Suparthika, K. Tirtayasa, I. Adiatmika
Setiap individu berhak menentukan pola hidupnya dengan harapan dapat melangsungkan hidup yang sejahtera dan sehat, salah satunya adalah penerapan pola hidup lacto vegetarian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola hidup lacto vegetarian terhadap siklus menstruasi wanita. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner menstruasi dan FoodbFrequency Questionnaire (FFQ). Sampel merupakan perempuan dewasa berusia 18-25 tahun yang berkunjung ke pesraman Sri Sri Radha Rasesvara dan memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 45 sampel yang dilibatkan dalam penelitian dan diperoleh hasil yaitu: 1) tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat, protein, lemak, serat, energi, fitoestrogen terhadap siklus menstruasi wanita, 2) tidak terdapat hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan siklus menstruasi wanita yang menerapkan pola hidup lacto vegetarian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis sampel yang digunakan dan kadar estrogen endogen yang mempengaruhi efek fitoestrogen dalam tubuh. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola hidup lacto vegetarian terhadap siklus menstruasi wanita di pesraman Sri Sri Radha Rasesvara. Kata kunci : Lacto vegetarian, Menstruasi, IMT
每个人都有权决定自己的生活模式,希望自己能够维持健康的生活,其中之一就是应用乳素生活模式。本研究旨在分析乳素生活模式与女性月经周期之间的关系。使用月经队列和FoodbFrequency问卷(FFQ)收集数据。样本是一名18-25岁的女性,她访问了Sri Sri Radha Rasesvara,符合入选标准。参与研究的多达45个样本和获得的结果是:(1)碳水化合物、蛋白质、脂肪、血清、能量、植物甾醇的假设与女性月经周期之间没有相关性;(2)身体时间指数(IMT)与采用乳素生活方式的女性月经周期没有相关性。这是由于所用样品的类型和影响体内植物甾醇效应的内源性雌激素的比率不同。可以得出结论,在Sri-Sri-Radha Rasesvara项目中,乳素生活模式与女性月经周期之间没有显著关系。关键词:素食乳糖,月经,IMT
{"title":"HUBUNGAN POLA HIDUP LACTO VEGETARIAN TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI WANITA DI PESRAMAN SRI SRI RADHA RASESVARA BADUNG","authors":"Ni Putu Radha Premaiswari Suparthika, K. Tirtayasa, I. Adiatmika","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i8.p11","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i8.p11","url":null,"abstract":"Setiap individu berhak menentukan pola hidupnya dengan harapan dapat melangsungkan hidup yang sejahtera dan sehat, salah satunya adalah penerapan pola hidup lacto vegetarian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola hidup lacto vegetarian terhadap siklus menstruasi wanita. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner menstruasi dan FoodbFrequency Questionnaire (FFQ). Sampel merupakan perempuan dewasa berusia 18-25 tahun yang berkunjung ke pesraman Sri Sri Radha Rasesvara dan memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 45 sampel yang dilibatkan dalam penelitian dan diperoleh hasil yaitu: 1) tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat, protein, lemak, serat, energi, fitoestrogen terhadap siklus menstruasi wanita, 2) tidak terdapat hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan siklus menstruasi wanita yang menerapkan pola hidup lacto vegetarian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis sampel yang digunakan dan kadar estrogen endogen yang mempengaruhi efek fitoestrogen dalam tubuh. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola hidup lacto vegetarian terhadap siklus menstruasi wanita di pesraman Sri Sri Radha Rasesvara. \u0000Kata kunci : Lacto vegetarian, Menstruasi, IMT","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45893622","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-26DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i8.p12
Ni Wayan Saka Rahayu, Bagus Komang Satriyasa, Made Jawi, Ni Wayan Sucindra Dewi
Latar Belakang: Upaya pemerintah untuk mengatur kepadatan jumlah penduduk adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Menurut data BKKBN, penggunaan kontrasepsi pada pria lebih sedikit dibandingkan perempuan. Rendahnya partisipasi pria dalam Keluarga Berencana dikarenakan ketersediaan kontrasepsi pria yang minimal. Kontrasepsi pria bisa didapat dari bahanaalam seperti biji pepaya muda (Carica papaya L.) memiliki kandungan bersifat anti fertilitas. Hasil dan Pembahasan: Penelitian ini menggunakan metode True Experimental Post Test Only Control Group Design. Sampel dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok kontrol (P0), kelompok perlakuan 1 (P1) dan kelompok perlakuan 2 (P2) dengan masing-masing jumlah sampel 10 ekor mencit (Mus Musculus L.) setiap kelompok. Data dianalisis menggunakan SPSS. Ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) tidak berpengaruh terhadap kopulasi mencit, didapatkan nilai p 0,342 (p>0,05). Ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) berpengaruh signifikan terhadap jumlah anakan mencit (Mus Musculus L.) didapatkan nilai p <0,001. Ekstrak biji papaya muda (Carica papaya L.) berpengaruh signifikan terhadap kategori kehamilan mencit (Mus Musculus L.) didapatkan nilai p <0,001. Ekstrak biji papaya muda (Carica papaya L.) tidak berpengaruh terhadap kopulasi mencit disebabkan oleh regulasi umpan balik negatif sistem hipotalamus-hipofisis, sehingga hormon testosteron masih dalam kadar normal. Ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) berpengaruh terhadap jumlah anakan mencit disebabkan oleh kandungan ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) yang bersifat anti fertilitas. Kesimpulan : Ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) tidak berpengaruh terhadap kopulasi mencit (Mus Musculus L.) , sedangkan berpengaruh terhadap jumlah anakan mencit (Mus Musculus L.) Kata kunci : Ekstrak biji pepaya muda, kopulasi mencit, jumlah anakan mencit
{"title":"PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA MUDA (Carica papaya L.) TERHADAP KOPULASI DAN JUMLAH ANAKAN MENCIT (Mus musculus L.)","authors":"Ni Wayan Saka Rahayu, Bagus Komang Satriyasa, Made Jawi, Ni Wayan Sucindra Dewi","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i8.p12","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i8.p12","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Upaya pemerintah untuk mengatur kepadatan jumlah penduduk adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Menurut data BKKBN, penggunaan kontrasepsi pada pria lebih sedikit dibandingkan perempuan. Rendahnya partisipasi pria dalam Keluarga Berencana dikarenakan ketersediaan kontrasepsi pria yang minimal. Kontrasepsi pria bisa didapat dari bahanaalam seperti biji pepaya muda (Carica papaya L.) memiliki kandungan bersifat anti fertilitas. Hasil dan Pembahasan: Penelitian ini menggunakan metode True Experimental Post Test Only Control Group Design. Sampel dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok kontrol (P0), kelompok perlakuan 1 (P1) dan kelompok perlakuan 2 (P2) dengan masing-masing jumlah sampel 10 ekor mencit (Mus Musculus L.) setiap kelompok. Data dianalisis menggunakan SPSS. Ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) tidak berpengaruh terhadap kopulasi mencit, didapatkan nilai p 0,342 (p>0,05). Ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) berpengaruh signifikan terhadap jumlah anakan mencit (Mus Musculus L.) didapatkan nilai p <0,001. Ekstrak biji papaya muda (Carica papaya L.) berpengaruh signifikan terhadap kategori kehamilan mencit (Mus Musculus L.) didapatkan nilai p <0,001. Ekstrak biji papaya muda (Carica papaya L.) tidak berpengaruh terhadap kopulasi mencit disebabkan oleh regulasi umpan balik negatif sistem hipotalamus-hipofisis, sehingga hormon testosteron masih dalam kadar normal. Ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) berpengaruh terhadap jumlah anakan mencit disebabkan oleh kandungan ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) yang bersifat anti fertilitas. Kesimpulan : Ekstrak biji pepaya muda (Carica papaya L.) tidak berpengaruh terhadap kopulasi mencit (Mus Musculus L.) , sedangkan berpengaruh terhadap jumlah anakan mencit (Mus Musculus L.) \u0000Kata kunci : Ekstrak biji pepaya muda, kopulasi mencit, jumlah anakan mencit","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42012216","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-26DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i8.p10
Kadek Kristian Dwi Cahya, Komang Andi Dwi Saputra, Agus Rudi Asthuta, Sari Wulan Dwi Sutanegara
Gangguan pendengaran ialah keadaan kurang mampu mendengarkan sebagian atau bisa juga keseluruhan pada salah satu atau kedua telinga. Kejadian gangguan pendengaran insidennya 40-45% pada lansia diatas 75 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita yang menjalani pemeriksaan pendengaran di Poliklinik THT-KL RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018. Deskriptif merupakan jenis pada penelitian ini dengan rancangan studi potong-lintang. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dan terkumpul sebanyak 331 sampel terbanyak terjadi pada laki-laki sebanyak 208 orang (62,8%) kemudian paling sering pada golongan usia 0-5 tahun tercatat sebanyak 127 orang (38,4%), paling banyak melakukan tes pemeriksaan audiometri sebanyak 190 orang (57,4%) dengan diagnosis gangguan pendengaran yang lebih dominan tercatat sebanyak 118 orang (35,6%) dan hasil pemeriksaan paling sering adalah tuli sangat berat sebanyak 75 orang (22,7%) pada telinga kanan, sedangkan pada telinga kiri didominasi oleh hasil pemeriksaan normal sebanyak 88 orang (26,6%). Lebih dari 50% penderita gangguan pendengaran berjenis kelamin laki – laki dan dengan pemeriksaan audiometri sebanyak 57%. Untuk kelompok usia, diagnosis yang paling sering ditemukan serta hasil pemeriksaan berturut turut dengan kelompok usia 0-5 tahun tertinggi sebanyak 127 orang, diagnosis yang paling sering ditemukan pada telinga kanan adalah tuli derajat berat sedangkan pada telinga kiri ditemukan dominan dalam keadaan normal. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan spesifik sehingga menjadi pengembangan bagi penelitian analitik selanjutnya. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, usia, jenis kelamin, diagnosis, jenis pemeriksaan, hasil pemeriksaan audiometri, RSUP Sanglah Denpasar
{"title":"KARAKTERISTIK PENDERITA YANG MENJALANI PEMERIKSAAN PENDENGARAN DI POLIKLINIK THT-KL RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2018","authors":"Kadek Kristian Dwi Cahya, Komang Andi Dwi Saputra, Agus Rudi Asthuta, Sari Wulan Dwi Sutanegara","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i8.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i8.p10","url":null,"abstract":"Gangguan pendengaran ialah keadaan kurang mampu mendengarkan sebagian atau bisa juga keseluruhan pada salah satu atau kedua telinga. Kejadian gangguan pendengaran insidennya 40-45% pada lansia diatas 75 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita yang menjalani pemeriksaan pendengaran di Poliklinik THT-KL RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018. Deskriptif merupakan jenis pada penelitian ini dengan rancangan studi potong-lintang. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dan terkumpul sebanyak 331 sampel terbanyak terjadi pada laki-laki sebanyak 208 orang (62,8%) kemudian paling sering pada golongan usia 0-5 tahun tercatat sebanyak 127 orang (38,4%), paling banyak melakukan tes pemeriksaan audiometri sebanyak 190 orang (57,4%) dengan diagnosis gangguan pendengaran yang lebih dominan tercatat sebanyak 118 orang (35,6%) dan hasil pemeriksaan paling sering adalah tuli sangat berat sebanyak 75 orang (22,7%) pada telinga kanan, sedangkan pada telinga kiri didominasi oleh hasil pemeriksaan normal sebanyak 88 orang (26,6%). Lebih dari 50% penderita gangguan pendengaran berjenis kelamin laki – laki dan dengan pemeriksaan audiometri sebanyak 57%. Untuk kelompok usia, diagnosis yang paling sering ditemukan serta hasil pemeriksaan berturut turut dengan kelompok usia 0-5 tahun tertinggi sebanyak 127 orang, diagnosis yang paling sering ditemukan pada telinga kanan adalah tuli derajat berat sedangkan pada telinga kiri ditemukan dominan dalam keadaan normal. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan spesifik sehingga menjadi pengembangan bagi penelitian analitik selanjutnya. \u0000Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, usia, jenis kelamin, diagnosis, jenis pemeriksaan, hasil pemeriksaan audiometri, RSUP Sanglah Denpasar","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47707620","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i7.p06
I. Heryawan, I. D. M. Sukrama, Ida Sri Iswari, Komang Januartha Putra Pinatih
Malnutrisi menjadi salah satu faktor penting dalam infeksi TB. Pada pasien TB, umumnya terjadi penurunan status gizi menjadi rendah. Dengan kebutuhan metabolik yang meningkat, tanpa diiringi asupan gizi yang baik maka akan mengakibatkan malnutrisi. Apabila hal ini tidak ditangani maka akan memperparah kondisi pasien yang terinfeksi TB. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan indeks massa tubuh dan kadar albumin serum pada pasien tuberkulosis di RSU Ganehsa Gianyar. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel 68 pasien TB di RSU Ganesha Gianyar pada tahun 2019. Pengambilan data menggunakan rekam medik untuk melihat berat badan dan tinggi badan untuk penghitungan IMT dan kadar albumin serum pasien. Analisis menggunakan uji Chi-square dan uji Pearson untuk menilai hubungan dan korelasi IMT dan kadar albumin serum. Hasil yang didapat adalah adanya hubungan yang bermakna antara IMT dan kadar albumin serum pasien TB (p<0.000) dengan korelasi yang positif dan sangat kuat (r = 0.867).Kata kunci : tuberkulosis, indeks massa tubuh, kadar albumin serum
{"title":"HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ALBUMIN SERUM PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM GANESHA GIANYAR TAHUN 2019","authors":"I. Heryawan, I. D. M. Sukrama, Ida Sri Iswari, Komang Januartha Putra Pinatih","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i7.p06","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i7.p06","url":null,"abstract":"Malnutrisi menjadi salah satu faktor penting dalam infeksi TB. Pada pasien TB, umumnya terjadi penurunan status gizi menjadi rendah. Dengan kebutuhan metabolik yang meningkat, tanpa diiringi asupan gizi yang baik maka akan mengakibatkan malnutrisi. Apabila hal ini tidak ditangani maka akan memperparah kondisi pasien yang terinfeksi TB. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan indeks massa tubuh dan kadar albumin serum pada pasien tuberkulosis di RSU Ganehsa Gianyar. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel 68 pasien TB di RSU Ganesha Gianyar pada tahun 2019. Pengambilan data menggunakan rekam medik untuk melihat berat badan dan tinggi badan untuk penghitungan IMT dan kadar albumin serum pasien. Analisis menggunakan uji Chi-square dan uji Pearson untuk menilai hubungan dan korelasi IMT dan kadar albumin serum. Hasil yang didapat adalah adanya hubungan yang bermakna antara IMT dan kadar albumin serum pasien TB (p<0.000) dengan korelasi yang positif dan sangat kuat (r = 0.867).Kata kunci : tuberkulosis, indeks massa tubuh, kadar albumin serum","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68912286","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i7.p05
Agatha Nadya Lianto, .. Muliani, I. N. Gede Wardana, .. Yuliana
Neck pain is felt in the posterior cervical region. Neck pain is placed fourth on the global burden of musculoskeletal at the World Health Organization and impacts a person’s productivity. The cause of neck pain itself cannot be clearly identified, but several risk factors are associated with neck pain. For example, age, occupation, sitting posture, duration of sitting, stress, body mass index, smoking history and gender. This study aims to determine the relationship between duration and sitting posture on the occurrence of neck pain in students of the Faculty of Medicine, Udayana University. This study is a cross-sectional analytic study that uses the NDI (Neck Disability Index) questionnaire. Neck pain intensity poin used to assess the occurrence of neck pain. This study had 206 research subjects. The data were analyzed using IBM SPSS statistic version 20. The chi-square test results showed that a significance value of 0.338 for the relation between sitting duration and the occurrence of neck pain, and a value of 0.949 for the relation between sitting posture and the occurrence of neck pain. From the analysis, it was found that there were no correlation between sitting duration and sitting posture on the occurrence of neck pain in students of the Faculty of Medicine, University of Udayana. It is necessary to do further research on other factors that can cause neck pain in students. Keywords : neck pain, sitting duration, sitting posture, Neck Disability Index
{"title":"Hubungan Durasi dan Postur Duduk terhadap Terjadinya Nyeri Leher Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana","authors":"Agatha Nadya Lianto, .. Muliani, I. N. Gede Wardana, .. Yuliana","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i7.p05","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i7.p05","url":null,"abstract":"Neck pain is felt in the posterior cervical region. Neck pain is placed fourth on the global burden of musculoskeletal at the World Health Organization and impacts a person’s productivity. The cause of neck pain itself cannot be clearly identified, but several risk factors are associated with neck pain. For example, age, occupation, sitting posture, duration of sitting, stress, body mass index, smoking history and gender. This study aims to determine the relationship between duration and sitting posture on the occurrence of neck pain in students of the Faculty of Medicine, Udayana University. This study is a cross-sectional analytic study that uses the NDI (Neck Disability Index) questionnaire. Neck pain intensity poin used to assess the occurrence of neck pain. This study had 206 research subjects. The data were analyzed using IBM SPSS statistic version 20. The chi-square test results showed that a significance value of 0.338 for the relation between sitting duration and the occurrence of neck pain, and a value of 0.949 for the relation between sitting posture and the occurrence of neck pain. From the analysis, it was found that there were no correlation between sitting duration and sitting posture on the occurrence of neck pain in students of the Faculty of Medicine, University of Udayana. It is necessary to do further research on other factors that can cause neck pain in students. \u0000Keywords : neck pain, sitting duration, sitting posture, Neck Disability Index","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42770657","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i7.p11
Anak Agung Istri Shania Kemala, Desak Made Wihandani, I.A.D. Wiryanthini
ABSTRAK Vegetarian adalah diet yang tidak mengonsumsi daging, terdiri dari vegan, lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian. Banyak penelitian yang menyebutkan penganut diet vegetarian mengonsumsi karbohidrat berlebih, berupa daging tiruan atau daging analog. Kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi profil lipid. Karbohidrat berlebih akan diubah menjadi lemak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan zat gizi dengan profil lipid pada diet vegetarian di Kota Denpasar. Metode yang digunakan adalah cross sectional study. Sampel pada penelitian ini sebanyak 31 anggota Pasraman Sri-sri Jagannath Gaurangga di Denpasar. Analisis hubungan asupan zat gizi dengan profil lipid menggunakan uji Pearson. Didapatkan rerata asupan zat gizi karbohidrat sebesar 1045,70±309,68, asupan protein 280,24±1129,22, asupan lemak 180,77±81,15, asupan serat 111,95±46,90. Pada pemeriksaan profil lipid didapatkan kadar kolesterol total sebesar 198,10±45,13, kadar trigliserida (TG) 419,90±111,61, kadar Low Density Lipoprotein (LDL) 53,18±29,87, kadar High Density Lipoprotein (HDL) 47,04±7,95. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan asupan protein dengan kadar kolesterol total berpengaruh signifikan p<0,05 (r= -0,376; p= 0,037) begitu pula terhadap kadar trigliserida (r= -0,402; p= 0,030). Hubungan asupan serat juga ditemukan berpengaruh signifikan dengan kadar kolesterol total p<0,05 (r=-0,427;p=0,016), namun tidak ditemukan adanya pengaruh signifikan antara asupan karbohidrat dengan kadar HDL (p=0,564) dan LDL (p=0,090), antara protein dengan kadar HDL (p=0,168) dan LDL (p=0,717), antara lemak dengan kadar HDL (p=0,921) dan LDL (p=0,932), antara serat dengan kadar HDL (p=0,996) dan LDL (p=0,546). Dapat disimpulkan bahwa asupan protein berpengaruh signifikan terhadap kadar kolesterol total dan TG; asupan serat berpengaruh signifikan terhadap kadar kolesterol total namun tidak pada kadar TG. Kata Kunci: vegetarian, asupan zat gizi, profil lipid
{"title":"HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN PROFIL LIPID PADA DIET VEGETARIAN DI KOTA DENPASAR","authors":"Anak Agung Istri Shania Kemala, Desak Made Wihandani, I.A.D. Wiryanthini","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i7.p11","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i7.p11","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Vegetarian adalah diet yang tidak mengonsumsi daging, terdiri dari vegan, lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian. Banyak penelitian yang menyebutkan penganut diet vegetarian mengonsumsi karbohidrat berlebih, berupa daging tiruan atau daging analog. Kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi profil lipid. Karbohidrat berlebih akan diubah menjadi lemak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan zat gizi dengan profil lipid pada diet vegetarian di Kota Denpasar. Metode yang digunakan adalah cross sectional study. Sampel pada penelitian ini sebanyak 31 anggota Pasraman Sri-sri Jagannath Gaurangga di Denpasar. Analisis hubungan asupan zat gizi dengan profil lipid menggunakan uji Pearson. Didapatkan rerata asupan zat gizi karbohidrat sebesar 1045,70±309,68, asupan protein 280,24±1129,22, asupan lemak 180,77±81,15, asupan serat 111,95±46,90. Pada pemeriksaan profil lipid didapatkan kadar kolesterol total sebesar 198,10±45,13, kadar trigliserida (TG) 419,90±111,61, kadar Low Density Lipoprotein (LDL) 53,18±29,87, kadar High Density Lipoprotein (HDL) 47,04±7,95. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan asupan protein dengan kadar kolesterol total berpengaruh signifikan p<0,05 (r= -0,376; p= 0,037) begitu pula terhadap kadar trigliserida (r= -0,402; p= 0,030). Hubungan asupan serat juga ditemukan berpengaruh signifikan dengan kadar kolesterol total p<0,05 (r=-0,427;p=0,016), namun tidak ditemukan adanya pengaruh signifikan antara asupan karbohidrat dengan kadar HDL (p=0,564) dan LDL (p=0,090), antara protein dengan kadar HDL (p=0,168) dan LDL (p=0,717), antara lemak dengan kadar HDL (p=0,921) dan LDL (p=0,932), antara serat dengan kadar HDL (p=0,996) dan LDL (p=0,546). Dapat disimpulkan bahwa asupan protein berpengaruh signifikan terhadap kadar kolesterol total dan TG; asupan serat berpengaruh signifikan terhadap kadar kolesterol total namun tidak pada kadar TG. \u0000 \u0000Kata Kunci: vegetarian, asupan zat gizi, profil lipid","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47070173","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i7.p18
William Abraham, I. Dewa, Ayu Inten, Dwi Primayanti, I. Made, Krisna Dinata
ABSTRAK Kebugaran jasmani seseorang dapat di uji dengan cara menguji ketahanan kardiorespirasi ataupun daya tahan kardiorespirasi seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan kardiorespirasi pelatih kebugran di pusat kebugaran “X”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan dengan teknik pengambilan data menggunakan uji ketahanan kardiorespirasi. Populasi adalah seluruh pelatih kebugaran yang berada di pusat kebugaran “X” sejumlah 15 orang yang terdiri 11 pria dan 4 wanita yang diambil dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketahanan kardiorepirasi pada penelitian ini adalah dengan tes cooper. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yang di representasikan dalam bentuk persentase. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Tingkat ketahanan kardiorespirasi pada pelatih kebugaran pria di pusat kebugaran “X” di Denpasar, Bali berada pada kategori “kurang baik“ sebesar 18,18 % ( 2 orang), kategori “cukup” sebesar 63,64% ( 7 orang), kategori “baik” sebesar 18,18% (2 orang). (2) Tingkat ketahanan kardiorespirasi pada pelatih kebugaran wanita di suatu pusat kebugaran di Denpasar, Bali berada pada kategori “kurang baik“ sebesar 25% ( 1 orang), kategori “cukup” sebesar 50% ( 2 orang), kategori “baik” sebesar 25% (2 orang). (3) Tingkat ketahanan kardiorespirasi pada pelatih kebugaran pria dan wanita di suatu pusat kebugaran di Denpasar, Bali berada pada kategori “kurang baik“ sebesar 20% (3 orang), kategori “cukup” sebesar 60% ( 9 orang), kategori “baik” sebesar 20% (3 orang). Kata Kunci : Ketahanan kardiorespirasi, Pelatih Kebugaran, Tes cooper.
{"title":"TINGKAT KETAHANAN KARDIORESPIRASI PADA PELATIH KEBUGARAN DI PUSAT KEBUGARAN “X\"","authors":"William Abraham, I. Dewa, Ayu Inten, Dwi Primayanti, I. Made, Krisna Dinata","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i7.p18","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i7.p18","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000 \u0000Kebugaran jasmani seseorang dapat di uji dengan cara menguji ketahanan kardiorespirasi ataupun daya tahan kardiorespirasi seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan kardiorespirasi pelatih kebugran di pusat kebugaran “X”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan dengan teknik pengambilan data menggunakan uji ketahanan kardiorespirasi. Populasi adalah seluruh pelatih kebugaran yang berada di pusat kebugaran “X” sejumlah 15 orang yang terdiri 11 pria dan 4 wanita yang diambil dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketahanan kardiorepirasi pada penelitian ini adalah dengan tes cooper. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yang di representasikan dalam bentuk persentase. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Tingkat ketahanan kardiorespirasi pada pelatih kebugaran pria di pusat kebugaran “X” di Denpasar, Bali berada pada kategori “kurang baik“ sebesar 18,18 % ( 2 orang), kategori “cukup” sebesar 63,64% ( 7 orang), kategori “baik” sebesar 18,18% (2 orang). (2) Tingkat ketahanan kardiorespirasi pada pelatih kebugaran wanita di suatu pusat kebugaran di Denpasar, Bali berada pada kategori “kurang baik“ sebesar 25% ( 1 orang), kategori “cukup” sebesar 50% ( 2 orang), kategori “baik” sebesar 25% (2 orang). (3) Tingkat ketahanan kardiorespirasi pada pelatih kebugaran pria dan wanita di suatu pusat kebugaran di Denpasar, Bali berada pada kategori “kurang baik“ sebesar 20% (3 orang), kategori “cukup” sebesar 60% ( 9 orang), kategori “baik” sebesar 20% (3 orang). \u0000 \u0000Kata Kunci : Ketahanan kardiorespirasi, Pelatih Kebugaran, Tes cooper.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45394632","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i7.p12
Silvia Indriani, I. S. M. Dewi, Ni Putu Sriwidyani, N. Ekawati
ABSTRAK Latar Belakang: Kelainan nodul tiroid cukup banyak ditemukan di masyarakat. Insiden nodul tiroid meningkat seiring usianya bertambah dan wanita memiliki kejadian lebih tinggi dari laki-laki. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kliniko histopatologi nodul tiroid dari 1 Januari 2016–31 Desember 2017 di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif crosssectional retrospective yang diperoleh dari data rekam medis pasien di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 22.0. Hasil: Didapatkan penderita nodul tiroid sebanyak 330 orang. Distribusi perempuan lebih banyak (84,5%) dibandingkan laki–laki (15,5%), dengan rentang umur terbanyak terjadi pada usia 41–50 tahun dan 51–60 tahun yaitu masing-masing 89 (27,0%) kasus. Diagnosis terbanyak adalah penderita non neoplastik sebanyak 206 (62,4%) kasus, dengan lateralisasi terbanyak terjadi di seluruh bagian tiroid sebanyak 233 (70,6%) kasus. Kesimpulan: kelainan nodul tiroid cenderung lebih banyak pada perempuan dengan usia 41-60 tahun, bersifat jinak dan terjadi pada seluruh lobus tiroid. Kata kunci: Nodul tiroid, Kliniko histopatologi
{"title":"KARAKTERISTIK KLINIKO HISTOPATOLOGI NODUL TIROID DARI 1 JANUARI 2016 – 31 DESEMBER 2017 DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/ RSUP SANGLAH DENPASAR","authors":"Silvia Indriani, I. S. M. Dewi, Ni Putu Sriwidyani, N. Ekawati","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i7.p12","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i7.p12","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Latar Belakang: Kelainan nodul tiroid cukup banyak ditemukan di masyarakat. Insiden nodul tiroid meningkat seiring usianya bertambah dan wanita memiliki kejadian lebih tinggi dari laki-laki. \u0000Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kliniko histopatologi nodul tiroid dari 1 Januari 2016–31 Desember 2017 di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif crosssectional retrospective yang diperoleh dari data rekam medis pasien di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 22.0. \u0000Hasil: Didapatkan penderita nodul tiroid sebanyak 330 orang. Distribusi perempuan lebih banyak (84,5%) dibandingkan laki–laki (15,5%), dengan rentang umur terbanyak terjadi pada usia 41–50 tahun dan 51–60 tahun yaitu masing-masing 89 (27,0%) kasus. Diagnosis terbanyak adalah penderita non neoplastik sebanyak 206 (62,4%) kasus, dengan lateralisasi terbanyak terjadi di seluruh bagian tiroid sebanyak 233 (70,6%) kasus. \u0000Kesimpulan: kelainan nodul tiroid cenderung lebih banyak pada perempuan dengan usia 41-60 tahun, bersifat jinak dan terjadi pada seluruh lobus tiroid. \u0000 \u0000Kata kunci: Nodul tiroid, Kliniko histopatologi","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43189480","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i7.p07
Jonathan Yoshua Patuan
Cervical cancer is a malignant disease that attacks the cervix uteri. Before the cancer phase, it will begin with precancerous lesions or Squamous Intraepithelial Lesion (SIL), which often do not cause complaints or symptoms. Therefore, regular screening is needed to detect precancerous lesions. One of the most widely used screening programs is the Pap smear method. The purpose of this study was to determine the clinicopathological characteristics of SIL patients at Sanglah Hospital Denpasar in 2018 - 2019. This study was a descriptive study with a cross sectional study design. Total sampling was carried out by collecting secondary patient data recorded in the form archive and the results of the histopathological examination of uterine cervical biopsy at the Anatomical Pathology Laboratory of Sanglah Hospital Denpasar in 2018 - 2019. The patient data collected were in the form of age, biopsy indications, and the degree of SIL. The samples collected in this study were 177 samples of SIL patients, with the most cases in the 41-50 years age category, namely 73 people (41.2%). The mean age of LSIL patients was 41.5 years and HSIL patients were 39.7 years. The findings of the previous abnormal pap smear results as an indication of a biopsy were found to be the most, namely 73 people (41.3%), and the highest degree of SIL was HSIL as many as 94 people (53.1%). Keywords: precancerous lesions, cervix, SIL, Sanglah Hospital Denpasar
{"title":"CLINICAL CHARACTERISTICS OF SQUAMOUS INTRAEPITHELIAL LESION (SIL) PATIENTS AT SANGLAH RSUP DENPASAR 2015-2019","authors":"Jonathan Yoshua Patuan","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i7.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i7.p07","url":null,"abstract":"Cervical cancer is a malignant disease that attacks the cervix uteri. Before the cancer phase, it will begin with precancerous lesions or Squamous Intraepithelial Lesion (SIL), which often do not cause complaints or symptoms. Therefore, regular screening is needed to detect precancerous lesions. One of the most widely used screening programs is the Pap smear method. The purpose of this study was to determine the clinicopathological characteristics of SIL patients at Sanglah Hospital Denpasar in 2018 - 2019. This study was a descriptive study with a cross sectional study design. Total sampling was carried out by collecting secondary patient data recorded in the form archive and the results of the histopathological examination of uterine cervical biopsy at the Anatomical Pathology Laboratory of Sanglah Hospital Denpasar in 2018 - 2019. The patient data collected were in the form of age, biopsy indications, and the degree of SIL. The samples collected in this study were 177 samples of SIL patients, with the most cases in the 41-50 years age category, namely 73 people (41.2%). The mean age of LSIL patients was 41.5 years and HSIL patients were 39.7 years. The findings of the previous abnormal pap smear results as an indication of a biopsy were found to be the most, namely 73 people (41.3%), and the highest degree of SIL was HSIL as many as 94 people (53.1%). \u0000Keywords: precancerous lesions, cervix, SIL, Sanglah Hospital Denpasar","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46235550","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i7.p16
Vennesia Stephany, Elysanti Dwi Martadiani, F. Sitanggang, Dewa Gde Mahiswara Suadiatmika
ABSTRAK Cedera servikal adalah suatu keadaan darurat medis yang memerlukan perawatan yang sesegera dan setepat mungkin. Identifikasi cedera diperlukan sesegera mungkin untuk menghindari prognosis lebih buruk, salah satu caranya adalah dengan pemeriksaan penunjang radiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik cedera dan persentase gambaran radiografi yang dapat ditemui pada radiografi polos dan CT-Scan di RSUP Sanglah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif melihat dari catatan rekam medis pasien cedera servikal dengan pemeriksaan penunjang radiografi polos atau CT Scan di RSUP Sanglah pada periode Januari – Desember 2018 dengan sampel sebanyak 34 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Radiografi polos lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan cedera servikal sebanyak 31 pasien (57,4%). Bagian anatomi dari servikal yang paling sering cedera adalah badan vertebra sejumlah 37 kasus (45,7%). Lokasi cedera terbanyak ada pada level C6 dan C5 pada radiografi polos (25,9%) dan CT Scan (29,4%), dan pada cedera multilevel paling banyak terdapat pada level C3-C4 pada radiografi polos (29,2%) dan CT Scan (28,6%). Pada radiografi polos ditemukan lebih banyak gambaran listesis sebanyak 13 kasus (31,8%) dan kompresi pada diskus sebanyak 20 kasus (48,8%), dan tidak ada temuan untuk gambaran stenosis dan pelebaran jarak atlantodental. Pada modalitas CT Scan lebih banyak ditemukan gambaran retropulsi sebanyak 5 kasus (12,5%), stenosis sebanyak 7 kasus (17,5%), dislokasi facet sebanyak 3 kasus (7,5%), dan pelebaran jarak atlantodental sebanyak 1 kasus (2,5%). Kata kunci : cedera servikal, radiografi polos, CT scan
{"title":"KARAKTERISTIK GAMBARAN RADIOGRAFI POLOS DAN CT SCAN PADA KASUS CEDERA SERVIKAL DI RSUP SANGLAH BALI PERIODE JANUARI - DESEMBER 2018","authors":"Vennesia Stephany, Elysanti Dwi Martadiani, F. Sitanggang, Dewa Gde Mahiswara Suadiatmika","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i7.p16","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i7.p16","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000 \u0000Cedera servikal adalah suatu keadaan darurat medis yang memerlukan perawatan yang sesegera dan setepat mungkin. Identifikasi cedera diperlukan sesegera mungkin untuk menghindari prognosis lebih buruk, salah satu caranya adalah dengan pemeriksaan penunjang radiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik cedera dan persentase gambaran radiografi yang dapat ditemui pada radiografi polos dan CT-Scan di RSUP Sanglah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif melihat dari catatan rekam medis pasien cedera servikal dengan pemeriksaan penunjang radiografi polos atau CT Scan di RSUP Sanglah pada periode Januari – Desember 2018 dengan sampel sebanyak 34 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Radiografi polos lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan cedera servikal sebanyak 31 pasien (57,4%). Bagian anatomi dari servikal yang paling sering cedera adalah badan vertebra sejumlah 37 kasus (45,7%). Lokasi cedera terbanyak ada pada level C6 dan C5 pada radiografi polos (25,9%) dan CT Scan (29,4%), dan pada cedera multilevel paling banyak terdapat pada level C3-C4 pada radiografi polos (29,2%) dan CT Scan (28,6%). Pada radiografi polos ditemukan lebih banyak gambaran listesis sebanyak 13 kasus (31,8%) dan kompresi pada diskus sebanyak 20 kasus (48,8%), dan tidak ada temuan untuk gambaran stenosis dan pelebaran jarak atlantodental. Pada modalitas CT Scan lebih banyak ditemukan gambaran retropulsi sebanyak 5 kasus (12,5%), stenosis sebanyak 7 kasus (17,5%), dislokasi facet sebanyak 3 kasus (7,5%), dan pelebaran jarak atlantodental sebanyak 1 kasus (2,5%). \u0000Kata kunci : cedera servikal, radiografi polos, CT scan","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48897400","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}