Pendahuluan: Salah satu masalah kulit yang biasa dijumpai adalah jerawat. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi jerawat yaitu daun jambu biji. Tujuan: Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak yang tepat dalam pembuatan masker yang baik digunakan. Metode: Sediaaan masker krim dibuaat dengan berbagai variasi konsentrasi yaitu konsentasi 3%, 5%, dan 10%. Daun jambu biji terlebih dahulu diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%, dengan metode maserasi selama 5x24 jam. Sediaan krim dibuat sebanyak 50 g tiap konsentrasi dan dilakukan pengujian terhadap sediaan yang meliputi uji organoleptis, uji pH, uji himogenitas dan uji iritasi. Hasil: Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa esktrak daun jambu dapat dibuat sebagai sediaan masker krim dan memenuhi evaluasi fisik sediaan. Hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pH berkisar antara 6-7 dan sediaan tidak menimbulkan iritasi. Formulasi sediaan masker krim ekstrak daun jambu biji (psidium guajava L.) memenuhi syarat evaluasi fisik sediaan meliputi uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas dan uji iritasi. Kesimpulan: Berdasrakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji dapat diformulasikan kedalam bentuk sediaan krim tipe M/A dan sediaan yang baik adalah sediaan dengan konsentarsi 10%.
{"title":"Formulasi Masker Krim Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.)","authors":"Azwariah Azwariah, Adek Chan","doi":"10.33085/jdf.v2i1.4394","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i1.4394","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Salah satu masalah kulit yang biasa dijumpai adalah jerawat. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi jerawat yaitu daun jambu biji. Tujuan: Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak yang tepat dalam pembuatan masker yang baik digunakan. Metode: Sediaaan masker krim dibuaat dengan berbagai variasi konsentrasi yaitu konsentasi 3%, 5%, dan 10%. Daun jambu biji terlebih dahulu diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%, dengan metode maserasi selama 5x24 jam. Sediaan krim dibuat sebanyak 50 g tiap konsentrasi dan dilakukan pengujian terhadap sediaan yang meliputi uji organoleptis, uji pH, uji himogenitas dan uji iritasi. Hasil: Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa esktrak daun jambu dapat dibuat sebagai sediaan masker krim dan memenuhi evaluasi fisik sediaan. Hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pH berkisar antara 6-7 dan sediaan tidak menimbulkan iritasi. Formulasi sediaan masker krim ekstrak daun jambu biji (psidium guajava L.) memenuhi syarat evaluasi fisik sediaan meliputi uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas dan uji iritasi. Kesimpulan: Berdasrakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji dapat diformulasikan kedalam bentuk sediaan krim tipe M/A dan sediaan yang baik adalah sediaan dengan konsentarsi 10%.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131353985","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis adalah salah satu penyakit atau kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin. Untuk Indonesia WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 dan Indonesia menempati peringkat keempat dari sepuluh penyakit tidak menular di Indonesia. Tujuan; penelitian ini untuk mengetahui penggunaan obat berdasarkan resep pasien Diabetes Mellitus Tipe II rawat jalan di RSU Haji Medan Pemprovsu. Metode; Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey dengan metode deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Haji Medan Pemprovsu, pada bulan Maret - Mei 2016. Hasil; Hasil penelitian menunjukkan pada pasien A, B, C, D, E, F, G, dan H dapat dilihat bahwa obat-obat yang digunakan dalam resep sudah sesuai yaitu : tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat, dan tepat pasien. Kesimpulan; Secara keseluruhan data penggunaan obat pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II diperoleh obat-obat yang digunakan dalam resep dari pemakaian, jumlah obat, dan umur pasien sudah sesuai yaitu : tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat, dan tepat pasien.
{"title":"Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Haji Medan Pemprovsu","authors":"Murni Kurniawati, Afriadi Afriadi","doi":"10.33085/jdf.v1i3.4372","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i3.4372","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis adalah salah satu penyakit atau kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin. Untuk Indonesia WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 dan Indonesia menempati peringkat keempat dari sepuluh penyakit tidak menular di Indonesia. Tujuan; penelitian ini untuk mengetahui penggunaan obat berdasarkan resep pasien Diabetes Mellitus Tipe II rawat jalan di RSU Haji Medan Pemprovsu. Metode; Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey dengan metode deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Haji Medan Pemprovsu, pada bulan Maret - Mei 2016. Hasil; Hasil penelitian menunjukkan pada pasien A, B, C, D, E, F, G, dan H dapat dilihat bahwa obat-obat yang digunakan dalam resep sudah sesuai yaitu : tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat, dan tepat pasien. Kesimpulan; Secara keseluruhan data penggunaan obat pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II diperoleh obat-obat yang digunakan dalam resep dari pemakaian, jumlah obat, dan umur pasien sudah sesuai yaitu : tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat, dan tepat pasien.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127364557","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Masker wajah adalah salah satu kosmetika perawatan kulit yang memiliki banyak kelebihan tergantung pada bahan formulasinya: membersihkan, melembutkan, mengecilkan pori-pori, melembabkan dan menutrisi kulit. Masker diaplikasikan pada wajah berbentuk layer yang relatif tebal dan kemudian dilepaskan setelah beberapa waktu, biasa 15 sampai 30 menit. Kulit pisang kepok mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan, sehingga baik diformulasikan menjadi sediaan masker wajah gel peel off. Tujuan: Untuk membuat formulasi maskergel peel off yang terbuat dari buah kulit pisang (Musa paradisiaca L.). Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental formulasi sediaan masker gel peel off yang terdiri dari komponen diantaranya seperti kulit pisang, Polivinil alkohol, HPMC, Gliserin, Kalium sorbat, Etanol 70%, Aquades dengan kosentrasi 0%, 1%, 3%, 5%. Pembuatan serbuk kulit pisang kepok dengan cara pengupasan, pencucian, pemotongan, pengeringan, dan penghalusan. Pengujian terhadap sediaan masker wajah yang dibuat meliputi uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji daya mengering, uji kesukaan, uji iritasi terhadap kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan, dan uji viskositas. Hasil: Formulasi sediaan masker gel peel off menggunakan serbuk kulit pisang kepok sebagai bahan aktif dibuat cukup stabil, pH berkisaran 6,0-6,5 sehingga aman digunakan. Kesimpulan: dari penelitian serbuk kulit pisang kepok dapat digunakan sebagai bahan aktif tambahan pada sediaaan masker gel peel off dengan konsentrasi 0%, 1%, 3%, 5%. Saran dari peneliti untuk memformulasikan kulit pisang kepok dalam formula yang berbeda dan menggunakan bahan alami selain pisang kepok.
{"title":"Formulasi Masker Gel Peel off dari Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.)","authors":"S. Sumiyati, Mandike Ginting","doi":"10.33085/jdf.v1i3.4375","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i3.4375","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Masker wajah adalah salah satu kosmetika perawatan kulit yang memiliki banyak kelebihan tergantung pada bahan formulasinya: membersihkan, melembutkan, mengecilkan pori-pori, melembabkan dan menutrisi kulit. Masker diaplikasikan pada wajah berbentuk layer yang relatif tebal dan kemudian dilepaskan setelah beberapa waktu, biasa 15 sampai 30 menit. Kulit pisang kepok mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan, sehingga baik diformulasikan menjadi sediaan masker wajah gel peel off. Tujuan: Untuk membuat formulasi maskergel peel off yang terbuat dari buah kulit pisang (Musa paradisiaca L.). Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental formulasi sediaan masker gel peel off yang terdiri dari komponen diantaranya seperti kulit pisang, Polivinil alkohol, HPMC, Gliserin, Kalium sorbat, Etanol 70%, Aquades dengan kosentrasi 0%, 1%, 3%, 5%. Pembuatan serbuk kulit pisang kepok dengan cara pengupasan, pencucian, pemotongan, pengeringan, dan penghalusan. Pengujian terhadap sediaan masker wajah yang dibuat meliputi uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji daya mengering, uji kesukaan, uji iritasi terhadap kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan, dan uji viskositas. Hasil: Formulasi sediaan masker gel peel off menggunakan serbuk kulit pisang kepok sebagai bahan aktif dibuat cukup stabil, pH berkisaran 6,0-6,5 sehingga aman digunakan. Kesimpulan: dari penelitian serbuk kulit pisang kepok dapat digunakan sebagai bahan aktif tambahan pada sediaaan masker gel peel off dengan konsentrasi 0%, 1%, 3%, 5%. Saran dari peneliti untuk memformulasikan kulit pisang kepok dalam formula yang berbeda dan menggunakan bahan alami selain pisang kepok.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124667654","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Apotek merupakan tempat di lakukan pekerjaan dan pelayanan sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat dan juga tempat yang di jadikan transaksi jual dan beli atau pelayanan produk dari farmasi, didalam apotek juga telah disediakan tenaga kefarmasian yang di sebut dengan apoteker. Tujuan; Untuk mengetahui persentase pelayanan kefarmasian yaitu dengan melakukan sebuah penelitian. Metode; penelitian ini adalah bersifat korelatif. Jenis penelitan yang digunakan adalah surve dengan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Apotek Global Medan pada bulan April – Mei 2016. Hasil; penelitian tahap awal dengan mewawancarai 15 pasien yang berkunjung ke apotek Global, Hasil wawancara dari lima belas pasien diperoleh, tujuh pasien mengatakan pelayanan yang diberikan asisten apoteker kurang baik kerena terlalu lama menunggu, lima pasien mengatakan asisten apoteker tidak menjelaskan cara pemakaian obat bagi pasien yang belum mengerti cara pemakaian obat, dan tiga pasien mengatakan asisten apoteker tidak ramah dengan wajah yang kurang menyenangkan. Kesimpulan; Secara keseluruhan, tingkat kepuasan pelayanan yang diberikan oleh apoteker di apotek global masih kurang memuaskan.
{"title":"Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Kefarmasian di Apotek Global Medan","authors":"Fitri Mayang Sari, Uprianto Suprianto","doi":"10.33085/jdf.v1i3.4371","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i3.4371","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Apotek merupakan tempat di lakukan pekerjaan dan pelayanan sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat dan juga tempat yang di jadikan transaksi jual dan beli atau pelayanan produk dari farmasi, didalam apotek juga telah disediakan tenaga kefarmasian yang di sebut dengan apoteker. Tujuan; Untuk mengetahui persentase pelayanan kefarmasian yaitu dengan melakukan sebuah penelitian. Metode; penelitian ini adalah bersifat korelatif. Jenis penelitan yang digunakan adalah surve dengan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Apotek Global Medan pada bulan April – Mei 2016. Hasil; penelitian tahap awal dengan mewawancarai 15 pasien yang berkunjung ke apotek Global, Hasil wawancara dari lima belas pasien diperoleh, tujuh pasien mengatakan pelayanan yang diberikan asisten apoteker kurang baik kerena terlalu lama menunggu, lima pasien mengatakan asisten apoteker tidak menjelaskan cara pemakaian obat bagi pasien yang belum mengerti cara pemakaian obat, dan tiga pasien mengatakan asisten apoteker tidak ramah dengan wajah yang kurang menyenangkan. Kesimpulan; Secara keseluruhan, tingkat kepuasan pelayanan yang diberikan oleh apoteker di apotek global masih kurang memuaskan.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130224957","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai akibat dari rudapaksa. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat, seperti luka insisi pada operasi atau luka akibat trauma seperti luka akibat kecelakaan. Tujuan; Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui antara Betadine Cairdan Sari Lidah Buaya yang lebih cepat menyembuhkan Luka. Metode; Penelitian ini bersifat Eksperimen yang di lakukan di Laboratorium Farmasi institute Kesehatan Helvetia Medan. Dengan menggunakan Lidah buaya yang di kumpulkan, di cuci dari pengotorannya kemudian ditiriskan. Hasil; penelitian menunjukan pada perlakuan Kontrol Penyembuhkan luka secara perlahan-lahan kelompok I dengan rata-rata halil hari keenam, 0,6 cm. kelompok II perubahan luka mengecil dengan rata-rata akhir halil hari keenam, 0,4 cm. sedangakan pada kelompok III luka mengalami perubahan yang paling kecil dengan rata-rata akhir halil hari keenam, 0,3 cm. Kesimpulan; penelitian ini adalah gel sari lidah buaya lebih efektif menyembuhkan luka di bandingkan dengan betadine cair. Saran Di harapkan buat peneliti selanjutnya supaya membuat dalam sediaan Krim dari Sari lidahbuaya
{"title":"Perbandingan Formulasi Sediaan Gel Sari Lidah Buaya (Aloe vera) dengan Betadine Cair Untuk Luka","authors":"Dewi Kurniawati, Darwin Syamsul","doi":"10.33085/jdf.v1i3.4370","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i3.4370","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai akibat dari rudapaksa. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat, seperti luka insisi pada operasi atau luka akibat trauma seperti luka akibat kecelakaan. Tujuan; Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui antara Betadine Cairdan Sari Lidah Buaya yang lebih cepat menyembuhkan Luka. Metode; Penelitian ini bersifat Eksperimen yang di lakukan di Laboratorium Farmasi institute Kesehatan Helvetia Medan. Dengan menggunakan Lidah buaya yang di kumpulkan, di cuci dari pengotorannya kemudian ditiriskan. Hasil; penelitian menunjukan pada perlakuan Kontrol Penyembuhkan luka secara perlahan-lahan kelompok I dengan rata-rata halil hari keenam, 0,6 cm. kelompok II perubahan luka mengecil dengan rata-rata akhir halil hari keenam, 0,4 cm. sedangakan pada kelompok III luka mengalami perubahan yang paling kecil dengan rata-rata akhir halil hari keenam, 0,3 cm. Kesimpulan; penelitian ini adalah gel sari lidah buaya lebih efektif menyembuhkan luka di bandingkan dengan betadine cair. Saran Di harapkan buat peneliti selanjutnya supaya membuat dalam sediaan Krim dari Sari lidahbuaya","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121956650","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Setiap wanita mempunyai kecendrungan serupa, yaitu ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang sehingga produk kosmetik merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya. Salah satu produk kosmetika yang sering digunakan khususnya bagi para wanita yaitu lipstik. Tujuan: Membuat sediaan lipstik menggunakan sari buah naga merah dan kunyit sebagai zat warna alami dalam sediaan lipstik dengan konsentrasi buah naga merah 0%, 30%, 40% dan kunyit 0%, 2%, 2%. Dan mengetahui konsentrasi lipstik yang memberikan warna paling banyak disukai. Methode: Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, buah naga dan kunyit diblender dan disaring lalu sari dikentalkan, digunakan tiga variasi konsentrasi yaitu sari buah naga 0%, 30%, 40% dan kunyit 0%, 2%, 2%. Pengujian yang dilakukan berupa uji homogenitas, uji pH, uji oles, uji iritasi dan uji Kesukaan. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa Lipstik dengan konsentrasi warna buah naga merah, 30% dan kunyit 2% menghasilkan warna ungu kemerahan, lipstik dengan konsentrasi warna buah naga merah 40% dan kunyit 2% menghasilkan ungu pekat. Kesimpulan Sari buah naga merah dan kunyit dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam formulasi sediaan lipstik, Setelah dilakukan uji kesukaan terhadap panelis dari ke 3 formula sediaan lipstik, menunjukan bahwa formula konsentrasi buah naga 40% dan kunyit 2% yang sangat disukai panelis.
{"title":"Formulasi Lipstik dari Sari Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dan Kunyit (Curcuma Longa L.l","authors":"Sulpy Anggraini, Mandike Ginting","doi":"10.33085/jdf.v1i3.4373","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i3.4373","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Setiap wanita mempunyai kecendrungan serupa, yaitu ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang sehingga produk kosmetik merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya. Salah satu produk kosmetika yang sering digunakan khususnya bagi para wanita yaitu lipstik. Tujuan: Membuat sediaan lipstik menggunakan sari buah naga merah dan kunyit sebagai zat warna alami dalam sediaan lipstik dengan konsentrasi buah naga merah 0%, 30%, 40% dan kunyit 0%, 2%, 2%. Dan mengetahui konsentrasi lipstik yang memberikan warna paling banyak disukai. Methode: Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, buah naga dan kunyit diblender dan disaring lalu sari dikentalkan, digunakan tiga variasi konsentrasi yaitu sari buah naga 0%, 30%, 40% dan kunyit 0%, 2%, 2%. Pengujian yang dilakukan berupa uji homogenitas, uji pH, uji oles, uji iritasi dan uji Kesukaan. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa Lipstik dengan konsentrasi warna buah naga merah, 30% dan kunyit 2% menghasilkan warna ungu kemerahan, lipstik dengan konsentrasi warna buah naga merah 40% dan kunyit 2% menghasilkan ungu pekat. Kesimpulan Sari buah naga merah dan kunyit dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam formulasi sediaan lipstik, Setelah dilakukan uji kesukaan terhadap panelis dari ke 3 formula sediaan lipstik, menunjukan bahwa formula konsentrasi buah naga 40% dan kunyit 2% yang sangat disukai panelis.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129869769","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambahkan daya tarik agar lebih disukai orang lain. Pewarna kuku adalah pernis yang digunakan pada tangan atau kuku kali manusia untuk merias, memperindah kuku.Cat kuku terbuat dari polimer organik dengan campuran berbagai zat aditif. Tujuan; penelitian untuk mengetahui rimpang kunyit dapat diformulasiakan dalam sediaan cair pewarna kuku.Metode; Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental laboratorium. Sediaan cair pewarna kuku yang dibuat dalam formula I, II, III dimana konsentrasi masing-masing terdiri dari polivinil pirolidon 15%, resin keruh 7%, minyak jarak 7%, alkohol 70% pewarnaan dilakukan dengan cara membandingkan antar formula. Pengujian yang dilakukan adalah uji homogenitas, uji iritasi, uji hedonik. Hasil; Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa formula I, II, III dapat mengubah warna kuku menjadi kuning sampai kuning orange. Dari hasil uji hedonik terdapat perbedaan tiap formula dimana formula yang disukai adalah formula II. Pemeriksaan uji homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan rimpang kunyit tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar pada saat sediaan dioles pada kaca transparan atau objek glass. Uji iritasi dilakukan untuk meyakinkan bahwa formulasi sediaan pewarna kuku yang digunakan tidak terjadi reaksi iritasi, alergi, pada kulit.Kesimpulan; sediaan seluruh sediaan yang dibuat stabil tidak menunjukkan adanya perubahan warna, aroma dalam penyimpanan 10 hari pada suhu kamar. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk formulasi rimpang kunyit dalam bentuk sediaan kosmetik lainnya, seperti pewarna rambut dan lipstik.
初步;化妆品的使用最初的目的是美化它,这是为了增加吸引力,使它更受欢迎。指甲油是一种清漆,用于手或指甲时代的人化妆,使指甲更加美丽。指甲油是由有机聚合物制成的,带有各种添加剂的混合物。目的;研究可以在指甲油载体中合成姜黄根茎的方法;本研究采用了实验实验室的研究方法。在I、II、III配方中制造的指甲油液态化载体,其中每一种浓度都是聚乙烯质15%、浑浊树脂7%、距离石油7%、酒精70%,都是通过比较配方之间的相互比较来完成的。这些测试是同质试验,刺激试验,享乐主义试验。结果;研究表明,公式I, II, III可以把指甲的颜色变成黄色到黄色。从享乐主义测试中,我们发现首选的配方是配方II的不同之处。均质检测表明,当透明玻璃或玻璃物体上架时,姜黄色颗粒的整体上颚并没有显示出颗粒。进行了刺激测试,以确保所使用的指甲油制剂不会对皮肤产生刺激、过敏反应。稳定的库存表明,在室温下10天的储存中没有颜色和气味的变化。建议在接下来的研究中公式的姜黄根茎的剂型,如染发剂和其他化妆品口红。
{"title":"Formulasi Sediaan Cair Rimpang Kunyit (Curcuma domestica V.) Sebagai Pewarna Kuku","authors":"Lathi Furrahmi, Hafizhatul Abadi","doi":"10.33085/jdf.v1i2.4354","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i2.4354","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambahkan daya tarik agar lebih disukai orang lain. Pewarna kuku adalah pernis yang digunakan pada tangan atau kuku kali manusia untuk merias, memperindah kuku.Cat kuku terbuat dari polimer organik dengan campuran berbagai zat aditif. Tujuan; penelitian untuk mengetahui rimpang kunyit dapat diformulasiakan dalam sediaan cair pewarna kuku.Metode; Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental laboratorium. Sediaan cair pewarna kuku yang dibuat dalam formula I, II, III dimana konsentrasi masing-masing terdiri dari polivinil pirolidon 15%, resin keruh 7%, minyak jarak 7%, alkohol 70% pewarnaan dilakukan dengan cara membandingkan antar formula. Pengujian yang dilakukan adalah uji homogenitas, uji iritasi, uji hedonik. Hasil; Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa formula I, II, III dapat mengubah warna kuku menjadi kuning sampai kuning orange. Dari hasil uji hedonik terdapat perbedaan tiap formula dimana formula yang disukai adalah formula II. Pemeriksaan uji homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan rimpang kunyit tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar pada saat sediaan dioles pada kaca transparan atau objek glass. Uji iritasi dilakukan untuk meyakinkan bahwa formulasi sediaan pewarna kuku yang digunakan tidak terjadi reaksi iritasi, alergi, pada kulit.Kesimpulan; sediaan seluruh sediaan yang dibuat stabil tidak menunjukkan adanya perubahan warna, aroma dalam penyimpanan 10 hari pada suhu kamar. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk formulasi rimpang kunyit dalam bentuk sediaan kosmetik lainnya, seperti pewarna rambut dan lipstik.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128924338","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis penyakit yang diperburuk dengan kemiskinan dan umumnya menyerang penduduk yang rentang usia produktif. Indonesia merupakan Negara ketiga di dunia dalam urutan penderita tuberkulosis tertinggi. Obat-obat yang digunakan pada pengobatan tuberkulosis adalah obat anti tuberkulosis (OAT) yang merupakan antibiotik. Tujuan; untuk mengetahui jumlah penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh. Metode; penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan analisis data tentang penggunaan obat anti tuberkulosis yang menggunakan metode retrospektif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh berdasarkan data sekunder selama 6 bulan dari bulan Januari-Juni tahun 2016. Hasil; Penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh menggunakan obat anti tuberkulosis tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) (48,9%), dan tablet 2 Fix Dose Combination (2FDC) (51%). Tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) berisi kaplet RHZE yaitu Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg untuk pengobatan tahap intensif atau tahap awal. Sedangkan tablet 2Fix Dose Combination (2FDC) berisi tablet RH yaitu Rifampicin 150 mg dan Isoniazid 150 mg untuk pengobatan tahap lanjutan. Kesimpulan; pada penelitian ini, obat anti tuberkulosis FDC yang cenderung lebih banyak digunakan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian konseling dan pengawasan menelan obat kepada pasien mengenai efek samping obat anti tuberculosis dan keteraturan pengobatan tuberkulosis.
初步;结核病是一种由结核病引起的传染病。结核病是一种因贫困而加重的疾病,通常影响其高产年龄的人口。印度尼西亚是世界上患结核病最多的第三个国家。结核病治疗药物是一种抗生素抗药性药物。目的;了解亚齐jureuen镇痛药的使用情况。方法;这项研究包括利用回顾性方法使用抗结核病药物的数据收集和分析。这项研究是根据2016年1月至6月的次级数据在Juang county Bireuen进行的。结果;在jureuen city Puskesmas使用抗结核病药物,亚齐使用抗结核病药片4修复剂量(4FDC)(48.9%)和药片2修复剂量(2FDC)(51%)。平板电脑4 Fix Dose (4FDC)包含RHZE kaplet,即riflesmo 150 mg, Isoniazid 75毫克,razinamid 400 mg和etambuto275 mg用于强化或早期治疗。而药片2Fix Dose comdc (2FDC)则含有RH药片,即rif氨1150毫克和Isoniazid,用于高级治疗。结论;在这项研究中,FDC抗药性药物往往被更广泛地使用。建议下一名研究人员对针对结核病抗毒素及其治疗规律的药物治疗病人进行咨询和监测研究。
{"title":"Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen Aceh","authors":"Wilda Rizwani, Suprianto Anto","doi":"10.33085/jdf.v1i2.4359","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i2.4359","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis penyakit yang diperburuk dengan kemiskinan dan umumnya menyerang penduduk yang rentang usia produktif. Indonesia merupakan Negara ketiga di dunia dalam urutan penderita tuberkulosis tertinggi. Obat-obat yang digunakan pada pengobatan tuberkulosis adalah obat anti tuberkulosis (OAT) yang merupakan antibiotik. Tujuan; untuk mengetahui jumlah penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh. Metode; penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan analisis data tentang penggunaan obat anti tuberkulosis yang menggunakan metode retrospektif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh berdasarkan data sekunder selama 6 bulan dari bulan Januari-Juni tahun 2016. Hasil; Penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh menggunakan obat anti tuberkulosis tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) (48,9%), dan tablet 2 Fix Dose Combination (2FDC) (51%). Tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) berisi kaplet RHZE yaitu Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg untuk pengobatan tahap intensif atau tahap awal. Sedangkan tablet 2Fix Dose Combination (2FDC) berisi tablet RH yaitu Rifampicin 150 mg dan Isoniazid 150 mg untuk pengobatan tahap lanjutan. Kesimpulan; pada penelitian ini, obat anti tuberkulosis FDC yang cenderung lebih banyak digunakan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian konseling dan pengawasan menelan obat kepada pasien mengenai efek samping obat anti tuberculosis dan keteraturan pengobatan tuberkulosis.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132792450","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Masker merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk perawatan kulit wajah yang digunakan untuk mengencangkan kulit, mengangkat sel-sel tanduk, menghaluskan dan mencerahkan kulit. Salah satu tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi untuk menghasilkan zat antioksidan alami adalah daun jambu biji yang mengandung flavonoid. Tujuan; untuk membuat sediaan masker krim ekstrak daun jambu. Metode; Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel diekstraksi dengan cara dimaserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil ekstrak kental yang diperoleh sebagai zat aktif dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Pengujian sediaan meliputi uji organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pH sediaan dan uji iritasi terhadap sukarelawan. Hasil; Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun jambu biji dapat dibuat sebagai sediaan masker krim dan memenuhi evaluasi fisik sediaan . Hasil uji organoleptis menunjukan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pHberkisar antara 6-7, dan sediaan tidak menimbulkan iritasi. Kesimpulan; Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim tipe m/a, dan disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengformulasikan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) dalam formula yang berbeda dan dengan fungsi yang berbeda.
{"title":"Formulasi Sediaan Masker Krim Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium gaujava. L)","authors":"Yusta Suriani Ndruru, Hafizhatul Abadi","doi":"10.33085/jdf.v1i2.4362","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i2.4362","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Masker merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk perawatan kulit wajah yang digunakan untuk mengencangkan kulit, mengangkat sel-sel tanduk, menghaluskan dan mencerahkan kulit. Salah satu tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi untuk menghasilkan zat antioksidan alami adalah daun jambu biji yang mengandung flavonoid. Tujuan; untuk membuat sediaan masker krim ekstrak daun jambu. Metode; Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel diekstraksi dengan cara dimaserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil ekstrak kental yang diperoleh sebagai zat aktif dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Pengujian sediaan meliputi uji organoleptis, pemeriksaan homogenitas, pH sediaan dan uji iritasi terhadap sukarelawan. Hasil; Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun jambu biji dapat dibuat sebagai sediaan masker krim dan memenuhi evaluasi fisik sediaan . Hasil uji organoleptis menunjukan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pHberkisar antara 6-7, dan sediaan tidak menimbulkan iritasi. Kesimpulan; Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim tipe m/a, dan disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengformulasikan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) dalam formula yang berbeda dan dengan fungsi yang berbeda.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128463450","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas 37.50C. Infeksi ringan hingga parah bisa menyebabkan demam. Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi akibat virus, bakteri atau parasit. Tujuan; Untuk mengevaluasi penggunaan dosis obat anak demam di klinik dina karya medan pada periode januari-juni 2016. Metode; yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif yaitu mendeskripsikan dan menganalisa pennggunaan dosis dan pemilihan obat yang tepat pada pasien anak demam dengan berpedoman pada refrensi yang baku. Hasil; penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dosis obat dan pemeilihan jenis obat sudah tepat dan rasional, terutama penggunaan obat narkotika diazepam untuk anak. Dari 8 pasien anak yang datang berobat ke Klinik Dina Karya, semua penggunaan dosis dan pemilihan obat tidak ditemukan adanya penggunaan dosis dan pemelihan obat yang tidak sesuai. Kesimpulan; Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan dosis obat dan pemilihan obat pada anak demam di klinik Dina Karya sudah tepat. Adapun saran yang diberikan kepada pihak klinik yaitu membuat data rekam medik pasien secara lengkap dan dibuat perorang atau perpasien. Sehingga bisa menjadi pedoman dalam menangani kasus yang sama untuk kedepannya.
{"title":"Evaluasi Penggunaan Dosis Pada Anak Demam di Klinik Dina Karya Medan","authors":"W. Yuni, Adek Chan","doi":"10.33085/jdf.v1i2.4358","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i2.4358","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas 37.50C. Infeksi ringan hingga parah bisa menyebabkan demam. Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi akibat virus, bakteri atau parasit. Tujuan; Untuk mengevaluasi penggunaan dosis obat anak demam di klinik dina karya medan pada periode januari-juni 2016. Metode; yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif yaitu mendeskripsikan dan menganalisa pennggunaan dosis dan pemilihan obat yang tepat pada pasien anak demam dengan berpedoman pada refrensi yang baku. Hasil; penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dosis obat dan pemeilihan jenis obat sudah tepat dan rasional, terutama penggunaan obat narkotika diazepam untuk anak. Dari 8 pasien anak yang datang berobat ke Klinik Dina Karya, semua penggunaan dosis dan pemilihan obat tidak ditemukan adanya penggunaan dosis dan pemelihan obat yang tidak sesuai. Kesimpulan; Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan dosis obat dan pemilihan obat pada anak demam di klinik Dina Karya sudah tepat. Adapun saran yang diberikan kepada pihak klinik yaitu membuat data rekam medik pasien secara lengkap dan dibuat perorang atau perpasien. Sehingga bisa menjadi pedoman dalam menangani kasus yang sama untuk kedepannya.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127598209","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}