Pendahuluan:Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory. Tujuan:Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kombinasi minyak daun mint (Mentha Piperita L.) dan minyak rosemary (Rosmarinus officinalis) dapat dibuat sebagai lilin aromaterapidanuntukmengetahuiapakahperbedaankomposisibahan yang berbedaberpengaruhterhadappembuatanlilinaromaterapi. Metode:Penelitian menggunakan metode eksperimental pembuatan lilin aromaterapi menggunakan konsentrasi (0% : 0%), (1% : 1%), (2% : 2%), (3% : 3%). dan komposisi bahan stearin dan parafin (10 : 30, 20 : 20, 30 : 10). Selanjutnya dilakukan uji kekerasan, uji titik leleh, uji waktu bakar, dan uji hedonik (kesukaan penampakan lilin, kesukaan aroma, deteksi aroma, dan efek terapi).Hasil:Penelitian nilai kekerasan lilinantara 52 mm – 69 mm, titik leleh antara 50 0C – 56 0C sesuai syarat, waktu bakar lilin paling lama lilin dengan komposisi bahan 30 stearin : 10 parafin. kesukaan terhadap penampakan lilin keseluruhan lilin dengan komposisi bahan 20 stearin : 20 parafin, kesukaan terhadap aroma lilin saat dibakar lilin dengan konsentrasi 2%dan 3%, deteksi aroma pertama kali lilin dengan komposisi bahan 10 stearin : 30 parafin, dan efek terapi yang dirasakan oleh panelis rileks dan segar. Kesimpulan:Kombinasi minyak mint (Mentha Piperita L.) dan minyak rosemary (Rosmarinus officinalis) dapat dibuat sebagai lilin aromaterapi. Perbedaan komposisi bahan menghasilkan pengaruh perbedaan nyata pada formulasi lilin.
引言:精油是一种给植物的气味。精油有挥发性成分物质在某些植物的特征。精油的香味成分迅速吸入,化合物中社会互动互动olfactory系统的中心,直接刺激神经系统。石油:这项研究的目的是组合是否薄荷叶(Mentha Piperita L .)油、迷迭香(Rosmarinus officinalis)可以构成aromaterapidanuntukmengetahuiapakahperbedaankomposisibahan berbedaberpengaruhterhadappembuatanlilinaromaterapi的蜡烛。方法:研究使用实验性的香薰蜡烛制作方法(0%:0%),(1%浓度:1%),(2%),(2% 3%:3%)。硬脂素成分和石蜡(10:30,20:20年,30年:10)。接下来做暴力测试,熔点是测试,测试时间,燃料和hedonik(蜡烛目击的最爱、最喜欢的气味,气味检测和治疗效果)。研究结果:暴力lilinantara价值52毫米—69毫米之间,熔点是50 0C—56 0C蜡烛,蜡烛燃烧时间最长的条件符合30硬脂素成分:10石蜡。对目击整个蜡烛蜡烛的最爱用20硬脂素:20石蜡成分,对最喜欢的香薰蜡烛燃烧蜡烛的时候2%dan浓度3%,则第一次香味蜡烛检测10硬脂素:30石蜡成分,和放松和新鲜的小组治疗效果。结论:薄荷油组合(Mentha Piperita L .)油、迷迭香(Rosmarinus officinalis)可以构成了香薰蜡烛。配方成分差异产生真正区别影响蜡烛。
{"title":"Pembuatan dan Uji Hedonik Lilin Aromaterapi dari Minyak Daun Mint (Mentha piperita L.) dan Minyak Rosemary (Rosmarinus officinalis)","authors":"Riva Rainiza Zuddin, Hafizhatul Abadi, Tetty Noverita Khairani","doi":"10.33085/JDF.V3I2.4479","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/JDF.V3I2.4479","url":null,"abstract":"Pendahuluan:Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory. Tujuan:Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kombinasi minyak daun mint (Mentha Piperita L.) dan minyak rosemary (Rosmarinus officinalis) dapat dibuat sebagai lilin aromaterapidanuntukmengetahuiapakahperbedaankomposisibahan yang berbedaberpengaruhterhadappembuatanlilinaromaterapi. Metode:Penelitian menggunakan metode eksperimental pembuatan lilin aromaterapi menggunakan konsentrasi (0% : 0%), (1% : 1%), (2% : 2%), (3% : 3%). dan komposisi bahan stearin dan parafin (10 : 30, 20 : 20, 30 : 10). Selanjutnya dilakukan uji kekerasan, uji titik leleh, uji waktu bakar, dan uji hedonik (kesukaan penampakan lilin, kesukaan aroma, deteksi aroma, dan efek terapi).Hasil:Penelitian nilai kekerasan lilinantara 52 mm – 69 mm, titik leleh antara 50 0C – 56 0C sesuai syarat, waktu bakar lilin paling lama lilin dengan komposisi bahan 30 stearin : 10 parafin. kesukaan terhadap penampakan lilin keseluruhan lilin dengan komposisi bahan 20 stearin : 20 parafin, kesukaan terhadap aroma lilin saat dibakar lilin dengan konsentrasi 2%dan 3%, deteksi aroma pertama kali lilin dengan komposisi bahan 10 stearin : 30 parafin, dan efek terapi yang dirasakan oleh panelis rileks dan segar. Kesimpulan:Kombinasi minyak mint (Mentha Piperita L.) dan minyak rosemary (Rosmarinus officinalis) dapat dibuat sebagai lilin aromaterapi. Perbedaan komposisi bahan menghasilkan pengaruh perbedaan nyata pada formulasi lilin.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"128 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123133423","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Kepuasan pasien adalah salah satu hal yang harus diprioritaskan oleh apotek dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu sarana pelayanan kefarmasian. Pasien akan merasa puas apabila kebutuhan dan harapannya dapat dipenuhi. Salah satu upaya pelayanan pasien adalah memperoleh obat yang diresepkan oleh dokter dalam waktu singkat sehingga pasien memperoleh kepuasan atas layanan dari kefarmasian.Tujuan; Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kec.Medan Perjuangan Tahun 2018. Metode; Penelitian ini adalah deskriptif menggunakan metode survey dimana jumlah sampel dengan menggunakan simple random sampling sehingga sampel sebanyak 100 orang dengan metode analisis data menggunakan analisis univariat untuk menggambarkan semua variabel.Hasil; Dari hasil perhitungan, pada masing-masing indikator diperoleh persentase sebagai berikut dimana berdasarkan kehandalan mayoritas mengatakan puas sebesar 32,0%, ketanggapan mayoritas mengatakan cukup puas sebesar 42,0%, jaminan mayoritas sangat puas sebesar 42,0%, empati mayoritas cukup puas sebesar 35,0%, sementara indikator berwujud mayoritas mengatakan kurang puas sebesar 35,0%.Kesimpulan; Disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kec.Medan Perjuangan adalah sangat puas.
{"title":"Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan","authors":"Lidya Faridawaty, Mandike Ginting, Dwi Setio Purnomo","doi":"10.33085/jdf.v3i2.4470","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v3i2.4470","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Kepuasan pasien adalah salah satu hal yang harus diprioritaskan oleh apotek dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu sarana pelayanan kefarmasian. Pasien akan merasa puas apabila kebutuhan dan harapannya dapat dipenuhi. Salah satu upaya pelayanan pasien adalah memperoleh obat yang diresepkan oleh dokter dalam waktu singkat sehingga pasien memperoleh kepuasan atas layanan dari kefarmasian.Tujuan; Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kec.Medan Perjuangan Tahun 2018. Metode; Penelitian ini adalah deskriptif menggunakan metode survey dimana jumlah sampel dengan menggunakan simple random sampling sehingga sampel sebanyak 100 orang dengan metode analisis data menggunakan analisis univariat untuk menggambarkan semua variabel.Hasil; Dari hasil perhitungan, pada masing-masing indikator diperoleh persentase sebagai berikut dimana berdasarkan kehandalan mayoritas mengatakan puas sebesar 32,0%, ketanggapan mayoritas mengatakan cukup puas sebesar 42,0%, jaminan mayoritas sangat puas sebesar 42,0%, empati mayoritas cukup puas sebesar 35,0%, sementara indikator berwujud mayoritas mengatakan kurang puas sebesar 35,0%.Kesimpulan; Disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kec.Medan Perjuangan adalah sangat puas.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"70 5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115820633","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satubagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru seperti sinus/rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura. Tujuan; Penelitian ini untuk mendapatkan kerasionalan antibiotik pada ISPAnonpneumonia di Puskesmas Induk Kota Binjai yang mengacu pada kesesuaian mengikuti bukti pedoman dan indikator kinerja penggunaan antibiotik rasional dengan pendekatan diagnosis penyakit terhadap ketepatan indikasi.Metode; Penelitian ini secara deskriptif dengan pengambilan data retrospektif untuk memperleh gambaran penggunaan antibiotik. Data yang diperoleh dianalisis dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan antibiotik yang rasional.Hasil; Penelitian Jumlah kasus dari keenam puskesmas sebanyak 113 resep pada pasien anak dan 509 resep pada pasien dewasa, dari data hasil persentase yang menggunakan antibiotik pada anak 15,111% dan pada dewasa 63,826%, jumlah dari keseluruhan yang menggunakan antibiotik pada ISPAnonpneumonia sebanyak 78,939%. Penelitian dapat disimpulkan untuk kerasionalan antibiotik pada penyakit ISPAnonpneumoniabatas maksimum yang ditetapkan oleh departemen kesehatan, yaitu 20%.Kesimpulan;Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotik yang rasional pada Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) nonpneumoniadiPuskesmas Induk yang berada di Kota Binjai, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang antibiotika merupakan faktor risiko meningkatnya tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien ISPAnonpneumonia dan disarankan bagi tenaga kesehatan yang terkait lebih sering memonitoring ke masing-masing puskesmas.
{"title":"Evaluasi Pemakaian Antibiotik yang Rasional pada ISPA Non Pneumonia di Puskesmas Induk Kota Binjai","authors":"Anita Anita, Darwin Syamsul, Suprianto Suprianto","doi":"10.33085/jdf.v3i3.4481","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v3i3.4481","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satubagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru seperti sinus/rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura. Tujuan; Penelitian ini untuk mendapatkan kerasionalan antibiotik pada ISPAnonpneumonia di Puskesmas Induk Kota Binjai yang mengacu pada kesesuaian mengikuti bukti pedoman dan indikator kinerja penggunaan antibiotik rasional dengan pendekatan diagnosis penyakit terhadap ketepatan indikasi.Metode; Penelitian ini secara deskriptif dengan pengambilan data retrospektif untuk memperleh gambaran penggunaan antibiotik. Data yang diperoleh dianalisis dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan antibiotik yang rasional.Hasil; Penelitian Jumlah kasus dari keenam puskesmas sebanyak 113 resep pada pasien anak dan 509 resep pada pasien dewasa, dari data hasil persentase yang menggunakan antibiotik pada anak 15,111% dan pada dewasa 63,826%, jumlah dari keseluruhan yang menggunakan antibiotik pada ISPAnonpneumonia sebanyak 78,939%. Penelitian dapat disimpulkan untuk kerasionalan antibiotik pada penyakit ISPAnonpneumoniabatas maksimum yang ditetapkan oleh departemen kesehatan, yaitu 20%.Kesimpulan;Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotik yang rasional pada Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) nonpneumoniadiPuskesmas Induk yang berada di Kota Binjai, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang antibiotika merupakan faktor risiko meningkatnya tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien ISPAnonpneumonia dan disarankan bagi tenaga kesehatan yang terkait lebih sering memonitoring ke masing-masing puskesmas.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115104275","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan;Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/I/2010 obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalamFarmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang dikandungnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/068/I/2010 obat bermerek dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan. Dari satu nama generik dapat di produksi berbagai macam sediaan obat dengan nama dagang yang berbeda. Tujuan; Untuk untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Kabupaten Aceh Besar yang meliputi defenisi, harga, mutu, dan peraturan pemerintah.Metode; Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa kuesioner yaitu menggambarkan persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Kabupaten Aceh Besar yang meliputi defenisi, harga, mutu, dan peraturan pemerintah. Hasil;Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 69 orang responden hanya 1 responden memiliki persepsi baik terhadap pengertian obat generik dan obat merk dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar dengan presentase 1,4%, dan sebanyak 43 responden yang memiliki persepsi cukup dengan presentase 62,3%, sedangkan sebanyak 25 responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan persentase 36,2%. Kesimpulan; Dapat disimpulan bahwa persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang di di daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar dapat dikatagorikan cukup.
{"title":"Gambaran Persepsi Masyarakat Tentang Obat Generik dan Obat Merek Dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar","authors":"Mutawatir Mutawatir, Adek Chan, Darwin Syamsul","doi":"10.33085/jdf.v3i2.4478","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v3i2.4478","url":null,"abstract":"Pendahuluan;Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/I/2010 obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalamFarmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang dikandungnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/068/I/2010 obat bermerek dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan. Dari satu nama generik dapat di produksi berbagai macam sediaan obat dengan nama dagang yang berbeda. Tujuan; Untuk untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Kabupaten Aceh Besar yang meliputi defenisi, harga, mutu, dan peraturan pemerintah.Metode; Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa kuesioner yaitu menggambarkan persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Kabupaten Aceh Besar yang meliputi defenisi, harga, mutu, dan peraturan pemerintah. Hasil;Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 69 orang responden hanya 1 responden memiliki persepsi baik terhadap pengertian obat generik dan obat merk dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar dengan presentase 1,4%, dan sebanyak 43 responden yang memiliki persepsi cukup dengan presentase 62,3%, sedangkan sebanyak 25 responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan persentase 36,2%. Kesimpulan; Dapat disimpulan bahwa persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang di di daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar dapat dikatagorikan cukup.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"53 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133684958","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Ibu hamil memerlukan terapi obat untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dideritanya dan obat pada ibu hamil patut mendapatkan perhatian karena dapat mempengaruhi janin. Tujuan; mengetahui jumlah penggunaan obat pada pasien ibu hamil dan kategori resiko terhadap janin berdasarkan kategori FDA. Metode; Dilakukan dengan retrospective observation, yaitu mengumpulkan data pasien rawat jalan ibu hamil di RSUD Kotapinang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2018. Hasil; Berdasarkan 150 pasien ibu hamil yang tidak diiringi penyakit menggunakan 2 jenis obat 79 pasien (64,75%). Pasien ibu hamil yang diiringi penyakit menggunakan 1 jenis obat 9 pasien (32,14 %). Golongan obat yang diresepkan pada ibu hamil yaitu vitamin sebanyak 100 (33,33%) antianemia 84 (25,22%). Kategori obat yang digunakan berdasarkan resiko terhadap janin adalah kategori A 183 (54,95%). Kesimpulan; Penggunaan obat pada pasien ibu hamil di RSUD Kotapinang dengan rata-rata keseluruhan pasien yang tidak diiringi penyakit 1,96 dan pasien yang diiringi penyakit 3,2 jenis obat, golongan obat yang digunakan paling banyak obat vitamin 100 (33,33%). Peresepan obat yang paling banyak di gunakan berdasarkan kategori FDA adalah A 183 (54,95%).
{"title":"Gambaran Penggunaan Obat Pada Pasien Ibu Hamil di Poliklinik Obstetri Dan Ginekologi di RSUD Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan","authors":"Leli Masliana, Ihsanul Hafiz, Indra Ginting","doi":"10.33085/jdf.v3i2.4498","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v3i2.4498","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Ibu hamil memerlukan terapi obat untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dideritanya dan obat pada ibu hamil patut mendapatkan perhatian karena dapat mempengaruhi janin. Tujuan; mengetahui jumlah penggunaan obat pada pasien ibu hamil dan kategori resiko terhadap janin berdasarkan kategori FDA. Metode; Dilakukan dengan retrospective observation, yaitu mengumpulkan data pasien rawat jalan ibu hamil di RSUD Kotapinang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2018. Hasil; Berdasarkan 150 pasien ibu hamil yang tidak diiringi penyakit menggunakan 2 jenis obat 79 pasien (64,75%). Pasien ibu hamil yang diiringi penyakit menggunakan 1 jenis obat 9 pasien (32,14 %). Golongan obat yang diresepkan pada ibu hamil yaitu vitamin sebanyak 100 (33,33%) antianemia 84 (25,22%). Kategori obat yang digunakan berdasarkan resiko terhadap janin adalah kategori A 183 (54,95%). Kesimpulan; Penggunaan obat pada pasien ibu hamil di RSUD Kotapinang dengan rata-rata keseluruhan pasien yang tidak diiringi penyakit 1,96 dan pasien yang diiringi penyakit 3,2 jenis obat, golongan obat yang digunakan paling banyak obat vitamin 100 (33,33%). Peresepan obat yang paling banyak di gunakan berdasarkan kategori FDA adalah A 183 (54,95%).","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129876712","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan;Penggunaanobattidakrasionalmerupakanmasalahglobalyangsangatekstrim.World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 50% obatseluruhduniadiresepkan,diracikataudijualdengantidaktepat,dansekitartidak digunakan secara tepat oleh pasien. Tujuan;Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 – 2019 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Sasaran Peningkatan Pelayanan Kefarmasian, persentase penggunaan obat rasional di Puskesmas sebesar 60%.Metode;Penelitian ini adalah jenispenelitiananalisis survey Analitikyangmenggunakandesain penelitianretrospektif yangdilakukandiseluruhpuskesmas Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utaraberjumlah 20 puskesmas yang bertujuan untuk mengetahui jumlah Puskesmas yang melakukan penggunaan obat rasional.Hasil;Penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa persentase penggunaan obat rasional dimulai dari tertinggi sampai terendah secara berurutan adalah puskesmas Pegajahan (97,40%); Pantai Cermin (91,70%); Melati (83,30%); Tanjung Beringin (69,50%); Sialang Buah (67,10%); Bintang Bayu (66,50%); Perbaungan (62,30%); Kuala Bali (61,60%); Sei Rampah (54,20%); Sipispis (52,70%); Bandar Khalifah ( 51,70%); Silinda (50,80%); Pangkalan Budiman (49,00%); Desa Pon (48,15%); Paya Lombang (46,30%); Tebing Syahbandar (43,50%); Dolok Merawan (43,10%); Dolok Masihul (42,90%); Kotarih (41,20%); Naga Kesiangan (37,30%); Rata-rata persentase penggunaan obat rasional kabupaten Serdang Bedagai sebesar 59,10%.Kesimpulan;Puskesmas yang telah melakukan penggunaan obat rasional berjumlah 8 Puskesmas (40%) dari 20 puskesmas di Kabupaten Serdang Bedagai.
{"title":"Evaluasi Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Kabupaten Serdang Bedagai","authors":"Rodiahti Pulungan, Adek Chan, Ella Fransiska","doi":"10.33085/JDF.V3I3.4484","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/JDF.V3I3.4484","url":null,"abstract":"Pendahuluan;Penggunaanobattidakrasionalmerupakanmasalahglobalyangsangatekstrim.World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 50% obatseluruhduniadiresepkan,diracikataudijualdengantidaktepat,dansekitartidak digunakan secara tepat oleh pasien. Tujuan;Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015 – 2019 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Sasaran Peningkatan Pelayanan Kefarmasian, persentase penggunaan obat rasional di Puskesmas sebesar 60%.Metode;Penelitian ini adalah jenispenelitiananalisis survey Analitikyangmenggunakandesain penelitianretrospektif yangdilakukandiseluruhpuskesmas Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utaraberjumlah 20 puskesmas yang bertujuan untuk mengetahui jumlah Puskesmas yang melakukan penggunaan obat rasional.Hasil;Penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa persentase penggunaan obat rasional dimulai dari tertinggi sampai terendah secara berurutan adalah puskesmas Pegajahan (97,40%); Pantai Cermin (91,70%); Melati (83,30%); Tanjung Beringin (69,50%); Sialang Buah (67,10%); Bintang Bayu (66,50%); Perbaungan (62,30%); Kuala Bali (61,60%); Sei Rampah (54,20%); Sipispis (52,70%); Bandar Khalifah ( 51,70%); Silinda (50,80%); Pangkalan Budiman (49,00%); Desa Pon (48,15%); Paya Lombang (46,30%); Tebing Syahbandar (43,50%); Dolok Merawan (43,10%); Dolok Masihul (42,90%); Kotarih (41,20%); Naga Kesiangan (37,30%); Rata-rata persentase penggunaan obat rasional kabupaten Serdang Bedagai sebesar 59,10%.Kesimpulan;Puskesmas yang telah melakukan penggunaan obat rasional berjumlah 8 Puskesmas (40%) dari 20 puskesmas di Kabupaten Serdang Bedagai.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132499609","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan tumbuhan herbal tahunan yang berasal dari keluarga Malvaceae. Hampir seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk pengobatan, terutama pengobatan alternatif. Diketahui kandungan senyawa yang terdapat pada bunga, daun dan akar rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat digunakan sebagai antibakteri. Tujuan; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga, daun dan akar rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode; Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimental. Bunga, daun dan akar rosella diekstraksi dengan etanol 70% secara maserasi. Ekstrak etanol bunga, daun dan akar rosella diuji aktivitas antibakterinya dengan menggunakan metode difusi cakram dengan konsentrasi yang digunakan masing-masing adalah 10%, 20%, dan 30%, kontrol positif Chloramphenicol 250 mg dan kontrol negatif DMSO. Hasil; Hasil analisis data dengan menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA) terdapat perbedaan yang signifikan pada diameter setiap kelompok (P0,05). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa daya hambat antibakteri ekstrak etanol bunga rosella pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 10% (17,43 mm), konsentasi 20% (21,6 mm), dan konsentrasi 30% (24,23 mm). Daya hambat antibakteri ekstrak daun rosella pada konsentrasi 10% (12,4 mm), konsentrasi 20% ( 16,73 mm) dan konsentrasi 30% ( 21,86 mm). Daya hambat antibakteri ekstrak akar rosella pada konsentrasi 10% (10,48 mm), konsentrasi 20% ( 13,2 mm) dan konsentrasi 30% ( 13,73 mm). Kesimpulan; Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa zona hambat terbesar terhadap Staphylococcus aureus ditunjukkan oleh ekstrak etanol bunga (24,23 mm), diikuti ekstrak daun (21,86) dan akar (13,73 mm).
{"title":"Perbandingan Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol Bunga, Daun dan Akar Tumbuhan Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus","authors":"Reanza Musmulya Putri, V. Diana, Khairani Fitri","doi":"10.33085/jdf.v3i3.4487","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v3i3.4487","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan tumbuhan herbal tahunan yang berasal dari keluarga Malvaceae. Hampir seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk pengobatan, terutama pengobatan alternatif. Diketahui kandungan senyawa yang terdapat pada bunga, daun dan akar rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat digunakan sebagai antibakteri. Tujuan; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga, daun dan akar rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode; Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimental. Bunga, daun dan akar rosella diekstraksi dengan etanol 70% secara maserasi. Ekstrak etanol bunga, daun dan akar rosella diuji aktivitas antibakterinya dengan menggunakan metode difusi cakram dengan konsentrasi yang digunakan masing-masing adalah 10%, 20%, dan 30%, kontrol positif Chloramphenicol 250 mg dan kontrol negatif DMSO. Hasil; Hasil analisis data dengan menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA) terdapat perbedaan yang signifikan pada diameter setiap kelompok (P0,05). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa daya hambat antibakteri ekstrak etanol bunga rosella pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 10% (17,43 mm), konsentasi 20% (21,6 mm), dan konsentrasi 30% (24,23 mm). Daya hambat antibakteri ekstrak daun rosella pada konsentrasi 10% (12,4 mm), konsentrasi 20% ( 16,73 mm) dan konsentrasi 30% ( 21,86 mm). Daya hambat antibakteri ekstrak akar rosella pada konsentrasi 10% (10,48 mm), konsentrasi 20% ( 13,2 mm) dan konsentrasi 30% ( 13,73 mm). Kesimpulan; Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa zona hambat terbesar terhadap Staphylococcus aureus ditunjukkan oleh ekstrak etanol bunga (24,23 mm), diikuti ekstrak daun (21,86) dan akar (13,73 mm).","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124105284","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Nyeri sendi sering menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari penderita. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya apakah dengan upaya farmakoterapi, fisioterapi dan atau pembedahan, penggunaan antiinflamasi dengan indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaianyang tidak sesuai Tujuan; Penelitian untuk mengetahui tepat indikasi kerasionalitasan penggunaan dan kelengkapan resep Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) pada tiga Puskesmas di kabupaten Gayo Lues. Metode; Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana terdapat dua aspek yang dilakukan yang pertama terkait pola peresepan obat dan kedua kerasionalan terhadap harga obat, oleh karena itu dilakukan beberapa tahap dalam pelaksanaan penelitian yaitu meliputi tahap pengumpulan data, tahap identifikasi, pelaksanaan penelitian, tahap analisis dan penarikan kesimpulan. Hasil; Penggunaan Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) di puskesmas kota Blangkejeren, Aceh belum sepenuhnya tepat, puskesmas A ketepatan indikasi resep terhadap penyakit inflamasi non-steroid sebesar 80% sedangkan ketepatan indikasi pada puskesmas B dan C mencapai 100%, penggunaan Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) yang rasional di puskesmas kota Blangkejeren, Aceh, belum memenuhi persentase 100%, pada puskesmas A dan B memiliki ketidak tepatan obat pada resep yang diambil, pada puskesmas A memiliki ketepatan penggunaan obat sebesar 94,29% dan ketidak tepatan obat 5,71%. Kesimpulan; Rasionalitas penggunaan dan kelengkapan resep non steroid anti inflamasi (nsaid) pada tiga puskesmas di kabupaten gayo lues. Pada Puskesmas A: 80% belum dikatankan rasional, hanya mencapai 80%, sedangkan puskesmas B, dan C: 100% rasional dan pengguna NSAID belum rasional.
{"title":"Rasionalitas Penggunaan dan Kelengkapan Resep Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) Pada Tiga Puskesmas di Kabupaten Gayo Lues","authors":"Hetty Wahyuni, V. Diana, S. Suprianto","doi":"10.33085/jdf.v3i2.4471","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v3i2.4471","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Nyeri sendi sering menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari penderita. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya apakah dengan upaya farmakoterapi, fisioterapi dan atau pembedahan, penggunaan antiinflamasi dengan indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaianyang tidak sesuai Tujuan; Penelitian untuk mengetahui tepat indikasi kerasionalitasan penggunaan dan kelengkapan resep Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) pada tiga Puskesmas di kabupaten Gayo Lues. Metode; Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana terdapat dua aspek yang dilakukan yang pertama terkait pola peresepan obat dan kedua kerasionalan terhadap harga obat, oleh karena itu dilakukan beberapa tahap dalam pelaksanaan penelitian yaitu meliputi tahap pengumpulan data, tahap identifikasi, pelaksanaan penelitian, tahap analisis dan penarikan kesimpulan. Hasil; Penggunaan Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) di puskesmas kota Blangkejeren, Aceh belum sepenuhnya tepat, puskesmas A ketepatan indikasi resep terhadap penyakit inflamasi non-steroid sebesar 80% sedangkan ketepatan indikasi pada puskesmas B dan C mencapai 100%, penggunaan Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID) yang rasional di puskesmas kota Blangkejeren, Aceh, belum memenuhi persentase 100%, pada puskesmas A dan B memiliki ketidak tepatan obat pada resep yang diambil, pada puskesmas A memiliki ketepatan penggunaan obat sebesar 94,29% dan ketidak tepatan obat 5,71%. Kesimpulan; Rasionalitas penggunaan dan kelengkapan resep non steroid anti inflamasi (nsaid) pada tiga puskesmas di kabupaten gayo lues. Pada Puskesmas A: 80% belum dikatankan rasional, hanya mencapai 80%, sedangkan puskesmas B, dan C: 100% rasional dan pengguna NSAID belum rasional.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126985696","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolik dikarakteristikkan dengan hiperglikemia serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin. Tujuan; Untuk mengetahui hubungan antara penerapan diet, akitivitas fisik dan terapi obat terhadap status kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe II dan mengetahui tingkat self care dan kepatuhan pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe II. Metode; Penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif dengan analisa univariat dan bivariat. Hasil; Berdasarkan hasil analisis data jawaban kuisoner dan data status KGD responden pada medical record PRB yang diamati selama 3 bulan (Februari, Maret dan April) diperoleh bahwa sebanyak 95,66% pasien DM Tipe II patuh untuk mendapatkan obat 1 bulan dalam pelayanan PRB, dengan 54,35% pasien DM Tipe II memiliki status KGD sedang dan rata-rata tingkat self care pasien DM Tipe II di Puskesmas Sentosa Baru sebanyak 52,89% yang termasuk dalam kategori sedang.Kesimpulan; Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara penerapan jumlah makanan, jenis makanan, jadwal makan (diet), aktivitas fisik dan patuhnya pasien dalam meminum obat sesuai dosis terapi yang dianjurkan dokter terhadap status KGD pasien. Sebanyak 68 % pasien dengan status KGD Buruk sebelum penelitian pada bulan Januari menurun menjadi 33 % pasien dengan status KGD Buruk setelah 3 bulan dilaksankan penelitian pada bulan April.
{"title":"Tingkat Self Care dan Kapatuhan Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan","authors":"A. Rini, Afriadi Afriadi, Dwi Setio Purnomo","doi":"10.33085/JDF.V3I2.4499","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/JDF.V3I2.4499","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolik dikarakteristikkan dengan hiperglikemia serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin. Tujuan; Untuk mengetahui hubungan antara penerapan diet, akitivitas fisik dan terapi obat terhadap status kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe II dan mengetahui tingkat self care dan kepatuhan pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe II. Metode; Penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif dengan analisa univariat dan bivariat. Hasil; Berdasarkan hasil analisis data jawaban kuisoner dan data status KGD responden pada medical record PRB yang diamati selama 3 bulan (Februari, Maret dan April) diperoleh bahwa sebanyak 95,66% pasien DM Tipe II patuh untuk mendapatkan obat 1 bulan dalam pelayanan PRB, dengan 54,35% pasien DM Tipe II memiliki status KGD sedang dan rata-rata tingkat self care pasien DM Tipe II di Puskesmas Sentosa Baru sebanyak 52,89% yang termasuk dalam kategori sedang.Kesimpulan; Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara penerapan jumlah makanan, jenis makanan, jadwal makan (diet), aktivitas fisik dan patuhnya pasien dalam meminum obat sesuai dosis terapi yang dianjurkan dokter terhadap status KGD pasien. Sebanyak 68 % pasien dengan status KGD Buruk sebelum penelitian pada bulan Januari menurun menjadi 33 % pasien dengan status KGD Buruk setelah 3 bulan dilaksankan penelitian pada bulan April.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131068685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Peresepanan antibiotik bertujuan mengatasi penyakit infeksi (terapi) dan mencegah infeksi pada pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi bakteri pada tindakan pembedahan (profilaksis bedah) dan beberapa kondisi medis tertentu profilaksis medik). Antibiotik tidak di berikan pada penyakit non-infeksi dan penyaki tinfeksi yang dapat sembuh sendiri (self-limited) seperti infeksi virus. Tujuan; Penelitian ini adalah mengetahui pola peresepan antibiotik pada pasien rawat jalan di puskesmas Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues. Metode; Penelitian deskriptif kualitatif dengan pengambilan data secara retrospektif. populasi adalah pasien yang datanya tertulis dalam data resep dengan jumlah populasi 1.244 pasien. Pasien yang menggunakan antibiotik berjumlah 86 pasien. Hasil; Penelitian menunjukan antibiotik yang sering diresepkan adalah antibiotik generik golongan beta lactam yaitu amoksisilin ( 32,6% ). Bentuk sediaan yang banyak digunakan adalah tablet ( 54,7 % ) . Gambaran kesesuaian pemberian antibiotik di Puskesmas Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues dengan pedoman pengobatan dasar puskesmas adalah tepat indikasi 54,6 %, tepat dosis 60,5 % , tepat frekwensi 87,7 % dan tepat durasi 26,7 %. Kesimpulan; Dari penelitian ini Sesuai peresepan antibiotik belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman pengobatan dasar di puskesmas dan diharapkan kepada dokter untuk memperhatikan pesesepan antibiotik sehingga di dapatkan terapi antibiotik yang rasional.
{"title":"Evaluasi Peresepan Antibiotik Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues","authors":"Jamiati Jamiati, Hafizhatul Abadi, M. Sari","doi":"10.33085/jdf.v3i3.4482","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v3i3.4482","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Peresepanan antibiotik bertujuan mengatasi penyakit infeksi (terapi) dan mencegah infeksi pada pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami infeksi bakteri pada tindakan pembedahan (profilaksis bedah) dan beberapa kondisi medis tertentu profilaksis medik). Antibiotik tidak di berikan pada penyakit non-infeksi dan penyaki tinfeksi yang dapat sembuh sendiri (self-limited) seperti infeksi virus. Tujuan; Penelitian ini adalah mengetahui pola peresepan antibiotik pada pasien rawat jalan di puskesmas Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues. Metode; Penelitian deskriptif kualitatif dengan pengambilan data secara retrospektif. populasi adalah pasien yang datanya tertulis dalam data resep dengan jumlah populasi 1.244 pasien. Pasien yang menggunakan antibiotik berjumlah 86 pasien. Hasil; Penelitian menunjukan antibiotik yang sering diresepkan adalah antibiotik generik golongan beta lactam yaitu amoksisilin ( 32,6% ). Bentuk sediaan yang banyak digunakan adalah tablet ( 54,7 % ) . Gambaran kesesuaian pemberian antibiotik di Puskesmas Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues dengan pedoman pengobatan dasar puskesmas adalah tepat indikasi 54,6 %, tepat dosis 60,5 % , tepat frekwensi 87,7 % dan tepat durasi 26,7 %. Kesimpulan; Dari penelitian ini Sesuai peresepan antibiotik belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman pengobatan dasar di puskesmas dan diharapkan kepada dokter untuk memperhatikan pesesepan antibiotik sehingga di dapatkan terapi antibiotik yang rasional. ","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123865320","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}