Pendahuluan: Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, bukan lah barang murah yang dapat dibeli dan nikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Kesehatan merupakan salah satu modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional menuju terciptanya kesejahteraan masyarakat. BPJS kesehatan adalah adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan PerMenKes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 yang mewajibkan penulisan resep dengan nama generik di fasilitas Kesehatan Pemerintah untuk mengantisipasi tingginya harga obat. Tujuan: Untuk mengevaluasi kepatuhan penulisan resep obat generik untuk pasien BPJS rawat jalan pada pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji. Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dengan analisis deskriptif univariat dengan pengambilan 366 lembar resep sebagai sampel. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan telah dilaksanakan penulisan resep obat generik. Persentase penulisan resep dengan nama generik periode januari sampai dengan juni 2016 adalah Januari 67,2%, Februari 72,1%, Maret 77,0%, April 78,7%, Mei 82,0%, dan bulan Juni 85,2% dengan rata-rata 77,03%. Kesimpulan: Penelitian menunjukkan terjadi peningkatan persentase setiap bulan walaupun belum optimal.
{"title":"Evaluasi Kepatuhan Penulisan Resep Obat Generik Pada Pasien BPJS Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Haji Medan","authors":"Putra Manik, Jacub Tarigan","doi":"10.33085/jdf.v1i2.4363","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i2.4363","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, bukan lah barang murah yang dapat dibeli dan nikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Kesehatan merupakan salah satu modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional menuju terciptanya kesejahteraan masyarakat. BPJS kesehatan adalah adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan PerMenKes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 yang mewajibkan penulisan resep dengan nama generik di fasilitas Kesehatan Pemerintah untuk mengantisipasi tingginya harga obat. Tujuan: Untuk mengevaluasi kepatuhan penulisan resep obat generik untuk pasien BPJS rawat jalan pada pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji. Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dengan analisis deskriptif univariat dengan pengambilan 366 lembar resep sebagai sampel. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan telah dilaksanakan penulisan resep obat generik. Persentase penulisan resep dengan nama generik periode januari sampai dengan juni 2016 adalah Januari 67,2%, Februari 72,1%, Maret 77,0%, April 78,7%, Mei 82,0%, dan bulan Juni 85,2% dengan rata-rata 77,03%. Kesimpulan: Penelitian menunjukkan terjadi peningkatan persentase setiap bulan walaupun belum optimal. ","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121709374","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan; Stroke adalah suatu penyakit gangguan anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat yang disebabkan karena adanya pendarahan di otak. Tujuan: Untuk mengetahui pengunaan obat stroke pada rawat jalan yang digunakan di RSUD DR. R.M. Djoelham Kota Binjai. Metode; Sampel yang di ambil yaitu data resep obat pasien Stroke di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai. Hasil; hasil data yang telah didapat pasien yang berobat di RSDU Dr. R.M Djoelham Kota Binjai rutin berobat dan penggunaan dosis dan jumlah obatnya tetap tidak mengalami perubahan. Kesimpulan; Dari hasil penelitian saya obat yang digunakan pada penyakit stroke pada rawat jalan di RSUD DR. R.M Djoelham Kota Binjai adalah Amlodipin Tab, Aspilet Tab, Candesartan Tab, Alprazolam Tab, Ramipril Tab, Concor Tab. Diharapkan kepada penelitian selanjutnya untuk mensurvei jenis penyakit lainnya.
{"title":"Penggunaan Obat Pada Pasien Penyakit Stroke di RSUD Dr. R.M Djoelham Kota Binjai","authors":"Yuferlonus Lonus, Afriadi Afriadi","doi":"10.33085/jdf.v1i2.4360","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i2.4360","url":null,"abstract":"Pendahuluan; Stroke adalah suatu penyakit gangguan anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat yang disebabkan karena adanya pendarahan di otak. Tujuan: Untuk mengetahui pengunaan obat stroke pada rawat jalan yang digunakan di RSUD DR. R.M. Djoelham Kota Binjai. Metode; Sampel yang di ambil yaitu data resep obat pasien Stroke di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai. Hasil; hasil data yang telah didapat pasien yang berobat di RSDU Dr. R.M Djoelham Kota Binjai rutin berobat dan penggunaan dosis dan jumlah obatnya tetap tidak mengalami perubahan. Kesimpulan; Dari hasil penelitian saya obat yang digunakan pada penyakit stroke pada rawat jalan di RSUD DR. R.M Djoelham Kota Binjai adalah Amlodipin Tab, Aspilet Tab, Candesartan Tab, Alprazolam Tab, Ramipril Tab, Concor Tab. Diharapkan kepada penelitian selanjutnya untuk mensurvei jenis penyakit lainnya.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129298575","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang menyebakan ganguan kontinuitas sehingga terjadinya pemisahan struktur kulit yang semula normal. Bentuk luka ada berbagai macam, mulai dari luka tusuk, luka lecet, luka sayat, luka bakar dan luka gores. Lidah buaya (Aloe vera L.) salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk obat luka karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk luka, seperti vitamin, protein, asam amino, dan enzim. Lidah buaya (Aloe vera L.) diformulasikan dalam bentuk sediaan gel dengan cara mengambil sari dari daging lidah buaya (Aloe vera L.). Tujuan: Untuk mengetahui efek daya sembuh Formulasi sediaan gel sari lidah buaya (Aloe vera L.) Sebagai obat luka gores pada mencit. Metode: Metode penelitian ini, menggunakan sediaan gel yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya HPMC, metil paraben, dan propilen glikol serta penambahan sari lidah buaya dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan dilakukan uji daya sembuhnya pada luka gores punggung mencit dengan luka awal 10 mm. Hasil: Mencit dengan pengobatan dasar gel menunjukan kesembuhan dengan panjang luka berkurang menjadi 6,3 mm. Mencit dengan pengobatan menggunakan gel dari sari lidah buaya konsentrasi 5%, 10% dan 15% perubahan luka mengecil dengan rata-rata panjang luka menjadi 5,6 mm, 5,3 mm dan 4 mm. Sedangakan pengobatan menggunakan bioplacenton perubahan luka mengecil denganpanjang luka menjadi 3 mm. Pengolahan data menggunakan uji analisis Anova. Kesimpulan: dari penelitian ini adalah gel sari lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki efek daya sembuh yang cepat pada konsentrasi 15% tetapi tidak seefektif kontrol positif yaitu bioplacenton. Diharapkan untuk peneliti berikutnya agar dapat membuat formulasi sediaan obat luka dari sari lidah buaya dalam bentuk krim dan diujikan daya sembuhnya pada luka bakar.
{"title":"Formulasi Sediaan Gel Sari Lidah Buaya (Aloe Vera L.) sebagai Obat Luka","authors":"A. Buulolo, Darwin Syamsul","doi":"10.33085/jdf.v1i1.4345","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i1.4345","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang menyebakan ganguan kontinuitas sehingga terjadinya pemisahan struktur kulit yang semula normal. Bentuk luka ada berbagai macam, mulai dari luka tusuk, luka lecet, luka sayat, luka bakar dan luka gores. Lidah buaya (Aloe vera L.) salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk obat luka karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk luka, seperti vitamin, protein, asam amino, dan enzim. Lidah buaya (Aloe vera L.) diformulasikan dalam bentuk sediaan gel dengan cara mengambil sari dari daging lidah buaya (Aloe vera L.). Tujuan: Untuk mengetahui efek daya sembuh Formulasi sediaan gel sari lidah buaya (Aloe vera L.) Sebagai obat luka gores pada mencit. Metode: Metode penelitian ini, menggunakan sediaan gel yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya HPMC, metil paraben, dan propilen glikol serta penambahan sari lidah buaya dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan dilakukan uji daya sembuhnya pada luka gores punggung mencit dengan luka awal 10 mm. Hasil: Mencit dengan pengobatan dasar gel menunjukan kesembuhan dengan panjang luka berkurang menjadi 6,3 mm. Mencit dengan pengobatan menggunakan gel dari sari lidah buaya konsentrasi 5%, 10% dan 15% perubahan luka mengecil dengan rata-rata panjang luka menjadi 5,6 mm, 5,3 mm dan 4 mm. Sedangakan pengobatan menggunakan bioplacenton perubahan luka mengecil denganpanjang luka menjadi 3 mm. Pengolahan data menggunakan uji analisis Anova. Kesimpulan: dari penelitian ini adalah gel sari lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki efek daya sembuh yang cepat pada konsentrasi 15% tetapi tidak seefektif kontrol positif yaitu bioplacenton. Diharapkan untuk peneliti berikutnya agar dapat membuat formulasi sediaan obat luka dari sari lidah buaya dalam bentuk krim dan diujikan daya sembuhnya pada luka bakar.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124181313","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Bengkoang (Pachyrhizus erosus) mengandung vitamin C, saponin, flavonoid, pachyrhizon, rotenon, vitamin B1, dan vitamin. Zat fenolida pada bengkuang cukup efektif menghambat pembentukan melanin, sehingga pigmentasi akibat sinar matahari, hormon, dan bekas jerawat dapat dikurangi, memutihkan kulit, sesuai untuk kulit yang berada di daerah tropis seperti di Indonesia. Tujuan: untuk mengetahui apakah pati bengkoang (Pachyrhizus erosus) dapat diformulasikan dalam sediaan bedak kompak sebagai pencerah kulit wajah. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian Eksperimental Laboratorium. Bengkoang (Pachyrhizus erosus) diambil pati dengan cara diparut dan dibiarkan mengendap. Pati yang sudah jadi kemudian dikeringkan dan diformulasikan dalam sediaan bedak kompak. Selanjutnya akan dilakukan pengujian mutu sediaan meliputi uji homogenitas, uji poles, uji daya sebar dan uji iritasi pada kulit sukarelawan. Hasil: Berdasarkan pengujian mutu fisik sediaan masing – masing konsentrasi formula sediaan bedak kompak menunjukkan hasil sediaan yang homogen dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Kesimpulan: Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa pati bengkoang dapat diformulasikan sebagai pencerah kulit wajah dalam sediaan bedak kompak. Disarankan pada penelitian selanjutya untuk melakukan uji stabilitas bedak, uji keretakan, dan uji kekerasan.
{"title":"Formulasi Sediaan Bedak Kompak Pati Bengkoang (Pachyrizhus Erosus L) Sebagai Pencerah Kulit Wajah","authors":"Gita Novitri, Afriadi Afriadi","doi":"10.33085/jdf.v1i1.4347","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i1.4347","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Bengkoang (Pachyrhizus erosus) mengandung vitamin C, saponin, flavonoid, pachyrhizon, rotenon, vitamin B1, dan vitamin. Zat fenolida pada bengkuang cukup efektif menghambat pembentukan melanin, sehingga pigmentasi akibat sinar matahari, hormon, dan bekas jerawat dapat dikurangi, memutihkan kulit, sesuai untuk kulit yang berada di daerah tropis seperti di Indonesia. Tujuan: untuk mengetahui apakah pati bengkoang (Pachyrhizus erosus) dapat diformulasikan dalam sediaan bedak kompak sebagai pencerah kulit wajah. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian Eksperimental Laboratorium. Bengkoang (Pachyrhizus erosus) diambil pati dengan cara diparut dan dibiarkan mengendap. Pati yang sudah jadi kemudian dikeringkan dan diformulasikan dalam sediaan bedak kompak. Selanjutnya akan dilakukan pengujian mutu sediaan meliputi uji homogenitas, uji poles, uji daya sebar dan uji iritasi pada kulit sukarelawan. Hasil: Berdasarkan pengujian mutu fisik sediaan masing – masing konsentrasi formula sediaan bedak kompak menunjukkan hasil sediaan yang homogen dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Kesimpulan: Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa pati bengkoang dapat diformulasikan sebagai pencerah kulit wajah dalam sediaan bedak kompak. Disarankan pada penelitian selanjutya untuk melakukan uji stabilitas bedak, uji keretakan, dan uji kekerasan. ","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132854963","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Introduction: Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L) or know as the banana plants in Indonesia is a herbaceous plants that belongs to the family Musaceaa. Objective: This Study Aims tho determine the rind of banana (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L)) can be formulated in Cream.Methode: This research the conducted experimental, the sample is extracted by maceration using 70% ethanol. Extract later in pekatkan at temperatrs 400C with a pressure of 100 atm. Viscous extract obtained of used at an concentration of 5%, 10% and 15%. Results: Results showed that banana peel extract can be prepared as a cream and meet the pyshical Evaluation of the stocks. Homogeneity test result that the preparation made sufficiently homogeneous, pH 6.5 to 6.9 is obtained cream still meet the skin’s Ph ranging between 6.0 to 7.0 and cream type test. Colculsion: Dosage formulations cream bark ethanol extract banana (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L)) qualified physical evaluation preparations include homogeneity, pH test dan thest type cream.
简介:Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L)或称为印度尼西亚的香蕉植物,是一种草本植物,属于Musaceaa科。目的:确定香蕉(Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L))皮在乳膏中的可配制性。方法:本实验采用70%乙醇浸渍法提取样品。然后在pekatkan中提取,温度为400℃,压力为100 atm。在5%、10%和15%的浓度下得到粘性提取物。结果:实验结果表明,香蕉皮提取物可制成乳膏,且符合原液的理化指标。均匀性试验结果表明,配制充分均匀,得到的面霜pH值在6.5 ~ 6.9之间,仍然满足皮肤的pH值在6.0 ~ 7.0之间,并进行面霜型试验。结论:膏皮乙醇提取物香蕉(Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L))的剂量配方合格的物理评价制剂包括均匀性、pH值试验和最佳型膏皮。
{"title":"Cream Formulation of Ethanol Extract of Banana Peel (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L))","authors":"Idarwati Duha, Adek Chan","doi":"10.33085/jdf.v1i1.4348","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i1.4348","url":null,"abstract":"Introduction: Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L) or know as the banana plants in Indonesia is a herbaceous plants that belongs to the family Musaceaa. Objective: This Study Aims tho determine the rind of banana (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L)) can be formulated in Cream.Methode: This research the conducted experimental, the sample is extracted by maceration using 70% ethanol. Extract later in pekatkan at temperatrs 400C with a pressure of 100 atm. Viscous extract obtained of used at an concentration of 5%, 10% and 15%. Results: Results showed that banana peel extract can be prepared as a cream and meet the pyshical Evaluation of the stocks. Homogeneity test result that the preparation made sufficiently homogeneous, pH 6.5 to 6.9 is obtained cream still meet the skin’s Ph ranging between 6.0 to 7.0 and cream type test. Colculsion: Dosage formulations cream bark ethanol extract banana (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L)) qualified physical evaluation preparations include homogeneity, pH test dan thest type cream. ","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126680275","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, senyawa yang mengandung furanon dalam gugus hidrofuranon pada C23 memiliki aktivitas sitotoksik. Tujuan: Untuk mengetahui berapakah toksisitas ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) pada larva udang (Artemia salina Leach.). Metode: Penelitian menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan empat konsentrasi yaitu 2,5 ppm, 5 ppm, 12,5 ppm dan 25 ppm. Dengan 120 ekor larva Artemia salina Leach. Sebagai uji toksisitas dan 30 ekor untuk kontrol. Pengamatan dilakukan selama 24 jam, dihitung jumlah larva udang yang mati. Hasil: Pada konsentrasi 2,5 ppm total kematiannya 33,33 %, pada konsentrasi 5 ppm total kematiannya 63,33 %, pada konsentrasi 12,5 ppm total kematiannya 76,66% dan pada konsentrasi 25 ppm total kematiannya 93,33 %. Kesimpulan: Hasil C50sebesar 3,9201 ppm. Daun sirsak memiliki potensi sangat toksik, karena memiliki nilai LC50 1000 ppm. Perlu dilakukan pengukuran kadar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) supaya nilai toksisitas akut LC50 lebih terukur.
{"title":"Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Pada Larva Udang (Artemia Salina Leach.)","authors":"Riva Rainiza Zuddin, Hafizhatul Abadi","doi":"10.33085/jdf.v1i1.4349","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i1.4349","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, senyawa yang mengandung furanon dalam gugus hidrofuranon pada C23 memiliki aktivitas sitotoksik. Tujuan: Untuk mengetahui berapakah toksisitas ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) pada larva udang (Artemia salina Leach.). Metode: Penelitian menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan empat konsentrasi yaitu 2,5 ppm, 5 ppm, 12,5 ppm dan 25 ppm. Dengan 120 ekor larva Artemia salina Leach. Sebagai uji toksisitas dan 30 ekor untuk kontrol. Pengamatan dilakukan selama 24 jam, dihitung jumlah larva udang yang mati. Hasil: Pada konsentrasi 2,5 ppm total kematiannya 33,33 %, pada konsentrasi 5 ppm total kematiannya 63,33 %, pada konsentrasi 12,5 ppm total kematiannya 76,66% dan pada konsentrasi 25 ppm total kematiannya 93,33 %. Kesimpulan: Hasil C50sebesar 3,9201 ppm. Daun sirsak memiliki potensi sangat toksik, karena memiliki nilai LC50 1000 ppm. Perlu dilakukan pengukuran kadar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) supaya nilai toksisitas akut LC50 lebih terukur.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132925049","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Jambu biji (Psidium guajava) merupakan salah satu tanaman yang sudah lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Buah jambu biji mengandung beta karoten dan vitamin Cyang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan menyembuhkan sariawan, jambu biji mengandung zat non-gizi yang tinggi dan kaya akan serat pangan. Tujuan: dari penelitian ini untuk mengetahui apakah sari buah jambu biji dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan serbuk effervecent. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, formulasi sediaan serbuk effervecent yang terdiri dari berbagai komposisi diantaranya asam sitrat, asam tartrat, natrium bikarbonat, laktosa, dan serbuk kering sari buah jambu biji. Pengujian terhadap sediaan serbukeffervecent dari sari buah jambu biji meliputi pengujian waktu dispersi, pH dan pengujian hedonik. Hasil: Uji waktu dispersi pada sediaan serbuk effervecent sari buah jambu biji menunjukkan waktu dispersi yang baik, dimana semua sediaan larut sempurna dalam waktu kurang dari 52-59 detik, dimana formula I memiliki waktu dispersi tercepat yaitu 28,29 detik, formula II dengan waktu 31,58 detik, dan formula III dengan waktu dispersi terlama yaitu 34,08 detik. Pada pengujian pH serbuk effervecent sari buah jambu biji didapatkan pH masing-masing produk dengan jumlah, formula I dengan pH 4,6 dan formula II pH 4,7 sedangkan formula III 4,8. Pada pengujian hedonik yaitu atribut rasa menunjukkan formula III rasa terlalu asam, Formula II memiliki rasa tidak terlalu asam, dan Formula I memiliki rasa lebih manis. Kesimpulan :Sari buah jambu biji (Psidium guajava) dapat diformulasikan kedalam bentuk sediaan serbuk effervecent. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk membuat sediaan serbuk effervecent sari dari sari buah lainnya.
{"title":"Formulasi Sediaan Serbuk Effervescent Sari Buah Jambu Biji (Psidium Guajava)","authors":"Christina Sihomning, V. Diana","doi":"10.33085/jdf.v1i1.4346","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i1.4346","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Jambu biji (Psidium guajava) merupakan salah satu tanaman yang sudah lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Buah jambu biji mengandung beta karoten dan vitamin Cyang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan menyembuhkan sariawan, jambu biji mengandung zat non-gizi yang tinggi dan kaya akan serat pangan. Tujuan: dari penelitian ini untuk mengetahui apakah sari buah jambu biji dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan serbuk effervecent. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, formulasi sediaan serbuk effervecent yang terdiri dari berbagai komposisi diantaranya asam sitrat, asam tartrat, natrium bikarbonat, laktosa, dan serbuk kering sari buah jambu biji. Pengujian terhadap sediaan serbukeffervecent dari sari buah jambu biji meliputi pengujian waktu dispersi, pH dan pengujian hedonik. Hasil: Uji waktu dispersi pada sediaan serbuk effervecent sari buah jambu biji menunjukkan waktu dispersi yang baik, dimana semua sediaan larut sempurna dalam waktu kurang dari 52-59 detik, dimana formula I memiliki waktu dispersi tercepat yaitu 28,29 detik, formula II dengan waktu 31,58 detik, dan formula III dengan waktu dispersi terlama yaitu 34,08 detik. Pada pengujian pH serbuk effervecent sari buah jambu biji didapatkan pH masing-masing produk dengan jumlah, formula I dengan pH 4,6 dan formula II pH 4,7 sedangkan formula III 4,8. Pada pengujian hedonik yaitu atribut rasa menunjukkan formula III rasa terlalu asam, Formula II memiliki rasa tidak terlalu asam, dan Formula I memiliki rasa lebih manis. Kesimpulan :Sari buah jambu biji (Psidium guajava) dapat diformulasikan kedalam bentuk sediaan serbuk effervecent. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk membuat sediaan serbuk effervecent sari dari sari buah lainnya. ","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127498780","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar” gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambahkan daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kulit buah delima(purica granatum L.) dapat di formulasikan kedalam sediaan krim pelembab. Tujuan: untuk menguji kestabilan fisik produk krim dari ekstrak kulit buah delima dimana berdasarkan parameter yang sudah ditentukan. Metode: Penelitian yang dilakukan adalah metodel eksperimental di laboratorium,dengan cara mengeringkan kulit buah delima. kemudian dilanjutkan dengan membuat formulasi sediaan krim pelembab dari kulit buah delima. penelitian ini dilakukan di Laboratorium STIKes Helvetia Medan dengan menggunakan konsentrasi 2%, 4%, 6% dengan cara pemeriksaan homogenitas, uji iritasi, uji organoleptik, dan uji pH sediaan. Hasil: Konsentrasi 2%, 4%, 6% kulit buah delima dalam sediaan krim pelembab tidak terjadi iritasi, gatal dan kemerahan pada kulit. sediaan krim pelembab yang dihasilkan semua homogen, memiliki pH 6,5. dari hasil uji iritasi sukarelawan sampel yang dioleskan pada bagian belakang telinga tidak terjadi iritasi. Kesimpuulan: Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa kulit buah delima dapat diformulasikan kedalam sediaan krim. disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membuat sediaan krim yang lebih menarik lagi dari kulit buah delima.
引言:化妆品指的是材料或sediaan用于人体表皮(外部,头发,指甲,嘴唇和牙齿外生殖器”器官来清洁口腔,增加吸引力,改变外表,保护就好,改善体味状态,但不是用来治疗或治愈疾病。此外,这项研究的目的是确定石榴皮(purica granatum L)是否可以形成一种润肤霜。目的:测试石榴皮提取物中提取的奶油产品的稳定性,并在适当的参数下进行测试。方法:研究是一种实验方法在实验室中,通过干燥石榴皮肤来进行。然后用石榴皮做一个填充凝胶凝胶配方。该研究是在Helvetia Medan STIKes实验室进行的,该实验室使用了2%、4%、6%的浓度、同质检测、刺激试验、有机检测和pH pH检测。结果:发胶色套装中石榴皮浓度2%、4%、6%,不会刺激皮肤、瘙痒和发红。生成所有同源的剂型保湿霜,拥有pH 6.5。根据志愿者刺激测试,耳后的样本没有受到刺激。结论:根据结果可以推断,石榴皮可以制成冰淇淋剂型。建议进一步的研究人员,使其比石榴皮更吸引人。
{"title":"Formulasi Sediaan Krim Pelembab Ekstrak Kulit Buah Delima (Purica Grantum L)","authors":"Titisan Airmata Dao, Darwin Syamsul","doi":"10.33085/jdf.v1i1.4352","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v1i1.4352","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar” gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambahkan daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kulit buah delima(purica granatum L.) dapat di formulasikan kedalam sediaan krim pelembab. Tujuan: untuk menguji kestabilan fisik produk krim dari ekstrak kulit buah delima dimana berdasarkan parameter yang sudah ditentukan. Metode: Penelitian yang dilakukan adalah metodel eksperimental di laboratorium,dengan cara mengeringkan kulit buah delima. kemudian dilanjutkan dengan membuat formulasi sediaan krim pelembab dari kulit buah delima. penelitian ini dilakukan di Laboratorium STIKes Helvetia Medan dengan menggunakan konsentrasi 2%, 4%, 6% dengan cara pemeriksaan homogenitas, uji iritasi, uji organoleptik, dan uji pH sediaan. Hasil: Konsentrasi 2%, 4%, 6% kulit buah delima dalam sediaan krim pelembab tidak terjadi iritasi, gatal dan kemerahan pada kulit. sediaan krim pelembab yang dihasilkan semua homogen, memiliki pH 6,5. dari hasil uji iritasi sukarelawan sampel yang dioleskan pada bagian belakang telinga tidak terjadi iritasi. Kesimpuulan: Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa kulit buah delima dapat diformulasikan kedalam sediaan krim. disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membuat sediaan krim yang lebih menarik lagi dari kulit buah delima.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114887519","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Daun kemangi dan biji pepaya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai antiseptik tangan. Kandungan kimia yang terdapat didalam daun kemangi dan biji pepaya adalah saponin, flavonid, fenol, alkaloid dan minyak atsiri. Ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dan biji papaya (Carica papaya L.) telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan: Untuk mengetahui daun kemangi (ocium Basilicum L) dan biji papaya (Carica Papaya L)dapat diformulasikan kedalam sediaan gel hand sanitizer. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium, dibuat dengan menggunakan ekstrak etanol daun kemangi dan biji pepaya yang diformulasikan kedalam bentuk sediaan gel hand sanitizer. Formulasi sediaan gel hand sanitizer dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 10%, 15%, dan 20%. Pengujian karakteristik sediaan gel hand sanitizer meliputi: uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH dan uji hedonik. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan gel hand sanitizer ekstrak daun kemangi dan biji pepaya memenuhi persyaratan karakteristik sediaan gel. Sediaan gel yang dihasilkan memiliki tekstur kental setengah padat dan sediaan terlihat homogen saat dioleskan pada kaca transparan. Warna yang dihasilkan adalah coklat dan aroma khas ekstrak. pH yang dihasilkan dari sediaan gel hand sanitizer ini berkisar antara 6,3- 6,5. Kesimpulan: Ekstrak daun kemangi dan biji pepaya dapat diformulasikan kedalam bentuk sediaan gel hand sanitizer. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji efektivitas antibakteri pada sediaan gel hand sanitizer ekstrak daun kemangi dan biji pepaya.
{"title":"Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dan Biji Pepaya (Carica papaya L.)","authors":"Bellina Elizabeth Dolok Saribu, K. Fitri","doi":"10.33085/JDF.V2I1.4396","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/JDF.V2I1.4396","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Daun kemangi dan biji pepaya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai antiseptik tangan. Kandungan kimia yang terdapat didalam daun kemangi dan biji pepaya adalah saponin, flavonid, fenol, alkaloid dan minyak atsiri. Ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dan biji papaya (Carica papaya L.) telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan: Untuk mengetahui daun kemangi (ocium Basilicum L) dan biji papaya (Carica Papaya L)dapat diformulasikan kedalam sediaan gel hand sanitizer. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium, dibuat dengan menggunakan ekstrak etanol daun kemangi dan biji pepaya yang diformulasikan kedalam bentuk sediaan gel hand sanitizer. Formulasi sediaan gel hand sanitizer dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 10%, 15%, dan 20%. Pengujian karakteristik sediaan gel hand sanitizer meliputi: uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH dan uji hedonik. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan gel hand sanitizer ekstrak daun kemangi dan biji pepaya memenuhi persyaratan karakteristik sediaan gel. Sediaan gel yang dihasilkan memiliki tekstur kental setengah padat dan sediaan terlihat homogen saat dioleskan pada kaca transparan. Warna yang dihasilkan adalah coklat dan aroma khas ekstrak. pH yang dihasilkan dari sediaan gel hand sanitizer ini berkisar antara 6,3- 6,5. Kesimpulan: Ekstrak daun kemangi dan biji pepaya dapat diformulasikan kedalam bentuk sediaan gel hand sanitizer. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji efektivitas antibakteri pada sediaan gel hand sanitizer ekstrak daun kemangi dan biji pepaya.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"164 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127184257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) merupakan salah satu tanaman yang digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur. Selain digunakan sebagai bumbu dapur daun salam juga digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun salam adalah minyak atsiri (0,05%) yang mengandung sitral dan eugenol, tanin dan flavonoid yang mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini Tujuan: untuk mengetahui formulasi sediaan gel dengan penggunaan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) sebagai antiseptik tangan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yang menggunakan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) dengan konsentrasi 0% (blanko), 10%, 12% dan 15%. Evaluasi sediaan gel meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, viskositas dan uji iritasi. Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Hasil dari pengujian yang dilakukan terhadap keempat formulasi diantaranya uji organoleptis (setengah padat dan semakin tinggi konsentrasi, warna yang dihasilkan semakin pekat dan aroma khas ekstrak daun salam). Uji pH berkisar 6,3-6,5, homogen, uji viskositas menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka viskositas sediaan semakin meningkat. Uji iritasi yang memberikan hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati. Kesimpulan: dari penelitian ini bahwa ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) dapat diformulasikan kedalam sediaan gel antiseptik tangan. Disarankan pada peneliti selanjutnya Perlu dilakukan uji antibakteri untuk mengetahui apakah gel ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) aktif menghambat bakteri yang ada ditangan terutama bakteri Staphylococcus aureus.
{"title":"Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp) sebagai Antiseptik Tangan","authors":"Mutia Rimala, Adek Chan","doi":"10.33085/JDF.V3I1.4417","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/JDF.V3I1.4417","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) merupakan salah satu tanaman yang digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur. Selain digunakan sebagai bumbu dapur daun salam juga digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun salam adalah minyak atsiri (0,05%) yang mengandung sitral dan eugenol, tanin dan flavonoid yang mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini Tujuan: untuk mengetahui formulasi sediaan gel dengan penggunaan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) sebagai antiseptik tangan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yang menggunakan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) dengan konsentrasi 0% (blanko), 10%, 12% dan 15%. Evaluasi sediaan gel meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, viskositas dan uji iritasi. Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Hasil dari pengujian yang dilakukan terhadap keempat formulasi diantaranya uji organoleptis (setengah padat dan semakin tinggi konsentrasi, warna yang dihasilkan semakin pekat dan aroma khas ekstrak daun salam). Uji pH berkisar 6,3-6,5, homogen, uji viskositas menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka viskositas sediaan semakin meningkat. Uji iritasi yang memberikan hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati. Kesimpulan: dari penelitian ini bahwa ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) dapat diformulasikan kedalam sediaan gel antiseptik tangan. Disarankan pada peneliti selanjutnya Perlu dilakukan uji antibakteri untuk mengetahui apakah gel ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) aktif menghambat bakteri yang ada ditangan terutama bakteri Staphylococcus aureus.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"167 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127310984","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}