Pendahuluan: Masker merupakan salah satu sediaan kosmetik yang biasa digunakan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada lapisan kulit yang lebih dalam, mengikat sel-sel kulit yang telah mati, memperbaiki pori-pori kulit, menghaluskan lapisan luar kulit, dan memberi nutrisi sehingga kulit terlihat cerah. Penggunaan Antioksidan dalam formulasi masker merupakan salah satu solusi untuk menghindari penggunaan bahan sintetik yang berbahaya. Salah satu tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi untuk menghasilkan zat antioksidan dan alami adalah kulit putih semangka yang mengandung 2 persen vitamin C dan vitamin B6 baik untuk kesehatan dan kecantikan kulit. Tujuan: untuk membuat sediaan masker gel ekstrak kulit putih semangka sebagai antioksidan. Metode: Penelitiaan ini dilakukan secara eksperimen, sempel diekstraksi dengan cara dimaserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut etanol 70%, selanjutnya dirotavapor untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh digunakan pada kosentrasi 1%, 2%, 3%. Hasil: penelitiaan menunjukan bahwa ekstrak kulit putih semangka dapat dibuat sebagai sediaan masker gel dan memenuhi evaluasi fisik sediaan. Hasil uji organoleptis menunjukan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pH berkisar antara 6,7-6,5 dan sediaan tidak menimbulkan iritasi. Kesimpulan: Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa formulasi sediaan masker gel esktrak kulit putih semangka (Citrullus vulgaris SCHRAD) memenuhi syarat evaluasi fisik sediaan meliputi uji oraganoleptis, uji pH, uji homogenitis dan uji iritasi.
{"title":"Formulasi Sediaan Gel Dari Ekstrak Kulit Putih Semangka (Citrullus lanatus Schrad) sebagai Masker Wajah","authors":"Kurniawati Ndruru, Dwi Setio Purnomo","doi":"10.33085/jdf.v2i3.4408","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i3.4408","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Masker merupakan salah satu sediaan kosmetik yang biasa digunakan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada lapisan kulit yang lebih dalam, mengikat sel-sel kulit yang telah mati, memperbaiki pori-pori kulit, menghaluskan lapisan luar kulit, dan memberi nutrisi sehingga kulit terlihat cerah. Penggunaan Antioksidan dalam formulasi masker merupakan salah satu solusi untuk menghindari penggunaan bahan sintetik yang berbahaya. Salah satu tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi untuk menghasilkan zat antioksidan dan alami adalah kulit putih semangka yang mengandung 2 persen vitamin C dan vitamin B6 baik untuk kesehatan dan kecantikan kulit. Tujuan: untuk membuat sediaan masker gel ekstrak kulit putih semangka sebagai antioksidan. Metode: Penelitiaan ini dilakukan secara eksperimen, sempel diekstraksi dengan cara dimaserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut etanol 70%, selanjutnya dirotavapor untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh digunakan pada kosentrasi 1%, 2%, 3%. Hasil: penelitiaan menunjukan bahwa ekstrak kulit putih semangka dapat dibuat sebagai sediaan masker gel dan memenuhi evaluasi fisik sediaan. Hasil uji organoleptis menunjukan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pH berkisar antara 6,7-6,5 dan sediaan tidak menimbulkan iritasi. Kesimpulan: Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa formulasi sediaan masker gel esktrak kulit putih semangka (Citrullus vulgaris SCHRAD) memenuhi syarat evaluasi fisik sediaan meliputi uji oraganoleptis, uji pH, uji homogenitis dan uji iritasi.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122666094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAKPendahuluan: Obat adalah kebutuhan primer dari manusia, oleh karena itu obat yang beredar perlu dijamin kualitasnya agar tetap sesuai dengan desain pada saat digunakan oleh pasien. Begitu pentingnya obat dalam hidup manusia sehingga dalam pembuatannya obat harus memenuhi kriteria : efficacy, safety, dan quality. kriteria tersebut harus terpenuhi mulai dari pembuatan, pendistribusian hingga penyerahan obat ke tangan konsumen harus diperhatikan kualitas obat tersebut tetap terjaga sampai pada akhirnya obat tersebut dikonsumsi oleh pasien. Penelitian ini ber Tujuan: untuk mengevaluasi pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo tahun 2017. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan bulan Mei 2017 menggunakan daftar checklist yang memuat aspek-aspek CDOB yang meliputi manajemen mutu, organisasi, manajemen dan personalia, bangunan dan peralatan, operasional, inspekdiri, keluhan, obat dan atau bahan obat kembaliandidugapalsudanpenarikankembali, transportasi, fasilitasdistribusiberdasarkankontrak, dokumentasidan lain-lain. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo tidak sesuai berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun 2012. Kesimpulan: dari Penelitian ini terdapat 2 aspek Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang belum sesuai yaitu luas ruang bangunan penyimpanan dan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).Disarankan ruang bangunan penyimpanan obat dan/atau bahan obat di PT. Rajawali Nusindo ditambah/diperbesar agar penyusunan obat tidak terlalu menumpuk sehingga ruangan menjadi kecil dan sempit dan karyawan gudang agar lebih memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan cara memakai helm ketika kerja,sarungtangan, masker, sepatu bots, dan kacamata.
{"title":"Evaluasi Pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo","authors":"Meilyanie Wijaya, Adek Chan","doi":"10.33085/jdf.v2i3.4409","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i3.4409","url":null,"abstract":"ABSTRAKPendahuluan: Obat adalah kebutuhan primer dari manusia, oleh karena itu obat yang beredar perlu dijamin kualitasnya agar tetap sesuai dengan desain pada saat digunakan oleh pasien. Begitu pentingnya obat dalam hidup manusia sehingga dalam pembuatannya obat harus memenuhi kriteria : efficacy, safety, dan quality. kriteria tersebut harus terpenuhi mulai dari pembuatan, pendistribusian hingga penyerahan obat ke tangan konsumen harus diperhatikan kualitas obat tersebut tetap terjaga sampai pada akhirnya obat tersebut dikonsumsi oleh pasien. Penelitian ini ber Tujuan: untuk mengevaluasi pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo tahun 2017. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan bulan Mei 2017 menggunakan daftar checklist yang memuat aspek-aspek CDOB yang meliputi manajemen mutu, organisasi, manajemen dan personalia, bangunan dan peralatan, operasional, inspekdiri, keluhan, obat dan atau bahan obat kembaliandidugapalsudanpenarikankembali, transportasi, fasilitasdistribusiberdasarkankontrak, dokumentasidan lain-lain. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo tidak sesuai berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun 2012. Kesimpulan: dari Penelitian ini terdapat 2 aspek Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang belum sesuai yaitu luas ruang bangunan penyimpanan dan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).Disarankan ruang bangunan penyimpanan obat dan/atau bahan obat di PT. Rajawali Nusindo ditambah/diperbesar agar penyusunan obat tidak terlalu menumpuk sehingga ruangan menjadi kecil dan sempit dan karyawan gudang agar lebih memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan cara memakai helm ketika kerja,sarungtangan, masker, sepatu bots, dan kacamata.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"116 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117269561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Asap rokok, makanan yang dibakar, paparan sinar matahari berlebih, obat-obatan tertentu, pestisida, dan polusi udara merupakan beberapa sumber pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal bebas menyebabkan peradangan dan penuaandini pada kulit yang ditandai dengan kulit kering, kasar, pori-pori membesar dan muncul bercak hitam. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mengatasi proses penuaan kulit. Tanaman yang memiliki antioksidan alami salah satunya adalah herbaselada air (Nasturtium officinale R. Br.) Selada air telah diteliti memiliki aktivitas antioksi dan dapat menurunkan bilangan peroksida. Tujuan: dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula dan pembuatan sediaan masker gel dari ekstrak etanol herba selada air (Nasturtium officinale R. Br.). Metode: yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan cara herba selada air dijadikan ekstrak dan diformulasikan menjadi masker gel dengan variasi konsentrasi 5%, 10% , 15% dan 20%, kemudian dilakukan pemeriksaan organoleptis, pengujian homogenitas , uji pH, daya sebar, kecepatan sediaan mengering, dan uji iritasi pada kulit sukarelawan. Hasil: uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan masker gel yang dihasilkan adalah homogen. Sediaan masker gel yang dihasilkan berwarna coklat muda hingga coklat tua. pH sediaan berkisar 6,2-7,1. Waktu sediaan mengering berkisar 14-20 menit. Sediaan masker gel memiliki daya sebar 5,5-8,3 cm. Pengamatan uji iritasi terhadap sukarelawan menunjukkan seluruh sediaan masker gel tidak menunjukkan tanda-tanda iritasi. Kesimpulan: dari penelitian ini adalah ekstrak selada air (Nasturtium officinale R. Br.) dapat diformulasikan menjadi sediaan masker gel. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan formulasi ekstrak herba selada air dalam bentuk sediaan lain seperti krim, lotion dan lain-lain.
引言:香烟烟雾、燃烧的食物、过度暴露在阳光下、某些药物、杀虫剂和空气污染是自由激进化合物的来源。自由基引起皮肤炎症和早期感染,皮肤特征是干燥、粗糙、孔扩大和出现黑点。抗氧化剂的使用是克服皮肤老化过程的常见努力之一。一种具有天然抗氧化剂的植物,其中之一是水莴苣(Nasturtium R. Br)。研究过水生菜的安条克活性,可以降低过氧化氢数。目的:本研究旨在确定生菜草本植物乙醇(Nasturtium R. Br)的配方和凝胶制剂的制造。方法:本研究中使用的是豆瓣菜草药作为提取方法和实验室实验研制成为凝胶面膜5%浓度的变化,10%,15%和20%,然后进行organoleptis homogenitas测试,测试pH值、传播速度sediaan干涸了,对皮肤刺激试验志愿者。结果:均质测试表明,生成凝胶凝胶界面是均匀的。生产的凝胶口罩颜色从浅棕色到深棕色。pH值是6.2 - 7.1。剂型设备枯竭的时间是14-20分钟。剂型凝胶的功率为5.5 - 8.3厘米。对志愿者的刺激测试显示,整个口罩凝胶没有显示刺激的迹象。结论:这项研究将提取出一种凝胶制剂(Nasturtium R. Br)。建议进一步的研究人员开发一种以奶油、乳液等其他制剂的形式的水生菜提取物配方。
{"title":"Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Herbal Selada Air (Nasturtium officinale R.Br)","authors":"Ardina Pakpahan, Suprianto Suprianto","doi":"10.33085/jdf.v2i2.4400","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i2.4400","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Asap rokok, makanan yang dibakar, paparan sinar matahari berlebih, obat-obatan tertentu, pestisida, dan polusi udara merupakan beberapa sumber pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal bebas menyebabkan peradangan dan penuaandini pada kulit yang ditandai dengan kulit kering, kasar, pori-pori membesar dan muncul bercak hitam. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mengatasi proses penuaan kulit. Tanaman yang memiliki antioksidan alami salah satunya adalah herbaselada air (Nasturtium officinale R. Br.) Selada air telah diteliti memiliki aktivitas antioksi dan dapat menurunkan bilangan peroksida. Tujuan: dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formula dan pembuatan sediaan masker gel dari ekstrak etanol herba selada air (Nasturtium officinale R. Br.). Metode: yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan cara herba selada air dijadikan ekstrak dan diformulasikan menjadi masker gel dengan variasi konsentrasi 5%, 10% , 15% dan 20%, kemudian dilakukan pemeriksaan organoleptis, pengujian homogenitas , uji pH, daya sebar, kecepatan sediaan mengering, dan uji iritasi pada kulit sukarelawan. Hasil: uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan masker gel yang dihasilkan adalah homogen. Sediaan masker gel yang dihasilkan berwarna coklat muda hingga coklat tua. pH sediaan berkisar 6,2-7,1. Waktu sediaan mengering berkisar 14-20 menit. Sediaan masker gel memiliki daya sebar 5,5-8,3 cm. Pengamatan uji iritasi terhadap sukarelawan menunjukkan seluruh sediaan masker gel tidak menunjukkan tanda-tanda iritasi. Kesimpulan: dari penelitian ini adalah ekstrak selada air (Nasturtium officinale R. Br.) dapat diformulasikan menjadi sediaan masker gel. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan formulasi ekstrak herba selada air dalam bentuk sediaan lain seperti krim, lotion dan lain-lain.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"87 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124854204","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahulan: Masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu berdasarkan lima dimensi yaitu tingible (bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan empathy (perhatian). Tujuan: untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit terhadap tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Djoelham Binjai tahun 2017. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan observasi pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 121 orang dengan teknikaccidental sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan SPSS menggunakan uji chi-square. Hasil: penelitian mutu pelayananmempunyai pengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien. Dimensi tingibel (bukti fisik) meliputi kebersihan ruang tunggu (ρvalue 0,001), kenyamanan ruang tunggu (ρvalue 0,004), dan ketersediaan tempat parkir (ρvalue 0,007). Dimensi reliability (kehandalan) meliputi pemberian informasi obat yang diberikan petugas (ρvalue 0,001), dan sikap petugas dalam melakukan diskusi dengan pasien mengenai informasi obat (ρvalue 0,001). Dimensi responsiveness (ketanggapan) meliputi ketanggapan petugas terhadap pasien (ρvalue 0,001), kecepatan petugas dalam melakukan suatu pelayanan obat dengan resep (ρvalue 0,001), dan kejelasan pelayanan informasi obat yang diberikan petugas (ρvalue 0,001). Dimensi assurance (jaminan) meliputi kelengkapan ketersediaan obat (ρvalue 0,001), sikap sopan petugas dalam memberikan pelayanan (ρvalue 0,001), dan tingkat pengetahuan dan kemampuan petugas dalam memberi informasi obat yang benar dan lengkap (ρvalue 0,019). Dimensi empathy (perhatian) meliputi keramahan petugas (ρvalue 0,001), sikap empati dari petugas dalam pelayanan (ρvalue 0,001), perhatian petugas kepada pasien dalam memberikan pelayanan (ρvalue 0,001) dan keprofesionalan petugas dalam melayani pasien (ρvalue 0,001). Kesimpulan: penelitian ini semua berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien, kecuali tingkat pengetahuan dan kemampuan petugas dalam memberi informasi obat yang benar dan lengkap.
{"title":"Pengaruh Mutu Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Rm Djoelham Binjai","authors":"Reza Utari, Adek Chan","doi":"10.33085/jdf.v2i2.4401","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i2.4401","url":null,"abstract":"Pendahulan: Masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu berdasarkan lima dimensi yaitu tingible (bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan empathy (perhatian). Tujuan: untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit terhadap tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Djoelham Binjai tahun 2017. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan observasi pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 121 orang dengan teknikaccidental sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan SPSS menggunakan uji chi-square. Hasil: penelitian mutu pelayananmempunyai pengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien. Dimensi tingibel (bukti fisik) meliputi kebersihan ruang tunggu (ρvalue 0,001), kenyamanan ruang tunggu (ρvalue 0,004), dan ketersediaan tempat parkir (ρvalue 0,007). Dimensi reliability (kehandalan) meliputi pemberian informasi obat yang diberikan petugas (ρvalue 0,001), dan sikap petugas dalam melakukan diskusi dengan pasien mengenai informasi obat (ρvalue 0,001). Dimensi responsiveness (ketanggapan) meliputi ketanggapan petugas terhadap pasien (ρvalue 0,001), kecepatan petugas dalam melakukan suatu pelayanan obat dengan resep (ρvalue 0,001), dan kejelasan pelayanan informasi obat yang diberikan petugas (ρvalue 0,001). Dimensi assurance (jaminan) meliputi kelengkapan ketersediaan obat (ρvalue 0,001), sikap sopan petugas dalam memberikan pelayanan (ρvalue 0,001), dan tingkat pengetahuan dan kemampuan petugas dalam memberi informasi obat yang benar dan lengkap (ρvalue 0,019). Dimensi empathy (perhatian) meliputi keramahan petugas (ρvalue 0,001), sikap empati dari petugas dalam pelayanan (ρvalue 0,001), perhatian petugas kepada pasien dalam memberikan pelayanan (ρvalue 0,001) dan keprofesionalan petugas dalam melayani pasien (ρvalue 0,001). Kesimpulan: penelitian ini semua berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien, kecuali tingkat pengetahuan dan kemampuan petugas dalam memberi informasi obat yang benar dan lengkap.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126197293","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Pengetahuan dan pengalaman nenek moyang pada zaman dahulu telah mampu mengatasi permasalahan kesehatan dengan menggunakan obat tradisional. Seperti daun pegagan (Centellaasiacita) dan daun pepaya (Caricapapaya L.) yang sebagian masyrakat telah mengetahui khasiatnya seperti anti septik, menambah nafsu makan dan juga bermamfaat dalam penyembuhan luka bakar.Tujuan: Untuk mengetahui daun pegagan (Centella asitica L.Urb.)dan daun Pepaya(Carica papaya) dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan gel luka bakar. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental. Daun pegagan (Centella asiacita ) dan daun pepaya (Carica papaya L.) di ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Tiap kelompok uji masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Sediaan gel dibuat kedalam 3 sediaan dengan konsentrasi (1%, 3%, 5%). Selanjutnya gel dan control positif (neomicinsulfat) di ujikan pada tiap-tiap kelompok percobaan, kemudian dibandingkan kemampuan penyembuhan lukanya. Hasil: penelitian menunjukkan pada perlakuan pengobatan menggunakan ekstrak etanol daun pegagan dan daun papaya perubahan luka menurun secara perlahan-lahan. Pada konsentrasi 1%, 3% perubahan luka bakar mengecil, 5,0 mm dan 3,2 mm, sedangkan pada konsentrasi 5% perubahan luka bakar mengecil jadi 2,4 mm, sedangkan control positif mengecil menjadi 1 mm setelah pengujian selama 12 hari. Kesimpulan: Penelitian ini adalah gel ekstrak etanol kombinasi daun pegagan dan daun papaya dapat berkhasiat dalam penyembuhan luka bakar. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak efek penyembuhan lukanya semakin cepat, tetapi masih lebih bagus dengan control positif (Neomicinsulfat).
{"title":"Efektivitas Sediaan Gel dari Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centellaasiacita L ) dan Daun Pepaya (Carica papaya L","authors":"Agus Virend Siahaan, Adek Chan","doi":"10.33085/jdf.v2i2.4397","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i2.4397","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Pengetahuan dan pengalaman nenek moyang pada zaman dahulu telah mampu mengatasi permasalahan kesehatan dengan menggunakan obat tradisional. Seperti daun pegagan (Centellaasiacita) dan daun pepaya (Caricapapaya L.) yang sebagian masyrakat telah mengetahui khasiatnya seperti anti septik, menambah nafsu makan dan juga bermamfaat dalam penyembuhan luka bakar.Tujuan: Untuk mengetahui daun pegagan (Centella asitica L.Urb.)dan daun Pepaya(Carica papaya) dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan gel luka bakar. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental. Daun pegagan (Centella asiacita ) dan daun pepaya (Carica papaya L.) di ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Tiap kelompok uji masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Sediaan gel dibuat kedalam 3 sediaan dengan konsentrasi (1%, 3%, 5%). Selanjutnya gel dan control positif (neomicinsulfat) di ujikan pada tiap-tiap kelompok percobaan, kemudian dibandingkan kemampuan penyembuhan lukanya. Hasil: penelitian menunjukkan pada perlakuan pengobatan menggunakan ekstrak etanol daun pegagan dan daun papaya perubahan luka menurun secara perlahan-lahan. Pada konsentrasi 1%, 3% perubahan luka bakar mengecil, 5,0 mm dan 3,2 mm, sedangkan pada konsentrasi 5% perubahan luka bakar mengecil jadi 2,4 mm, sedangkan control positif mengecil menjadi 1 mm setelah pengujian selama 12 hari. Kesimpulan: Penelitian ini adalah gel ekstrak etanol kombinasi daun pegagan dan daun papaya dapat berkhasiat dalam penyembuhan luka bakar. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak efek penyembuhan lukanya semakin cepat, tetapi masih lebih bagus dengan control positif (Neomicinsulfat).","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133122012","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu berdasarkan lima dimensi yaitu tingable (bukti nyata), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan empathy (perhatian). Tujuan: untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap pelayanan kefarmasian yang diterapkan di Apotek Jemadi Natural Tahun 2017. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian deskriptif. Jumlah sampel 172orang. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analsis univariat. Hasil: penelitian pelayanan kefarmasian adalah Tingible (bukti nyata) konsumen yang mengatakan tidak baik sebanyak 24 orang (14%), cukup baik sebanyak 18 orang (10,5%), baik sebanyak 97 (56,3%), dan sangat baik 33 (19,2%).Reliability (kehandalan)konsumen yang mengatakan tidak baik tidak ada, cukup baik sebanyak 11 orang (6,4%), baik 61 orang (35,5%), dan sangat baik 100 orang (58,1%).Responsiveness (Ketanggapan)konsumen yang mengatakan tidak baik tidak ada, cukup baik sebanyak 16 orang (9,3%), baik 99 orang (57,6%), dan sangat baik 57 orang (33,1%).Assurance (Jaminan) konsumen yang mengatakan tidak baik tidak ada, cukup baik sebanyak 14 orang (8,1%), baik 60 orang (34,9%), dan sangat baik 98 orang (57%).Empathy (Perhatian) konsumen yang mengatakan tidak baik sebanyak 1 orang (0,6%), cukup baik sebanyak 9 orang (5,2%), baik 95 orang (55,2%), dan sangat baik 97 orang (39%). Kesimpulan: penelitian ini yaitu persepsi konsumen pelayanan kefarmasian di apotekJemadi Natural lebih banyak mengatakan baik dalam arti pelayanan kefarmasian sudah lebih memperhatikan kekurangan fasilitas salah satunya parkir, ruang tunggu, pelayanan, buktinyata, kehandalan, ketanggapan, jaminan, danperhatiandi apotekJemadi Natural.
{"title":"Persepsi Konsumen terhadap Pelayanan Kefarmasian Apotik di Jemadi Natural","authors":"Bustami Bustami, Khairani Fitri","doi":"10.33085/jdf.v2i2.4402","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i2.4402","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu berdasarkan lima dimensi yaitu tingable (bukti nyata), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan empathy (perhatian). Tujuan: untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap pelayanan kefarmasian yang diterapkan di Apotek Jemadi Natural Tahun 2017. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian deskriptif. Jumlah sampel 172orang. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analsis univariat. Hasil: penelitian pelayanan kefarmasian adalah Tingible (bukti nyata) konsumen yang mengatakan tidak baik sebanyak 24 orang (14%), cukup baik sebanyak 18 orang (10,5%), baik sebanyak 97 (56,3%), dan sangat baik 33 (19,2%).Reliability (kehandalan)konsumen yang mengatakan tidak baik tidak ada, cukup baik sebanyak 11 orang (6,4%), baik 61 orang (35,5%), dan sangat baik 100 orang (58,1%).Responsiveness (Ketanggapan)konsumen yang mengatakan tidak baik tidak ada, cukup baik sebanyak 16 orang (9,3%), baik 99 orang (57,6%), dan sangat baik 57 orang (33,1%).Assurance (Jaminan) konsumen yang mengatakan tidak baik tidak ada, cukup baik sebanyak 14 orang (8,1%), baik 60 orang (34,9%), dan sangat baik 98 orang (57%).Empathy (Perhatian) konsumen yang mengatakan tidak baik sebanyak 1 orang (0,6%), cukup baik sebanyak 9 orang (5,2%), baik 95 orang (55,2%), dan sangat baik 97 orang (39%). Kesimpulan: penelitian ini yaitu persepsi konsumen pelayanan kefarmasian di apotekJemadi Natural lebih banyak mengatakan baik dalam arti pelayanan kefarmasian sudah lebih memperhatikan kekurangan fasilitas salah satunya parkir, ruang tunggu, pelayanan, buktinyata, kehandalan, ketanggapan, jaminan, danperhatiandi apotekJemadi Natural.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120904840","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Lotion sebagai pelembab sangat dibutuhkan untuk perawatan kulit. Saat ini dipasaran banyak beredar lotion pelembab kulit yang terbuat dari bahan kimiasintesis. Namun, sering terdapat masalah kesehatan bagi pemakai. Maka perlu dicari bahan alam untuk pelembab kulit yang terbuat dari bahan alam yang kemungkinan efek samping yang . Salah satu yang berpotensi untuk itu adalah putih kulit semangka karena mengandung vitamin A, B2, B6, E, C, dan putih kulit semangka juga mempunyai kadar anti oksidan yang tinggi. Tujuan: untuk membuktikan kulit putih semangka dapat diformulasikan dalam sediaan lotion. Metode: yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan membuat ekstrak dari kulit putih buah semangka sebagai sediaan lotion dengan kombinasi konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan adalah pemeriksaan mutu fisik yang meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji pH dan uji ititasi terhadap sukarelawan. Hasil: pengujian menunjukkan bahwa ekstrak kulit putih semangka dapat di formulasikan menjadi sediaan lotion. Sediaan lotion yang dihasilkan semuanya homogen, dengan warna cream dan coklat muda, pH sediaan pada konsentrasi 3% memiliki pH 5,9, pada konsentrasi 5% memiliki pH 5,8 dan pada konsentrasi 7% memiliki pH 5,7 dan uji iritasi menunjukkan tidak adanya tanda-tanda iritasi pada kulit. Kesimpulan: dari penelitian ini ekstrak kulit putih semangka dapat di formulasikan dalam bentuk sediaan lotion dengan variasi konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji antibakteri pada sediaan lotion ekstrak kulit putih semangka dan memformulasikannya dalam sediaan lain dengan konsentrasi yang berbeda menggunakan tumbuhan yang sama.
{"title":"Formulasi Hand Body Lotion Ekstrak Etanol Kulit Buah Semangka (Citrillus vulgaris) untuk Pelembab Kulit","authors":"Amelia Rosenta Sumbayak, Vivi Eulis Diana","doi":"10.33085/jdf.v2i2.4398","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i2.4398","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Lotion sebagai pelembab sangat dibutuhkan untuk perawatan kulit. Saat ini dipasaran banyak beredar lotion pelembab kulit yang terbuat dari bahan kimiasintesis. Namun, sering terdapat masalah kesehatan bagi pemakai. Maka perlu dicari bahan alam untuk pelembab kulit yang terbuat dari bahan alam yang kemungkinan efek samping yang . Salah satu yang berpotensi untuk itu adalah putih kulit semangka karena mengandung vitamin A, B2, B6, E, C, dan putih kulit semangka juga mempunyai kadar anti oksidan yang tinggi. Tujuan: untuk membuktikan kulit putih semangka dapat diformulasikan dalam sediaan lotion. Metode: yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan membuat ekstrak dari kulit putih buah semangka sebagai sediaan lotion dengan kombinasi konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan adalah pemeriksaan mutu fisik yang meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, uji pH dan uji ititasi terhadap sukarelawan. Hasil: pengujian menunjukkan bahwa ekstrak kulit putih semangka dapat di formulasikan menjadi sediaan lotion. Sediaan lotion yang dihasilkan semuanya homogen, dengan warna cream dan coklat muda, pH sediaan pada konsentrasi 3% memiliki pH 5,9, pada konsentrasi 5% memiliki pH 5,8 dan pada konsentrasi 7% memiliki pH 5,7 dan uji iritasi menunjukkan tidak adanya tanda-tanda iritasi pada kulit. Kesimpulan: dari penelitian ini ekstrak kulit putih semangka dapat di formulasikan dalam bentuk sediaan lotion dengan variasi konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji antibakteri pada sediaan lotion ekstrak kulit putih semangka dan memformulasikannya dalam sediaan lain dengan konsentrasi yang berbeda menggunakan tumbuhan yang sama.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116681346","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Kekeringan kulit merupakan masalah bagi jutaan orang dan sering kali menyebabkan rasa tidak nyaman bahkan stres psikologis. Gejala klinis kulit kering di antaranya permukaan kulit terasa kencang dan kaku, kasar, kusam, bersisik, gatal, kemerahan bahkan nyeri oleh sebab itu sangat dibutuhkannya sabun untuk perawatan kulit kering. Sabun cair merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang terbuat dari bahan sabun dengan penambahan bahan-bahan yang diinginkan. Tujuan: Untuk memelihara kulit, salah satu bahan yang di percaya dapat melembabkan kulit wajah adalah ekstrak daun Pegagan (Centella asiatica [Linn] urb.) Metode: Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimental laboratorium, meliputi, penyiapan bahan uji, identifikasi/determinasi bahan uji, pengambilan ekstrak daun pegagan, uji daya hambat ekstrak dari daun pegagan, uji daya hambat ekstrak daun pegagan (Centella asiatica [Linn] urb.) sebagai sabun wajah cair. Hasil: Hasil dari penelitiaan terhadap pemeriksaan pH sediaan masih memenuhi syarat untuk pH kulit yang berkisar antara 4,5-6,5. Hasil pemeriksaan organoleptis pada sediaan F1 berbentuk cair, warna putih dan berbau mawar,pada sediaan F2 berbentuk cair, warna hijau muda dan berbau khas ekstrak, sediaan F3 berbentuk cair, warna hijau tua dan berbau khas ekstrak dan pada sediaan F4 berbentuk cair, warna hijau pekat dan berbau khas ekstak. Hasil dari uji iritasi menunjukan tidak terjadi reaksi iritasi. Hasil uji homogenitas diketahui semua formula homogen. Kesimpulan: berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ekstrak daun Pegagan (Centella asiatica [Linn] urb.) dapat diformulasikan sebagai sediaan sabun cair untuk melembabkan wajah. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian kelembapan pada sediaan sabun wajah cair.
{"title":"Formulasi Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) sebagai Sediaan Sabun Cair","authors":"Beby Harus Sari, V. Diana","doi":"10.33085/jdf.v2i1.4395","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i1.4395","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Kekeringan kulit merupakan masalah bagi jutaan orang dan sering kali menyebabkan rasa tidak nyaman bahkan stres psikologis. Gejala klinis kulit kering di antaranya permukaan kulit terasa kencang dan kaku, kasar, kusam, bersisik, gatal, kemerahan bahkan nyeri oleh sebab itu sangat dibutuhkannya sabun untuk perawatan kulit kering. Sabun cair merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang terbuat dari bahan sabun dengan penambahan bahan-bahan yang diinginkan. Tujuan: Untuk memelihara kulit, salah satu bahan yang di percaya dapat melembabkan kulit wajah adalah ekstrak daun Pegagan (Centella asiatica [Linn] urb.) Metode: Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimental laboratorium, meliputi, penyiapan bahan uji, identifikasi/determinasi bahan uji, pengambilan ekstrak daun pegagan, uji daya hambat ekstrak dari daun pegagan, uji daya hambat ekstrak daun pegagan (Centella asiatica [Linn] urb.) sebagai sabun wajah cair. Hasil: Hasil dari penelitiaan terhadap pemeriksaan pH sediaan masih memenuhi syarat untuk pH kulit yang berkisar antara 4,5-6,5. Hasil pemeriksaan organoleptis pada sediaan F1 berbentuk cair, warna putih dan berbau mawar,pada sediaan F2 berbentuk cair, warna hijau muda dan berbau khas ekstrak, sediaan F3 berbentuk cair, warna hijau tua dan berbau khas ekstrak dan pada sediaan F4 berbentuk cair, warna hijau pekat dan berbau khas ekstak. Hasil dari uji iritasi menunjukan tidak terjadi reaksi iritasi. Hasil uji homogenitas diketahui semua formula homogen. Kesimpulan: berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ekstrak daun Pegagan (Centella asiatica [Linn] urb.) dapat diformulasikan sebagai sediaan sabun cair untuk melembabkan wajah. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian kelembapan pada sediaan sabun wajah cair.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"78 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128203602","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Buah naga merah atau Hylocereus polyrhizus mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi pewarna alami karena mempunyai kandungan antosianin yang tinggi. Didalam kosmetik pewarna merupakan salah satu penyebab iritasi dan alergi dikulit, sehingga peneliti membuat formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan pewarna alami dari buah naga merah. Tujuan: Untuk membuat formula lipstick menggunakan zat warna yang diekstraksi dari buah naga merah dan mengetahui sediaan lipstick menggunakan pewarna dari esktrak buah naga merah tidak menyebabkan iritasi. Metode: penelitian ini menggunakan metode eksperimental, formulasi sediaan lipstik yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya cera alba, lanolin, vaselin alba, setil alkohol, oleum ricini, nipagin, oleum rosae serta penambahan ekstrak buah naga merah dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan pH, uji oles, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar serta uji iritasi. Hasil: Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah naga merah sebagai pewarna yang dibuat cukup stabil, didapatkan hasil yang tidak homogen karena ekstrak buah naga merah tidak dapat terdispersi dalam komponen lipstik lainnya dan pada konsentrasi 20% stick membentuk lubang dimana penyebab utamanya adalah jumlah minyak lubrikasi (Oleum ricini) yang terlalu sedikit. pH berkisar 4,9-6,1 (kurang mendekati pH fisiologis bibir yaitu ± 4), tidak memiliki daya oles yang baik karena warna kurang merata, serta tidak menyebabkan iritasi.Kesimpulan: Formulasi lipstik dengan penambahan konsentrasi ekstrak buah naga merah tidak banyak memberikan pengaruh secara visual, hasil uji menunjukkan bahwa keempat sediaan lipstik yang dibuat tidak homogen. Perlu dilakukan penyempurnaan formulasi lipstik, dilakukan formulasi lipstik dengan ekstrak buah naga merah dengan penambahan emulsifier.
{"title":"Formulasi Sediaan Lipstik Ekstrak Etanol Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Sebagai Pewarna","authors":"Anggi Kartika Sitorus, V. Diana","doi":"10.33085/jdf.v2i1.4391","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i1.4391","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Buah naga merah atau Hylocereus polyrhizus mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi pewarna alami karena mempunyai kandungan antosianin yang tinggi. Didalam kosmetik pewarna merupakan salah satu penyebab iritasi dan alergi dikulit, sehingga peneliti membuat formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan pewarna alami dari buah naga merah. Tujuan: Untuk membuat formula lipstick menggunakan zat warna yang diekstraksi dari buah naga merah dan mengetahui sediaan lipstick menggunakan pewarna dari esktrak buah naga merah tidak menyebabkan iritasi. Metode: penelitian ini menggunakan metode eksperimental, formulasi sediaan lipstik yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya cera alba, lanolin, vaselin alba, setil alkohol, oleum ricini, nipagin, oleum rosae serta penambahan ekstrak buah naga merah dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan pH, uji oles, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar serta uji iritasi. Hasil: Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah naga merah sebagai pewarna yang dibuat cukup stabil, didapatkan hasil yang tidak homogen karena ekstrak buah naga merah tidak dapat terdispersi dalam komponen lipstik lainnya dan pada konsentrasi 20% stick membentuk lubang dimana penyebab utamanya adalah jumlah minyak lubrikasi (Oleum ricini) yang terlalu sedikit. pH berkisar 4,9-6,1 (kurang mendekati pH fisiologis bibir yaitu ± 4), tidak memiliki daya oles yang baik karena warna kurang merata, serta tidak menyebabkan iritasi.Kesimpulan: Formulasi lipstik dengan penambahan konsentrasi ekstrak buah naga merah tidak banyak memberikan pengaruh secara visual, hasil uji menunjukkan bahwa keempat sediaan lipstik yang dibuat tidak homogen. Perlu dilakukan penyempurnaan formulasi lipstik, dilakukan formulasi lipstik dengan ekstrak buah naga merah dengan penambahan emulsifier.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121175837","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Rhodamin B merupakan suatu pewarna sintetik yang digunakan untuk mewarnai tekstil, sering kali digunakan untuk mewarnai suatu produk makanan, salah satunya adalah Kerupuk. Rhodamin B menyebabkan pembesaran hati dan ginjal. Tujuan: Untuk mengetahui adanya penggunaan Rhodamin B dalam Kerupuk yang beredar di pasar Kota Medan. Methode: Sampel Kerupuk diambil dari 3 pasar yang ada di Kota Medan yaitu Pasar Helvetia, Pasar Pancing, dan Pasar Sikambing. Sampel di ekstraksi menggunakan metode ekstraksi penyerapan benang wol, dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) kemudian dideteksi dengan lampu UV 254 nm serta pereaksi Semprot HCl, NaOH 10%, dan NH4OH 12%. Hasil: Data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa menunjukkan hasil negatif. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa Kerupuk yang beredar di pasar Kota Medan aman untuk dikonsumsi, tetapi harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
{"title":"Analisis Kualitatif Rhodamin B pada Kerupuk Berwarna Merah yang Beredar di Kota Medan","authors":"Annas Reza, Suprianto Suprianto","doi":"10.33085/jdf.v2i1.4392","DOIUrl":"https://doi.org/10.33085/jdf.v2i1.4392","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Rhodamin B merupakan suatu pewarna sintetik yang digunakan untuk mewarnai tekstil, sering kali digunakan untuk mewarnai suatu produk makanan, salah satunya adalah Kerupuk. Rhodamin B menyebabkan pembesaran hati dan ginjal. Tujuan: Untuk mengetahui adanya penggunaan Rhodamin B dalam Kerupuk yang beredar di pasar Kota Medan. Methode: Sampel Kerupuk diambil dari 3 pasar yang ada di Kota Medan yaitu Pasar Helvetia, Pasar Pancing, dan Pasar Sikambing. Sampel di ekstraksi menggunakan metode ekstraksi penyerapan benang wol, dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) kemudian dideteksi dengan lampu UV 254 nm serta pereaksi Semprot HCl, NaOH 10%, dan NH4OH 12%. Hasil: Data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa menunjukkan hasil negatif. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa Kerupuk yang beredar di pasar Kota Medan aman untuk dikonsumsi, tetapi harus dilakukan penelitian lebih lanjut.","PeriodicalId":309095,"journal":{"name":"Jurnal Dunia Farmasi","volume":"159 5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128943538","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}