Pub Date : 2020-09-23DOI: 10.46773/IMTIYAZ.V4I2.96
Aries Dirgayunita
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang diawali dengan perkawinan. yang merupakan kebutuhan fitrah manusia. Dalam ajaran Islam, ikatan perkawinan memiliki rasa saling mencintai dan menyayangi, saling mengisi dan melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing yang didasarkan pada agama sebagai fondasi utama dalam membina, dan mewujudkan keluarga sakinah. Ada perbedaan dalam masyarakat modern saat ini yang cenderung bersikap pragmatis dan melihat pernikahan sebagai fungsi keduniawian di antaranya seksual, reproduksi dan rekreasi, sehingga mengakibatkan masyarakat modern saat ini banyak yang mengalami polemik dalam keluarga seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, bunuh diri, dan pemerkosaan pada remaja akibat kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Karena dalam kehidupan sosial, keluarga menempati peran utama dan sangat penting dalam membentuk karakter dan kebahagiaan keluarga. Karena keluarga merupakan tempat atau lembaga pendidikan pertama sebelum anggota keluarga mendapatkan pendidikan secara formal dalam masyarakat. Jika keluarga, peran dan fungsinya tidak sesuai pada tempatnya dan tidak berpedoman pada al-qur’an dan Sunnah Rosul tentu akan muncul berbagai permasalan sosial yang akan berdampak pada keluarga itu sendiri dan juga masyarakat pada umunya. Sedangkan perkawinan dalam Agama Islam menjadi bagian penting dalam kehidupan karena merupakan Sunnah Rosul dan mempunyai bagian penting dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan perkawinan merupakan media dalam pemenuhan tujuan ilahi yang juga merupakan ibadah dalam ajaran agama Islam. Melalui perkawinan akan terlahir hubungan yang kompleks dan saling mengikat. Dalam kajian pustaka ini dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan menegetahui bagaimana konsep keluarga sakinah baik berdasarkan hukum Islam dan psikologi, tujuan dari pendidikan keluarga sakinah serta bagaimana menciptakan keluarga sakinah.
{"title":"PENDIDIKAN KELUARGA SAKINAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PSIKOLOGI","authors":"Aries Dirgayunita","doi":"10.46773/IMTIYAZ.V4I2.96","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/IMTIYAZ.V4I2.96","url":null,"abstract":"Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang diawali dengan perkawinan. yang merupakan kebutuhan fitrah manusia. Dalam ajaran Islam, ikatan perkawinan memiliki rasa saling mencintai dan menyayangi, saling mengisi dan melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing yang didasarkan pada agama sebagai fondasi utama dalam membina, dan mewujudkan keluarga sakinah. Ada perbedaan dalam masyarakat modern saat ini yang cenderung bersikap pragmatis dan melihat pernikahan sebagai fungsi keduniawian di antaranya seksual, reproduksi dan rekreasi, sehingga mengakibatkan masyarakat modern saat ini banyak yang mengalami polemik dalam keluarga seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, bunuh diri, dan pemerkosaan pada remaja akibat kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Karena dalam kehidupan sosial, keluarga menempati peran utama dan sangat penting dalam membentuk karakter dan kebahagiaan keluarga. Karena keluarga merupakan tempat atau lembaga pendidikan pertama sebelum anggota keluarga mendapatkan pendidikan secara formal dalam masyarakat. Jika keluarga, peran dan fungsinya tidak sesuai pada tempatnya dan tidak berpedoman pada al-qur’an dan Sunnah Rosul tentu akan muncul berbagai permasalan sosial yang akan berdampak pada keluarga itu sendiri dan juga masyarakat pada umunya. Sedangkan perkawinan dalam Agama Islam menjadi bagian penting dalam kehidupan karena merupakan Sunnah Rosul dan mempunyai bagian penting dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan perkawinan merupakan media dalam pemenuhan tujuan ilahi yang juga merupakan ibadah dalam ajaran agama Islam. Melalui perkawinan akan terlahir hubungan yang kompleks dan saling mengikat. Dalam kajian pustaka ini dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan menegetahui bagaimana konsep keluarga sakinah baik berdasarkan hukum Islam dan psikologi, tujuan dari pendidikan keluarga sakinah serta bagaimana menciptakan keluarga sakinah.","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131878002","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-09-20DOI: 10.46773/IMTIYAZ.V4I2.95
Toha Machsun, I. Istikomah, Dzulfikar Akbar Romadlon, Mohamad Rojii
Problematika dikotomi antara sains dan Agama telah menjadi topik pembahasan yang banyak dikaji oleh peneliti untuk dicarikan solusi terbaiknya, namun faktanya hingga saat ini problem tersebut masihlah hadir di tengah masyarakat. melihat fakta tersebut SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo hadir sebagai percontohan dengan membawa konsep interkoneksi sains dan Agama dalam upaya pengembangan pendidikan Agama Islam dan juga mencoba untuk mengikis dikotomi antara sains dan Agama. penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Teknik analisis data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap konsep, bentuk, dan dampak positif dari interkoneksi sains dan Agama dalam pengembangan pendidikan Islam. Hasil peneltian menunjukkan bahwa konsep interkoneksi di sekolah tersebut diwujudkan dalam bentuk bangunan kurikulum yang baku dan diterapkan dalam proses pendidikan. Bentuk interkoneksi diwujudkan dengan penggabungan kurikulum nasional dan kurikulum ISMUBA Khas sekolah Muhammadiyah, serta berbagai kegiatan ekstra. Dampak positif bagi siswa yakni menumbuhkan budaya islami dan karakter islami dalam diri peserta didik, penagalaman belajar yang menumbuhkan kreatifitas dan bijak dalam menata niat untuk menuntut ilmu serta prestasi gemilang di kancah nasional maupun internasional. Sementara bagi guru, Interkoneksi sains dan agama berdampak positif bagi pengembangan diri dan karier.
{"title":"INTERKONEKSI SAINS DAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO","authors":"Toha Machsun, I. Istikomah, Dzulfikar Akbar Romadlon, Mohamad Rojii","doi":"10.46773/IMTIYAZ.V4I2.95","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/IMTIYAZ.V4I2.95","url":null,"abstract":"Problematika dikotomi antara sains dan Agama telah menjadi topik pembahasan yang banyak dikaji oleh peneliti untuk dicarikan solusi terbaiknya, namun faktanya hingga saat ini problem tersebut masihlah hadir di tengah masyarakat. melihat fakta tersebut SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo hadir sebagai percontohan dengan membawa konsep interkoneksi sains dan Agama dalam upaya pengembangan pendidikan Agama Islam dan juga mencoba untuk mengikis dikotomi antara sains dan Agama. penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Teknik analisis data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap konsep, bentuk, dan dampak positif dari interkoneksi sains dan Agama dalam pengembangan pendidikan Islam. Hasil peneltian menunjukkan bahwa konsep interkoneksi di sekolah tersebut diwujudkan dalam bentuk bangunan kurikulum yang baku dan diterapkan dalam proses pendidikan. Bentuk interkoneksi diwujudkan dengan penggabungan kurikulum nasional dan kurikulum ISMUBA Khas sekolah Muhammadiyah, serta berbagai kegiatan ekstra. Dampak positif bagi siswa yakni menumbuhkan budaya islami dan karakter islami dalam diri peserta didik, penagalaman belajar yang menumbuhkan kreatifitas dan bijak dalam menata niat untuk menuntut ilmu serta prestasi gemilang di kancah nasional maupun internasional. Sementara bagi guru, Interkoneksi sains dan agama berdampak positif bagi pengembangan diri dan karier.","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"107 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124117874","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-09-20DOI: 10.46773/IMTIYAZ.V4I2.94
Riami Riami
Pernikahan merupakan suatu perkara yang terpuji, dan tidak sepantasnya dirusak oleh hal-hal yang tidak diiginkan. Setiap perkara yang mengarah terhadap kemudhorotan dalam berumah tangga merupakan perkara yang sangat di benci Allah, yaitu perceraian. Karena perceraian termasuk salah satu perbuatan yang di halalkan akan tetapi sangat dibenci oleh Allah. Pada hakekatnya, apa yang disyariatkan islam tidak diperkanankan adanya perpisahan.Melainkan dianjurkan nabi Muhammad agar menjaga keutuhan, keharmonisan dalam tempat tinggal, dan mampu menyelesaikan setiap perseteruan yang terdapat dengan cara yang damai, sebagai akibat menyebabkan suatu perceraian.Diantaranya faktor yang menyebabkan perceraian yaitu meliputi faktor keturunan, faktor kejiwaan, faktor etika, faktor keuangan,dan faktor lingkungan
{"title":"PERCERAIAN MENURUT PERSEPSI PSIKOLOGI DAN HUKUM ISLAM","authors":"Riami Riami","doi":"10.46773/IMTIYAZ.V4I2.94","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/IMTIYAZ.V4I2.94","url":null,"abstract":"Pernikahan merupakan suatu perkara yang terpuji, dan tidak sepantasnya dirusak oleh hal-hal yang tidak diiginkan. Setiap perkara yang mengarah terhadap kemudhorotan dalam berumah tangga merupakan perkara yang sangat di benci Allah, yaitu perceraian. Karena perceraian termasuk salah satu perbuatan yang di halalkan akan tetapi sangat dibenci oleh Allah. Pada hakekatnya, apa yang disyariatkan islam tidak diperkanankan adanya perpisahan.Melainkan dianjurkan nabi Muhammad agar menjaga keutuhan, keharmonisan dalam tempat tinggal, dan mampu menyelesaikan setiap perseteruan yang terdapat dengan cara yang damai, sebagai akibat menyebabkan suatu perceraian.Diantaranya faktor yang menyebabkan perceraian yaitu meliputi faktor keturunan, faktor kejiwaan, faktor etika, faktor keuangan,dan faktor lingkungan","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129830833","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-09-20DOI: 10.46773/IMTIYAZ.V4I2.93
Evita Yuliatul Wahidah, A. Salim
The change or inovation in Indonesia Islamic education is related with recontstruction idea which influences scientific progress in education environment including Islamic Boarding School. Reconstruction idea has found its momentum since the beginning of 20th century, while in the education field was transformed into the establishment of modern educational institutes. College in the Islamic boarding schools that spread among East Java are one of many colleges in the Islamic boarding school which can not avoid from reconstruction that has run through all over regions.The research aim is finding out the background of implementation form, also the input and output reality of Islamic education reconstruction base on Islamic boarding school college multydiciplinary in East Java. It is a discriptive qualitative reasearch with etnographic approach. The methods of data collection are participant observation, interview, and documenter method.Base on the research, it is identified that the Islamic boarding school colleges in East Java are independent college which have shown their strength by building scientific pillars that cover all of part in science, both general and relegion, with the base of multydiciplinary learning. Islamic education, from time to time, has conducted recostruction on its system and management by holding on college tridarma, which are education, research and community service.
{"title":"ANALYSIS STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF ISLAMIC EDUCATION RECONSTRUCTION BASED ON MULTYDICIPLINARY STUDY IN EAST JAVA ISLAMIC BOARDING SCHOOL COLLEGE","authors":"Evita Yuliatul Wahidah, A. Salim","doi":"10.46773/IMTIYAZ.V4I2.93","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/IMTIYAZ.V4I2.93","url":null,"abstract":"The change or inovation in Indonesia Islamic education is related with recontstruction idea which influences scientific progress in education environment including Islamic Boarding School. Reconstruction idea has found its momentum since the beginning of 20th century, while in the education field was transformed into the establishment of modern educational institutes. College in the Islamic boarding schools that spread among East Java are one of many colleges in the Islamic boarding school which can not avoid from reconstruction that has run through all over regions.The research aim is finding out the background of implementation form, also the input and output reality of Islamic education reconstruction base on Islamic boarding school college multydiciplinary in East Java. It is a discriptive qualitative reasearch with etnographic approach. The methods of data collection are participant observation, interview, and documenter method.Base on the research, it is identified that the Islamic boarding school colleges in East Java are independent college which have shown their strength by building scientific pillars that cover all of part in science, both general and relegion, with the base of multydiciplinary learning. Islamic education, from time to time, has conducted recostruction on its system and management by holding on college tridarma, which are education, research and community service. ","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116474176","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-30DOI: 10.46773/imtiyaz.v4i1.64
Asripa Asripa
Penulisan “Nikah Sirri dalam Perspektif Islam (Telaah Terhadap Kompilasi Hukum Islam)”, untuk mengungkap berbagai masalah diantaramya: (1) Apa pengertiam dari nikah dan nikah sirri (2) Faktor-faktor penyebab terjadinya nikah sirri, (3) Proses pelaksanaan nikah sirri (4) Bagaimana nikah sirri dalam perspektif Islam dan (5) Akibat-akibat yang timbul dari pernikahan sirri serta dampaknya pada pelaku nikah sirri dan keluarganya
{"title":"NIKAH SIRRI DALAM PERSPEKTIF ISLAM","authors":"Asripa Asripa","doi":"10.46773/imtiyaz.v4i1.64","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v4i1.64","url":null,"abstract":"Penulisan “Nikah Sirri dalam Perspektif Islam (Telaah Terhadap Kompilasi Hukum Islam)”, untuk mengungkap berbagai masalah diantaramya: (1) Apa pengertiam dari nikah dan nikah sirri (2) Faktor-faktor penyebab terjadinya nikah sirri, (3) Proses pelaksanaan nikah sirri (4) Bagaimana nikah sirri dalam perspektif Islam dan (5) Akibat-akibat yang timbul dari pernikahan sirri serta dampaknya pada pelaku nikah sirri dan keluarganya","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128572620","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-30DOI: 10.46773/imtiyaz.v4i1.65
Alifia Wahyuni
Pernikahan merupakan proses awal pembentukan sebuah keluarga yang harmonis. Namun, pernikahan juga memerlukan persiapan dan syarat agar kelak tidak terjadi permasalahan yang muncul. Salah satunya menyangkut masalah umur atau disebut pernikahan dini. Pernikahan dini menjadi kontroversi di kalangan masyarakat karena setiap perspektif memiliki pandangan yang berbeda. Dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini tidak hanya angka perceraian yang tinggi karena ketidakcocokan antarpasangan, melainkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan, dan komplikasi yang terjadi saat kehamilan menyebabkan resiko tingginya angka kematian ibu dan anak. Dalam pandangan Islam, pernikahan dini bisa menjadi dampak positif yaitu menghindari dari perzinahan. Menurut pandangan madzhab Syafi’i, suatu pernikahan dapat dilaksanakan jika mempelai perempuan telah berusia baligh dan orang tua sepatutnya menanyakan persetujuan kepada putrinya agar tidak ada perasaan terpaksa saat dilangsungkan pernikahan. Hal ini dapat dijadikan acuan bagi orang tua yang ingin segera menikahkan anak-anaknya walaupun masih berusia dini. Tidak hanya orang tua, tetapi para remaja yang ingin melaksanakan pernikahan di usia muda juga perlu memikirkan dan mempersiapkan segala kemungkinan agar tidak terjadi permasalahan yang menimbulkan retaknya sebuah rumah tangga.
{"title":"PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF MADZHAB IMAM SYAFI’I","authors":"Alifia Wahyuni","doi":"10.46773/imtiyaz.v4i1.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v4i1.65","url":null,"abstract":"Pernikahan merupakan proses awal pembentukan sebuah keluarga yang harmonis. Namun, pernikahan juga memerlukan persiapan dan syarat agar kelak tidak terjadi permasalahan yang muncul. Salah satunya menyangkut masalah umur atau disebut pernikahan dini. Pernikahan dini menjadi kontroversi di kalangan masyarakat karena setiap perspektif memiliki pandangan yang berbeda. Dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini tidak hanya angka perceraian yang tinggi karena ketidakcocokan antarpasangan, melainkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perselingkuhan, dan komplikasi yang terjadi saat kehamilan menyebabkan resiko tingginya angka kematian ibu dan anak. Dalam pandangan Islam, pernikahan dini bisa menjadi dampak positif yaitu menghindari dari perzinahan. Menurut pandangan madzhab Syafi’i, suatu pernikahan dapat dilaksanakan jika mempelai perempuan telah berusia baligh dan orang tua sepatutnya menanyakan persetujuan kepada putrinya agar tidak ada perasaan terpaksa saat dilangsungkan pernikahan. Hal ini dapat dijadikan acuan bagi orang tua yang ingin segera menikahkan anak-anaknya walaupun masih berusia dini. Tidak hanya orang tua, tetapi para remaja yang ingin melaksanakan pernikahan di usia muda juga perlu memikirkan dan mempersiapkan segala kemungkinan agar tidak terjadi permasalahan yang menimbulkan retaknya sebuah rumah tangga.","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126419585","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-30DOI: 10.46773/imtiyaz.v4i1.61
M. Mulyono
Ibnu Rajab dalam bukunya yang berjudul Jamiul Ulum Wal Hikam mengatakan, bahwa “istiqamah adalah prilaku jalan yang lurus dan agama yang lurus dengan tidak melenceng kekanan atau kekiri, istiqamah mencakup semua perbuatan taat yang dhohir maupun bathin dan istiqamah meninggalkan semua yang dilarang, wasiat ini bersifat menyeluruh untuk semua urusan agama.“ Merujuk dari statement yang telah disampaikan oleh Ibnu Rajab di atas, penyusun bertambah yakin bahwa betapa pentingnya materi istiqamah ini dibahas. Istiqamah merupakan bagian dari ciri pribadi yang mulia, karakter orang-orang sholeh, sikap yang menjiwai orang-orang sukses dunia akherat. Istiqamah juga merupakan bagian dari ciri-ciri ahli surga.Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang dikemas dalam sebuah tesis yang menggunakan metode penelitian tafsir yang kita kenal dengan metode tafsir maudhu’i. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif-analisis. Dengan pendekatan yang digunakan adalah keimanan spiritual.Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pribadi yang istiqamah harus dimiliki oleh setiap muslim, karena istiqamah sangat erat kaitannya dengan kualitas ibadah dan keiamanan seorang mukmin, tanpa istiqamah hidupnya terasa asal-asalan dan hampa tak bermakna.
{"title":"KEISTIMEWAAN ISTIQAMAH DALAM PERSFEKTIF AL-QUR’AN","authors":"M. Mulyono","doi":"10.46773/imtiyaz.v4i1.61","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v4i1.61","url":null,"abstract":"Ibnu Rajab dalam bukunya yang berjudul Jamiul Ulum Wal Hikam mengatakan, bahwa “istiqamah adalah prilaku jalan yang lurus dan agama yang lurus dengan tidak melenceng kekanan atau kekiri, istiqamah mencakup semua perbuatan taat yang dhohir maupun bathin dan istiqamah meninggalkan semua yang dilarang, wasiat ini bersifat menyeluruh untuk semua urusan agama.“ Merujuk dari statement yang telah disampaikan oleh Ibnu Rajab di atas, penyusun bertambah yakin bahwa betapa pentingnya materi istiqamah ini dibahas. Istiqamah merupakan bagian dari ciri pribadi yang mulia, karakter orang-orang sholeh, sikap yang menjiwai orang-orang sukses dunia akherat. Istiqamah juga merupakan bagian dari ciri-ciri ahli surga.Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang dikemas dalam sebuah tesis yang menggunakan metode penelitian tafsir yang kita kenal dengan metode tafsir maudhu’i. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif-analisis. Dengan pendekatan yang digunakan adalah keimanan spiritual.Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pribadi yang istiqamah harus dimiliki oleh setiap muslim, karena istiqamah sangat erat kaitannya dengan kualitas ibadah dan keiamanan seorang mukmin, tanpa istiqamah hidupnya terasa asal-asalan dan hampa tak bermakna. ","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126782638","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-11DOI: 10.46773/IMTIYAZ.V1I2.50
Ulil Hidayah
Paradigma keilmuan yang berkembang di msayarakat belajar kita saat ini adalah sekulerisme ilmu yang membuat jurang pemisah antara kajian ilmu agama dan sains. Permasalah dikotomi tida hanya merusak paradigma berpikir yang benar, tetapi juga menutup keterbukaan untuk mendialogkan antar disiplin imu. Maka, dalam tulisan ini permasalahan dikotomi ilmu di retas dalam sudut pandang integrasi keilmuan yang berada di Perguruan Tinggi Islam. Dalam hal ini Universitas Islam Negeri yang berada di bawah kementerian Agama terus berupaya meretas sistem dikotomi melalui penanaman visi misi perguruan Tinggi Islam berserta bangunan filosofi keilmuan yang dikembangkan dalam Perguruan Tinggi Islam adalah jawaban atas kesenjangan keilmuan
{"title":"MERETAS DIKOTOMI KEILMUAN DI PERGURUAN TINGGI ISLAM","authors":"Ulil Hidayah","doi":"10.46773/IMTIYAZ.V1I2.50","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/IMTIYAZ.V1I2.50","url":null,"abstract":"Paradigma keilmuan yang berkembang di msayarakat belajar kita saat ini adalah sekulerisme ilmu yang membuat jurang pemisah antara kajian ilmu agama dan sains. Permasalah dikotomi tida hanya merusak paradigma berpikir yang benar, tetapi juga menutup keterbukaan untuk mendialogkan antar disiplin imu. Maka, dalam tulisan ini permasalahan dikotomi ilmu di retas dalam sudut pandang integrasi keilmuan yang berada di Perguruan Tinggi Islam. Dalam hal ini Universitas Islam Negeri yang berada di bawah kementerian Agama terus berupaya meretas sistem dikotomi melalui penanaman visi misi perguruan Tinggi Islam berserta bangunan filosofi keilmuan yang dikembangkan dalam Perguruan Tinggi Islam adalah jawaban atas kesenjangan keilmuan","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"88 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115070943","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-10DOI: 10.46773/imtiyaz.v1i2.49
Imanuddin Abil Fida
Materi pembelajaran ilmu fiqih bagi siswa di Madrasah Aliyah menjadi salah satu inti (core) pembelajaran dikarenakan ilmu fiqih adalah pengetahuan yang akan menuntun siswa menjadi manusia yang mempunyai jiwa sosial tinggi. Dengan memahami konsep fiqih yang benar, siswa akan memahami bahwa perbedaan pendapat yang ada di kalangan masyarakat adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa terelakkan. Pemahaman tersebut akan membawa siswa untuk mempunyai sikap toleransi antar ummat Islam dalam menyikapi perbedaan pendapat. Hal ini menjadi signifikan mengingat muatan pembelajaran fiqih di Madrasah Aliyah selama ini hanya berkutat pada pemberian wacana sederhana tanpa penguatan untuk meningkatkan daya analisa siswa. Berangkat dari pemikiran tersebut diatas, tema-tema pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah yang berkaitan dengan kehidupan sosial menjadi sangat penting agar siswa pada Madrasah Aliyah tidak hanya belajar doktrin fiqih yang sudah ‘matang’, namun juga mampu belajar untuk memahami akulturasi ilmu fiqih ke dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Tulisan ini bermaksud memberikan analisis mengenai peran fiqih dalam menanamkan pemahaman kepada siswa terhadap nilai-nilai syariat dalam kehidupan sosial. Teori dan konsep yang akan dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah fiqih sosial, konsep maṣālih dan maqāṣid syarī’ah
{"title":"STUDI ANALISIS MUATAN PEMBELAJARAN FIQIH DI MADRASAH ALIYAH DI KOTA PROBOLINGGO","authors":"Imanuddin Abil Fida","doi":"10.46773/imtiyaz.v1i2.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v1i2.49","url":null,"abstract":"Materi pembelajaran ilmu fiqih bagi siswa di Madrasah Aliyah menjadi salah satu inti (core) pembelajaran dikarenakan ilmu fiqih adalah pengetahuan yang akan menuntun siswa menjadi manusia yang mempunyai jiwa sosial tinggi. Dengan memahami konsep fiqih yang benar, siswa akan memahami bahwa perbedaan pendapat yang ada di kalangan masyarakat adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa terelakkan. Pemahaman tersebut akan membawa siswa untuk mempunyai sikap toleransi antar ummat Islam dalam menyikapi perbedaan pendapat. Hal ini menjadi signifikan mengingat muatan pembelajaran fiqih di Madrasah Aliyah selama ini hanya berkutat pada pemberian wacana sederhana tanpa penguatan untuk meningkatkan daya analisa siswa. Berangkat dari pemikiran tersebut diatas, tema-tema pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah yang berkaitan dengan kehidupan sosial menjadi sangat penting agar siswa pada Madrasah Aliyah tidak hanya belajar doktrin fiqih yang sudah ‘matang’, namun juga mampu belajar untuk memahami akulturasi ilmu fiqih ke dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Tulisan ini bermaksud memberikan analisis mengenai peran fiqih dalam menanamkan pemahaman kepada siswa terhadap nilai-nilai syariat dalam kehidupan sosial. Teori dan konsep yang akan dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah fiqih sosial, konsep maṣālih dan maqāṣid syarī’ah","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133181944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-10DOI: 10.46773/imtiyaz.v1i2.47
Benny Prasetiya, Sofyan Rofi
The formation of values as the core of national education goals is certainly not immediately tangible for granted, but it takes an effort of education in a systematic and well-planned. One form of the government's efforts to achieve national education goals is to organize educational services for all citizens through units of the education as education providers track, level and type of education that is required by law.In this case, the school as an institution (institution) education which is a container where the educational process is done, have a complex and dynamic system. In its activities, the school is a place that is not just a gathering place for students and teachers, but are in the order of the system complex and interrelated. Keywords: education, values
{"title":"PENDIDIKAN NILAI: KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN","authors":"Benny Prasetiya, Sofyan Rofi","doi":"10.46773/imtiyaz.v1i2.47","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v1i2.47","url":null,"abstract":"The formation of values as the core of national education goals is certainly not immediately tangible for granted, but it takes an effort of education in a systematic and well-planned. One form of the government's efforts to achieve national education goals is to organize educational services for all citizens through units of the education as education providers track, level and type of education that is required by law.In this case, the school as an institution (institution) education which is a container where the educational process is done, have a complex and dynamic system. In its activities, the school is a place that is not just a gathering place for students and teachers, but are in the order of the system complex and interrelated. Keywords: education, values","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125483583","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}