Pub Date : 2019-08-19DOI: 10.46773/imtiyaz.v1i1.39
Aries Dirgayunita
Kesehatan mental atau Mental Health dalam perspesktif psikologi adalah suatu keadaan psikologis seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap permasalahan-permasalahan baik yang ada dalam dirinya maupun yang berada diluar lingkungan dirinya dengan menunjukkan kemampuan maupun potensi yang dimilikinya. Sedangkan dalam perspektif Islam, kesehatan mental adalah suatu kemampuan diri manusia dalam mengelola fungsi-fungsi kejiwaan sehingga tercipta penyesuaian diri yang baik antara dirinya sendiri baik dengan manusia lain, makhluk hidup lain, lingkungan, alam semesta maupun dengan Allah secara dinamis yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist yang merupakan pedoman hidup dalam menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental dapat teratasi. Kesehatan mental manusia dikatakan baik dapat ditandai dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya dapat secara dinamis dikelola dengan baik dalam penyesuaian diri dengan dirinya sendiri, lingkungan, alam semesta maupun dengan Allah serta dengan mengembangkan seluruh aspek yang dimilikinya seperti kecerdasan, emosi maupun kesehatan dan spiritual. Sehingga Allah melimpahkan ketenangan jiwa dalam diri manusia, sesuai dalam Q.S. Al-fath : 4 yaitu Allah-lah yang telah menurunkan ketenangan jiwa kedalam hati orang-orang mukmin, supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang sudah ada. Yang tersebut menjelaskan bahwa Allah mensifati diriNya Yang Maha Mengetahui dan bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman
{"title":"KESEHATAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN ISLAM","authors":"Aries Dirgayunita","doi":"10.46773/imtiyaz.v1i1.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v1i1.39","url":null,"abstract":"Kesehatan mental atau Mental Health dalam perspesktif psikologi adalah suatu keadaan psikologis seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap permasalahan-permasalahan baik yang ada dalam dirinya maupun yang berada diluar lingkungan dirinya dengan menunjukkan kemampuan maupun potensi yang dimilikinya. Sedangkan dalam perspektif Islam, kesehatan mental adalah suatu kemampuan diri manusia dalam mengelola fungsi-fungsi kejiwaan sehingga tercipta penyesuaian diri yang baik antara dirinya sendiri baik dengan manusia lain, makhluk hidup lain, lingkungan, alam semesta maupun dengan Allah secara dinamis yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist yang merupakan pedoman hidup dalam menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental dapat teratasi. Kesehatan mental manusia dikatakan baik dapat ditandai dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya dapat secara dinamis dikelola dengan baik dalam penyesuaian diri dengan dirinya sendiri, lingkungan, alam semesta maupun dengan Allah serta dengan mengembangkan seluruh aspek yang dimilikinya seperti kecerdasan, emosi maupun kesehatan dan spiritual. Sehingga Allah melimpahkan ketenangan jiwa dalam diri manusia, sesuai dalam Q.S. Al-fath : 4 yaitu Allah-lah yang telah menurunkan ketenangan jiwa kedalam hati orang-orang mukmin, supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang sudah ada. Yang tersebut menjelaskan bahwa Allah mensifati diriNya Yang Maha Mengetahui dan bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127706573","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-10DOI: 10.46773/imtiyaz.v3i1.27
Nur Faizah
Berbicara poligami selalu menarik perhatian dan diperbincangkan. Perdebatan wacana poligami di kalangan muslim selalu berakhir tanpa pernah melahirkan kesepakatan, karena perbedaan penafsiran. Artikel ini memaparkan model pendekatan dalam konteks penafsiran al-Qur’an tentang poligami yang ditawarkan Abū Zayd dengan kerangka berfikir berbeda dalam mendekati poligami, yang pada akhirnya berimplikasi pada perbedaan tingkat pemahaman. Hal ini diharapkan mampu memberikan alternatif pemahaman kritis terhadap berbagai implikasi yang biasa tampil dalam setiap pendekatan penafsiran al-Qur’an tentang poligami. Karena itu dimanfaatkan teori hermeneutik dengan metode pendekatan sosio-historis dan fenomenologis. Sehingga dapat diungkapkan bahwa penafsiran Abū Zayd dengan hermeneutika Qur’annya melarang poligami karena tidak memenuhi prinsip keadilan
{"title":"KONSEP POLIGAMI MENURUT NASHR HĀMID ABŪ ZAYD DALAM KARYA DAWĀIRUL KHAUF: QIRĀ’ATUN FĪ KHITĀBIL MAR’AH: ANALISIS HERMENEUTIK","authors":"Nur Faizah","doi":"10.46773/imtiyaz.v3i1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v3i1.27","url":null,"abstract":"Berbicara poligami selalu menarik perhatian dan diperbincangkan. Perdebatan wacana poligami di kalangan muslim selalu berakhir tanpa pernah melahirkan kesepakatan, karena perbedaan penafsiran. Artikel ini memaparkan model pendekatan dalam konteks penafsiran al-Qur’an tentang poligami yang ditawarkan Abū Zayd dengan kerangka berfikir berbeda dalam mendekati poligami, yang pada akhirnya berimplikasi pada perbedaan tingkat pemahaman. Hal ini diharapkan mampu memberikan alternatif pemahaman kritis terhadap berbagai implikasi yang biasa tampil dalam setiap pendekatan penafsiran al-Qur’an tentang poligami. Karena itu dimanfaatkan teori hermeneutik dengan metode pendekatan sosio-historis dan fenomenologis. Sehingga dapat diungkapkan bahwa penafsiran Abū Zayd dengan hermeneutika Qur’annya melarang poligami karena tidak memenuhi prinsip keadilan","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129855475","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-10DOI: 10.46773/imtiyaz.v3i1.32
Benny Prasetiya
Upaya kesejahteraan sosial di samping tanggung jawab negara, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 dan pemenuhan hak asasi manusia, di Muhammadiyah selain dari dorongan seperti itu, juga didorong oleh panggilan Islam yang juga berkaitan dengan masalah kemanusiaan seperti memperhatikan orang miskin, anak yatim, anak-anak terlantar, janda, dan lainnya adalah perbuatan mulia dan akan memberikan manfaat dari Tuhan baik di dunia maupun di akhirat. Surah Al-Ma ’un dalam Al-Qur'an sangat terkenal di Muhammadiyah yang mengingatkan umat Islam untuk tidak meninggalkan anak yatim dan orang miskin karena untuk melakukannya mereka pada akhirnya menjadi penipu agama. Yang baik di dunia adalah kebahagiaan melalui peningkatan rezqi (rezeki) dan perasaan. Berdasarkan dorongan ini, anggota Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia berlomba untuk menyelenggarakan upaya kesejahteraan sosial, terutama layanan. Penelitian ini mengkaji bagaimana Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah juga menjadi pilar dalam gerakan sosialnya selama satu abad. Muhammadiyah telah banyak memberikan konstribusi positif dalam gerakan sosialnya menjadikan bangsa ini lebih bermartabat
{"title":"SATU ABAD MUHAMMADIYAH SEBAGAI A SOCIAL MOVEMENT","authors":"Benny Prasetiya","doi":"10.46773/imtiyaz.v3i1.32","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v3i1.32","url":null,"abstract":"Upaya kesejahteraan sosial di samping tanggung jawab negara, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 dan pemenuhan hak asasi manusia, di Muhammadiyah selain dari dorongan seperti itu, juga didorong oleh panggilan Islam yang juga berkaitan dengan masalah kemanusiaan seperti memperhatikan orang miskin, anak yatim, anak-anak terlantar, janda, dan lainnya adalah perbuatan mulia dan akan memberikan manfaat dari Tuhan baik di dunia maupun di akhirat. Surah Al-Ma ’un dalam Al-Qur'an sangat terkenal di Muhammadiyah yang mengingatkan umat Islam untuk tidak meninggalkan anak yatim dan orang miskin karena untuk melakukannya mereka pada akhirnya menjadi penipu agama. Yang baik di dunia adalah kebahagiaan melalui peningkatan rezqi (rezeki) dan perasaan. Berdasarkan dorongan ini, anggota Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia berlomba untuk menyelenggarakan upaya kesejahteraan sosial, terutama layanan. Penelitian ini mengkaji bagaimana Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah juga menjadi pilar dalam gerakan sosialnya selama satu abad. Muhammadiyah telah banyak memberikan konstribusi positif dalam gerakan sosialnya menjadikan bangsa ini lebih bermartabat","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127680241","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-10DOI: 10.46773/imtiyaz.v3i1.18
Dwi Dasa Suryantoro
Pada prinsipnya perkawinan dapatlah dipahami bahwa pada dasarnya Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah menganut asas monogami, namun asas monogami bukanlah bersifat mutlak karena dalam hukum positif indonesia juga diberlakukan perkawinan poligami, dimana perkawinan poligami diakui oleh Negara. Pelaksanaan perkawinan poligami dapat terwujud tentunya dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu salah satunya persetujuan dari istri, namun ternyata dalam kondisi tertentu berdasartkan asas kemanfaatan dan keadilan pelaksanan perkawinan poligami tanpa persetujuan istri dapat dilakukan dan dapat terwujud sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Perkawinan Pasal 5 ayat 2. bentuk persyaratannya yang lebih ketat dibandingkan pelaksnaan poligami pada umumnya, namun terdapat persamaan dalam pelaksanaannya yakni syarat-syarat yang tertuang dalam pasal 3 ayat 2 dan pasal 4 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
{"title":"PERKAWINAN POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI PRESPEKTIF UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 1974","authors":"Dwi Dasa Suryantoro","doi":"10.46773/imtiyaz.v3i1.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v3i1.18","url":null,"abstract":"Pada prinsipnya perkawinan dapatlah dipahami bahwa pada dasarnya Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah menganut asas monogami, namun asas monogami bukanlah bersifat mutlak karena dalam hukum positif indonesia juga diberlakukan perkawinan poligami, dimana perkawinan poligami diakui oleh Negara. Pelaksanaan perkawinan poligami dapat terwujud tentunya dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu salah satunya persetujuan dari istri, namun ternyata dalam kondisi tertentu berdasartkan asas kemanfaatan dan keadilan pelaksanan perkawinan poligami tanpa persetujuan istri dapat dilakukan dan dapat terwujud sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Perkawinan Pasal 5 ayat 2. bentuk persyaratannya yang lebih ketat dibandingkan pelaksnaan poligami pada umumnya, namun terdapat persamaan dalam pelaksanaannya yakni syarat-syarat yang tertuang dalam pasal 3 ayat 2 dan pasal 4 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123894698","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-10DOI: 10.46773/imtiyaz.v3i1.24
Abdul Jabpar
This paper describes the discourse of the image and biography of Prophet Muhammad in the view of Western scholars from the 18th century to the 20th century. Photographing the dynamics and development of their thinking in Critical Discourse Analysis (CDA) approach, through Foucault’s genealogy. The discourse focused on the features and characteristics of three important scholars of his time: Edward Gibbon, R. Bosworth Smith, and W. Montgomery Watt
{"title":"MUHAMMAD’S LIFE HISTORY: A GENEALOGICAL DISCOURSE THROUGH WESTERN 18 - 20 CENTURY VIEWS","authors":"Abdul Jabpar","doi":"10.46773/imtiyaz.v3i1.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v3i1.24","url":null,"abstract":"This paper describes the discourse of the image and biography of Prophet Muhammad in the view of Western scholars from the 18th century to the 20th century. Photographing the dynamics and development of their thinking in Critical Discourse Analysis (CDA) approach, through Foucault’s genealogy. The discourse focused on the features and characteristics of three important scholars of his time: Edward Gibbon, R. Bosworth Smith, and W. Montgomery Watt","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129767674","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-10DOI: 10.46773/imtiyaz.v3i1.25
N. Hidayah
Lompatan besar dalam perkembangan teknologi informasi memperluas daya jangkau dan kecepatan aksesnya bagi masyarakat. Dampak suatu informasi kemudian menjadi semakin besar, termasuk informasi bohong di dunia usaha. Selama tahun 2018, ditemukan 73 disinformasi di bidang usaha yang menyebar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagian menjadi viral dan menimbulkan keresahan. Tulisan ini berusaha mendeskripsikan jenis-jenis disinformasi tersebut dengan menggunakan content analysis dan menelaahnya dari perspektif etika ekonomi Qur’ani. Hasil kajian menunjukkan bahwa disinformasi di bidang usaha memiliki beberapa tipe jika dilihat dari bentuk dan dampaknya yaitu attention hunter, indikasi pencurian data, serangan pada suatu produk, indikasi penipuan, dan propaganda politik. Jenis-jenis disinformasi ini bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi Qur’ani yaitu kesatuan, kesetimbangan, kehendak bebas, pertanggungjawaban, dan kebenaran serta kebajikan
{"title":"DISINFORMASI DI BIDANG USAHA DALAM PRSPEKTIF ETIKA BISNIS QUR’ANI","authors":"N. Hidayah","doi":"10.46773/imtiyaz.v3i1.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v3i1.25","url":null,"abstract":"Lompatan besar dalam perkembangan teknologi informasi memperluas daya jangkau dan kecepatan aksesnya bagi masyarakat. Dampak suatu informasi kemudian menjadi semakin besar, termasuk informasi bohong di dunia usaha. Selama tahun 2018, ditemukan 73 disinformasi di bidang usaha yang menyebar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagian menjadi viral dan menimbulkan keresahan. Tulisan ini berusaha mendeskripsikan jenis-jenis disinformasi tersebut dengan menggunakan content analysis dan menelaahnya dari perspektif etika ekonomi Qur’ani. Hasil kajian menunjukkan bahwa disinformasi di bidang usaha memiliki beberapa tipe jika dilihat dari bentuk dan dampaknya yaitu attention hunter, indikasi pencurian data, serangan pada suatu produk, indikasi penipuan, dan propaganda politik. Jenis-jenis disinformasi ini bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi Qur’ani yaitu kesatuan, kesetimbangan, kehendak bebas, pertanggungjawaban, dan kebenaran serta kebajikan","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124831210","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-10DOI: 10.46773/imtiyaz.v3i1.29
Ainul Yaqin
sebab ia menjadi faktor yang menentukan kelangsungan hidup suatu bangsa. Suatu bangsa akan mengalami kehancuran jika masyarakatnya mengalami penyakit moral yang akut. Oleh sebab itu, pendidikan moral atau akhlak kepada peserta didik menjadi suatu keharusan dan saat ini telah menjadi program inti pendidikan di hampir semua negara. Tetapi efektivitas pembelajaran moral sering dipertanyakan disebabkan banyaknya penyimpangan moral peserta didik, seperti perilaku curang, mabuk-mabukan, tawuran, pergaulan bebas dan sebagainya. Penelitian ini bermaksud mengujicobakan model pembelajaran akhlak berbasis teori kognitif dalam meningkatkan penalaran moral peserta didik. Sengaja dipilih domain penalaran sebab ia memiliki kontribusi terhadap tindakan moral seseorang, atau dengan kata lain penalaran moral seseorang mempengaruhi tindakan moralnya. Semakin tinggi penalaran moral seseorang, semakin tinggi pula tindakan moralnya. Penelitian ini dilaksanakan secara kuantitatif dengan metode eksperimen dan menggunakan rancangan one group pre-post test design. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan penalaran moral siswa sebelum dan sesudah eksperimen yang dibuktikan dengan nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran akhlak berbasis kognitif memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan penalaran moral peserta didik.
{"title":"PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKHLAK BERBASIS KOGNITIF TERHADAP MORAL REASONING SISWA","authors":"Ainul Yaqin","doi":"10.46773/imtiyaz.v3i1.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v3i1.29","url":null,"abstract":"sebab ia menjadi faktor yang menentukan kelangsungan hidup suatu bangsa. Suatu bangsa akan mengalami kehancuran jika masyarakatnya mengalami penyakit moral yang akut. Oleh sebab itu, pendidikan moral atau akhlak kepada peserta didik menjadi suatu keharusan dan saat ini telah menjadi program inti pendidikan di hampir semua negara. Tetapi efektivitas pembelajaran moral sering dipertanyakan disebabkan banyaknya penyimpangan moral peserta didik, seperti perilaku curang, mabuk-mabukan, tawuran, pergaulan bebas dan sebagainya. Penelitian ini bermaksud mengujicobakan model pembelajaran akhlak berbasis teori kognitif dalam meningkatkan penalaran moral peserta didik. Sengaja dipilih domain penalaran sebab ia memiliki kontribusi terhadap tindakan moral seseorang, atau dengan kata lain penalaran moral seseorang mempengaruhi tindakan moralnya. Semakin tinggi penalaran moral seseorang, semakin tinggi pula tindakan moralnya. Penelitian ini dilaksanakan secara kuantitatif dengan metode eksperimen dan menggunakan rancangan one group pre-post test design. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan penalaran moral siswa sebelum dan sesudah eksperimen yang dibuktikan dengan nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran akhlak berbasis kognitif memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan penalaran moral peserta didik.","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129213344","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-28DOI: 10.46773/imtiyaz.v2i2.15
Khoiriyah Khoiriyah, Devy Habibi Muhammad
Religious Education conventionally serves to create children with strong faith and devotion, as well as novel behavior, so that they can live within their society peacefully and happily, without any severe difficulty. In other words, religious education can help learners in building religious community. Religious society basically has a broad sense, but often understood with limited understanding, in terms of people who only show obedience in performing religious rituals only. Beside its function to build a society that will obey the teachings of their religion, religious education is expected to play a role building a humanist and pluralist society. This article tries to describe how religious education plays such role in multicultural country like Indonesia.
{"title":"MAKNA PLURALISME PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH","authors":"Khoiriyah Khoiriyah, Devy Habibi Muhammad","doi":"10.46773/imtiyaz.v2i2.15","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v2i2.15","url":null,"abstract":"Religious Education conventionally serves to create children with strong faith and devotion, as well as novel behavior, so that they can live within their society peacefully and happily, without any severe difficulty. In other words, religious education can help learners in building religious community. Religious society basically has a broad sense, but often understood with limited understanding, in terms of people who only show obedience in performing religious rituals only. Beside its function to build a society that will obey the teachings of their religion, religious education is expected to play a role building a humanist and pluralist society. This article tries to describe how religious education plays such role in multicultural country like Indonesia.","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128312780","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-28DOI: 10.46773/imtiyaz.v2i2.13
Anissatur Rofiah
The Politics of identity has been a popular political attitude phenomenon nowadays. The negative effect of this attitude begins to affect harmonious life between different communities in Indonesia. This article attempt to explain the phenomenon and relate it with religious orientation to see if the shifting religious values affect the political attitude of political actors. It also tries to propose Islamic education as a form of solution.
{"title":"POLITIK IDENTITAS SEBAGAI MANIFESTASI ORIENTASI KEAGAMAAN","authors":"Anissatur Rofiah","doi":"10.46773/imtiyaz.v2i2.13","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v2i2.13","url":null,"abstract":"The Politics of identity has been a popular political attitude phenomenon nowadays. The negative effect of this attitude begins to affect harmonious life between different communities in Indonesia. This article attempt to explain the phenomenon and relate it with religious orientation to see if the shifting religious values affect the political attitude of political actors. It also tries to propose Islamic education as a form of solution.","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"166 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128265442","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-28DOI: 10.46773/imtiyaz.v2i2.12
Imanuddin Abil Fida
The legal debate pertaining to the position of Islam di Indonesia has been emerged from the beginning of freedom hassle of Indonesia. Each leader and religious organization has the difference thought including Nahdlatul Ulama and Persatuan Islam. One of the difference was to what extent Indonesian Muslims stand of nationalism between Tauhid and the obligation of worship. Each has the dissimilar thought which has implications to their participation in Indonesian politics since the beginning of Indonesian freedom until New Order era. This article will discuss the difference thought between two organizations following some historical facts of their difference
{"title":"ISLAM AND INDONESIA IN VIEWS OF NAHDLATUL ULAMA AND PERSATUAN ISLAM","authors":"Imanuddin Abil Fida","doi":"10.46773/imtiyaz.v2i2.12","DOIUrl":"https://doi.org/10.46773/imtiyaz.v2i2.12","url":null,"abstract":"The legal debate pertaining to the position of Islam di Indonesia has been emerged from the beginning of freedom hassle of Indonesia. Each leader and religious organization has the difference thought including Nahdlatul Ulama and Persatuan Islam. One of the difference was to what extent Indonesian Muslims stand of nationalism between Tauhid and the obligation of worship. Each has the dissimilar thought which has implications to their participation in Indonesian politics since the beginning of Indonesian freedom until New Order era. This article will discuss the difference thought between two organizations following some historical facts of their difference","PeriodicalId":309253,"journal":{"name":"Imtiyaz: Jurnal Ilmu Keislaman","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122691580","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}