Pub Date : 2023-11-25DOI: 10.20473/jhi.v16i2.44486
Fakhri Sabiq Muawal, Deasy Silvya Sari
Vaccine diplomacy is diplomacy that uses vaccines as the main tool of diplomacy. The Covid-19 pandemic presents an opportunity for vaccine producing countries and producing countries to conduct vaccine diplomacy. The Netherlands as a vaccine producing country has made Indonesia one of the targets for vaccine diplomacy. This research aims to explain the instruments and strategies used by the Netherlands in conducting vaccine diplomacy against Indonesia during the Covid-19 Pandemic. This research uses a qualitative method with secondary data in the form of books, journal articles, news, and document reports on the websites of the Netherlands Government and Indonesian Government institutions, as well as the results of interviews from the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia. the analysis technique used is thematic data. The findings from this research are that the Netherlands Government uses collaborative instruments with the More Formal Collaborative Instruments approach which was raised by the interaction of various international actors such as countries, international organizations and multinational vaccine manufacturing companies.
{"title":"Netherlands Vaccine Diplomacy Towards Indonesia During Covid-19 Pandemic","authors":"Fakhri Sabiq Muawal, Deasy Silvya Sari","doi":"10.20473/jhi.v16i2.44486","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i2.44486","url":null,"abstract":"Vaccine diplomacy is diplomacy that uses vaccines as the main tool of diplomacy. The Covid-19 pandemic presents an opportunity for vaccine producing countries and producing countries to conduct vaccine diplomacy. The Netherlands as a vaccine producing country has made Indonesia one of the targets for vaccine diplomacy. This research aims to explain the instruments and strategies used by the Netherlands in conducting vaccine diplomacy against Indonesia during the Covid-19 Pandemic. This research uses a qualitative method with secondary data in the form of books, journal articles, news, and document reports on the websites of the Netherlands Government and Indonesian Government institutions, as well as the results of interviews from the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia. the analysis technique used is thematic data. The findings from this research are that the Netherlands Government uses collaborative instruments with the More Formal Collaborative Instruments approach which was raised by the interaction of various international actors such as countries, international organizations and multinational vaccine manufacturing companies.","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139238181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-25DOI: 10.20473/jhi.v16i2.49712
Bernadeta Nindhita Herdianti, dan Rr. Hermini, Susiatiningsih Universitas, Diponegoro Abstrak
Keterlibatan pihak ketiga kerap kali dijumpai di sejumlah konflik. Kehadirannya ini bagai pedang bermata dua. Pihak ketiga dapat mendamaikan pihak yang berkonflik, tapi tidak jarang justru memperkeruh suasana yang sudah kelam sebelumnya. Tidak terkecuali keterlibatan Amerika Serikat serta Bank Dunia dalam upaya menyelesaikan konflik Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) yang menjadi sengketa selama beberapa tahun terakhir antara Mesir, Sudan, dan Etiopia. Sumber daya yang terbatas dan ketergantungan banyak pihak akan sumber daya tersebut telah menciptakan konflik kepentingan yang sampai saat ini tak kunjung mencapai kata sepakat. Kehadiran pihak ketiga ini nyatanya tidak menyelesaikan konflik dan justru berujung pada kegagalan negosiasi. Artikel ini hendak menganalisis faktor penyebab kegagalan negosiasi internasional yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Bank Dunia dalam konflik Bendungan GERD. Penelitian ini akan dianalisis menggunakan teori kegagalan negosiasi internasional serta menggunakan metode kualitatif eksplanatif sebagai landasan penelitian dalam mengupas faktor yang melatarbelakangi kegagalan negosiasi ini. Penelitian ini menemukan bahwa aktor yang terlibat, proses formulasi dalam negosiasi, dan strategi yang dipilih negosiator merupakan faktor penyebab kegagalan negosiasi tersebut.
{"title":"Sebuah Ironi: Kegagalan Amerika Serikat dan Bank Dunia dalam Upaya Menyelesaikan Konflik Bendungan GERD","authors":"Bernadeta Nindhita Herdianti, dan Rr. Hermini, Susiatiningsih Universitas, Diponegoro Abstrak","doi":"10.20473/jhi.v16i2.49712","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i2.49712","url":null,"abstract":"Keterlibatan pihak ketiga kerap kali dijumpai di sejumlah konflik. Kehadirannya ini bagai pedang bermata dua. Pihak ketiga dapat mendamaikan pihak yang berkonflik, tapi tidak jarang justru memperkeruh suasana yang sudah kelam sebelumnya. Tidak terkecuali keterlibatan Amerika Serikat serta Bank Dunia dalam upaya menyelesaikan konflik Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) yang menjadi sengketa selama beberapa tahun terakhir antara Mesir, Sudan, dan Etiopia. Sumber daya yang terbatas dan ketergantungan banyak pihak akan sumber daya tersebut telah menciptakan konflik kepentingan yang sampai saat ini tak kunjung mencapai kata sepakat. Kehadiran pihak ketiga ini nyatanya tidak menyelesaikan konflik dan justru berujung pada kegagalan negosiasi. Artikel ini hendak menganalisis faktor penyebab kegagalan negosiasi internasional yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Bank Dunia dalam konflik Bendungan GERD. Penelitian ini akan dianalisis menggunakan teori kegagalan negosiasi internasional serta menggunakan metode kualitatif eksplanatif sebagai landasan penelitian dalam mengupas faktor yang melatarbelakangi kegagalan negosiasi ini. Penelitian ini menemukan bahwa aktor yang terlibat, proses formulasi dalam negosiasi, dan strategi yang dipilih negosiator merupakan faktor penyebab kegagalan negosiasi tersebut.","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139236499","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-25DOI: 10.20473/jhi.v16i2.51126
Arief Setiawan, Lia Nihlah Najwa, Adhi Cahya Fahadayna
Artikel ini berasal dari penelitian dengan pertanyaan bagaimana peran Masyarakat Adat Iban Menua Sungai Utik sebagai Civil society dalam Tata Kelola Lingkungan? Tujuan artikel ini untuk mendeskripsikan peran Masyarakat Adat Iban Menua Sungai Utik sebagai Civil society dalam Tata Kelola Lingkungan. Pertanyaan dan tujuan di atas muncul karena adanya asumsi tentang relasi erat masyarakat Dayak Iban dengan alam, khususnya hutan. Hubungan tersebut menciptakan relasi khusus antara masyarakat dan lingkunganya dalam format tata kelola sendiri yang befungsi untuk mapping dan regulasi etika pengelolaan wilayah. Sebagai bagian dari civil society dalam global environmental governance, masyarakat Dayak Iban Sungai Utik tidak hanya mampu melakukan internalisasi nilai nilai tradisi mereka. Selain itu, juga memiliki bargain position yang cukup kuat sehingga memiliki kekuatan politik untuk advokasi atas hak mereka sebagai masyarakat adat serta terhadap lingkungan. Mereka meraih penghargaan sebagai Kabupaten Konservasi pada 2003. Selain itu, juga mendapatkan pengakuan dan perlindungan hak adat pada 2018, serta Equator Prize Award.
本文的研究课题是:伊班 Menua Sungai Utik 土著社区作为公民社会在环境治理中的作用如何?本文旨在描述伊班 Menua Sungai Utik 土著社区作为公民社会在环境治理中的作用。之所以提出上述问题和目标,是因为假设达雅克依班社区与大自然,尤其是森林有着密切的关系。这种关系以自治的形式在社区和环境之间建立了一种特殊的关系,这种关系起到了规划和规范区域管理伦理的作用。作为全球环境治理中公民社会的一部分,达雅克依班人 Sungai Utik 社区不仅能够将其传统价值观内化。此外,他们还拥有足够强大的谈判地位,能够拥有政治权力来倡导他们作为原住民和环境的权利。2003 年,他们获得了 "保护区 "奖。2018 年,他们还获得了对传统权利的认可和保护,以及赤道奖。
{"title":"Civil Society, Global Environmental Governance, dan Indigenous People: Kiprah Masyarakat Dayak Iban Manua Sungai Utik dalam Menghambat Laju Deforestasi","authors":"Arief Setiawan, Lia Nihlah Najwa, Adhi Cahya Fahadayna","doi":"10.20473/jhi.v16i2.51126","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i2.51126","url":null,"abstract":"Artikel ini berasal dari penelitian dengan pertanyaan bagaimana peran Masyarakat Adat Iban Menua Sungai Utik sebagai Civil society dalam Tata Kelola Lingkungan? Tujuan artikel ini untuk mendeskripsikan peran Masyarakat Adat Iban Menua Sungai Utik sebagai Civil society dalam Tata Kelola Lingkungan. Pertanyaan dan tujuan di atas muncul karena adanya asumsi tentang relasi erat masyarakat Dayak Iban dengan alam, khususnya hutan. Hubungan tersebut menciptakan relasi khusus antara masyarakat dan lingkunganya dalam format tata kelola sendiri yang befungsi untuk mapping dan regulasi etika pengelolaan wilayah. Sebagai bagian dari civil society dalam global environmental governance, masyarakat Dayak Iban Sungai Utik tidak hanya mampu melakukan internalisasi nilai nilai tradisi mereka. Selain itu, juga memiliki bargain position yang cukup kuat sehingga memiliki kekuatan politik untuk advokasi atas hak mereka sebagai masyarakat adat serta terhadap lingkungan. Mereka meraih penghargaan sebagai Kabupaten Konservasi pada 2003. Selain itu, juga mendapatkan pengakuan dan perlindungan hak adat pada 2018, serta Equator Prize Award.","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139236578","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-25DOI: 10.20473/jhi.v16i2.45244
Francesca Klarensia Angela, Dadan Suryadipura
Terlepas dari pergerakan global tahun 2019-2021 yang menyebabkan sektor perdagangan internasional mengalami ketidakstabilan, tren ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Brasil selama periode tersebut justru mengalami kenaikan signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Penulis akan meninjau upaya diplomasi komersial Indonesia terhadap Brasil untuk meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit menggunakan konsep diplomasi komersial dengan kerangka kerja input-throughput-output. Penulis menggunakan metode kualitatif melalui studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa faktor diplomasi komersial Indonesia ke Brasil adalah kemampuan produksi dan kapasitas ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang tergolong tinggi, penetrasi produk ekspor unggulan ke negara-negara pasar non-tradisional di kawasan Amerika Latin, dan pandangan komunitas bisnis Indonesia terhadap pasar Brasil yang tergolong positif. Hal ini disertai dengan kondisi Brasil yang bergantung pada pasar internasional untuk memenuhi permintaan minyak kelapa sawit di negaranya. Aktivitas diplomasi komersial yang dilakukan Indonesia terbagi menjadi kegiatan network activities, intelligence, image campaign, dan support business. Manfaat diplomasi komersial dari segi politik berupa perlawanan kampanye negatif minyak kelapa sawit sedangkan dari segi ekonomi terjadi peningkatan kepercayaan konsumen dan transaksi minyak kelapa sawit.
{"title":"Diplomasi Komersial Indonesia ke Brasil untuk Meningkatkan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Tahun 2019-2021","authors":"Francesca Klarensia Angela, Dadan Suryadipura","doi":"10.20473/jhi.v16i2.45244","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i2.45244","url":null,"abstract":"Terlepas dari pergerakan global tahun 2019-2021 yang menyebabkan sektor perdagangan internasional mengalami ketidakstabilan, tren ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Brasil selama periode tersebut justru mengalami kenaikan signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Penulis akan meninjau upaya diplomasi komersial Indonesia terhadap Brasil untuk meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit menggunakan konsep diplomasi komersial dengan kerangka kerja input-throughput-output. Penulis menggunakan metode kualitatif melalui studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa faktor diplomasi komersial Indonesia ke Brasil adalah kemampuan produksi dan kapasitas ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang tergolong tinggi, penetrasi produk ekspor unggulan ke negara-negara pasar non-tradisional di kawasan Amerika Latin, dan pandangan komunitas bisnis Indonesia terhadap pasar Brasil yang tergolong positif. Hal ini disertai dengan kondisi Brasil yang bergantung pada pasar internasional untuk memenuhi permintaan minyak kelapa sawit di negaranya. Aktivitas diplomasi komersial yang dilakukan Indonesia terbagi menjadi kegiatan network activities, intelligence, image campaign, dan support business. Manfaat diplomasi komersial dari segi politik berupa perlawanan kampanye negatif minyak kelapa sawit sedangkan dari segi ekonomi terjadi peningkatan kepercayaan konsumen dan transaksi minyak kelapa sawit.","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":"56 11-12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139237332","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-25DOI: 10.20473/jhi.v16i2.44353
Katong Ragawi Numadi
Sejak mendapatkan kemerdekaannya, Solomon Islands menjadi partner strategis bagi Taiwan di kawasan Pasifik Selatan. Di tengah keputusan internasional terkait pengakuan kedaulatan Tiongkok atas dasar One China Principle, Solomon Islands bersama beberapa Negara-negara Pasifik Selatan tetap konsisten dalam mendukung ketergantungan Taiwan. Sebagai timbal baliknya, Solomon Islands menjadi negara penerima bantuan pembangunan terbesar dari Taiwan di Kawasan Pasifik Selatan. Akan tetapi pada akhir tahun 2019 secara mengejutkan Pemerintah Solomon Islands menetapkan kebijakan peralihan hubungan diplomatik dari Taiwan ke Tiongkok. Hal ini ditandai dengan kunjungan langsung jajaran pemerintahan Solomon Islands ke Beijing sekaligus menandatangani keikutsertaannya dalam program pembangunan Belt and Road Initiative (BRI) rancangan Tiongkok. Tulisan ini menampilkan bahwasanya keputusan peralihan dukungan Solomon Islands tidak lepas dari dinamika cheque book diplomacy Tiongkok dan Taiwan di Pasifik Selatan. Dalam dua dekade terakhir pengaruh Tiongkok meningkat secara signifikan dilihat dari intensitas bantuan dan lingkup kerjasama lainnya terhadap negara-negara “aliansinya” di kawasan. Sebaliknya intensitas bantuan dan kerjasama yang dilakukan Taiwan di kawasan, khususnya bagi Solomon Islands terbilang konstan dan terbatas.
{"title":"Cheque Book Diplomacy di Balik Kebijakan Peralihan Hubungan Diplomatik Solomon Islands dari Taiwan ke Tiongkok pada Tahun 2019","authors":"Katong Ragawi Numadi","doi":"10.20473/jhi.v16i2.44353","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i2.44353","url":null,"abstract":"Sejak mendapatkan kemerdekaannya, Solomon Islands menjadi partner strategis bagi Taiwan di kawasan Pasifik Selatan. Di tengah keputusan internasional terkait pengakuan kedaulatan Tiongkok atas dasar One China Principle, Solomon Islands bersama beberapa Negara-negara Pasifik Selatan tetap konsisten dalam mendukung ketergantungan Taiwan. Sebagai timbal baliknya, Solomon Islands menjadi negara penerima bantuan pembangunan terbesar dari Taiwan di Kawasan Pasifik Selatan. Akan tetapi pada akhir tahun 2019 secara mengejutkan Pemerintah Solomon Islands menetapkan kebijakan peralihan hubungan diplomatik dari Taiwan ke Tiongkok. Hal ini ditandai dengan kunjungan langsung jajaran pemerintahan Solomon Islands ke Beijing sekaligus menandatangani keikutsertaannya dalam program pembangunan Belt and Road Initiative (BRI) rancangan Tiongkok. Tulisan ini menampilkan bahwasanya keputusan peralihan dukungan Solomon Islands tidak lepas dari dinamika cheque book diplomacy Tiongkok dan Taiwan di Pasifik Selatan. Dalam dua dekade terakhir pengaruh Tiongkok meningkat secara signifikan dilihat dari intensitas bantuan dan lingkup kerjasama lainnya terhadap negara-negara “aliansinya” di kawasan. Sebaliknya intensitas bantuan dan kerjasama yang dilakukan Taiwan di kawasan, khususnya bagi Solomon Islands terbilang konstan dan terbatas.","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":"30 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139236584","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-13DOI: 10.20473/jhi.v16i1.39933
Atikah Muhammad Syafik
Penelitian ini melihat fenomena La Via Campesina sebagai organisasi serikat petani global yang berusaha menggagalkan peraturan WTO terkait krisis ketahanan pangan dalam konferensi di Jenewa pada Juni 2022. Menggunakan konsep Adam Webb, La Via Campesina menekankan mobilisasi masyarakat sipil era kontemporer dengan cara menyelesaikan perbedaan tanpa kekerasan sebagai bentuk perlawanan. Lebih lanjut, La Via Campesina memenuhi enam landasan keberhasilan masyarakat sipil menurut Jan Scholte sehingga bisa terhubung dengan WTO. Keenam komponen tersebut ternyata belum membuat La Via Campesina berhasil dalam upaya unjuk rasa di Jenewa untuk mencapai tujuan melawan WTO demi menghindari krisis ketahanan pangan. Sedangkan dalam melihat tata-kelola global digunakan perspektif ‘tata-kelola global sebagai perangkat politik’ untuk menyatakan bahwa WTO merupakan tatakelola global yang menjadi wadah negara-negara tertentu untuk mencapai kepentingannya terkait perdagangan bebas. Kesimpulan penelitian ini mengungkapkan bahwa struktur masyarakat sipil La Via Campesina yang rapi belum bisa membawa kepentingan dalam institusi tata-kelola global kendati telah melakukan langkah-langkah yang sistematis. Hal ini juga menunjukkan bahwa institusi tata-kelola global WTO tidak demokratis bagi masyarakat sipil. Kata Kunci: Masyarakat Sipil, Petani Global, Krisis Pangan, La Via Campesina, WTO.
这项研究将La Via Campesina视为一个全球农民联盟组织,该组织试图在2022年6月日内瓦会议上违反《粮食安全危机》的规定。用La Via Campesina的概念,Adam Webb,强调了当代公民社会的动员,以解决非暴力的分歧为一种抵抗形式。此外,根据Jan Scholte的说法,La通过Campesina实现了公民社会成功的六个基础,从而与世界贸易组织建立了联系。这六种成分并没有使《洛杉矶经坎皮西纳》能够成功地在日内瓦举行抗议活动,以避免粮食安全危机。另一方面,在将全球治理视为一种“全球治理作为一种政治工具”的观点中,世界贸易组织是一种全球贸易体系,是实现自由贸易利益的特定国家的平台。这项研究的结论是,尽管采取了系统性的步骤,干净的公民社会结构La通过Campesina实现了全球治理机构的利益。这也表明,世界贸易组织的全球治理机构对公民社会是不民主的。关键词:公民社会,全球农民,粮食危机,La Via Campesina, WTO。
{"title":"Kegagalan La Via Campesina dalam Menghadapi WTO Terkait Ancaman Krisis Pangan","authors":"Atikah Muhammad Syafik","doi":"10.20473/jhi.v16i1.39933","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i1.39933","url":null,"abstract":"Penelitian ini melihat fenomena La Via Campesina sebagai organisasi serikat petani global yang berusaha menggagalkan peraturan WTO terkait krisis ketahanan pangan dalam konferensi di Jenewa pada Juni 2022. Menggunakan konsep Adam Webb, La Via Campesina menekankan mobilisasi masyarakat sipil era kontemporer dengan cara menyelesaikan perbedaan tanpa kekerasan sebagai bentuk perlawanan. Lebih lanjut, La Via Campesina memenuhi enam landasan keberhasilan masyarakat sipil menurut Jan Scholte sehingga bisa terhubung dengan WTO. Keenam komponen tersebut ternyata belum membuat La Via Campesina berhasil dalam upaya unjuk rasa di Jenewa untuk mencapai tujuan melawan WTO demi menghindari krisis ketahanan pangan. Sedangkan dalam melihat tata-kelola global digunakan perspektif ‘tata-kelola global sebagai perangkat politik’ untuk menyatakan bahwa WTO merupakan tatakelola global yang menjadi wadah negara-negara tertentu untuk mencapai kepentingannya terkait perdagangan bebas. Kesimpulan penelitian ini mengungkapkan bahwa struktur masyarakat sipil La Via Campesina yang rapi belum bisa membawa kepentingan dalam institusi tata-kelola global kendati telah melakukan langkah-langkah yang sistematis. Hal ini juga menunjukkan bahwa institusi tata-kelola global WTO tidak demokratis bagi masyarakat sipil.\u0000Kata Kunci: Masyarakat Sipil, Petani Global, Krisis Pangan, La Via Campesina, WTO.","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43282123","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-13DOI: 10.20473/jhi.v16i1.39581
Nahlha Istatin Nurchaliza, A. E. Hara, D. Susilo
Fashion atau fesyen adalah bagian penting dari budaya negara, dan dijadikan sebagai salah satu bentuk citra Prancis. Prancis telah membangun reputasinya sebagai pusat fesyen dunia sejak abad ke-17 hingga abad ke-21. Sebagai fenomena global, Prancis bersaing dengan Italia, Amerika Serikat, Inggris. Dari negara-negara tersebut telah banyak menghadirkan desainer dan merek fesyen yang populer, salah satunya yaitu italia yang memiliki merek terkenal seperti Gucci, Prada, Versace, Fendi dan lainnya. Namun Paris yang paling banyak menarik perhatian publik yang meliputi fashionista, jurnalis, media, dan lainnya. Serta, hanya Prancis yang berhasil menduduki peringkat teratas sebagai merek fesyen paling mendominasi pasar mewah di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberhasilan upaya diplomasi publik Prancis dalam mempertahankan Paris sebagai pusat fesyen dunia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan Prancis dalam mempertahankan Paris sebagai pusat fesyen dunia karena kemampuan branding negara yang kuat dan upaya diplomasi publik dalam meningkatkan popularitas fesyen, dengan dukungan Pemerintah dan aktor Non-Pemerintah yang terus berlanjut untuk mempromosikan fesyen. Kata Kunci: Fesyen; Prancis, Paris; pusat fesyen dunia; diplomasi publik
{"title":"Diplomasi Publik Prancis dalam Mempertahankan Paris Sebagai Pusat Fashion Dunia","authors":"Nahlha Istatin Nurchaliza, A. E. Hara, D. Susilo","doi":"10.20473/jhi.v16i1.39581","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i1.39581","url":null,"abstract":"Fashion atau fesyen adalah bagian penting dari budaya negara, dan dijadikan sebagai salah satu bentuk citra Prancis. Prancis telah membangun reputasinya sebagai pusat fesyen dunia sejak abad ke-17 hingga abad ke-21. Sebagai fenomena global, Prancis bersaing dengan Italia, Amerika Serikat, Inggris. Dari negara-negara tersebut telah banyak menghadirkan desainer dan merek fesyen yang populer, salah satunya yaitu italia yang memiliki merek terkenal seperti Gucci, Prada, Versace, Fendi dan lainnya. Namun Paris yang paling banyak menarik perhatian publik yang meliputi fashionista, jurnalis, media, dan lainnya. Serta, hanya Prancis yang berhasil menduduki peringkat teratas sebagai merek fesyen paling mendominasi pasar mewah di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberhasilan upaya diplomasi publik Prancis dalam mempertahankan Paris sebagai pusat fesyen dunia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan Prancis dalam mempertahankan Paris sebagai pusat fesyen dunia karena kemampuan branding negara yang kuat dan upaya diplomasi publik dalam meningkatkan popularitas fesyen, dengan dukungan Pemerintah dan aktor Non-Pemerintah yang terus berlanjut untuk mempromosikan fesyen.\u0000Kata Kunci: Fesyen; Prancis, Paris; pusat fesyen dunia; diplomasi publik","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46844981","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-13DOI: 10.20473/jhi.v16i1.44288
Ainin Atirah Zulkarnain
It has been widely known that multinational national enterprises (MNEs) have been part of important agencies playing a critical role in determining global governance. Increasing globalization which comes out in various forms has crucially facilitated the operation of MNEs globally as well as increased MNEs’ influence on global politics. However, similarities and differences that could come in the forms of culture, politics, geography, and economy, are still critical hindrances for MNEs competing internationally. Building and employing a spot-on internationalization strategy, therefore, becomes a crucial issue. Using MR. DIY’s successful expansion into the Indonesian market as a case, this article highlights how cultural adaptation could become a key success for an MNEs’ global expansion. Equally, it reveals how far culture is needed by MR. DIY’s when doing its international expansion into the Indonesian market. The case informed that some similarities in cultural elements can be instrumental requisites supporting the success of exploiting cultural similarities as an internationalization strategy. These cultural elements are potential sources for adjustment steps with local culture through the adaptation process. Keywords: COVID-19; Diplomasi vaksin; Belt and Road Initiative (BRI); Mask Diplomacy; MENA
{"title":"Exploiting Similarities as Internationalization Strategy: A Case of MR.DIY Successful Expansion into the Indonesian Market","authors":"Ainin Atirah Zulkarnain","doi":"10.20473/jhi.v16i1.44288","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i1.44288","url":null,"abstract":"It has been widely known that multinational national enterprises (MNEs) have been part of important agencies playing a critical role in determining global governance. Increasing globalization which comes out in various forms has crucially facilitated the operation of MNEs globally as well as increased MNEs’ influence on global politics. However, similarities and differences that could come in the forms of culture, politics, geography, and economy, are still critical hindrances for MNEs competing internationally. Building and employing a spot-on internationalization strategy, therefore, becomes a crucial issue. Using MR. DIY’s successful expansion into the Indonesian market as a case, this article highlights how cultural adaptation could become a key success for an MNEs’ global expansion. Equally, it reveals how far culture is needed by MR. DIY’s when doing its international expansion into the Indonesian market. The case informed that some similarities in cultural elements can be instrumental requisites supporting the success of exploiting cultural similarities as an internationalization strategy. These cultural elements are potential sources for adjustment steps with local culture through the adaptation process.\u0000Keywords: COVID-19; Diplomasi vaksin; Belt and Road Initiative (BRI); Mask Diplomacy; MENA","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42109567","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-13DOI: 10.20473/jhi.v16i1.45688
Putri dan Akim, Alvela Salsabilah
The instability of the conflict in Mali has increased for four years since 2018. The increase in violence, military coups, political instability, humanitarian crises, and terrorism has forced the United Nations to increase its strength in pushing for the implementation of peace agreements in the Mali intrastate conflict. This research was conducted using qualitative methods with secondary data to see the role of the United Nations in encouraging the resolution of the intrastate conflict in Mali during the period of instability for the last four years. In the analysis, this study finds that through a mandate renewed every year, the United Nations adopts its role to encourage conflict resolution with the dynamics of conflicts from 2018 to 2022. Over the past four years, the role of the United Nations as an international organization to encourage the implementation of resolutions to the conflict in Mali focuses on several things, namely; (1) Overseeing Mali’s political transition, (2) Strengthening security for civilians and peacekeepers through international cooperation, (3) Acting as government assistance to promote human rights and law enforcement, and (4) Encouraging the progress of the 2015 peace agreement in Mali to achieve the maximum target. Keywords: Conflict Resolution, Intrastate Conflict, International Organization, Mali, United Nations
{"title":"The Role of The United Nations in Promoting Conflict Resolution in The Escalation of Intrastate Mali Conflict Instability (2018- 2022)","authors":"Putri dan Akim, Alvela Salsabilah","doi":"10.20473/jhi.v16i1.45688","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i1.45688","url":null,"abstract":"The instability of the conflict in Mali has increased for four years since 2018. The increase in violence, military coups, political instability, humanitarian crises, and terrorism has forced the United Nations to increase its strength in pushing for the implementation of peace agreements in the Mali intrastate conflict. This research was conducted using qualitative methods with secondary data to see the role of the United Nations in encouraging the resolution of the intrastate conflict in Mali during the period of instability for the last four years. In the analysis, this study finds that through a mandate renewed every year, the United Nations adopts its role to encourage conflict resolution with the dynamics of conflicts from 2018 to 2022. Over the past four years, the role of the United Nations as an international organization to encourage the implementation of resolutions to the conflict in Mali focuses on several things, namely; (1) Overseeing Mali’s political transition, (2) Strengthening security for civilians and peacekeepers through international cooperation, (3) Acting as government assistance to promote human rights and law enforcement, and (4) Encouraging the progress of the 2015 peace agreement in Mali to achieve the maximum target.\u0000Keywords: Conflict Resolution, Intrastate Conflict, International Organization, Mali, United Nations","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41390229","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-13DOI: 10.20473/jhi.v16i1.40989
Bintang Ramadhan, Yusuf Khadafi, dan M. Syaprin Zahidi
Kajian penelitian ini menganalisa kerjasama intelijen di bidang diplomasi pertahanan dalam kegiatan Asean Our Eyes untuk meningkatkan stabilitas keamanan dalam kawasan Asia Tenggara. Stabilitas di Kawasan Asia Tenggara sendiri perlu ditingkatkan karena masih banyaknya ancaman dan konflik, seperti dari kelompok kriminal bersenjata juga dari kelompok teroris. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan sumber data yang diperoleh berdasarkan studi literatur. Dengan menggunakan perspektif analisis politik luar negeri, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui penyebab menteri pertahanan membangun kerjasama intelijen dalam lingkup ASEAN, serta menggunakan bentuk kerjasama intelijen ini dalam peningkatan stabilitas Asia Tenggara. Penelitian ini menggunakan Roles Theory K.J Holsti yaitu peran pemimpin suatu negara merupakan bentuk representasi negara untuk bertindak atau bersikap didalam hubungan internasional. Sehingga ditemukan kesimpulan bahwa menteri pertahanan sebagai representasi yang ditunjuk oleh presiden, membentuk kerjasama intelijen dengan nama Our Eyes sebagai upaya penanganan terorisme di Kawasan. Kata Kunci: Diplomasi Pertahanan, Intelejen, ASEAN, Regional, Terorisme
这项研究分析了东盟间谍活动中加强东南亚安全稳定的情报合作。由于威胁和冲突,如武装犯罪集团和恐怖组织,仅东南亚地区的稳定仍应得到加强。本研究采用定性方法,从文献研究中获得数据。利用外国政治分析的观点,这项研究旨在确定国防部在东盟地区建立情报合作的原因,并利用这种形式的情报合作促进东南亚的稳定。这项研究使用了Roles Theory K.J。因此,人们得出结论,国防部长作为总统任命的代表,以我们的眼睛的名义建立了情报合作,以打击该地区的恐怖主义。关键词:国防、情报、东盟、区域恐怖主义
{"title":"Diplomasi Pertahanan: Kerjasama Intelejen di Asean Our Eyes sebagai Peningkatan Stabilitas Keamanan Asia Tenggara","authors":"Bintang Ramadhan, Yusuf Khadafi, dan M. Syaprin Zahidi","doi":"10.20473/jhi.v16i1.40989","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jhi.v16i1.40989","url":null,"abstract":"Kajian penelitian ini menganalisa kerjasama intelijen di bidang diplomasi pertahanan dalam kegiatan Asean Our Eyes untuk meningkatkan stabilitas keamanan dalam kawasan Asia Tenggara. Stabilitas di Kawasan Asia Tenggara sendiri perlu ditingkatkan karena masih banyaknya ancaman dan konflik, seperti dari kelompok kriminal bersenjata juga dari kelompok teroris. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan sumber data yang diperoleh berdasarkan studi literatur. Dengan menggunakan perspektif analisis politik luar negeri, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui penyebab menteri pertahanan membangun kerjasama intelijen dalam lingkup ASEAN, serta menggunakan bentuk kerjasama intelijen ini dalam peningkatan stabilitas Asia Tenggara. Penelitian ini menggunakan Roles Theory K.J Holsti yaitu peran pemimpin suatu negara merupakan bentuk representasi negara untuk bertindak atau bersikap didalam hubungan internasional. Sehingga ditemukan kesimpulan bahwa menteri pertahanan sebagai representasi yang ditunjuk oleh presiden, membentuk kerjasama intelijen dengan nama Our Eyes sebagai upaya penanganan terorisme di Kawasan.\u0000Kata Kunci: Diplomasi Pertahanan, Intelejen, ASEAN, Regional, Terorisme","PeriodicalId":31816,"journal":{"name":"Jurnal Hubungan Internasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41709955","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}