Sesuai dengan dampak Pandemi Covid-19 banyak infrastruktur rusak yang perlu dibangun dan kembali beroperasi. Gedung FPIK IPB merupakan salah satu Gedung Pendidikan yang dimiliki oleh kampus IPB Dramaga. Setiap kampus memiliki ruang beraktifitas mahasiswa, salah satunya adalah ruang komunal. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada perancangan ruang komunal yang bersifat interaktif untuk menjadi salah satu indikator terhadap keberlanjutan sosial di Gedung FPIK IPB. Tujuan penelitian ini adalah mendesain ruang komunal pada lahan terbengkalai berdasarkan bentukan-bentukan yang tercipta dari fungsi utama ataupun fungsi-fungsi yang ada dalam ruangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menerapkan Form Follow Function Theory yang erat kaitannya dengan gaya arsitektur modern dalam merancang ruang-ruang komunal pada Gedung FPIK IPB . Hasil penelitian ini adalah rancangan bangunan ruang komunal di Gedung FPIK IPB yang berada pada basement dan amphitheater dengan menerapkan konsep hybrid yaitu penggabungan (adaptif blending) dua atau lebih teori, fungsi dan bentuk yang berbeda menjadi suatu fungsi serta bentuk baru. Perancangan ini memperhatikan kebutuhan untuk bisa menampung beragam aktifitas penggunanya dengan tampilan visual dan fungsional sehingga menjadi daya Tarik dan menciptakan sudut ruang positif
{"title":"PERANCANGAN COMMUNAL SPACE FPIK IPB DRAMAGA SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LAHAN TERBENGKALAI","authors":"Rifa Ayra Sukmawan, Agung Prabowo Sulistiawan","doi":"10.59970/jas.v15i1.90","DOIUrl":"https://doi.org/10.59970/jas.v15i1.90","url":null,"abstract":" Sesuai dengan dampak Pandemi Covid-19 banyak infrastruktur rusak yang perlu dibangun dan kembali beroperasi. Gedung FPIK IPB merupakan salah satu Gedung Pendidikan yang dimiliki oleh kampus IPB Dramaga. Setiap kampus memiliki ruang beraktifitas mahasiswa, salah satunya adalah ruang komunal. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada perancangan ruang komunal yang bersifat interaktif untuk menjadi salah satu indikator terhadap keberlanjutan sosial di Gedung FPIK IPB. Tujuan penelitian ini adalah mendesain ruang komunal pada lahan terbengkalai berdasarkan bentukan-bentukan yang tercipta dari fungsi utama ataupun fungsi-fungsi yang ada dalam ruangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menerapkan Form Follow Function Theory yang erat kaitannya dengan gaya arsitektur modern dalam merancang ruang-ruang komunal pada Gedung FPIK IPB . Hasil penelitian ini adalah rancangan bangunan ruang komunal di Gedung FPIK IPB yang berada pada basement dan amphitheater dengan menerapkan konsep hybrid yaitu penggabungan (adaptif blending) dua atau lebih teori, fungsi dan bentuk yang berbeda menjadi suatu fungsi serta bentuk baru. Perancangan ini memperhatikan kebutuhan untuk bisa menampung beragam aktifitas penggunanya dengan tampilan visual dan fungsional sehingga menjadi daya Tarik dan menciptakan sudut ruang positif","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"109 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74277915","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kota Probolinggo merupakan salah satu kota peninggalan zaman penjajahan Belanda. Menurut Hidayat & Widriyakara (2018), Kota Probolinggo menerapkan bentuk pengawasan panoptikon. Namun definisi panopticon tersebut tidak sepenuhnya terepresentasikan secara fisik pada tata Kota Probolinggo. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bahwa Kota Probolinggo tidak hanya merupakan bentuk kota yang menerapkan pengawasan fisik tetapi juga menggambarkan panoptisisme. Dengan menggunakan analisis deskriptif sinkronis-diakronis, penelitian ini mendeskripsikan sejarah perkembangan Kota Probolinggo sebelum tahun 1743, 1743-1850, 1850-1880an, dan 1880an-1940 untuk menggambarkan bentuk kekuasaan dan kendali panoptisisme pada masa itu dan kaitannya dengan morfologi Kota Probolinggo saat ini.FROM REALITY TO DISCOURSE: REPRESENTATION OF PANOPTICISM IN PROBOLINGGO CITY’S PLANNING Probolinggo City is one of the heritage cities of the Dutch colonial era. According to Hidayat & Widriyakara (2018), the City of Probolinggo represents a form of panopticon surveillance. However, the definition of the panopticon only partially means physically in the form of Probolinggo City. This research aims to reveal that the City of Probolinggo is not only a form of city that applied physical surveillance but also portrays panopticism. Using synchronic-diachronic descriptive analysis, this study describes the history of the development of Probolinggo City before 1743, 1743-1850, 1850-the 1880s, and 1880s-1940 to describe the form of power and control of panopticism at that time and its relation to the morphology of Probolinggo City today.
{"title":"DARI REALITA MENJADI WACANA: REPRESENTASI PANOPTISISME PADA PERENCANAAN KOTA PROBOLINGGO","authors":"Sayyidah Shabri, Susilo Kusdiwanggo, Yusfan Adeputera Yusran","doi":"10.26418/lantang.v10i1.55858","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v10i1.55858","url":null,"abstract":"Kota Probolinggo merupakan salah satu kota peninggalan zaman penjajahan Belanda. Menurut Hidayat & Widriyakara (2018), Kota Probolinggo menerapkan bentuk pengawasan panoptikon. Namun definisi panopticon tersebut tidak sepenuhnya terepresentasikan secara fisik pada tata Kota Probolinggo. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bahwa Kota Probolinggo tidak hanya merupakan bentuk kota yang menerapkan pengawasan fisik tetapi juga menggambarkan panoptisisme. Dengan menggunakan analisis deskriptif sinkronis-diakronis, penelitian ini mendeskripsikan sejarah perkembangan Kota Probolinggo sebelum tahun 1743, 1743-1850, 1850-1880an, dan 1880an-1940 untuk menggambarkan bentuk kekuasaan dan kendali panoptisisme pada masa itu dan kaitannya dengan morfologi Kota Probolinggo saat ini.FROM REALITY TO DISCOURSE: REPRESENTATION OF PANOPTICISM IN PROBOLINGGO CITY’S PLANNING Probolinggo City is one of the heritage cities of the Dutch colonial era. According to Hidayat & Widriyakara (2018), the City of Probolinggo represents a form of panopticon surveillance. However, the definition of the panopticon only partially means physically in the form of Probolinggo City. This research aims to reveal that the City of Probolinggo is not only a form of city that applied physical surveillance but also portrays panopticism. Using synchronic-diachronic descriptive analysis, this study describes the history of the development of Probolinggo City before 1743, 1743-1850, 1850-the 1880s, and 1880s-1940 to describe the form of power and control of panopticism at that time and its relation to the morphology of Probolinggo City today.","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47881967","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lembaga pendidikan formal menyiapkan peserta didik untuk memiliki keunggulan di dalam pendidikan kejuruan. SMK pariwisata merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan profesional di bidang pariwisata juga meningkatkan kualitas pelayanan dalam bidang pariwisata di Indonesia. Perancangan SMK Pariwisata “Briliant” ini menerapkan filosofi kreatif, yang diperlukan untuk membedakan keunggulan SMK dibanding SMA, melalui konsep arsitektur untuk mewakili aspek kreatifitas yang diterapkan pada desain bangunan yaitu desain yang ditandai dengan penerapan teknologi baru, dan penggunaan material yang ramah lingkungan untuk disesuaikan dengan masa kini dan tahun-tahun yang akan datang. Konsep Arsitektur modern pada perancangan SMK Pariwisata “Briliant” ini diterapkan pada desain yang tidak rumit dengan bentuk dasar denah persegi dan memanfaatkan lahan yang mengalami substraktif dan adiktif pada bentukan awal massa bangunan, diikuti dengan desain tanpa ornamen dari bangunan sehingga kesan modern dapat dicapai. Penerapan arsitektur modern ini diharapkan dapat menjadi jawaban terhadap desain bangunan pendidikan yang ramah lingkungan sebagai sarana meningkatkan kreatifitas di lingkungan pendidikan.
{"title":"KONSEP ARSITEKTUR MODERN PADA PERANCANGAN SMK PARIWISATA “BRILIANT” DI KOTA BANDUNG","authors":"Caessar Kurniawan, Shirley Wahadamaputera","doi":"10.59970/jas.v15i1.88","DOIUrl":"https://doi.org/10.59970/jas.v15i1.88","url":null,"abstract":"Lembaga pendidikan formal menyiapkan peserta didik untuk memiliki keunggulan di dalam pendidikan kejuruan. SMK pariwisata merupakan pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan profesional di bidang pariwisata juga meningkatkan kualitas pelayanan dalam bidang pariwisata di Indonesia. Perancangan SMK Pariwisata “Briliant” ini menerapkan filosofi kreatif, yang diperlukan untuk membedakan keunggulan SMK dibanding SMA, melalui konsep arsitektur untuk mewakili aspek kreatifitas yang diterapkan pada desain bangunan yaitu desain yang ditandai dengan penerapan teknologi baru, dan penggunaan material yang ramah lingkungan untuk disesuaikan dengan masa kini dan tahun-tahun yang akan datang. Konsep Arsitektur modern pada perancangan SMK Pariwisata “Briliant” ini diterapkan pada desain yang tidak rumit dengan bentuk dasar denah persegi dan memanfaatkan lahan yang mengalami substraktif dan adiktif pada bentukan awal massa bangunan, diikuti dengan desain tanpa ornamen dari bangunan sehingga kesan modern dapat dicapai. Penerapan arsitektur modern ini diharapkan dapat menjadi jawaban terhadap desain bangunan pendidikan yang ramah lingkungan sebagai sarana meningkatkan kreatifitas di lingkungan pendidikan.","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"43 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79076068","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-30DOI: 10.26418/lantang.v10i1.54890
Arman Susilo, E. Prianto
Rumah tradisional di Indonesia termasuk rumah Melayu kini telah banyak mengalami perubahan dan mulai ditinggalkan. Perubahan bentuk dan penggunaan material akan berpengaruh terhadap kinerja termal yang terjadi. Sementara itu rumah tradisional diyakini sebagai bangunan vernakular yang responsif terhadap iklim dan dapat memberikan kondisi termal yang cukup bagi penghuninya. Hal tersebut menjadi dasar untuk mengetahui kinerja termal yang terjadi pada rumah tradisional yang menggunakan jendela tingkap. Metode yang digunakan pada penelitian ini kuantitatif deskriptif dengan melihat korelasi variabel suhu, kelembaban, dan kecepatan angin pada objek dalam waktu tertentu dengan ragam ventilasi bukaan. Hal ini bertujuan mengetahui pengaruh ragam bukaan jendela tingkap terhadap kinerja termal yang terjadi. Hasil dari penelitian kinerja termal jendela tingkap ini adalah cukup baik yang berpengaruh pada tingkat kenyamanan temal. Dari hasil perolehan akhir perhitungan tingkat kenyamanan termal relatif sama antara ruang (perbedaan tidak signifikan), selasar dalam dengan PMV = 1,17 (agak hangat/slightly warm) dan ruang induk dengan nilai PMV=1,2 (agak hangat/slightly warm). THERMAL ANALYSIS OF VERNACULAR WINDOW IN PEKANBARU Traditional houses in Indonesia, including Malay houses, have undergone many changes and are starting to be abandoned. Differences in shape and use of materials will affect thermal performance. Meanwhile, traditional houses are believed to be vernacular buildings that are responsive to climate and can provide sufficient thermal conditions for their inhabitants. This is the basis for knowing the thermal performance in traditional houses that use casement windows. The method used in this research is quantitative descriptive by looking at the correlation of temperature, humidity, and wind speed variables on objects at a particular time with various ventilation openings. This aims to determine the effect of various window openings on thermal performance. The results of this casement window thermal performance study are pretty good, affecting the thermal comfort level. From the results of the final calculation, the level of thermal comfort is relatively the same between the rooms (the difference is not significant), the inner hallway with PMV = 1.17 (slightly warm) and the main room with a value of PMV = 1.2 (slightly warm).
{"title":"ANALISA TERMAL JENDELA TINGKAP BANGUNAN VERNAKULAR-PEKANBARU","authors":"Arman Susilo, E. Prianto","doi":"10.26418/lantang.v10i1.54890","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v10i1.54890","url":null,"abstract":"Rumah tradisional di Indonesia termasuk rumah Melayu kini telah banyak mengalami perubahan dan mulai ditinggalkan. Perubahan bentuk dan penggunaan material akan berpengaruh terhadap kinerja termal yang terjadi. Sementara itu rumah tradisional diyakini sebagai bangunan vernakular yang responsif terhadap iklim dan dapat memberikan kondisi termal yang cukup bagi penghuninya. Hal tersebut menjadi dasar untuk mengetahui kinerja termal yang terjadi pada rumah tradisional yang menggunakan jendela tingkap. Metode yang digunakan pada penelitian ini kuantitatif deskriptif dengan melihat korelasi variabel suhu, kelembaban, dan kecepatan angin pada objek dalam waktu tertentu dengan ragam ventilasi bukaan. Hal ini bertujuan mengetahui pengaruh ragam bukaan jendela tingkap terhadap kinerja termal yang terjadi. Hasil dari penelitian kinerja termal jendela tingkap ini adalah cukup baik yang berpengaruh pada tingkat kenyamanan temal. Dari hasil perolehan akhir perhitungan tingkat kenyamanan termal relatif sama antara ruang (perbedaan tidak signifikan), selasar dalam dengan PMV = 1,17 (agak hangat/slightly warm) dan ruang induk dengan nilai PMV=1,2 (agak hangat/slightly warm). THERMAL ANALYSIS OF VERNACULAR WINDOW IN PEKANBARU Traditional houses in Indonesia, including Malay houses, have undergone many changes and are starting to be abandoned. Differences in shape and use of materials will affect thermal performance. Meanwhile, traditional houses are believed to be vernacular buildings that are responsive to climate and can provide sufficient thermal conditions for their inhabitants. This is the basis for knowing the thermal performance in traditional houses that use casement windows. The method used in this research is quantitative descriptive by looking at the correlation of temperature, humidity, and wind speed variables on objects at a particular time with various ventilation openings. This aims to determine the effect of various window openings on thermal performance. The results of this casement window thermal performance study are pretty good, affecting the thermal comfort level. From the results of the final calculation, the level of thermal comfort is relatively the same between the rooms (the difference is not significant), the inner hallway with PMV = 1.17 (slightly warm) and the main room with a value of PMV = 1.2 (slightly warm). ","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48682712","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kepadatan penduduk akan terus bertambah sejalan dengan peningkatan populasi dan kebutuhan tempat tinggal. Kepadatan penduduk di suatu kota dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara ruang yang tersedia dengan daya dukung lingkungannya. Perbedaan yang terjadi dapat menyulitkan dalam pengalokasian sumber daya atau bantuan jika terjadi bencana. Saat ini, catatan persebaran penduduk hanya berupa data kepadatan kota atau kabupaten. Data ini tidak dapat menunjukkan secara pasti area dengan kepadatan penduduk yang spesifik. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai persebaran spasial penduduk dan aksesibilitas antar segmen spasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran penduduk pada grid 1 km dan penilaian aksesibilitas di Kota Singkawang. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemetaan populasi dan space syntax. Penelitian ini melakukan pemetaan kuadran serta analisis korelasi sebagai penilaian aksesibilitas kota. Hasil persebaran penduduk Kota Singkawang menunjukkan kepadatan tertinggi dan terkonsentrasi di Kecamatan Singkawang Barat. Peta kuadran menunjukkan Kota Singkawang memiliki aksesibilitas yang baik. Peta ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pengembangan kota. Dengan adanya peta pembagian kuadran, pemerintah dapat mengkonsentrasikan pengembangan dan perbaikan di unit jaringan dengan aksesibilitas rendah terlebih dahulu. Nilai koefisien korelasi 42% dan 19% menunjukkan korelasi positif dan sedang antara distribusi kepadatan dan aksesibilitasnya pada setiap unit grid.EVALUATION OF SINGKAWANG CITY ACCESSIBILITY ASSESSMENT BASED ON GRID DENSITYPopulation density will continue to increase in line with the increase in population and housing needs. The population density in a city can cause a mismatch between available space and the carrying capacity of its environment. Differences can make it challenging to allocate resources or assistance in a disaster. Currently, records of population distribution are only in the form of city or district density data. These data cannot clearly show the area with a specific population density. In this regard, it is necessary to research the population's spatial distribution and accessibility between spatial segments. Data on the spatial distribution of the people and accessibility can be used as a basis for consideration in urban development. This study aims to determine the population distribution on a 1 km grid and assess accessibility in Singkawang City. The methodology used in this research is the population mapping method and space syntax. This study carried out quadrant mapping and correlation analysis to assess city accessibility. City population distribution of Singkawang City results shows the highest density is concentrated in the West Singkawang district. Quadrant map showing Singkawang City has good accessibility. This map can be used as a recommendation for city development. With the quadrant division map, the government can concentra
{"title":"EVALUASI PENILAIAN AKSESIBILITAS KOTA SINGKAWANG BERDASARKAN KEPADATAN DALAM GRID","authors":"Bontor Jumaylinda Br Gultom, Dian Rahayu Jati, Affrilyno Affrilyno","doi":"10.26418/lantang.v10i1.56335","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v10i1.56335","url":null,"abstract":"Kepadatan penduduk akan terus bertambah sejalan dengan peningkatan populasi dan kebutuhan tempat tinggal. Kepadatan penduduk di suatu kota dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara ruang yang tersedia dengan daya dukung lingkungannya. Perbedaan yang terjadi dapat menyulitkan dalam pengalokasian sumber daya atau bantuan jika terjadi bencana. Saat ini, catatan persebaran penduduk hanya berupa data kepadatan kota atau kabupaten. Data ini tidak dapat menunjukkan secara pasti area dengan kepadatan penduduk yang spesifik. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai persebaran spasial penduduk dan aksesibilitas antar segmen spasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran penduduk pada grid 1 km dan penilaian aksesibilitas di Kota Singkawang. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemetaan populasi dan space syntax. Penelitian ini melakukan pemetaan kuadran serta analisis korelasi sebagai penilaian aksesibilitas kota. Hasil persebaran penduduk Kota Singkawang menunjukkan kepadatan tertinggi dan terkonsentrasi di Kecamatan Singkawang Barat. Peta kuadran menunjukkan Kota Singkawang memiliki aksesibilitas yang baik. Peta ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pengembangan kota. Dengan adanya peta pembagian kuadran, pemerintah dapat mengkonsentrasikan pengembangan dan perbaikan di unit jaringan dengan aksesibilitas rendah terlebih dahulu. Nilai koefisien korelasi 42% dan 19% menunjukkan korelasi positif dan sedang antara distribusi kepadatan dan aksesibilitasnya pada setiap unit grid.EVALUATION OF SINGKAWANG CITY ACCESSIBILITY ASSESSMENT BASED ON GRID DENSITYPopulation density will continue to increase in line with the increase in population and housing needs. The population density in a city can cause a mismatch between available space and the carrying capacity of its environment. Differences can make it challenging to allocate resources or assistance in a disaster. Currently, records of population distribution are only in the form of city or district density data. These data cannot clearly show the area with a specific population density. In this regard, it is necessary to research the population's spatial distribution and accessibility between spatial segments. Data on the spatial distribution of the people and accessibility can be used as a basis for consideration in urban development. This study aims to determine the population distribution on a 1 km grid and assess accessibility in Singkawang City. The methodology used in this research is the population mapping method and space syntax. This study carried out quadrant mapping and correlation analysis to assess city accessibility. City population distribution of Singkawang City results shows the highest density is concentrated in the West Singkawang district. Quadrant map showing Singkawang City has good accessibility. This map can be used as a recommendation for city development. With the quadrant division map, the government can concentra","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43836242","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sektor pariwisata berperan besar dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat khususnya di tempat tujuan wisata. Kabupaten Bandung Barat dikenal sebagai kota wisata yang memiliki berbagai aneka ragam wisata dan memiliki peminat objek wisata yang tiap waktunya semakin meningkat. Upaya dalam memfasilitasi hal tersebut, perlu dilakukan pengadaan fasilitas pendidikan yang dapat menunjang sektor pariwisata. Tujuan dirancangnya sekolah menengah kejuruan pariwisata di Kota Baru Parahyangan adalah agar dapat menjadi wadah kegiatan pendidikan kejuruan yang meliputi usaha perjalanan wisata, perhotelan dan tata boga. Metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang diharapkan dapat mendeskripsikan penerapan arsitektur ekologi, adapun penggunaan prinsip arsitektur ekologi sebagai cara menganalisis studi kasus dan menghasilkan suatu deskripsi yang berhubungan dengan tema perancangan. Penerapan tema ekologi arsitektur pada bangunan dapat mencerminkan adanya perhatian terhadap lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas. Tema arsitektur ekologi merupakan desain yang diolah dengan cara memperhatikan aspek iklim, rantai bahan, masa pakai material yang dapat menghasilkan keselarasan antara manusia dengan lingkungan alamnya. Penerapan konsep arsitektur ekologi pada desain bangunan smk pariwisata ini berupa pemanfaatan daur ulang air hujan pada bangunan dan penggunaan secondary skin untuk meminimalisir intensitas cahaya matahari siang dan kebisingan agar dapat memberi kenyamanan untuk para pengguna bangunan dalam kegiatan belajar mengajar.
{"title":"PENDEKATAN TEMA ARSITEKTUR EKOLOGI PADA RANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PARIWISATA","authors":"Luqman Ar Ridha, Theresia Pynkyawati","doi":"10.59970/jas.v15i1.87","DOIUrl":"https://doi.org/10.59970/jas.v15i1.87","url":null,"abstract":"Sektor pariwisata berperan besar dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat khususnya di tempat tujuan wisata. Kabupaten Bandung Barat dikenal sebagai kota wisata yang memiliki berbagai aneka ragam wisata dan memiliki peminat objek wisata yang tiap waktunya semakin meningkat. Upaya dalam memfasilitasi hal tersebut, perlu dilakukan pengadaan fasilitas pendidikan yang dapat menunjang sektor pariwisata. Tujuan dirancangnya sekolah menengah kejuruan pariwisata di Kota Baru Parahyangan adalah agar dapat menjadi wadah kegiatan pendidikan kejuruan yang meliputi usaha perjalanan wisata, perhotelan dan tata boga. Metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang diharapkan dapat mendeskripsikan penerapan arsitektur ekologi, adapun penggunaan prinsip arsitektur ekologi sebagai cara menganalisis studi kasus dan menghasilkan suatu deskripsi yang berhubungan dengan tema perancangan. Penerapan tema ekologi arsitektur pada bangunan dapat mencerminkan adanya perhatian terhadap lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas. Tema arsitektur ekologi merupakan desain yang diolah dengan cara memperhatikan aspek iklim, rantai bahan, masa pakai material yang dapat menghasilkan keselarasan antara manusia dengan lingkungan alamnya. Penerapan konsep arsitektur ekologi pada desain bangunan smk pariwisata ini berupa pemanfaatan daur ulang air hujan pada bangunan dan penggunaan secondary skin untuk meminimalisir intensitas cahaya matahari siang dan kebisingan agar dapat memberi kenyamanan untuk para pengguna bangunan dalam kegiatan belajar mengajar.","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"88 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85948639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anta Sastika, Raden Ahmad Nur Ali, Cito Pringga Yudha
{"title":"Characteristics Study of Raft Houses in the Musi River of Palembang","authors":"Anta Sastika, Raden Ahmad Nur Ali, Cito Pringga Yudha","doi":"10.36448/ja.v13i1.2331","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v13i1.2331","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84962831","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. S. Munawaroh, M. I. Kurniawan, M. K. Rais, T. Amarullah
{"title":"Thermal Comfort of Ad-Du’a Mousque in Bandar Lampung City, Indonesia","authors":"A. S. Munawaroh, M. I. Kurniawan, M. K. Rais, T. Amarullah","doi":"10.36448/ja.v13i1.2713","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v13i1.2713","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"27 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90510208","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
H. Murwadi, Mahendra Eka Perkasa, B. C. Artemisia, Panca Indra
{"title":"Pedestrian Destinations and Behavior in Bandar Lampung City Center by Mode of Transportation","authors":"H. Murwadi, Mahendra Eka Perkasa, B. C. Artemisia, Panca Indra","doi":"10.36448/ja.v13i1.2759","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v13i1.2759","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"60 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73134088","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}