Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.26418/lantang.v9i1.47928
Muhammad Lufika Tondi, Tri Woro Setiati
Dalam beberapa tahun terakhir, para perencana pembangunan menyatakan bahwa analisa kebutuhan gender sangat penting untuk dilakukan dalam setiap perencanaan pembangunan dan di integrasikan dalam setiap proyek pembangunan. Setiap proses analisa kebutuhan gender dan bagaimana mengintegrasikannya terhadap proyek perencanaan dan pembangunan berdasarkan bagaimana respon terhadap prioritas kebutuhan semua gender dengan memperhatikan dampak positif dan dampak negatif yang di timbulkan dan bagaimana pengaruhnya pada setiap gender. Salah satu tujuan dalam pembangunan fisik pusat suatu kota adalah terciptanya suatu ruang publik masyarakat yang responsif gender yang bisa berfungsi sebagai wadah perempuan beraktifitas dan berkegiatan sosialisasi. Kota Palembang sebagai salah satu kota yang memiliki beberapa Ruang Terbuka Publik (RTP) yang digunakan oleh banyak kaum perempuan yang pada awal perencanaan mungkin tidak dilakukan analisa responsif gender. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan menentukan variabel berdasarkan ketersedian “kriteria responsif gender” di Ruang Terbuka Publik tersebut, lalu melihat bagaimana respon elemen ruang terbuka publik terhadap “kriteria responsif gender” apakah sudah sesuai responsif gender. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa elemen-elemen tersebut sebagian besar belum merespon dan memenuhi kebutuhan spesifik gender perempuan sehingga perempuan belum bisa maksimal menggunakan RTP Tersebut. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi landasan baru untuk melakukan perbaikan pembangunan ruang terbuka publik terutama di kota Palembang Khususnya. STUDY OF THE ELEMENTS OF PUBLIC OPEN SPACE BASED ON GENDER-RESPONSIVE (CASE STUDY ON JALAN JENDRAL SUDIRMAN PALEMBANG CORRIDOR)In recent years, development planners have stated that gender needs analysis is critical to be carried out in every development planning and integrated into every development project. Each gender needs an analysis process. Incorporating it into planning and development projects is based on how it responds to the priority needs of all genders by paying attention to the positive and negative impacts that arise and how they affect each gender. One of the goals of the physical development of the center of a city is to create a gender-responsive public space that can function as a forum for women to carry out activities and socialize activities. The city of Palembang, as one of the cities with several public open spaces used by many women at the beginning of planning, may not have done a Gender-responsive analysis. This research was conducted with qualitative descriptive approaches by determining the variables based on the availability of "gender-responsive criteria" in the Public Open Space, then seeing how the response of elements of public open space to "gender-responsive criteria" was gender-responsive. The study results show that most of these elements have not responded to and fulfilled the specific needs of women's gender, so women h
{"title":"STUDI ELEMEN RUANG TERBUKA PUBLIK TERHADAP RESPONSIF GENDER (STUDI KASUS KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA PALEMBANG)","authors":"Muhammad Lufika Tondi, Tri Woro Setiati","doi":"10.26418/lantang.v9i1.47928","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v9i1.47928","url":null,"abstract":"Dalam beberapa tahun terakhir, para perencana pembangunan menyatakan bahwa analisa kebutuhan gender sangat penting untuk dilakukan dalam setiap perencanaan pembangunan dan di integrasikan dalam setiap proyek pembangunan. Setiap proses analisa kebutuhan gender dan bagaimana mengintegrasikannya terhadap proyek perencanaan dan pembangunan berdasarkan bagaimana respon terhadap prioritas kebutuhan semua gender dengan memperhatikan dampak positif dan dampak negatif yang di timbulkan dan bagaimana pengaruhnya pada setiap gender. Salah satu tujuan dalam pembangunan fisik pusat suatu kota adalah terciptanya suatu ruang publik masyarakat yang responsif gender yang bisa berfungsi sebagai wadah perempuan beraktifitas dan berkegiatan sosialisasi. Kota Palembang sebagai salah satu kota yang memiliki beberapa Ruang Terbuka Publik (RTP) yang digunakan oleh banyak kaum perempuan yang pada awal perencanaan mungkin tidak dilakukan analisa responsif gender. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan menentukan variabel berdasarkan ketersedian “kriteria responsif gender” di Ruang Terbuka Publik tersebut, lalu melihat bagaimana respon elemen ruang terbuka publik terhadap “kriteria responsif gender” apakah sudah sesuai responsif gender. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa elemen-elemen tersebut sebagian besar belum merespon dan memenuhi kebutuhan spesifik gender perempuan sehingga perempuan belum bisa maksimal menggunakan RTP Tersebut. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi landasan baru untuk melakukan perbaikan pembangunan ruang terbuka publik terutama di kota Palembang Khususnya. STUDY OF THE ELEMENTS OF PUBLIC OPEN SPACE BASED ON GENDER-RESPONSIVE (CASE STUDY ON JALAN JENDRAL SUDIRMAN PALEMBANG CORRIDOR)In recent years, development planners have stated that gender needs analysis is critical to be carried out in every development planning and integrated into every development project. Each gender needs an analysis process. Incorporating it into planning and development projects is based on how it responds to the priority needs of all genders by paying attention to the positive and negative impacts that arise and how they affect each gender. One of the goals of the physical development of the center of a city is to create a gender-responsive public space that can function as a forum for women to carry out activities and socialize activities. The city of Palembang, as one of the cities with several public open spaces used by many women at the beginning of planning, may not have done a Gender-responsive analysis. This research was conducted with qualitative descriptive approaches by determining the variables based on the availability of \"gender-responsive criteria\" in the Public Open Space, then seeing how the response of elements of public open space to \"gender-responsive criteria\" was gender-responsive. The study results show that most of these elements have not responded to and fulfilled the specific needs of women's gender, so women h","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44395086","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.26418/lantang.v9i1.47145
Noftiyen Ko, S. Neonufa, Aplimon Jerobisonif
Jalan Jenderal Sudirman di Kelurahan Kuanino Kecamatan Kota Raja Kota Kupang merupakan jalan arteri sekunder yang melayani kegiatan perdagangan dan jasa bagi masyarakat kota Kupang. Namun fasilitas yang terdapat di koridor ini belum dapat dimanfaatkan dengan nyaman oleh pengguna jalan dari berbagai kalangan dengan kebutuhan dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu, koridor perlu didesain kembali agar dapat digunakan oleh semua orang dari berbagai kalangan dengan kebutuhan dan kemampuan yang berbeda. Prinsip yang sesuai untuk menjawab permasalahan ini adalah prinsip universal design. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan studi kepustakaan. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis nonfisik dan analisis fisik dengan prinsip universal design yang menghasilkan konsep dan hasil rancangan. Metode perancangan yang digunakan adalah desain ulang berdasarkan hasil evaluasi koridor dengan prinsip universal design. Konsep perancangan diterapkan pada elemen koridor berupa jalur kendaraan, jalur pejalan kaki, bangunan dan aktivitas luar bangunan, tempat parkir, halte dan furniture jalan. Jalur kendaraan dialihkan menjadi jalur kendaraan satu arah dan mengubah layout dengan menambahkan jalur sepeda dan parkir badan jalan. Jalur pejalan kaki diubah ukurannya sesuai kebutuhan ruang gerak. Bangunan dikelompokan berdasarkan fungsi dan menambahkan lapak KUKF. Halte ditempatkan pada radius 250 m, furniture jalan ditempatkan di jalur perabot dan penggunaan signage dalam bentuk visual, verbal dan taktual.REDESIGN OF JENDERAL SUDIRMAN STREET WITH UNIVERSAL DESIGN PRINCIPLEJenderal Sudirman is classified as a minor arterial street located in Kuanino Sub-District in Kota Raja District of Kupang City that accommodates commerce and service for communities. But the facilities of this corridor are not usable by all people with various needs and abilities. Therefore, the corridor needs to be redesigned so the facilities can be used for all people with a variety of needs and ability. The suitable principle to solve the problem is universal design. Data collection methods are observation and literature study. Data processing methods are non-physical and physical analysis, producing the concept and design product. The design method used is a redesign based on the evaluation result with universal design principle. The design concept is applied on the corridor elements, which are the driveway, pedestrian way, the buildings and activities outside the buildings, parking, bus stop, and street furniture. The driveway was converted to the one-way lane, and the layout changed by adding bike lanes and street parking. It is rightsizing the pedestrian way to suit the need for space. Classified buildings based on the function and added street vendors outside the building. Bus stops are placed on a radius of 250 m, street furniture is placed on furniture lines, and visual-verbal-tactual signage.
{"title":"REDESAIN JALAN JENDERAL SUDIRMAN DENGAN PRINSIP UNIVERSAL DESIGN","authors":"Noftiyen Ko, S. Neonufa, Aplimon Jerobisonif","doi":"10.26418/lantang.v9i1.47145","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v9i1.47145","url":null,"abstract":"Jalan Jenderal Sudirman di Kelurahan Kuanino Kecamatan Kota Raja Kota Kupang merupakan jalan arteri sekunder yang melayani kegiatan perdagangan dan jasa bagi masyarakat kota Kupang. Namun fasilitas yang terdapat di koridor ini belum dapat dimanfaatkan dengan nyaman oleh pengguna jalan dari berbagai kalangan dengan kebutuhan dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu, koridor perlu didesain kembali agar dapat digunakan oleh semua orang dari berbagai kalangan dengan kebutuhan dan kemampuan yang berbeda. Prinsip yang sesuai untuk menjawab permasalahan ini adalah prinsip universal design. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan studi kepustakaan. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis nonfisik dan analisis fisik dengan prinsip universal design yang menghasilkan konsep dan hasil rancangan. Metode perancangan yang digunakan adalah desain ulang berdasarkan hasil evaluasi koridor dengan prinsip universal design. Konsep perancangan diterapkan pada elemen koridor berupa jalur kendaraan, jalur pejalan kaki, bangunan dan aktivitas luar bangunan, tempat parkir, halte dan furniture jalan. Jalur kendaraan dialihkan menjadi jalur kendaraan satu arah dan mengubah layout dengan menambahkan jalur sepeda dan parkir badan jalan. Jalur pejalan kaki diubah ukurannya sesuai kebutuhan ruang gerak. Bangunan dikelompokan berdasarkan fungsi dan menambahkan lapak KUKF. Halte ditempatkan pada radius 250 m, furniture jalan ditempatkan di jalur perabot dan penggunaan signage dalam bentuk visual, verbal dan taktual.REDESIGN OF JENDERAL SUDIRMAN STREET WITH UNIVERSAL DESIGN PRINCIPLEJenderal Sudirman is classified as a minor arterial street located in Kuanino Sub-District in Kota Raja District of Kupang City that accommodates commerce and service for communities. But the facilities of this corridor are not usable by all people with various needs and abilities. Therefore, the corridor needs to be redesigned so the facilities can be used for all people with a variety of needs and ability. The suitable principle to solve the problem is universal design. Data collection methods are observation and literature study. Data processing methods are non-physical and physical analysis, producing the concept and design product. The design method used is a redesign based on the evaluation result with universal design principle. The design concept is applied on the corridor elements, which are the driveway, pedestrian way, the buildings and activities outside the buildings, parking, bus stop, and street furniture. The driveway was converted to the one-way lane, and the layout changed by adding bike lanes and street parking. It is rightsizing the pedestrian way to suit the need for space. Classified buildings based on the function and added street vendors outside the building. Bus stops are placed on a radius of 250 m, street furniture is placed on furniture lines, and visual-verbal-tactual signage.","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46317999","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.26418/lantang.v9i1.48458
Widi Dwi Satria, Verza Dillano Gharata, Amelia Tri Widya
Kampung Songket merupakan sebuah kampung yang terletak di jalan Ki Gede Ing Suro 30 Ilir Kota Palembang. Kampung ini terkenal dengan sentra kerajinan songket yang diproduksi oleh masyarakat setempat. Pada daerah ini tersebar toko maupun produsen pembuat kain Songket. Pada daerah ini masih terdapat rumah tradisional yang masih berdiri kokoh yang bertahan hingga saat ini. Pada kawasan Kampung Songket ini didominasi dengan keberadaan Rumah Gudang. Saat ini ada 33 rumah tradisional di kawasan Kampung Songket dimana 12 diantaranya merupakan rumah tradisional bertipe Rumah Gudang. Seluruh Rumah Gudang yang diobservasi telah melakukan modifikasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Identitas Rumah Gudang di kawasan ini terancam menghilang karena kurangnya perawatan rumah dari pemilik rumah dan banyak nya modernisasi di sekitar kawasan yang membuat identitas kawasan Kampung Songket memudar. Perlu adanya sinkronisasi antara pemerintah dan pemilik rumah untuk tetap mempertahankan keaslian rumah tradisional yang dimiliki agar warisan masa lalu tidak hilang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi arsitektur Rumah Gudang di kawasan Kampung Songket sebagai dokumentasi yang bermanfaat bagi pemerintah maupun untuk kajian konservasi bangunan. Metode deskriptif kualitatif digunakan pada penelitian ini dengan pendekatan survei lapangan, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Gudang di kawasan Kampung Songket memiliki perpaduan gaya arsitektur yakni arsitektur kolonial dan arsitektur tradisional rumah panggung. Seiring perkembangan zaman, terdapat beberapa penyesuaian yang diterapkan pada rumah meliputi pola ruang, fasad, bahan bangunan, sistem konstruksi, dan ornamen di rumah tradisional Kampung Songket. ARCHITECTURE OF “RUMAH GUDANG” IN KAMPUNG SONGKET, PALEMBANGKampung Songket is located at Ki Gede Ing Suro 30 Ilir Street, Palembang City. This 'kampung' (urban village) is famous for the Songket craft center produced by the local community. Many shops and manufacturers of Songket fabrics are built up along the area. There are traditional houses as well that still exist until this day. In Kampung Songket, buildings with warehouse-type (recently called "Rumah Gudang") are primarily dominant. Currently, there are 33 traditional houses in Kampung Songket, and 12 of them are Rumah Gudang. All of Rumah Gudang observed in current research has been modernized over time. The identity of Kampung Songket has been fading due to the owner's poor management and numerous modernizations, which threaten Rumah Gudang’s existence. Collaboration between the government and homeowners is required to preserve the authenticity of the traditional houses so that the legacy of the past is not lost. This study aims to identify the Rumah Gudang architecture in the Kampung Songket area as helpful documentation for the government and building conservation studies. The qualitative descriptive method was conducted through a field survey, interview
Songket村是一个位于Ilir City Palembang Ki Gede Ing Suro街30号的村庄。这个村庄以当地社区生产的逆向工程中心而闻名。在这个地区有商店或Songket织物产品。在这个地区,仍然有一个传统的家,直到现在仍然坚固耐用。在这个地区的松基特村主要存在一个仓库。Songket村目前有33个传统住宅,其中12个是传统仓库类型。整个观测仓库都经过了修改,以适应时间的演变。该地区仓库的身份可能会消失,因为房屋所有者缺乏家庭护理,该地区的大部分现代化使松基特村的身份逐渐消失。政府和房主之间需要同步,以维护传统住宅的尊严,这样过去的遗产就不会消失。本研究旨在确定松基特村仓库的建筑,作为政府或建筑保护研究的有用文件。本研究采用定性描述方法,包括实地调查、访谈和图书馆研究。研究表明,松基特村的仓库具有殖民地建筑与传统戏楼建筑相结合的建筑风格。在这个时代的发展过程中,传统的松基特村民居在空间、时尚、建筑材料、建筑系统、装饰等方面都进行了一些调整。“ROMAH GUDANG”位于巴望市KAMPUNG SONGKET的建筑师KAMPUNG SONGKET位于巴望城市Ilir街30号Ki Gede Ing Suro。这个“kampung”(城市村庄)以当地社区生产的Songket工艺中心而闻名。许多Songket织物的商店和制造商沿着该地区建立起来。还有一些传统的房子直到今天仍然存在。在Kampung Songket,仓库式建筑(最近被称为“Rumah Gudang”)占主导地位。目前,Kampung Songket有33栋传统房屋,其中12栋是Rumah Gudang。随着时间的推移,在当前研究中观察到的所有Rumah Gudang都已现代化。Kampung Songket的身份已经逐渐消失,因为业主管理不善和多次现代化,这威胁到Rumah Gudang的生存。[UNK]需要政府和房主之间的合作,以保护传统房屋的真实性,以免失去过去的遗产。本研究旨在确定Kampung Songket地区的Rumah Gudang建筑是政府和建筑保护研究的有用文件。定性描述方法通过实地调查、访谈和文献研究进行。结果表明,Kampung Songket地区的Rumah Gudang建筑风格融合了殖民地建筑和传统的吊脚楼建筑。Rumah Gudang的一些调整随着时代的发展而应用,如空间布局、建筑立面、建筑材料、建筑系统和装饰物。
{"title":"ARSITEKTUR RUMAH GUDANG DI KAWASAN KAMPUNG SONGKET PALEMBANG","authors":"Widi Dwi Satria, Verza Dillano Gharata, Amelia Tri Widya","doi":"10.26418/lantang.v9i1.48458","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v9i1.48458","url":null,"abstract":"Kampung Songket merupakan sebuah kampung yang terletak di jalan Ki Gede Ing Suro 30 Ilir Kota Palembang. Kampung ini terkenal dengan sentra kerajinan songket yang diproduksi oleh masyarakat setempat. Pada daerah ini tersebar toko maupun produsen pembuat kain Songket. Pada daerah ini masih terdapat rumah tradisional yang masih berdiri kokoh yang bertahan hingga saat ini. Pada kawasan Kampung Songket ini didominasi dengan keberadaan Rumah Gudang. Saat ini ada 33 rumah tradisional di kawasan Kampung Songket dimana 12 diantaranya merupakan rumah tradisional bertipe Rumah Gudang. Seluruh Rumah Gudang yang diobservasi telah melakukan modifikasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Identitas Rumah Gudang di kawasan ini terancam menghilang karena kurangnya perawatan rumah dari pemilik rumah dan banyak nya modernisasi di sekitar kawasan yang membuat identitas kawasan Kampung Songket memudar. Perlu adanya sinkronisasi antara pemerintah dan pemilik rumah untuk tetap mempertahankan keaslian rumah tradisional yang dimiliki agar warisan masa lalu tidak hilang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi arsitektur Rumah Gudang di kawasan Kampung Songket sebagai dokumentasi yang bermanfaat bagi pemerintah maupun untuk kajian konservasi bangunan. Metode deskriptif kualitatif digunakan pada penelitian ini dengan pendekatan survei lapangan, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Gudang di kawasan Kampung Songket memiliki perpaduan gaya arsitektur yakni arsitektur kolonial dan arsitektur tradisional rumah panggung. Seiring perkembangan zaman, terdapat beberapa penyesuaian yang diterapkan pada rumah meliputi pola ruang, fasad, bahan bangunan, sistem konstruksi, dan ornamen di rumah tradisional Kampung Songket. ARCHITECTURE OF “RUMAH GUDANG” IN KAMPUNG SONGKET, PALEMBANGKampung Songket is located at Ki Gede Ing Suro 30 Ilir Street, Palembang City. This 'kampung' (urban village) is famous for the Songket craft center produced by the local community. Many shops and manufacturers of Songket fabrics are built up along the area. There are traditional houses as well that still exist until this day. In Kampung Songket, buildings with warehouse-type (recently called \"Rumah Gudang\") are primarily dominant. Currently, there are 33 traditional houses in Kampung Songket, and 12 of them are Rumah Gudang. All of Rumah Gudang observed in current research has been modernized over time. The identity of Kampung Songket has been fading due to the owner's poor management and numerous modernizations, which threaten Rumah Gudang’s existence. Collaboration between the government and homeowners is required to preserve the authenticity of the traditional houses so that the legacy of the past is not lost. This study aims to identify the Rumah Gudang architecture in the Kampung Songket area as helpful documentation for the government and building conservation studies. The qualitative descriptive method was conducted through a field survey, interview","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47101650","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.26418/lantang.v9i1.46684
M. Hilmy, Deni Maulana
Penerapan cladding di bangunan gedung sebagai elemen estetika telah menjadi tren arsitektur. Salah satunya adalah penerapan perforated façade sebagai cladding. Cladding membentuk pembayangan yang membantu proses passive cooling. Penghawaan alami merupakan salah satu upaya mencapai kenyamanan termal dengan sistem passive cooling. Aliran udara merupakan salah satu aspek pencapaian kenyamanan termal. Penelitian sebelumnya telah dilakukan kajian terhadap dimensi perlubangan pada cladding dan ditemukan perlubangan sebesar 40% sebagai komposisi yang paling optimal. Kebaruan kajian ini adalah memberikan sudut kemiringan bidang horizontal (00, 450, 1350) maupun vertikal (00, 300, 450, 600) terhadap arah datangnya aliran udara. Tujuan kajian ini adalah melakukan optimasi teknologi perforated façade terhadap aliran udara di ruang dalam. Metode kajian yang dilakukan adalah simulasi komputer terhadap aliran udara yang melalui bidang perforated. Hasilnya menyatakan bahwa aliran udara akan lebih merata mengisi seluruh bagian ruang dalam jika sudut yang digunakan tegak lurus terhadap bidang horizontal dan bagian vertikal diberikan sudut kemiringan 300 hingga 450. Kecepatan anginnya lebih besar jika bidang perforated tersebut tegak lurus terhadap bidang horizontal (00) dan semua sudut kemiringan termasuk 00 terhadapbidang vertikal. Aliran angin akan menyesuaikan arahnya terhadap perlubangan. Sudut terbaik untuk mendapatkan kecepatan dan sebaran angin pada perforated skin adalah dengan sudut vertikal sebesar 00 dan sudut vertikal sebesar 450.THE EFFECT OF APPLICATION OF PERFORATED FAÇADE ON AIR FLOW IN THE BUILDING INTERIOR The application of cladding in buildings as an aesthetic element has become an architectural trend. One of them is the application of a perforated façade as cladding. Cladding can make a shadow to help the process of passive cooling. Natural ventilation is one of the efforts to achieve thermal comfort with a passive cooling system. Airflow is one aspect that affects thermal comfort. Previous research has conducted a study of the perforation dimensions in the cladding and found a perforation of 40% as the optimal composition. The novelty of this study is to provide the angle of the horizontal (0°, 45°, 135°) and vertical field (0°, 30°, 45°, 60°) toward the direction of the airflow. The purpose of this study is to optimize the perforated technology façade on the airflow in the interior. The method of this study is to perform a computer simulation of the airflow through the plane perforated. The result states that the airflow will be more evenly filled throughout the interior space if the angle used is perpendicular to the horizontal plane and the vertical part is given an angle of 300 to 450. The wind speed is more significant if the perforated plane is perpendicular to the horizontal plane (00) and all angles of inclination, including 00, regarding the vertical plane. The wind flow will adjust its direction to the perforation. The best angle f
{"title":"PENGARUH PENERAPAN PERFORATED FAÇADE TERHADAP ALIRAN UDARA DI INTERIOR BANGUNAN GEDUNG","authors":"M. Hilmy, Deni Maulana","doi":"10.26418/lantang.v9i1.46684","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v9i1.46684","url":null,"abstract":"Penerapan cladding di bangunan gedung sebagai elemen estetika telah menjadi tren arsitektur. Salah satunya adalah penerapan perforated façade sebagai cladding. Cladding membentuk pembayangan yang membantu proses passive cooling. Penghawaan alami merupakan salah satu upaya mencapai kenyamanan termal dengan sistem passive cooling. Aliran udara merupakan salah satu aspek pencapaian kenyamanan termal. Penelitian sebelumnya telah dilakukan kajian terhadap dimensi perlubangan pada cladding dan ditemukan perlubangan sebesar 40% sebagai komposisi yang paling optimal. Kebaruan kajian ini adalah memberikan sudut kemiringan bidang horizontal (00, 450, 1350) maupun vertikal (00, 300, 450, 600) terhadap arah datangnya aliran udara. Tujuan kajian ini adalah melakukan optimasi teknologi perforated façade terhadap aliran udara di ruang dalam. Metode kajian yang dilakukan adalah simulasi komputer terhadap aliran udara yang melalui bidang perforated. Hasilnya menyatakan bahwa aliran udara akan lebih merata mengisi seluruh bagian ruang dalam jika sudut yang digunakan tegak lurus terhadap bidang horizontal dan bagian vertikal diberikan sudut kemiringan 300 hingga 450. Kecepatan anginnya lebih besar jika bidang perforated tersebut tegak lurus terhadap bidang horizontal (00) dan semua sudut kemiringan termasuk 00 terhadapbidang vertikal. Aliran angin akan menyesuaikan arahnya terhadap perlubangan. Sudut terbaik untuk mendapatkan kecepatan dan sebaran angin pada perforated skin adalah dengan sudut vertikal sebesar 00 dan sudut vertikal sebesar 450.THE EFFECT OF APPLICATION OF PERFORATED FAÇADE ON AIR FLOW IN THE BUILDING INTERIOR The application of cladding in buildings as an aesthetic element has become an architectural trend. One of them is the application of a perforated façade as cladding. Cladding can make a shadow to help the process of passive cooling. Natural ventilation is one of the efforts to achieve thermal comfort with a passive cooling system. Airflow is one aspect that affects thermal comfort. Previous research has conducted a study of the perforation dimensions in the cladding and found a perforation of 40% as the optimal composition. The novelty of this study is to provide the angle of the horizontal (0°, 45°, 135°) and vertical field (0°, 30°, 45°, 60°) toward the direction of the airflow. The purpose of this study is to optimize the perforated technology façade on the airflow in the interior. The method of this study is to perform a computer simulation of the airflow through the plane perforated. The result states that the airflow will be more evenly filled throughout the interior space if the angle used is perpendicular to the horizontal plane and the vertical part is given an angle of 300 to 450. The wind speed is more significant if the perforated plane is perpendicular to the horizontal plane (00) and all angles of inclination, including 00, regarding the vertical plane. The wind flow will adjust its direction to the perforation. The best angle f","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48227143","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.26418/lantang.v9i1.47537
M. Radhi, Dian Rahayu Perwita Sari, A. Fitrianto
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNESCAP pada tahun 2013, terdapat 650 juta penyandang difabel di wilayah Asia Pasifik. Angka ini setiap tahunnya senantiasa mengalami peningkatan dari sejumlah faktor seperti usia, bencana alam, kecelakaan lalulintas, kondisi kesehatan kronik maupun buruknya kondisi lingkungan kerja. Faktor lain seperti minimnya regulasi, maupun ratifikasi hingga pada penyediaan fasilitas umum yang kurang memberikan dukungan layanan bagi masyarakat difabel. Peraturan pemerintah dalam Permen PU Nomor 30 tahun 2006 mengenai pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan, telah menetapkan sejumlah ketentuan bagi diterapkannya prinsip-prinsip perancangan bangunan gedung yang bersifat inklusif (Inclusive Design), namun di lapangan masih ditemukan adanya fasilitas publik yang dirancang dan dibangun dengan tidak mengakomodir layanan bagi difabel. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi terhadap tingkat aksesbilitas bagi kaum difabel pada sejumlah sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Dasar Kota Pontianak dengan sampel adalah Bangunan Sekolah Dasar di kecamatan Pontianak Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis studi komparatif pada sejumlah fasilitas gedung sekolah dasar terhadap sejumlah kriteria standar layanan terkait aksesibilitas bagi kaum Difabel. Hasil dari penelitian ini adalah nilai tingkat aksesbilitas sarana dan prasarana bangunan Sekolah Dasar yang ada di Kota Pontianak yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan sarana dan prasarana bagi pengguna disabilitas.ACCESBILITY LEVELS OF ELEMENTARY SCHOOL BUILDINGS IN SOUTH PONTIANAK SUB-DISTRICT, PONTIANAK CITYBased on data released by UNESCAP in 2013, there were 650 million people with disabilities in the Asia Pacific region. This figure increases every year due to age, natural disasters, traffic accidents, chronic health conditions, and poor working conditions. The lack of regulation and ratification to the provision of public facilities that do not provide service support for people with disabilities makes it worse. The government regulation in the Minister of Public Works Number 30 of 2006 concerning technical guidelines for facilities and accessibility in buildings and environments. It has stipulated some provisions for applying inclusive design principles that do not accommodate services for disabilities. This study aims to identify the level of accessibility for people with disabilities in several educational facilities and infrastructure in Pontianak City Elementary Schools with a sample of Elementary School Buildings in the South Pontianak District. This research conducts a comparative study analysis method on several elementary school building facilities against the number of service standard criteria related to accessibility for people with disabilities. The results of this study are the value of the level of accessibility of elementary school facilities and infrastructure in Pontianak City,
{"title":"TINGKAT AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONTIANAK SELATAN DI KOTA PONTIANAK","authors":"M. Radhi, Dian Rahayu Perwita Sari, A. Fitrianto","doi":"10.26418/lantang.v9i1.47537","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v9i1.47537","url":null,"abstract":"Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNESCAP pada tahun 2013, terdapat 650 juta penyandang difabel di wilayah Asia Pasifik. Angka ini setiap tahunnya senantiasa mengalami peningkatan dari sejumlah faktor seperti usia, bencana alam, kecelakaan lalulintas, kondisi kesehatan kronik maupun buruknya kondisi lingkungan kerja. Faktor lain seperti minimnya regulasi, maupun ratifikasi hingga pada penyediaan fasilitas umum yang kurang memberikan dukungan layanan bagi masyarakat difabel. Peraturan pemerintah dalam Permen PU Nomor 30 tahun 2006 mengenai pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan, telah menetapkan sejumlah ketentuan bagi diterapkannya prinsip-prinsip perancangan bangunan gedung yang bersifat inklusif (Inclusive Design), namun di lapangan masih ditemukan adanya fasilitas publik yang dirancang dan dibangun dengan tidak mengakomodir layanan bagi difabel. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi terhadap tingkat aksesbilitas bagi kaum difabel pada sejumlah sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Dasar Kota Pontianak dengan sampel adalah Bangunan Sekolah Dasar di kecamatan Pontianak Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis studi komparatif pada sejumlah fasilitas gedung sekolah dasar terhadap sejumlah kriteria standar layanan terkait aksesibilitas bagi kaum Difabel. Hasil dari penelitian ini adalah nilai tingkat aksesbilitas sarana dan prasarana bangunan Sekolah Dasar yang ada di Kota Pontianak yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan sarana dan prasarana bagi pengguna disabilitas.ACCESBILITY LEVELS OF ELEMENTARY SCHOOL BUILDINGS IN SOUTH PONTIANAK SUB-DISTRICT, PONTIANAK CITYBased on data released by UNESCAP in 2013, there were 650 million people with disabilities in the Asia Pacific region. This figure increases every year due to age, natural disasters, traffic accidents, chronic health conditions, and poor working conditions. The lack of regulation and ratification to the provision of public facilities that do not provide service support for people with disabilities makes it worse. The government regulation in the Minister of Public Works Number 30 of 2006 concerning technical guidelines for facilities and accessibility in buildings and environments. It has stipulated some provisions for applying inclusive design principles that do not accommodate services for disabilities. This study aims to identify the level of accessibility for people with disabilities in several educational facilities and infrastructure in Pontianak City Elementary Schools with a sample of Elementary School Buildings in the South Pontianak District. This research conducts a comparative study analysis method on several elementary school building facilities against the number of service standard criteria related to accessibility for people with disabilities. The results of this study are the value of the level of accessibility of elementary school facilities and infrastructure in Pontianak City,","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48072214","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.26418/lantang.v9i1.49851
N. Pratiwi
Daerah Tertinggal di Indonesia sebanyak 122 Kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Landak. Ketertinggalan daerah memberikan pengaruh pada pertumbuhan ekonomi wilayah, dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Landak tahun 2014-2019 adalah sebesar 5,51% atau berada dibawah pertumbuhan regional Kalimantan Barat. Salah satu penyebab ketertinggalan yang dominan di Kabupaten Landak adalah aspek fisik. Untuk menanggulangi dan mempercepat pembangunan daerah tertinggal, perlu dilakukan kajian faktor yang mempengaruhi ketertinggalan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor fisik daerah tertinggal Kabupaten Landak. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor melalui dsitribusi frekuensi.Hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor fisik yang mempengaruhi ketertinggalan daerah Kabupaten Landak, yaitu kondisi fasilitas, kondisi fisik alam, kondisi utlilitas dan kondisi transportasi. Faktor kondisi fasilitas terdiri dari rendahnya sarana pendidikan, rendahnya saran kesehatan dan rendahnya sarana perekonomian. Ketiga sub faktor tersebut berpengaruh tinggi terhadap ketertinggalan daerah. Untuk faktor kondisi fisik alam terdiri dari daerah rawan bencana dan daerah bergelombang-terjal yang berpengaruh tinggi serta tanah tidak subur dan terbatasnya lahan yang berpengaruh sedang. Pada faktor kondisi utilitas terdiri dari kurangnya pelayanan air bersih dan kurangnya pelayanan listrik telekomunikasi yang berpengaruh tinggi serta rendahnya media informasi yang berpengaruh sedang. Sementara faktor kondisi transportasi terdiri dari rendahnya aksesibilitas dan tidak teraksesnya angkutan publik, dimana keduanya tergolong berpengaruh tinggi.ANALYSIS OF PHYSICAL FACTORS IN DISADVANTAGED AREAS OF LANDAK REGENCY Disadvantaged regions in Indonesia have as many as 122 districts, one of which is the Landak District. Regional underdevelopment influences regional economic growth, where the economic growth of Landak Regency in 2014-2019 is 5.51% or is below the regional growth of West Kalimantan. One of the causes of lagging in the Landak Regency is the physical aspect. To overcome and accelerate the development of underdeveloped areas, it is necessary to study the factors that influence underdevelopment. Therefore, the purpose of this study was to determine the physical factors of underdeveloped areas in Landak Regency. The analysis technique used is factor analysis through frequency distribution.The analysis results conclude that four factors affect the backwardness of the Landak Regency area, namely the condition of facilities, natural physical conditions, utility conditions, and transportation conditions. Factors in the situation of facilities consist of inadequate educational facilities, low health advice, and low economic facilities, where the three sub-factors have a high impact on regional underdevelopment. The natural physical condition factor consists of disaster-prone areas and steep-undulating areas classified as having high inf
{"title":"ANALISIS FAKTOR FISIK DAERAH TERTINGGAL KABUPATEN LANDAK","authors":"N. Pratiwi","doi":"10.26418/lantang.v9i1.49851","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v9i1.49851","url":null,"abstract":"Daerah Tertinggal di Indonesia sebanyak 122 Kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Landak. Ketertinggalan daerah memberikan pengaruh pada pertumbuhan ekonomi wilayah, dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Landak tahun 2014-2019 adalah sebesar 5,51% atau berada dibawah pertumbuhan regional Kalimantan Barat. Salah satu penyebab ketertinggalan yang dominan di Kabupaten Landak adalah aspek fisik. Untuk menanggulangi dan mempercepat pembangunan daerah tertinggal, perlu dilakukan kajian faktor yang mempengaruhi ketertinggalan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor fisik daerah tertinggal Kabupaten Landak. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor melalui dsitribusi frekuensi.Hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor fisik yang mempengaruhi ketertinggalan daerah Kabupaten Landak, yaitu kondisi fasilitas, kondisi fisik alam, kondisi utlilitas dan kondisi transportasi. Faktor kondisi fasilitas terdiri dari rendahnya sarana pendidikan, rendahnya saran kesehatan dan rendahnya sarana perekonomian. Ketiga sub faktor tersebut berpengaruh tinggi terhadap ketertinggalan daerah. Untuk faktor kondisi fisik alam terdiri dari daerah rawan bencana dan daerah bergelombang-terjal yang berpengaruh tinggi serta tanah tidak subur dan terbatasnya lahan yang berpengaruh sedang. Pada faktor kondisi utilitas terdiri dari kurangnya pelayanan air bersih dan kurangnya pelayanan listrik telekomunikasi yang berpengaruh tinggi serta rendahnya media informasi yang berpengaruh sedang. Sementara faktor kondisi transportasi terdiri dari rendahnya aksesibilitas dan tidak teraksesnya angkutan publik, dimana keduanya tergolong berpengaruh tinggi.ANALYSIS OF PHYSICAL FACTORS IN DISADVANTAGED AREAS OF LANDAK REGENCY Disadvantaged regions in Indonesia have as many as 122 districts, one of which is the Landak District. Regional underdevelopment influences regional economic growth, where the economic growth of Landak Regency in 2014-2019 is 5.51% or is below the regional growth of West Kalimantan. One of the causes of lagging in the Landak Regency is the physical aspect. To overcome and accelerate the development of underdeveloped areas, it is necessary to study the factors that influence underdevelopment. Therefore, the purpose of this study was to determine the physical factors of underdeveloped areas in Landak Regency. The analysis technique used is factor analysis through frequency distribution.The analysis results conclude that four factors affect the backwardness of the Landak Regency area, namely the condition of facilities, natural physical conditions, utility conditions, and transportation conditions. Factors in the situation of facilities consist of inadequate educational facilities, low health advice, and low economic facilities, where the three sub-factors have a high impact on regional underdevelopment. The natural physical condition factor consists of disaster-prone areas and steep-undulating areas classified as having high inf","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43997955","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Analisis Konfigurasi pada Ruang Terbuka Sebagai Titik Evakuasi Studi kasus: Kawasan Bangunan Universitas Bandar Lampung","authors":"Tia - Kustiani, Rendy Perdana Khidmat","doi":"10.36448/ja.v12i1.2351","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v12i1.2351","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"304 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76638045","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"The Architectural Characteristics Linkage Between Batanghari Hulu's Traditional House With Tanah Datar's Rumah Gadang","authors":"M. Khamdevi","doi":"10.36448/ja.v12i1.2049","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v12i1.2049","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"24 19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88694943","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Perubahan Pola Kawasan dan Fungsi Bangunan Pabrik Gula Gembongan","authors":"D. Natalia","doi":"10.36448/ja.v12i1.2138","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v12i1.2138","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76017365","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Penilaian Kinerja Bangunan Hijau dengan EDGE Building App pada Perancangan Klinik yang Menerapkan Strategi Passive Design dari Climate Consultant","authors":"Yudha Kusuma, F. A. Nuzir","doi":"10.36448/ja.v12i1.2310","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v12i1.2310","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"120 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87555309","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}