{"title":"Pengaruh Perubahan Sosio-Ekonomi Masyarakat terhadap Nilai dan Wajah Rumah Desa Adat (Studi Kasus : Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali)","authors":"Verza Dillano Gharata, Widi Dwi Satria, Maqbul Kamaruddin","doi":"10.36448/ja.v12i1.2043","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v12i1.2043","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87428006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Zenia F Saraswati, Acep Purqon, I. Malik, D. Awfa, Fajriharish Nur Awan, M. Risky, Melisa Vira Permata, Maulidya Paramitha, Iqbal Wira Menanza, N. Putra
{"title":"Model Perubahan Tutupan lahan Akibat Akses Jalan Tol dengan Menggunakan Cellular Automata di Pulau Sumatera","authors":"Zenia F Saraswati, Acep Purqon, I. Malik, D. Awfa, Fajriharish Nur Awan, M. Risky, Melisa Vira Permata, Maulidya Paramitha, Iqbal Wira Menanza, N. Putra","doi":"10.36448/ja.v12i1.2323","DOIUrl":"https://doi.org/10.36448/ja.v12i1.2323","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"97 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76852096","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-20DOI: 10.26418/lantang.v8i2.46988
Akbar Pasca Perdana, Dwita Hadi Rahmi
Kampung Beting, Kecamatan Pontianak Timur, Kelurahan Dalam Bugis, Kota Pontianak merupakan kampung rawan bencana banjir. Berdasarkan waktu musim hujan, saat curah hujan tinggi air sungai tersebut meluap hingga menggenangi sebagian wilayah di Kampung Beting. Kampung Beting berdekatan dengan persimpangan 2 sungai besar yakni Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang memiliki topografi yang lebih rendah dari wilayah di sekitarnya. Orientasi kampung tersebut tepat berada di atas tepi kedua sungai dan mempengaruhi bentuk Struktur Ruang dan Pola Ruang didalamnya. Tata ruang Kampung tradisional Beting penting untuk dijadikan studi kasus karena berbagai pengalaman permasalahan yang terjadi di dalamnya dengan ancaman bencana banjir, tata ruang terkait pola ruang dan struktur ruang, serta resiliensi. Metode yang digunakan menggunakan simulasi software ArcGis guna pemetaan dan penilaian deskriptif. Hasil penelitian yang ditemukan yaitu; Pertama, resiliensi dapat dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, tidak hanya berdasarkan sudut pandang kebencanaan dan iklim yang selama ini menjadi konteks utama resiliensi tetapi juga konteks tata ruang. Kedua, tata ruang kampung beting belum memiliki ketangguhan dengan parameter Struktur Ruang dan Pola Ruang. Ketiga, tingkat resiliensi kampong beting yang berada di tepian kedua sungai terhadap bencana banjir masih rendah dan diperlukan penataan serta mitigasi lebih lanjut bila bencana musiman terjadi. IDENTIFICATION OF KAMPUNG KOTA`S SPATIAL PLANNING THROUGH FLOOD DISASTER RESILIENCE APPROACH; CASE STUDY: KAMPUNG BETING Kampung Beting, East Pontianak District, Dalam Bugis Village, Pontianak City is a flood-prone village. Based on rainy seasons, when the rainfalls is high, the river water overflows to inundate some areas in Kampung Beting. Kampung Beting is close to the junction of 2 mayor rivers, namely the Kapuas River and the Lancak River, which have a lower topography than the surrounding area. The orientation of the village is right above the banks of the two rivers and affects the shape of the Spatial Structure and Spatial Patterns in it. The layout of the Beting traditional village is important to be used as a case study because of the various experiences of problems that occur in it with the threat of flooding, spatial planning related to spatial patterns and spatial structures, and resilience. The method used is ArcGIS software simulation for mapping and descriptive assessment. The research result found are; First, resilience can be seen from a broader perspective, not only from the point of view of disaster and climate which has been the main context of resilience, but also the context of spatial planning. Second, the spatial structure of the shoal village does not yet have toughness with the parameters of Spatial Structure and Spatial Patterns. Third, the level of resilience of the shoal village located on the banks of the two rivers to flood disasters is still low and further structuring and mitigation is neede
{"title":"IDENTIFIKASI TATA RUANG KAMPUNG KOTA PENDEKATAN RESILIENSI BENCANA BANJIR STUDI KASUS KAMPUNG BETING","authors":"Akbar Pasca Perdana, Dwita Hadi Rahmi","doi":"10.26418/lantang.v8i2.46988","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v8i2.46988","url":null,"abstract":"Kampung Beting, Kecamatan Pontianak Timur, Kelurahan Dalam Bugis, Kota Pontianak merupakan kampung rawan bencana banjir. Berdasarkan waktu musim hujan, saat curah hujan tinggi air sungai tersebut meluap hingga menggenangi sebagian wilayah di Kampung Beting. Kampung Beting berdekatan dengan persimpangan 2 sungai besar yakni Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang memiliki topografi yang lebih rendah dari wilayah di sekitarnya. Orientasi kampung tersebut tepat berada di atas tepi kedua sungai dan mempengaruhi bentuk Struktur Ruang dan Pola Ruang didalamnya. Tata ruang Kampung tradisional Beting penting untuk dijadikan studi kasus karena berbagai pengalaman permasalahan yang terjadi di dalamnya dengan ancaman bencana banjir, tata ruang terkait pola ruang dan struktur ruang, serta resiliensi. Metode yang digunakan menggunakan simulasi software ArcGis guna pemetaan dan penilaian deskriptif. Hasil penelitian yang ditemukan yaitu; Pertama, resiliensi dapat dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, tidak hanya berdasarkan sudut pandang kebencanaan dan iklim yang selama ini menjadi konteks utama resiliensi tetapi juga konteks tata ruang. Kedua, tata ruang kampung beting belum memiliki ketangguhan dengan parameter Struktur Ruang dan Pola Ruang. Ketiga, tingkat resiliensi kampong beting yang berada di tepian kedua sungai terhadap bencana banjir masih rendah dan diperlukan penataan serta mitigasi lebih lanjut bila bencana musiman terjadi. IDENTIFICATION OF KAMPUNG KOTA`S SPATIAL PLANNING THROUGH FLOOD DISASTER RESILIENCE APPROACH; CASE STUDY: KAMPUNG BETING Kampung Beting, East Pontianak District, Dalam Bugis Village, Pontianak City is a flood-prone village. Based on rainy seasons, when the rainfalls is high, the river water overflows to inundate some areas in Kampung Beting. Kampung Beting is close to the junction of 2 mayor rivers, namely the Kapuas River and the Lancak River, which have a lower topography than the surrounding area. The orientation of the village is right above the banks of the two rivers and affects the shape of the Spatial Structure and Spatial Patterns in it. The layout of the Beting traditional village is important to be used as a case study because of the various experiences of problems that occur in it with the threat of flooding, spatial planning related to spatial patterns and spatial structures, and resilience. The method used is ArcGIS software simulation for mapping and descriptive assessment. The research result found are; First, resilience can be seen from a broader perspective, not only from the point of view of disaster and climate which has been the main context of resilience, but also the context of spatial planning. Second, the spatial structure of the shoal village does not yet have toughness with the parameters of Spatial Structure and Spatial Patterns. Third, the level of resilience of the shoal village located on the banks of the two rivers to flood disasters is still low and further structuring and mitigation is neede","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44902048","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-17DOI: 10.26418/lantang.v8i2.45436
C. N. Octarino, Henry Feriadi
Di tengah fenomena perubahan iklim dan pemanasan global, arsitektur sudah semestinya turut berperan dalam menjaga lingkungan dengan menghadirkan desain-desain bangunan yang memiliki performa tinggi, yang dapat memberikan kenyamanan optimal bagi penghuninya tanpa mengorbankan kualitas lingkungan di sekitarnya. Karakter iklim Indonesia yang merupakan iklim tropis menyebabkan tingginya temperatur lingkungan, sehingga berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan bagi penghuni bangunan. Upaya dalam meningkatkan kenyamanan tentu akan membutuhkan konsumsi energi yang tinggi, sehingga perlu dipikirkan strategi konservasi energi agar bangunan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai bagian dari kompleks Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, Gedung Agape adalah gedung dengan fungsi perkantoran yang menggunakan sistem pendingin udara. Setelah digunakan selama 12 tahun, Gedung ini memiliki evaluasi kenyamanan termal yang cukup baik oleh para penghuninya. Namun demikian, diyakini Gedung Agape masih memiliki potensi penghematan energi yang cukup besar melalui kinerja selubung bangunannya. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana kinerja selubung bangunan Gedung Agape UKDW dalam fungsinya mereduksi panas dari lingkungan serta menentukan strategi apa saja yang dapat diterapkan untuk menekan nilai Overall Thermal Transfer Value (OTTV) dalam upaya mendukung konservasi energi pada bangunan. Standar Nasional Indonesia tentang konservasi energi Gedung menetapkan nilai OTTV maksimal sebesar 35 W/m2. Berdasarkan hasil perhitungan dengan worksheet, didapatkan nilai OTTV Gedung Agape sebesar 49,06 35 W/m2, cukup jauh dari standar SNI. Beberapa strategi untuk menekan nilai OTTV dicoba disimulasikan melalui modifikasi material bukaan dan penyesuaian window to wall ratio, sehingga pada akhirnya dapat mencapai 34,86 W/m2.EVALUATION OF BUILDING ENVELOPE PERFORMANCE ON AGAPE BUILDING UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA In response to the worldwide issue about climate change and global warming, architecture should play a role to protecting the environment by presenting high performance building designs. This kind of building can provide optimal comfort for its occupants without sacrificing the quality of the surrounding environment. The character of Indonesia's tropical climate, causes high environmental temperatures, thus potentially causing discomfort for building occupants. The effort to increase comfort will certainly require high energy consumption, so it is necessary to consider about energy conservation strategies to minimize negative impact on the environment. As a part of Universitas Kristen Duta Wacana area, Agape is an office building that uses air conditioning system. After being used for 12 years, this building has a satisfactory evaluation about the thermal comfort from the occupants. However, it is believed that the building still has considerable potential of energy saving through the performance of the building envelope. This study ai
{"title":"EVALUASI KINERJA SELUBUNG BANGUNAN GEDUNG AGAPE UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA","authors":"C. N. Octarino, Henry Feriadi","doi":"10.26418/lantang.v8i2.45436","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v8i2.45436","url":null,"abstract":"Di tengah fenomena perubahan iklim dan pemanasan global, arsitektur sudah semestinya turut berperan dalam menjaga lingkungan dengan menghadirkan desain-desain bangunan yang memiliki performa tinggi, yang dapat memberikan kenyamanan optimal bagi penghuninya tanpa mengorbankan kualitas lingkungan di sekitarnya. Karakter iklim Indonesia yang merupakan iklim tropis menyebabkan tingginya temperatur lingkungan, sehingga berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan bagi penghuni bangunan. Upaya dalam meningkatkan kenyamanan tentu akan membutuhkan konsumsi energi yang tinggi, sehingga perlu dipikirkan strategi konservasi energi agar bangunan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai bagian dari kompleks Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, Gedung Agape adalah gedung dengan fungsi perkantoran yang menggunakan sistem pendingin udara. Setelah digunakan selama 12 tahun, Gedung ini memiliki evaluasi kenyamanan termal yang cukup baik oleh para penghuninya. Namun demikian, diyakini Gedung Agape masih memiliki potensi penghematan energi yang cukup besar melalui kinerja selubung bangunannya. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana kinerja selubung bangunan Gedung Agape UKDW dalam fungsinya mereduksi panas dari lingkungan serta menentukan strategi apa saja yang dapat diterapkan untuk menekan nilai Overall Thermal Transfer Value (OTTV) dalam upaya mendukung konservasi energi pada bangunan. Standar Nasional Indonesia tentang konservasi energi Gedung menetapkan nilai OTTV maksimal sebesar 35 W/m2. Berdasarkan hasil perhitungan dengan worksheet, didapatkan nilai OTTV Gedung Agape sebesar 49,06 35 W/m2, cukup jauh dari standar SNI. Beberapa strategi untuk menekan nilai OTTV dicoba disimulasikan melalui modifikasi material bukaan dan penyesuaian window to wall ratio, sehingga pada akhirnya dapat mencapai 34,86 W/m2.EVALUATION OF BUILDING ENVELOPE PERFORMANCE ON AGAPE BUILDING UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA In response to the worldwide issue about climate change and global warming, architecture should play a role to protecting the environment by presenting high performance building designs. This kind of building can provide optimal comfort for its occupants without sacrificing the quality of the surrounding environment. The character of Indonesia's tropical climate, causes high environmental temperatures, thus potentially causing discomfort for building occupants. The effort to increase comfort will certainly require high energy consumption, so it is necessary to consider about energy conservation strategies to minimize negative impact on the environment. As a part of Universitas Kristen Duta Wacana area, Agape is an office building that uses air conditioning system. After being used for 12 years, this building has a satisfactory evaluation about the thermal comfort from the occupants. However, it is believed that the building still has considerable potential of energy saving through the performance of the building envelope. This study ai","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43835045","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-17DOI: 10.26418/lantang.v8i2.45981
Ema Hidayati, Suzanna Ratih Sari
Rumah sebagai tempat yang layak huni untuk memenuhi kebutuhan penggunanya hingga dapat menjadi aset bagi pemiliknya. Kebutuhan hunian merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi pada setiap keluarga. Pembangunan rumah didalam kawasan perumahan dapat menjadi alternatif bagi keluarga atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pihak developer mendirikan perumahan dengan menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Fasilitas – fasilitas yang mendasar seperti jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan air bersih dan kotor sudah disediakan oleh pihak developer. Fasilitas ini dapat berkembang dengan bertambahnya penghuni untuk membuat kehidupan pada perumahan ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi sarana dan prasarana kondisi eksisting dengan standar SNI dan mengembangkan atau menambah kebutuhan sarana dan prasarana yang belum sesuai atau belum ada di perumahan ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan deskriptif evaluatif dengan membandingkan kondisi eksisting dengan standar SNI. Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari obesrvasi dan wawancara dengan warga perumahan sedangkan data sekunder diperoleh dari standar SNI, buku dan jurnal terkait. Hasil dari penelitian ini yaitu sarana yang belum sesuai dengan standar SNI yaitu sarana pendidikan, sarana olahraga dan RTH. Sedangkan prasarana yang belum sesuai yaitu jaringan jalan dan jaringan air bersih.THE QUALITY OF HOUSING INFRASTRUCTURE AND FACILITIES GRIYA HARAPAN WELERI The house as a livable place to meet the needs of its users so that it can become an asset for the owner. Housing needs are basic needs that must be met in every family. The construction of houses in residential areas can be an alternative for families or communities to meet these needs. The developer builds housing by providing houses for low-income people. Basic facilities such as road networks, electricity networks, clean and dirty water networks have been provided by the developer. This facility can expand with more residents to make a living in this housing. The purpose of this study is to evaluate the existing condition facilities and infrastructure with SNI standards and to develop or add to the need for facilities and infrastructure that are not appropriate or do not exist in this housing. This study uses a qualitative descriptive evaluative approach by comparing the existing conditions with SNI standards. Data collection is done with primary and secondary data. Primary data were obtained from observations and interviews with housing residents, while secondary data were obtained from SNI standards, related books and journals. The results of this study are facilities that are not in accordance with SNI standards, namely educational facilities, sports facilities and green open space. Meanwhile, the infrastructure that is not suitable is the road network and clean water network.
{"title":"KUALITAS SARANA DAN PRASARANA PERUMAHAN GRIYA HARAPAN WELERI","authors":"Ema Hidayati, Suzanna Ratih Sari","doi":"10.26418/lantang.v8i2.45981","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v8i2.45981","url":null,"abstract":"Rumah sebagai tempat yang layak huni untuk memenuhi kebutuhan penggunanya hingga dapat menjadi aset bagi pemiliknya. Kebutuhan hunian merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi pada setiap keluarga. Pembangunan rumah didalam kawasan perumahan dapat menjadi alternatif bagi keluarga atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pihak developer mendirikan perumahan dengan menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Fasilitas – fasilitas yang mendasar seperti jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan air bersih dan kotor sudah disediakan oleh pihak developer. Fasilitas ini dapat berkembang dengan bertambahnya penghuni untuk membuat kehidupan pada perumahan ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi sarana dan prasarana kondisi eksisting dengan standar SNI dan mengembangkan atau menambah kebutuhan sarana dan prasarana yang belum sesuai atau belum ada di perumahan ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan deskriptif evaluatif dengan membandingkan kondisi eksisting dengan standar SNI. Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari obesrvasi dan wawancara dengan warga perumahan sedangkan data sekunder diperoleh dari standar SNI, buku dan jurnal terkait. Hasil dari penelitian ini yaitu sarana yang belum sesuai dengan standar SNI yaitu sarana pendidikan, sarana olahraga dan RTH. Sedangkan prasarana yang belum sesuai yaitu jaringan jalan dan jaringan air bersih.THE QUALITY OF HOUSING INFRASTRUCTURE AND FACILITIES GRIYA HARAPAN WELERI The house as a livable place to meet the needs of its users so that it can become an asset for the owner. Housing needs are basic needs that must be met in every family. The construction of houses in residential areas can be an alternative for families or communities to meet these needs. The developer builds housing by providing houses for low-income people. Basic facilities such as road networks, electricity networks, clean and dirty water networks have been provided by the developer. This facility can expand with more residents to make a living in this housing. The purpose of this study is to evaluate the existing condition facilities and infrastructure with SNI standards and to develop or add to the need for facilities and infrastructure that are not appropriate or do not exist in this housing. This study uses a qualitative descriptive evaluative approach by comparing the existing conditions with SNI standards. Data collection is done with primary and secondary data. Primary data were obtained from observations and interviews with housing residents, while secondary data were obtained from SNI standards, related books and journals. The results of this study are facilities that are not in accordance with SNI standards, namely educational facilities, sports facilities and green open space. Meanwhile, the infrastructure that is not suitable is the road network and clean water network.","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46993543","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-17DOI: 10.26418/lantang.v8i2.42458
Refranisa Refranisa
Alun – alun kota Magelang merupakan salah satu ruang terbuka publik sekaligus Landmark Kota yang sering dikunjung oleh banyak orang, dimana banyak orang melakukan kegiatan sosial, ekonomi, dan berwisata. Setting lingkungan yang ditawarkan pada ruang terbuka publik mempengaruhi bagaimana pelakunya berkegiatan. Adanya kegiatan atraksi wisata, kuliner, permainan anak, dan olahraga menimbulkan adanya pola pemanfaatan ruang yang terjadi pada kawasan tersebut. Pola yang terebentuk didominasi oleh pelaku dan aktivitas yang menimbulkan intensitas kepadatan pada area tertentu. Metode analisis yang digunakan adalah teknik behavioral mapping yang bertujuan untuk menggambarkan pola pemanfaatan ruang didalam sebuah peta kemudian mengidentifikasi frekuensi pelaku dan aktivitas yang dilakukan serta menunjukan kaitannya dengan setting lingkungan yang ditawarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemanfaatan ruang pada area tertentu kemudian memberikan berupa usulan desain yang dapat menunjang kegiatan pelaku dan aktifitas pada alun – alun Kota Magelang. Hasil temuan yang didapat adalah dapat diketahui bahwa, intensitas pemanfaatan ruang tertinggi terdapat pada setting fisik dancing fountain sebagai atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh semua kalangan pengguna pada periode waktu akhir pekan.THE PATTERN OF UTILIZING THE PLANES AS A PUBLIC OPEN SPACE IN MAGELANG CITYMagelang City Square is one of the public open spaces as well as a City Landmark that is often visited by many people, where many people carry out social, economic, and tour activities. Environmental settings offered in public open spaces affect how the perpetrators carry out activities. The activities of tourist attractions, culinary delights, children's games, and sports have led to a pattern of spatial use that occurs in the area. The formed pattern is dominated by actors and activities that cause density intensity in certain areas. The analytical method used is the behavioral mapping technique which aims to describe the pattern of spatial use in a map, then identify the frequency of actors and activities carried out and show their relation to the environmental setting offered. The purpose of this study is to determine the pattern of space utilization in a certain area and then provide a form of design proposals that can support the activities of the actors and activities in Magelang City Square. The findings show that the highest intensity of space utilization is found in the physical setting of the dancing fountain as a tourist attraction that can be enjoyed by all users during the weekend.
{"title":"POLA PEMANFAATAN ALUN-ALUN SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI KOTA MAGELANG","authors":"Refranisa Refranisa","doi":"10.26418/lantang.v8i2.42458","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v8i2.42458","url":null,"abstract":"Alun – alun kota Magelang merupakan salah satu ruang terbuka publik sekaligus Landmark Kota yang sering dikunjung oleh banyak orang, dimana banyak orang melakukan kegiatan sosial, ekonomi, dan berwisata. Setting lingkungan yang ditawarkan pada ruang terbuka publik mempengaruhi bagaimana pelakunya berkegiatan. Adanya kegiatan atraksi wisata, kuliner, permainan anak, dan olahraga menimbulkan adanya pola pemanfaatan ruang yang terjadi pada kawasan tersebut. Pola yang terebentuk didominasi oleh pelaku dan aktivitas yang menimbulkan intensitas kepadatan pada area tertentu. Metode analisis yang digunakan adalah teknik behavioral mapping yang bertujuan untuk menggambarkan pola pemanfaatan ruang didalam sebuah peta kemudian mengidentifikasi frekuensi pelaku dan aktivitas yang dilakukan serta menunjukan kaitannya dengan setting lingkungan yang ditawarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemanfaatan ruang pada area tertentu kemudian memberikan berupa usulan desain yang dapat menunjang kegiatan pelaku dan aktifitas pada alun – alun Kota Magelang. Hasil temuan yang didapat adalah dapat diketahui bahwa, intensitas pemanfaatan ruang tertinggi terdapat pada setting fisik dancing fountain sebagai atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh semua kalangan pengguna pada periode waktu akhir pekan.THE PATTERN OF UTILIZING THE PLANES AS A PUBLIC OPEN SPACE IN MAGELANG CITYMagelang City Square is one of the public open spaces as well as a City Landmark that is often visited by many people, where many people carry out social, economic, and tour activities. Environmental settings offered in public open spaces affect how the perpetrators carry out activities. The activities of tourist attractions, culinary delights, children's games, and sports have led to a pattern of spatial use that occurs in the area. The formed pattern is dominated by actors and activities that cause density intensity in certain areas. The analytical method used is the behavioral mapping technique which aims to describe the pattern of spatial use in a map, then identify the frequency of actors and activities carried out and show their relation to the environmental setting offered. The purpose of this study is to determine the pattern of space utilization in a certain area and then provide a form of design proposals that can support the activities of the actors and activities in Magelang City Square. The findings show that the highest intensity of space utilization is found in the physical setting of the dancing fountain as a tourist attraction that can be enjoyed by all users during the weekend.","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48487921","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-17DOI: 10.26418/lantang.v8i2.46420
Yohanes W. D. Kapilawi, R. U. Nday, T. K. Dima
Pemahaman berkonstruksi dalam konteks masyarakat adat merupakan suatu proses aktivitas terkait hubungan sosial kelompok masyarakat adat, lingkungannya serta tradisi yang memiliki keseimbangan dikeseluruhan tahap kegiatan berkonstruksi guna membangun atau memperbaiki huniannya. Salah satu kampung adat di Pulau Sabu yaitu Kampung Adat Namata merupakan kampung tradisional dengan masyarakat adat yang masih mempertahankan tradisi membangun dengan memperhatikan aturan-aturan adat dalam pemanfaatan material konstruksi dan menghargai lingkungannya, walaupun dikelilingi desa modern disekitarnya. Meski tradisi pengambilan dan pengangkutan material mulai hilang namun pemahaman tradisi berkonstruksi tiap struktur masih tetap dipertahankan sehingga menjadi menarik untuk dikaji untuk mengetahui setiap prosesi adat, pemahaman, makna serta tujuan tiap proses berkonstruksi sehingga menjadi rumah adat yang menghargai dan adaptif terhadap lingkungan serta menjadi keberlanjutan berkonstruksi dari budaya arsitektur. Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kualitatif, wawancara dan pengamatan terhadap setiap aktivitas tradisi berkonstruksi hingga menjadi rumah adat. Hasil temuan menunjukkan adanya tindakan menghormati mulai dari tata cara ritual penebangan pohon, keberlanjutan tradisi cara pengambilan bahan bangunan hingga penciptaan bentuk bangunan, adanya kearifan lokalitas dalam penggunaan material, penamaan bagian rumah adat menggunakan unsur bahasa lokal serta pemahaman filosofi dan tata cara ritual tiap bagian konstruksi sebagai upaya masyarakat adat untuk menjaga keberlanjutan tata cara berkonstruksi dan keseimbangan lingkungan. SUSTAINABILITY OF TRADITIONAL HOUSE CONSTRUCTION IN NAMATA TRADITIONAL VILLAGE, SABU RAIJUA REGENCY Construction understanding in indigenous peoples is a social relations activity among indigenous groups, the environment, and traditions that balance all construction activities to build or repair their dwellings. Namata Traditional Village on Sabu Island is a village with indigenous peoples who still maintain the development process tradition and also customary rules in constructing the materials and respecting the environment, even though modern villages surround it. Although taking and transporting materials tradition begins to disappear, constructing tradition understanding of each structure is still maintained. Thus, it is interesting to study the processing, understanding, meaning, and purposing of each construction process to become a traditional house that respects and is adaptive to the environment and become sustainable construction of architectural culture. This study used qualitative descriptive methods, interviews, and observations of every construction tradition until it became a traditional house. The findings show respect actions are starting from tree felling rituals, construction sustainability of taking building materials until creating building forms, local wisdom in using local materials, the local language in n
{"title":"KEBERLANJUTAN TRADISI BERKONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL DI KAMPUNG ADAT NAMATA KABUPATEN SABU RAIJUA","authors":"Yohanes W. D. Kapilawi, R. U. Nday, T. K. Dima","doi":"10.26418/lantang.v8i2.46420","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v8i2.46420","url":null,"abstract":"Pemahaman berkonstruksi dalam konteks masyarakat adat merupakan suatu proses aktivitas terkait hubungan sosial kelompok masyarakat adat, lingkungannya serta tradisi yang memiliki keseimbangan dikeseluruhan tahap kegiatan berkonstruksi guna membangun atau memperbaiki huniannya. Salah satu kampung adat di Pulau Sabu yaitu Kampung Adat Namata merupakan kampung tradisional dengan masyarakat adat yang masih mempertahankan tradisi membangun dengan memperhatikan aturan-aturan adat dalam pemanfaatan material konstruksi dan menghargai lingkungannya, walaupun dikelilingi desa modern disekitarnya. Meski tradisi pengambilan dan pengangkutan material mulai hilang namun pemahaman tradisi berkonstruksi tiap struktur masih tetap dipertahankan sehingga menjadi menarik untuk dikaji untuk mengetahui setiap prosesi adat, pemahaman, makna serta tujuan tiap proses berkonstruksi sehingga menjadi rumah adat yang menghargai dan adaptif terhadap lingkungan serta menjadi keberlanjutan berkonstruksi dari budaya arsitektur. Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kualitatif, wawancara dan pengamatan terhadap setiap aktivitas tradisi berkonstruksi hingga menjadi rumah adat. Hasil temuan menunjukkan adanya tindakan menghormati mulai dari tata cara ritual penebangan pohon, keberlanjutan tradisi cara pengambilan bahan bangunan hingga penciptaan bentuk bangunan, adanya kearifan lokalitas dalam penggunaan material, penamaan bagian rumah adat menggunakan unsur bahasa lokal serta pemahaman filosofi dan tata cara ritual tiap bagian konstruksi sebagai upaya masyarakat adat untuk menjaga keberlanjutan tata cara berkonstruksi dan keseimbangan lingkungan. SUSTAINABILITY OF TRADITIONAL HOUSE CONSTRUCTION IN NAMATA TRADITIONAL VILLAGE, SABU RAIJUA REGENCY Construction understanding in indigenous peoples is a social relations activity among indigenous groups, the environment, and traditions that balance all construction activities to build or repair their dwellings. Namata Traditional Village on Sabu Island is a village with indigenous peoples who still maintain the development process tradition and also customary rules in constructing the materials and respecting the environment, even though modern villages surround it. Although taking and transporting materials tradition begins to disappear, constructing tradition understanding of each structure is still maintained. Thus, it is interesting to study the processing, understanding, meaning, and purposing of each construction process to become a traditional house that respects and is adaptive to the environment and become sustainable construction of architectural culture. This study used qualitative descriptive methods, interviews, and observations of every construction tradition until it became a traditional house. The findings show respect actions are starting from tree felling rituals, construction sustainability of taking building materials until creating building forms, local wisdom in using local materials, the local language in n","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42707848","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-17DOI: 10.26418/lantang.v8i2.45792
N. Syamsiyah, Hanifa Nur Izzati
Iklim tropis lembab di Indonesia menyebabkan rendahnya kecepatan angin, serta kelembapan dan suhu udara yang tinggi. Kelembapan tinggi menyebabkan sirkulasi udara tidak lancar dan berpengaruh pada kenyamanan termal. Masjid adalah bangunan untuk kegiatan ibadah, yang menuntut kenyamanan termal, selain kenyamanan audial. Upaya alat bantu penghawaan seperti kipas angin tidak akan bekerja optimal jika masjid tidak memiliki sistem sirkulasi udara yang baik. Masjid Al-Kautsar Kertonatan menarik untuk diteliti dari aspek penghawaan alami. Masjid berada di sudut pertigaan jalan kampung dan menghadap area persawahan. Saat masjid digunakan seluruh kipas angin dinyalakan, namun keluhan jamaah selalu muncul yaitu ketidaknyamanan termal, seperti rasa panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas termal masjid Al-Kautsar Kertonatan, melalui metode kuantitatif pengukuran suhu udara, kelembapan udara dan kecepatan angin dengan alat thermohygrometer dan anemometer. Pengukuran termal dilakukan di dalam dan di luar ruang masjid secara bersamaan pada lima waktu salat. Selain pengukuran termal, dilakukan pula wawancara bebas kepada jamaah terkait kenyamanan termal. Hasil penelitian mengindikasikan pola aliran udara tidak merata dan tidak lancar di dalam ruangan, sehingga kualitas termal dalam kategori tidak nyaman dengan suhu udara rata-rata 31.0°C dan kecepatan angin rata-rata 0.1m/detik. Evaluasi subjektif mengindikasikan bahwa jamaah merasa nyaman apabila berada dekat jendela atau berada di tengah-tengah ruang, karena pada bagian itu aliran udara terasa. Solusi terbaik agar aliran merata di dalam ruang adalah redesain bukaan agar udara lebih banyak masuk, di samping itu perlu adanya penambahan vegetasi. MOSQUE THERMAL COMFORT STRATEGY (CASE STUDY OF AL-KAUTSAR MOSQUE, SUKOHARJO, CENTRAL JAVA) Indonesia's humid tropical climate causes low wind speed, as well as high humidity and air temperature. High humidity causes poor air circulation and affects thermal comfort. A mosque is a building for worship activities, which demands thermal comfort, in addition to audible comfort. Efforts for ventilation aids such as fans will not work optimally if the mosque does not have a good air circulation system. Al-Kautsar Kertonatan Mosque is interesting to study from the aspect of natural ventilation. The mosque is at the corner of the village road fork and overlooks the rice fields. When the mosque is used, all the fans are turned on, but complaints from the congregation always arise, namely thermal discomfort, such as feeling hot. This study aims to identify the thermal quality of the Al-Kautsar Kertonatan Mosque, through quantitative methods of measuring air temperature, humidity, and wind speed using thermohygrometer and anemometer. Thermal measurements are carried out inside and outside the mosque space simultaneously at five prayer times. In addition to thermal measurements, freed interviews were also conducted with the congregation regarding thermal comfo
{"title":"STRATEGI KENYAMANAN TERMAL MASJID AL-KAUTSAR KERTONATAN, KARTASURA, SUKOHARJO","authors":"N. Syamsiyah, Hanifa Nur Izzati","doi":"10.26418/lantang.v8i2.45792","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/lantang.v8i2.45792","url":null,"abstract":"Iklim tropis lembab di Indonesia menyebabkan rendahnya kecepatan angin, serta kelembapan dan suhu udara yang tinggi. Kelembapan tinggi menyebabkan sirkulasi udara tidak lancar dan berpengaruh pada kenyamanan termal. Masjid adalah bangunan untuk kegiatan ibadah, yang menuntut kenyamanan termal, selain kenyamanan audial. Upaya alat bantu penghawaan seperti kipas angin tidak akan bekerja optimal jika masjid tidak memiliki sistem sirkulasi udara yang baik. Masjid Al-Kautsar Kertonatan menarik untuk diteliti dari aspek penghawaan alami. Masjid berada di sudut pertigaan jalan kampung dan menghadap area persawahan. Saat masjid digunakan seluruh kipas angin dinyalakan, namun keluhan jamaah selalu muncul yaitu ketidaknyamanan termal, seperti rasa panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas termal masjid Al-Kautsar Kertonatan, melalui metode kuantitatif pengukuran suhu udara, kelembapan udara dan kecepatan angin dengan alat thermohygrometer dan anemometer. Pengukuran termal dilakukan di dalam dan di luar ruang masjid secara bersamaan pada lima waktu salat. Selain pengukuran termal, dilakukan pula wawancara bebas kepada jamaah terkait kenyamanan termal. Hasil penelitian mengindikasikan pola aliran udara tidak merata dan tidak lancar di dalam ruangan, sehingga kualitas termal dalam kategori tidak nyaman dengan suhu udara rata-rata 31.0°C dan kecepatan angin rata-rata 0.1m/detik. Evaluasi subjektif mengindikasikan bahwa jamaah merasa nyaman apabila berada dekat jendela atau berada di tengah-tengah ruang, karena pada bagian itu aliran udara terasa. Solusi terbaik agar aliran merata di dalam ruang adalah redesain bukaan agar udara lebih banyak masuk, di samping itu perlu adanya penambahan vegetasi. MOSQUE THERMAL COMFORT STRATEGY (CASE STUDY OF AL-KAUTSAR MOSQUE, SUKOHARJO, CENTRAL JAVA) Indonesia's humid tropical climate causes low wind speed, as well as high humidity and air temperature. High humidity causes poor air circulation and affects thermal comfort. A mosque is a building for worship activities, which demands thermal comfort, in addition to audible comfort. Efforts for ventilation aids such as fans will not work optimally if the mosque does not have a good air circulation system. Al-Kautsar Kertonatan Mosque is interesting to study from the aspect of natural ventilation. The mosque is at the corner of the village road fork and overlooks the rice fields. When the mosque is used, all the fans are turned on, but complaints from the congregation always arise, namely thermal discomfort, such as feeling hot. This study aims to identify the thermal quality of the Al-Kautsar Kertonatan Mosque, through quantitative methods of measuring air temperature, humidity, and wind speed using thermohygrometer and anemometer. Thermal measurements are carried out inside and outside the mosque space simultaneously at five prayer times. In addition to thermal measurements, freed interviews were also conducted with the congregation regarding thermal comfo","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42777994","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kabuyutan Trusmi merupakan salah satu kompleks pemakaman bersejarah di Kabupaten Cirebon. Selain area pemakaman, Pada kompleks ini juga terdapat Masjid sebagai bangunan utama, serta bangunan-bangunan tradisional lainnya yang masih bertahan dan berfungsi hingga sekarang. Banyaknya bangunan tradisional di kompleks ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian. Seperti apakah tipe-tipe bangunan tradisional yang ada dikompleks ini. Maka dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipologi bangunanbangunan tradisional di Kabuyutan Trusmi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatifmelalui observasi, analisa, wawancara, serta studi pustaka. Hasil temuan dari penelitian ini didapat bahwa bangunan-bangunan pada kompleks tersebut memiliki fungsi atau kegunaan yang berbeda dikelompokan berdasarkan bentuk, struktur dan sifat dari bangunan tersebut
{"title":"TIPOLOGI BANGUNAN TRADISIONAL DI KABUYUTAN TRUSMI","authors":"Muhammad Taufiq Ismail, Sasurya Chandra","doi":"10.59970/jas.v13i2.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.59970/jas.v13i2.30","url":null,"abstract":"Kabuyutan Trusmi merupakan salah satu kompleks pemakaman bersejarah di Kabupaten Cirebon. Selain area pemakaman, Pada kompleks ini juga terdapat Masjid sebagai bangunan utama, serta bangunan-bangunan tradisional lainnya yang masih bertahan dan berfungsi hingga sekarang. Banyaknya bangunan tradisional di kompleks ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian. Seperti apakah tipe-tipe bangunan tradisional yang ada dikompleks ini. Maka dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipologi bangunanbangunan tradisional di Kabuyutan Trusmi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatifmelalui observasi, analisa, wawancara, serta studi pustaka. Hasil temuan dari penelitian ini didapat bahwa bangunan-bangunan pada kompleks tersebut memiliki fungsi atau kegunaan yang berbeda dikelompokan berdasarkan bentuk, struktur dan sifat dari bangunan tersebut","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83923654","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jalan Buyut Trusmi merupakan salah satu jalan yang menarik karena memiliki potensi lahan dengan adanya Situs Kabuyutan Trusmi sebagai daya tari pariwisata dan salah satu pusat pengerajin batik sebagai pengerak ekonomi yang ada di Trusmi, dan dari situ akan menumbuhkan elemen –elemen perkotaan yang ada di jalan buyut Trusmi. Dengan tumbuhnya perkembangan suatu daerah maka daerah tersebut harus diteliti pada tahap identifikasi,proses indentifikasi elemen-elemen Perkotaan menggunakan teori Hamid Shivany yaitu 8 Elemen Pembentuk Perkotaan yaitu Land use (tata guna lahan), Building form and massing (bentuk dan massa bangunan), Circulation and parking (sirkulasi dan parkir), Open space (ruang terbuka), Pedestrian ways (jalan pejalan kaki), Signages (papan penanda), Activity Support (kegiatan pendukung) dan preservation (perlindungan). Maksud dari penelitian ini untuk mengidentifikasi elemen perkotaan apa saja yang ada di jalan Buyut Trusmi secara deskriptif
{"title":"IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK PERKOTAAN PADA JALAN BUYUT TRUSMI KABUPATEN CIREBON","authors":"Wisamullah ., N. .","doi":"10.59970/jas.v13i2.28","DOIUrl":"https://doi.org/10.59970/jas.v13i2.28","url":null,"abstract":"Jalan Buyut Trusmi merupakan salah satu jalan yang menarik karena memiliki potensi lahan dengan adanya Situs Kabuyutan Trusmi sebagai daya tari pariwisata dan salah satu pusat pengerajin batik sebagai pengerak ekonomi yang ada di Trusmi, dan dari situ akan menumbuhkan elemen –elemen perkotaan yang ada di jalan buyut Trusmi. Dengan tumbuhnya perkembangan suatu daerah maka daerah tersebut harus diteliti pada tahap identifikasi,proses indentifikasi elemen-elemen Perkotaan menggunakan teori Hamid Shivany yaitu 8 Elemen Pembentuk Perkotaan yaitu Land use (tata guna lahan), Building form and massing (bentuk dan massa bangunan), Circulation and parking (sirkulasi dan parkir), Open space (ruang terbuka), Pedestrian ways (jalan pejalan kaki), Signages (papan penanda), Activity Support (kegiatan pendukung) dan preservation (perlindungan). Maksud dari penelitian ini untuk mengidentifikasi elemen perkotaan apa saja yang ada di jalan Buyut Trusmi secara deskriptif","PeriodicalId":31830,"journal":{"name":"Langkau Betang Jurnal Arsitektur","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78887161","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}