The challenge of Christian education today is how to implement biblical principles in the context of education properly to distinguish Christian education from other educational concepts. Christian education will have no true meaning without the work of Christ. This principle is important for answering various educational challenges that are incompatible with biblical truth. The role of Christian education is very important in the effort to implement God's truth in a world of creation that longs for freedom from slavery of sin. That's why Christian education must be holistic, rooted, grow, and bear fruit in Christ. This article aims to show that biblical truth must be the foundation of a holistic Christian education. This article uses literature research by examining the biblical concept of Christ's atonement and its implementation in the practice of Christian education. This research was carried out from 2018 until 2019, and concluded that Christ's atonement has very strong implications in the practice of biblical Christian education in realizing God's love for humans and restoring God's creation to His original purpose.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Tantangan pendidikan Kristen dewasa ini adalah bagaimana mengimplementasikan prinsip Alkitab dalam konteks pendidikan dengan benar untuk membedakan pendidikan Kristen dengan konsep pendidikan lainnya. Pendidikan Kristen tidak akan memiliki makna tanpa karya Kristus. Prinsip ini penting untuk menjawab berbagai tantangan pendidikan yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Peran pendidikan Kristen sangat penting dalam upaya mengimplementasikan kehendak Allah dalam dunia ciptaan yang merindukan kemerdekaan dari perbudakan dosa. Itu sebabnya pendidikan Kristen harus holistis, berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalam Kristus. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kebenaran Alkitab harus menjadi landasan pendidikan Kristen yang holistis. Artikel ini menggunakan riset literatur dengan meneliti konsep Alkitab tentang penebusan Kristus dan implementasinya dalam praktek pendidikan Kristen. Riset ini dilaksanakan pada tahun 2018 hingga 2019, dan menyimpulkan bahwa karya penebusan Kristus memiliki implikasi yang sangat kokoh dalam praktek pendidikan Kristen yang alkitabiah dalam mewujudkan kasih Allah kepada manusia dan memulihkan ciptaan Allah kepada tujuan semula.
今天基督教教育面临的挑战是如何在教育背景下正确地实施圣经原则,以区分基督教教育与其他教育理念。没有基督的工作,基督教教育就没有真正的意义。这个原则对于回答各种与圣经真理不相容的教育挑战是很重要的。在一个渴望从罪的奴役中获得自由的创造世界中,在努力实现上帝的真理方面,基督教教育的作用非常重要。这就是为什么基督教教育必须在基督里全面、扎根、成长、结果子。本文旨在说明圣经真理必须是全人基督教教育的基础。本文采用文献研究法,考察圣经中基督赎罪的概念及其在基督教教育实践中的实施。本研究于2018年至2019年进行,得出的结论是,基督的赎罪在实现上帝对人类的爱和恢复上帝创造的初衷的圣经基督教教育实践中具有非常强的意义。【摘要】【印尼语】tan tanangan pendidikan Kristen dewasa ini adalah bagaimana mengimplementan asikan princsip】Alkitab dalam konteks pendidikan dengan benar untuk成员dengan pendidikan konsep pendidikan lainnya。Pendidikan Kristen tidak akan memoriliki makna tanpa karya Kristus。王子,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。“我是克里斯汀,我是克里斯汀,我是克里斯汀,我是克里斯汀。”Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kebenaran Alkitab harus menjadi landasan pendidikan Kristen yang整体来说。Artikel ini menggunakan riset文学dengan meneliti konsep Alkitab tentang penebusan Kristus丹implementasinya dalam praktek pendidikan克里斯蒂。2016年11月1日- 2019年11月1日,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京,在北京。
{"title":"IMPLIKASI PENEBUSAN KRISTUS DALAM PENDIDIKAN KRISTEN [THE IMPLICATION OF CHRIST’S REDEMPTION ON CHRISTIAN EDUCATION]","authors":"Musa Sinar Tarigan","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1409","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1409","url":null,"abstract":"The challenge of Christian education today is how to implement biblical principles in the context of education properly to distinguish Christian education from other educational concepts. Christian education will have no true meaning without the work of Christ. This principle is important for answering various educational challenges that are incompatible with biblical truth. The role of Christian education is very important in the effort to implement God's truth in a world of creation that longs for freedom from slavery of sin. That's why Christian education must be holistic, rooted, grow, and bear fruit in Christ. This article aims to show that biblical truth must be the foundation of a holistic Christian education. This article uses literature research by examining the biblical concept of Christ's atonement and its implementation in the practice of Christian education. This research was carried out from 2018 until 2019, and concluded that Christ's atonement has very strong implications in the practice of biblical Christian education in realizing God's love for humans and restoring God's creation to His original purpose.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Tantangan pendidikan Kristen dewasa ini adalah bagaimana mengimplementasikan prinsip Alkitab dalam konteks pendidikan dengan benar untuk membedakan pendidikan Kristen dengan konsep pendidikan lainnya. Pendidikan Kristen tidak akan memiliki makna tanpa karya Kristus. Prinsip ini penting untuk menjawab berbagai tantangan pendidikan yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Peran pendidikan Kristen sangat penting dalam upaya mengimplementasikan kehendak Allah dalam dunia ciptaan yang merindukan kemerdekaan dari perbudakan dosa. Itu sebabnya pendidikan Kristen harus holistis, berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalam Kristus. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kebenaran Alkitab harus menjadi landasan pendidikan Kristen yang holistis. Artikel ini menggunakan riset literatur dengan meneliti konsep Alkitab tentang penebusan Kristus dan implementasinya dalam praktek pendidikan Kristen. Riset ini dilaksanakan pada tahun 2018 hingga 2019, dan menyimpulkan bahwa karya penebusan Kristus memiliki implikasi yang sangat kokoh dalam praktek pendidikan Kristen yang alkitabiah dalam mewujudkan kasih Allah kepada manusia dan memulihkan ciptaan Allah kepada tujuan semula.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43285264","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The changing context of the age and the characteristics of today's generation demand that the role of the teacher be more creative and innovative. A way to answer this need is to cultivate a knowledge sharing behavior in the school environment. There are many factors that can support the establishment of this knowledge sharing behavior, including transformational leadership and self-efficacy. This study aims to determine the effect of transformational leadership and self-efficacy on the knowledge sharing behavior of teachers. The research subjects were 112 teachers who teach in two locations of XYZ Private High School in West Jakarta which have the potential to develop knowledge sharing behavior. The design used in this study was correlational, using surveys to collect the data and then analyze using the PLS-SEM method. The results of this study showed that transformational leadership and self-efficacy affected knowledge sharing behavior positively.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Perubahan konteks zaman dan karakteristik generasi zaman sekarang menuntut peran guru yang semakin kreatif dan inovatif. Salah satu upaya untuk menjawab hal ini adalah dengan membudayakan perilaku knowledge sharing behavior di lingkungan sekolah. Ada banyak faktor yang dapat mendukung terbangunnya perilaku knowledge sharing behavior ini, di antaranya transformational leadership dan self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh transformational leadership dan self-efficacy terhadap knowledge sharing behavior guru. Subjek penelitian adalah 112 guru yang mengajar di dua lokasi Sekolah Menengah Atas Swasta XYZ di Jakarta Barat yang memiliki potensi untuk membangun perilaku knowledge sharing behavior. Desain penelitian bersifat korelational, data diambil berdasarkan survey yang dianalisi dengan metode PLS-SEM. Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa transformational leadership dan self-efficacy mempengaruhi knowledge sharing behavior secara positif.
不断变化的时代背景和当今这代人的特点要求教师的角色更具创造性和创新性。解决这一需求的一个方法是在学校环境中培养知识共享行为。支持这种知识共享行为建立的因素有很多,包括变革型领导和自我效能感。本研究旨在探讨变革型领导和自我效能感对教师知识分享行为的影响。研究对象是雅加达西部XYZ私立高中两个校区的112名教师,他们有发展知识共享行为的潜力。本研究采用的设计是相关的,通过调查收集数据,然后使用PLS-SEM方法进行分析。本研究结果显示,变革型领导与自我效能感对知识分享行为有正向影响。摘要:秘鲁人的konteks zaman dan karakteristik generasi zaman sekarang menuntut表示秘鲁人的宗师yang似乎是在创造和创新。Salah satu upaya untuk menjawab hal ini adalah dengan membudayakan peraku知识共享行为在lingkungan sekolah。[j][杨建平,杨建平。知识分享行为与自我效能的关系。]Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh变革型领导和自我效能感terhadap知识共享行为大师。subject penelitian adalah 112 guru yang mengajar di dua lokasi Sekolah Menengah Atas Swasta XYZ di Jakarta Barat yang memiliki potenuntuk member in peraku knowledge sharing behavior。研究结果表明,该方法具有较好的应用价值。变革型领导与自我效能感对知识共享行为的正向影响。
{"title":"KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR GURU DITINJAU DARI TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP DAN SELF-EFFICACY [TEACHERS’ KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR FROM TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP AND SELF-EFFICACY’S PERSPECTIVE]","authors":"Judha Semal Irianto, Niko Sudibjo","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1720","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1720","url":null,"abstract":"The changing context of the age and the characteristics of today's generation demand that the role of the teacher be more creative and innovative. A way to answer this need is to cultivate a knowledge sharing behavior in the school environment. There are many factors that can support the establishment of this knowledge sharing behavior, including transformational leadership and self-efficacy. This study aims to determine the effect of transformational leadership and self-efficacy on the knowledge sharing behavior of teachers. The research subjects were 112 teachers who teach in two locations of XYZ Private High School in West Jakarta which have the potential to develop knowledge sharing behavior. The design used in this study was correlational, using surveys to collect the data and then analyze using the PLS-SEM method. The results of this study showed that transformational leadership and self-efficacy affected knowledge sharing behavior positively.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Perubahan konteks zaman dan karakteristik generasi zaman sekarang menuntut peran guru yang semakin kreatif dan inovatif. Salah satu upaya untuk menjawab hal ini adalah dengan membudayakan perilaku knowledge sharing behavior di lingkungan sekolah. Ada banyak faktor yang dapat mendukung terbangunnya perilaku knowledge sharing behavior ini, di antaranya transformational leadership dan self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh transformational leadership dan self-efficacy terhadap knowledge sharing behavior guru. Subjek penelitian adalah 112 guru yang mengajar di dua lokasi Sekolah Menengah Atas Swasta XYZ di Jakarta Barat yang memiliki potensi untuk membangun perilaku knowledge sharing behavior. Desain penelitian bersifat korelational, data diambil berdasarkan survey yang dianalisi dengan metode PLS-SEM. Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa transformational leadership dan self-efficacy mempengaruhi knowledge sharing behavior secara positif.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43569366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
It has been generally accepted that language learning, to some extent, affects identity construction and such a complex relationship has generated a considerable amount of research papers and literature. Few studies, however, have looked into and discussed how teaching media (e.g., language textbooks) contributes to learners’ identity construction particularly in the context of Indonesia. This study attempts to address this gap by analyzing an EFL textbook and then, grafting on several theoretical frameworks, discussing its contribution to the formation of learners’ identity. Its pedagogical implications are also discussed.
{"title":"THE EFFECTS OF AN EFL TEXTBOOK ON LEARNERS’ IDENTITY CONSTRUCTION","authors":"N. Priyanti","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1661","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1661","url":null,"abstract":"It has been generally accepted that language learning, to some extent, affects identity construction and such a complex relationship has generated a considerable amount of research papers and literature. Few studies, however, have looked into and discussed how teaching media (e.g., language textbooks) contributes to learners’ identity construction particularly in the context of Indonesia. This study attempts to address this gap by analyzing an EFL textbook and then, grafting on several theoretical frameworks, discussing its contribution to the formation of learners’ identity. Its pedagogical implications are also discussed.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46200033","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Martoyo, E. Jobiliong, Wiryanto Dewobroto, U. Sembiring, S. Sutanto, Rudy Hartono
Some would claim that science and technology contradict the life of faith, or that the one is more important or higher than the other. Such dualism/dichotomy may result from the pressure of atheism or the friction between various convictions in which scientists work. This writing suggests a healthier attitude towards science and technology for people of faith, where science, technology, and faith are approached without the crippling sacred/secular dichotomy. The concept of cultural mandate (Kuyper) provides a model for cultivating intellectuality, passion and humility as a divine mandate in faithful stewardship towards nature. A well-rounded scientist or engineer must be also aware of the ethical challenges in his or her field.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Ada yang mengklaim bahwa sains dan teknologi berkontradiksi dengan kehidupan iman, atau bahwa yang satu lebih penting atau lebih tinggi dari yang lain. Dualisme/dikotomi demikian dapat muncul dari tekanan paham ateisme atau gesekan dari berbagai keyakinan tempat ilmuwan beraktivitas. Tulisan ini mengusulkan suatu sikap yang lebih sehat terhadap sains dan teknologi untuk orang percaya, di mana sains, teknologi dan iman didekati tanpa dikotomi sakral/sekuler yang melumpuhkan. Konsep mandat budaya (Kuyper) menyediakan model untuk mengusahakan intelektualitas, gairah & kerendahan hati sebagai mandat ilahi dalam penatalayanan yang setia kepada alam. Seorang ilmuwan atau insinyur yang lengkap juga harus peka pada berbagai tantangan etika dalam bidangnya.
{"title":"INTELEKTUALITAS, GAIRAH & KERENDAHAN HATI: SIKAP TERHADAP SAINS DAN TEKNOLOGI [INTELLECTUALITY, PASSION & HUMILITY: ATTITUDES TOWARDS SCIENCE AND TECHNOLOGY]","authors":"I. Martoyo, E. Jobiliong, Wiryanto Dewobroto, U. Sembiring, S. Sutanto, Rudy Hartono","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1085","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1085","url":null,"abstract":"Some would claim that science and technology contradict the life of faith, or that the one is more important or higher than the other. Such dualism/dichotomy may result from the pressure of atheism or the friction between various convictions in which scientists work. This writing suggests a healthier attitude towards science and technology for people of faith, where science, technology, and faith are approached without the crippling sacred/secular dichotomy. The concept of cultural mandate (Kuyper) provides a model for cultivating intellectuality, passion and humility as a divine mandate in faithful stewardship towards nature. A well-rounded scientist or engineer must be also aware of the ethical challenges in his or her field.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Ada yang mengklaim bahwa sains dan teknologi berkontradiksi dengan kehidupan iman, atau bahwa yang satu lebih penting atau lebih tinggi dari yang lain. Dualisme/dikotomi demikian dapat muncul dari tekanan paham ateisme atau gesekan dari berbagai keyakinan tempat ilmuwan beraktivitas. Tulisan ini mengusulkan suatu sikap yang lebih sehat terhadap sains dan teknologi untuk orang percaya, di mana sains, teknologi dan iman didekati tanpa dikotomi sakral/sekuler yang melumpuhkan. Konsep mandat budaya (Kuyper) menyediakan model untuk mengusahakan intelektualitas, gairah & kerendahan hati sebagai mandat ilahi dalam penatalayanan yang setia kepada alam. Seorang ilmuwan atau insinyur yang lengkap juga harus peka pada berbagai tantangan etika dalam bidangnya.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49594840","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Vygotsky is the father of the Zone of Proximal Development (ZPD) theory who claims that a leaner can do what he can almost do alone with the presence of assistance. This literature study aims at investigating what factors need to be present for developing someone’s potential. From the literature study, it was found that there are six factors that need to be present, including assistance, mediation, cooperation, imitation, target and crises. With the presence of assistance from the more capable other and keeping attention to the six important factors, a learner will be able to do what he/she can almost do alone.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Vygotsky adalah penemu konsep Zona Perkembangan Proksimal yang menyatakan bahwa seseorang yang belajar akan mampu melakukan apa yang hampir dapat dilakukannya secara mandiri dengan tersedianya bantuan. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk meneliti unsur apa saja yang penting untuk membantu perkembangan potensi seorang pelajar. Dari studi kepustakaan ditemukan bahwa ada enam unsur yang penting yakni bantuan, mediasi, kerjasama, kemampuan untuk meniru, sasaran dan masa sulit atau keluar dari zona nyaman. Dengan adanya bantuan dari orang yang lebih mampu dan kehadiran dari enam unsur tersebut, seorang pelajar akan mampu melakukan apa yang hampir dapat dilakukannya sendiri.
{"title":"UNDERSTANDING VYGOTSKY’S ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT FOR LEARNING","authors":"Rentauli Mariah Silalahi","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1544","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1544","url":null,"abstract":"Vygotsky is the father of the Zone of Proximal Development (ZPD) theory who claims that a leaner can do what he can almost do alone with the presence of assistance. This literature study aims at investigating what factors need to be present for developing someone’s potential. From the literature study, it was found that there are six factors that need to be present, including assistance, mediation, cooperation, imitation, target and crises. With the presence of assistance from the more capable other and keeping attention to the six important factors, a learner will be able to do what he/she can almost do alone.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Vygotsky adalah penemu konsep Zona Perkembangan Proksimal yang menyatakan bahwa seseorang yang belajar akan mampu melakukan apa yang hampir dapat dilakukannya secara mandiri dengan tersedianya bantuan. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk meneliti unsur apa saja yang penting untuk membantu perkembangan potensi seorang pelajar. Dari studi kepustakaan ditemukan bahwa ada enam unsur yang penting yakni bantuan, mediasi, kerjasama, kemampuan untuk meniru, sasaran dan masa sulit atau keluar dari zona nyaman. Dengan adanya bantuan dari orang yang lebih mampu dan kehadiran dari enam unsur tersebut, seorang pelajar akan mampu melakukan apa yang hampir dapat dilakukannya sendiri.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49364804","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The Field Experience Program (PPL) is a holistic learning activity related to developing the competency of prospective Christian teachers based on the profile of a graduate of the mathematics education program at Universitas Pelita Harapan. The First Field Experience Program 1 (PPL 1) is the student's initial experience in school, namely the introduction and adaptation of prospective teachers with classes and the role of the teacher in the classroom. The purpose of this study was to explore the benefits of student teachers after the First Field Experince Program to students’ behaviour management through observation and reflection techniques. This study used qualitative descriptive methods, where data is collected through documentation (portfolios), open questionnaires and student reflections. There were 30 UPH mathematics education students as participants who spread across several Christian schools around the greater Jakarta area. The results of this study show that PPL 1 activities bring great benefits in forming the concept of correct behavior management where student teachers can view students as individuals who need to be guided in the right direction with love and realizing God loves them so much, students teacher know and recognize forms negative behavior of students in the classroom, and students teacher learn how to handle student behavior wisely. Student teachers also have clear commitments when they become teachers later.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Program Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan pembelajaran holistis yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi seorang calon guru Kristen sesuai dengan profil lulusan pendidikan matematika, UPH. Program Pengalaman Lapangan 1 (PPL 1) merupakan tahap awal pengalaman mahasiswa di sekolah, yaitu tahap pengenalan dan penyesuaian Mahasiswa guru dengan ruang kelas dan peranan guru dalam kelas. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar manfaat yang didapatkan mahasiswa guru setelah kegiatan PPL 1 mengenai konsep manajemen perilaku siswa dalam kelas melalui teknik observasi dan refleksi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana data dikumpulkan melalui dokumentasi (portfolio), angket terbuka dan refleksi mahasiswa. Partisipan terdiri dari 30 mahasiswa pendidikan matematika-UPH yang tersebar di beberapa sekolah Kristen di sekitar Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan PPL 1 ini membawa manfaat yang besar dalam pembentukan konsep manajemen perilaku yang benar dimana mahasiswa dapat memandang siswa sebagai pribadi perlu dituntun ke arah yang benar dengan penuh kasih serta Tuhan sangat mengasihi mereka, mahasiswa mengetahui dan mengenal bentuk-bentuk perilaku negatif siswa di dalam kelas, serta mahasiswa belajar cara menangani perilaku siswa dengan bijaksana. Mahasiswa guru juga memiliki komitmen yang jelas ketika mereka menjadi guru nantinya.
实地体验计划(PPL)是一项全面的学习活动,基于希望之光大学数学教育计划毕业生的个人资料,与发展未来基督教教师的能力有关。第一次实地体验计划1 (PPL 1)是学生在学校的最初体验,即未来教师与课堂的介绍和适应以及教师在课堂上的角色。本研究旨在透过观察与反思的方法,探讨实习教师在第一次实地体验计划后对学生行为管理的益处。本研究采用定性描述方法,通过文件(作品集)、开放式问卷调查和学生反思收集数据。有30名UPH数学教育学生作为参与者,他们分布在大雅加达地区的几所基督教学校。本研究结果显示,PPL 1活动对学生行为管理观念的形成有很大的好处,学生教师可以将学生视为需要爱心引导的个体,并认识到上帝是如此的爱他们,学生教师知道并认识到学生在课堂上的不良行为,学生教师学习如何明智地处理学生的行为。实习教师在以后成为教师时也有明确的承诺。摘要:程序Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan penbelajaran holistis yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi seorang calon大师Kristen sesuai dengan profilusan pendidikan matematika, UPH。节目:马来拉班甘1号(PPL 1)马来拉班甘1号,马来拉甘1号,马来拉甘1号,马来拉甘1号,马来拉甘1号,马来拉甘1号,马来拉甘1号,马来拉甘1号,马来拉甘1号,马来拉甘1号。【翻译】:Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melitah besar manfaat yang didapatkan mahasiswa guru setelah kegiatan PPL 1 mengenai konsep管理,peraku siswa dalam kelas melaluk技术观测和反射。Penelitian ini menggunakan方法描述定性,dimana数据dikumpulkan melalui文档(组合),angket terbuka和refleksi mahasiswa。Partisipan terdiri dari 30 mahasiswa pendidikan matmatatika - uph yang tersebar di beberapa sekolah Kristen di sekitar Jabodetabek。1 .中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:Mahasiswa guru juga memiliki komitmen yang jelas ketika mereka menjadi guru nantinya。
{"title":"PEMBENTUKAN KONSEP MANAJEMEN PERILAKU SISWA DALAM PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN PERTAMA MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA [SHAPING THE CONCEPT OF STUDENTS’ BEHAVIOR MANAGEMENT IN THE FIRST FIELD EXPERIENCE PROGRAM FOR MATHEMATICS EDUCATION STUDENTS]","authors":"Melda Jaya Saragih","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1716","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1716","url":null,"abstract":"The Field Experience Program (PPL) is a holistic learning activity related to developing the competency of prospective Christian teachers based on the profile of a graduate of the mathematics education program at Universitas Pelita Harapan. The First Field Experience Program 1 (PPL 1) is the student's initial experience in school, namely the introduction and adaptation of prospective teachers with classes and the role of the teacher in the classroom. The purpose of this study was to explore the benefits of student teachers after the First Field Experince Program to students’ behaviour management through observation and reflection techniques. This study used qualitative descriptive methods, where data is collected through documentation (portfolios), open questionnaires and student reflections. There were 30 UPH mathematics education students as participants who spread across several Christian schools around the greater Jakarta area. The results of this study show that PPL 1 activities bring great benefits in forming the concept of correct behavior management where student teachers can view students as individuals who need to be guided in the right direction with love and realizing God loves them so much, students teacher know and recognize forms negative behavior of students in the classroom, and students teacher learn how to handle student behavior wisely. Student teachers also have clear commitments when they become teachers later.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Program Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan pembelajaran holistis yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi seorang calon guru Kristen sesuai dengan profil lulusan pendidikan matematika, UPH. Program Pengalaman Lapangan 1 (PPL 1) merupakan tahap awal pengalaman mahasiswa di sekolah, yaitu tahap pengenalan dan penyesuaian Mahasiswa guru dengan ruang kelas dan peranan guru dalam kelas. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar manfaat yang didapatkan mahasiswa guru setelah kegiatan PPL 1 mengenai konsep manajemen perilaku siswa dalam kelas melalui teknik observasi dan refleksi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana data dikumpulkan melalui dokumentasi (portfolio), angket terbuka dan refleksi mahasiswa. Partisipan terdiri dari 30 mahasiswa pendidikan matematika-UPH yang tersebar di beberapa sekolah Kristen di sekitar Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan PPL 1 ini membawa manfaat yang besar dalam pembentukan konsep manajemen perilaku yang benar dimana mahasiswa dapat memandang siswa sebagai pribadi perlu dituntun ke arah yang benar dengan penuh kasih serta Tuhan sangat mengasihi mereka, mahasiswa mengetahui dan mengenal bentuk-bentuk perilaku negatif siswa di dalam kelas, serta mahasiswa belajar cara menangani perilaku siswa dengan bijaksana. Mahasiswa guru juga memiliki komitmen yang jelas ketika mereka menjadi guru nantinya.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44068479","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A study program at a private higher education institution, namely CT, a transformational holistic education organization, implements an academic and non-academic guidance program through small groups called CARE Groups (CG). However, regardless of there being a CG program, there are still many cases of CT students breaking rules. These range from general cases to more severe ones that result in warning letters. The discrepancy found in the range of cases is the topic of this study, which focuses on the perspective of the CG leadership. The qualitative method of case study was utilized so that the data may be accurate and in-depth for analysis, in order for there to be further discussion. The three main findings that answered the problem formulated in this study were the description of strategies and CT efforts in equipping CG Leader (CGL), an explanation of the reasons for the emergence of cases among students, and the formulation of an ideal profile for a CGL.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Sebuah program studi di suatu perguruan tinggi swasta, sebut saja CT, suatu lembaga pendidikan holistis yang transformasional menerapkan suatu program bimbingan akademik dan non-akademik berbentuk kelompok kecil bernama CARE Group (CG). Namun, terlepas dari adanya instrumen CG, kasus pelanggaran peraturan di kalangan mahasiswa CT kerap kali muncul, mulai dari kasus umum sampai kasus berat yang memiliki konsekuensi Surat Peringatan (SP). Kesenjangan tersebut menjadi topik pembahasan dalam studi ini, berfokus pada segi pandangan kepemimpinan CG. Metode penelitian kualitatif studi kasus digunakan agar mendapatkan data yang akurat dan mendalam untuk dianalisis dan dibahas lebih lanjut. Diperoleh tiga temuan utama yang menjawab rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu deskripsi strategi dan upaya CT dalam memperlengkapi CG Leader (CGL), penjelasan akan alasan masih munculnya kasus di kalangan mahasiswa, dan rumusan sebuah profil ideal bagi seorang CGL.
{"title":"MODEL KEPEMIMPINAN CARE GROUP DALAM PENDIDIKAN HOLISTIS [A LEADERSHIP MODEL OF CARE GROUPS IN HOLISTIC EDUCATION]","authors":"Nico Tanles Tjhin, Dylmoon Hidayat","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1078","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1078","url":null,"abstract":"A study program at a private higher education institution, namely CT, a transformational holistic education organization, implements an academic and non-academic guidance program through small groups called CARE Groups (CG). However, regardless of there being a CG program, there are still many cases of CT students breaking rules. These range from general cases to more severe ones that result in warning letters. The discrepancy found in the range of cases is the topic of this study, which focuses on the perspective of the CG leadership. The qualitative method of case study was utilized so that the data may be accurate and in-depth for analysis, in order for there to be further discussion. The three main findings that answered the problem formulated in this study were the description of strategies and CT efforts in equipping CG Leader (CGL), an explanation of the reasons for the emergence of cases among students, and the formulation of an ideal profile for a CGL.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Sebuah program studi di suatu perguruan tinggi swasta, sebut saja CT, suatu lembaga pendidikan holistis yang transformasional menerapkan suatu program bimbingan akademik dan non-akademik berbentuk kelompok kecil bernama CARE Group (CG). Namun, terlepas dari adanya instrumen CG, kasus pelanggaran peraturan di kalangan mahasiswa CT kerap kali muncul, mulai dari kasus umum sampai kasus berat yang memiliki konsekuensi Surat Peringatan (SP). Kesenjangan tersebut menjadi topik pembahasan dalam studi ini, berfokus pada segi pandangan kepemimpinan CG. Metode penelitian kualitatif studi kasus digunakan agar mendapatkan data yang akurat dan mendalam untuk dianalisis dan dibahas lebih lanjut. Diperoleh tiga temuan utama yang menjawab rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu deskripsi strategi dan upaya CT dalam memperlengkapi CG Leader (CGL), penjelasan akan alasan masih munculnya kasus di kalangan mahasiswa, dan rumusan sebuah profil ideal bagi seorang CGL.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45939528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The purpose of this study was to identify teachers’ perceptions of an English academic writing teaching material model based on brain-friendly strategies. The research method used was qualitative. The process of collecting data was interviews and questionnaires. The research findings indicated that the material model of English academic writing was effective and matched teachers' perceptions that it fulfilled the learning needs. This could be seen in the percentage of teachers’ questionnaires. They thought that the teaching material was appropriate for the students’ needs context and the global challenges of their program of study.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi dosen terhadap model materi ajar menulis akademik bahasa Inggris berbasis brain-friendly strategies. Metode penelitian menggunakan kualitatif. Proses pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Hasil kajian menunjukkan bahwa model materi ajar menulis akademik bahasa Inggris berbasis brain-friendly strategies efektif. Efektifitas tersebut terlihat pada presentase yang cukup baik dari dosen. Menurut para dosen materi ajar yang telah dirancang sesuai dengan konteks pembelajaran menulis akademik bahasa Inggris dikelas dan tantangan global saat ini. Dengan demikian, model materi ajar bisa diterapkan pada program studi Manufaktur.
{"title":"PERSEPSI DOSEN TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI AJAR MENULIS AKADEMIK BAHASA INGGRIS BERBASIS BRAIN-FRIENDLY STRATEGIES [TEACHERS' PERCEPTIONS OF AN ENGLISH ACADEMIC WRITING MATERIAL MODEL BASED ON BRAIN-FRIENDLY STRATEGIES]","authors":"Euis Meinawati","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1682","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1682","url":null,"abstract":"The purpose of this study was to identify teachers’ perceptions of an English academic writing teaching material model based on brain-friendly strategies. The research method used was qualitative. The process of collecting data was interviews and questionnaires. The research findings indicated that the material model of English academic writing was effective and matched teachers' perceptions that it fulfilled the learning needs. This could be seen in the percentage of teachers’ questionnaires. They thought that the teaching material was appropriate for the students’ needs context and the global challenges of their program of study.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi dosen terhadap model materi ajar menulis akademik bahasa Inggris berbasis brain-friendly strategies. Metode penelitian menggunakan kualitatif. Proses pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Hasil kajian menunjukkan bahwa model materi ajar menulis akademik bahasa Inggris berbasis brain-friendly strategies efektif. Efektifitas tersebut terlihat pada presentase yang cukup baik dari dosen. Menurut para dosen materi ajar yang telah dirancang sesuai dengan konteks pembelajaran menulis akademik bahasa Inggris dikelas dan tantangan global saat ini. Dengan demikian, model materi ajar bisa diterapkan pada program studi Manufaktur.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47652357","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Schools are an important key for a nation because schools play a role in preparing the nation's next generation. Schools are organizations that require good knowledge management. The knowledge that schools have is the work of their members, the teachers. The knowledge possessed by teachers varies. For this reason, schools must create a system so that knowledge can be shared and learned by all the teachers in the school. One way that can be done is by implementing a professional development program. Through this program, there will be a process of knowledge transfer according to the SECI model. This program is effective in increasing the knowledge of teachers and thus their intellectual capital. If the intellectual capital of the teachers increases, their competence in teaching will also develop and they can create a better generation for the nation.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Sekolah adalah kunci penting suatu bangsa, karena sekolah berperan dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa. Sekolah merupakan sebuah organisasi yang memerlukan pengelolaan pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang dimiliki sekolah adalah hasil kreasi para anggotanya, yaitu para guru. Pengetahuan yang dimiliki oleh para guru, tidaklah sama antara satu dan yang lainnya. Untuk itu, sekolah harus menciptakan suatu sistem agar pengetahun tersebut dapat dibagikan dan dipelajari oleh semua guru di dalamnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengadakan program pengembangan professional. Melalui program ini, maka akan terjadi proses perpindahan pengetahuan menurut model SECI. Program ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan para guru yang merupakan modal intelektual mereka. Jika modal intelektual para guru bertambah, maka kompetensi mereka juga akan berkembang terutama dalam pengajaran. Hal ini diharapkan dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang berkompetensi tinggi di kemudian hari.
{"title":"PENERAPAN MODEL SECI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESIONAL UNTUK MENINGKATKAN MODAL INTELEKTUAL GURU [IMPLEMENTATION OF SECI MODELS IN PROFESSIONAL DEVELOPMENT PROGRAMS TO IMPROVE TEACHERS' INTELLECTUAL CAPITAL]","authors":"Susandi Wu","doi":"10.19166/PJI.V15I2.1652","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I2.1652","url":null,"abstract":"Schools are an important key for a nation because schools play a role in preparing the nation's next generation. Schools are organizations that require good knowledge management. The knowledge that schools have is the work of their members, the teachers. The knowledge possessed by teachers varies. For this reason, schools must create a system so that knowledge can be shared and learned by all the teachers in the school. One way that can be done is by implementing a professional development program. Through this program, there will be a process of knowledge transfer according to the SECI model. This program is effective in increasing the knowledge of teachers and thus their intellectual capital. If the intellectual capital of the teachers increases, their competence in teaching will also develop and they can create a better generation for the nation.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Sekolah adalah kunci penting suatu bangsa, karena sekolah berperan dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa. Sekolah merupakan sebuah organisasi yang memerlukan pengelolaan pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang dimiliki sekolah adalah hasil kreasi para anggotanya, yaitu para guru. Pengetahuan yang dimiliki oleh para guru, tidaklah sama antara satu dan yang lainnya. Untuk itu, sekolah harus menciptakan suatu sistem agar pengetahun tersebut dapat dibagikan dan dipelajari oleh semua guru di dalamnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengadakan program pengembangan professional. Melalui program ini, maka akan terjadi proses perpindahan pengetahuan menurut model SECI. Program ini efektif untuk meningkatkan pengetahuan para guru yang merupakan modal intelektual mereka. Jika modal intelektual para guru bertambah, maka kompetensi mereka juga akan berkembang terutama dalam pengajaran. Hal ini diharapkan dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang berkompetensi tinggi di kemudian hari.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41495361","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The problem of discipline is an issue that is considered common in the classroom setting. The researcher found that the lack of discipline in some students in a grade 3 elementary school in Kupang made the atmosphere in the classroom uncomfortable and not conducive to learning. The researcher's aim was to integrate democratic-based rewards and consequences into the discipline process. Classroom Action Research was used with 4 students as the subjects. The study implemented in three cycles from October 16, 2017, to November 1, 2017. The instruments that were used in continuing to the next cycle were students' activities and observation; other instruments were observation of the method's implementation, mentor's interview, and students' questionnaires. The result of the research showed improved changes to student discipline from cycle one to cycle three.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Masalah disiplin di dalam kelas adalah suatu kebiasaan yang sudah dianggap umum terjadi di dalam kelas. Pada saat mengajar peneliti menemukan masalah kurangnya disiplin pada beberapa siswa di kelas 3 sekolah dasar Kupang yang menjadikan kelas tidak nyaman dan tidak kondusif untuk dilaksanakan pembelajaran. Peneliti bertujuan untuk memadukan antara demokrasi, imbalan dan konsekuensi dalam proses pendisiplinan. Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas dengan 4 orang siswa sebagai subyek. Penelitian ini dilaksanakan sampai tiga siklus dari tanggal 16 Oktober 2017 sampai dengan 1 November 2017. Instrumen yang digunakan untuk melanjutkan siklus adalah lembar observasi aktivitas siswa dan instrumen lainnya adalah lembar observasi penerapan metode, wawancara mentor dan angket siswa. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya perubahan kedisiplinan yang lebih baik pada siswa dari siklus satu hingga siklus ke tiga.
{"title":"PENERAPAN IMBALAN DAN KONSEKUENSI BERBASIS DEMOKRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3 SEKOLAH DASAR KUPANG [THE IMPLEMENTATION OF DEMOCRATIC-BASED REWARDS AND CONSEQUENCES TO IMPROVE DISCIPLINE OF GRADE 3 ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN KUPANG]","authors":"Ester Margareth Wagiu, Dylmoon Hidayat","doi":"10.19166/PJI.V15I1.933","DOIUrl":"https://doi.org/10.19166/PJI.V15I1.933","url":null,"abstract":"The problem of discipline is an issue that is considered common in the classroom setting. The researcher found that the lack of discipline in some students in a grade 3 elementary school in Kupang made the atmosphere in the classroom uncomfortable and not conducive to learning. The researcher's aim was to integrate democratic-based rewards and consequences into the discipline process. Classroom Action Research was used with 4 students as the subjects. The study implemented in three cycles from October 16, 2017, to November 1, 2017. The instruments that were used in continuing to the next cycle were students' activities and observation; other instruments were observation of the method's implementation, mentor's interview, and students' questionnaires. The result of the research showed improved changes to student discipline from cycle one to cycle three.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Masalah disiplin di dalam kelas adalah suatu kebiasaan yang sudah dianggap umum terjadi di dalam kelas. Pada saat mengajar peneliti menemukan masalah kurangnya disiplin pada beberapa siswa di kelas 3 sekolah dasar Kupang yang menjadikan kelas tidak nyaman dan tidak kondusif untuk dilaksanakan pembelajaran. Peneliti bertujuan untuk memadukan antara demokrasi, imbalan dan konsekuensi dalam proses pendisiplinan. Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas dengan 4 orang siswa sebagai subyek. Penelitian ini dilaksanakan sampai tiga siklus dari tanggal 16 Oktober 2017 sampai dengan 1 November 2017. Instrumen yang digunakan untuk melanjutkan siklus adalah lembar observasi aktivitas siswa dan instrumen lainnya adalah lembar observasi penerapan metode, wawancara mentor dan angket siswa. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya perubahan kedisiplinan yang lebih baik pada siswa dari siklus satu hingga siklus ke tiga.","PeriodicalId":31941,"journal":{"name":"Polyglot Jurnal Ilmiah","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44514857","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}