Loyalitas konsumen adalah perilaku yang akan membeli produk atau menggunakan jasa secara berulang-ulang pada perusahaan yang sama, sedangkan loyalitas pasien dikaitkan dengan perilaku pasien untuk menggunakan kembali jasa yang diberikan oleh pelayanan kesehatan salah satunya di rumah sakit. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas pasien. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pasien rawat inap di rumah sakit. Metode yang digunakan adalah scoping review. Pengumpulan data didapatkan melalui dua sumber data base yaitu DOAJ dan google scholar (dibatasi pada 3 halaman pertama). Adapun kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel yaitu: "Faktor" AND "loyalitas" AND "pasien” AND “rawat inap” AND “rumah sakit”. Artikel yang ditemukan sebanyak 23 artikel namun hanya 11 artikel yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi loyalitas pasien rawat inap di rumah sakit adalah faktor kepuasan pasien dan faktor kualitas layanan pasien. Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi loyalitas pasien rawat inap di rumah sakit seperti faktor perilaku caring perawat, kepercayaan, kenyamanan, kemudahan, dan lain-lain. Kesimpulannya, pihak rumah sakit perlu memperhatikan bagaimana tingkat kepuasan pasien dan kualitas pelayanan yang diberikan karena banyak hasil penelitian yang berhasil menunjukkan pengaruh faktor kepuasan pasien dan faktor kualitas layanan pasien terhadap tingkat loyalitas pasien
{"title":"Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit: Scoping Review","authors":"Dita Aulia Rahma, Diansanto Prayoga","doi":"10.33860/jik.v16i3.967","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.967","url":null,"abstract":"Loyalitas konsumen adalah perilaku yang akan membeli produk atau menggunakan jasa secara berulang-ulang pada perusahaan yang sama, sedangkan loyalitas pasien dikaitkan dengan perilaku pasien untuk menggunakan kembali jasa yang diberikan oleh pelayanan kesehatan salah satunya di rumah sakit. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas pasien. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pasien rawat inap di rumah sakit. Metode yang digunakan adalah scoping review. Pengumpulan data didapatkan melalui dua sumber data base yaitu DOAJ dan google scholar (dibatasi pada 3 halaman pertama). Adapun kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel yaitu: \"Faktor\" AND \"loyalitas\" AND \"pasien” AND “rawat inap” AND “rumah sakit”. Artikel yang ditemukan sebanyak 23 artikel namun hanya 11 artikel yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi loyalitas pasien rawat inap di rumah sakit adalah faktor kepuasan pasien dan faktor kualitas layanan pasien. Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi loyalitas pasien rawat inap di rumah sakit seperti faktor perilaku caring perawat, kepercayaan, kenyamanan, kemudahan, dan lain-lain. Kesimpulannya, pihak rumah sakit perlu memperhatikan bagaimana tingkat kepuasan pasien dan kualitas pelayanan yang diberikan karena banyak hasil penelitian yang berhasil menunjukkan pengaruh faktor kepuasan pasien dan faktor kualitas layanan pasien terhadap tingkat loyalitas pasien","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"214 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115276676","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Permintaan madu yang meningkat yang tidak diimbangi dengan produksi madu yang memadai, meningkatkan risiko pemalsuan madu. Keaslian dan kualitas madu dapat ditentukan menggunakan metode konvensional (uji larut, uji keruh, uji buih, uji pemanasan) dan kimia. Uji kimia enzim diastase dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian kemurnian dan kualitas madu karena enzim tersebut diproduksi langsung oleh lebah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan uji enzim diastase dalam mendeteksi madu palsu dan kualitas madu di Kota Palu. Metode yang digunakan adalah uji enzim diastase sesuai SNI 8664: 2018 menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Sampel berupa 9 sampel registrasi MD, 3 registrasi ML, 9 registrasi PIRT dan 1 madu palsu. Pengujian dan pengambilan data dilakukan di Balai POM Palu. Berdasarkan hasil pengujian, keaslian dan kualitas madu tidak dapat ditentukan hanya dengan metode konvensional karena pengamatannya tidak terukur secara pasti. Pada uji kimia enzim diastase didapatkan 17 sampel dari 22 sampel mempunyai kualitas baik karena memenuhi syarat SNI. Nilai Diastase Number (DN) yang diperoleh dari 0.64 sampai 23.11 sedangkan madu palsu nilai DN = 0 (tidak terdeteksi). Tidak terdeteksinya enzim diastase dalam contoh madu dapat diindikasikan sebagai madu palsu karena dalam contoh madu tersebut hanya mengandung gula dan tidak mengandung enzim diastase
{"title":"Deteksi Madu Palsu Dan Kualitas Madu Dengan Enzim Diastase","authors":"Dewi Susetiyany Ichsan, Talitha Syifa Hafidzah, Septihany Berliana Putri, Shizen Valere Aurene, Isnawati Nurdin","doi":"10.33860/jik.v16i3.1685","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1685","url":null,"abstract":"Permintaan madu yang meningkat yang tidak diimbangi dengan produksi madu yang memadai, meningkatkan risiko pemalsuan madu. Keaslian dan kualitas madu dapat ditentukan menggunakan metode konvensional (uji larut, uji keruh, uji buih, uji pemanasan) dan kimia. Uji kimia enzim diastase dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian kemurnian dan kualitas madu karena enzim tersebut diproduksi langsung oleh lebah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan uji enzim diastase dalam mendeteksi madu palsu dan kualitas madu di Kota Palu. Metode yang digunakan adalah uji enzim diastase sesuai SNI 8664: 2018 menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Sampel berupa 9 sampel registrasi MD, 3 registrasi ML, 9 registrasi PIRT dan 1 madu palsu. Pengujian dan pengambilan data dilakukan di Balai POM Palu. Berdasarkan hasil pengujian, keaslian dan kualitas madu tidak dapat ditentukan hanya dengan metode konvensional karena pengamatannya tidak terukur secara pasti. Pada uji kimia enzim diastase didapatkan 17 sampel dari 22 sampel mempunyai kualitas baik karena memenuhi syarat SNI. Nilai Diastase Number (DN) yang diperoleh dari 0.64 sampai 23.11 sedangkan madu palsu nilai DN = 0 (tidak terdeteksi). Tidak terdeteksinya enzim diastase dalam contoh madu dapat diindikasikan sebagai madu palsu karena dalam contoh madu tersebut hanya mengandung gula dan tidak mengandung enzim diastase","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126679537","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisa Strategi Dalam Menjalankan Bisnis Apotek dan Strategi Meningkatkan Omzet Pada Pada Masa Pandemi Covid 19. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di Apotek Jejaring dan Apotek Konvensional yang seluruhnya tersebar di Kabupaten Tangerang yang melakukan transaksi di Apotek. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebanyak 255 yang diambil secara nonprobability sampling dengan pendekatan sampling incidental. Data yang dikumpulan yaitu data sosio-demografi meliputi jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan pada responden di apotek jejaring dan apotek konvensional. Kemudian data jenis strategi pemasaran yang digunakan di Apotek, data omzet apotek, data jumlah transaksi apotek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan strategi pemasaran yang diterapkan oleh kedua jenis Apotek yaitu terdapat 8 strategi pemasaran apotek yang sama-sama diterapkan yaitu kehadiran apotek, ketersediaan obat, fasilitas ruang tunggu yang memadai, fasilitas parkir, apotek melakukan promosi, harga jual yang terjangkau, apotek melakukan sosialisasi/penyuluhan, penjualan secara online dan adanya program discount. Data strategi pemasaran apotek jejaring dan apotek konvensional menggunakan strategi penyuluhan, pemberian diskon, penjualan online menunjukan hasil >50%. Data omset pada bulan Desember 2021 – April 2022 menunjukan pertumbuhan 16 % pada apotek konvensional dan pertumbuhan 34% pada apotek jejaring dimana mempunyai nilai positif sehingga bisa dikatakan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan sudah tepat
{"title":"Analisis Strategi Dalam Menjalankan Bisnis Apotek dan Meningkatkan Omzet Pada Masa Pandemi Covid 19","authors":"Mochammad Widya Pratama, Delina Hasan, Lies Putriana","doi":"10.33860/jik.v16i3.1391","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1391","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisa Strategi Dalam Menjalankan Bisnis Apotek dan Strategi Meningkatkan Omzet Pada Pada Masa Pandemi Covid 19. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di Apotek Jejaring dan Apotek Konvensional yang seluruhnya tersebar di Kabupaten Tangerang yang melakukan transaksi di Apotek. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebanyak 255 yang diambil secara nonprobability sampling dengan pendekatan sampling incidental. Data yang dikumpulan yaitu data sosio-demografi meliputi jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan pada responden di apotek jejaring dan apotek konvensional. Kemudian data jenis strategi pemasaran yang digunakan di Apotek, data omzet apotek, data jumlah transaksi apotek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan strategi pemasaran yang diterapkan oleh kedua jenis Apotek yaitu terdapat 8 strategi pemasaran apotek yang sama-sama diterapkan yaitu kehadiran apotek, ketersediaan obat, fasilitas ruang tunggu yang memadai, fasilitas parkir, apotek melakukan promosi, harga jual yang terjangkau, apotek melakukan sosialisasi/penyuluhan, penjualan secara online dan adanya program discount. Data strategi pemasaran apotek jejaring dan apotek konvensional menggunakan strategi penyuluhan, pemberian diskon, penjualan online menunjukan hasil >50%. Data omset pada bulan Desember 2021 – April 2022 menunjukan pertumbuhan 16 % pada apotek konvensional dan pertumbuhan 34% pada apotek jejaring dimana mempunyai nilai positif sehingga bisa dikatakan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan sudah tepat","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"918 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127781966","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Transfusi adalah proses pemindahan darah dari donatur kepada resipien, guna memperbaiki kondisi anemia dengan menggunakan darah yang berkualitas baik. Darah sebelum didonasikan akan disimpan pada refrigerator. Pada penyimpanan, darah akan mengalami berbagai perubahan komponen, termasuk jumlah trombosit, jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Penyimpanan PRC didalam blood bank dengan suhu standar 10C - 60C mengurangi lisis, pendinginan diharapkan memperlambat metabolisme, mengurangi metabolisme glukosa, meningkatkan kelangsungan hidup PRC. Penyimpanan RBC dengan pendinginan cepat di bawah 150C dapat mencegah hilangnya diphosphoglycerate (DPG) dari RBC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu 20C, 40C, dan 60C terhadap jumlah eritrosit pada darah tranfusi di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak. Desain penelitian berbentuk eksperimen semu. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 27 sampel, dilakukan dengan 3 perlakuan, 9 kali pengulangan dengan suhu 20C, 40C dan 60C. Perhitungan eritrosit menggunakan metode Automatic Cell Counter. Hasil uji statistic Kendall’s tau didapatkan nilai p (0,673) < α 0,05 berarti Ha ditolak. Sehingga, tidak ada pengaruh suhu penyimpanan suhu 20C, 40C dan 60C terhadap jumlah eritrosit pada darah donor sukarela di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak
{"title":"Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Jumlah Eritrosit Pada Transfusi Darah di Rumah Sakit Bank Darah RSUD Dr. Soedarso Pontianak","authors":"Sri Tumpuk, Laila Kamilla, Linda Triana","doi":"10.33860/jik.v16i3.1576","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1576","url":null,"abstract":"Transfusi adalah proses pemindahan darah dari donatur kepada resipien, guna memperbaiki kondisi anemia dengan menggunakan darah yang berkualitas baik. Darah sebelum didonasikan akan disimpan pada refrigerator. Pada penyimpanan, darah akan mengalami berbagai perubahan komponen, termasuk jumlah trombosit, jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Penyimpanan PRC didalam blood bank dengan suhu standar 10C - 60C mengurangi lisis, pendinginan diharapkan memperlambat metabolisme, mengurangi metabolisme glukosa, meningkatkan kelangsungan hidup PRC. Penyimpanan RBC dengan pendinginan cepat di bawah 150C dapat mencegah hilangnya diphosphoglycerate (DPG) dari RBC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu 20C, 40C, dan 60C terhadap jumlah eritrosit pada darah tranfusi di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak. Desain penelitian berbentuk eksperimen semu. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 27 sampel, dilakukan dengan 3 perlakuan, 9 kali pengulangan dengan suhu 20C, 40C dan 60C. Perhitungan eritrosit menggunakan metode Automatic Cell Counter. Hasil uji statistic Kendall’s tau didapatkan nilai p (0,673) < α 0,05 berarti Ha ditolak. Sehingga, tidak ada pengaruh suhu penyimpanan suhu 20C, 40C dan 60C terhadap jumlah eritrosit pada darah donor sukarela di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114958131","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik karbapenem sebelum dan setelah adanya kebijakan restriksi antibiotik. Penelitian ini merupakan penelitian obseravsional dengan desain pre-post. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dan prospektif pada pasien rawat inap yang mendapatkan antibiotik golongan karbapenem di Rumah Sakit X. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit X pada semua ruang perawatan, yaitu ruang perawatan umum, ICU (Intensive Care Unit), dan HCU (High Care Unit). Populasi penelitian adalah semua pasien rawat inap di rumah sakit. Sampel penelitian adalah total sampling dari pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengumpulan data secara prospektif dilakukan selama periode Januari – Maret 2018 dan data restrospektif pada periode Juni – Agustus 2017. Data diperoleh dari rekam medik pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik golongan karbapenem yang paling banyak digunakan adalah meropenem, angka penggunaan meropenem sebagai terapi antibiotik definitif menjadi meningkat setelah adanya penerapan restriksi. Kesimpulan penelitian yaitu terjadi peningkatan kerasionalan penggunaan antibiotika karbapenem yaitu antibiotik meropenem banyak digunakan sebagai terapi definitif dari 60% sebelum restriksi menjadi 100% setelah restriksi. Penggunaan secara empiris sebelum restriksi sebesar 9,67%, dan setelah restriksi sebesar 57,57%.
{"title":"Evaluasi Pengaruh Kebijakan Restriksi Antibiotik Terhadap Penggunaan Antibiotik Karbapenem","authors":"Anggi Isnaasar, Hesty Utami, Shirly Kumala","doi":"10.33860/jik.v16i3.1482","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1482","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik karbapenem sebelum dan setelah adanya kebijakan restriksi antibiotik. Penelitian ini merupakan penelitian obseravsional dengan desain pre-post. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dan prospektif pada pasien rawat inap yang mendapatkan antibiotik golongan karbapenem di Rumah Sakit X. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit X pada semua ruang perawatan, yaitu ruang perawatan umum, ICU (Intensive Care Unit), dan HCU (High Care Unit). Populasi penelitian adalah semua pasien rawat inap di rumah sakit. Sampel penelitian adalah total sampling dari pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengumpulan data secara prospektif dilakukan selama periode Januari – Maret 2018 dan data restrospektif pada periode Juni – Agustus 2017. Data diperoleh dari rekam medik pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik golongan karbapenem yang paling banyak digunakan adalah meropenem, angka penggunaan meropenem sebagai terapi antibiotik definitif menjadi meningkat setelah adanya penerapan restriksi. Kesimpulan penelitian yaitu terjadi peningkatan kerasionalan penggunaan antibiotika karbapenem yaitu antibiotik meropenem banyak digunakan sebagai terapi definitif dari 60% sebelum restriksi menjadi 100% setelah restriksi. Penggunaan secara empiris sebelum restriksi sebesar 9,67%, dan setelah restriksi sebesar 57,57%.","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127520111","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ernidayati Ernidayati, S. Irianto, Noviansyah Noviansyah, Endang Budiati, Aila Karyus
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Crossectional. Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Mei-Juli 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Balita berjumlah 1459 orang dengan jumlah sampel adalah 181 orang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa dari 181 responden dengan tidak mengalami stunting sebanyak 68,0%, responden dengan status gizi ibu saat hamil baik sebanyak 84,5%, responden dengan jumlah anggota rumah tangga ≥ 4 orang sebanyak 76,8%, responden dengan pemberian tidak ASI eksklusif sebanyak 64,1%, responden dengan riwayat penyakit infeksi tidak ada riwayat sebanyak 69,1%, dan responden dengan tahan pangan sebanyak 75,1%. Variable yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Lampung Selatan adalah status gizi saat ibu hamil (p = 0,000), riwayat penyakit infeksi (p = 0,000), ASI Eksklusif (p = 0,012), dan ketahanan pangan (p = 0,003). Variable dengan OR tertinggi adalah status gizi saat ibu hamil yaitu 12,509
{"title":"Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan","authors":"Ernidayati Ernidayati, S. Irianto, Noviansyah Noviansyah, Endang Budiati, Aila Karyus","doi":"10.33860/jik.v16i3.1385","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1385","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Crossectional. Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Mei-Juli 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Balita berjumlah 1459 orang dengan jumlah sampel adalah 181 orang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa dari 181 responden dengan tidak mengalami stunting sebanyak 68,0%, responden dengan status gizi ibu saat hamil baik sebanyak 84,5%, responden dengan jumlah anggota rumah tangga ≥ 4 orang sebanyak 76,8%, responden dengan pemberian tidak ASI eksklusif sebanyak 64,1%, responden dengan riwayat penyakit infeksi tidak ada riwayat sebanyak 69,1%, dan responden dengan tahan pangan sebanyak 75,1%. Variable yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Lampung Selatan adalah status gizi saat ibu hamil (p = 0,000), riwayat penyakit infeksi (p = 0,000), ASI Eksklusif (p = 0,012), dan ketahanan pangan (p = 0,003). Variable dengan OR tertinggi adalah status gizi saat ibu hamil yaitu 12,509","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115683059","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Upaya pengendalian Tubeculosis (TB) menghadapi masalah bertambahnya kasus dan peningkatan TB Multi Drug Resisten (MDR) yang terjadi karena tertular jenis mikroba yang sudah resisten atau putus obat. Terjadinya putus obat, sebagian diakibatkan oleh adanya efek samping obat yang dirasakan oleh pasien. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran efek samping obat yang dirasakan responden dengan kejadian putus obat. Metode penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk memaparkan peristiwa penting yang terjadi pada responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jawaban terbuka. Hasil penelitian menunjukkan efek samping obat TB MDR terbanyak adalah mual, muntah sebanyak 7 orang (77,8 %) kemudian disusul depresi sebanyak 5 orang (55,6%)%), sejalan dengan hasil penelitian dari Yang, et al. (2017) bahwa efek samping terbesar pada penelitiannya adalah gangguan pencernaan (18,4%) disusul oleh gangguan psikiatrik(5,5%). Alasan utama putus obat TB pada seorang responden adalah adanya efek samping obat berupa rasa mual, susah tidur dan berkeringat warna coklat. Sehingga tidak bisa bekerja pada jam yang ditentukan ditempatnya bekerja sebagai sopir. Efek samping obat pada penderita TB-MDR di RSUD Luwuk, cukup besar persentasenya, sehingga menyebabkan kejadian putus obat TB paru
{"title":"Gambaran Kejadian Efek Samping Obat (ESO) Dengan Kejadian Putus Obat Pada Pasien Tb Paru Di RSUD Luwuk","authors":"Djadid Subchan, Firdaus H. Yahya Kunoli","doi":"10.33860/jik.v16i3.1533","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1533","url":null,"abstract":"Upaya pengendalian Tubeculosis (TB) menghadapi masalah bertambahnya kasus dan peningkatan TB Multi Drug Resisten (MDR) yang terjadi karena tertular jenis mikroba yang sudah resisten atau putus obat. Terjadinya putus obat, sebagian diakibatkan oleh adanya efek samping obat yang dirasakan oleh pasien. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran efek samping obat yang dirasakan responden dengan kejadian putus obat. Metode penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk memaparkan peristiwa penting yang terjadi pada responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jawaban terbuka. Hasil penelitian menunjukkan efek samping obat TB MDR terbanyak adalah mual, muntah sebanyak 7 orang (77,8 %) kemudian disusul depresi sebanyak 5 orang (55,6%)%), sejalan dengan hasil penelitian dari Yang, et al. (2017) bahwa efek samping terbesar pada penelitiannya adalah gangguan pencernaan (18,4%) disusul oleh gangguan psikiatrik(5,5%). Alasan utama putus obat TB pada seorang responden adalah adanya efek samping obat berupa rasa mual, susah tidur dan berkeringat warna coklat. Sehingga tidak bisa bekerja pada jam yang ditentukan ditempatnya bekerja sebagai sopir. Efek samping obat pada penderita TB-MDR di RSUD Luwuk, cukup besar persentasenya, sehingga menyebabkan kejadian putus obat TB paru","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"104 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132568723","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kompetensi adalah kemampuan individu untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan memiliki keunggulan menyangkut pengetahuan, keahlian dan sikap. Ketua tim menjadi secondline di ruangan untuk mengarahkan perawat pelaksana dalam penerapan MPKP di rumah sakit agar kinerja perawat pelaksana baik dan lebih ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan kompetensi ketua tim terhadap kepuasan kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan model praktik keperawatan professional (MPKP) pemula di RSUD Mokopido Tolitoli, Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan studi korelasi, dengan pendekatan deskriptif cross sectional. Jumlah sampel 37 perawat pelaksana di 5 ruang rawat inap. Proses analisa data dengan SPSS 22 untuk menguji variable. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kompetensi management approach ketua tim dengan kepuasan kinerja perawat pelaksana (p=0,009). Terdapat hubungan signifikan antara kompetensi patient care delivery system dan compensatory reward ketua tim dengan kepuasan kinerja perawat pelaksana (p=0,040). Terdapat hubungan antara kompetensi profesional relationship ketua tim dengan kepuasan kinerja perawat perawat pelaksana (p=0,001), pada tingkat kepercayaan 95% (alpha 5%). Kesimpulan menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kompetensi ketua tim (dalam 4 pilar) dengan kepuasan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP Metode Tim di RSUD Mokopido Tolitoli, Sulawesi Tengah.
{"title":"Hubungan Kompetensi Ketua Tim Terhadap Kepuasan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional Metode Tim","authors":"Saman, Sova Evie","doi":"10.33860/jik.v16i3.1413","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1413","url":null,"abstract":"Kompetensi adalah kemampuan individu untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan memiliki keunggulan menyangkut pengetahuan, keahlian dan sikap. Ketua tim menjadi secondline di ruangan untuk mengarahkan perawat pelaksana dalam penerapan MPKP di rumah sakit agar kinerja perawat pelaksana baik dan lebih ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan kompetensi ketua tim terhadap kepuasan kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan model praktik keperawatan professional (MPKP) pemula di RSUD Mokopido Tolitoli, Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan studi korelasi, dengan pendekatan deskriptif cross sectional. Jumlah sampel 37 perawat pelaksana di 5 ruang rawat inap. Proses analisa data dengan SPSS 22 untuk menguji variable. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kompetensi management approach ketua tim dengan kepuasan kinerja perawat pelaksana (p=0,009). Terdapat hubungan signifikan antara kompetensi patient care delivery system dan compensatory reward ketua tim dengan kepuasan kinerja perawat pelaksana (p=0,040). Terdapat hubungan antara kompetensi profesional relationship ketua tim dengan kepuasan kinerja perawat perawat pelaksana (p=0,001), pada tingkat kepercayaan 95% (alpha 5%). Kesimpulan menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kompetensi ketua tim (dalam 4 pilar) dengan kepuasan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan MPKP Metode Tim di RSUD Mokopido Tolitoli, Sulawesi Tengah.","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"545 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128452124","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ronny Syamuel J. P. Ratukore, I. F. Manurung, D. S. Tira
Penyakit gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung.Gastritis merupakan salah satu penyakit yang umumnya diderita oleh kalangan remaja. Remaja seringkali meremehkan kondisi kesehatan mereka, hal ini disebabkan kehidupan yang mereka jalani dipenuhi dengan berbagai aktivitas sehingga mereka cenderung lupa untuk memperhatikan gaya hidup mereka. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara status tempat tinggal, pola makan, kebiasaan konsumsi kopi, tingkat stres dan penggunaan OAINS dengan kejadian gastritis pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross-Sectional. Penelitian ini dilakukan di FKM Universitas Nusa Cendana Kupang dengan sampel sebanyak 130 mahasiswa. Tehnik pengambilan sampel yaitu Stratified Random Sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statisti Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel status tempat tinggal (p =0,046) tinngal sendiri (57,7%) dan tinggal bersama orang tua/keluarga (42,3%), pola makan (p =0,003) buruk (47,7%) dan baik (52,3%), tingkat stres (p =0,000) tinggi (52,3%) dan rendah (47,7%), dan penggunaan OAINS (p =0,013) menggunakan (46,9%) dan tidak menggunakan (53,1%) memiliki hubungan dengan kejadian gastritis, sedangkan variabel kebiasaan konsumsi kopi (p=0,641) tinggi (52,3%) dan rendah (47,7%) tidak memiliki hubungan dengan kejadia gastritis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adalah status tempat tinggal, pola makan, tingkat stres, dan penggunaan OAINS merupakan determinan kejadian gastritis pada remaja. Saran peneliti adalah mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit tidak menular salah satunya gastritis dan upaya pencegahannya
{"title":"Determinan Kejadian Gastritis Pada Remaja: Studi Pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyrakat Universitas Nusa Cendana Kupang","authors":"Ronny Syamuel J. P. Ratukore, I. F. Manurung, D. S. Tira","doi":"10.33860/jik.v16i3.1526","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1526","url":null,"abstract":"Penyakit gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung.Gastritis merupakan salah satu penyakit yang umumnya diderita oleh kalangan remaja. Remaja seringkali meremehkan kondisi kesehatan mereka, hal ini disebabkan kehidupan yang mereka jalani dipenuhi dengan berbagai aktivitas sehingga mereka cenderung lupa untuk memperhatikan gaya hidup mereka. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara status tempat tinggal, pola makan, kebiasaan konsumsi kopi, tingkat stres dan penggunaan OAINS dengan kejadian gastritis pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross-Sectional. Penelitian ini dilakukan di FKM Universitas Nusa Cendana Kupang dengan sampel sebanyak 130 mahasiswa. Tehnik pengambilan sampel yaitu Stratified Random Sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statisti Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel status tempat tinggal (p =0,046) tinngal sendiri (57,7%) dan tinggal bersama orang tua/keluarga (42,3%), pola makan (p =0,003) buruk (47,7%) dan baik (52,3%), tingkat stres (p =0,000) tinggi (52,3%) dan rendah (47,7%), dan penggunaan OAINS (p =0,013) menggunakan (46,9%) dan tidak menggunakan (53,1%) memiliki hubungan dengan kejadian gastritis, sedangkan variabel kebiasaan konsumsi kopi (p=0,641) tinggi (52,3%) dan rendah (47,7%) tidak memiliki hubungan dengan kejadia gastritis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adalah status tempat tinggal, pola makan, tingkat stres, dan penggunaan OAINS merupakan determinan kejadian gastritis pada remaja. Saran peneliti adalah mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit tidak menular salah satunya gastritis dan upaya pencegahannya","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132277639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kelurahan Bugi masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan ibu takut anaknya diimunisasi dan melupakan jadwal imunisasi bayinya. Ketepatan pemberian imunisasi pada bayi merupakan disiplin waktu dalam kunjungan imunisasi sesuai jadwal dan umur bayi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita di Kelurahan Bugi Kecamatan Sorawolio Kota Baubau. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study dengan menggunakan total sampling yang berjumlah 99 ibu. Hasil uji chi-square dengan batas kemaknaan (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p = 0,000), sikap (p = 0,027), dukungan keluarga (p = 0,000) dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita. Tidak ada hubungan antara pendidikan (p = 0,764), pekerjaan (p = 0,958), dukungan petugas kesehatan (p = 0,718), dan keterjamgkauan ke tempat pelayanan kesehatan (p = 0,226) dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita. Kesimpulan yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan keluaraga dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita. Tidak ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan, dukungan petugas kesehatan, dan keterjangkauan ke tempat pelayanan kesehatan dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita.
{"title":"Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketepatan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita Di Kelurahan Bugi Kecamatan Sorawolio Kota Baubau","authors":"Suwartin, Dahmar, Fitriani","doi":"10.33860/jik.v16i3.1396","DOIUrl":"https://doi.org/10.33860/jik.v16i3.1396","url":null,"abstract":"Pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kelurahan Bugi masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan ibu takut anaknya diimunisasi dan melupakan jadwal imunisasi bayinya. Ketepatan pemberian imunisasi pada bayi merupakan disiplin waktu dalam kunjungan imunisasi sesuai jadwal dan umur bayi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita di Kelurahan Bugi Kecamatan Sorawolio Kota Baubau. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study dengan menggunakan total sampling yang berjumlah 99 ibu. Hasil uji chi-square dengan batas kemaknaan (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p = 0,000), sikap (p = 0,027), dukungan keluarga (p = 0,000) dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita. Tidak ada hubungan antara pendidikan (p = 0,764), pekerjaan (p = 0,958), dukungan petugas kesehatan (p = 0,718), dan keterjamgkauan ke tempat pelayanan kesehatan (p = 0,226) dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita. Kesimpulan yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan keluaraga dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita. Tidak ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan, dukungan petugas kesehatan, dan keterjangkauan ke tempat pelayanan kesehatan dengan ketepatan pemberian imunisasi dasar pada balita.","PeriodicalId":328736,"journal":{"name":"Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116610577","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}