Latar Belakang: Tuntutan pekerjaan guru BK yang begitu berat dan beban kerja yang tinggi membuat guru BK rentan mengalami burnout dan compassion fatigue. Permasalahan tersebut dan banyaknya hambatan guru BK dalam menjalankan profesinya akan mempengaruhi tingkat self-compassion yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran self-compassion yang dimiliki guru BK pada jenjang SMA Negeri se-DKI Jakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 191 guru BK SMA Negeri se-DKI Jakarta yang dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan intrumen adaptasi self-compassion yang dikembangkan oleh Neff yang terdiri dari 26 butir pernyataan. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rata-rata self-compassion dan persentase. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan 86% guru BK SMA Negeri se-DKI Jakarta memiliki self-compassion yang tinggi dan 14% guru BK memiliki self-compassion yang sedang dengan rata-rata skor 3.92. Hasil ini menggambarkan guru BK sudah mampu menerima diri mereka apa adanya, memahami bahwa setiap permasalahan merupakan hal yang wajar dialami oleh manusia, tidak melebih-lebihkan suatu permasalahan, dan tidak mudah terbawa suasana.
{"title":"Gambaran Self-Compassion Guru Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang SMA Negeri se-DKI Jakarta","authors":"Susi Fitri, Revitia Thalita Salsabila","doi":"10.21009/insight.092.08","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.092.08","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Tuntutan pekerjaan guru BK yang begitu berat dan beban kerja yang tinggi membuat guru BK rentan mengalami burnout dan compassion fatigue. Permasalahan tersebut dan banyaknya hambatan guru BK dalam menjalankan profesinya akan mempengaruhi tingkat self-compassion yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran self-compassion yang dimiliki guru BK pada jenjang SMA Negeri se-DKI Jakarta. \u0000Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 191 guru BK SMA Negeri se-DKI Jakarta yang dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan intrumen adaptasi self-compassion yang dikembangkan oleh Neff yang terdiri dari 26 butir pernyataan. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rata-rata self-compassion dan persentase. \u0000Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan 86% guru BK SMA Negeri se-DKI Jakarta memiliki self-compassion yang tinggi dan 14% guru BK memiliki self-compassion yang sedang dengan rata-rata skor 3.92. Hasil ini menggambarkan guru BK sudah mampu menerima diri mereka apa adanya, memahami bahwa setiap permasalahan merupakan hal yang wajar dialami oleh manusia, tidak melebih-lebihkan suatu permasalahan, dan tidak mudah terbawa suasana. ","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81862173","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mahasiswa keguruan khususnya prodi PGSD ketika lulus dituntut secara penuh mengaplikasikan teori dan praksis pendidikan yang mereka pelajari di bangku perkuliahan. Dengan kata lain mereka dituntut untuk memahami dan menghayati profesinya sebagai seorang pendidik. Pemahaman dan penghayatan profesi tersebut diawali ketika mereka membuat pilihan karir yang baik (matang) sebagai seorang mahasiswa prodi PGSD. Hasil analisis terhadap survei kemampuan membuat pilihan karir mahasiswa Prodi PGSD Semester 2 FKIP UMC tahun akademik 2019/ 2020 menunjukkan kemampuan membuat pilihan karir mahasiswa berada pada kategori baik sebesar 28,84 %, kategori cukup baik 41,94%, dan kategori kurang baik sebesar 28,23%. Aspek pemahaman diri memiliki tingkat pencapaian yang rendah yakni sekitar 56,74%, sementara aspek eksplorasi karir mahasiswa memiliki tingkat pencapaian yang tinggi yakni sekitar 93,41%. Dari kedua aspek yang diungkap, aspek pemahaman diri memiliki tingkat pencapaian yang rendah. Dalam perspektif teori karir kognitif sosial, kematangan karir seseorang terletak pada kekuatan saat dia mengekspose minat dan peluang yang sesuai dengan pemahaman dirinya. Berdasarkan analisis tersebut,tulisan ini hendak memuat kajian teoritik pengintegrasian teori kognitif sosial dalam aspek pemahaman diri mahasiswa PGSD FKIP UMC Semester 2 Tahun Akademik 2019/2020.
{"title":"Pengintegrasian Teori Kognitif Sosial Karir untuk Memfasilitasi Aspek Pemahaman Diri Mahasiswa PGSD Dalam Membuat Pilihan Karir","authors":"Fanny Septiany Rahayu, Muhibbu Abivian","doi":"10.21009/insight.092.01","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.092.01","url":null,"abstract":"Mahasiswa keguruan khususnya prodi PGSD ketika lulus dituntut secara penuh mengaplikasikan teori dan praksis pendidikan yang mereka pelajari di bangku perkuliahan. Dengan kata lain mereka dituntut untuk memahami dan menghayati profesinya sebagai seorang pendidik. Pemahaman dan penghayatan profesi tersebut diawali ketika mereka membuat pilihan karir yang baik (matang) sebagai seorang mahasiswa prodi PGSD. Hasil analisis terhadap survei kemampuan membuat pilihan karir mahasiswa Prodi PGSD Semester 2 FKIP UMC tahun akademik 2019/ 2020 menunjukkan kemampuan membuat pilihan karir mahasiswa berada pada kategori baik sebesar 28,84 %, kategori cukup baik 41,94%, dan kategori kurang baik sebesar 28,23%. Aspek pemahaman diri memiliki tingkat pencapaian yang rendah yakni sekitar 56,74%, sementara aspek eksplorasi karir mahasiswa memiliki tingkat pencapaian yang tinggi yakni sekitar 93,41%. Dari kedua aspek yang diungkap, aspek pemahaman diri memiliki tingkat pencapaian yang rendah. Dalam perspektif teori karir kognitif sosial, kematangan karir seseorang terletak pada kekuatan saat dia mengekspose minat dan peluang yang sesuai dengan pemahaman dirinya. Berdasarkan analisis tersebut,tulisan ini hendak memuat kajian teoritik pengintegrasian teori kognitif sosial dalam aspek pemahaman diri mahasiswa PGSD FKIP UMC Semester 2 Tahun Akademik 2019/2020.","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"27 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88343484","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pada dimensi sibling relationship (warmth, relative power, conflict dan rivalry) terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik SMA Negeri di Jakarta Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional. Sampel yaitu 356 peserta didik SMA Negeri di Jakarta Barat (132 laki-laki dan 224 perempuan), usia 15-17 tahun, memiliki saudara kandung. Penentuan sampel menggunakan teknik multistage random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket adaptasi, Sibling Relatonship Questionnaire (SRQ) yang disusun oleh Furman dan Buhrmester (1990) sebanyak 48 item dan Scale of Psychological Well-Being (SPWB) milik Ryff (1989) sebanyak 84 item. Uji validitas menggunakan expert judgement dan uji coba instrumen dengan rumus Person’s Product Moment. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan SPSS v.25, diperoleh koefisien reliabilitas SRQ sebesar 0,916 dan SPWB sebesar 0,669. Teknik analisis data menggunakan Pearson’s Product Moment dan hipotesisnya diuji dengan One-Way ANOVA menggunakan program SPSS v.25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi warmth berpengaruh secara positif terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik (0,178 > 0,05), dimensi relative power berpengaruh secara positif terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik (0,109 > 0,05), dimensi conflict berpengaruh secara negatif terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik (-0,105 > 0,05) dan dimensi rivalry memiliki pengaruh negatif terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik (-0,114 > 0,05). Hasil uji hipotesis ANOVA menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel atau 4,786 > 2,39, dengan demikian sibling relationship secara keseluruhan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik SMA Negeri di Jakarta Barat. Namun, berdasarkan hasil Pearson Correlation dibandingkan dengan tabel koefisien korelasi, didapati bahwa pengaruh yang terjadi dari masing-masing dimensi pada sibling relationship terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik sangat rendah. Uji Tukey HSD juga menunjukkan bahwa hanya dimensi rivalry yang memiliki pengaruh berbeda dengan ketiga dimensi lainnya (warmth, relative power, conflict) terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik SMA Negeri di Jakarta Barat. This study aims to determine the difference in affect of dimensions of sibling relationship (warmth, relative power, conflict and rivalry) on psychological well-being in senior high school students at West Jakarta. Suggestions used in this research are quantitative with correlational type. The samples were 356 high school students at West Jakarta (132 males and 224 females), age 15-17, has sibling. Determination of the sample multistage random sampling technique. Data collected by forms of an questionnaire which adapted, that is Sibling Relationship Questionnaire (SRQ) organized by Furman and Buhrmester (1990) amount 48 items, and Scale of Psychological Well-
{"title":"Pengaruh Sibling Relationship Terhadap Kesejahteraan Psikologis Peserta Didik SMA Negeri dJakarta Barat","authors":"N. Hasanah","doi":"10.21009/insight.092.07","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.092.07","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pada dimensi sibling relationship (warmth, relative power, conflict dan rivalry) terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik SMA Negeri di Jakarta Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional. Sampel yaitu 356 peserta didik SMA Negeri di Jakarta Barat (132 laki-laki dan 224 perempuan), usia 15-17 tahun, memiliki saudara kandung. Penentuan sampel menggunakan teknik multistage random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket adaptasi, Sibling Relatonship Questionnaire (SRQ) yang disusun oleh Furman dan Buhrmester (1990) sebanyak 48 item dan Scale of Psychological Well-Being (SPWB) milik Ryff (1989) sebanyak 84 item. Uji validitas menggunakan expert judgement dan uji coba instrumen dengan rumus Person’s Product Moment. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan SPSS v.25, diperoleh koefisien reliabilitas SRQ sebesar 0,916 dan SPWB sebesar 0,669. Teknik analisis data menggunakan Pearson’s Product Moment dan hipotesisnya diuji dengan One-Way ANOVA menggunakan program SPSS v.25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi warmth berpengaruh secara positif terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik (0,178 > 0,05), dimensi relative power berpengaruh secara positif terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik (0,109 > 0,05), dimensi conflict berpengaruh secara negatif terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik (-0,105 > 0,05) dan dimensi rivalry memiliki pengaruh negatif terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik (-0,114 > 0,05). Hasil uji hipotesis ANOVA menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel atau 4,786 > 2,39, dengan demikian sibling relationship secara keseluruhan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik SMA Negeri di Jakarta Barat. Namun, berdasarkan hasil Pearson Correlation dibandingkan dengan tabel koefisien korelasi, didapati bahwa pengaruh yang terjadi dari masing-masing dimensi pada sibling relationship terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik sangat rendah. Uji Tukey HSD juga menunjukkan bahwa hanya dimensi rivalry yang memiliki pengaruh berbeda dengan ketiga dimensi lainnya (warmth, relative power, conflict) terhadap kesejahteraan psikologis peserta didik SMA Negeri di Jakarta Barat. \u0000 \u0000This study aims to determine the difference in affect of dimensions of sibling relationship (warmth, relative power, conflict and rivalry) on psychological well-being in senior high school students at West Jakarta. Suggestions used in this research are quantitative with correlational type. The samples were 356 high school students at West Jakarta (132 males and 224 females), age 15-17, has sibling. Determination of the sample multistage random sampling technique. Data collected by forms of an questionnaire which adapted, that is Sibling Relationship Questionnaire (SRQ) organized by Furman and Buhrmester (1990) amount 48 items, and Scale of Psychological Well-","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81607247","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami regulasi diri yang dilakukan oleh mahasiswi yang bekerja sebagai pekerja seks komersial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah perspektif fenomenologi. Subjek pada penelitian ini terdiri dari 2 orang informan wanita, berstatus sebagai mahasiswi di Jakarta dan bekerja sebagai pekerja seks komersial. Informan memiliki karakteristik berbeda yaitu wanita kelab malam dan wanita simpanan pria dewasa. Dari penelitian ini teridentifikasi 4 tema utama, yaitu 1) Faktor penyebab mahasiswi menjadi “ayam kampus” dengan sub-tema faktor sosial-ekonomi, kurangnya kontrol orang tua, korban pelecehan seksual, dan pergaulan atau ajakan teman, 2) Dampak dari bekerja sampingan sebagai PSK dengan sub-tema khawatir atau cemas, gaya hidup mewah, membatasi relasi sosial atau menutup diri, ancaman, dan coping, 3) Regulasi diri dengan sub-tema latar belakang munculnya regulasi diri, strategi regulasi diri, makna regulasi diri, coping dan pilihan karir pendidikan lanjutan atau karir pekerjaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswi pekerja seks komersial memiliki regulasi diri untuk mencapai keberhasilannya dalam pendidikan.
{"title":"Studi Kasus Regulasi Diri Mahasiswi Pekerja Seks Komersial di Jakarta","authors":"Ahmad Rifqy Ash Shiddiqy, Early Ayu Lestari","doi":"10.21009/insight.092.05","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.092.05","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami regulasi diri yang dilakukan oleh mahasiswi yang bekerja sebagai pekerja seks komersial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah perspektif fenomenologi. Subjek pada penelitian ini terdiri dari 2 orang informan wanita, berstatus sebagai mahasiswi di Jakarta dan bekerja sebagai pekerja seks komersial. Informan memiliki karakteristik berbeda yaitu wanita kelab malam dan wanita simpanan pria dewasa. Dari penelitian ini teridentifikasi 4 tema utama, yaitu 1) Faktor penyebab mahasiswi menjadi “ayam kampus” dengan sub-tema faktor sosial-ekonomi, kurangnya kontrol orang tua, korban pelecehan seksual, dan pergaulan atau ajakan teman, 2) Dampak dari bekerja sampingan sebagai PSK dengan sub-tema khawatir atau cemas, gaya hidup mewah, membatasi relasi sosial atau menutup diri, ancaman, dan coping, 3) Regulasi diri dengan sub-tema latar belakang munculnya regulasi diri, strategi regulasi diri, makna regulasi diri, coping dan pilihan karir pendidikan lanjutan atau karir pekerjaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswi pekerja seks komersial memiliki regulasi diri untuk mencapai keberhasilannya dalam pendidikan.","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82278407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat fusi kognitif remaja dan alat yang sesuai untuk memfasilitasi latihan difusi kognitif. Convenience sampling digunakan untuk mengumpulkan data dari 199 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ-7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% remaja mengalami fusi kognitif tinggi (m = 29). Hasil tingkat fusi berdasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat fusi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (30 vs 28). Persentase perempuan yang mengalami fusi tingkat tinggi melebihi jumlah laki-laki (53% vs 42%). Hasil tingkat fusi berdasarkan sosial ekonomi, tingkat sosial ekonomi rendah memiliki tingkat fusi yang lebih tinggi dibandingkan sosial ekonomi tinggi (34 vs 29). Persentase sosial ekonomi rendah yang mengalami fusi tingkat tinggi melebihi jumlah sosial ekonomi tinggi (75% vs 48%). Sebagian besar peserta didik memiliki eksposur terbatas pada latihan difusi kognitif (-70%) dan semuanya ingin belajar latihan difusi kognitif melalui video. Direkomendasikan bahwa video latihan difusi kognitif dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan difusi kognitifnya. Kata Kunci: Difusi Kognitif, Fusi Kognitif Abstract This study aims to explore the level of adolescents’ cognitive fusion and suitable tools to facilitate cognitive defusion exercise. The convenience sampling used to gather the data from 199 students. The instrument used are the Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ-7). The results showed that 60% of adolescents experienced high cognitive fusion (m = 29). The result of fusion level based on gender, female has higher level fusion than male (30 vs 28). The percentage of female who experience high level fusion was outnumber male (53% vs 42%). The result of fusion level based on sosial economy, low social economy higher level fusion than high social economy (34 vs 29). The percentage of low social economy who experience high level fusion was outnumber high social economy (75% vs 48%). Most of student has limited exposure to cognitive diffusion exercises (-70%) and all of them eager to learn cognitive defusion exercises through video. It is recommended that cognitive defusion exercise video is needed to help student increase their cognitive defusion skill. Keyword: Cognitive Defusion, Cognitive Fusion
{"title":"Difusi Kognitif Remaja: Kebutuhan Video Tutorial Latihan Difusi Kognitif","authors":"Eka Wahyuni, Gita Amelia","doi":"10.21009/insight.092.06","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.092.06","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat fusi kognitif remaja dan alat yang sesuai untuk memfasilitasi latihan difusi kognitif. Convenience sampling digunakan untuk mengumpulkan data dari 199 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ-7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% remaja mengalami fusi kognitif tinggi (m = 29). Hasil tingkat fusi berdasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat fusi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (30 vs 28). Persentase perempuan yang mengalami fusi tingkat tinggi melebihi jumlah laki-laki (53% vs 42%). Hasil tingkat fusi berdasarkan sosial ekonomi, tingkat sosial ekonomi rendah memiliki tingkat fusi yang lebih tinggi dibandingkan sosial ekonomi tinggi (34 vs 29). Persentase sosial ekonomi rendah yang mengalami fusi tingkat tinggi melebihi jumlah sosial ekonomi tinggi (75% vs 48%). Sebagian besar peserta didik memiliki eksposur terbatas pada latihan difusi kognitif (-70%) dan semuanya ingin belajar latihan difusi kognitif melalui video. Direkomendasikan bahwa video latihan difusi kognitif dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan difusi kognitifnya. \u0000Kata Kunci: Difusi Kognitif, Fusi Kognitif \u0000 \u0000Abstract \u0000This study aims to explore the level of adolescents’ cognitive fusion and suitable tools to facilitate cognitive defusion exercise. The convenience sampling used to gather the data from 199 students. The instrument used are the Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ-7). The results showed that 60% of adolescents experienced high cognitive fusion (m = 29). The result of fusion level based on gender, female has higher level fusion than male (30 vs 28). The percentage of female who experience high level fusion was outnumber male (53% vs 42%). The result of fusion level based on sosial economy, low social economy higher level fusion than high social economy (34 vs 29). The percentage of low social economy who experience high level fusion was outnumber high social economy (75% vs 48%). Most of student has limited exposure to cognitive diffusion exercises (-70%) and all of them eager to learn cognitive defusion exercises through video. It is recommended that cognitive defusion exercise video is needed to help student increase their cognitive defusion skill. \u0000Keyword: Cognitive Defusion, Cognitive Fusion","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"63 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83939891","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres remaja dan kebutuhan untuk mengembangkan video tutorial mindfulness-breathing meditation sebagai strategi dalam mengurangi stres remaja. Convenience sampling yang digunakan untuk mengumpulkan data pada 165 peserta didik. Alat ukur yang digunakan adalah perceived stress scale (PSS) dan studi kebutuhan video mindfulness-breathing meditation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres remaja yang tinggi (27 dari skor total 40). Perempuan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada laki-laki (27,2 vs 26,6), persentase perempuan yang mengalami stres tingkat tinggi lebih banyak daripada laki-laki (54,1%vs 41,3%). Meskipun prevalensi stres sangat tinggi di kalangan remaja, sebagian besar peserta didik sangat minim memiliki paparan materi mengenai cara mengurangi stres (80,15%) serta mengenai latihan bernafas dengan baik. Peserta didik juga sangat antusias untuk mempelajari meditasi pernafasan melalui video (100%). Diketahui juga bahwa pengembangan video mindfulness-breathing meditation sangat penting untuk membantu peserta didik dalam mengurangi stres mereka. Kata Kunci: Stres, Remaja, Mindfulness, Breathing Meditation Abstract This research aims to determine the stress level of adolescents and the need to develop a mindfulness-breathing meditation video as a strategy to reduce adolescents’ stress. The convenience sampling was used to collect data form was 165 students. The measures are the perceived stress scale (PSS) and the needs of mindfulness-breathing meditation video. The results shows that the adolescent’ stress level is high (27 out of 40). Female has higher level stress than male (27,2 vs 26,6), the percentage of female who experience high level stress was outnumber male (54,1% vs 41,3%). Despite the high prevalence of stress among adolescent, most of students has minimum exposure to stress reduction (80,15%) as well as breathing exercises. All students enthusiastic to learn mindfulness-breathing meditation through video. It is recommended that development of mindfulness-breathing meditation video is crucial to help students in reducing their stress. Keywords: Stress, Adolescent, Mindfulness, Breathing Meditation
{"title":"Stres Remaja: Kebutuhan Video Mindfulness-Breathing Meditation Untuk Mengurangi Stres Remaja","authors":"Eka Wahyuni, Yustia Nova Annisa","doi":"10.21009/insight.092.02","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.092.02","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres remaja dan kebutuhan untuk mengembangkan video tutorial mindfulness-breathing meditation sebagai strategi dalam mengurangi stres remaja. Convenience sampling yang digunakan untuk mengumpulkan data pada 165 peserta didik. Alat ukur yang digunakan adalah perceived stress scale (PSS) dan studi kebutuhan video mindfulness-breathing meditation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres remaja yang tinggi (27 dari skor total 40). Perempuan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada laki-laki (27,2 vs 26,6), persentase perempuan yang mengalami stres tingkat tinggi lebih banyak daripada laki-laki (54,1%vs 41,3%). Meskipun prevalensi stres sangat tinggi di kalangan remaja, sebagian besar peserta didik sangat minim memiliki paparan materi mengenai cara mengurangi stres (80,15%) serta mengenai latihan bernafas dengan baik. Peserta didik juga sangat antusias untuk mempelajari meditasi pernafasan melalui video (100%). Diketahui juga bahwa pengembangan video mindfulness-breathing meditation sangat penting untuk membantu peserta didik dalam mengurangi stres mereka. \u0000Kata Kunci: Stres, Remaja, Mindfulness, Breathing Meditation \u0000 \u0000Abstract \u0000This research aims to determine the stress level of adolescents and the need to develop a mindfulness-breathing meditation video as a strategy to reduce adolescents’ stress. The convenience sampling was used to collect data form was 165 students. The measures are the perceived stress scale (PSS) and the needs of mindfulness-breathing meditation video. The results shows that the adolescent’ stress level is high (27 out of 40). Female has higher level stress than male (27,2 vs 26,6), the percentage of female who experience high level stress was outnumber male (54,1% vs 41,3%). Despite the high prevalence of stress among adolescent, most of students has minimum exposure to stress reduction (80,15%) as well as breathing exercises. All students enthusiastic to learn mindfulness-breathing meditation through video. It is recommended that development of mindfulness-breathing meditation video is crucial to help students in reducing their stress. \u0000Keywords: Stress, Adolescent, Mindfulness, Breathing Meditation","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82794019","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan pencapaian implementasi program di pusat sumber daya sekolah pendidikan khusus yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta sebagai Pusat Sumber Daya Pendidikan Inklusif. Studi evaluatif ini dilakukan dengan metode mix-methode yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi dilakukan dengan model Context, Input, Process, Product and Outcome (CIPPO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Seluruh aspek dan indikator komponen konteks telah memenuhi kriteria; (2) Komponen masukan belum memenuhi kriteria; (3) Proses komponen belum memenuhi kriteria; (4) Komponen produk telah memenuhi kriteria; dan (5) Komponen hasil belum memenuhi kriteria.
{"title":"Evaluasi Pelaksanaan Program Pusat Sumber Pendidikan Inklusif di DKI Jakarta","authors":"I. Jaya, Aip Badrujaman, Anna Suhaenah Suparno","doi":"10.21009/insight.091.04","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.091.04","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan pencapaian implementasi program di pusat sumber daya sekolah pendidikan khusus yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta sebagai Pusat Sumber Daya Pendidikan Inklusif. Studi evaluatif ini dilakukan dengan metode mix-methode yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi dilakukan dengan model Context, Input, Process, Product and Outcome (CIPPO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Seluruh aspek dan indikator komponen konteks telah memenuhi kriteria; (2) Komponen masukan belum memenuhi kriteria; (3) Proses komponen belum memenuhi kriteria; (4) Komponen produk telah memenuhi kriteria; dan (5) Komponen hasil belum memenuhi kriteria.","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"57 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78936169","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kematangan karir siswa ditunjukkan oleh kemampuan siswa untuk mengukur diri, mengetahui potensi diri, penguasaan informasi jabatan atau pekerjaan, ketepatan dalam menentukan tujuan karir, kemampuan membuat perencanaan karir, dan memecahkan masalah yang mereka temui dalam berkarir dalam konteks ini adalah kemampuan memilih jurusan di pendidikan lanjut. Siswa yang menjadi sample penelitian adalah 5 orang siswa kelas XII MIPA yang dipilih menggunakan teknik purposive dengan keriteria skor kematangan karir terendah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling kelompok dengan pendekatan trait and factor terhadap kematangan karir peserta. Pada hasil ditemukan bahwa nilai t-hitung -6, 192 serta nilai sig. 0,003. Berdasarkan t tabel dengan df= n-k atau 5-2 atau t tabel 2,353 maka dengan nilai t-hitung sebesar -6,192 maka ho ditolak. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh penerapan konseling kelompok dengan pendekatan trait and factor terhadap kematangan karir peserta didik kelas XII SMA.
学生的成熟表现在学生测量自己、了解自己的潜力、掌握办公室或就业信息、确定职业目标的精确性、职业规划的能力以及在这种背景下解决职业选择问题的能力。作为研究样本的学生包括五名中学生MIPA XII班的学生,他们选择了一种采样技术,与最低的职业毕业成绩。本研究的目的是研究通过trait and factor方法对参与者职业成熟的影响。结果发现t- 6,192和sig. 003。根据t表的df= n-k或5-2或t表2,353,然后t-计数为-6,192,然后拒绝。这项研究的结论是,小组咨询与trait and factor方法的应用对十二门徒职业生涯的成熟影响。
{"title":"Pengaruh Konseling Kelompok dengan Pendekatan Trait and Factor Terhadap Kematangan Karir Siswa Kelas XII SMA Negeri 34 Jakarta","authors":"Yuli Sugiati, Susi Fitri","doi":"10.21009/insight.091.01","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.091.01","url":null,"abstract":"Kematangan karir siswa ditunjukkan oleh kemampuan siswa untuk mengukur diri, mengetahui potensi diri, penguasaan informasi jabatan atau pekerjaan, ketepatan dalam menentukan tujuan karir, kemampuan membuat perencanaan karir, dan memecahkan masalah yang mereka temui dalam berkarir dalam konteks ini adalah kemampuan memilih jurusan di pendidikan lanjut. Siswa yang menjadi sample penelitian adalah 5 orang siswa kelas XII MIPA yang dipilih menggunakan teknik purposive dengan keriteria skor kematangan karir terendah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling kelompok dengan pendekatan trait and factor terhadap kematangan karir peserta. Pada hasil ditemukan bahwa nilai t-hitung -6, 192 serta nilai sig. 0,003. Berdasarkan t tabel dengan df= n-k atau 5-2 atau t tabel 2,353 maka dengan nilai t-hitung sebesar -6,192 maka ho ditolak. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh penerapan konseling kelompok dengan pendekatan trait and factor terhadap kematangan karir peserta didik kelas XII SMA.","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86456418","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami kekerasan emosional yang dialami oleh laki-laki feminin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Analisis data yang digunakan adalah Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Responden pada penelitian ini terdiri dari 3 laki-laki feminin dengan karakteristik berbeda, yaitu laki-laki feminin homoseksual, laki-laki feminin heteroseksual, dan transgender. Dari penelitian ini teridentifikasi 6 tema utama yang menunjukan bentuk kekerasan emosional yang diterima oleh ketiga responden, yaitu 1) Serangan verbal dengan sub-tema cemoohan dan labelling, 2) Hubungan sosial dengan sub-tema penolakan, dijauhi, dan provokasi orang lain, 3) Kefemininan responden dengan sub-tema kesadaran kefemininan, dituntut berperilaku maskulin, serangan fisik, dan ancaman, 4) Stigma dan diskriminasi dengan sub-tema diskriminasi, dianggap homoseksual, pembunuhan karakter, dan pelecehan seksual, 5) Kehidupan religius dengan sub-tema dianggap tidak sesuai ajaran agama dan coping, serta 6) Dampak dari perlakuan yang diterima dengan sub-tema sakit hati, kesepian, tidak percaya diri, rendah diri, menyalahkan diri, self-harm, keinginan bunuh diri, dan coping.
{"title":"Studi Kasus Kekerasan Emosional Pada Laki-Laki Muda Feminin (Feminine Youth Male)","authors":"Suci Nuranie, Susi Fitri","doi":"10.21009/insight.091.08","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.091.08","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami kekerasan emosional yang dialami oleh laki-laki feminin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Analisis data yang digunakan adalah Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Responden pada penelitian ini terdiri dari 3 laki-laki feminin dengan karakteristik berbeda, yaitu laki-laki feminin homoseksual, laki-laki feminin heteroseksual, dan transgender. Dari penelitian ini teridentifikasi 6 tema utama yang menunjukan bentuk kekerasan emosional yang diterima oleh ketiga responden, yaitu 1) Serangan verbal dengan sub-tema cemoohan dan labelling, 2) Hubungan sosial dengan sub-tema penolakan, dijauhi, dan provokasi orang lain, 3) Kefemininan responden dengan sub-tema kesadaran kefemininan, dituntut berperilaku maskulin, serangan fisik, dan ancaman, 4) Stigma dan diskriminasi dengan sub-tema diskriminasi, dianggap homoseksual, pembunuhan karakter, dan pelecehan seksual, 5) Kehidupan religius dengan sub-tema dianggap tidak sesuai ajaran agama dan coping, serta 6) Dampak dari perlakuan yang diterima dengan sub-tema sakit hati, kesepian, tidak percaya diri, rendah diri, menyalahkan diri, self-harm, keinginan bunuh diri, dan coping.","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"183 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83432221","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Reni Oktora Tarigan, Wirda Hanim, R. M. K. Wirasti
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan video simulasi teknik dispute cognitive untuk meningkatkan resiliensi. Metode penilitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R & D) yang dikembangkan oleh Bergman dan Moore. Pengembangan video simulasi menggunakan metode Interactive Video (IVD) yang terdiri dari enam tahap, yakni (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan, (4) produksi, (5) pengarangan, (6) validasi. Desain ini dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan mengenai perlunya video yang menggunakan teknik dispute cognitive. Video simulasi konseling yang berisikan simulasi proses konseling mulai dari contoh kasus, tahapan dalam konseling, hingga kesimpulan. Video ini telah diuji oleh ahli materi dan media. Hasilnya, menurut ahli materi video ini mendapatkan predikat Layak dengan skor 68%. Sementara ahli media menyatakan sangat layak dengan memberikan skor 86%. Selanjutnya dilakukan validasi oleh pengguna, Mereka memberikan skor 77,6% atau layak. Kesimpulannya adalah pengembangan video simulasi dengan teknik dispute cognitive layak dan dapat digunakan oleh guru bimbingan konseling dan diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan resiliensi.
{"title":"Pengembangan Video Simulasi Konseling Teknik Dispute Cognitive Untuk Meningkatkan Resiliensi","authors":"Reni Oktora Tarigan, Wirda Hanim, R. M. K. Wirasti","doi":"10.21009/insight.091.03","DOIUrl":"https://doi.org/10.21009/insight.091.03","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan video simulasi teknik dispute cognitive untuk meningkatkan resiliensi. Metode penilitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R & D) yang dikembangkan oleh Bergman dan Moore. Pengembangan video simulasi menggunakan metode Interactive Video (IVD) yang terdiri dari enam tahap, yakni (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan, (4) produksi, (5) pengarangan, (6) validasi. Desain ini dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan mengenai perlunya video yang menggunakan teknik dispute cognitive. Video simulasi konseling yang berisikan simulasi proses konseling mulai dari contoh kasus, tahapan dalam konseling, hingga kesimpulan. Video ini telah diuji oleh ahli materi dan media. Hasilnya, menurut ahli materi video ini mendapatkan predikat Layak dengan skor 68%. Sementara ahli media menyatakan sangat layak dengan memberikan skor 86%. Selanjutnya dilakukan validasi oleh pengguna, Mereka memberikan skor 77,6% atau layak. Kesimpulannya adalah pengembangan video simulasi dengan teknik dispute cognitive layak dan dapat digunakan oleh guru bimbingan konseling dan diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan resiliensi.","PeriodicalId":32928,"journal":{"name":"Insight Jurnal Bimbingan dan Konseling","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74031111","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}