首页 > 最新文献

Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin最新文献

英文 中文
Pandemi Covid-19 dalam Diskursus Teologi Islam
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.16904
Lukmanul Hakim
The emergence of the COVID-19 pandemic has had the most significant impact on human life in this century and has become the subject of study for various disciplines. However, a discussion on the existence of the pandemic from the perspective of Islamic theology has not been adequately addressed. This article aims to discuss how Islamic theological discourse interprets the COVID-19 pandemic and the influence of theological beliefs in responding to the pandemic mitigation efforts. This study uses a descriptive analytical method to examine the phenomenon within the framework of Islamic theology. The study shows that Islam theologically views disasters from two perspectives; first, as an absolute decree of God believed to have wisdom and education for human beings, and secondly, as part of the sunnatullah that can be explored scientifically. The study also reveals that three theological patterns have emerged in responding to the COVID-19 pandemic. First, the fatalistic pattern (Jabariah) that entirely surrenders to the will of Allah SWT without attempting to resist it. Second, the freewill pattern (Qadariyah) that believes that humans have the full ability to resist and eliminate COVID-19. Third, the Ahlusunah Wal Jamaah pattern that regards COVID-19 as sunnatullah; thus, in addition to accepting it as part of fate, humans need to perfect their efforts to avoid this deadly epidemic.Abstrak: Munculnya pandemi covid-19 telah memberi dampak terdahsyat bagi kehidupan manusia di abad ini dan telah menjadi objek kajian dari berbagai disiplin keilmuan, Namun kajian dari perspektif teologi Islam terkait keberadaan pandemi belum terdiskusikan secara memadai. Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang bagaimana diskursus teologi Islam dalam memaknai pandemi covid-19 dan bagaimana pengaruh corak keyakinan teologis dalam merespons upaya mitigasi pandemi ini. Kajian ini menggunakan metode deskriptif analisis dalam melihat fenomena ini dalam kerangka pikir teologi Islam. Kajian ini menunjukkan bahwa secara teologis Islam memandang bencana dari dua sisi; yaitu sebagai sebuah ketetapan Tuhan yang mutlak yang diyakini memiliki hikmah dan edukasi bagi manusia, serta dipahami sebagai bagian dari sunnatullah yang dapat dieksplorasi secara saintifik. Kajian ini juga menunjukkan bahwa tiga corak teologi muncul dalam konteks merespons pandemi Covid-19; Pertama, corak fatalisme (Jabariah) yang menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT tanpa harus berusaha untuk melawannya. Kedua, corak freewill (Qadariyah) yang menganggap bahwa manusia memiliki kemampuan penuh untuk melakukan perlawanan dan membasmi Covid-19. Ketiga, corak Ahlusunah Wal Jamaah yang memandang bahwa Covid-19 ini adalah sunnatullah, karenanya selain manusia harus menerimanya sebagai bagian dari takdir tetapi juga manusia perlu menyempurnakan ikhtiar untuk menghindari wabah yang mematikan ini.
新冠肺炎疫情的出现是本世纪对人类生活影响最大的疫情,已成为各学科研究的课题。然而,从伊斯兰神学的角度对该流行病存在的讨论尚未得到充分处理。本文旨在讨论伊斯兰神学话语如何解释COVID-19大流行以及神学信仰在应对大流行缓解工作中的影响。本研究采用描述性分析方法,在伊斯兰神学的框架内考察这一现象。研究表明,伊斯兰教在神学上从两个角度看待灾难;首先,作为上帝的绝对命令,被认为对人类具有智慧和教育,其次,作为sunnatullah的一部分,可以科学地探索。该研究还显示,在应对COVID-19大流行方面出现了三种神学模式。首先,宿命论模式(Jabariah)完全臣服于安拉的意志,而不试图抵抗它。第二,自由意志模式(Qadariyah),认为人类完全有能力抵抗和消除COVID-19。三是将COVID-19视为sunnatullah的Ahlusunah Wal Jamaah模式;因此,除了接受它是命运的一部分之外,人类还需要完善他们的努力,以避免这种致命的流行病。摘要/ abstract摘要:2019冠状病毒病(covid-19)在蒙古国流行,蒙古国流行,蒙古国流行,蒙古国流行,蒙古国流行,蒙古国流行,蒙古国流行,蒙古国流行,蒙古国流行。Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang bagaimana diskursus teologi Islam dalam memaknai大流行covid-19 dan bagaimana pengaruh corak keyakinan teologi dalam meespas upaya mitigasi大流行。Kajian ini menggunakan metode deskriptif分析dalam melihat fenomena ini dalam kerangka pikir teologi伊斯兰教。Kajian ini menunjukkan bahwa secara teologis伊斯兰教memandang bencandari dua sisi;yytu sebagai sebuah ketetapan Tuhan yang diyakini memoriliki hikmah dan edukasi bagi manusia, serta dipahami sebagai bagian dari sunnatullah yang dapat dieksplorasi secara santifik。新冠肺炎疫情防控研究进展;Pertama, corak宿命论(Jabariah) yang menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT tanpa harus berusaha untuk melawannya。Kedua, corak freewill (Qadariyah)杨梦刚(音译),bahwa manusia memiliki kemampuan penuh untuk melakukan perlawanan dan membasi Covid-19。Ketiga, corak Ahlusunah Wal Jamaah yang memandang bahwa, 2019冠状病毒Covid-19, adalah sunnatullah, karenanya selain manuia harus menerimanya sebagai bagian dari takdir tetapi juga manuia perlu menyempurnakan ikkhtiar untuk menghindari wabah yang mematikan ini。
{"title":"Pandemi Covid-19 dalam Diskursus Teologi Islam","authors":"Lukmanul Hakim","doi":"10.22373/substantia.v25i1.16904","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.16904","url":null,"abstract":"The emergence of the COVID-19 pandemic has had the most significant impact on human life in this century and has become the subject of study for various disciplines. However, a discussion on the existence of the pandemic from the perspective of Islamic theology has not been adequately addressed. This article aims to discuss how Islamic theological discourse interprets the COVID-19 pandemic and the influence of theological beliefs in responding to the pandemic mitigation efforts. This study uses a descriptive analytical method to examine the phenomenon within the framework of Islamic theology. The study shows that Islam theologically views disasters from two perspectives; first, as an absolute decree of God believed to have wisdom and education for human beings, and secondly, as part of the sunnatullah that can be explored scientifically. The study also reveals that three theological patterns have emerged in responding to the COVID-19 pandemic. First, the fatalistic pattern (Jabariah) that entirely surrenders to the will of Allah SWT without attempting to resist it. Second, the freewill pattern (Qadariyah) that believes that humans have the full ability to resist and eliminate COVID-19. Third, the Ahlusunah Wal Jamaah pattern that regards COVID-19 as sunnatullah; thus, in addition to accepting it as part of fate, humans need to perfect their efforts to avoid this deadly epidemic.Abstrak: Munculnya pandemi covid-19 telah memberi dampak terdahsyat bagi kehidupan manusia di abad ini dan telah menjadi objek kajian dari berbagai disiplin keilmuan, Namun kajian dari perspektif teologi Islam terkait keberadaan pandemi belum terdiskusikan secara memadai. Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang bagaimana diskursus teologi Islam dalam memaknai pandemi covid-19 dan bagaimana pengaruh corak keyakinan teologis dalam merespons upaya mitigasi pandemi ini. Kajian ini menggunakan metode deskriptif analisis dalam melihat fenomena ini dalam kerangka pikir teologi Islam. Kajian ini menunjukkan bahwa secara teologis Islam memandang bencana dari dua sisi; yaitu sebagai sebuah ketetapan Tuhan yang mutlak yang diyakini memiliki hikmah dan edukasi bagi manusia, serta dipahami sebagai bagian dari sunnatullah yang dapat dieksplorasi secara saintifik. Kajian ini juga menunjukkan bahwa tiga corak teologi muncul dalam konteks merespons pandemi Covid-19; Pertama, corak fatalisme (Jabariah) yang menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT tanpa harus berusaha untuk melawannya. Kedua, corak freewill (Qadariyah) yang menganggap bahwa manusia memiliki kemampuan penuh untuk melakukan perlawanan dan membasmi Covid-19. Ketiga, corak Ahlusunah Wal Jamaah yang memandang bahwa Covid-19 ini adalah sunnatullah, karenanya selain manusia harus menerimanya sebagai bagian dari takdir tetapi juga manusia perlu menyempurnakan ikhtiar untuk menghindari wabah yang mematikan ini.","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85212205","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Konseptualisasi Agama dan Implikasinya di Indonesia 印度尼西亚的宗教概念及其含义
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.16944
Aulia Kamal
This article discusses how the concept of "religion" is conceptualized in Indonesia and its implications. Through literature review, data was collected and analyzed descriptively, and it was found that: First, the term "religion" is conceptually constructed academically based on the World Religion Paradigm (WRP) with Islam as the model and monotheism as the main feature. Politically, the WRP is increasingly hegemonic through Pancasila, and is constructed in accordance with the policy of religious life from the colonial era to the orde New Order (Orde Baru). Thus, the definition and categorization of religion are stricter and more political. Second, this construction has implications for: (1) Monotheism becoming the standard feature of "recognized religion", making it exclusive and discriminatory. (2) In order to be recognized by the state, Hinduism, Buddhism, and Confucianism are forced to monotheize their theological concepts and submit to Pancasila. (3) The government hastily reduces various local practices to "belief systems". (4) Religion becomes the main identity in citizenship, leading to discrimination and stigmatization of believers of faiths. (5) Academically, the WRP also influences the paradigm in the study of religion. This article recommends the need for a re-identification of religious categories academically, outside of political interests. In addition, it is necessary to distinguish native religions from belief systems because even though they are not identical to world religions, they are not as simple as spiritual practices. Abstrak: Artikel ini mendiskusikan bagaimana kata "agama" dikonseptualisasi di Indonesia dan implikasinya. Melalui studi kepustakaan, data dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif, dan ditemukan bahwa: Pertama, kata “agama” secara konseptual dikonstruksi secara akademis berdasarkan paradigma agama dunia (WRP) dengan Islam sebagai model dan monoteistik sebagai fitur utama. Secara politis, WRP semakin hegemonik melalui Pancasila, lalu dikonstruksi seturut kebijakan kehidupan beragama dari masa kolonial hingga Orde Baru. Jadi definisi dan kategori agama lebih ketat dan politis. Kedua, konstruksi ini berimplikasi pada: (1) Monoteistik menjadi ciri standar pengakuan “agama”, sehingga eksklusif dan diskriminatif. (2) Agar diakui negara, Hindu, Budha, dan Konghucu dipaksa untuk memonoteistifikasi konsep teologinya, tunduk kepada Pancasila. (3) Pemerintah secara gegabah mereduksi berbagai praktik lokal ke dalam "aliran kepercayaan". (4) Agama menjadi identitas utama dalam kewarganegaraan, yang mengarah pada diskriminasi dan stigmatisasi penghayat kepercayaan. (5) Secara akademis, WRP juga mempengaruhi paradigma dalam studi agama. Artikel ini merekomendasikan perlunya identifikasi ulang kategori agama secara akademis, di luar kepentingan politik. Selain itu, perlu membedakan agama pribumi dari aliran kepercayaan karena meskipun tidak identik dengan agama dunia, namun ia tidak sesederhana sebagai praktik kebatinan
本文讨论了“宗教”这个概念在印度尼西亚是如何被概念化的,以及它的含义。通过文献综述,收集资料并进行描述性分析,发现:首先,“宗教”一词在学术上是以伊斯兰教为模式,一神教为主要特征的世界宗教范式(World religion Paradigm, WRP)为基础进行概念建构的;在政治上,WRP通过潘卡西拉(Pancasila)越来越具有霸权性,并按照从殖民时代到新秩序(orde Baru)的宗教生活政策来构建。因此,宗教的定义和分类更加严格,更具政治性。第二,这种建构可能导致:(1)一神论成为“公认宗教”的标准特征,使其具有排他性和歧视性。(2)为了得到国家的承认,印度教、佛教和儒家被迫将他们的神学观念一神化,服从潘卡西拉。(3)政府草率地将各种地方习俗简化为“信仰体系”。(4)宗教成为公民的主要身份,导致信仰者受到歧视和污名化。(5)在学术上,WRP也影响了宗教研究的范式。本文建议在政治利益之外,在学术上重新确定宗教类别的必要性。此外,有必要将本土宗教与信仰体系区分开来,因为即使它们与世界宗教不相同,它们也不像精神实践那么简单。摘要:Artikel ini mendiskusikan bagaimana kata“agama”dikonseptualisasi di Indonesia和implikasinya。数据研究,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析世袭政治,世界人民党似乎是霸权主义者,而国大党似乎是霸权主义者,而国大党则是殖民主义者。Jadi定义dan kategori agama lebih ketat dan politis。Kedua, konstruksi ini berimplikasi pada:(1) Monoteistik menjadi ciri standar pengakuan " agama ", sehinga eksklusif and diskminatim。(2) Agar diakui negara, Hindu, buddha, dan konghuu dipaksa untuk memonoteistifikasi konsep teologinya, tunduk kepada Pancasila。(3) Pemerintah secara gegabah mereduksi berbagai praktik local ke dalam“aliran kepercayaan”。(4) Agama menjadi identitas utama dalam kewarganegaraan, yang mengarah paddiskriminasi dan stigmatisasi penghayat kepercayaan。(5)国内外研究进展。文章认为,中国的经济发展与政治发展是密切相关的,而中国的经济发展与政治发展是密切相关的。Selain itu, perlu成员akan agama prihumi dari aliran keperkayaan karena meskipun tidak identik dengan agama dunia, naman akinak sensederhana sebagai praktik kebatan。
{"title":"Konseptualisasi Agama dan Implikasinya di Indonesia","authors":"Aulia Kamal","doi":"10.22373/substantia.v25i1.16944","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.16944","url":null,"abstract":"This article discusses how the concept of \"religion\" is conceptualized in Indonesia and its implications. Through literature review, data was collected and analyzed descriptively, and it was found that: First, the term \"religion\" is conceptually constructed academically based on the World Religion Paradigm (WRP) with Islam as the model and monotheism as the main feature. Politically, the WRP is increasingly hegemonic through Pancasila, and is constructed in accordance with the policy of religious life from the colonial era to the orde New Order (Orde Baru). Thus, the definition and categorization of religion are stricter and more political. Second, this construction has implications for: (1) Monotheism becoming the standard feature of \"recognized religion\", making it exclusive and discriminatory. (2) In order to be recognized by the state, Hinduism, Buddhism, and Confucianism are forced to monotheize their theological concepts and submit to Pancasila. (3) The government hastily reduces various local practices to \"belief systems\". (4) Religion becomes the main identity in citizenship, leading to discrimination and stigmatization of believers of faiths. (5) Academically, the WRP also influences the paradigm in the study of religion. This article recommends the need for a re-identification of religious categories academically, outside of political interests. In addition, it is necessary to distinguish native religions from belief systems because even though they are not identical to world religions, they are not as simple as spiritual practices. Abstrak: Artikel ini mendiskusikan bagaimana kata \"agama\" dikonseptualisasi di Indonesia dan implikasinya. Melalui studi kepustakaan, data dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif, dan ditemukan bahwa: Pertama, kata “agama” secara konseptual dikonstruksi secara akademis berdasarkan paradigma agama dunia (WRP) dengan Islam sebagai model dan monoteistik sebagai fitur utama. Secara politis, WRP semakin hegemonik melalui Pancasila, lalu dikonstruksi seturut kebijakan kehidupan beragama dari masa kolonial hingga Orde Baru. Jadi definisi dan kategori agama lebih ketat dan politis. Kedua, konstruksi ini berimplikasi pada: (1) Monoteistik menjadi ciri standar pengakuan “agama”, sehingga eksklusif dan diskriminatif. (2) Agar diakui negara, Hindu, Budha, dan Konghucu dipaksa untuk memonoteistifikasi konsep teologinya, tunduk kepada Pancasila. (3) Pemerintah secara gegabah mereduksi berbagai praktik lokal ke dalam \"aliran kepercayaan\". (4) Agama menjadi identitas utama dalam kewarganegaraan, yang mengarah pada diskriminasi dan stigmatisasi penghayat kepercayaan. (5) Secara akademis, WRP juga mempengaruhi paradigma dalam studi agama. Artikel ini merekomendasikan perlunya identifikasi ulang kategori agama secara akademis, di luar kepentingan politik. Selain itu, perlu membedakan agama pribumi dari aliran kepercayaan karena meskipun tidak identik dengan agama dunia, namun ia tidak sesederhana sebagai praktik kebatinan","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"56 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88469229","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Magisitas Al-Qur’an dalam Pengobatan Sakit Gigi dengan Media Paku pada Masyarakat Madura 伊斯兰教在马杜拉社会中使用钉子媒介治疗牙痛的神奇之处
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.17189
Abdul Basid, Faridatul Maulidah
Throughout the history of the Quran, the reception of the Quranic text and hadith by humanity has continued to evolve and has not always been the same in every time and place. The response and reaction of people to the Quran vary greatly, and one of them is the practice of treating toothache using Quranic verses and a nail as a tool in the village of Tobungan, Galis District, Pamekasan Regency, Madura. This shows that the Quran is not only a routine reading for Muslims during worship, but it can also be applied for healing purposes. This study uses a descriptive qualitative method, living Quran analysis, religious psychological approach, and interview, observation, and literature techniques. The study shows that Q.S. Al-Fatihah is positioned by some of the community members in Tobungan Village, Galis District, Pamekasan Regency, Madura as a verse that has magical power and can be used as a healing tool with additional rituals and equipment, such as nails and paper. This study concludes that the Quran is not only a religious text to be read during worship, but it also has healing value. Living Quran practices such as treating toothache with Quranic verses and nails in the village of Tobungan, Galis District, Pamekasan Regency, Madura demonstrate changes in people's response and reaction to the Quran over time and place. This study provides an overview of how the value of the Quran can change and be interpreted by the community according to their context and needs. Abstrak: Dalam perjalanan sejarah Al-Qur’an, penerimaan teks Al-Quran dan hadis oleh umat manusia terus berkembang dan tidak selalu sama di setiap waktu dan tempat. Respons dan tanggapan masyarakat terhadap Al-Quran sangat beragam dan salah satunya adalah praktik pengobatan sakit gigi dengan menggunakan ayat Al-Qur’an dan media paku di Desa Tobungan Kecamata Galis Kabupaten Pamekasan Madura. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran tidak hanya sebagai rutinitas bacaan umat muslim ketika beribadah, namun juga bisa diaplikasikan sebagai pengobatan. Kajian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, analisa living Qur’an, pendekatan psikologis religious, dan teknik wawancara, observasi dan pustaka. Kajian menunjukkan bahwa Q.S. Al-Fatihah oleh sebagian masyarakat Desa Tobungan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura diposisikan sebagai ayat yang memiliki kekuatan magis yang bisa menjadi media pengobatan dengan ritual dan perlengkapan tambahan berupa paku dan kertas. Kajian ini menyimpulkan bahwa Al-Quran tidak hanya sebagai teks keagamaan untuk dibaca dalam rutinitas ibadah, tetapi juga memiliki nilai pengobatan. Praktik living Quran seperti pengobatan sakit gigi dengan ayat Al-Quran dan media paku di Desa Tobungan Kecamata Galis Kabupaten Pamekasan Madura menunjukkan perubahan respons dan tanggapan masyarakat terhadap Al-Quran seiring waktu dan tempat. Studi ini memberikan gambaran bagaimana nilai Al-Quran bisa berubah dan diinterpretasikan oleh masyarakat sesuai dengan konteks dan kebutuha
纵观《古兰经》的历史,人类对《古兰经》文本和圣训的接受一直在不断发展,在每个时间和地点并不总是相同的。人们对《古兰经》的回应和反应各不相同,其中之一是在马杜拉帕梅卡桑县加利斯区Tobungan村,用《古兰经》经文和钉子作为工具治疗牙痛的做法。这表明《古兰经》不仅是穆斯林礼拜时的常规读物,而且还可以用于治疗目的。本研究采用描述性定性方法、活古兰经分析、宗教心理学方法、访谈、观察、文献等方法。研究表明,在马杜拉帕梅卡桑县加利斯区Tobungan村,Q.S. Al-Fatihah被一些社区成员定位为具有魔力的诗句,可以作为附加仪式和设备(如钉子和纸)的治疗工具。本研究认为,《古兰经》不仅是供礼拜时阅读的宗教文本,而且具有治疗价值。在马都拉帕梅卡桑县加利斯区Tobungan村,人们用古兰经经文和指甲治疗牙痛的古兰经习俗表明,随着时间和地点的变化,人们对古兰经的反应和反应发生了变化。这项研究概述了《古兰经》的价值是如何改变的,以及如何被社区根据他们的背景和需求来解释。摘要:《古兰经》是指《古兰经》是指《古兰经》是指《古兰经》是指《古兰经》是指《古兰经》是指《古兰经》是指《古兰经》。对《古兰经》的回应是:《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》。在《古兰经》中,我们可以看到,我们是穆斯林,我们是穆斯林,我们是穆斯林,我们是穆斯林,我们是穆斯林。喀坚尼蒙古纳坎方法定性描述,分析活古兰经,彭德喀坚尼心理学宗教,丹特尼克瓦旺卡拉,观察丹普斯塔卡。这句话的意思是:“我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。”《古兰经》原文为《古兰经》,原文为《古兰经》,原文为《古兰经》,原文为《古兰经》,原文为《古兰经》。《古兰经》的翻译是:《古兰经》的翻译是:《古兰经》的翻译是:《古兰经》的翻译是:《古兰经》的翻译是:《古兰经》的翻译是:《古兰经》的翻译是:《古兰经》的翻译是:《古兰经》《古兰经》的读者群是由《古兰经》的读者群和读者群组成的。
{"title":"Magisitas Al-Qur’an dalam Pengobatan Sakit Gigi dengan Media Paku pada Masyarakat Madura","authors":"Abdul Basid, Faridatul Maulidah","doi":"10.22373/substantia.v25i1.17189","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.17189","url":null,"abstract":"Throughout the history of the Quran, the reception of the Quranic text and hadith by humanity has continued to evolve and has not always been the same in every time and place. The response and reaction of people to the Quran vary greatly, and one of them is the practice of treating toothache using Quranic verses and a nail as a tool in the village of Tobungan, Galis District, Pamekasan Regency, Madura. This shows that the Quran is not only a routine reading for Muslims during worship, but it can also be applied for healing purposes. This study uses a descriptive qualitative method, living Quran analysis, religious psychological approach, and interview, observation, and literature techniques. The study shows that Q.S. Al-Fatihah is positioned by some of the community members in Tobungan Village, Galis District, Pamekasan Regency, Madura as a verse that has magical power and can be used as a healing tool with additional rituals and equipment, such as nails and paper. This study concludes that the Quran is not only a religious text to be read during worship, but it also has healing value. Living Quran practices such as treating toothache with Quranic verses and nails in the village of Tobungan, Galis District, Pamekasan Regency, Madura demonstrate changes in people's response and reaction to the Quran over time and place. This study provides an overview of how the value of the Quran can change and be interpreted by the community according to their context and needs. Abstrak: Dalam perjalanan sejarah Al-Qur’an, penerimaan teks Al-Quran dan hadis oleh umat manusia terus berkembang dan tidak selalu sama di setiap waktu dan tempat. Respons dan tanggapan masyarakat terhadap Al-Quran sangat beragam dan salah satunya adalah praktik pengobatan sakit gigi dengan menggunakan ayat Al-Qur’an dan media paku di Desa Tobungan Kecamata Galis Kabupaten Pamekasan Madura. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran tidak hanya sebagai rutinitas bacaan umat muslim ketika beribadah, namun juga bisa diaplikasikan sebagai pengobatan. Kajian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, analisa living Qur’an, pendekatan psikologis religious, dan teknik wawancara, observasi dan pustaka. Kajian menunjukkan bahwa Q.S. Al-Fatihah oleh sebagian masyarakat Desa Tobungan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura diposisikan sebagai ayat yang memiliki kekuatan magis yang bisa menjadi media pengobatan dengan ritual dan perlengkapan tambahan berupa paku dan kertas. Kajian ini menyimpulkan bahwa Al-Quran tidak hanya sebagai teks keagamaan untuk dibaca dalam rutinitas ibadah, tetapi juga memiliki nilai pengobatan. Praktik living Quran seperti pengobatan sakit gigi dengan ayat Al-Quran dan media paku di Desa Tobungan Kecamata Galis Kabupaten Pamekasan Madura menunjukkan perubahan respons dan tanggapan masyarakat terhadap Al-Quran seiring waktu dan tempat. Studi ini memberikan gambaran bagaimana nilai Al-Quran bisa berubah dan diinterpretasikan oleh masyarakat sesuai dengan konteks dan kebutuha","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89515532","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Western Materialism and Modernism's Philosophical Sources 西方唯物主义与现代主义的哲学渊源
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.17735
Suraiya It
One of materialism's and modernism's most serious flaws is their failure to take a holistic picture of human life. Transcendental ideals are rejected by almost all modernist ideologists. To put it another way, there is no objective, absolute standard for truth. Truth and moral standards, on the other hand, are only relative, with validity restricted to time, location, and situation. Modernists label societies founded on divine revelation as "static" and "petrified." Change is considered a virtue in and of itself, and the sooner things change, the better. The highest virtue of modernity is being current. The primary goal of this article was to investigate features of Western materialism and modernization, as well as the underlying causes at work in the process of materialism and modernization. It begins by studying the nature of materialism and the modernization process through an examination of the core narrative of Western history. The knowledge gathered from this analysis is utilized to create a conceptual framework. The paradigm is then used to investigate the consequences of Western modernity on non-Western countries.
唯物主义和现代主义最严重的缺陷之一是它们未能全面地看待人类生活。几乎所有现代主义思想家都反对先验理想。换句话说,真理没有客观的、绝对的标准。另一方面,真理和道德标准只是相对的,其有效性受时间、地点和情况的限制。现代主义者把建立在神圣启示之上的社会称为“静止的”和“僵化的”。改变本身就被认为是一种美德,事情越早改变越好。现代性的最高美德是与时俱进。本文的主要目的是探讨西方唯物主义和现代化的特点,以及在唯物主义和现代化的过程中起作用的根本原因。它首先通过对西方历史核心叙事的考察来研究唯物主义的本质和现代化进程。从这个分析中收集到的知识被用来创建一个概念框架。这一范式随后被用于研究西方现代性对非西方国家的影响。
{"title":"Western Materialism and Modernism's Philosophical Sources","authors":"Suraiya It","doi":"10.22373/substantia.v25i1.17735","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.17735","url":null,"abstract":"One of materialism's and modernism's most serious flaws is their failure to take a holistic picture of human life. Transcendental ideals are rejected by almost all modernist ideologists. To put it another way, there is no objective, absolute standard for truth. Truth and moral standards, on the other hand, are only relative, with validity restricted to time, location, and situation. Modernists label societies founded on divine revelation as \"static\" and \"petrified.\" Change is considered a virtue in and of itself, and the sooner things change, the better. The highest virtue of modernity is being current. The primary goal of this article was to investigate features of Western materialism and modernization, as well as the underlying causes at work in the process of materialism and modernization. It begins by studying the nature of materialism and the modernization process through an examination of the core narrative of Western history. The knowledge gathered from this analysis is utilized to create a conceptual framework. The paradigm is then used to investigate the consequences of Western modernity on non-Western countries.","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77917074","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Mempertimbangkan Waktu Kemunculan Hadis dalam Penggunaannya sebagai Bayan Al-Quran untuk Istimbath Hukum
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.17696
Maizuddin Maizuddin, Abd Wahid, Tarmizi M. Jakfar
This article aims to examine the hadiths used by the majority of scholars from the perspective of the emergence of hadiths to be used as bayan of the Koran in the inheritance of kalalah by conducting a literature review of ushul fiqh works, interpretations and explanations of hadiths. This is based on the decisions of several religious courts in Indonesia which stipulate that the existence of daughters hinders siblings from obtaining inheritance. This ruling is different from fiqh which in no way makes having a daughter hinder siblings from obtaining an inheritance based on the hadith used in interpreting the Koran. The results of this study show that consideration of the time of appearance (wurud) of hadith has become the practice of Sunni scholars in legal istinbath, but is not applied to the function of bayan of the Koran. While the Prophet made legal decisions based on the verses of the Koran that had been revealed to him. On the other hand, it can be seen that the inheritance system built by the Qur'an is carried out gradually in four stages with the revelation of verses within a span of six years, each of which stipulates certain aspects of inheritance law. The use of these hadiths is seen as inappropriate because the hadiths have lost the spirit of renewal that the Qur'an has made. The context of the verses that were revealed later was different from the verses that were revealed earlier. The hadith is only appropriate to use as bayan verses 11 and 12 of sura al-Nisa' which explain their respective parts, not to explain the meaning of kalalah. Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menelaah hadis yang digunakan oleh jumhur ulama dari sisi pertimbangan waktu munculnya hadis untuk digunakan sebagai bayan Alquran dalam kewarisan kalalah dengan melakukan telaah literatur dari karya-karya ushul fiqh, tafsir dan syarah hadis. Hal ini didasari adanya putusan beberapa pengadilan agama di Indonesia yang menetapkan keberadaan anak perempuan menghalangi saudara dalam memperoleh warisan. Putusan ini berbeda dengan fikih yang sama sekali tidak menjadikan adanya anak perempuan menghambat saudara dalam memperoleh warisan berdasarkan hadis yang digunakan dalam menafsirkan Alquran. Hasil telaahan tersebut memperlihatkan bahwa pertimbangan waktu kemunculan (wurud) hadis telah menjadi praktik ulama Sunni dalam istinbath hukum, tetapi tidak diterapkan untuk fungsi bayan Alquran. Sementara Nabi membuat keputusan-keputusan hukum didasarkan atas ayat Alquran yang telah diturunkan kepada beliau. Di sisi lain, terlihat bahwa sistem kewarisan yang dibangun Alquran dilakukan secara gradual dalam empat tahap dengan turunnya ayat dalam rentang waktu enam tahun yang masing-masingnya menetapkan aspek-aspek tertentu hukum kewarisan. Penggunaan hadis-hadis tersebut oleh jumhur ulama dipandang tidak tepat karena hadis-hadis telah kehilangan semangat pembaruan yang telah dibuat Alquran. Konteks ayat yang turun kemudian telah berbeda dengan ayat yang turun terlebih dahulu. Had
本文旨在通过对乌合尔法的著作、对圣训的解读和解释进行文献回顾,从作为《古兰经》的圣训在喀拉拉传承中出现的角度来考察大多数学者所使用的圣训。这是根据印度尼西亚几个宗教法院的判决,其中规定女儿的存在妨碍兄弟姐妹获得遗产。这一规定与fiqh不同,fiqh不会以任何方式使有一个女儿阻碍兄弟姐妹根据解释古兰经的圣训获得遗产。研究结果表明,考虑圣训的出现时间(wurud)已成为逊尼派学者在法学研究中的做法,但并未适用于古兰经的巴扬功能。而先知根据启示给他的《古兰经》的经文做出法律上的决定。另一方面,我们可以看到《古兰经》所建立的继承制度是在六年的时间里,分四个阶段逐步进行的,每一个阶段都规定了继承法的某些方面。使用这些圣训被认为是不合适的,因为这些圣训已经失去了古兰经所赋予的更新精神。后来被启示的经文的上下文与之前被启示的经文不同。圣训只适合作为巴扬节的第11节和第12节,它们解释了各自的部分,而不是解释kalalah的含义。摘要:Artikel ini bertujuan untuk menelaah hadis yang digunakan oleh jumhur ulama dari sisi pertimbangan waktu munculnya hadis untuk digunakan sebagai bayan Alquran dalam kewarisan kalalah dengan melakukan telaah literature dari karya-karya ushul fiqh, tafsir dan syarah hais。我的女儿是印度尼西亚人,我的女儿是印度尼西亚人,我的女儿是印度尼西亚人,我的女儿是印度尼西亚人。在古兰经上,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Hasil telaahan于memperlihatkan bahwa pertimbangan waktu kemunculan (wurud)哈迪telah menjadi praktik例如逊尼派dalam istinbath hukum, tetapi有些diterapkan为她fungsi巴Alquran。Sementara Nabi成员keputusan-keputusan hukum didasarkan atas ayat Alquran yang telah diturunkan kepada belas。disisi lain, terlihat bahwa system kewarisan yang dibanguan Alquran dilakukan secara渐进式的dalam empat dachan turunnya ayat dalam rentang waktu enam tahun yang masingnya menetapkan说话,说话,说话。Penggunaan hadis-hadis tersebut oleh jumhur ulama dipandang tidak tepat karena hadis-hadis telah kehilangan semangat pbanuan yang telah dibuat古兰经。Konteks ayat yang turun kemudian telah berbeda dengan ayat yang turun terlebih dahulu。Hadis tersebut hanya tepat digunakan sebagai bayan ayat 11 dan 12 surat al-Nisa ' yang menjelaskan bagian masing-masing, tidak untuk menjelaskan makna kalalah。
{"title":"Mempertimbangkan Waktu Kemunculan Hadis dalam Penggunaannya sebagai Bayan Al-Quran untuk Istimbath Hukum","authors":"Maizuddin Maizuddin, Abd Wahid, Tarmizi M. Jakfar","doi":"10.22373/substantia.v25i1.17696","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.17696","url":null,"abstract":"This article aims to examine the hadiths used by the majority of scholars from the perspective of the emergence of hadiths to be used as bayan of the Koran in the inheritance of kalalah by conducting a literature review of ushul fiqh works, interpretations and explanations of hadiths. This is based on the decisions of several religious courts in Indonesia which stipulate that the existence of daughters hinders siblings from obtaining inheritance. This ruling is different from fiqh which in no way makes having a daughter hinder siblings from obtaining an inheritance based on the hadith used in interpreting the Koran. The results of this study show that consideration of the time of appearance (wurud) of hadith has become the practice of Sunni scholars in legal istinbath, but is not applied to the function of bayan of the Koran. While the Prophet made legal decisions based on the verses of the Koran that had been revealed to him. On the other hand, it can be seen that the inheritance system built by the Qur'an is carried out gradually in four stages with the revelation of verses within a span of six years, each of which stipulates certain aspects of inheritance law. The use of these hadiths is seen as inappropriate because the hadiths have lost the spirit of renewal that the Qur'an has made. The context of the verses that were revealed later was different from the verses that were revealed earlier. The hadith is only appropriate to use as bayan verses 11 and 12 of sura al-Nisa' which explain their respective parts, not to explain the meaning of kalalah. Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menelaah hadis yang digunakan oleh jumhur ulama dari sisi pertimbangan waktu munculnya hadis untuk digunakan sebagai bayan Alquran dalam kewarisan kalalah dengan melakukan telaah literatur dari karya-karya ushul fiqh, tafsir dan syarah hadis. Hal ini didasari adanya putusan beberapa pengadilan agama di Indonesia yang menetapkan keberadaan anak perempuan menghalangi saudara dalam memperoleh warisan. Putusan ini berbeda dengan fikih yang sama sekali tidak menjadikan adanya anak perempuan menghambat saudara dalam memperoleh warisan berdasarkan hadis yang digunakan dalam menafsirkan Alquran. Hasil telaahan tersebut memperlihatkan bahwa pertimbangan waktu kemunculan (wurud) hadis telah menjadi praktik ulama Sunni dalam istinbath hukum, tetapi tidak diterapkan untuk fungsi bayan Alquran. Sementara Nabi membuat keputusan-keputusan hukum didasarkan atas ayat Alquran yang telah diturunkan kepada beliau. Di sisi lain, terlihat bahwa sistem kewarisan yang dibangun Alquran dilakukan secara gradual dalam empat tahap dengan turunnya ayat dalam rentang waktu enam tahun yang masing-masingnya menetapkan aspek-aspek tertentu hukum kewarisan. Penggunaan hadis-hadis tersebut oleh jumhur ulama dipandang tidak tepat karena hadis-hadis telah kehilangan semangat pembaruan yang telah dibuat Alquran. Konteks ayat yang turun kemudian telah berbeda dengan ayat yang turun terlebih dahulu. Had","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73931603","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Integrasi Islam dan Politik dalam Perspektif Hamka
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.17097
A. Amril, Endrika Widdia Putri, Delavia Andrea
The human desire to engage in politics is an integral part of their nature. However, in order to conduct politics well and in line with desired goals, a strong understanding of politics is required. Therefore, it is important to understand the concept of politics in Islam through modernist figures such as Hamka, who created a new conception of Islam and politics. The purpose of this research is to analyze Hamka's views on the rules of politics in Islam and the goals of Islamic politics. This research is the result of a qualitative literature study using Hamka's work entitled "Lembaga Hidup" as the main source. The results of the study show that, according to Hamka, the rules of Islamic politics should be based on natural law, moral law, and the law of human nature, and serve the interests of individuals, not groups or the state. The purpose of Islamic politics is to create justice for society, provide individual freedom, and create unity, brotherhood, and equality among human beings.Abstrak: Keinginan manusia untuk berpolitik adalah bagian integral dari kodrat kemanusiaannya. Namun, untuk menjalankan politik dengan baik dan sejalan dengan tujuan yang diinginkan, diperlukan pemahaman yang kuat tentang perpolitikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami konsep perpolitikan dalam Islam melalui tokoh modernis seperti Hamka, yang menciptakan konsepsi baru tentang Islam dan politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pandangan Hamka tentang aturan perpolitikan dalam Islam serta tujuan politik Islam. Penelitian ini merupakan hasil kajian kepustakaan menggunakan metode kualitatif dengan sumber utama yaitu karya Hamka yang berjudul "Lembaga Hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Hamka, aturan perpolitikan Islam harus didasarkan pada hukum alam, hukum moral, dan hukum fitrah manusia serta melayani kepentingan individu, bukan kepentingan kelompok atau negara. Tujuan dari politik Islam adalah untuk menciptakan keadilan bagi masyarakat, memberikan kebebasan individu, serta menciptakan persatuan, persaudaraan, dan kesetaraan antar-manusia.
人类参与政治的愿望是其本性的一个组成部分。然而,要想做好政治工作,达到预期目标,就需要对政治有深刻的理解。因此,通过哈姆卡等现代主义人物来理解伊斯兰教的政治概念是很重要的,他创造了一种新的伊斯兰教和政治概念。本研究的目的是分析哈姆卡对伊斯兰政治规则的看法以及伊斯兰政治的目标。本研究是以Hamka的著作《Lembaga Hidup》为主要资料来源进行定性文献研究的结果。研究结果表明,根据哈姆卡的观点,伊斯兰政治的规则应该建立在自然法、道德法和人性法则的基础上,并为个人的利益服务,而不是群体或国家的利益。伊斯兰政治的目的是为社会创造正义,提供个人自由,并在人类之间创造团结、兄弟情谊和平等。[摘要]新疆维吾尔自治区自治区,新疆维吾尔自治区,新疆维吾尔自治区。Namun, untuk menjalankan politikan dengan baik dansejalan dengan tujuan yang didiinginkan, diperlukan pemahaman yang kuattentang perpolitikan。Oleh karena, penting untuk memahami konsep perpolitik dalam Islam melalui to the modern modern seperti Hamka, yang menciptakan konsepsi baru tentang Islam danpolitik。图胡安penelitian ini adalah untuk menganalis pandangan Hamka tantanan perpolitikan dalam Islam serta图胡安politik Islam。Penelitian ini merupakan hasil kajian kepustakaan menggunakan metalititan sumdama yaitya karya Hamka yang berjudul“Lembaga Hidup”。Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Hamka, aturan perpolitikan Islam harus didasarkan pada hukum alam, hukum moral, dan hukum fitrah manusia serta melayani kepentingan个人,bukan kepentingan kelompok atau negara。Tujuan dari politik Islam adalah untuk menciptakan keadilan bagi masyarakat,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员,成员。
{"title":"Integrasi Islam dan Politik dalam Perspektif Hamka","authors":"A. Amril, Endrika Widdia Putri, Delavia Andrea","doi":"10.22373/substantia.v25i1.17097","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.17097","url":null,"abstract":"The human desire to engage in politics is an integral part of their nature. However, in order to conduct politics well and in line with desired goals, a strong understanding of politics is required. Therefore, it is important to understand the concept of politics in Islam through modernist figures such as Hamka, who created a new conception of Islam and politics. The purpose of this research is to analyze Hamka's views on the rules of politics in Islam and the goals of Islamic politics. This research is the result of a qualitative literature study using Hamka's work entitled \"Lembaga Hidup\" as the main source. The results of the study show that, according to Hamka, the rules of Islamic politics should be based on natural law, moral law, and the law of human nature, and serve the interests of individuals, not groups or the state. The purpose of Islamic politics is to create justice for society, provide individual freedom, and create unity, brotherhood, and equality among human beings.Abstrak: Keinginan manusia untuk berpolitik adalah bagian integral dari kodrat kemanusiaannya. Namun, untuk menjalankan politik dengan baik dan sejalan dengan tujuan yang diinginkan, diperlukan pemahaman yang kuat tentang perpolitikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami konsep perpolitikan dalam Islam melalui tokoh modernis seperti Hamka, yang menciptakan konsepsi baru tentang Islam dan politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pandangan Hamka tentang aturan perpolitikan dalam Islam serta tujuan politik Islam. Penelitian ini merupakan hasil kajian kepustakaan menggunakan metode kualitatif dengan sumber utama yaitu karya Hamka yang berjudul \"Lembaga Hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Hamka, aturan perpolitikan Islam harus didasarkan pada hukum alam, hukum moral, dan hukum fitrah manusia serta melayani kepentingan individu, bukan kepentingan kelompok atau negara. Tujuan dari politik Islam adalah untuk menciptakan keadilan bagi masyarakat, memberikan kebebasan individu, serta menciptakan persatuan, persaudaraan, dan kesetaraan antar-manusia.","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"140 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77759362","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Nasaruddin Umar: Tasawuf Wasathiyah dalam Masyarakat Modern
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.16850
Rizki Maulana, M. I. Irham
This article aims to present an in-depth exploration of Wasathiyah Sufism, which is a form of modern Sufism, without simplifying or expanding its core ideas. Wasathiyah Sufism seeks to transform modern society that is rational, empirical, hedonistic, materialist, individualist, even secular into a pious, tolerant, high social spirit, and moral society without isolating oneself from society, the world, or the workplace. This Sufism helps humans develop objectivity, professionalism, and awareness of their duties, obligations and responsibilities as servants of Allah and messengers of Allah on earth which are very much needed by the people. This study uses a qualitative method to examines Nasaruddin Umar's thoughts supported by the literature in accordance with the topic of this study. The results of this study concluded that the method of getting closer to Allah through tasawuf wasathiyah is carried out by combining concern for the world with concern for the hereafter. The goal is to realize a virtuous social and spiritual order, this moderate idea (tawasuth) will give birth to a new model of contemporary society that is balanced (tawazun), proportional (i'tidal), and tolerant (tasamuh).Abstrak: Artikel ini bertujuan menyajikan penggalian mendalam atas tasawuf wasathiyah yang merupakan salah satu bentuk tasawuf modern, tanpa penyederhanaan atau perluasan gagasan intinya. Tasawuf Wasathiyah berupaya mengubah masyarakat modern yang rasional, empiris, hedonistik, materialis, individualis, bahkan sekuler menjadi masyarakat yang saleh, toleran, berjiwa sosial tinggi, dan bermoral tanpa mengisolasi diri dari masyarakat, dunia, atau tempat kerja. Tasawuf ini membantu manusia mengembangkan objektivitas, profesionalisme, dan kesadaran akan tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah dan utusan Allah di muka bumi yang sangat dibutuhkan oleh umat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang meneliti pemikiran Nasaruddin Umar dalam didukung dengan literatur-literatur kepustakaan sesuai dengan topik penelitian ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa metode mendekatkan diri kepada Allah melalui tasawuf wasathiyah dilakukan dengan menggabungkan kepedulian terhadap dunia dengan kepedulian terhadap akhirat. Sasarannya adalah mewujudkan tatanan sosial dan spiritual yang berbudi luhur, gagasan moderat (tawasuth) ini akan melahirkan model baru masyarakat kontemporer yang seimbang (tawazun), proporsional (i'tidal), dan toleran (tasamuh).
本文旨在对现代苏非主义的一种形式——Wasathiyah苏非主义进行深入的探讨,不简化或扩展其核心思想。Wasathiyah su非主义寻求将理性的、经验的、享乐主义的、唯物主义的、个人主义的、甚至世俗的现代社会转变为一个虔诚的、宽容的、高尚的社会精神和道德的社会,而不将自己与社会、世界或工作场所隔离开来。这种苏非主义帮助人类发展客观、专业和意识到他们作为安拉的仆人和安拉在地球上的使者的职责、义务和责任,这是人们非常需要的。本研究根据本研究的主题,采用定性的方法来检验纳萨鲁丁·欧玛尔的思想,这些思想得到文献的支持。这项研究的结果表明,通过tasawuf wasathiyah接近真主的方法是将对现世的关注与对后世的关注结合起来进行的。目标是实现一个良性的社会和精神秩序,这种适度的思想(tawasuth)将催生一个平衡(tawazun)、比例(i’tidal)和宽容(tasamuh)的现代社会新模式。摘要:Artikel ini bertujuan menyajikan penggalian mendalam atas tasawuf wasathiyah yang merupakan salah satu bentuk tasawuf modern, tanpa penyederhanaan atau perluasan gagasan intinya。现代理性,帝国主义,享乐主义,物质主义,个人主义,bahkan sekuler menjadi masyarakat yang saleh,宽容,berjiwa social tinggi, dan bermoral tanpa mengisolasi diri dari masyarakat, dunia, atau tempat kerja。Tasawuf ini membantu manusia mengembangkan objjetivitas,专业,dan kesadaran akan tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah dan utusan真主,真主,bubutuhkan, sangat dibutuhkan oleh umat。Penelitian ini mongunakan meititalityyang meneliti pemikiran Nasaruddin Umar dalam didukung dengan literature -文学kepustakaan sessuai dengan topik Penelitian ini。我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。Sasarannya adalah mewujudkan tatanan social dan spiritual yang berbudi luhur, gagasan moderat (tawasuth) ini akan melahirkan model baru masyarakat kontemporer yang seimbang (tawazun), proporsional (i’tidal), dan toleran (tasamuh)。
{"title":"Nasaruddin Umar: Tasawuf Wasathiyah dalam Masyarakat Modern","authors":"Rizki Maulana, M. I. Irham","doi":"10.22373/substantia.v25i1.16850","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.16850","url":null,"abstract":"This article aims to present an in-depth exploration of Wasathiyah Sufism, which is a form of modern Sufism, without simplifying or expanding its core ideas. Wasathiyah Sufism seeks to transform modern society that is rational, empirical, hedonistic, materialist, individualist, even secular into a pious, tolerant, high social spirit, and moral society without isolating oneself from society, the world, or the workplace. This Sufism helps humans develop objectivity, professionalism, and awareness of their duties, obligations and responsibilities as servants of Allah and messengers of Allah on earth which are very much needed by the people. This study uses a qualitative method to examines Nasaruddin Umar's thoughts supported by the literature in accordance with the topic of this study. The results of this study concluded that the method of getting closer to Allah through tasawuf wasathiyah is carried out by combining concern for the world with concern for the hereafter. The goal is to realize a virtuous social and spiritual order, this moderate idea (tawasuth) will give birth to a new model of contemporary society that is balanced (tawazun), proportional (i'tidal), and tolerant (tasamuh).Abstrak: Artikel ini bertujuan menyajikan penggalian mendalam atas tasawuf wasathiyah yang merupakan salah satu bentuk tasawuf modern, tanpa penyederhanaan atau perluasan gagasan intinya. Tasawuf Wasathiyah berupaya mengubah masyarakat modern yang rasional, empiris, hedonistik, materialis, individualis, bahkan sekuler menjadi masyarakat yang saleh, toleran, berjiwa sosial tinggi, dan bermoral tanpa mengisolasi diri dari masyarakat, dunia, atau tempat kerja. Tasawuf ini membantu manusia mengembangkan objektivitas, profesionalisme, dan kesadaran akan tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah dan utusan Allah di muka bumi yang sangat dibutuhkan oleh umat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang meneliti pemikiran Nasaruddin Umar dalam didukung dengan literatur-literatur kepustakaan sesuai dengan topik penelitian ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa metode mendekatkan diri kepada Allah melalui tasawuf wasathiyah dilakukan dengan menggabungkan kepedulian terhadap dunia dengan kepedulian terhadap akhirat. Sasarannya adalah mewujudkan tatanan sosial dan spiritual yang berbudi luhur, gagasan moderat (tawasuth) ini akan melahirkan model baru masyarakat kontemporer yang seimbang (tawazun), proporsional (i'tidal), dan toleran (tasamuh).","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86355953","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Relevansi antara Ilmu Kedokteran dengan Struktur Kulit Manusia dalam Al-Qur’an 医学与人体皮肤结构的相关性在古兰经中
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.17596
Aprilita Hajar, Ana Miftahul Hidayah, Lailatul Wardah
This article aims to discuss the relevance of medical science to the Quran regarding the structure of human skin. This study uses a qualitative research method presented in a descriptive analysis design, based on the theory of scientific interpretation. The technique used for data collection is literature review using books and journals that have a correlation with this research. This study shows the relationship between the structure of human skin and medical science as written in the verses of the Quran. The different fingerprints on human skin have been explained in the Quran and are relevant to the explanation of forensic science in the field of medicine, to help identify criminals or find the owner of fingerprints. Furthermore, the anatomical structure of the skin also serves as a pain receptor, as explained in the Quran, which is relevant to the explanation of medical science, that if sensory nerves are damaged, pain receptors will disappear. Therefore, it is clearly written in the Quran that the punishment for disbelievers in hell is that their skin will be burned and Allah will replace it with new skin, so that the disbelievers will feel continuous pain. This study concludes that the connection between the Quran and existing technological advancements is very close, as everything that exists and happens has been clearly written in the Quran.Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang relevansi ilmu kedokteran dengan Al-Qur’an tentang struktur kulit manusia. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang penyajiannya menggunakan desain analisis deskriptif, yang didasari oleh teori tafsir sains. adapun teknik dalam pengumpulan data, menggunakan telaah kepustakaan dengan sumber buku-buku dan jurnal yang memiliki korelasi dengan penelitian ini. Kajian ini menunjukkan adanya hubungan antara struktur kulit manusia dengan ilmu kedokteran sebagaimana telah tertulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Sidik jari pada kulit manusia yang berbeda-beda telah dijelaskan dalam Al-Qur'an dan relevan dengan penjelasan ilmu forensik yang ada pada bidang kedokteran untuk membantu menemukan pelaku kejahatan atau menemukan pemilik sidik jari. Lalu struktur anatomi kulit juga menjadi reseptor rasa sakit sebagaimana penjelasan Al-Qur'an juga relevan dengan penjelasan ilmu kedokteran, yaitu jika ujung saraf sensorik sudah rusak, maka reseptor rasa sakit akan hilang. Maka dari itu tertulis jelas di dalam Al-Qur’an bahwa balasan azab bagi orang-orang kafir di neraka kelak adalah jika kulit itu hangus maka Allah akan mengganti dengan kulit yang baru, agar orang kafir merasa sakit yang bersifat terus menerus. Kajian ini menyimpulkan bahwa keterkaitan antara Al-Qur’an dengan perkembangan teknologi yang ada sangatlah erat, karena sesungguhnya segala sesuatu yang ada dan terjadi telah tertulis jelas di dalam Al-Qur’an.
本文旨在讨论医学与古兰经关于人体皮肤结构的相关性。本研究以科学解释理论为基础,采用描述性分析设计的定性研究方法。数据收集的技术是使用与本研究相关的书籍和期刊进行文献回顾。这项研究显示了古兰经经文中所记载的人体皮肤结构与医学之间的关系。古兰经已经解释了人体皮肤上的不同指纹,并与医学领域的法医学解释有关,以帮助识别罪犯或找到指纹的主人。此外,皮肤的解剖结构也是疼痛感受器,正如古兰经中解释的那样,这与医学科学的解释有关,如果感觉神经受损,痛觉感受器就会消失。因此,《古兰经》中明确地写着,不信道者在地狱的惩罚是他们的皮肤将被烧伤,真主将用新皮肤替换,使不信道者不断地感到痛苦。这项研究得出的结论是,古兰经与现有技术进步之间的联系非常密切,因为所有存在和发生的事情都清楚地写在古兰经中。摘要:《古兰经》的《古兰经》的《古兰经》《古兰经》的《古兰经》《古兰经》的《古兰经》《古兰经》的《古兰经》。杨Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif penyajiannya menggunakan desain分析deskriptif,杨didasari oleh pokalchuk teori tafsir理科。引用本文:《人口普查数据的适应技术》,《蒙古人口普查》,《蒙古人口普查》,《蒙古人口普查》,《蒙古人口普查》,《中国人口普查》,《中国人口普查》。《古兰经》原文为《古兰经》原文为《古兰经》原文为《古兰经》。《古兰经》中有一段话是这样说的:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”拉鲁构造解剖学kulit juga menjadi resetor rasa sakit sebagaimana penjelasan al - quan juga relan dengan penjelasan ilmu kedokteran, yitu jika ujung saraf sensorik sudah rusak, maka resetor rasa sakit akan hilang。《古兰经》中有一段话是这样说的:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】
{"title":"Relevansi antara Ilmu Kedokteran dengan Struktur Kulit Manusia dalam Al-Qur’an","authors":"Aprilita Hajar, Ana Miftahul Hidayah, Lailatul Wardah","doi":"10.22373/substantia.v25i1.17596","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.17596","url":null,"abstract":"This article aims to discuss the relevance of medical science to the Quran regarding the structure of human skin. This study uses a qualitative research method presented in a descriptive analysis design, based on the theory of scientific interpretation. The technique used for data collection is literature review using books and journals that have a correlation with this research. This study shows the relationship between the structure of human skin and medical science as written in the verses of the Quran. The different fingerprints on human skin have been explained in the Quran and are relevant to the explanation of forensic science in the field of medicine, to help identify criminals or find the owner of fingerprints. Furthermore, the anatomical structure of the skin also serves as a pain receptor, as explained in the Quran, which is relevant to the explanation of medical science, that if sensory nerves are damaged, pain receptors will disappear. Therefore, it is clearly written in the Quran that the punishment for disbelievers in hell is that their skin will be burned and Allah will replace it with new skin, so that the disbelievers will feel continuous pain. This study concludes that the connection between the Quran and existing technological advancements is very close, as everything that exists and happens has been clearly written in the Quran.Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang relevansi ilmu kedokteran dengan Al-Qur’an tentang struktur kulit manusia. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang penyajiannya menggunakan desain analisis deskriptif, yang didasari oleh teori tafsir sains. adapun teknik dalam pengumpulan data, menggunakan telaah kepustakaan dengan sumber buku-buku dan jurnal yang memiliki korelasi dengan penelitian ini. Kajian ini menunjukkan adanya hubungan antara struktur kulit manusia dengan ilmu kedokteran sebagaimana telah tertulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Sidik jari pada kulit manusia yang berbeda-beda telah dijelaskan dalam Al-Qur'an dan relevan dengan penjelasan ilmu forensik yang ada pada bidang kedokteran untuk membantu menemukan pelaku kejahatan atau menemukan pemilik sidik jari. Lalu struktur anatomi kulit juga menjadi reseptor rasa sakit sebagaimana penjelasan Al-Qur'an juga relevan dengan penjelasan ilmu kedokteran, yaitu jika ujung saraf sensorik sudah rusak, maka reseptor rasa sakit akan hilang. Maka dari itu tertulis jelas di dalam Al-Qur’an bahwa balasan azab bagi orang-orang kafir di neraka kelak adalah jika kulit itu hangus maka Allah akan mengganti dengan kulit yang baru, agar orang kafir merasa sakit yang bersifat terus menerus. Kajian ini menyimpulkan bahwa keterkaitan antara Al-Qur’an dengan perkembangan teknologi yang ada sangatlah erat, karena sesungguhnya segala sesuatu yang ada dan terjadi telah tertulis jelas di dalam Al-Qur’an.","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83476794","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Konstruksi Penemuan Hukum Islam dari Perilaku Kemanusian Nabi Ditinjau dari Maqashid Syariah 伊斯兰法发现先知人道主义行为的结构受到了Maqashid伊斯兰教法的审视
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.17668
Salman Abdul Muthalib
Prophet Muhammad SAW had two roles, as a messenger and an ordinary human being. However, the assumption of some people that the words of Prophet Muhammad as an ordinary human being are considered as religious obligations to be followed or avoided, this burdens the weight of practicing religion and eventually leads some of the community to ignore all religious teachings. In this study, the author wants to look at a clear format of the elements of sharia in the Prophet's Sunnah so that it can be used as a guide in finding laws and providing a clear understanding to the community about what teachings are truly part of the religion. This research is qualitative, with the main focus on studying the Prophet's actions as a basis for discovering laws. The study found that some of the Prophet's actions are not included in the elements of sharia, whether it is mandatory, recommended, or permissible by sharia law, so the hadiths in this category cannot be used as sharia law and are not binding on Muslims to follow them. The Prophet's actions related to worldly matters, such as being a head of state and a judge, customary practices, or human characteristics, cannot be used as a reference in establishing sharia law and are not part of Islamic teachings. Abstrak: Nabi Muhammad SAW memiliki dua sifat, sebagai Rasul dan  manusia biasa. Akan tetapi anggapan sebagian orang bahwa ucapan Nabi Muhammad selaku manusia biasa pun dianggap sebagai agama yang wajib diikuti atau dijauhi, hal ini membuat beban dalam beragama menjadi lebih berat dan akhirnya mendorong sebagian umat mengabaikan seluruh ajaran agama. Dalam kajian ini, penulis ingin melihat format yang jelas mengenai unsur-unsur syariat dalam Sunnah Nabi sehingga dapat dijadikan panduan dalam menemukan hukum dan memberi gambaran yang jelas kepada umat ajaran apa saja yang benar-benar bagian dari agama. Penelitian ini bersifat kualitatif, fokus utama adalah kajian terhadap perbuatan Nabi sebagai dasar dalam penemuan hukum. Penelitian menemukan bahwa beberapa tindakan Nabi yang tidak termasuk dalam unsur syariat, baik itu hukum wajib, sunnah, atau mubah syar‘iyyah, sehingga hadis-hadis dalam kategori ini tidak bisa dijadikan sebagai hukum syariat dan tidak mengikat umat Islam untuk mengikutinya. Tindakan Nabi yang terkait dengan masalah dunia, seperti sebagai kepala negara dan hakim, kebiasaan adat, atau sifat kemanusiaan, tidak dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menetapkan hukum syariah dan bukan bagian dari ajaran Islam.
先知穆罕默德有两个角色,一个是使者,一个是普通人。然而,有些人认为先知穆罕默德作为一个普通人的话被认为是必须遵守或避免的宗教义务,这加重了宗教实践的负担,最终导致一些社区忽视所有的宗教教义。在这项研究中,作者想看看先知圣训中伊斯兰教法元素的清晰形式,以便它可以作为寻找法律的指南,并为社区提供关于哪些教义是真正的宗教组成部分的清晰理解。这项研究是定性的,主要侧重于研究先知的行为,作为发现规律的基础。研究发现,先知的一些行为不包括在伊斯兰教法的要素中,无论是强制性的,推荐的,还是伊斯兰教法允许的,所以这一类的圣训不能被用作伊斯兰教法,也没有约束穆斯林遵循它们。先知与世俗事务有关的行为,如作为国家元首和法官、习惯做法或人类特征,不能用作建立伊斯兰教法的参考,也不是伊斯兰教义的一部分。摘要:Nabi Muhammad SAW memoriliki dua sifat, sebagai Rasul dan manusia biasa。阿肯·特拉比·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘·阿甘。Dalam kajian ini, penulis ingin melihat格式yang jelas mengenai unsur-unsur syariam Sunnah Nabi sehinga dapat dijadikan panduan Dalam menemukan hukum dan memberi gambaran yang jelas kepada umat ajaran apa saja yang benar-benar bagian dari agama。penpentitian的翻译结果:penpentititian的翻译结果:penpentititian的翻译结果:Penelitian menemukan bahwa beberapa tindakan Nabi yang tidak termasuk dalam unsur syutya, baik tu hukum wajib, sunnah, atau mubah syaryyah, seingga hadiss - hadiss dalam kategori ini tidaisa dijadikan sebagai hukum syutka untuk mengikat umat Islam untuk mengikutya。Tindakan Nabi yang terkait dengan masalah dunia, seperti sebagai kepala negara danhakim, kebiasan adat, atau sifat kemanusian, tidak dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menetapkan hukum syariah dan bukan bagian dari ajaran Islam。
{"title":"Konstruksi Penemuan Hukum Islam dari Perilaku Kemanusian Nabi Ditinjau dari Maqashid Syariah","authors":"Salman Abdul Muthalib","doi":"10.22373/substantia.v25i1.17668","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.17668","url":null,"abstract":"Prophet Muhammad SAW had two roles, as a messenger and an ordinary human being. However, the assumption of some people that the words of Prophet Muhammad as an ordinary human being are considered as religious obligations to be followed or avoided, this burdens the weight of practicing religion and eventually leads some of the community to ignore all religious teachings. In this study, the author wants to look at a clear format of the elements of sharia in the Prophet's Sunnah so that it can be used as a guide in finding laws and providing a clear understanding to the community about what teachings are truly part of the religion. This research is qualitative, with the main focus on studying the Prophet's actions as a basis for discovering laws. The study found that some of the Prophet's actions are not included in the elements of sharia, whether it is mandatory, recommended, or permissible by sharia law, so the hadiths in this category cannot be used as sharia law and are not binding on Muslims to follow them. The Prophet's actions related to worldly matters, such as being a head of state and a judge, customary practices, or human characteristics, cannot be used as a reference in establishing sharia law and are not part of Islamic teachings. Abstrak: Nabi Muhammad SAW memiliki dua sifat, sebagai Rasul dan  manusia biasa. Akan tetapi anggapan sebagian orang bahwa ucapan Nabi Muhammad selaku manusia biasa pun dianggap sebagai agama yang wajib diikuti atau dijauhi, hal ini membuat beban dalam beragama menjadi lebih berat dan akhirnya mendorong sebagian umat mengabaikan seluruh ajaran agama. Dalam kajian ini, penulis ingin melihat format yang jelas mengenai unsur-unsur syariat dalam Sunnah Nabi sehingga dapat dijadikan panduan dalam menemukan hukum dan memberi gambaran yang jelas kepada umat ajaran apa saja yang benar-benar bagian dari agama. Penelitian ini bersifat kualitatif, fokus utama adalah kajian terhadap perbuatan Nabi sebagai dasar dalam penemuan hukum. Penelitian menemukan bahwa beberapa tindakan Nabi yang tidak termasuk dalam unsur syariat, baik itu hukum wajib, sunnah, atau mubah syar‘iyyah, sehingga hadis-hadis dalam kategori ini tidak bisa dijadikan sebagai hukum syariat dan tidak mengikat umat Islam untuk mengikutinya. Tindakan Nabi yang terkait dengan masalah dunia, seperti sebagai kepala negara dan hakim, kebiasaan adat, atau sifat kemanusiaan, tidak dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menetapkan hukum syariah dan bukan bagian dari ajaran Islam.","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78538736","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Reinterpretasi Makna "Idribuhunna" dalam QS. An-nisa Ayat 34: Analisis Tafsir Al-Jailani dari Perspektif Teori Double Movement
Pub Date : 2023-04-30 DOI: 10.22373/substantia.v25i1.17502
M. Syafi’i, M. A. K. Hasan
This study aims to reinterpret the meaning of "idribuhunna" in Al-Jailani's interpretation of verse 34 of Surah An-Nisa and then provide provisions and limitations on hitting a disobedient wife. This research uses a literature review method, with the primary source being Al-Jailani's Tafsir, and then uses Fazlur Rahman's Double Movement Hermeneutics Theory to reinterpret the meaning of "idribuhunna." This study shows that the moral idea behind Surah An-Nisa verse 34 is to provide education and teaching to a disobedient wife so that she does not act disobediently again, not to hurt or punish her. Al-Jailani's interpretation seems to legitimize the action of hitting a disobedient wife without providing clear provisions and limitations, which is not in line with the moral idea contained in Surah An-Nisa verse 34. Therefore, the most relevant meaning of the word "idribuhunna" is a symbolic gesture without direct hitting. If hitting is really necessary, then it must adhere to the provisions and limitations, namely, it must not cause pain, injury, or broken bones; hit the face area; repeat hitting in the same place; and using a whip or stick is prohibited. Although hitting a wife is allowed, scholars agree that leaving is preferable.Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk melakukan reinterpretasi makna “idribuhunna” dalam penafsiran Al-Jailani pada penggalan ayat QS. An-Nisa’ ayat 34, kemudian memberikan ketentuan dan batasan dalam memukul istri yang nusyuz. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan sumber primernya adalah kitab Tafsir Al-Jailani, kemudian menggunakan pendekatan teori hermeneutika Double Movement milik Fazlur Rahman dalam melakukan reinterpretasi makna “idribuhunna”. Kajian ini menunjukkan bahwa ide moral dari QS. An-Nisa’ ayat 34 adalah untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada istri yang nusyuz agar tidak berbuat nusyuz lagi, bukan menyakiti dan menyiksanya. Al-Jailani dalam tafsirnya terkesan melegitimasi tindakan pemukulan terhadap istri yang nusyuz tanpa memberikan ketentuan dan batasan yang jelas, sehingga hal ini tidak sejalan dengan ide moral yang terkandung dalam QS An-Nisa ayat 34 tersebut. Maka makna dari kata “idribuhunna” yang paling relevan adalah isyarat tangan saja tanpa memukul secara langsung. Jika memukul memang benar-benar diperlukan, maka harus memperhatikan ketentuan dan batasan yaitu tidak boleh menyakitkan, tidak menyebabkan luka, tidak sampai mematahkan tulang, tidak memukul pada daerah wajah, tidak boleh mengulangi pukulan di tempat yang sama, dan dilarang menggunakan cambuk atau tongkat. Meskipun tindakan memukul istri ini dibolehkan, para ulama sepakat bahwa meninggalkan cara ini lebih utama.
本研究旨在重新解释Al-Jailani对《古兰经》第34节的解释中“idribuhunna”的含义,然后提供殴打不服从的妻子的规定和限制。本研究采用文献回顾法,以Al-Jailani的《Tafsir》为主要资料来源,再以Fazlur Rahman的双重运动解释学理论重新诠释“idribuhunna”的意义。这项研究表明,苏拉34节背后的道德观念是为不顺服的妻子提供教育和教导,使她不再不顺服,不再伤害或惩罚她。Al-Jailani的解释似乎使殴打不服从的妻子的行为合法化,而没有提供明确的规定和限制,这与《古兰经》第34节所包含的道德观念不一致。因此,“idribuhunna”一词最相关的含义是一种没有直接打击的象征性手势。如果确实有必要击打,那么必须遵守规定和限制,即不能造成疼痛、伤害或骨折;打脸;在同一个地方重复击打;禁止使用鞭子或棍棒。虽然殴打妻子是允许的,但学者们一致认为,离开是更好的选择。摘要:Kajian ini bertujuan untuk melakukan reinterpretasi makna " idribuhunna " dalam penafsiran Al-Jailani padadpenggalan ayat QS。An-Nisa ' ayat, 34岁,kemudian成员,kementuan dan batasan dalam memukul istri yang nusyuz。Penelitian ini menggunakan metde kepustakaan dengan sumber primernya adalah kitab Tafsir Al-Jailani, kemudian menggunakan pendekatan teori hermeneutika双重运动milik Fazlur Rahman dalam melakukan重新解释了makna“idribuhunna”。Kajian ini menunjukkan bahwa ide moral dari QS。An-Nisa ' ayat 34 adalah untuk成员kan pendidikan dan pengajaran kepada istri yang nusyuz agar tidak berbuat nusyuz lagi, bukan menyakiti dan menyik三亚。Al-Jailani dalam tafsirnya terkesan melegitimasi tindakan pemukulan terhadap istri yang nusyuz tanpa成员kan ketentuan dan batasan yang jelas, seingga hal ini tidak sejalan dengan ide moral yang terkandung dalam QS An-Nisa ayat 34 tersebut。Maka makna dari kata " idribuhunna " yang paling相关,adalah isyarat tangan saja tanpa memukul secara langsung。Jika memukul memang benar-benar diperlukan, maka harus memperhatikan ketentuan dan batasan yitu tiak boleh menyakitkan, tidak menyebabkan luka, tidak sampai mematahkan tulang, tidak memukul paada daerah wajah, tidak boleh mengulangi pukulan di tempat yang sama, dan dilarang menggunakan cambuk atau tongkat。Meskipun tindakan memukul istri ini dibolehkan, para ulama sepakat bahwa meninggalkan cara i lebih utama。
{"title":"Reinterpretasi Makna \"Idribuhunna\" dalam QS. An-nisa Ayat 34: Analisis Tafsir Al-Jailani dari Perspektif Teori Double Movement","authors":"M. Syafi’i, M. A. K. Hasan","doi":"10.22373/substantia.v25i1.17502","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/substantia.v25i1.17502","url":null,"abstract":"This study aims to reinterpret the meaning of \"idribuhunna\" in Al-Jailani's interpretation of verse 34 of Surah An-Nisa and then provide provisions and limitations on hitting a disobedient wife. This research uses a literature review method, with the primary source being Al-Jailani's Tafsir, and then uses Fazlur Rahman's Double Movement Hermeneutics Theory to reinterpret the meaning of \"idribuhunna.\" This study shows that the moral idea behind Surah An-Nisa verse 34 is to provide education and teaching to a disobedient wife so that she does not act disobediently again, not to hurt or punish her. Al-Jailani's interpretation seems to legitimize the action of hitting a disobedient wife without providing clear provisions and limitations, which is not in line with the moral idea contained in Surah An-Nisa verse 34. Therefore, the most relevant meaning of the word \"idribuhunna\" is a symbolic gesture without direct hitting. If hitting is really necessary, then it must adhere to the provisions and limitations, namely, it must not cause pain, injury, or broken bones; hit the face area; repeat hitting in the same place; and using a whip or stick is prohibited. Although hitting a wife is allowed, scholars agree that leaving is preferable.Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk melakukan reinterpretasi makna “idribuhunna” dalam penafsiran Al-Jailani pada penggalan ayat QS. An-Nisa’ ayat 34, kemudian memberikan ketentuan dan batasan dalam memukul istri yang nusyuz. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan sumber primernya adalah kitab Tafsir Al-Jailani, kemudian menggunakan pendekatan teori hermeneutika Double Movement milik Fazlur Rahman dalam melakukan reinterpretasi makna “idribuhunna”. Kajian ini menunjukkan bahwa ide moral dari QS. An-Nisa’ ayat 34 adalah untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada istri yang nusyuz agar tidak berbuat nusyuz lagi, bukan menyakiti dan menyiksanya. Al-Jailani dalam tafsirnya terkesan melegitimasi tindakan pemukulan terhadap istri yang nusyuz tanpa memberikan ketentuan dan batasan yang jelas, sehingga hal ini tidak sejalan dengan ide moral yang terkandung dalam QS An-Nisa ayat 34 tersebut. Maka makna dari kata “idribuhunna” yang paling relevan adalah isyarat tangan saja tanpa memukul secara langsung. Jika memukul memang benar-benar diperlukan, maka harus memperhatikan ketentuan dan batasan yaitu tidak boleh menyakitkan, tidak menyebabkan luka, tidak sampai mematahkan tulang, tidak memukul pada daerah wajah, tidak boleh mengulangi pukulan di tempat yang sama, dan dilarang menggunakan cambuk atau tongkat. Meskipun tindakan memukul istri ini dibolehkan, para ulama sepakat bahwa meninggalkan cara ini lebih utama.","PeriodicalId":33284,"journal":{"name":"Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84816664","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Esensia Jurnal IlmuIlmu Ushuluddin
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1