Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Beberapa ungkapan dimaksud adalah: (1) Ungkapan Simpang Tonang tajam sabalah; (2) Ungkapan teleang kupiah Rang Mandiangin; (3) Ungkapan Talu Rancak di labuah; (4) Ungkapan barek sabalah Nak Rang Talu; (5) Ungkapan kalam basigi lakuang batinjau; (6) Ungkapan tasingguang labiah bak kanai; (7) Ungkapan nak muliya tape’i janji. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutik disimpulkan bahwa setiap ungkapan merefleksikan pesan budaya Minangkabau, yaitu: (1) Adil proporsional; (2) Berpikir lurus komprehensif; (3) Pentingnya kesesuaian antara hati dan perbuatan; (4) Berimbang; (5) Teliti dan tuntas; (6) Stabil emosi; (7) Tepat janji; (8)Teguh pendirian; (9) Cerdas lingkungan; dan (10) Beryukur dan berekspresi.
西萨满地区街道。其中一些表达方式是:(1)尖锐的表达冲突;(2)嘴部的布道;(3)在la宽慰上的Talu Rancak;(4) barek sabalah Nak Rang Talu的表达;(5) kalam basigi内脏钱的表达;(6)回廊印度印度语;七个字通过解释性的方法,每个表达都反映了Minangkabau文化信息,即:(1)公平比例;(2)全面思考;(3)心灵与行为之间一致的重要性;(4)平衡;(5)彻底和完整;(6)稳定的情绪;(7)信守承诺;(8)立场坚定;(9)智能环境;(10)祷告和表达。
{"title":"NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM UNGKAPAN TRADISIONAL MASYARAKAT PASAMAN BARAT","authors":"Hasanadi Hasanadi","doi":"10.36424/jpsb.v3i1.119","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v3i1.119","url":null,"abstract":"Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Beberapa ungkapan dimaksud adalah: (1) Ungkapan Simpang Tonang tajam sabalah; (2) Ungkapan teleang kupiah Rang Mandiangin; (3) Ungkapan Talu Rancak di labuah; (4) Ungkapan barek sabalah Nak Rang Talu; (5) Ungkapan kalam basigi lakuang batinjau; (6) Ungkapan tasingguang labiah bak kanai; (7) Ungkapan nak muliya tape’i janji. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutik disimpulkan bahwa setiap ungkapan merefleksikan pesan budaya Minangkabau, yaitu: (1) Adil proporsional; (2) Berpikir lurus komprehensif; (3) Pentingnya kesesuaian antara hati dan perbuatan; (4) Berimbang; (5) Teliti dan tuntas; (6) Stabil emosi; (7) Tepat janji; (8)Teguh pendirian; (9) Cerdas lingkungan; dan (10) Beryukur dan berekspresi.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"94 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80660793","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini menjelaskan para pimpinan MTI Tabek Gadang dari masa ke masa. Diantara alasan yang melatarinya adalah perjalanan panjang dan pergantian kepemimpinan yang telah silih berganti. Penelitian ini adalah penelitian kwalitatif dengan pendekatan penulisan biografi. Beberapa hasil yang terungkap pemimpin MTI Tabek Gadang semenjak berdiri sampai penelianini telah silih berganti beberapa orang pemimpin. Pemimpin terdiri dari keturunan dan alumni MTI Tabek Gadang.
{"title":"PIMPINAN MTI TABEK GADANG PADANG JAPANG DARI MASA KEMASA","authors":"H. Hariadi","doi":"10.36424/jpsb.v1i1.106","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v1i1.106","url":null,"abstract":"Tulisan ini menjelaskan para pimpinan MTI Tabek Gadang dari masa ke masa. Diantara alasan yang melatarinya adalah perjalanan panjang dan pergantian kepemimpinan yang telah silih berganti. Penelitian ini adalah penelitian kwalitatif dengan pendekatan penulisan biografi. Beberapa hasil yang terungkap pemimpin MTI Tabek Gadang semenjak berdiri sampai penelianini telah silih berganti beberapa orang pemimpin. Pemimpin terdiri dari keturunan dan alumni MTI Tabek Gadang.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73009434","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peristiwa kehamilan pada setiap perempuan berbeda pengalamannya. Bahkan dari satu ibu saja ketika hamil anak pertama akan mengalami perbedaan dengan kehamilan anak selanjutnya. Oleh karena itu banyak mitos tanda-tanda yang ditampilkan ibu hamil dan memiliki mitos sendiri bagi masyarakat Minangkabau dalam menebak jenis kelamin bayi.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mitos tandatanda dan usaha yang dilakukan oleh seorang ibu hamil guna mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara dengan informan yakni tiga orang tukang urut dan lima orang perempuanyang pernah melakukan upaya mendapatkan anak berjenis kelamin tertentu. Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian dari mitos tanda-tanda dan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu diyakini kebenarannya. Namun sebagian lain tidak membuahkan hasil. Akan tetapi, hal ini tidak menyurutkan usaha dari seorang perempuan untuk mendapatkan keinginananak dengan jenis kelamin tertentu yang didambakannya.
{"title":"MITOS JENIS KELAMIN BAYI PADA IBU HAMIL DI MASYARAKAT MINANGKABAU","authors":"Silvia Devi","doi":"10.36424/jpsb.v1i1.110","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v1i1.110","url":null,"abstract":"Peristiwa kehamilan pada setiap perempuan berbeda pengalamannya. Bahkan dari satu ibu saja ketika hamil anak pertama akan mengalami perbedaan dengan kehamilan anak selanjutnya. Oleh karena itu banyak mitos tanda-tanda yang ditampilkan ibu hamil dan memiliki mitos sendiri bagi masyarakat Minangkabau dalam menebak jenis kelamin bayi.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mitos tandatanda dan usaha yang dilakukan oleh seorang ibu hamil guna mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara dengan informan yakni tiga orang tukang urut dan lima orang perempuanyang pernah melakukan upaya mendapatkan anak berjenis kelamin tertentu. Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian dari mitos tanda-tanda dan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu diyakini kebenarannya. Namun sebagian lain tidak membuahkan hasil. Akan tetapi, hal ini tidak menyurutkan usaha dari seorang perempuan untuk mendapatkan keinginananak dengan jenis kelamin tertentu yang didambakannya.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82926849","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Semende merupakan nama salah satu suku bangsa di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS). Suku bangsa ini dikenal dengan adat dan budaya yang unik berbeda dengan suku lain yang ada di kawasan OKUS. Semende merupakan bagian dari suku Pasemah, namun dalam perkembangan selanjutnya mereka memilik tradisi dan aturan adat sendiri berbeda dengan suku bangsa Pasemah lainnya. Perbedaan ini berkaitan erat dengan proses pembentukan mereka menjadi sebuah suku bangsadan. struktur adat yang mereka miliki. Untuk menjelaskan hal tersebut dilakukan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai beberapa tokoh masyarakat Semende di Muara Dua dan beberapa daerah Semende lainnya di Kabupaten OKUS. Sejarah dan struktur adat mengambarkan bahwa merekamerupakan kelompok komunal yang saling terkait dan berbeda denga rumpun Pasemah lainnya.
塞门德是奥甘商业区(Ogan commuing Ulu south)一个部落的名字。这个民族以其独特的风俗和文化而闻名,与OKUS地区的其他部落不同。门德是帕瑟玛部落的一部分,但在后来的发展中,他们有自己的传统和规则,与其他帕瑟玛部落不同。这些差异与他们成为贵族的过程密切相关。它们的传统结构。为了解释这种定性的方法,采访了位于二号河口的塞门德社区人物和OKUS地区的其他塞门德社区人物。历史和传统结构表明,它们是一个相互关联、不同于其他家庭的公共群体。
{"title":"STRUKTUR MASYARAKAT SEMENDE DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN","authors":"A. Efrianto.AEfrianto.","doi":"10.36424/jpsb.v3i1.113","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v3i1.113","url":null,"abstract":"Semende merupakan nama salah satu suku bangsa di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS). Suku bangsa ini dikenal dengan adat dan budaya yang unik berbeda dengan suku lain yang ada di kawasan OKUS. Semende merupakan bagian dari suku Pasemah, namun dalam perkembangan selanjutnya mereka memilik tradisi dan aturan adat sendiri berbeda dengan suku bangsa Pasemah lainnya. Perbedaan ini berkaitan erat dengan proses pembentukan mereka menjadi sebuah suku bangsadan. struktur adat yang mereka miliki. Untuk menjelaskan hal tersebut dilakukan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai beberapa tokoh masyarakat Semende di Muara Dua dan beberapa daerah Semende lainnya di Kabupaten OKUS. Sejarah dan struktur adat mengambarkan bahwa merekamerupakan kelompok komunal yang saling terkait dan berbeda denga rumpun Pasemah lainnya.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72590317","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang proses adat perkawinan masyarakat di Kabupaten Mukomuko Propinsi Bengkulu, mulai dari proses awal sampai akhir, serta bagaimana perubahan yang terjadi pada proses adat perkawinan itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan persoalan bahwa masyarakat Mukomuko yang memiliki adat perkawinan tidak bisa dilepaskan dari perubahan-perubahan dalam proses adat perkawinan akibat perkembangan zaman. Hal ini terlihat pada perubahan dalam pemakaian warna baju, yakni memakai baju kurung, biasanya warnanya putih, namun sekarang ada yang biru muda dan pada dasarnya masih tetap berbaju kurung. Penelitian ini menggunakan metode deskripsikualitatif, yang berupaya menggali tentang adat istiadat dan perubahan yang terjadi pada adat perkawinan masyarakat Mukomuko. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara umum adat perkawinan Mukomuko terdiri dari acara (berasan), bertunang atau terang tando, persiapan pernikahan, khatam Al Quran, pelaksanaan pernikahan, mandi bungo (bunga) bagi keluarga raja-raja, dan manjalang mertua. Tradisi tersebut tidak mengalami perubahan secara subtansi namun terjadi pada pakaian yang biasa dipakai tanpa mengubah bentuk selain warna dalam acara prosesi perkawinan tersebut
本文旨在解释班古鲁省Mukomuko区的社区婚姻传统过程,从开始到结束,以及传统婚姻进程本身的变化。这关系到,由于时代的发展,具有婚姻传统的穆科人无法从传统婚姻过程的变化中解脱出来。这可以从衣服颜色的变化中看出,那件衬衫通常是白色的,但现在有一件浅蓝色的,基本上还在里面。该研究采用了定性方法,试图探索Mukomuko社区婚姻习俗和习俗的变化。研究结果显示,Mukomuko婚姻的传统包括活动(盛放)、求爱或光明的tando、婚礼准备、khatam Al Quran、婚姻管理、皇室沐浴(花卉)和姻亲。这一传统并没有显著改变,但在婚礼队伍中,一件普通的衣服却没有改变颜色以外的颜色
{"title":"PROSES ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MUKOMUKO PROPINSI BENGKULU","authors":"Rismadona Rismadona","doi":"10.36424/jpsb.v3i1.116","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v3i1.116","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang proses adat perkawinan masyarakat di Kabupaten Mukomuko Propinsi Bengkulu, mulai dari proses awal sampai akhir, serta bagaimana perubahan yang terjadi pada proses adat perkawinan itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan persoalan bahwa masyarakat Mukomuko yang memiliki adat perkawinan tidak bisa dilepaskan dari perubahan-perubahan dalam proses adat perkawinan akibat perkembangan zaman. Hal ini terlihat pada perubahan dalam pemakaian warna baju, yakni memakai baju kurung, biasanya warnanya putih, namun sekarang ada yang biru muda dan pada dasarnya masih tetap berbaju kurung. Penelitian ini menggunakan metode deskripsikualitatif, yang berupaya menggali tentang adat istiadat dan perubahan yang terjadi pada adat perkawinan masyarakat Mukomuko. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara umum adat perkawinan Mukomuko terdiri dari acara (berasan), bertunang atau terang tando, persiapan pernikahan, khatam Al Quran, pelaksanaan pernikahan, mandi bungo (bunga) bagi keluarga raja-raja, dan manjalang mertua. Tradisi tersebut tidak mengalami perubahan secara subtansi namun terjadi pada pakaian yang biasa dipakai tanpa mengubah bentuk selain warna dalam acara prosesi perkawinan tersebut","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"69 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72921675","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tari Toga adalah sebuah tari yang hanya terdapat di Nagari Siguntur Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat, yang telah ada semenjak zaman Kerajaan Siguntur dahulunya. Tari ini merupakan tari kerajaan dan menjadi salah satu kesenian tradisional di Minangkabau. Tetap eksisnya tari Toga hingga sekarang tidak bisa dilepaskan dari adanya pewarisan di kalangan masyarakat pengembannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang pewarisan tari Toga pada masyarakat Siguntur dan faktorfaktor yang melatarbelakanginya. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan, wawancara dan obeservasi di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari Toga tetap eksis karena adanya pewarisan, mulai dari zaman Kerajaan Siguntur, penjajahan Belanda, dan masa kemerdekaan yang ditandai dengan adanya upaya revitalisasi tari tari toga oleh pihak keturunan kerajaan, masyarakat dan pemerintah Dharmasraya. Sekarang, tari Toga selalu ditampilkan dalamberbagai kesempatan seperti hari ulang tahun kabupaten, penyambutan tamu, dan lainnya, dan menjadi salah satu icon budaya di Kabupaten Dharmasraya.
{"title":"TARI TOGA DAN PEWARISANNYA DI NAGARI SIGUNTUR KABUPATEN DHARMASRAYA","authors":"Refisrul Refisrul","doi":"10.36424/jpsb.v3i1.117","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v3i1.117","url":null,"abstract":"Tari Toga adalah sebuah tari yang hanya terdapat di Nagari Siguntur Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat, yang telah ada semenjak zaman Kerajaan Siguntur dahulunya. Tari ini merupakan tari kerajaan dan menjadi salah satu kesenian tradisional di Minangkabau. Tetap eksisnya tari Toga hingga sekarang tidak bisa dilepaskan dari adanya pewarisan di kalangan masyarakat pengembannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang pewarisan tari Toga pada masyarakat Siguntur dan faktorfaktor yang melatarbelakanginya. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan, wawancara dan obeservasi di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari Toga tetap eksis karena adanya pewarisan, mulai dari zaman Kerajaan Siguntur, penjajahan Belanda, dan masa kemerdekaan yang ditandai dengan adanya upaya revitalisasi tari tari toga oleh pihak keturunan kerajaan, masyarakat dan pemerintah Dharmasraya. Sekarang, tari Toga selalu ditampilkan dalamberbagai kesempatan seperti hari ulang tahun kabupaten, penyambutan tamu, dan lainnya, dan menjadi salah satu icon budaya di Kabupaten Dharmasraya.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"83 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77642311","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article looks at the history and development of Padang Cement Fabric in its relationship with the Dutch economic policy by the end of the 19th C. and in the beginning of the 20th C. The foundation of the oldest cement fabric in Indonesia had a close relationship with political-economic policy introduced by the Dutch colonial government, which gave many opportunities to the foreign investors to exploit its colony. Padang Cement Fabric itself only one of several fabrics, minings, and big plantations in which the investors invested their capital during the liberal era in West Sumatra. The construction of Padang Cement Fabric also represented colonial government policy in urban planning in Padang municipality. In the beginning of the 20th C., the development orientation of Padang was directed to the eastward and southward of the city. Besides that, to encourage the investors and to implement its urban planning policy, colonial government provided special supports, such as introducing regulations to reduce administrative process for investors to invest their money in this region. The government even sacrificed the native peoples in order to succeed its colonial political-economic.
{"title":"SEMEN PADANG DAN POLITIK EKONOMI KOLONIAL","authors":"Gusti Asnan","doi":"10.36424/jpsb.v1i1.107","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v1i1.107","url":null,"abstract":"This article looks at the history and development of Padang Cement Fabric in its relationship with the Dutch economic policy by the end of the 19th C. and in the beginning of the 20th C. The foundation of the oldest cement fabric in Indonesia had a close relationship with political-economic policy introduced by the Dutch colonial government, which gave many opportunities to the foreign investors to exploit its colony. Padang Cement Fabric itself only one of several fabrics, minings, and big plantations in which the investors invested their capital during the liberal era in West Sumatra. The construction of Padang Cement Fabric also represented colonial government policy in urban planning in Padang municipality. In the beginning of the 20th C., the development orientation of Padang was directed to the eastward and southward of the city. Besides that, to encourage the investors and to implement its urban planning policy, colonial government provided special supports, such as introducing regulations to reduce administrative process for investors to invest their money in this region. The government even sacrificed the native peoples in order to succeed its colonial political-economic.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89530939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The purposeandobject ofthis paperisarelevancebetween the existence oflarge estates, Onderneming Europeandits impact on societyin Onderafdeeling Banjoeasinen Koeboestrekenthe colonial periodin1900-1942. The method usedin this studyis the historical method to reconstruct the history of the plantationand the implications forthe development of society in Onderafdeeling Banjoeasinen Koeboestrekken. Data collection techniques use drefersto the first stage in the history ofthe process of heuristic methods, finding and collecting historical sources. Data analysis techniques with regard to the second stage, third and fourth in the history covering methods of source criticism, and historiography interpretation. Based on the research results and conclusions, the opening rubber plantations in the colonial period Onder afdeeling Banjoeasinen Koeboe strekken highly correlated with the natural conditions of this area and also the political changeskonial, open the door. There are two big companies that invest heavily large plantations of rubber namely, first, Rubber Ondernemingen Melaniain 1909 the plantingand effort trubber massively from the east end of Marga Pangkalan Balai to the west endMarga Gasing and centered in Musi Landas. Secondly, plantation Oud Wassenaar, N.V. Oliepalmenen rubber Mijnsprawling in the gutter are as ranging northern Batang Hari Leko, Marga Rantau Bayur, toits northern Marga Suak Tape, Marga Betung and Tebenan area. The relevance of the opening of a large estate with acommunity in Onder afdeeling Banjoeasinen Koeboe strekkenseenin some ways. First, the change in the position of the local elite, the Pasirah, Kerio, others Marga council officials. Secondly, helped create the “repair” the public infrastructure facilities and infrastructures there. Third, encourage the development ofeconomic activity and providea tremendous impact in the dusun-dusun marga’s. Fourth, many builders connecting road for the purposes of transportation of rubber has abroad and profound impacton the pattern of a traditional society, not only for the Malays Banjoeasin, but also to aspects of the life of the Kubu’s Banjoeasin. They began the gradual assimilation are creating Kubu’s Banjoeasin with Malay Banjoeasin due to changes in the orientation of his thinking because it began opening their areas of influence of the outside world.
{"title":"SEJARAH PERKEBUNAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN MASYARAKAT DI ONDERAFDEELING BANJOEASIN EN KOEBOESTREKKEN, KERESIDENAN PALEMBANG, 1900-1942","authors":"Zusneli Zubir","doi":"10.36424/JPSB.V1I1.109","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/JPSB.V1I1.109","url":null,"abstract":"The purposeandobject ofthis paperisarelevancebetween the existence oflarge estates, Onderneming Europeandits impact on societyin Onderafdeeling Banjoeasinen Koeboestrekenthe colonial periodin1900-1942. The method usedin this studyis the historical method to reconstruct the history of the plantationand the implications forthe development of society in Onderafdeeling Banjoeasinen Koeboestrekken. Data collection techniques use drefersto the first stage in the history ofthe process of heuristic methods, finding and collecting historical sources. Data analysis techniques with regard to the second stage, third and fourth in the history covering methods of source criticism, and historiography interpretation. Based on the research results and conclusions, the opening rubber plantations in the colonial period Onder afdeeling Banjoeasinen Koeboe strekken highly correlated with the natural conditions of this area and also the political changeskonial, open the door. There are two big companies that invest heavily large plantations of rubber namely, first, Rubber Ondernemingen Melaniain 1909 the plantingand effort trubber massively from the east end of Marga Pangkalan Balai to the west endMarga Gasing and centered in Musi Landas. Secondly, plantation Oud Wassenaar, N.V. Oliepalmenen rubber Mijnsprawling in the gutter are as ranging northern Batang Hari Leko, Marga Rantau Bayur, toits northern Marga Suak Tape, Marga Betung and Tebenan area. The relevance of the opening of a large estate with acommunity in Onder afdeeling Banjoeasinen Koeboe strekkenseenin some ways. First, the change in the position of the local elite, the Pasirah, Kerio, others Marga council officials. Secondly, helped create the “repair” the public infrastructure facilities and infrastructures there. Third, encourage the development ofeconomic activity and providea tremendous impact in the dusun-dusun marga’s. Fourth, many builders connecting road for the purposes of transportation of rubber has abroad and profound impacton the pattern of a traditional society, not only for the Malays Banjoeasin, but also to aspects of the life of the Kubu’s Banjoeasin. They began the gradual assimilation are creating Kubu’s Banjoeasin with Malay Banjoeasin due to changes in the orientation of his thinking because it began opening their areas of influence of the outside world.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86014605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada awalnya Desa Nusa Tunggal adalah desa transmigran asal Jawa, terutama dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Ketika dibuka pertama tahun 1970-an, para petani bekerja sebagai petani padi tadah hujan. Hal ini dilakukan karena sampai sekarang daerah ini tidak ada saluran irigasi, sehingga tanaman padi yang cocok adalah padi gaga (tanaman padi tahan kering). Mengingat padi gaga hanya dapat ditanam satu tahun satu kali, yaitu pada musim hujan, maka lambat laun petani banyak yang beralih menanam karet. Beralihnya petani menanam karet dimulai tahun 1980-an. Mereka yang menanam karet tingkat ekonominya nampak lebih baik dibandingkan dengan petani yang masihbertahan menaman padi kering (gaga). Sampai tahun 1990-an petani karet terus bertambah seiring dengan berkurangnya petani padi tadah hujan. Pergeseran penanaman padi tadah hujan ke tanaman karet terus berlangsung semakin intensif, sehingga sampai tahun 2012 seluruh petani di Desa Nusa Tunggal sudah bertanam karet, sehingga tidak ada lagi yang menanam padi tadah hujan. Adapun alasan mereka beralih menjadi petani karet, secara ekonomi lebih menguntungkan dibandingkan menanampadi tadah hujan yang hanya ditanam setahun sekali. Jika padi gaga hanya panen sekali dalam setahun, maka tanaman karet dapat menghasilkan getah yang siap jual dalam waktu dua minggu sekali, sehingga tiap dua minggu sekali mereka dapat uang hasil penyadapan karet. Selama masa enam tahun itu petani karet dapat menanam sayur mayur di sela-sela tanaman karet dan beternak sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
{"title":"DARI PADI KE KARET : STUDI KASUS KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI TRANSMIGRAN ASAL JAWA DI DESA NUSATUNGGAL KECAMATAN OGAN KOMERING ULU (OKU) TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN","authors":"Seno Seno","doi":"10.36424/jpsb.v1i1.104","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v1i1.104","url":null,"abstract":"Pada awalnya Desa Nusa Tunggal adalah desa transmigran asal Jawa, terutama dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Ketika dibuka pertama tahun 1970-an, para petani bekerja sebagai petani padi tadah hujan. Hal ini dilakukan karena sampai sekarang daerah ini tidak ada saluran irigasi, sehingga tanaman padi yang cocok adalah padi gaga (tanaman padi tahan kering). Mengingat padi gaga hanya dapat ditanam satu tahun satu kali, yaitu pada musim hujan, maka lambat laun petani banyak yang beralih menanam karet. Beralihnya petani menanam karet dimulai tahun 1980-an. Mereka yang menanam karet tingkat ekonominya nampak lebih baik dibandingkan dengan petani yang masihbertahan menaman padi kering (gaga). Sampai tahun 1990-an petani karet terus bertambah seiring dengan berkurangnya petani padi tadah hujan. Pergeseran penanaman padi tadah hujan ke tanaman karet terus berlangsung semakin intensif, sehingga sampai tahun 2012 seluruh petani di Desa Nusa Tunggal sudah bertanam karet, sehingga tidak ada lagi yang menanam padi tadah hujan. Adapun alasan mereka beralih menjadi petani karet, secara ekonomi lebih menguntungkan dibandingkan menanampadi tadah hujan yang hanya ditanam setahun sekali. Jika padi gaga hanya panen sekali dalam setahun, maka tanaman karet dapat menghasilkan getah yang siap jual dalam waktu dua minggu sekali, sehingga tiap dua minggu sekali mereka dapat uang hasil penyadapan karet. Selama masa enam tahun itu petani karet dapat menanam sayur mayur di sela-sela tanaman karet dan beternak sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82616739","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bagi umat beragama di Indonesia, ziarah masih merupakan kegiatan penting yang hingga kini masih tetap dipertahankan. Berbagai motivasi yang menyertai seperti barokah dan perolehan biasanya menjadipendorong seseorang untuk melaksanakan kunjungan ke makam orang yang sudah meninggal. Bahkan tradisi ini kemudian berkembang untuk tujuan-tujuan yang lebih besar seperti mempertahankan identitasdan menjaga eksistensi keagamaan. Ziarah kubra adalah salah satu tradisi ziarah yang rutin dilaksanakan umat Islam di Palembang. Ziarah ini dilakukan setiap akhir bulan Sya’ban atau menjelang umat Islam berpuasa. Menariknya, tradisi ini diikuti ribuan peserta yang semuanya laki-laki dan tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri. Ziarah ini bahkan dijadikan sebagai even pariwisata yang masuk dalam kalender tahunan. Penelitian ini bertujuan mengungkap motivasi masyarakat Islam dalam mendorong perubahan ruahan menjadi ziarah kubra. Selain itu penelitian ini juga ingin mengungkap potensi ekonomi pasca penetapan ziarah kubra sebagai even pariwisata daerah yang rutin dilaksanakan.Dengan menggunakan metode kualitatif melalui observasi dan wawancara, penelitian ini menemukan bahwa selain memdapatkan barokah dan perolehan, emosi keagamaan berperan meningkatkan solidaritasmasyarakat muslim untuk mempertahankan makam dengan mengikuti ziarah rutin setiap tahun. Tradisi ini juga turut membantu ekonomi daerah dan berpotensi mendorong kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang khususnya dalam sektor pariwisata.
{"title":"ZIARAH KUBRA DI PALEMBANG: ANTARA KESADARAN RELIGI DAN POTENSI EKONOMI","authors":"Firdaus Marbun","doi":"10.36424/jpsb.v3i1.114","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v3i1.114","url":null,"abstract":"Bagi umat beragama di Indonesia, ziarah masih merupakan kegiatan penting yang hingga kini masih tetap dipertahankan. Berbagai motivasi yang menyertai seperti barokah dan perolehan biasanya menjadipendorong seseorang untuk melaksanakan kunjungan ke makam orang yang sudah meninggal. Bahkan tradisi ini kemudian berkembang untuk tujuan-tujuan yang lebih besar seperti mempertahankan identitasdan menjaga eksistensi keagamaan. Ziarah kubra adalah salah satu tradisi ziarah yang rutin dilaksanakan umat Islam di Palembang. Ziarah ini dilakukan setiap akhir bulan Sya’ban atau menjelang umat Islam berpuasa. Menariknya, tradisi ini diikuti ribuan peserta yang semuanya laki-laki dan tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri. Ziarah ini bahkan dijadikan sebagai even pariwisata yang masuk dalam kalender tahunan. Penelitian ini bertujuan mengungkap motivasi masyarakat Islam dalam mendorong perubahan ruahan menjadi ziarah kubra. Selain itu penelitian ini juga ingin mengungkap potensi ekonomi pasca penetapan ziarah kubra sebagai even pariwisata daerah yang rutin dilaksanakan.Dengan menggunakan metode kualitatif melalui observasi dan wawancara, penelitian ini menemukan bahwa selain memdapatkan barokah dan perolehan, emosi keagamaan berperan meningkatkan solidaritasmasyarakat muslim untuk mempertahankan makam dengan mengikuti ziarah rutin setiap tahun. Tradisi ini juga turut membantu ekonomi daerah dan berpotensi mendorong kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang khususnya dalam sektor pariwisata.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79217944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}