Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.48
Derdya Maharsayani, Elty Sarvia
Kebutuhan jasa antar air galon di masa pandemi diperlukan agar konsumen tidak keluar rumah untuk membeli galon. PT Z adalah distributor yang dapat mengantar galon hingga 200 air galon/hari. Petugas pengantar galon sering merasakan sakit badan, terlebih di tangan karena mengangkat galon secara manual. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keluhan sakit badan petugas, menganalisis tingkat risiko postur, dan merancang AMH untuk mengurangi tingkat risiko cedera postur tubuh. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner Nordic Body Map, mengambil foto postur, serta mengukur dimensi bak truk. Selanjutnya, dilakukan analisis risiko postur berdasarkan persentase waktu kerja dengan metode OWAS (Ovako Work Analysis System), menganalisis tingkat risiko postur menggunakan sudut segmen tubuh dengan REBA (Rapid Entire Body Assessment), dan analisis LI (Lifting Index)-NIOSH untuk menghitung batas rekomendasi pengangkatan yang aman. Hasil OWAS ada 5 kegiatan dengan risiko tinggi, REBA ada 6 kegiatan dengan risiko sangat tinggi, dan LI-NIOSH 4 kegiatan seluruhnya berisiko cedera. Perlu ada tindakan perbaikan yaitu dengan merancang Alat Material Handling lift galon dan hand trolley, setelah dirancang Alat Material Handling dihitung kembali risiko postur tubuh dengan metode OWAS dan REBA agar dapat mengetahui penurunan tingkat risikonya. Didapatkan penurunan tingkat risiko hingga 38% untuk metode OWAS dan 52% untuk metode REBA.
在大流行期间,必须满足消费者购买加仑水的需要。PT Z是一种分销商,每天可以运送多达200加仑的水。加仑的快递员经常感到身体疼痛,尤其是手工举起加仑的手。该研究的目的是分析官员的疼痛投诉,分析姿势风险水平,并设计AMH来降低姿势损伤的风险。数据收集是通过北欧车身地图调查、拍摄姿势照片和测量卡车的尺寸进行的。接下来,通过ois方法(Ovako Work Analysis System)对姿势风险分析,用身体段角进行分析,分析姿势风险水平与REBA(整个身体评估)和LI(升值指数)-NIOSH分析,以计算安全提升推荐限制。OWAS的结果是5项高风险的活动,REBA有6项非常危险的活动,LI-NIOSH 4项活动完全有受伤的危险。设计一种用OWAS和REBA方法重新计算姿势风险以确定风险下降的方法,需要通过设计加仑升降机和手手推车的材料来进行改进。OWAS方法的风险降低了38%,而REBA方法的风险下降了52%。
{"title":"Usulan Perbaikan Postur Tubuh & Perancangan Alat Material Handling untuk Petugas Pengantar Air Galon dengan Metode OWAS, REBA & LI-NIOSH (Studi Kasus: PT Z – Depok, Meruyung)","authors":"Derdya Maharsayani, Elty Sarvia","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.48","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.48","url":null,"abstract":"Kebutuhan jasa antar air galon di masa pandemi diperlukan agar konsumen tidak keluar rumah untuk membeli galon. PT Z adalah distributor yang dapat mengantar galon hingga 200 air galon/hari. Petugas pengantar galon sering merasakan sakit badan, terlebih di tangan karena mengangkat galon secara manual. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keluhan sakit badan petugas, menganalisis tingkat risiko postur, dan merancang AMH untuk mengurangi tingkat risiko cedera postur tubuh. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner Nordic Body Map, mengambil foto postur, serta mengukur dimensi bak truk. Selanjutnya, dilakukan analisis risiko postur berdasarkan persentase waktu kerja dengan metode OWAS (Ovako Work Analysis System), menganalisis tingkat risiko postur menggunakan sudut segmen tubuh dengan REBA (Rapid Entire Body Assessment), dan analisis LI (Lifting Index)-NIOSH untuk menghitung batas rekomendasi pengangkatan yang aman. Hasil OWAS ada 5 kegiatan dengan risiko tinggi, REBA ada 6 kegiatan dengan risiko sangat tinggi, dan LI-NIOSH 4 kegiatan seluruhnya berisiko cedera. Perlu ada tindakan perbaikan yaitu dengan merancang Alat Material Handling lift galon dan hand trolley, setelah dirancang Alat Material Handling dihitung kembali risiko postur tubuh dengan metode OWAS dan REBA agar dapat mengetahui penurunan tingkat risikonya. Didapatkan penurunan tingkat risiko hingga 38% untuk metode OWAS dan 52% untuk metode REBA.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116509181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Sterilisasi merupakan proses budidaya jamur tiram. Sterilisasi digunakan untuk membunuh mikrooganisme pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Boiler adalah salah satu mesin yang memanfaatkan uap air panas untuk proses sterilisasi baglog. Boiler diisi air lalu dipanaskan agar hingga mencapai suhu 80°C - 110°C, lalu uap air akan disuplai ke steamer untuk proses sterilisasi. Sistem pengaturan suhu boiler pada sterilisasi baglog dengan metode kontrol PI ini bertujuan untuk menjaga suhu agar tetap pada set point. Alat ini memudahkan seseorang untuk memonitoring suhu dalam boiler tanpa harus khawatir jika ada kesibukan yang lainnya. Alat ini dilengkapi dengan sensor suhu thermocouple K untuk membaca suhu pada boiler, dan motor DC digunakan untuk mengontrol putaran pada katup kompor yang mengatur besar kecilnya api pemanas, lalu LCD 16X2 untuk menampilkan suhu terbaca pada boiler yang dihubungkan ke Arduino UNO R3 sebagai mikrokontroler.
牡蛎蘑菇是一种生长在腐烂木材上的木霉菌。灭菌是牡蛎蘑菇的栽培过程。灭菌是用来消灭可能阻碍霉菌生长的微生物主义的。锅炉是使用热蒸汽消毒包的机器之一。锅炉装满水,然后加热,以便达到80°C - 110°C的温度,然后水蒸气会供应到蒸笼灭菌过程。用圆周率控制方法消毒管道上的锅炉温度调节系统的目的是将温度保持在集合点。它使人们能够在锅炉内监测温度,而不用担心任何其他活动。这款设备配有热电偶热传感器来读取锅炉上的温度,DC电机用来控制炉子上的转动,这些阀门调节着加热的小火,然后是液晶16X2,以显示连接到Arduino UNO R3的锅炉上的读取温度。
{"title":"Sistem Pengaturan Suhu Boiler pada Sterilisasi Baglog dengan Kontrol PI","authors":"Supriatna Adhisuwignjo, Mila Fauziyah, Denda Dewatama, Kris Witono, Achmad Wildan Maulana","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.49","url":null,"abstract":"Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Sterilisasi merupakan proses budidaya jamur tiram. Sterilisasi digunakan untuk membunuh mikrooganisme pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Boiler adalah salah satu mesin yang memanfaatkan uap air panas untuk proses sterilisasi baglog. Boiler diisi air lalu dipanaskan agar hingga mencapai suhu 80°C - 110°C, lalu uap air akan disuplai ke steamer untuk proses sterilisasi. Sistem pengaturan suhu boiler pada sterilisasi baglog dengan metode kontrol PI ini bertujuan untuk menjaga suhu agar tetap pada set point. Alat ini memudahkan seseorang untuk memonitoring suhu dalam boiler tanpa harus khawatir jika ada kesibukan yang lainnya. Alat ini dilengkapi dengan sensor suhu thermocouple K untuk membaca suhu pada boiler, dan motor DC digunakan untuk mengontrol putaran pada katup kompor yang mengatur besar kecilnya api pemanas, lalu LCD 16X2 untuk menampilkan suhu terbaca pada boiler yang dihubungkan ke Arduino UNO R3 sebagai mikrokontroler.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115934143","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.29
Nur Prangawayu, Fitrah Japunk Lucky Anto, Jayanti Yosepha Simangunsong
PT XYZ merupakan perusahaan yang menyediakan berbagai jenis pipa air dan sambungan (fitting) beserta lem PVC untuk memenuhi setiap kebutuhan terkait sistem perpipaan. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa dalam menjalankan proses produksinya memiliki beban kerja yang belum merata. Hal ini didasari dengan adanya operator yang menganggur saat operator lainnya mengerjakan tugas di jam yang sama. Padahal tanggung jawab Extruder Technician I cukup banyak. Ketidakseimbangan ini membuat operator dengan beban kerja yang berlebih akan menerima beberapa dampak buruk seperti lebih mudah lelah sehingga konsentrasi dapat menurun dan cenderung tidak produktif. Analisis ini dilakukan dengan Metode Work Load Analysis (WLA). Metode ini dapat memberikan penjelasan terkait beban kerja yang diterima oleh suatu unit perusahaan sehingga usulan pengoptimalan beban kerja dapat diberikan. Setelah dilakukan analisis, dihasilkan output berupa rekomendasi kebijakan pengoptimalan beban kerja dengan memberikan insentif berdasarkan beban kerja dan tidak melakukan penambahan jumlah tenaga kerja. Hal ini dikarenakan rekomendasi ini memiliki nilai efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan dilakukannya penambahan tenaga kerja, perusahaan hanya perlu mengeluarkan total biaya insentif sebesar Rp. 5.032.575,- untuk tiga orang pekerja dibandingkan harus mengeluarkan biaya Rp. 6.000.000,- untuk satu orang pekerja tambahan.
{"title":"Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Optimal dengan Metode Work Load Analysis (WLA) pada Extruder Technician I di Departemen Produksi","authors":"Nur Prangawayu, Fitrah Japunk Lucky Anto, Jayanti Yosepha Simangunsong","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.29","url":null,"abstract":"PT XYZ merupakan perusahaan yang menyediakan berbagai jenis pipa air dan sambungan (fitting) beserta lem PVC untuk memenuhi setiap kebutuhan terkait sistem perpipaan. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa dalam menjalankan proses produksinya memiliki beban kerja yang belum merata. Hal ini didasari dengan adanya operator yang menganggur saat operator lainnya mengerjakan tugas di jam yang sama. Padahal tanggung jawab Extruder Technician I cukup banyak. Ketidakseimbangan ini membuat operator dengan beban kerja yang berlebih akan menerima beberapa dampak buruk seperti lebih mudah lelah sehingga konsentrasi dapat menurun dan cenderung tidak produktif. Analisis ini dilakukan dengan Metode Work Load Analysis (WLA). Metode ini dapat memberikan penjelasan terkait beban kerja yang diterima oleh suatu unit perusahaan sehingga usulan pengoptimalan beban kerja dapat diberikan. Setelah dilakukan analisis, dihasilkan output berupa rekomendasi kebijakan pengoptimalan beban kerja dengan memberikan insentif berdasarkan beban kerja dan tidak melakukan penambahan jumlah tenaga kerja. Hal ini dikarenakan rekomendasi ini memiliki nilai efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan dilakukannya penambahan tenaga kerja, perusahaan hanya perlu mengeluarkan total biaya insentif sebesar Rp. 5.032.575,- untuk tiga orang pekerja dibandingkan harus mengeluarkan biaya Rp. 6.000.000,- untuk satu orang pekerja tambahan.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"112 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128595439","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.78
Marthin Ferdinan Raja Hasian Lumban Toruan, Elty Sarvia
Usaha kuliner merupakan usaha yang memiliki peluang yang cukup besar di dunia industri, dapat dilihat dari aspek produk yang dijual dengan cara yang berbeda-beda mulai dari restaurant, café maupun konsep baru yang belakangan ini dikenal dengan food truck. Pemilik saat ini berjualan menggunakan bajaj dan dikeluhkan area kerja bagi pegawai yang kurang nyaman pada saat bekerja. Untuk itu pemilik berencana ingin memperluas usaha kulinernya dengan menggunakan food truck karena penjualannya yang semakin meningkat akhir-akhir ini dan memudahkan untuk menjangkau area pasar yang lebih luas. Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain food truck dilihat dari perspektif penggunanya (pegawai dan pelanggan) berdasarkan metode Kano dengan mengusulkan rancangan fasilitas fisik yang ergonomis. Pengumpulan data mengenai kebutuhan dari customer (pegawai dan pelanggan) menggunakan kuesioner dengan model Garvin yaitu performance, features, reability, conformance, durability, serviceability, aesthetics, perceived quality. Kuesioner disebarkan kepada seluruh pegawai food truck dan 104 pelanggan yang pernah berbelanja di foodtruck. Hasil dari metode Kano diperoleh 16 atribut pelanggan dan 11 atribut pegawai yang dipentingkan dalam mendesain food truck sesuai dengan kebutuhan. Atribut-atribut tersebut akan dirancang dalam penelitian ini. Perancangan dilakukan menggunakan data-data yang dikumpulkan sebelumnya untuk merancang fasilitas fisik yaitu meja 1 berfungsi menerima pesanan dan take away, meja 2 berfungsi menjadi tempat membuat pesanan, meja pelanggan, meja mencuci piring, kursi pelanggan dan kursi pegawai.
{"title":"Usulan Perbaikan dan Perancangan Ulang Food Truck Berdasarkan Metode Kano dan Ditinjau dari Segi Ergonomi","authors":"Marthin Ferdinan Raja Hasian Lumban Toruan, Elty Sarvia","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.78","url":null,"abstract":"Usaha kuliner merupakan usaha yang memiliki peluang yang cukup besar di dunia industri, dapat dilihat dari aspek produk yang dijual dengan cara yang berbeda-beda mulai dari restaurant, café maupun konsep baru yang belakangan ini dikenal dengan food truck. Pemilik saat ini berjualan menggunakan bajaj dan dikeluhkan area kerja bagi pegawai yang kurang nyaman pada saat bekerja. Untuk itu pemilik berencana ingin memperluas usaha kulinernya dengan menggunakan food truck karena penjualannya yang semakin meningkat akhir-akhir ini dan memudahkan untuk menjangkau area pasar yang lebih luas. Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain food truck dilihat dari perspektif penggunanya (pegawai dan pelanggan) berdasarkan metode Kano dengan mengusulkan rancangan fasilitas fisik yang ergonomis. Pengumpulan data mengenai kebutuhan dari customer (pegawai dan pelanggan) menggunakan kuesioner dengan model Garvin yaitu performance, features, reability, conformance, durability, serviceability, aesthetics, perceived quality. Kuesioner disebarkan kepada seluruh pegawai food truck dan 104 pelanggan yang pernah berbelanja di foodtruck. Hasil dari metode Kano diperoleh 16 atribut pelanggan dan 11 atribut pegawai yang dipentingkan dalam mendesain food truck sesuai dengan kebutuhan. Atribut-atribut tersebut akan dirancang dalam penelitian ini. Perancangan dilakukan menggunakan data-data yang dikumpulkan sebelumnya untuk merancang fasilitas fisik yaitu meja 1 berfungsi menerima pesanan dan take away, meja 2 berfungsi menjadi tempat membuat pesanan, meja pelanggan, meja mencuci piring, kursi pelanggan dan kursi pegawai.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132210795","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.65
Triarti Saraswati, Theodorus Chrisnariyanto, Tony Wiguna
Di masa pandemi ini di mana kebersihan tangan dan lingkungan menjadi prioritas utama, keberadaan tempat cuci tangan perlu disediakan di setiap tempat. Tempat cuci tangan yang ada masih membutuhkan kontak tangan manusia dengan keran pembuka/penutup, maupun saat mengambil sabun. Masalah berikutnya, sebagian besar tempat cuci tangan dibuat untuk ukuran orang dewasa, sehingga sulit bagi anak-anak usia sekolah dasar mencuci tangan di sini. Tujuan dari perancangan ini membuat tempat cuci tangan otomatis, yang bukan hanya air dan sabun secara otomatis keluar, tetapi juga ketinggian tempat cuci tangan yang bisa menyesuaikan diri dengan tinggi pengguna. Data antropometri digunakan sebagai dasar perancangan awal dimana fokus pada sensor untuk menaik-turunkan tempat cuci tangan. Evaluasi secara ergonomi kemudian dilakukan untuk memastikan tempat cuci tangan ini sesuai dengan kriteria ergonomi, seperti pengguna tidak membungkuk saat mencuci tangan dan keamanan tempat cuci tangan tersebut. Evaluasi dilakukan dengan membuat analisa tugas (task analysis) dan gap analysis. Prototipe tempat cuci tangan pertama berhasil berjalan secara otomatis: keran membuka dan menutup secara otomatis, sabun keluar secara otomatis dan ketinggian tempat cuci tangan bergerak secara otomatis pula. Beberapa kekurangan masih ditemukan dan menjadi tantangan untuk merancang tempat cuci tangan yang lebih memenuhi kriteria ergonomi dan mengurangi risiko kerja.
{"title":"Perancangan Tempat Cuci Tangan Otomatis Bagi Siswa Sekolah Dasar","authors":"Triarti Saraswati, Theodorus Chrisnariyanto, Tony Wiguna","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.65","url":null,"abstract":"Di masa pandemi ini di mana kebersihan tangan dan lingkungan menjadi prioritas utama, keberadaan tempat cuci tangan perlu disediakan di setiap tempat. Tempat cuci tangan yang ada masih membutuhkan kontak tangan manusia dengan keran pembuka/penutup, maupun saat mengambil sabun. Masalah berikutnya, sebagian besar tempat cuci tangan dibuat untuk ukuran orang dewasa, sehingga sulit bagi anak-anak usia sekolah dasar mencuci tangan di sini. Tujuan dari perancangan ini membuat tempat cuci tangan otomatis, yang bukan hanya air dan sabun secara otomatis keluar, tetapi juga ketinggian tempat cuci tangan yang bisa menyesuaikan diri dengan tinggi pengguna. Data antropometri digunakan sebagai dasar perancangan awal dimana fokus pada sensor untuk menaik-turunkan tempat cuci tangan. Evaluasi secara ergonomi kemudian dilakukan untuk memastikan tempat cuci tangan ini sesuai dengan kriteria ergonomi, seperti pengguna tidak membungkuk saat mencuci tangan dan keamanan tempat cuci tangan tersebut. Evaluasi dilakukan dengan membuat analisa tugas (task analysis) dan gap analysis. Prototipe tempat cuci tangan pertama berhasil berjalan secara otomatis: keran membuka dan menutup secara otomatis, sabun keluar secara otomatis dan ketinggian tempat cuci tangan bergerak secara otomatis pula. Beberapa kekurangan masih ditemukan dan menjadi tantangan untuk merancang tempat cuci tangan yang lebih memenuhi kriteria ergonomi dan mengurangi risiko kerja.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131120752","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.57
S. Puspita, I. B. Dharma
Pandemik COVID-19 saat ini membuat pasien pascaoperasi mandibula enggan datang ke rumah sakit, sedangkan tenaga medis perlu mengontrol secara langsung kesimetrisan mandibula untuk mengetahui indikator keberhasilan pascaoperasi. Dalam penulisan ini dilakukan analisis pengukuran secara langsung menggunakan caliper dengan 8 titik penting atau 11 jarak titik ukur yang dijadikan sebagai acuan pengukuran baku serta pengukuran tidak langsung menggunakan fotogrametri. Penelitian ini ditujukan untuk membantu tenaga medis mengetahui bagaimana pengukuran secara tidak langsung dilakukan dan mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pengukuran langsung dan tidak langsung guna menentukan indikator keberhasilan pascaoperasi. Pengukuran menggunakan fotogrametri dilakukan dengan perangkat lunak Agisoft Metashape Professional 1.7.0 yang merepresentasikan, mengkonversi 2D menjadi 3D. Uji kecukupan data dihasilkan sebanyak 33 responden yang diamati. Kemudian uji Saphiro Wilk untuk pengujian normalitas data menggunakan perangkat lunak IBM SPSS 25. Kemudian pengujian menggunakan paired sample t-test untuk menganalisa jarak titik pengukuran t-it kanan, t-it kiri, it-obi kanan, it-obi kiri, obi-go kanan, obi-go kiri, go-mmb kiri, dan mmb-me kiri memiliki nilai >0.05 sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran langsung dan tidak langsung. Sedangkan jarak titik pengukuran go-mmb kanan, mmb-me kanan dan g-sn memiliki nilai <0.05 sehingga dapat dinyatakan memiliki perbedaan yang signifikan antara pengukuran langsung dan tidak langsung.
{"title":"Analisa Pengukuran Mandibula Menggunakan Metode Fotogrametri","authors":"S. Puspita, I. B. Dharma","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.57","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.57","url":null,"abstract":"Pandemik COVID-19 saat ini membuat pasien pascaoperasi mandibula enggan datang ke rumah sakit, sedangkan tenaga medis perlu mengontrol secara langsung kesimetrisan mandibula untuk mengetahui indikator keberhasilan pascaoperasi. Dalam penulisan ini dilakukan analisis pengukuran secara langsung menggunakan caliper dengan 8 titik penting atau 11 jarak titik ukur yang dijadikan sebagai acuan pengukuran baku serta pengukuran tidak langsung menggunakan fotogrametri. Penelitian ini ditujukan untuk membantu tenaga medis mengetahui bagaimana pengukuran secara tidak langsung dilakukan dan mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pengukuran langsung dan tidak langsung guna menentukan indikator keberhasilan pascaoperasi. Pengukuran menggunakan fotogrametri dilakukan dengan perangkat lunak Agisoft Metashape Professional 1.7.0 yang merepresentasikan, mengkonversi 2D menjadi 3D. Uji kecukupan data dihasilkan sebanyak 33 responden yang diamati. Kemudian uji Saphiro Wilk untuk pengujian normalitas data menggunakan perangkat lunak IBM SPSS 25. Kemudian pengujian menggunakan paired sample t-test untuk menganalisa jarak titik pengukuran t-it kanan, t-it kiri, it-obi kanan, it-obi kiri, obi-go kanan, obi-go kiri, go-mmb kiri, dan mmb-me kiri memiliki nilai >0.05 sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran langsung dan tidak langsung. Sedangkan jarak titik pengukuran go-mmb kanan, mmb-me kanan dan g-sn memiliki nilai <0.05 sehingga dapat dinyatakan memiliki perbedaan yang signifikan antara pengukuran langsung dan tidak langsung.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132881458","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.71
Caecilia Sri Wahyuning, Diah Budi Laksemi
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan terhadap pengaruh tekanan panas terhadap beban kerja berat pada kegiatan lapangan, mengingat Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu dan kelembaban udara tinggi. Cuaca panas, yang dapat menyebabkan heat stress, merupakan beban bagi tubuh dan semakin berat pada aktivitas fisik berat. Eksperimen dilakukan terhadap 20 partisipan (10 orang pria, 10 orang wanita) yang melakukan pekerjaan dengan intensitas kerja tinggi selama 30 menit di lapangan dengan iklim ekstrim. Beban kerja dilihat berdasarkan denyut jantung dan berat badan untuk melihat energy expenditure, intensitas kerja, dan sweat rate. Hasil pengukuran menunjukkan beban kerja pada eksperimen ini termasuk dalam kategori tinggi/berat. Iklim lapangan diukur berdasarkan indeks WBGT, dan hasil pengukuran menunjukkan bahwa indeks WBGT selama eksperimen adalah 31°C (87.9°F), termasuk dalam kategori berisiko tekanan panas sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim tidak berpengaruh terhadap energy expenditure, akan tetapi berpengaruh terhadap energy expenditure pada partisipan wanita (p<0.05). Iklim juga berpengaruh terhadap intensitas kerja (p<0.05), sedangkan sweat rate tidak dapat digunakan untuk menghitung beban kerja karena waktu eksprimen tidak cukup meningkatkan panas tubuh dan hanya berdasarkan berat badan. Penelusuran lebih seksama terhadap model estimasi expenditure yang digunakan dalam sebuah eksperimen diperlukan agar sesuai dengan karakteristik pekerjaan.
{"title":"Kajian Pengaruh Heat Stress terhadap Beban Kerja Fisik Berat pada Kegiatan Lapangan","authors":"Caecilia Sri Wahyuning, Diah Budi Laksemi","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.71","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.71","url":null,"abstract":"Penelitian ini merupakan studi pendahuluan terhadap pengaruh tekanan panas terhadap beban kerja berat pada kegiatan lapangan, mengingat Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu dan kelembaban udara tinggi. Cuaca panas, yang dapat menyebabkan heat stress, merupakan beban bagi tubuh dan semakin berat pada aktivitas fisik berat. Eksperimen dilakukan terhadap 20 partisipan (10 orang pria, 10 orang wanita) yang melakukan pekerjaan dengan intensitas kerja tinggi selama 30 menit di lapangan dengan iklim ekstrim. Beban kerja dilihat berdasarkan denyut jantung dan berat badan untuk melihat energy expenditure, intensitas kerja, dan sweat rate. Hasil pengukuran menunjukkan beban kerja pada eksperimen ini termasuk dalam kategori tinggi/berat. Iklim lapangan diukur berdasarkan indeks WBGT, dan hasil pengukuran menunjukkan bahwa indeks WBGT selama eksperimen adalah 31°C (87.9°F), termasuk dalam kategori berisiko tekanan panas sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim tidak berpengaruh terhadap energy expenditure, akan tetapi berpengaruh terhadap energy expenditure pada partisipan wanita (p<0.05). Iklim juga berpengaruh terhadap intensitas kerja (p<0.05), sedangkan sweat rate tidak dapat digunakan untuk menghitung beban kerja karena waktu eksprimen tidak cukup meningkatkan panas tubuh dan hanya berdasarkan berat badan. Penelusuran lebih seksama terhadap model estimasi expenditure yang digunakan dalam sebuah eksperimen diperlukan agar sesuai dengan karakteristik pekerjaan.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"93 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128189970","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}