Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.85
Rizqa Afthoni, Mirza Hamdhani, Ardianto Ardianto, Aprilia Fitri Karimah, Harry Patria
Salah satu strategi yang diterapkan untuk menganalisis karakteristik pelanggan PT PLN XYZ dalam menggunakan listrik adalah CustomerRelationship Management. Dalam penelitian ini, data pelanggan tersegmentasi adalah pelanggan paskabayar dengan berbagai tarif, daya, konsumsi kWh dan jumlah tagihan listrik di dalamnya. Masing–masing dari variabel tersebut kemudian dikombinasikan, sehinggaterbentuklah segmentasi karakteristik pelanggan PT PLN XYZ berdasarkan variabel tersebut. Hasil dari segmentasi pelanggan, dapatdijadikan dasar untuk menentukan arah kebijakan dalam membuat strategi pelayanan pelanggan yang dipadukan dengan Customer Relationship Management. Dalam riset ini Customer Relationship Management dijadikan sebagai dasar strategi pelayanan pelanggan yang dipadukan dengan hasil segmentasi pelanggan, sehingga arah pengambilan keputusan lebih terarah. Setiap segmentasi mempunyai insightatau proposisi nilai sesuai dengan karakternya masing-masing. Proposisi nilai tersebut dilakukan dengan memahami data segmentasinya, untuk kemudian kita bandingkan dengan karakter konsumsi listriknya. Selanjutnya, dari proposisi nilai segmentasi tersebut dapat diambilarah strategi pelayanan pelanggan yang sesuai dengan kebutuhan dari segmen-segmen tersebut. Metode untuk segmentasi pelanggan menggunakan algoritma machine learning clustering K-means. Dari hasil segmentasi, terdapat 46 pelanggan merupakan clustering kelas pertama profitable customer dan 19.989 pelanggan merupakan clustering kelas kedua less-profitable customer. Selanjutnya, dilakukan strategi Customer Relationship Management pada tiap segmentasinya. Untuk profitable customer, strategi hubungan pelanggan dilakukan dengan Bisnis to Bisnis dan Customer Business Development, sedangkan untuk less-profitable customer dilakukan Continuous Replenishment program serta Retail Account Marketing. Hasil segmentasi pelanggan tersebut dapat digunakan sebagai data pendukung pengambilan keputusanbisnis di PT PLN XYZ.
{"title":"Pemanfaatan Algoritma Machine Learning untuk Segmentasi Pelanggan Berbasis Data Konsumsi Listrik di PT PLN XYZ","authors":"Rizqa Afthoni, Mirza Hamdhani, Ardianto Ardianto, Aprilia Fitri Karimah, Harry Patria","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.85","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.85","url":null,"abstract":"Salah satu strategi yang diterapkan untuk menganalisis karakteristik pelanggan PT PLN XYZ dalam menggunakan listrik adalah CustomerRelationship Management. Dalam penelitian ini, data pelanggan tersegmentasi adalah pelanggan paskabayar dengan berbagai tarif, daya, konsumsi kWh dan jumlah tagihan listrik di dalamnya. Masing–masing dari variabel tersebut kemudian dikombinasikan, sehinggaterbentuklah segmentasi karakteristik pelanggan PT PLN XYZ berdasarkan variabel tersebut. Hasil dari segmentasi pelanggan, dapatdijadikan dasar untuk menentukan arah kebijakan dalam membuat strategi pelayanan pelanggan yang dipadukan dengan Customer Relationship Management. Dalam riset ini Customer Relationship Management dijadikan sebagai dasar strategi pelayanan pelanggan yang dipadukan dengan hasil segmentasi pelanggan, sehingga arah pengambilan keputusan lebih terarah. Setiap segmentasi mempunyai insightatau proposisi nilai sesuai dengan karakternya masing-masing. Proposisi nilai tersebut dilakukan dengan memahami data segmentasinya, untuk kemudian kita bandingkan dengan karakter konsumsi listriknya. Selanjutnya, dari proposisi nilai segmentasi tersebut dapat diambilarah strategi pelayanan pelanggan yang sesuai dengan kebutuhan dari segmen-segmen tersebut. Metode untuk segmentasi pelanggan menggunakan algoritma machine learning clustering K-means. Dari hasil segmentasi, terdapat 46 pelanggan merupakan clustering kelas pertama profitable customer dan 19.989 pelanggan merupakan clustering kelas kedua less-profitable customer. Selanjutnya, dilakukan strategi Customer Relationship Management pada tiap segmentasinya. Untuk profitable customer, strategi hubungan pelanggan dilakukan dengan Bisnis to Bisnis dan Customer Business Development, sedangkan untuk less-profitable customer dilakukan Continuous Replenishment program serta Retail Account Marketing. Hasil segmentasi pelanggan tersebut dapat digunakan sebagai data pendukung pengambilan keputusanbisnis di PT PLN XYZ.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115720112","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.74
Candy Wirawan, Roland Y. H. Silitonga
Model persediaan deterministik digunakan untuk mencari solusi optimal di mana besar permintaannya diketahui pasti dan tidak memiliki variansi. Perusahaan yang memproduksi makanan untuk dijual, memiliki tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengendalikan persediaannya. Ketiga hal itu adalah bahan makanan yang dapat kedaluwarsa, kemungkinan untuk membayar dalam suatu tenggang waktu, serta kemungkinan untuk mendapatkan potongan harga jika membeli bahan makanan dalam jumlah besar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model deterministik dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut. Model tersebut dibangun dengan kondisi satu jenis produk (single item). Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan model beserta prosedur penggunaannya. Model ini untuk kemudian divalidasi dengan cara verifikasi dan uji coba model tersebut. Verifikasi model dilakukan dengan memeriksa konsistensi satuan di sisi kiri dan kanan tiap model. Uji coba model dilakukan dengan menggunakan data sekunder penelitian sebelumnya. Hasil verifikasi model menunjukkan bahwa model konsisten secara satuan. Hasil uji coba model menunjukkan bahwa prosedur yang dikembangkan dapat menentukan skenario yang valid, dan model dapat menghasilkan komponen biaya persediaan dan biaya persediaan total. Pengamatan terhadap jumlah produk yang rusak dan terkena denda pada tiap tingkatan harga juga menunjukkan hasil yang konsisten.
{"title":"Pengembangan Model Persediaan Economic Order Quantity dengan Mempertimbangkan Faktor Kedaluwarsa, Kelonggaran Waktu Pembayaran, dan Potongan Harga","authors":"Candy Wirawan, Roland Y. H. Silitonga","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.74","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.74","url":null,"abstract":"Model persediaan deterministik digunakan untuk mencari solusi optimal di mana besar permintaannya diketahui pasti dan tidak memiliki variansi. Perusahaan yang memproduksi makanan untuk dijual, memiliki tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengendalikan persediaannya. Ketiga hal itu adalah bahan makanan yang dapat kedaluwarsa, kemungkinan untuk membayar dalam suatu tenggang waktu, serta kemungkinan untuk mendapatkan potongan harga jika membeli bahan makanan dalam jumlah besar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model deterministik dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut. Model tersebut dibangun dengan kondisi satu jenis produk (single item). Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan model beserta prosedur penggunaannya. Model ini untuk kemudian divalidasi dengan cara verifikasi dan uji coba model tersebut. Verifikasi model dilakukan dengan memeriksa konsistensi satuan di sisi kiri dan kanan tiap model. Uji coba model dilakukan dengan menggunakan data sekunder penelitian sebelumnya. Hasil verifikasi model menunjukkan bahwa model konsisten secara satuan. Hasil uji coba model menunjukkan bahwa prosedur yang dikembangkan dapat menentukan skenario yang valid, dan model dapat menghasilkan komponen biaya persediaan dan biaya persediaan total. Pengamatan terhadap jumlah produk yang rusak dan terkena denda pada tiap tingkatan harga juga menunjukkan hasil yang konsisten.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116972780","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.67
J. Kusuma, Lie Angela Sugiharto, Jani Rahardjo
Era globalisasi menyebabkan perusahaan harus meningkatkan kemampuannya untuk bersaing. Penerapan standar merupakan salah satu cara untuk tetap meningkatkan kualitas serta memproduksi bahan pangan yang lebih bermutu. Standar yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang bergerak di industri pangan adalah ISO 22000:2018. ISO 22000:2018 merupakan sebuah standar yang mengatur tentang sistem manajemen keamanan pangan. PT X merupakan perusahaan yang bergerak di industri pangan frozen food di Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan merancang pertanyaan self-assessment yang sesuai dengan klausa 4 hingga klausa 10 pada sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000:2018. Pemenuhan dokumen yang berkaitan dengan sertifikasi ISO 22000:2018 diperlukan untuk melakukan audit internal melalui self-assessment dan dilanjutkan oleh audit eksternal oleh auditor dari pihak ketiga. Audit internal dilakukan dengan menggunakan metode self assessment dengan merancangkan pertanyaan. Pertanyaan tersebut didapatkan dari hasil identifikasi pada klausul. Kemudian penilaian dilakukan untuk setiap pertanyaan dengan metode baldrige scoring berdasarkan faktor dimensi proses yaitu pendekatan, penyebarluasan, pembelajaran, integrasi. Hasil penelitian ini akan membantu perusahaan selangkah lebih dekat dengan penerapan ISO dengan merencanakan butir-butir pertanyaan self-assessment yang sesuai dengan klausul 4 hingga klausul 10 pada ISO 22000:2018 dengan kategori penilaian menggunakan metode baldrige scoring.
{"title":"Perancangan Self-Assessment ISO 22000:2018 pada PT X dengan Metode Baldrige Scoring","authors":"J. Kusuma, Lie Angela Sugiharto, Jani Rahardjo","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.67","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.67","url":null,"abstract":"Era globalisasi menyebabkan perusahaan harus meningkatkan kemampuannya untuk bersaing. Penerapan standar merupakan salah satu cara untuk tetap meningkatkan kualitas serta memproduksi bahan pangan yang lebih bermutu. Standar yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang bergerak di industri pangan adalah ISO 22000:2018. ISO 22000:2018 merupakan sebuah standar yang mengatur tentang sistem manajemen keamanan pangan. PT X merupakan perusahaan yang bergerak di industri pangan frozen food di Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan merancang pertanyaan self-assessment yang sesuai dengan klausa 4 hingga klausa 10 pada sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000:2018. Pemenuhan dokumen yang berkaitan dengan sertifikasi ISO 22000:2018 diperlukan untuk melakukan audit internal melalui self-assessment dan dilanjutkan oleh audit eksternal oleh auditor dari pihak ketiga. Audit internal dilakukan dengan menggunakan metode self assessment dengan merancangkan pertanyaan. Pertanyaan tersebut didapatkan dari hasil identifikasi pada klausul. Kemudian penilaian dilakukan untuk setiap pertanyaan dengan metode baldrige scoring berdasarkan faktor dimensi proses yaitu pendekatan, penyebarluasan, pembelajaran, integrasi. Hasil penelitian ini akan membantu perusahaan selangkah lebih dekat dengan penerapan ISO dengan merencanakan butir-butir pertanyaan self-assessment yang sesuai dengan klausul 4 hingga klausul 10 pada ISO 22000:2018 dengan kategori penilaian menggunakan metode baldrige scoring.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"223 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115219887","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada dasarnya setiap perusahaan akan melakukan penyusunan perencanaan dan pengaturan jadwal yang terperinci mengenai aktivitas kegiatan, waktu serta biaya agar mendapatkan hasil akhir yang optimal. Terdapat salah satu perusahaan sub kontraktor pada sebuah galangan kapal di Surabaya yang bertanggung jawab untuk memproduksi sistem perpipaan pada kapal Harbour Tug 3200 HP akan tetapi pekerjaan ini mengalami keterlambatan produksi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya beban kerja yang diterima oleh pihak pekerja. Sehingga penelitian ini akan menggunakan metode full time equivalent yang bertujuan untuk menghitung beban kerja dengan jam kerja efektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja yang diterima pekerja senilai 2,07 sehingga hasil tersebut termasuk ke dalam ketegori beban kerja overload. Upaya untuk melakukan pengoptimalan kinerja karyawan dapat melalui penambahan jumlah tenaga kerja yang disesuaikan dengan hasil perhitungan jumlah tenaga kerja optimal.
{"title":"Optimalisasi Kebutuhan Manpower pada Pekerjaan Sistem Perpipaan Kapal Harbour Tug 3200 HP Menggunakan Metode Full Time Equivalent","authors":"Fitri Mustika Ningrum, Fitri Hardiyanti, Renanda Nia Rachmadita","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.36","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.36","url":null,"abstract":"Pada dasarnya setiap perusahaan akan melakukan penyusunan perencanaan dan pengaturan jadwal yang terperinci mengenai aktivitas kegiatan, waktu serta biaya agar mendapatkan hasil akhir yang optimal. Terdapat salah satu perusahaan sub kontraktor pada sebuah galangan kapal di Surabaya yang bertanggung jawab untuk memproduksi sistem perpipaan pada kapal Harbour Tug 3200 HP akan tetapi pekerjaan ini mengalami keterlambatan produksi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya beban kerja yang diterima oleh pihak pekerja. Sehingga penelitian ini akan menggunakan metode full time equivalent yang bertujuan untuk menghitung beban kerja dengan jam kerja efektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja yang diterima pekerja senilai 2,07 sehingga hasil tersebut termasuk ke dalam ketegori beban kerja overload. Upaya untuk melakukan pengoptimalan kinerja karyawan dapat melalui penambahan jumlah tenaga kerja yang disesuaikan dengan hasil perhitungan jumlah tenaga kerja optimal.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132245151","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.58
Jeremia Jeremia, Carlos Checa Putra Hardiyanto, Sean Rennard Tirtawijaya, Christopher Kenny Yandra, Alvin Maxwell
PT XYZ merupakan suatu industri manufaktur yang memproduksi satu jenis telepon dan melakukan pemenuhan permintaan kepada toko-toko atau konsumen yang ada. PT XYZ memiliki keinginan untuk mengoptimalkan sistem rantai pasokan dari telepon yang terdiri atas tiga pihak supplier, PT XYZ sendiri selaku pemilik gudang bahan baku, manufaktur, dan gudang barang jadi, serta satu pihak toko. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan suatu simulasi dengan menggunakan komputer untuk menggambarkan kondisi sekarang dari PT XYZ. Simulasi akan membantu dan memudahkan perusahaan untuk memperbaiki maupun optimasi sistem rantai pasokan yang sudah ada di dalam perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka disusun suatu model kondisi awal dan usulan, yang mana hasilnya dapat menaikkan utilitas manufaktur dari 52,53% menjadi 77,46%. Perusahaan bisa mempertimbangkan untuk tetap mempertahankan model awal dengan model usulan, dengan tetap memperhatikan penggunaan forklift untuk daerah Gudang Bahan Baku (GBB) dengan lebih efisien.
{"title":"Simulasi Sistem Rantai Pasokan Studi Kasus Produk Telepon di PT XYZ dengan ProModel","authors":"Jeremia Jeremia, Carlos Checa Putra Hardiyanto, Sean Rennard Tirtawijaya, Christopher Kenny Yandra, Alvin Maxwell","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.58","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.58","url":null,"abstract":"PT XYZ merupakan suatu industri manufaktur yang memproduksi satu jenis telepon dan melakukan pemenuhan permintaan kepada toko-toko atau konsumen yang ada. PT XYZ memiliki keinginan untuk mengoptimalkan sistem rantai pasokan dari telepon yang terdiri atas tiga pihak supplier, PT XYZ sendiri selaku pemilik gudang bahan baku, manufaktur, dan gudang barang jadi, serta satu pihak toko. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan suatu simulasi dengan menggunakan komputer untuk menggambarkan kondisi sekarang dari PT XYZ. Simulasi akan membantu dan memudahkan perusahaan untuk memperbaiki maupun optimasi sistem rantai pasokan yang sudah ada di dalam perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka disusun suatu model kondisi awal dan usulan, yang mana hasilnya dapat menaikkan utilitas manufaktur dari 52,53% menjadi 77,46%. Perusahaan bisa mempertimbangkan untuk tetap mempertahankan model awal dengan model usulan, dengan tetap memperhatikan penggunaan forklift untuk daerah Gudang Bahan Baku (GBB) dengan lebih efisien.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132933484","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.70
Lintang Maulida Sekar Bawono, Fitri Trapsilawati
Menurut data dari Kepolisian Republik Indonesia, 61% kasus terjadinya kecelakaan adalah karena faktor manusia. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga mencatat bahwa sedikitnya 2-3 orang meninggal dunia per harinya akibat kecelakaan lalu lintas dimana pada posisi pertama kecelakaan disebabkan oleh pengendara sepeda motor. Land Transport Safety Authority (LTSA) pada tahun 2001 juga menemukan bahwa mengebut (speeding) menjadi faktor utama dalam kematian pengendara kendaraan bermotor. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian yang dapat mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mengebut sehingga mekanisme pencegahan perilaku tersebut dapat dibuat. Sebuah kuesioner dikembangkan sebagai instrumen penelitian berdasarkan Theory of Planned Behaviour (TPB), Drivers Behaviour Questionnaire (DBQ), Classical Deterrence Theory (CDT) dan Revised Reinforcement Sensitivity Theory (r-RST). Terdapat 317 responden yang mengisi kuesioner tersebut. Metode analisis yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah dengan menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil dari 317 pengendara di Indonesia menunjukkan bahwa Perceived Behavioural Control (PBC) merupakan variabel yang paling mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan perilaku mengebut. Sehingga, salah satu rekomendasi pencegahan berdasarkan hasil tersebut adalah dengan memberikan hambatan agar pengendara tidak merasa termotivasi untuk melakukan perilaku mengebut.
根据印度尼西亚警方的数据,61%的事故是人为因素造成的。交通部还指出,每天至少有2-3人死于交通事故,首先是由骑摩托车的人造成的。2001年,土地运输安全管理局(LTSA)还发现,超速是导致驾驶死亡的一个主要因素。因此,有必要进行研究,以揭示影响超速行为的因素,以便建立这种行为预防机制。基于计划行为理论、开车问问题(DBQ)、经典Deterrence Theory (CDT)和对隐修关系敏感回归(r-RST)的研究工具开发了一份问卷。有317名受访者填写了调查问卷。用于处理数据的分析方法是使用最不平方的结构平等模式(plth - sem)。印尼317名司机的结果表明,感知行为控制(PBC)是影响个人超速行为意图的一个变量。因此,基于此结果的预防建议之一是设置障碍,使司机感到没有动力去做超速行为。
{"title":"Pengembangan Model Perilaku Mengebut di Indonesia serta Rekomendasi Pencegahannya","authors":"Lintang Maulida Sekar Bawono, Fitri Trapsilawati","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.70","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.70","url":null,"abstract":"Menurut data dari Kepolisian Republik Indonesia, 61% kasus terjadinya kecelakaan adalah karena faktor manusia. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga mencatat bahwa sedikitnya 2-3 orang meninggal dunia per harinya akibat kecelakaan lalu lintas dimana pada posisi pertama kecelakaan disebabkan oleh pengendara sepeda motor. Land Transport Safety Authority (LTSA) pada tahun 2001 juga menemukan bahwa mengebut (speeding) menjadi faktor utama dalam kematian pengendara kendaraan bermotor. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian yang dapat mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mengebut sehingga mekanisme pencegahan perilaku tersebut dapat dibuat. Sebuah kuesioner dikembangkan sebagai instrumen penelitian berdasarkan Theory of Planned Behaviour (TPB), Drivers Behaviour Questionnaire (DBQ), Classical Deterrence Theory (CDT) dan Revised Reinforcement Sensitivity Theory (r-RST). Terdapat 317 responden yang mengisi kuesioner tersebut. Metode analisis yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah dengan menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil dari 317 pengendara di Indonesia menunjukkan bahwa Perceived Behavioural Control (PBC) merupakan variabel yang paling mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan perilaku mengebut. Sehingga, salah satu rekomendasi pencegahan berdasarkan hasil tersebut adalah dengan memberikan hambatan agar pengendara tidak merasa termotivasi untuk melakukan perilaku mengebut.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124509282","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.46
Muhammad Safri Setiawan
Perkembangan teknologi yang mulai berkembang pesat membuat pengguna internet bertambah setiap tahunnya. Terhitung bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 175,4 juta pengguna, dimana 80% pengguna internet menggunakan platform marketplace/e-commerce. Banyaknya pengguna marketplace membuat banyak perusahaan mulai menapaki peluang dengan merambah ke bidang e-commerce, tidak terkecuali 2 raksasa retail yang menjamur di berbagai tempat yaitu Alfamart dan Indomaret. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh pengguna dan hal-hal yang harus dikembangkan oleh owner e-commerce untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan perbandingan tingkat usabilitas dari 2 e-commercedengan proses bisnis yang notabene bergerak di bidang yang sama dan juga masih baru dalam menerapkan implementasi e-commerce dalam bisnisnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Performance Measurement dan System Usability Scale. Dimana performance measurement digunakan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas dari e-commerce, sementara System Usability Scale digunakan untuk menilai kepuasan pelanggan dalam menggunakan e-commerce. Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkan bahwa efisiensi dan efektifitas e-commerce menunjukkan bahwa Indomaret lebih unggul dari Alfamart. Uji kepuasan menunjukkan bahwa pengguna Indomaret cenderung passive untuk memberikan review terhadap penggunaan aplikasi, sementara pengguna Alfamart menunjukkan bahwa pengguna cenderung menjadi detuctor atau merasa tidak puas dalam penggunaan e-commerce.
{"title":"Analisis Tingkat Usabilitas Menggunakan Metode Performance Measurement dan System Usability Scale (SUS) pada Aplikasi E-commerce Indomaret dan Alfamart","authors":"Muhammad Safri Setiawan","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.46","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.46","url":null,"abstract":"Perkembangan teknologi yang mulai berkembang pesat membuat pengguna internet bertambah setiap tahunnya. Terhitung bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 175,4 juta pengguna, dimana 80% pengguna internet menggunakan platform marketplace/e-commerce. Banyaknya pengguna marketplace membuat banyak perusahaan mulai menapaki peluang dengan merambah ke bidang e-commerce, tidak terkecuali 2 raksasa retail yang menjamur di berbagai tempat yaitu Alfamart dan Indomaret. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh pengguna dan hal-hal yang harus dikembangkan oleh owner e-commerce untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan perbandingan tingkat usabilitas dari 2 e-commercedengan proses bisnis yang notabene bergerak di bidang yang sama dan juga masih baru dalam menerapkan implementasi e-commerce dalam bisnisnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Performance Measurement dan System Usability Scale. Dimana performance measurement digunakan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas dari e-commerce, sementara System Usability Scale digunakan untuk menilai kepuasan pelanggan dalam menggunakan e-commerce. Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkan bahwa efisiensi dan efektifitas e-commerce menunjukkan bahwa Indomaret lebih unggul dari Alfamart. Uji kepuasan menunjukkan bahwa pengguna Indomaret cenderung passive untuk memberikan review terhadap penggunaan aplikasi, sementara pengguna Alfamart menunjukkan bahwa pengguna cenderung menjadi detuctor atau merasa tidak puas dalam penggunaan e-commerce.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129309625","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Permasalahan dalam kegiatan pengendalian kualitas air pada PDAM Way Rilau sering dijumpai terjadinya kualitas air yang tidak sesuai standar. Hal ini menyebabkan perusahaan harus dapat mempertahankan kualitas air yang dihasilkannya atau bahkan lebih baik lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian kualitas air baku menjadi air bersih yang dilakukan dengan mengambil perbandingan secara statistik menggunakan peta kendali X dan R. Hasil analisis menunjukkan ada 1 (satu) sampel yang berada di luar batas kendali tetapi rata-rata kualitas air sudah sesuai standar yang diterapkan perusahaan. Kualitas pH air baku didapat 7.36 dari standar 6-9, pH air bersih 7.28 dari standar 6.5-9.0 dan turbidity air baku 238.71, turbidity air bersih 1.87 dari standar 2.5. Penyimpangan terjadi peta X sampel ke-4 turbidity air bersih yang bernilai 3.26 sedangkan standar turbidity perusahaan adalah 2.5. Penggunaan peta kendali X dan R dapat memudahkan perusahaan untuk menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum dipasarkan, mengevaluasi pelaksanaan dan kebijakan pelaksanaan proses produksi, memantau proses produksi secara terus-menerus agar tetap stabil dan menentukan kapabilitas proses.
水利路PDAM Way的水质控制活动的问题往往存在不合标准的水质。这使得公司应该能够保留其水的质量,甚至更好。这项研究的目的是通过使用X控制图和R. control map进行统计比较来确定如何将原始水质量控制为清洁水。分析结果显示,有1(1)样本不受控制,但水质的平均水平符合公司的标准。标准6-9获得优质水pH值7.36,洁净水pH值7.28的标准6.5-9和纯净水的含水率为238.71,清水含水率为1.87的标准2.5。偏差发生在X地图第4个turbidity样本中,洁净水的价值为3.26,而该公司的turbidity标准为2.5。使用X控制地图和R可以帮助企业在上市前确定产品接受质量的标准限制,评估生产过程的执行和执行政策,持续监控生产过程以保持稳定和确定进程的可行性。
{"title":"Analisis Pengendalian Kualitas Air dengan Menggunakan Peta Kendali X dan Peta Kendali R pada PDAM Way Rilau Bandar Lampung","authors":"Emy Khikmawati, Heri Wibowo, Rizky Febri Romadhona","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.37","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.37","url":null,"abstract":"Permasalahan dalam kegiatan pengendalian kualitas air pada PDAM Way Rilau sering dijumpai terjadinya kualitas air yang tidak sesuai standar. Hal ini menyebabkan perusahaan harus dapat mempertahankan kualitas air yang dihasilkannya atau bahkan lebih baik lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian kualitas air baku menjadi air bersih yang dilakukan dengan mengambil perbandingan secara statistik menggunakan peta kendali X dan R. Hasil analisis menunjukkan ada 1 (satu) sampel yang berada di luar batas kendali tetapi rata-rata kualitas air sudah sesuai standar yang diterapkan perusahaan. Kualitas pH air baku didapat 7.36 dari standar 6-9, pH air bersih 7.28 dari standar 6.5-9.0 dan turbidity air baku 238.71, turbidity air bersih 1.87 dari standar 2.5. Penyimpangan terjadi peta X sampel ke-4 turbidity air bersih yang bernilai 3.26 sedangkan standar turbidity perusahaan adalah 2.5. Penggunaan peta kendali X dan R dapat memudahkan perusahaan untuk menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum dipasarkan, mengevaluasi pelaksanaan dan kebijakan pelaksanaan proses produksi, memantau proses produksi secara terus-menerus agar tetap stabil dan menentukan kapabilitas proses.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115467715","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.73
S. Purnavita, Nevira Khaliqa Rastono
Modifikasi pati adalah metode yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan pati alami diantaranya sifat hidrofilik (ketahanan air yang rendah). Modifikasi pati secara crosslinking dilakukan untuk mendapatkan swelling power rendah, kekuatan regang rendah, dan suhu granula pati untuk pecah lebih rendah. Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi pati aren secara crosslinking menggunakan STPP (Sodium Tripoly Phospate) dengan prinsip mengganti gugus hidroksil pati dengan gugus fosfat yang berikatan silang. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan metode Rancangan Acak Lengkap dua variabel, yaitu berat PVA (0; 1; 2; 2,5 gram) dan presentase STPP (1%; 3%; 4%; dan 5%) terhadap sifat ketahanan air (uji swelling) dan ketahanan degradasi bioplastik. Penelitian dilakukan dengan tiga tahapan kerja yaitu (1)pembuatan modifikasi pati aren; (2)pembuatan bioplastik, dan (3)analisa bioplastik. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pati aren termodifikasi crosslinking STPP memberikan hasil ketahanan bioplastik yang lebih baik dibandingkan dengan pati aren alami (native starch). Dari berbagai perlakuan sampel, disimpulkan bahwa pati termodifikasi STPP menurunkan nilai swelling (penyerapan) bioplastik, dengan hasil terbaik pada penambahan 5% STPP dan 2 gram PVA sebesar 40%.
{"title":"Modifikasi Pati Aren dengan Crosslinking Agent STPP (Sodium Tri Poly Phospate) dan Penambahan Poli Vinil Alkohol terhadap Karakteristik Bioplastik","authors":"S. Purnavita, Nevira Khaliqa Rastono","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.73","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.73","url":null,"abstract":"Modifikasi pati adalah metode yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan pati alami diantaranya sifat hidrofilik (ketahanan air yang rendah). Modifikasi pati secara crosslinking dilakukan untuk mendapatkan swelling power rendah, kekuatan regang rendah, dan suhu granula pati untuk pecah lebih rendah. Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi pati aren secara crosslinking menggunakan STPP (Sodium Tripoly Phospate) dengan prinsip mengganti gugus hidroksil pati dengan gugus fosfat yang berikatan silang. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan metode Rancangan Acak Lengkap dua variabel, yaitu berat PVA (0; 1; 2; 2,5 gram) dan presentase STPP (1%; 3%; 4%; dan 5%) terhadap sifat ketahanan air (uji swelling) dan ketahanan degradasi bioplastik. Penelitian dilakukan dengan tiga tahapan kerja yaitu (1)pembuatan modifikasi pati aren; (2)pembuatan bioplastik, dan (3)analisa bioplastik. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pati aren termodifikasi crosslinking STPP memberikan hasil ketahanan bioplastik yang lebih baik dibandingkan dengan pati aren alami (native starch). Dari berbagai perlakuan sampel, disimpulkan bahwa pati termodifikasi STPP menurunkan nilai swelling (penyerapan) bioplastik, dengan hasil terbaik pada penambahan 5% STPP dan 2 gram PVA sebesar 40%.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130117946","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.28932/sentekmi2021.v1i1.42
Yusuf Mauluddin, Kurniawaty Yusuf, E. Lesmana
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lintasan produksi pada divisi sewing yang seimbang dan efisien. Perbaikan lintasan tersebut dilakukan dengan menghilangkan bottleneck dan melakukan penyeimbangan lintasan. Metode studi gerakan Methods Time Measurement(MTM) digunakan untuk mengurai operasi yang menjadi bottleneck menjadi beberapa operasi. Untuk penyeimbangan lintasan digunakan lima metode heuristik yaitu Metode Bobot Posisi, Metode Pembebanan Berurut, Metode Wilayah, Metode Yamagumi Chart dan Metode Critical Path Method (CPM). Lintasan produksi yang dihasilkan dari kelima model tersebut kemudian dipilih yang memiliki efisiensi terbesar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada empat operasi yang menjadi bottleneck, kemudian setelah dilakukan studi gerakan dengan metode MTM diurai menjadi sepuluh operasi. Semula jumlah operasi pada lintasan produksi divisi sewing ada 20 operasi menjadi 26 operasi. Hasil penyeimbangan lintasan metode penyeimbangan lintasan paling baik adalah Metode Pembebanan Berurut yang menghasilkan jumlah stasiun terkecil dengan rata-rata efisiensi paling tinggi, yaitu 20 stasiun kerja dengan efisiensi 80%. Stasiun kerja hasil penyeimbangan lintasan, setelah diuji coba dengan menggunakan simulasi komputer, dapat mengefisiensikan proses di divisi sewing dengan menyelesaikan target produksi harian lebih cepat daripada lintasan produksi awal.
{"title":"Perbaikan Lintasan Produksi untuk Meningkatkan Efisiensi dengan Menghilangkan Bottleneck dan Penyeimbangan Lintasan pada Divisi Sewing","authors":"Yusuf Mauluddin, Kurniawaty Yusuf, E. Lesmana","doi":"10.28932/sentekmi2021.v1i1.42","DOIUrl":"https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.42","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lintasan produksi pada divisi sewing yang seimbang dan efisien. Perbaikan lintasan tersebut dilakukan dengan menghilangkan bottleneck dan melakukan penyeimbangan lintasan. Metode studi gerakan Methods Time Measurement(MTM) digunakan untuk mengurai operasi yang menjadi bottleneck menjadi beberapa operasi. Untuk penyeimbangan lintasan digunakan lima metode heuristik yaitu Metode Bobot Posisi, Metode Pembebanan Berurut, Metode Wilayah, Metode Yamagumi Chart dan Metode Critical Path Method (CPM). Lintasan produksi yang dihasilkan dari kelima model tersebut kemudian dipilih yang memiliki efisiensi terbesar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada empat operasi yang menjadi bottleneck, kemudian setelah dilakukan studi gerakan dengan metode MTM diurai menjadi sepuluh operasi. Semula jumlah operasi pada lintasan produksi divisi sewing ada 20 operasi menjadi 26 operasi. Hasil penyeimbangan lintasan metode penyeimbangan lintasan paling baik adalah Metode Pembebanan Berurut yang menghasilkan jumlah stasiun terkecil dengan rata-rata efisiensi paling tinggi, yaitu 20 stasiun kerja dengan efisiensi 80%. Stasiun kerja hasil penyeimbangan lintasan, setelah diuji coba dengan menggunakan simulasi komputer, dapat mengefisiensikan proses di divisi sewing dengan menyelesaikan target produksi harian lebih cepat daripada lintasan produksi awal.","PeriodicalId":342850,"journal":{"name":"Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128545677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}