Genetic and physiological factors influence dendrobium orchids growth and flowering. In maintaining Dendrobium orchids, the cultivation process after acclimatization greatly affects growth and development, so its quality and sustainability can be threatened. Onion bulb skin and garlic bulb skin were able to increase germination and growth variables. This research aims to determine the effect of the most effective concentration on the growth of Dendrobium orchids. This research method used an experimental method with a completely randomized design (CRD) with 24 plants, research parameters included the number of new shoots, number of new shoots, number of new roots, new root length, leaf length, total number of leaves, plant height, and weight. Plants were analyzed descriptively, and multivariate correlation tests were using IBM software. The results showed that the M40: P20 treatment was the best treatment with parameters that responded, namely the number of new shoots, length of new roots, length of leaves, total number of leaves and plant height. This shows that the administration of shallot bulb skin extract and garlic bulb skin extract positively affected several parameters. Keywords : acclimatization, Dendrobium, effectiveness, parameters, plants. ABSTRAK Anggrek Dendrobium dalam pertumbuhan dan pembungaan dipengaruhi faktor genetik dan faktor fisiologis. Dalam pemeliharaan anggrek Dendrobium proses budidaya setelah aklimatisasi sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, sehingga kualitas dan kelestraiannya dapat terancam. Kulit umbi bawang merah dan kulit umbi bawang putih mampu meningkatkan perkecambahan dan variabel pertumbuhan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi yang paling efektif terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium. Metode penelitian menggunakan eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 24 tanaman, parameter penelitian meliputi jumlah tunas baru, jumlah daun tunas baru, jumlah akar baru, panjang akar baru, panjang daun, total jumlah daun, tinggi tanaman, dan berat kering tanaman yang dianalisis secara deskriptif dan uji korelasi multivariat test menggunakan software IBM. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan M40: P20 adalah perlakuan terbaik dengan parameter yang merespon yaitu jumlah daun tunas baru, panjang akar baru, panjang daun, jumlah total daun dan tinggi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit umbi bawang merah dan kulit umbi bawang putih memberikan pengaruh positif pada beberapa perameter. Kata kunci: aklimatisasi, Dendrobium, efektif, parameter, tanaman.
遗传和生理因素影响石斛兰的生长和开花。在石斛兰的养护过程中,适应性栽培后的栽培过程对生长发育影响很大,因此会威胁到石斛兰的质量和可持续性。洋葱鳞茎皮和大蒜鳞茎皮能够提高发芽率和生长变量。本研究旨在确定最有效浓度对石斛兰生长的影响。本研究方法采用完全随机设计(CRD)的实验方法,共有 24 株植物,研究参数包括新芽数、新芽数、新根数、新根长、叶长、叶片总数、株高和重量。对植株进行了描述性分析,并使用 IBM 软件进行了多变量相关性检验。结果表明,M40:P20 处理在新芽数量、新根长度、叶片长度、叶片总数和植株高度等参数上反应最好。这表明施用大葱鳞茎皮提取物和大蒜鳞茎皮提取物对多项参数有积极影响。 摘要 铁皮石斛兰的生长和开花受遗传因素和生理因素的影响。在铁皮石斛兰的养护过程中,适应性栽培后的栽培过程对其生长发育影响很大,从而会威胁到其品质和可持续发展。洋葱鳞茎皮和大蒜鳞茎皮可以提高发芽率和生长变量。本研究的目的是确定最有效浓度对石斛兰生长的影响。研究方法采用实验完全随机设计(CRD),共 24 株,研究参数包括新芽数、新芽叶片数、新根数、新根长度、叶片长度、叶片总数、株高和植株干重,并使用 IBM 软件进行描述性分析和多变量相关性检验。结果表明,处理 M40:P20 是对新芽叶片数、新根长度、叶片长度、总叶片数和植株高度参数反应最好的处理。这表明,应用大葱球茎皮和大蒜球茎皮提取物对多个参数有积极影响。关键词:适应性;铁皮石斛;有效;参数;植株。
{"title":"Pengaruh Ekstrak Kulit Umbi Bawang Merah (Allium cepa) dan Bawang Putih (Allium sativum) untuk Pertumbuhan Anggrek Dendrobium","authors":"Bilqis Marista, Tintrim Rahayu, Gatra Ervi Jayanti","doi":"10.33474/j.sa.v6i2.18809","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v6i2.18809","url":null,"abstract":"Genetic and physiological factors influence dendrobium orchids growth and flowering. In maintaining Dendrobium orchids, the cultivation process after acclimatization greatly affects growth and development, so its quality and sustainability can be threatened. Onion bulb skin and garlic bulb skin were able to increase germination and growth variables. This research aims to determine the effect of the most effective concentration on the growth of Dendrobium orchids. This research method used an experimental method with a completely randomized design (CRD) with 24 plants, research parameters included the number of new shoots, number of new shoots, number of new roots, new root length, leaf length, total number of leaves, plant height, and weight. Plants were analyzed descriptively, and multivariate correlation tests were using IBM software. The results showed that the M40: P20 treatment was the best treatment with parameters that responded, namely the number of new shoots, length of new roots, length of leaves, total number of leaves and plant height. This shows that the administration of shallot bulb skin extract and garlic bulb skin extract positively affected several parameters.\u0000Keywords : acclimatization, Dendrobium, effectiveness, parameters, plants.\u0000 \u0000 ABSTRAK\u0000Anggrek Dendrobium dalam pertumbuhan dan pembungaan dipengaruhi faktor genetik dan faktor fisiologis. Dalam pemeliharaan anggrek Dendrobium proses budidaya setelah aklimatisasi sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, sehingga kualitas dan kelestraiannya dapat terancam. Kulit umbi bawang merah dan kulit umbi bawang putih mampu meningkatkan perkecambahan dan variabel pertumbuhan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi yang paling efektif terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium. Metode penelitian menggunakan eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 24 tanaman, parameter penelitian meliputi jumlah tunas baru, jumlah daun tunas baru, jumlah akar baru, panjang akar baru, panjang daun, total jumlah daun, tinggi tanaman, dan berat kering tanaman yang dianalisis secara deskriptif dan uji korelasi multivariat test menggunakan software IBM. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan M40: P20 adalah perlakuan terbaik dengan parameter yang merespon yaitu jumlah daun tunas baru, panjang akar baru, panjang daun, jumlah total daun dan tinggi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit umbi bawang merah dan kulit umbi bawang putih memberikan pengaruh positif pada beberapa perameter.\u0000Kata kunci: aklimatisasi, Dendrobium, efektif, parameter, tanaman.","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"523 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140446786","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-20DOI: 10.33474/j.sa.v6i2.18479
Rizki Dwi Saputri, Ratna Djuniwati Lisminingsih, Hasan Zayadi
Subterranean termites are a type of termite that can cause damage to buildings made of wood. The bioactive content of beluntas leaves has the potential as a vegetable pesticide that can kill termites. Research has been carried out to determine the effect and effective concentration of beluntas leaf juice on the LC50 value, as well as the effect of abiotic factors on the mortality of subterranean termites. The parameters of this study were termite mortality after being given treatment and measuring abiotic factors during the study. This study used a completely randomized design (CRD) with 2 stages of testing, a preliminary test and a definitive test. The abiotic factor parameters measured were air temperature, air humidity, soil moisture, and light intensity. The definitive test to get the LC50 used 4 treatments, namely 0%, 40%, 63%, and 100%, the concentration according to the results of the logarithm calculation from the results of the preliminary test. Observations were carried out every 24 hours for 72 hours. Data were analyzed using probit analysis as well as ANOVA test and chi-square test for abiotic factor parameters. The results of the probit analysis test showed that the LC50-24 hours was 48%, the LC50-48 hours was 23.75% and the LC50-72 hours was 12.74%. The results of the ANOVA test showed that there were significant differences in the mortality of subterranean termites after being treated with concentrations of 0%, 40%, 50%, and 100%. The most effective concentration is 100% concentration. The effective concentration of beluntas leaf juice (Pluchea indica) can kill 50% of subterranean termites for 24, 48 and 72 hours, namely LC50-24 hours is 40%, LC50-48 hours is 23.75%, LC50-72 hours is 12.74 %. Keywords: Beluntas Leaves (Pluchea indica), Mortality, Subterranean Termites (Coptotermes curvignathus) ABSTRAK Rayap tanah merupakan jenis rayap yang dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan yang berbahan dasar kayu. Kandungan bioaktif daun beluntas berpotensi sebagai pestisida nabati yang dapat membunuh rayap. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan kosentrasi efektif perasan daun beluntas nilai LC50, serta pengaruh faktor abiotik terhadap mortalitas rayap tanah. Parameter penelitian ini yakni mortalitas rayap setelah diberikan perlakuan serta mengukur faktor abiotik selama penelitian. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 tahap pengujian, uji pendahuluan dan uji definitif. Parameter faktor abiotik yang diukur yakni suhu udara, kelembapan udara, kelembapan tanah, dan intensitas cahaya. Uji definitif untuk mendapatkan LC50 menggunakan 4 perlakuan yaitu 0%, 40%, 63%, dan 100%, kosentrasi sesuai hasil perhitungan logaritma dari hasil uji pendahuluan. Durasi pengamatan dilakukan setiap 24 jam selama 72 jam. Data dianalisis dengan menggunakan analisis probit serta uji ANOVA dan uji chi-square untuk parameter faktor abiotik. Hasil uji analisis probit menunjukkan menunjukkan nilai LC50-2
地下白蚁是白蚁的一种,会对木质建筑造成破坏。白兰叶中的生物活性成分具有作为植物杀虫剂的潜力,可以杀死白蚁。研究旨在确定白头翁叶汁对半致死浓度的影响和有效浓度,以及非生物因素对地下白蚁死亡率的影响。这项研究的参数是白蚁在接受处理后的死亡率,以及在研究期间对非生物因素的测量。本研究采用完全随机设计(CRD),分两个阶段进行试验,即初步试验和最终试验。测量的非生物因素参数包括空气温度、空气湿度、土壤湿度和光照强度。确定试验采用了 4 个处理,即 0%、40%、63% 和 100%,根据初步试验结果的对数计算得出半数致死浓度。每 24 小时观察一次,持续 72 小时。数据分析采用 probit 分析法以及非生物因素参数的方差分析和卡方检验。probit 分析测试结果表明,24 小时半数致死浓度为 48%,48 小时半数致死浓度为 23.75%,72 小时半数致死浓度为 12.74%。方差分析检验结果表明,用 0%、40%、50% 和 100%浓度处理后,地下白蚁的死亡率存在显著差异。最有效的浓度是 100%浓度。白头翁叶汁(Pluchea indica)24、48和72小时的有效浓度可杀死50%的地下白蚁,即LC50-24小时为40%,LC50-48小时为23.75%,LC50-72小时为12.74%:贝鲁塔斯叶(Pluchea indica) 死亡率 地下白蚁(Coptotermes curvignathus) ABSTRAKRayap tanah merupakan jenis rayap yang dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan yang berbahan dasar kayu.生物技术的发展为虫害提供了可乘之机。该研究的目的是确定褐斑蝇的致死浓度和半数致死浓度,以及褐斑蝇的非生物致死率。该参数既能确定藻类的死亡率,又能确定藻类的生物毒性。该项目采用了两种不同的测量方法,一种是下限测量法,另一种是上限测量法。非生物参数包括浊度、浊度范围、浊度范围和浊度强度。确定半数致死浓度的标准为 0%、40%、63% 和 100%。项目持续时间从 24 小时到 72 小时不等。数据由概率分析和方差分析以及非生物参数的卡方检验得出。LC50-24、LC50-48 和 LC-72 分别占 48%、23.75% 和 12.74%。方差分析结果表明,在每种浓度为 0%、40%、50% 和 100%时,藻类的死亡率都有显著性差异。在 100%浓度下的死亡率是最合适的。Kata kunci: 狒狒(Pluchea indica), 死亡率, 狒狒(Coptotermes curvignathus)
{"title":"Uji Efektivitas Perasan Daun Beluntas (Pluchea indica) Terhadap Mortalitas Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus)","authors":"Rizki Dwi Saputri, Ratna Djuniwati Lisminingsih, Hasan Zayadi","doi":"10.33474/j.sa.v6i2.18479","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v6i2.18479","url":null,"abstract":"Subterranean termites are a type of termite that can cause damage to buildings made of wood. The bioactive content of beluntas leaves has the potential as a vegetable pesticide that can kill termites. Research has been carried out to determine the effect and effective concentration of beluntas leaf juice on the LC50 value, as well as the effect of abiotic factors on the mortality of subterranean termites. The parameters of this study were termite mortality after being given treatment and measuring abiotic factors during the study. This study used a completely randomized design (CRD) with 2 stages of testing, a preliminary test and a definitive test. The abiotic factor parameters measured were air temperature, air humidity, soil moisture, and light intensity. The definitive test to get the LC50 used 4 treatments, namely 0%, 40%, 63%, and 100%, the concentration according to the results of the logarithm calculation from the results of the preliminary test. Observations were carried out every 24 hours for 72 hours. Data were analyzed using probit analysis as well as ANOVA test and chi-square test for abiotic factor parameters. The results of the probit analysis test showed that the LC50-24 hours was 48%, the LC50-48 hours was 23.75% and the LC50-72 hours was 12.74%. The results of the ANOVA test showed that there were significant differences in the mortality of subterranean termites after being treated with concentrations of 0%, 40%, 50%, and 100%. The most effective concentration is 100% concentration. The effective concentration of beluntas leaf juice (Pluchea indica) can kill 50% of subterranean termites for 24, 48 and 72 hours, namely LC50-24 hours is 40%, LC50-48 hours is 23.75%, LC50-72 hours is 12.74 %.\u0000Keywords: Beluntas Leaves (Pluchea indica), Mortality, Subterranean Termites (Coptotermes curvignathus)\u0000 \u0000ABSTRAK\u0000Rayap tanah merupakan jenis rayap yang dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan yang berbahan dasar kayu. Kandungan bioaktif daun beluntas berpotensi sebagai pestisida nabati yang dapat membunuh rayap. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan kosentrasi efektif perasan daun beluntas nilai LC50, serta pengaruh faktor abiotik terhadap mortalitas rayap tanah. Parameter penelitian ini yakni mortalitas rayap setelah diberikan perlakuan serta mengukur faktor abiotik selama penelitian. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 tahap pengujian, uji pendahuluan dan uji definitif. Parameter faktor abiotik yang diukur yakni suhu udara, kelembapan udara, kelembapan tanah, dan intensitas cahaya. Uji definitif untuk mendapatkan LC50 menggunakan 4 perlakuan yaitu 0%, 40%, 63%, dan 100%, kosentrasi sesuai hasil perhitungan logaritma dari hasil uji pendahuluan. Durasi pengamatan dilakukan setiap 24 jam selama 72 jam. Data dianalisis dengan menggunakan analisis probit serta uji ANOVA dan uji chi-square untuk parameter faktor abiotik. Hasil uji analisis probit menunjukkan menunjukkan nilai LC50-2","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"51 17","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140445780","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-20DOI: 10.33474/j.sa.v6i2.18808
Faldha Laili Maghfiroh, Nurul Jadid Mubarakati, Hasan Zayadi, Taufik Ridwan Musaffak
One effort to improve the quality of males is to collect semen to be used for the Artificial Insemination (AI) process. The ejaculate fraction is one of the factors that can affect the quality of fresh spermatozoa in cattle. This study aims to determine the quality of fresh spermatozoa in Simmental cattle and Limousin cattle for various fractions of ejaculate. This study used fresh semen with each cow aged 3-4 years and 5-6 years. This research method used a Completely Randomized Factorial Design with 4 repetitions. Observation of spermatozoa quality was carried out macroscopically and microscopically. The data obtained were analyzed using the F test and Least Significant Different test (BNT). The results showed that semen volume had a significant difference (p<0.05) for different types of cows, ages, and ejaculatory fractions. The color, pH, consistency and concentration of spermatozoa had significant differences (p<0.05) for different ejaculate fractions. There was no significant difference (p>0.05) for motility and abnormalities of spermatozoa for different types of cows, ages and ejaculatory fractions. It can be interpreted that different breeds of cattle and ages can have a significant effect on semen volume, while the ejaculate fraction can have a significant effect on the volume, color, pH, consistency and concentration of spermatozoa. While the different types of cattle, age, and ejaculate fraction did not have a significant effect on the motility and abnormalities of spermatozoa. Keywords : Spermatozoa Quality, Simmental Cattle, Limousin Cattle, Ejaculation Fraction. ABSTRAK Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pejantan adalah dengan mengumpulkan semen yang akan digunakan untuk proses Inseminasi Buatan (IB). Fraksi ejakulasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas spermatozoa segar pada sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas spermatozoa segar pada sapi Simmental dan sapi Limousin terhadap berbagai fraksi ejakulasi. Penelitian ini menggunakan semen segar dengan masing-masing sapi berumur 3-4 tahun dan 5-6 tahun. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 4 kali ulangan. Pengamatan kualitas spermatozoa dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen memiliki perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap jenis sapi, umur, dan fraksi ejakulasi yang berbeda. Warna, pH, konsistensi dan konsentrasi spermatozoa memiliki perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap fraksi ejakulasi yang berbeda. Motilitas dan abnormalitas spermatozoa tidak memiliki perbedaan yang nyata (p>0,05) terhadap jenis sapi, umur, dan fraksi ejakulasi yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa bangsa sapi dan umur berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata pada volume semen saja sedangkan fraksi ejakulasi dapat memberikan pengaruh yang nyata pada volume, warna, pH, konsisten
{"title":"Analisis Kualitas Spermatozoa Segar pada Sapi Simmental dan Sapi Limousin Terhadap Berbagai Fraksi Ejakulasi","authors":"Faldha Laili Maghfiroh, Nurul Jadid Mubarakati, Hasan Zayadi, Taufik Ridwan Musaffak","doi":"10.33474/j.sa.v6i2.18808","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v6i2.18808","url":null,"abstract":"One effort to improve the quality of males is to collect semen to be used for the Artificial Insemination (AI) process. The ejaculate fraction is one of the factors that can affect the quality of fresh spermatozoa in cattle. This study aims to determine the quality of fresh spermatozoa in Simmental cattle and Limousin cattle for various fractions of ejaculate. This study used fresh semen with each cow aged 3-4 years and 5-6 years. This research method used a Completely Randomized Factorial Design with 4 repetitions. Observation of spermatozoa quality was carried out macroscopically and microscopically. The data obtained were analyzed using the F test and Least Significant Different test (BNT). The results showed that semen volume had a significant difference (p<0.05) for different types of cows, ages, and ejaculatory fractions. The color, pH, consistency and concentration of spermatozoa had significant differences (p<0.05) for different ejaculate fractions. There was no significant difference (p>0.05) for motility and abnormalities of spermatozoa for different types of cows, ages and ejaculatory fractions. It can be interpreted that different breeds of cattle and ages can have a significant effect on semen volume, while the ejaculate fraction can have a significant effect on the volume, color, pH, consistency and concentration of spermatozoa. While the different types of cattle, age, and ejaculate fraction did not have a significant effect on the motility and abnormalities of spermatozoa. \u0000Keywords : Spermatozoa Quality, Simmental Cattle, Limousin Cattle, Ejaculation Fraction.\u0000 \u0000ABSTRAK\u0000Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pejantan adalah dengan mengumpulkan semen yang akan digunakan untuk proses Inseminasi Buatan (IB). Fraksi ejakulasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas spermatozoa segar pada sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas spermatozoa segar pada sapi Simmental dan sapi Limousin terhadap berbagai fraksi ejakulasi. Penelitian ini menggunakan semen segar dengan masing-masing sapi berumur 3-4 tahun dan 5-6 tahun. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 4 kali ulangan. Pengamatan kualitas spermatozoa dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen memiliki perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap jenis sapi, umur, dan fraksi ejakulasi yang berbeda. Warna, pH, konsistensi dan konsentrasi spermatozoa memiliki perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap fraksi ejakulasi yang berbeda. Motilitas dan abnormalitas spermatozoa tidak memiliki perbedaan yang nyata (p>0,05) terhadap jenis sapi, umur, dan fraksi ejakulasi yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa bangsa sapi dan umur berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata pada volume semen saja sedangkan fraksi ejakulasi dapat memberikan pengaruh yang nyata pada volume, warna, pH, konsisten","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"968 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140446458","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-20DOI: 10.33474/j.sa.v6i2.15461
Muhajir Makmun Al Anshori, Saimul Laili, S. Tito
Grape (Allium cepa L.) is a plant that is widely used as a processed product and consumed in the form of fresh fruit. The production of grapes should be increased by using cuttings because the provision of seeds from seeds is relatively slow. Propagation of plants by cuttings is limited by the number of cuttings that form roots. This can be caused by a lack of root-forming hormones. As a substitute for synthetic auxin, onion can be used. This study aimed to analyze the effect of the concentration of shallot extract (Allium cepa L.) and soaking time on the growth of grape cuttings (vitis vinifera L.). The design used in this study was a factorial completely randomized design consisting of 2 factors. The first factor is onion extract which consists of 5 concentrations, namely 0, 25, 50, 75, and 100% shallot extract and the second factor is soaking time which consists of 4 levels, namely 6, 12, 18 and 24 hours so that there are 20 treatments. , each treatment was repeated 3 times. Parameters observed in this study were number of roots, shoot length, number of leaves, root length, percentage of live cuttings, wet weight and dry weight of the plant. The results showed that there was a significant interaction between the concentration of onion extract and soaking time on the observed parameters of shoot length, number of leaves, root length, number of roots, wet weight and dry weight of the plant. but not on the percentage of survival. Treatment with 50% concentration of onion extract with 18 hours of soaking time was able to accelerate the growth of shoot length, root length, wet weight and dry weight in plants. Keywords: Shallot Extract, Soaking Time, Grape Cuttings ABSTRAK Tanaman anggur (Allium cepa L.) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai produk olahan dan dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Produksi anggur harus ditingkatkan dengan menggunakan stek karena penyediaan bibit dari biji relatif lambat. Perbanyakan tanaman dengan stek dibatasi oleh sedikitnya stek yang membentuk akar. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya hormon pembentuk akar, Sebagai pengganti auksin sintetis dapat digunakan bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) dan lama perendaman terbaik terhadap pertumbuhan stek tanaman anggur (vitis vinifera L.). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah ekstrak bawang merah yang terdiri dari 5 konsentrasi yaitu 0, 25, 50, 75,dan 100 % ekstrak bawang merah dan faktor kedua adalah lama perendaman yang terdiri dari 4 taraf yaitu 6, 12, 18 dan 24 jam sehingga terdapat 20 perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. parameter yang diamati pada penelitian ini adalah jumlah akar, panjang tunas, jumlah daun, Panjang akar, persentase stek hidup, berat basah dan berat kering tanaman . Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat interaksi yang
葡萄(Allium cepa L.)是一种被广泛用作加工产品和以鲜果形式食用的植物。葡萄的产量应通过扦插来提高,因为从种子提供种子的速度相对较慢。扦插繁殖的植物受到能生根的插条数量的限制。这可能是缺乏生根激素造成的。可以使用洋葱作为合成辅助素的替代品。本研究旨在分析大葱提取物(Allium cepa L.)的浓度和浸泡时间对葡萄插条(vitis vinifera L.)生长的影响。本研究采用的设计是由 2 个因子组成的完全随机的因子设计。第一个因子是洋葱提取物,包括 5 个浓度,即 0、25、50、75 和 100% 的洋葱提取物;第二个因子是浸泡时间,包括 4 个水平,即 6、12、18 和 24 小时,因此共有 20 个处理。每个处理重复 3 次。本研究中观察到的参数有根数、芽长、叶片数、根长、活插条百分比、湿重和干重。结果表明,洋葱提取物浓度和浸泡时间对观察到的植株芽长、叶片数、根长、根数、湿重和干重等参数有显著的交互作用,但对成活率没有影响。用 50%浓度的洋葱提取物处理并浸泡 18 小时后,能加快植物的芽长、根长、湿重和干重的生长:葱提取物 浸泡时间 葡萄插条 ABSTRACTGrape (Allium cepa L.) is a plant that is widely used as a processed product and consumed in the form of fresh fruit.由于用种子育苗的速度相对较慢,因此应通过扦插来提高葡萄产量。扦插繁殖的局限性在于能生根的插条数量较少。这可能是由于缺乏生根激素造成的。 可以使用大葱作为合成辅助素的替代品。本研究旨在分析葱提取物(Allium cepa L.)的最佳浓度和最佳浸泡时间对葡萄藤插条(Vitis vinifera L.)生长的影响。本研究采用的设计是由 2 个因素组成的完全随机设计。第一个因子是香葱提取物,包括 5 个浓度,即 0、25、50、75 和 100% 香葱提取物;第二个因子是浸泡时间,包括 4 个水平,即 6、12、18 和 24 小时,这样就有 20 个处理,每个处理重复 3 次。本研究观察的参数有根数、芽长、叶片数、根长、活插条百分比、湿重和干重。结果表明,香葱提取物浓度和浸泡时间的处理对植株的芽长、叶片数、根长、根数、湿重和干重等观察参数有显著的交互作用,但对成活率没有影响。50%浓度的大葱提取物与 18 小时浸泡时间的处理能够加速植株的芽长、根长、湿重和干重的生长:大葱提取物 浸泡时间 葡萄插条
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Dan Lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Anggur (Vitis vinefera L.)","authors":"Muhajir Makmun Al Anshori, Saimul Laili, S. Tito","doi":"10.33474/j.sa.v6i2.15461","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v6i2.15461","url":null,"abstract":"Grape (Allium cepa L.) is a plant that is widely used as a processed product and consumed in the form of fresh fruit. The production of grapes should be increased by using cuttings because the provision of seeds from seeds is relatively slow. Propagation of plants by cuttings is limited by the number of cuttings that form roots. This can be caused by a lack of root-forming hormones. As a substitute for synthetic auxin, onion can be used. This study aimed to analyze the effect of the concentration of shallot extract (Allium cepa L.) and soaking time on the growth of grape cuttings (vitis vinifera L.). The design used in this study was a factorial completely randomized design consisting of 2 factors. The first factor is onion extract which consists of 5 concentrations, namely 0, 25, 50, 75, and 100% shallot extract and the second factor is soaking time which consists of 4 levels, namely 6, 12, 18 and 24 hours so that there are 20 treatments. , each treatment was repeated 3 times. Parameters observed in this study were number of roots, shoot length, number of leaves, root length, percentage of live cuttings, wet weight and dry weight of the plant. The results showed that there was a significant interaction between the concentration of onion extract and soaking time on the observed parameters of shoot length, number of leaves, root length, number of roots, wet weight and dry weight of the plant. but not on the percentage of survival. Treatment with 50% concentration of onion extract with 18 hours of soaking time was able to accelerate the growth of shoot length, root length, wet weight and dry weight in plants.\u0000Keywords: Shallot Extract, Soaking Time, Grape Cuttings\u0000 \u0000ABSTRAK\u0000Tanaman anggur (Allium cepa L.) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai produk olahan dan dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Produksi anggur harus ditingkatkan dengan menggunakan stek karena penyediaan bibit dari biji relatif lambat. Perbanyakan tanaman dengan stek dibatasi oleh sedikitnya stek yang membentuk akar. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya hormon pembentuk akar, Sebagai pengganti auksin sintetis dapat digunakan bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) dan lama perendaman terbaik terhadap pertumbuhan stek tanaman anggur (vitis vinifera L.). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah ekstrak bawang merah yang terdiri dari 5 konsentrasi yaitu 0, 25, 50, 75,dan 100 % ekstrak bawang merah dan faktor kedua adalah lama perendaman yang terdiri dari 4 taraf yaitu 6, 12, 18 dan 24 jam sehingga terdapat 20 perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. parameter yang diamati pada penelitian ini adalah jumlah akar, panjang tunas, jumlah daun, Panjang akar, persentase stek hidup, berat basah dan berat kering tanaman . Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat interaksi yang ","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"480 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140448014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-20DOI: 10.33474/j.sa.v6i2.16144
Romdiyah Hidayatul, S. Tito, Hasan Zayadi
Apis mellifera honey bee is the most widely cultivated bee species in Indonesia, one of which is the Kembang Joyo farm. The need for bee feed in nature is dwindling and causes the use of additional feed to maintain bee colonies by breeders. The variety of feed types causes the need for research on bee preferences for additional feed to find the type of feed that bees most prefer and can be reached by farmers. The purpose of this study was to compare the preferences of honey bees to various types of supplementary feed at Kembang Joyo Farm and to determine the type of supplementary feed that Apis mellifera honey bees preferred. This research method is an experimental method with 6 treatments and 23 replications which were analyzed through the ANOVA test which was then continued by the Tukey test using the PAST application. The results showed that each type of feed was favored by bees with different numbers of visitors. The type of feed that was most preferred by bees based on the number of visitors was cane sugar solution with 116 individual bees visitors in one replication, while based on feed consumption the most consumed was cane sugar solution with feed consumption of 0.24 ml/individual. Apis mellifera honey bee likes cane sugar solution based on the aroma factor and sucrose content. Keywords: Apis mellifera, Preference, Suplementary food ABSTRAK Lebah madu Apis mellifera merupakan spesies lebah yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia, salah satunya di peternakan Kembang Joyo. Kebutuhan pakan lebah di alam yang semakin menipis menyebabkan peternak menggunakan pakan tambahan untuk mempertahankan koloni lebah. Jenis pakan yang bervariasi menyebabkan perlunya penelitian tentang preferensi lebah terhadap pakan tambahan untuk menemukan jenis pakan yang paling disukai oleh lebah dan dapat dijangkau oleh peternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk  membandingkan preferensi lebah madu terhadap berbagai jenis pakan tambahan di Peternakan Kembang Joyo dan untuk mengetahui jenis pakan tambahan yang paling disukai lebah madu Apis mellifera. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode eksperimental dengan 6 perlakuan dan 23 kali ulangan yang dianalisa dengan uji ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Tukey menggunakan aplikasi PAST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing jenis pakan disukai oleh lebah namun dengan jumlah pengunjung yang berbeda-beda. Adapun jenis pakan yang paling disukai lebah berdasarkan jumlah pengunjung yakni larutan gula tebu dengan 116 individu lebah pengunjung dalam satu kali ulangan, sedangkan berdasarkan konsumsi pakan yang paling banyak dikonsumsi adalah larutan gula tebu dengan konsumsi pakan sebanyak 0,24 ml/individu. Lebah madu Apis mellifera menyukai larutan gula tebu berdasarkan faktor aroma dan kadar sukrosa. Kata kunci: Apis mellifera, Pakan tambahan, Preferensi
蜜蜂(Apis mellifera)是印度尼西亚最广泛养殖的蜜蜂品种,Kembang Joyo 农场就是其中之一。自然界对蜜蜂饲料的需求日益减少,导致饲养者使用额外饲料来维持蜂群。由于饲料种类繁多,因此需要研究蜜蜂对额外饲料的偏好,以找到蜜蜂最喜欢的饲料种类,并使农民能够获得这些饲料。本研究的目的是比较 Kembang Joyo 农场蜜蜂对各种补充饲料的偏好,并确定蜜蜂偏好的补充饲料类型。该研究方法是一种实验方法,共有 6 个处理和 23 次重复,通过方差分析进行分析,然后使用 PAST 应用程序继续进行 Tukey 检验。结果表明,每种饲料都受到蜜蜂不同数量访客的青睐。蜜蜂最喜欢的饲料类型是蔗糖溶液,在一次重复中有 116 只蜜蜂来访,而饲料消耗量最大的是蔗糖溶液,饲料消耗量为 0.24 毫升/只。蜜蜂喜欢蔗糖溶液是基于其香味因素和蔗糖含量:蜜蜂 喜好 补充食物 ABSTRACTThe Apis mellifera honey bee is the most widely cultivated bee species in Indonesia, one of which is the Kembang Joyo farm.由于自然界对蜜蜂饲料的需求日益减少,农民不得不使用补充饲料来维持蜂群。由于饲料种类繁多,因此需要研究蜜蜂对补充饲料的偏好,以找到最受蜜蜂喜爱、农民也能获得的饲料种类。本研究的目的是比较 Kembang Joyo 农场蜜蜂对各种补充饲料的偏好,并确定蜜蜂最喜欢的补充饲料类型。本研究采用的方法是实验法,共设 6 个处理和 23 个重复,使用 PAST 应用程序进行方差分析,然后进行 Tukey 检验。结果表明,每种饲料都受到蜜蜂的青睐,但来访者的数量各不相同。蜜蜂最喜欢的饲料类型是蔗糖溶液,在一个重复中有 116 只蜜蜂来访,而消耗量最大的饲料是蔗糖溶液,每只蜜蜂消耗 0.24 毫升饲料。根据芳香因子和蔗糖含量,蜜蜂喜欢蔗糖溶液:蜜蜂 补充饲料 偏好
{"title":"Preferensi Lebah Madu Apis mellifera terhadap Berbagai Jenis Pakan Tambahan berdasarkan Jumlah Kunjungan dan Konsumsi Pakan di Peternakan PT Kembang Joyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur","authors":"Romdiyah Hidayatul, S. Tito, Hasan Zayadi","doi":"10.33474/j.sa.v6i2.16144","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v6i2.16144","url":null,"abstract":"Apis mellifera honey bee is the most widely cultivated bee species in Indonesia, one of which is the Kembang Joyo farm. The need for bee feed in nature is dwindling and causes the use of additional feed to maintain bee colonies by breeders. The variety of feed types causes the need for research on bee preferences for additional feed to find the type of feed that bees most prefer and can be reached by farmers. The purpose of this study was to compare the preferences of honey bees to various types of supplementary feed at Kembang Joyo Farm and to determine the type of supplementary feed that Apis mellifera honey bees preferred. This research method is an experimental method with 6 treatments and 23 replications which were analyzed through the ANOVA test which was then continued by the Tukey test using the PAST application. The results showed that each type of feed was favored by bees with different numbers of visitors. The type of feed that was most preferred by bees based on the number of visitors was cane sugar solution with 116 individual bees visitors in one replication, while based on feed consumption the most consumed was cane sugar solution with feed consumption of 0.24 ml/individual. Apis mellifera honey bee likes cane sugar solution based on the aroma factor and sucrose content.\u0000Keywords: Apis mellifera, Preference, Suplementary food\u0000 \u0000ABSTRAK\u0000Lebah madu Apis mellifera merupakan spesies lebah yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia, salah satunya di peternakan Kembang Joyo. Kebutuhan pakan lebah di alam yang semakin menipis menyebabkan peternak menggunakan pakan tambahan untuk mempertahankan koloni lebah. Jenis pakan yang bervariasi menyebabkan perlunya penelitian tentang preferensi lebah terhadap pakan tambahan untuk menemukan jenis pakan yang paling disukai oleh lebah dan dapat dijangkau oleh peternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk  membandingkan preferensi lebah madu terhadap berbagai jenis pakan tambahan di Peternakan Kembang Joyo dan untuk mengetahui jenis pakan tambahan yang paling disukai lebah madu Apis mellifera. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode eksperimental dengan 6 perlakuan dan 23 kali ulangan yang dianalisa dengan uji ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Tukey menggunakan aplikasi PAST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing jenis pakan disukai oleh lebah namun dengan jumlah pengunjung yang berbeda-beda. Adapun jenis pakan yang paling disukai lebah berdasarkan jumlah pengunjung yakni larutan gula tebu dengan 116 individu lebah pengunjung dalam satu kali ulangan, sedangkan berdasarkan konsumsi pakan yang paling banyak dikonsumsi adalah larutan gula tebu dengan konsumsi pakan sebanyak 0,24 ml/individu. Lebah madu Apis mellifera menyukai larutan gula tebu berdasarkan faktor aroma dan kadar sukrosa.\u0000Kata kunci: Apis mellifera, Pakan tambahan, Preferensi","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"52 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140446598","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-20DOI: 10.33474/j.sa.v6i2.16337
Habibatul Ilma, Saimul Laili, H. Prasetyo
Water is the source of life which roles essentially on living things' lives. Human is one of the living things that dominate the use of water. Naturally, in terms of using it for daily use clean water is needed. To be categorized as clean water, it has to meet the health requirements of free pollution and meet the quality standards physically, chemically, and biologically. However, there are natural factors and artificial factors which can predispose the water quality of an area, such as the well type and its construction. This research is aimed to know the existence of the difference between the drilled and the dug well based on the physical, chemical, and biological parameters, and to know the water advisability on the water source to be used by the people on fulfilling daily needs that meet the quality standards based on PP RI No. 82 of 2001 and PERMENKES RI No. 32 of 2017. The samples is drilled well water and dug well water each of amounted to 10 samples and was determined purposive. This research was analyzed by quantitative descriptive using Independent T-Test with the help of PAST 4.09 software. The result of the research obtained on temperature, and pH and dissolved oxygen indicators show that the water quality is better in the drilled well than in the dug well. Meanwhile, dissolved solids, suspended solids, salinity, hardness, dissolved CO2, and Coliform total show that the water quality is better on the dug well than on the drilled well. Nevertheless, the test Independent T-Test result water quality between the drilled well and dug well that there is no significant difference (P > 0,05). And on each measured parameter, it shows that still in accordance the clean water quality standards based on government regulation, so that the water still advisable to be used for daily needs fulfillment. Keywords: Comparison, Water Quality, Drilled Wells, Dug Wells ABSTRAK Air merupakan sumber kehidupan yang berperan penting dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang mendominasi akan pemanfaatan kebutuhan air. Tentunya dalam pemanfaatan untuk kehidupan sehari-hari dibutuhkan kualitas air yang bersih. Dapat dikatakan sebagai air bersih harus memenuhi syarat kesehatan bebas dari pencemaran dan memenuhi standart kualitas secara fisika, kimia, dan biologi. Namun, terdapat faktor alami dan faktor buatan yang dapat mempengaruhi kualitas air pada suatu daerah, salah satunya faktor buatan adalah jenis sumur dan konstruksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan kualitas air pada sumur bor dan sumur gali berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi, serta untuk mengetahui kelayakan air pada sumber air tersebut guna dimanfaatkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang sesuai dengan standart baku mutu berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001 dan PERMENKES RI No.32 Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan secara analisa deskriptif kuantitatif. Sampel ditentukan secara purpisove sampling dengan ju
水是生命之源,对生物的生命起着至关重要的作用。人类是主要用水的生物之一。当然,在日常用水方面,需要清洁的水。要成为清洁水,必须满足无污染的健康要求,并在物理、化学和生物方面达到质量标准。然而,一些自然因素和人为因素会影响一个地区的水质,如水井的类型和构造。本研究旨在根据物理、化学和生物参数,了解钻井和挖井之间是否存在差异,并根据 2001 年第 82 号 PP RI 和 2017 年第 32 号 PERMENKES RI,了解满足人们日常需求的水源是否符合水质标准。样本为钻井水和挖井水,各 10 个样本,并确定为目的性样本。在 PAST 4.09 软件的帮助下,本研究采用独立 T 检验进行定量描述性分析。温度、pH 值和溶解氧指标的研究结果表明,钻井水的水质优于挖井水。同时,溶解固体、悬浮固体、盐度、硬度、溶解二氧化碳和大肠菌群总数表明,挖井的水质优于钻井的水质。然而,独立 T 检验结果表明,钻井和挖井的水质没有显著差异(P > 0.05)。各项测量参数表明,钻井水仍符合政府规定的清洁水质标准,因此仍可用于满足日常需求:比较,水质,钻井,挖井ABSTRAKAir merupakan sumber kehidupan yang berperan penting dalam kehidupan makhluk hidup.Manusia 是目前最受欢迎的空气净化设备。它将在未来的日子里为您带来更多的空气福利。通过空气,我们可以提高渔业、气象和生物领域的知识水平。目前,有两种不同的技术,一种是航空技术,另一种是生物技术,其中生物技术的主要特点是结构和构造。这本书的目的是帮助人们了解空气在水文、气象和生物参数中的分布情况、此外,还可通过在空气中添加空气污染物,以减少发展中国家的空气污染,并通过 PP RI No.82和 2017 年第 32 号 PERMENKES RI。其中的项目可作为一种实用性分析。样本采用目的取样法,共有 20 个样本。数据通过 PAST 4.09 软件进行 Uji 独立 T 检验。作为水质参数的水质指数、作为生物参数的酸碱度指数和作为生物参数的海洋指数都表明,水质参数与生物参数相比,空气消耗量更少。渔业参数(水质、水量)、环境参数(盐度、CaCO3 和 CO2)以及生物总大肠菌群参数都能显著改善空气质量。与其他指标相比,P>0.05。这表明,空气中的硼含量和镁含量对空气质量的影响是显著的。但是,这些参数可能会影响到空气质量的标准,而空气质量的标准可能会被忽略,因为它可能会影响到未来的空气质量。相关信息:空气质量、空气质量、苏木、苏木加利
{"title":"Analisis Perbandingan Kualitas Air sumur Bor dan sumur gali di desa gesikan kecamatan pakel kabupaten Tulungagung","authors":"Habibatul Ilma, Saimul Laili, H. Prasetyo","doi":"10.33474/j.sa.v6i2.16337","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v6i2.16337","url":null,"abstract":"Water is the source of life which roles essentially on living things' lives. Human is one of the living things that dominate the use of water. Naturally, in terms of using it for daily use clean water is needed. To be categorized as clean water, it has to meet the health requirements of free pollution and meet the quality standards physically, chemically, and biologically. However, there are natural factors and artificial factors which can predispose the water quality of an area, such as the well type and its construction. This research is aimed to know the existence of the difference between the drilled and the dug well based on the physical, chemical, and biological parameters, and to know the water advisability on the water source to be used by the people on fulfilling daily needs that meet the quality standards based on PP RI No. 82 of 2001 and PERMENKES RI No. 32 of 2017. The samples is drilled well water and dug well water each of amounted to 10 samples and was determined purposive. This research was analyzed by quantitative descriptive using Independent T-Test with the help of PAST 4.09 software. The result of the research obtained on temperature, and pH and dissolved oxygen indicators show that the water quality is better in the drilled well than in the dug well. Meanwhile, dissolved solids, suspended solids, salinity, hardness, dissolved CO2, and Coliform total show that the water quality is better on the dug well than on the drilled well. Nevertheless, the test Independent T-Test result water quality between the drilled well and dug well that there is no significant difference (P > 0,05). And on each measured parameter, it shows that still in accordance the clean water quality standards based on government regulation, so that the water still advisable to be used for daily needs fulfillment.\u0000Keywords: Comparison, Water Quality, Drilled Wells, Dug Wells\u0000ABSTRAK\u0000Air merupakan sumber kehidupan yang berperan penting dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang mendominasi akan pemanfaatan kebutuhan air. Tentunya dalam pemanfaatan untuk kehidupan sehari-hari dibutuhkan kualitas air yang bersih. Dapat dikatakan sebagai air bersih harus memenuhi syarat kesehatan bebas dari pencemaran dan memenuhi standart kualitas secara fisika, kimia, dan biologi. Namun, terdapat faktor alami dan faktor buatan yang dapat mempengaruhi kualitas air pada suatu daerah, salah satunya faktor buatan adalah jenis sumur dan konstruksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan kualitas air pada sumur bor dan sumur gali berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi, serta untuk mengetahui kelayakan air pada sumber air tersebut guna dimanfaatkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang sesuai dengan standart baku mutu berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001 dan PERMENKES RI No.32 Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan secara analisa deskriptif kuantitatif. Sampel ditentukan secara purpisove sampling dengan ju","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"499 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140446769","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.12505
Muhamad Atho' Illah, Hasan Zayadi, Hamdani Dwi Prasetyo
Birdwatching is a form of nature tourism which has been continuously developed in Indonesia since the 2000s, because it has a promising econimic aspect for the tourism business world. Therefore, bird conservation efforts were needed based on community participation, one of which is through birdwatching activities that are packaged in the concept of ecotourism. Bird observations were carried out roaming on a predetermined observation path. The area used as the observation location is the forest around the Wagir RPH, the area of cultivated land and the residential area. These areas were taken because they are considered to represent the 3 types of ecosystems that exist in the Wagir RPH. Observations were made in two time, the first time started at 06.00-09.00 (morning observation), and afternoon observations at 13.00-17.00. The Pemangkuan Wagir Forest Resort area of KPH Malang has 19 species, namely Aegithina tiphia, Prinia superciliaris, Geopelia striata, Pericrocotus speciosus, Hemipus hirundinaceus, Prinia familiaris, Orthotomus sepium, Spilopelia chinensis, Centropus nigrorufus, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Halcyon cyanoventris, Nectarinia jugularis, Parus cinereus, Dinopium javanense, Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Hypsipetes virescens, Megalaima javensis. With 13 families including Aegithinidae, Columbidae, Campephagidae, Cisticolidae, Cuculidae, Dicaeidae, Estrildidae, Halcyonidae, Nectariniidae, Paridae, Picidae, Pycnonotidae, Ramphastidae. These birds can be found directly or indirectly through sound. The results of this study indicate that the diversity index value=2.724, (medium category) in Precet RPH Wagir, KPH Malang, many interactions with farmers and pine tappers greatly affect the level of diversity of bird species and the presence of birds in that location.Keywords: Bird, Birdwatching, IUCN, KPH MalangABSTRAKWisata pengamatan burung liar (birdwatching) merupakan salah satu bentuk wisata alam sejak tahun 2000-an terus dikembangkan di Indonesia karena mempunyai aspek ekonomi yang cukup menjanjikan bagi dunia pariwisata. Oleh karena itu diperlukan upaya konservasi burung dengan berlandaskan partisipasi masyarakat, salah satunya melalui kegiatan birdwatching yang dikemas dalam konsep ekowisata. Pengamatan burung dilakukan secara jelajah pada jalur pengamatan yang telah ditentukan. Daerah yang dijadikan lokasi pengamatan adalah hutan di sekitar RPH Wagir, wilayah lahan yang diolah dan daerah pemukiman. Daerah-daerah tersebut dianggap mewakili 3 tipe ekosistem yang ada di RPH Wagir. Pengamatan dilakukan pada dua pembagian waktu, pertama dimulai pukul 06.00-09.00 (pengamatan pagi), serta pengamatan sore pukul 13.00-17.00. Wilayah Resort Pemangkuan Hutan Wagir KPH Malang memiliki 19 spesies yaitu Aegithina tiphia, Prinia superciliaris, Geopelia striata, Pericrocotus speciosus, Hemipus hirundinaceus, Prinia familiaris, Orthotomus sepium, Spilopelia chinensis, Centropus nigrorufus, Dicaeum trochileum, Lonchura
观鸟是自2000年代以来在印度尼西亚不断发展的一种自然旅游形式,因为它对旅游商业世界具有很有前景的经济方面。因此,需要基于社区参与的鸟类保护工作,其中之一是通过生态旅游概念包装的观鸟活动。鸟类观测在预定的观测路径上漫游。作为观测地点的区域是Wagir保护区周围的森林、耕地区域和居民区。这些地区被认为代表了Wagir保护区中存在的三种生态系统。观测分两次进行,第一次观测时间为上午6点至9点,第一次观测时间为下午13点至17点。马朗县佩芒宽瓦格尔森林风景区共有19种,分别为:tiphia Aegithina、priia superciliaris、Geopelia striata、Pericrocotus speciosus、Hemipus hirundinaceus、priia familiaris、Orthotomus sepium、Spilopelia chinensis、Centropus nigroroufus、Dicaeum trochilum、Lonchura leucogastroides、Halcyon cyanoventris、Nectarinia jugularis、Parus cinereus、Dinopium javanense、Pycnonotus goiavier、Pycnonotus aurigaster、Hypsipetes virescens、Megalaima javensis。有13个科,包括绵蝇科、绵蝇科、绵蝇科、绵蝇科、绵蝇科、双绵蝇科、绵蝇科、绵蝇科、绢蝇科、绢蝇科、绢蝇科、绢蝇科、绢蝇科、绢蝇科。这些鸟可以直接或间接地通过声音找到。研究结果表明:该区鸟类多样性指数为2.724(中等),与农民和松木采伐者的相互作用对该地区鸟类多样性水平和鸟类存在性有较大影响。关键词:鸟类,观鸟,IUCN, KPH MalangABSTRAKWisata pengamatan burung liar(观鸟)merupakan salah satu bentuk wisata alam sejak tahun 2000和terus dikembangkan di Indonesia karena mempunyai aspek economics yang cuup menjanjikan bagi dunia pariwisata。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。蓬马丹,蓬马丹,蓬马丹,蓬马丹,蓬马丹。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。3型生态系统[j], [j]。Pengamatan dilakukan pada dua pembagian waktu, pertamama dimulai pukul 06.00-09.00 (Pengamatan pagi), serta Pengamatan sore pukul 13.00-17.00。马兰市野生动物保护区共有19个物种,分别为:海鬣蜥、海鬣蜥、斑纹地鬣蜥、海鬣蜥、海鬣蜥、土鬣蜥、土鬣蜥、土鬣蜥、中国鬣蜥、黑斑中央鬣蜥、土鬣蜥、爪爪岛鬣蜥、goiavier pynnonotus、aurigaster pynnonotus、virescenes Hypsipetes、Megalaima javensis。灯安县13科:灯安科、灯安科、灯安科、灯安科、灯安科、灯安科、灯安科、灯安科、灯安科、灯安科、灯安科、灯安科。Burung-burung tersebut dapat dijumpai secara langsung maupun tidak langsung melalui suara。Penelitian yang telah dilakukan pada 3 jalur pengamatan yakni hutan pinus, hutan mahoni dan hutan lindung dengan ulangan sebanyak 5 kali, diperoleh 67个体,yang terbagi 19种。Hasil penelitian menunjukkan nilai索引keanekaragagannya 2,724 (kategori sedang), prepreet wilayah RPH Wagir KPH Malang, banyaknya interaksi dengan para petani maupun penyadap pinus sangat memengaruhi tingkat keanekaragaman jenis burung dan keberadan and burung di lokasi tersebut。Kata kunci: Burung,观鸟,IUCN, KPH Malang
{"title":"POTENSI PENGEMBANGAN JALUR BIRDWATCHING BERDASARKAN DISTRIBUSI KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PRECET, WILAYAH RESORT PEMANGKUAN HUTAN WAGIR KPH MALANG","authors":"Muhamad Atho' Illah, Hasan Zayadi, Hamdani Dwi Prasetyo","doi":"10.33474/j.sa.v5i1.12505","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v5i1.12505","url":null,"abstract":"Birdwatching is a form of nature tourism which has been continuously developed in Indonesia since the 2000s, because it has a promising econimic aspect for the tourism business world. Therefore, bird conservation efforts were needed based on community participation, one of which is through birdwatching activities that are packaged in the concept of ecotourism. Bird observations were carried out roaming on a predetermined observation path. The area used as the observation location is the forest around the Wagir RPH, the area of cultivated land and the residential area. These areas were taken because they are considered to represent the 3 types of ecosystems that exist in the Wagir RPH. Observations were made in two time, the first time started at 06.00-09.00 (morning observation), and afternoon observations at 13.00-17.00. The Pemangkuan Wagir Forest Resort area of KPH Malang has 19 species, namely Aegithina tiphia, Prinia superciliaris, Geopelia striata, Pericrocotus speciosus, Hemipus hirundinaceus, Prinia familiaris, Orthotomus sepium, Spilopelia chinensis, Centropus nigrorufus, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Halcyon cyanoventris, Nectarinia jugularis, Parus cinereus, Dinopium javanense, Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Hypsipetes virescens, Megalaima javensis. With 13 families including Aegithinidae, Columbidae, Campephagidae, Cisticolidae, Cuculidae, Dicaeidae, Estrildidae, Halcyonidae, Nectariniidae, Paridae, Picidae, Pycnonotidae, Ramphastidae. These birds can be found directly or indirectly through sound. The results of this study indicate that the diversity index value=2.724, (medium category) in Precet RPH Wagir, KPH Malang, many interactions with farmers and pine tappers greatly affect the level of diversity of bird species and the presence of birds in that location.Keywords: Bird, Birdwatching, IUCN, KPH MalangABSTRAKWisata pengamatan burung liar (birdwatching) merupakan salah satu bentuk wisata alam sejak tahun 2000-an terus dikembangkan di Indonesia karena mempunyai aspek ekonomi yang cukup menjanjikan bagi dunia pariwisata. Oleh karena itu diperlukan upaya konservasi burung dengan berlandaskan partisipasi masyarakat, salah satunya melalui kegiatan birdwatching yang dikemas dalam konsep ekowisata. Pengamatan burung dilakukan secara jelajah pada jalur pengamatan yang telah ditentukan. Daerah yang dijadikan lokasi pengamatan adalah hutan di sekitar RPH Wagir, wilayah lahan yang diolah dan daerah pemukiman. Daerah-daerah tersebut dianggap mewakili 3 tipe ekosistem yang ada di RPH Wagir. Pengamatan dilakukan pada dua pembagian waktu, pertama dimulai pukul 06.00-09.00 (pengamatan pagi), serta pengamatan sore pukul 13.00-17.00. Wilayah Resort Pemangkuan Hutan Wagir KPH Malang memiliki 19 spesies yaitu Aegithina tiphia, Prinia superciliaris, Geopelia striata, Pericrocotus speciosus, Hemipus hirundinaceus, Prinia familiaris, Orthotomus sepium, Spilopelia chinensis, Centropus nigrorufus, Dicaeum trochileum, Lonchura ","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128128028","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.12510
Mohammad Miftahussurur, Hasan Zayadi, S. Tito
The purpose of this study was to determine the morphometric and biophysical differences between three types of Madura Cattle, namely Karapan Cattle, Sonok Cattle and Breeder Cattle. The method used is purposive sampling by looking for certain material criteria. The materials used were 7 Karapan Cows, 7 Sonok Cows and 7 Breeder Cows. There are 20 variable measurements in morphometric data collection and obtained 10 variables that have significant differences. This difference is caused by the herbal medicine and the treatment of each cow. In the biophysics of the Karapan Cow, which is to compare the speed and acceleration of the seven Karapan Cows. The results of biophysics on Karapan Cattle show that it has an average speed of 5 m/s. While the superior Karapan Cow was occupied by the 4th Karapan Cow with an acceleration of 1.18 m/s². In biophysics, the Sonok Cow itself has a speed below 0 m/s. Therefore the resulting acceleration is only recorded in seconds. This of course is returned to the function of the Sonok Cow which is only judged on the tame and beauty of its body. Keywords: Morphometric, Biophysical, Karapan Cow, Sonok Cow, Madura Cattle BreedersABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan morfometrik dan biofisika antara tiga jenis Sapi Madura yaitu Sapi Karapan, Sapi Sonok dan Sapi Peternak. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan mencari kriteria-kriteria materi tertentu. Materi yang digunakan adalah 7 ekor Sapi Karapan, 7 ekor Sapi Sonok dan 7 ekor Sapi Peternak. Terdapat 20 pengukuran variabel dalam pengambilan data morfometrik dan didapatkan 10 variabel yang memiliki perbedaan secara nyata. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor jamu dan perlakuan terhadap masing-masing Sapi. Pada biofisika Sapi Karapan yaitu membandingkan kecepatan dan percepatan dari ketujuh Sapi Karapan ini. Hasil biofiska pada Sapi Karapan menunjukkan memiliki rata-rata kecepatan 5 m/s. Sedangkan Sapi Karapan terunggul diduduki oleh Sapi Karapan ke-4 dengan percepatan 1,18 m/s². Pada biofisika Sapi Sonok sendiri memiliki kecepatan dibawah 0 m/s. Oleh karena itu percepatan yang dihasilkan hanya tercatat dalam hitungan detik. Hal ini tentunya dikembalikan lagi kepada fungsi Sapi Sonok yang hanya dinilai pada kejinakan dan kecantikan tubuhnya.Kata kunci : Morfometrik, Biofisika, Sapi Karapan, Sapi Sonok, Sapi Peternak
本研究的目的是确定三种马杜拉牛(卡拉潘牛、索诺克牛和种牛)的形态计量学和生物物理差异。所使用的方法是通过寻找某些物质标准进行有目的抽样。选用7头卡拉潘奶牛、7头索诺克奶牛和7头种牛。在形态计量学数据采集中进行了20个变量测量,得到了10个具有显著差异的变量。这种差异是由每头牛的草药和治疗方法造成的。在卡拉潘牛的生物物理学中,这是为了比较七只卡拉潘牛的速度和加速度。卡拉潘牛的生物物理学结果表明,它的平均速度为5米/秒。第4号卡拉潘奶牛以1.18 m/s²的加速度占据了第1号卡拉潘奶牛的位置。在生物物理学中,Sonok奶牛本身的速度低于0米/秒。因此,由此产生的加速度仅以秒为单位记录。当然,这又回到了索诺牛的功能,它只根据它的身体的驯服和美丽来判断。【关键词】形态计量学,生物物理,卡拉潘牛,索诺克牛,马杜拉牛育种家【关键词】形态计量学,生物物理,卡拉潘牛,索诺克牛,马杜拉牛方法杨地纳坎阿达拉有目的的采样登甘门罗标准物-标准物的测定。mati yang digunakan adalah 7 ekor Sapi Karapan, 7 ekor Sapi Sonok和7 ekor Sapi Peternak。Terdapat 20个企鹅变量dalam pengambilan数据形态测量器dan didapatkan 10个变量yang memiliki perbedaan secara nyata。Perbedaan ini disebabkan oleh factor jamu dan Perbedaan terhadap masing-masing Sapi。帕达生物学家,萨皮·卡拉潘,日本人,日本人,日本人,日本人,日本人,日本人。Hasil biofiska pada Sapi Karapan menunjukkan memoriliki rata-rata保持速度为5 m/s。Sedangkan Sapi Karapan terunggul diduduki oleh Sapi Karapan ke-4 dengan percepatan 1,18 m/s²。Pada biofisika Sapi Sonok sendiri memiliki keepatan dibawah 0 m/s。Oleh karena - to percepatan yang dihasilkan hanya tercatat dalam hitungan detik。哈尔尼tenunya dikembalikan lagi kepaada funsi Sapi Sonok yang hannya dinilai pada kejinakan dan kekantikan tubuhnya。Kata kunci: Morfometrik, Biofisika, Sapi Karapan, Sapi Sonok, Sapi Peternak
{"title":"Analisis Morfometrik-Biofisika antara Sapi Karapan, Sapi Sonok dan Sapi Peternak Madura (Bos primiginius) di Kabupaten Sumenep","authors":"Mohammad Miftahussurur, Hasan Zayadi, S. Tito","doi":"10.33474/j.sa.v5i1.12510","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v5i1.12510","url":null,"abstract":"The purpose of this study was to determine the morphometric and biophysical differences between three types of Madura Cattle, namely Karapan Cattle, Sonok Cattle and Breeder Cattle. The method used is purposive sampling by looking for certain material criteria. The materials used were 7 Karapan Cows, 7 Sonok Cows and 7 Breeder Cows. There are 20 variable measurements in morphometric data collection and obtained 10 variables that have significant differences. This difference is caused by the herbal medicine and the treatment of each cow. In the biophysics of the Karapan Cow, which is to compare the speed and acceleration of the seven Karapan Cows. The results of biophysics on Karapan Cattle show that it has an average speed of 5 m/s. While the superior Karapan Cow was occupied by the 4th Karapan Cow with an acceleration of 1.18 m/s². In biophysics, the Sonok Cow itself has a speed below 0 m/s. Therefore the resulting acceleration is only recorded in seconds. This of course is returned to the function of the Sonok Cow which is only judged on the tame and beauty of its body. Keywords: Morphometric, Biophysical, Karapan Cow, Sonok Cow, Madura Cattle BreedersABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan morfometrik dan biofisika antara tiga jenis Sapi Madura yaitu Sapi Karapan, Sapi Sonok dan Sapi Peternak. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan mencari kriteria-kriteria materi tertentu. Materi yang digunakan adalah 7 ekor Sapi Karapan, 7 ekor Sapi Sonok dan 7 ekor Sapi Peternak. Terdapat 20 pengukuran variabel dalam pengambilan data morfometrik dan didapatkan 10 variabel yang memiliki perbedaan secara nyata. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor jamu dan perlakuan terhadap masing-masing Sapi. Pada biofisika Sapi Karapan yaitu membandingkan kecepatan dan percepatan dari ketujuh Sapi Karapan ini. Hasil biofiska pada Sapi Karapan menunjukkan memiliki rata-rata kecepatan 5 m/s. Sedangkan Sapi Karapan terunggul diduduki oleh Sapi Karapan ke-4 dengan percepatan 1,18 m/s². Pada biofisika Sapi Sonok sendiri memiliki kecepatan dibawah 0 m/s. Oleh karena itu percepatan yang dihasilkan hanya tercatat dalam hitungan detik. Hal ini tentunya dikembalikan lagi kepada fungsi Sapi Sonok yang hanya dinilai pada kejinakan dan kecantikan tubuhnya.Kata kunci : Morfometrik, Biofisika, Sapi Karapan, Sapi Sonok, Sapi Peternak","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114575510","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.15927
Ulfi Abdul Rahman Oey, T. Rahayu, Gatra Ervi Jayanti
Causes of degenerative diseases are caused by activities and unhealthy lifestyle. unhealthy lifestyle which in turn triggers free radicals. free radicals are moleculs that are not oxidized which cause the formation of new molecules that can damage body cells. free radicals can be overcome by giving natural antioxidants, one of which is form the olive plant (Olea europaea L.).The purpose of this study was to determine the effect of temperature treatment on antioxidant activity in olive leaves based on leaf age by calculating the IC50 value. The method used in this research is the DPPH method. Based on the results of the study, it can be concluded that the temperature of 31.6°c in young leaves according to calculations is categorized as a strong antioxidant because it provides a calculated value of 82.778 ppm and 165.093 ppm on old leaves and classified as moderate antioxidants, while temperature of 44°c give dominant level under 31.6°c with IC50 values 123.78 ppm for young leaves and 165.170 ppm for old leaves and classified as moderate antioxidants according to the theory that compounds that have very strong antioxidant activity values IC50 values are less than 50 ppm, strong if the IC50 are between 50 and 100, moderate antioxidant if the IC50 values are feasible 100-250 ppm, weak if the IC50 value is 250-500 ppm and inactive if the IC50 value is more than 500 ppm. and vice versa related to the selection of leaf age also affects the level of antioxidant activity seen from the comparison of results from the two treatments that young leaves have a higher level of antioxidant activity than old leaves in counteracting free radicals.Keywords : Temperature, Antioxidant, Olive (Olea europaea L.), DPPH.ABSTRAKPenyebab penyakit degeneratif disebabkan karena aktivitas dan pola hidup yang kurang sehat. Pola hidup kurang sehat yang pada akhirnya memicu radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang tidak teroksidasi yang menyebabkan terbentuk molekul baru yang dapat merusak sel tubuh. Radikal bebas dapat diatasi dengan pemberian antioksidan salah satunya dari tumbuhan zaitun (Olea europaea L.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan suhu terhadap aktivitas antioksidan pada daun zaitun berdasarkan umur daun melalui perhitungan nilai IC50. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode DPPH. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan suhu 31.6°C pada daun muda menurut perhitungan IC50 dikategorikan sebagai antioksidan kuat karena memberikan nilai hasil perhitungan IC50 sebesar 82.778 ppm dan 165.093 ppm pada daun tua dan tergolong antioksidan sedang, sementara pada perlakuan suhu 44°C memberikan pengaruh lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan suhu 31.6°C dengan nilai IC50 sebesar 123.78 ppm untuk daun muda dan 165.170 ppm untuk daun tua dan tergolong antioksidan sedang sesuai teori bahwa senyawa yang memiliki nilai aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat apa
退行性疾病的原因是由活动和不健康的生活方式引起的。不健康的生活方式会引发自由基。自由基是一种未被氧化的分子,它会导致新分子的形成,从而损害身体细胞。自由基可以通过给予天然抗氧化剂来克服,其中一种来自橄榄植物(Olea europaea L.)。本研究的目的是通过计算叶片年龄的IC50值来确定温度处理对橄榄叶片抗氧化活性的影响。本研究采用的方法是DPPH法。根据研究结果,幼叶中31.6℃的温度计算值为82.778 ppm,老叶中31.6℃的温度计算值为165.093 ppm,属于强抗氧化剂,属于中等抗氧化剂。虽然温度44°c给主导水平低于31.6°c IC50值为123.78 ppm嫩叶和165.170 ppm老叶子和根据理论分为温和的抗氧化剂化合物具有很强的抗氧化活性值IC50值小于50 ppm,如果IC50 50至100强,温和的氧化剂如果IC50值是可行的100 - 250 ppm,弱如果IC50值250 - 500 ppm和不活跃的IC50值是否超过500 ppm。反之,叶龄的选择也会影响抗氧化活性水平,从两种处理的结果比较可以看出,幼叶的抗氧化活性高于老叶。关键词:温度,抗氧化剂,橄榄,DPPH摘要:penyebab penyakit是一种退化性的疾病,它可以被认为是一种退化性疾病。Pola hidup kurang sehat yang padakirnya纪念激进的行为。Radikal bebas adalah molkul yang tidak teroksidasi yang menyebabkan terbentuk molecular baru yang dapat merusak sel tubuh。根茎植物的生长发育、生长发育、生长发育、生长发育、生长发育、生长发育和生长发育。Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan suhu terhadap aktivitas antioksidan padan zaitun berdasarkan umur daui perhitungan nilai IC50。方法yang digunakan dalam penelitian ini adalah方法DPPH。Berdasarkan hasil penelitian dapat dispulpulkan bahwa perlakuan suhu 31.6°C pada damdama menurut perhitungan IC50 dikategorikan sebagai antiokungan kuat karena memberikan nilai hasil perhitungan IC50 sebesar 82.778 ppm和165.093 ppm pada daudtuan tergolong antioksidan sedangsementara pada perlakuan suhu 44°C memberikan pengaruh lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan suhu 31.6°C dengan nilai IC50 sebesar 123.78 ppm untuk daua muda dan165.170 ppm untuk daua dandantergolong antioksidan sedang sesuai teori bahwa senyawa yang memiliki nilai aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 berilai antara 50 sampai 100, antioksidan sedang apabila jika nilai IC50 berilai 100 ppm,lemah jika nilai IC50 berilai 250-500 ppm dan tidak aktif jika nilai IC50 berilai lebih dari 500 ppm, begitupun sebaliknya terkait pemilihan umur djuga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya aktivitas antioksidan dilihat dari perbandingan hasil dari kedua perlakanbaha diliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan dawan tua dalam menangkal radikalbebas。卡塔昆奇:苏湖,安提克西丹,宰屯(油橄榄属),DPPH。
{"title":"PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DALAM DAUN ZAITUN (Olea europaea L.) DENGAN METODE DPPH","authors":"Ulfi Abdul Rahman Oey, T. Rahayu, Gatra Ervi Jayanti","doi":"10.33474/j.sa.v5i1.15927","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v5i1.15927","url":null,"abstract":"Causes of degenerative diseases are caused by activities and unhealthy lifestyle. unhealthy lifestyle which in turn triggers free radicals. free radicals are moleculs that are not oxidized which cause the formation of new molecules that can damage body cells. free radicals can be overcome by giving natural antioxidants, one of which is form the olive plant (Olea europaea L.).The purpose of this study was to determine the effect of temperature treatment on antioxidant activity in olive leaves based on leaf age by calculating the IC50 value. The method used in this research is the DPPH method. Based on the results of the study, it can be concluded that the temperature of 31.6°c in young leaves according to calculations is categorized as a strong antioxidant because it provides a calculated value of 82.778 ppm and 165.093 ppm on old leaves and classified as moderate antioxidants, while temperature of 44°c give dominant level under 31.6°c with IC50 values 123.78 ppm for young leaves and 165.170 ppm for old leaves and classified as moderate antioxidants according to the theory that compounds that have very strong antioxidant activity values IC50 values are less than 50 ppm, strong if the IC50 are between 50 and 100, moderate antioxidant if the IC50 values are feasible 100-250 ppm, weak if the IC50 value is 250-500 ppm and inactive if the IC50 value is more than 500 ppm. and vice versa related to the selection of leaf age also affects the level of antioxidant activity seen from the comparison of results from the two treatments that young leaves have a higher level of antioxidant activity than old leaves in counteracting free radicals.Keywords : Temperature, Antioxidant, Olive (Olea europaea L.), DPPH.ABSTRAKPenyebab penyakit degeneratif disebabkan karena aktivitas dan pola hidup yang kurang sehat. Pola hidup kurang sehat yang pada akhirnya memicu radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang tidak teroksidasi yang menyebabkan terbentuk molekul baru yang dapat merusak sel tubuh. Radikal bebas dapat diatasi dengan pemberian antioksidan salah satunya dari tumbuhan zaitun (Olea europaea L.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan suhu terhadap aktivitas antioksidan pada daun zaitun berdasarkan umur daun melalui perhitungan nilai IC50. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode DPPH. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan suhu 31.6°C pada daun muda menurut perhitungan IC50 dikategorikan sebagai antioksidan kuat karena memberikan nilai hasil perhitungan IC50 sebesar 82.778 ppm dan 165.093 ppm pada daun tua dan tergolong antioksidan sedang, sementara pada perlakuan suhu 44°C memberikan pengaruh lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan suhu 31.6°C dengan nilai IC50 sebesar 123.78 ppm untuk daun muda dan 165.170 ppm untuk daun tua dan tergolong antioksidan sedang sesuai teori bahwa senyawa yang memiliki nilai aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat apa","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130352785","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.13000
Muhammad Haris Al Fattah, Saimul Laili, S. Tito
The potential of methane gas in the landfill can be a source of renewable energy to meet the energy needs of the people of Malang City. The potential for methane gas for fuel that has been used is currently around 3% to 5% of the existing potential. Based on information from the Department of Hygiene and Landscaping, Malang City Government has provided gas connection pipes including stoves for free to 59 houses in 2012 and 408 houses in 2013. This study uses tools and materials, namely questionnaires to obtain perception data from the public or respondents, digital cameras for documentation, documents on the use of methane gas at the Talangagung TPA, and stationery. The results of interviews with biogas managers show that the management of organic waste into methane gas is an alternative gas (biogas) used by the community in the TPA (Final Disposal Site) Kepanjen Malang Regency This is applied based on an energy utilization system (energy waste). Based on the results of the Percentage Graph, it states that the percentage of people's perceptions who answered the questionnaire on average showed strong or very high scores, very high and/or very strong scores were almost indicated in all respondents' answers.Keywords: Methane Gas, Perception, Talangagung LandfillABSTRAKPotensi gas metan di TPA dapat menjadi sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi penduduk Kota Malang. Potensi gas metan untuk bahan bakar yang sudah dimanfaatkan saat ini sekitar 3% sampai 5% dari potensi yang ada. Berdasarkan keterangan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, Pemerintah Kota Malang sudah memberikan pipa sambungan gas termasuk kompornya secara gratis kepada 59 rumah pada tahun 2012 dan 408 rumah pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan alat dan bahan yaitu kuesioner untuk mendapatkan data persepsi dari masyarakat atau responden, kamera digital untuk dokumentasi, dokumen pemakaian gas metan di TPA Talangagung dan alat tulis. Hasil wawancara dengan pihak pengelola biogas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah organik menjadi gas metana sebagai gas alternatif (biogas) yang digunakan oleh masyarakat di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Kepanjen Kabupaten Malang ini di terapkan berdasarkan sistem pemanfaatan energi (waste to energy). Berdasarkan hasil Grafik Presentase menyatakan bahwa presentase persepsi Masyarakat yang menjawab kuesioner secara rata-rata menunjukan nilai kuat atau sangat tinggi, nilai sangat tinggi dan/atau sangat kuat hampir ditunjuk pada semua jawaban responden.Kata kunci : Gas Metan, Persepsi, TPA Talangagung
垃圾填埋场甲烷气体的潜力可以成为可再生能源的来源,以满足麻郎市人民的能源需求。目前已使用的燃料中甲烷气体的潜力约为现有潜力的3%至5%。根据卫生和景观部门的信息,麻郎市政府在2012年和2013年分别为59户和408户家庭免费提供了包括炉灶在内的燃气连接管道。本研究使用了工具和材料,即从公众或受访者那里获得感知数据的调查问卷,用于记录的数码相机,关于Talangagung TPA使用甲烷气体的文件,以及文具。对沼气管理人员的访谈结果表明,有机废物转化为甲烷气体的管理是社区在最终处理场(TPA)中使用的一种替代气体(沼气),这是基于能源利用系统(能源废物)的应用。根据百分比图的结果,它表明平均回答问卷的人的感知百分比显示出很高或非常高的分数,非常高和/或非常高的分数几乎在所有受访者的答案中都显示出来。关键词:甲烷气体,感知,塔兰加贡垃圾填埋场potential gas metan untuk bahan bakar yang sudah dimanfaatkan saat ini sekitar 3% sampai 5% dari Potensi yang ada。Berdasarkan keterangan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, peremerintah Kota Malang sudah成员pipa sambungan gas termasuk kompornya secara gratis kepada 59 rumah pada tahun 2012 dan408 rumah pada tahun 2013。Penelitian ini menggunakan alat dan bahan yyitu kuesoner untuk mendapatkan数据persepsi dari masyarakat atau响应,相机数字untuk dokumentasi, dokumen pemakaian gas metan di TPA Talangagung dan alat tulis。Hasil wawancara dengan pihak pengelola沼气menunjukkan bahwa pengelolaan sampah organik menjadi gas metana sebagai gas alternatif(沼气)yang digunakan oleh masyarakat di TPA (temat Pembuangan Akhir) Kepanjen Kabupaten Malang ini di terapkan berdasarkan system pmanfaatan energi(废物转化能源)。Berdasarkan hasil Grafik现为menyatakan bahwa现为perpersi Masyarakat yang menjawa kuesononakat, secara - rata-rata menunjukan nilai kuatau sangatinggi, nilai kuatatinggi dan/atau kuathamir diunjuk paka semua jawaban回应。Kata kunci: Gas Metan, Persepsi, TPA Talangagung
{"title":"Analisis pengelolaan sampah organik menjadi gas metan (CH4) dan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatannya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talangagung Kabupaten Malang","authors":"Muhammad Haris Al Fattah, Saimul Laili, S. Tito","doi":"10.33474/j.sa.v5i1.13000","DOIUrl":"https://doi.org/10.33474/j.sa.v5i1.13000","url":null,"abstract":"The potential of methane gas in the landfill can be a source of renewable energy to meet the energy needs of the people of Malang City. The potential for methane gas for fuel that has been used is currently around 3% to 5% of the existing potential. Based on information from the Department of Hygiene and Landscaping, Malang City Government has provided gas connection pipes including stoves for free to 59 houses in 2012 and 408 houses in 2013. This study uses tools and materials, namely questionnaires to obtain perception data from the public or respondents, digital cameras for documentation, documents on the use of methane gas at the Talangagung TPA, and stationery. The results of interviews with biogas managers show that the management of organic waste into methane gas is an alternative gas (biogas) used by the community in the TPA (Final Disposal Site) Kepanjen Malang Regency This is applied based on an energy utilization system (energy waste). Based on the results of the Percentage Graph, it states that the percentage of people's perceptions who answered the questionnaire on average showed strong or very high scores, very high and/or very strong scores were almost indicated in all respondents' answers.Keywords: Methane Gas, Perception, Talangagung LandfillABSTRAKPotensi gas metan di TPA dapat menjadi sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi penduduk Kota Malang. Potensi gas metan untuk bahan bakar yang sudah dimanfaatkan saat ini sekitar 3% sampai 5% dari potensi yang ada. Berdasarkan keterangan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, Pemerintah Kota Malang sudah memberikan pipa sambungan gas termasuk kompornya secara gratis kepada 59 rumah pada tahun 2012 dan 408 rumah pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan alat dan bahan yaitu kuesioner untuk mendapatkan data persepsi dari masyarakat atau responden, kamera digital untuk dokumentasi, dokumen pemakaian gas metan di TPA Talangagung dan alat tulis. Hasil wawancara dengan pihak pengelola biogas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah organik menjadi gas metana sebagai gas alternatif (biogas) yang digunakan oleh masyarakat di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Kepanjen Kabupaten Malang ini di terapkan berdasarkan sistem pemanfaatan energi (waste to energy). Berdasarkan hasil Grafik Presentase menyatakan bahwa presentase persepsi Masyarakat yang menjawab kuesioner secara rata-rata menunjukan nilai kuat atau sangat tinggi, nilai sangat tinggi dan/atau sangat kuat hampir ditunjuk pada semua jawaban responden.Kata kunci : Gas Metan, Persepsi, TPA Talangagung","PeriodicalId":346598,"journal":{"name":"Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature)","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121450735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}